OLEH:
ANDRI SETIAWAN
NIM: 176070100011002
PENDAHULUAN
Salah satu hal mendasar pada prinsip kerja flowcytometry adalah kemampuan
untuk memeriksa partikel atau sel tunggal. Ketika cairan sampel diinjeksi melalui
flowcytometry, partikel akan tersebar acak pada ruangan 3 dimensi. Sampel harus
berada dalam aliran yang hanya mengandung paartikel tunggal sehingga dapat
diperiksa oleh system deteksi mesin. Proses ini diatur oleh system fluiditas. System
fluiditas terdiri dari saluran pusat (central channel/core) dimana sampel diinjeksikan,
dan diselubungi oleh membrane luar yang terdiri dari cairan dengan aliran yang deras.
Ketika cairan membrane mengalir akan menghasilkan efek tarikan massif pada ruang
tegah yang sempit. Hai ini akan merubah kecepatan aliran tengah dimana aliran
depannya akan membentuk setengah lingkaran dengan kecepatan terbesar di tengah
dan kecepatan nol pada dinding. Efek ini manghasilkan deretan tunggal partikel yang
disebut focus hidrodinamik (Rahman, 2006).
Setelah proses hidrodinamik, masing-masing partikel akan melalui satu atau lebih
pancaran cahaya. Cahaya atau emisi fluorescence (jika partikel dilabel dengan
fluorokrom) memberikan informasi tentang partikel. Sumber cahaya yang digunakan
adalah laser atau arc lamp. Laser menghasilkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu. Cahaya yang dipancarkan lurus ke depan ditangkap oleh lensa yang disebut
dengan forward scatter channel (FSC). Intensitas FSC dianggap sama dengan ukuran
partikel dan dapat digunakan untuk membedakan debris sel dan sel yang hidup.
Cahaya dengan sudut 90 dari garis eksitasi disebut side scatter. Side scatter channel
(SSC) memberikan informasi tentang isi granul di dalam partikel. FSC dan SSC
bersifat unik untuk tiap partikel dan kombinasi keduanya bisa digunakan untuk
membedakan tipe sel dan heterogenitas sampel. Pemeriksaan fluorescence dengan
panjang gelombang berbeda memberikan data kualitatif dan kuantitatif pada reseptor
permukaan sel atau molekul intrasel seperti DNA dan sitokin yang dilabel fluorokrom.
Flowcytometer menggunakan saluran fluorescence yang terpisah untuk mendeteksi
emisi cahaya. Spesifitas deteksi dikontrol oleh filter optic yang menghambat panjang
gelombang tertentu dan meneruskan lainnya. Hambatan cahay ini dilakukan melalui
absorbsi (Rahman, 2006).
Oleh karena itu, praktikum ini dilakukan agar praktikan dapat memahami
cara analisis dan prinsip kerja dari Flowcytometri, serta mampu menentukan
jumlah presentase CD3, CD4 serta CD45 pada sempel.
METODE PRAKTIKUM
6. Setelah dicentrifuge akan terpisah menjadi 5 lapisan, yaitu plasma, sel PBMC,
Ficoll, granulosit dan sel darah merah.
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Prinsip kerja pemeriksaan flowcytometry pada praktikum ini adalah
mengukur sel PBMC yang memiliki molekul CD3, CD4 dan CD45 di
permukaan sel yang telah diikat dengan antibodi monoklonal yang berlabel
fluorokrom tertentu. Kemudian sel dilewatkan celah sempit, dan ditembak
sinar laser.
2. Dari tabel persentase dapat diketahui bahwa CD3 (FITC) memiliki
presentas sebanyak 20.42% dari 2.35% dari keseluruhan sel PBMC dan
79.58% dari 9.17% dari keseluruhan sel PBMC. Pada CD4 (PE) memiliki
presentas sebanyak 20.42% dari 2.35% dari keseluruhan sel PBMC dan
79.58% dari 9.17% dari keseluruhan sel PBM. Pada CD45 (PerCP)
memiliki presentas sebanyak 60.60% dari 6.98% dari keseluruhan sel
PBMC dan 39.40% dari 4.54% dari keseluruhan sel PBMC.
DAFTAR PUSTAKA