LAPORAN PRAKTIKUM
INSTRUMENTASI DAN TEKNIK ANALISIS BIOMOLEKULAR
1. PENDAHULUAN
2. TUJUAN
3. METODE
Alat:
1. Tabung sentrifus 15 ml
2. Micropipette
3. Swing Centrifugated
4. Vacutainer EDTA/Heparin
Bahan:
1. Ficoll-Hipaque d=1.077 g/ml
2. Phospat Buffer Saline (PBS)
3. Sampel Darah
Prosedur Kerja:
1. Semua bahan yang diprlukan dikeluarkan dari lemari pendingin dan dibiarkan sampai
suhu ruang
2. Diambil sampel darah sebanyak 3 cc dengan phlebotomy dan masukkan kedalam
vacutainer EDTA
3. Disiapkan tabung sentrifus 15 ml dan diisi dengan FIcoll-Hipaque d = 1.077 g/ml
(1:1) dengan jumlah sampel darah
4. Sampel darah dalam vacutainer EDTA yang akan diuji, dibolak balik perlahan agar
homogen kemudian dicampur 1:1 dengan PBS. Kemudian diambil dengan
micropipette dan disalutkan secara perlahan pada dinding tabung sentrifus 15 ml
yang sudah diisi ficoll-hipaque d=1.077 g/ml maka akan terbentuk 2 lapisan
5. Kemudian disentrifuge suhu ruang dengan kecepatan 1600 rpm selama 30 menit
6. Setelah disentrifuge, terpisah menjadi 5 lapisan, yaitu plasma, sel PBMC, Ficoll-
Hipaque, granulosit, dan sel darah merah
7. Cincin PBMC yang terbentuk diambil secara perlahan menggunakan micropipette
dan diletakkan dalam botol sentrifus 15 ml yang baru
8. Larutan PBMC kemudian dicuci dengan PBS 10 ml dan disentrifus suhu ruang 1200
rpm selama 10 menit, dilakukan dua kali
9. Supernatan dibuang dan pelet sel yang terbentuk dicuci kembali dengan PBS dan
disentrifus kembali pada suhu ruang 1200 rpm selama 10 menit, dilakukan dua kali
10. Setelah disentrifuge, terbentuk pelet (sel PBMCs) pada dasar botol sentrifus 15 ml.
Alat: Bahan:
1. Tabung sentrifus 1,5 ml 1. Antibodi sel surface marker
2. Sentrifuge dingin 2. Larutan sel staining buffer (2%FBS
3. Micropipet dalam PBS)
4. Kuvet fcm
Cara Kerja:
1. Pelet sel dicuci dengan sel staining buffer (2% Fetal Bovine Serum (FBS) dalam
PBS) satu kali
2. Kemudian disentrifus pada kecepatan 2500 rpm, 3 menit, suhu 4 derajat
3. Supernatan dibuang dan pelet sel yang terbentuk siap untuk distaining dengan
antibodi sel surface marker (yang telah diencerkan dengan sel staining buffer
dengan perbandingan tertentu)
4. Antibodi yang telah diencerkan kemudian diambil sebayak 50 µl dandicampurkan
dengan pelet sel dan dihomogenkan
5. Pelet sel yang telah diberi antibodi diinkubasi selama 20 menit dalam gelap di suhu
ruang
6. Setelah inkubasi ditambahkan sel staining buffer sesuai dengan kebutuhan, dan
dihomogenkan kembali
7. Kemudian dipindahkan ke kuvet baca dan siap untuk dibaca dengan flowcytometer
4. HASIL
Kemudian dilakukan gating pada kumpulan sel limfosit, untuk identifikasi CD4
dan CD8. Pada grafik scatter (gambar 3) sumbu X menunjukkan penanda
permukaan CD4, sedangkan pada sumbu Y menunjukkan penanda permukaan CD8
sehingga terbagi menjadi empat kuadran, yaitu kuadran kiri atas (Upper Left / UL),
kanan atas (Upper Right / UR), kiri bawah (Lower Left / LL), serta kanan bawah
(Lower Right / LR). Sel yang hanya memiliki CD4 tanpa CD8 ditunjukkan pada
persentase kuadran kanan bawah (LR), untuk sel yang hanya memiliki CD8 tanpa
CD4 ditunjukkan pada persentase kuadran kiri atas (UL). Sedangkan sel yang
memiliki marker CD4 dan CD8 ditunjukkan pada kuadran kanan atas (UR). Sehingga
Sel T CD4+ yang di-marker dengan FITC anti-human CD4 diidentifikasi sebanyak
23,96%, dan sel T CD8+ yang di-marker dengan PE anti-human CD8a diidentifikasi
sebanyak 23,98%.
Gambar 3. Tabel Persebaran Relatif populasi sel limfosit T
5. PEMBAHASAN
Setiap sel yang melewati berkas sinar laser akan menyebabkan sinar
laser terpencar (scattered) ke dua arah, yaitu forward scatter (FSC) yang pararel
dengan arah sinar dan side scatter (SSC) yang arahnya tegak lurus pada arah sinar
laser. Besarnya FSC (sumbu X) berbanding lurus dengan atau menggambarkan
volume atau ukuran sel sehingga semakin ke kanan titik pada sumbu X, maka
semakin besar ukuran sel sedangkan SSC (sumbu Y) menunjukkan kompleksitas
atau granularitas dari sel sehingga semakin ke atas titik pada sumbu Y, maka
semakin tinggi kompleksitas atau granulitas sel yang diperiksa.
Berdasarkan ukuran dan tingkat granularitasnya, sel makrofag memiliki sel
yang paling besar dan memiliki banyak granul,kemudian sel monosit lalu limfosit..
Untuk ukuran yang lebih kecil lagi dan tidak bergranul atau kompleksitasnya rendah
merupakan sel yang telah mati atau debris – debris (Lewandowski, 2006). Untuk
identifikasi CD4 dan CD8 dilakukan gating pada Limfosit. Dari data tersebut dapat
diketahui bahwa terdapat 79,14% sel limfosit dari 10.000 event yang direkam pada
alat flowcytometry. Dari gate tersebut kita dapat menganalisa banyaknya sel yang
memiliki permukaan CD4 dan atau CD8.
Pembagian kuadran pada Grafik pencar (scatter) populasi sel limfosit T
(Gambar 3) dilakukan berdasarkan tingginya intensitas warna dari pewarna antibodi
yang digunakan. sehingga dapat dimaknai bahwa kuadran LL menunjukkan sel
Limfosit yang CD4- dan CD8-. Kemudian pada kuadran LR ditunjukkan sel Limfosit
CD4+ danCD8-, serta pada kuadran UL ditunjukkan sebaran sel Limfosit CD8 + dan
CD4-. Untuk sel yang memiliki CD8+dan CD4+ ditunjukkan pada persentase kuadran
kanan atas (UR). Sehingga Sel T CD4+ yang di-marker dengan FITC anti-human
CD4 diidentifikasi sebanyak 23,96% dan sel T CD8+ yang di-marker dengan PE anti-
human CD8a diidentifikasi sebanyak 23,98%.
Flow cytometry dapat digunakan untuk analisis data berupa kualitatif dan
kuantitatif namun hanya dalam bentuk persentase atau relatif saja, untuk
mendapatkan data mengenai jumlah absolut dari sel limfosit yang diperiksa perlu
dilakukan differential count sel limfosit CD4+ dan/atau CD8
6. KESIMPULAN
1. Prinsip kerja pemeriksaan flowcytometry adalah mengukur ukuran sel, granulitas sel,
dan mengenali warna fluoresence tertentu (antibodi monoklonal yang berlabel
fluorokrom) berdasarkan kemampuan hamburan dan intensitas cahaya yang molekul
yang dialirkan dalam sebuah tabung melewati seberkas cahaya, untuk karakterisasi
dan menentukan perbedaan jenis sel dalam populasi heterogen, serta menganalisis
ukuran dan volume sel.
2. Jumlah Limfosit T dalam praktikum ini adalah sebanyak 79,14%. Sel T CD4+
diidentifikasi sebanyak 23,96 %, dan sel T CD8+ diidentifikasi sebanyak 23,98 %.
DAFTAR PUSTAKA