Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN TUMBUHAN DENGAN AIR

A. Tujuan Pembelajaran
Mampu menjelaskan hubungan tumbuhan dengan air.

B. Teori
1. Difusi dan Osmosis
Sel merupakan unit terkecil dari suatu makhluk hidup yang menjadi tempat
pengatur segala proses metabolism serta pertukaran nutrisi ke dalam tubuh. Untuk
hidup, setiap makhluk hidup baik tumbuhan, hewan maupun mikroorganisme pasti
membutuhkan air, gas-gas serta zat-zat hara yang diambil dari lingkungannya. Oleh
karena kebutuhan ini, maka sel dalam setiap makhluk hidup tersebut akan melakukan
transport atau pertukaran zat di dalam tubuhnya. Semua makhluk hidup baik
organisme prokariot maupun eukariot yang kompleks sekalipun pasti akan melakukan
transport atau pertukaran zat dengan lingkungannya pada tingkat seluler pada tubuh
yang berfungsi untuk kelangsungan hidupnya. Pertukaran zat tersebut sangat penting
bagi proses metabolisme selnya. Transport zat ini dapat berlangsung baik secara aktif
(memerlukan energy(ATP)) maupun secara pasif (tanpa memerlukan energy).
Adapun transport zat secara pasif meliputi proses difusi dan osmosis (Campbel.
2003).
Membran sitoplasma merupakan bagian yang mengatur keluar masuknya
senyawa kimia dari dan ke dalam sel. Dengan adanya membran sel, organisme
maupun mikroorganisme mampu berada pada posisi yang tepat pada lingkungan zat
kimia yang kompleks dan selalu berubah, mampu mengambil dan menahan nutrien
sejumlah yang diperlukan dan membuang produk buangannya. Membran sel juga
mampu menyediakan kemudahan biokimiawi untuk memindahkan ion-ion mineral,
gula asam-asam amino, elektron, serta metabolit lain melewati membran. Substansi-
substansi dalam larutan ini melewati membran dengan cara difusi dan transport aktif
serta proses osmosis tidak spesifik (Santoso. 2005).
Begitu pentingnya air ini dalam proses kehidupan sehingga Salisbury dan Ross
(1992) menyatakan bahwa fisiologi tumbuhan adalah belajar tentang air. Setuju atau
tidak atas pernyataan tersebut tergantung alasan setiap orang.
a. Difusi
Proses difusi merupakan perpindahan molekul dari larutan berkonsentrasi tinggi
menuju larutan berkonsentrasi rendah hingga mencapai konsentrasi yang seimbang.
Contoh sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lama kelamaan
cairan akan terasa manis. Difusi merupakan salah satu prinsip yang menggerakkan
partikel zat seperti CO2, O2 dan H2O masuk ke dalam jaringan. (Pratiwi, D. 2007)

Gambar 1. Ilustrasi dari proses difusi


b. Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan air dari zat yang berkonsentrasi rendah
(hipotonis) ke larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonis), proses ini biasa melalui
membran selektif permeabel dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat.
Osmosis adalah difusi air melalui membran semi‐permeabel, dari larutan yang banyak
air ke larutan yang sedikit air. Definisi paling sederhananya adalah difusi air melalui
membran semipermeabel. Osmosis melepaskan energi, dan bisa melakukan kerja,
sebagaimana akar pohon yang bisa membelah batu. Pelarut (dalam banyak kasus
adalah air) bergerak dari larutan berkonsentrasi lebih rendah (hipotonik) ke larutan
berkonsentrasi lebih tinggai (hipertonik) yang bertujuan menyamakan konsentrasi
kedua larutan. Efek ini dapat dilihat dari bertambahnya tekanan pada larutan
hipertonik relatif terhadap larutan hipotonik. Sehingga tekanan osmotik didefinisikan
sebagai tekanan yang diperlukan untuk menjaga kesetimbangan, dengan tidak adanya
aliran pelarut. Tekanan osmotik merupakan properti koligatif, yaitu properti yang
gayut terhadap konsentrasi molar zat terlarut dan bukan terhadap jenis zatnya
(Lakitan, B. 2008).
Osmosis merupakan fenomena yang penting di dalam sistem biologis karena
kebanyakan membran biologis bersifat semipermeabel. Secara umum, membran-
membran tersebut tidak permeable terhadap bahan organik dengan molekul besar,
seperti polisakarida, akan tetapi permeabel terhadap air dan zat‐zat kecil dan tidak
bermuatan. Permeabilitas juga gayut terhadap properti kelarutan, muatan atau sifat
kimiawi serta ukuran zat terlarut. Molekul air, misalnya, dapat bergerak melewati
dinding sel, tonoplast (vakuola) atau protoplast dengan dua cara, yaitu dengan
berdifusi melalui lapisan ganda fosfolipida secara langsung, atau melalui aquaporin
(protein transmembran kecil yang memfasilitasi difusi dan membentuk kanal ion)
(Pujiyanto, S. 2008).
Osmosis memberikan cara yang mudah bagi transpor air keluar atau masuk
sel. Tekanan turgor sel dijaga dengan osmosis pada membran sel, antara bagian
dalam sel dan lingkungannluarnya yang relative lebih hipotonik (Lakitan, B. 2008).
Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh
zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis
merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan
meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per
unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran
selektif permeabel dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat
sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang
berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut dan bukan pada sifat
zat terlarut itu sendiri. Osmosis juga merupakan suatu topik yang penting dalam
biologi karena fenomena ini dapat menejelaskan mengapa air dapat ditransportasi ke
dalam dan ke luar sel (Kusnadi. 2007).

Gambar 2 Proses terjadinya osmosis

Pelarut atau solvent(dalam banyak kasus adalah air) bergerak dari larutan
berkonsentrasi lebih rendah (hipotonik) ke larutan berkonsentrasi lebih tinggi
(hipertonik) yang bertujuan menyamakan konsentrasi kedua larutan (Al Barry, D. Y.
2001). Efek ini dapat dilihat dari bertambahnya tekanan pada larutan hipertonik
relatif terhadap larutan hipotonik. Sehingga tekanan osmotik didefinisikan sebagai
tekanan yang diperlukan untuk menjaga kesetimbangan, dengan tidak adanya aliran
pelarut. Tekanan osmotik merupakan properti koligatif, yaitu properti yang gayut
terhadap konsentrasi molar zat terlarut (solute) dan bukan terhadap jenis zatnya (Jati.
2007 ).

Gambar 3. Terjadi perubahan volum setelah terjadi osmosis

Terdapat 2 faktor penting sesuai dengan hukum Fick pertama yang


menentukan laju osmosis ke dalam jaringan (melewati membran), yaitu :
1) Faktor perbedaan (gradien) potensial air antara cairan sel penyerapan dengan
larutan tanah di luarnya.
2) Permeabilitas membran terhadap zat-zat. (Innerarity, S. 2002)

2. Potensial Air, Potensial Osmotik dan Potensial Tekanan

Pada tahun 1960, Ralph O Slatyer di Canberra , Australia dan Sterling


A Taylor di Utah State University, AS mengusulkan agar potensial kimia air
digunakan sebagai dasar untuk menyatakan sifat air dalam sistem tumbuhn-
tanah-air. Menurut mereka, potensial air suatu sistem atau bagian sistem yang
mengandung air atau dapat mengandung air, setara dengan potensial kimia air
dalam sistem atau bagian sistem tersebut dibandingkan dengan potensial
kimia air murni, pada tekanan atmosfer dan pada suhu yang sama.
Potensial air adalah potensial kimia air dalam suatu sistem atau bagian
sistem, dinyatakan dalam satuan tekanan dan dibandingankan dengan
potensial kimia air murni ( juga dalam satuan tekanan), pada tekanan atmosfer
dan pada suhu serta ketinggian yang sama; dan potensial kimia air murni itu
ditentukan sama dengan nol. Potensial air memiliki satuan tekanan. Batasan
ini dpat dinyatakan dengan hubungan berikut :

Pa = Po + Pt

Dari persamaan diatas, bila potensial air murni dihitung, hasilnya akan
nol karena potensial kimia air murni akan dibandingkan dengan dirinya
sendiri. Jika potensial kimia air tertentu kurang dari potensial air murni ( pada
suhu sama dan tekanan atmosfer), maka potensial airnya akan bernilai negatif.
Karena linarut ( bahan pelarut) berdifusi akibat adanya selisih potesial
kimia linarut, maka air berdifusi akibat adanya selisih potensial air. Jika
potensial air lebih tinggi di satu bagian dari sistem dari pada bagian lain , dan
tidak ada penghalang takpermeabel yang mengahalangi difusi air, maka air
bergerak dari daerah berpotensial tinggi ke daerah berpotensial rendah. Proses
tersebut spontan : energi-bebas dilepaskan kesekitar, dan energi bebas sistem
tersebut menurun. Energi yang dilepaskan ini mempunyai potensi untuk
melakukan kerja, misalnya mengalirnya air secara osmotik kebagian atas
batang dalam.
1. Komponen Potensial air
Potensial air memiliki dua komponen :
a. Potensial Tekanan, timbul karena adanya tambahan tekanan dan
sama dengan tekanan nyata di bagian sistem tertentu. Karena
potensial tekanan merupakan tekanan nyata maka disebut juga
dengan tekanan dan diberi lambang P.
Ditetapkan P = 0 pada tekanan atmosfer. Naiknya tekanan
menghasilkan tekanan positif dan tegangan2 (tarikan; lawan dari
tekanan) menghasilkan tekanan negatif. Tekanan biasanya bernilai
positif pada sel hidup, tapi sering bernilai negatif pada unsur ati
xilem atau pada tanah ( tapi, positif dibawah permukaan air tanah).
b. Potensial Osmotik ( disebut juga potensial linarut), yang terjadi
karen adanya unsur terlarut. Potensial Osmotik diberi lambang s.
Potensial osmotik selalu negatif ( atau 0 pada air murni).
Pada sistem tanah-tumbuhan-udara dalam keadaan umum
( kelembapan nisbi agak kurang dari 100 %), potensial air tertiinggi berada di
tnah dan terendh di atmosfer, dengan nilai tengah berada di berbagai bagian
tumbuhan; artinya terdapat gradien dari tanah, melalui tumbuha ke atmosfer.
Pada tanah basah diatas permukaan air tanah, P = 0 , dan potensial osmotik
hanya sedikit negatifkarena larutan tanah memang encer, sehingga potensial
air juga hanya sedikit negatif. Cairan xilem sangat encer, maka tekanan
osmotik sedikit negatif, tetapi air didalamnya selalu berada di bawah tegangan
( P negatif), sehingga potensial airnya lebih negatif di xilem dari pada di air
tanah. Pada sel daun yang mengandung larutan yang lebih pekat, potensial
osmotik sangat negatif. Air masuk dan membangun tekanan positif; tapi air
selalu menguap pada sel ini, sehingga tekanan tidak sempat naik sebesar bila
penguapan tidak terjadi ( artinya kesetimbangan tidak tercapai), dan potensial
air dalam sel tetap lebih negatif dari pada xilem. Potensial ai atmosfer lebih
negatif lagi sehingga air cenderung menguap dan keluar dari daun menuju
atmosfer.
Potensial air tumbuhan dart sebenarnya tidak bernilai positif. Hal
tersebut disebabkan tekanan osmotik yang ditentukan oleh linarut dalam sel
selalu negatif, dan daya matriks juga menurunkan potensial air sampai
dibawah nol. Tekanan di sel dapat menaikkan potensial air mendekati nol, tapi
potensial air di sel tak pernah menjadi positif. Jadi, cairan xilem, walaupun
hampir menyerupai air murnidan dapat mempunyai potensial air positif
apabila berada di bawah tekanan tetap saja mengalami tegangan ( tekanan
negatif), sebab caiaran tersebut tetap mendekati kesetimbangan dengan
jaringan hidup yang berpotensial air negatif.
2. Mengukur komponen potensial air
a. Potensial air
Pada kesetimbangan perubahan potensial air sama dengan 0;
berarati potensial air sama diseluruh bagian sistem. Jadi, bagian
tumbuhan dapat dimasukkan ke dalam sistem yang tertutup, dan
sesudah kesetimbangan tercapai, potensial air dapat diketahui dan
ditentukan dari bagian manapu dari sistem tersebut, artinya begitu
juga nilai untuk bagian tumbuhan itu. Ada tiga metode yang dapat
digunakan :
1) Metode Volume Jaringan
Pada metode ini sampel jaringan yang diinginkan dimasukkan
kedalam seri larutan dengan ragam konsentrasi yang diketahui
(biasanya sukrosa, sorbitol, manitol, atau lebih baik lagi polietilen
glikol). Linarut terbaik untuk pengukuran semacam ini adalah
yang tidak mudah melintasi membran atau yang tidak merusak
jaringan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan larutan yang tidak
mengubah volume jaringan, artinya tidak ada air yang masuk atau
yang hilang. Ini menandakan bahwa jaringan dan larutan sudah
sejak semula berada dalam kesetimbangan; potensial air jaringan
sudah dan msih sama dengan potensial air larutan.

2) Metode Chardakov
Metode ini diciptakan oleh VS Chardakov, tahun 1948. Pada
metode ini, tabung uji yang berisi larutan dengan konsentrasi
bertingkat diberi sedikit warna dengan cara melarutkan sedikit
kristal zat warna, misalnya metilen blue (pemberian warna ini tak
secara nyata mengubah potensial osmotik). Salmpel jaringan juga
dimasukkan kedalam tabung uji yang berisi larutan dengan
konsentrasi setara, tetapi tanpa zat warna. Diperlukan waktu untuk
pertukaran sejumlah air tertentu, tapi jaringan tak pelu mencapai
kesetimbangan dengan larutan. Itu terjadi dalam 5 sampai 15
menit. Setelah itu, jaringan dianagkat, dan setetes kecil larutan
berwarna yang setara tadi ditambahkan kedalam tabung uji. Jika
tetesan warna itu mengembang naik, maka larutan perendam
jaringan tadi telah menjadi lebih pekat, menandakan jaringan telah
menyerap air. Maka, alam hal ini, jaringan mempunyai potensial
air lebih rendah (lebih negatif) dari pada larutan awal, dan begitu
sebaliknya. Jika tetesan langsung berdifusi ke dalam larutan tanpa
naik atau tenggelam, maka tidak terjadi perubahan konsentrasi;
potensial air larutan sama dengan potensial air jaringan. Bila
beberapa larutan dengan konsentrasi berbeda digunakan, biasanya
akan ditemukan satu larutan yang tidak akan menenggelamkan
atau mengembangkan tetesan tersebut.
Dengan persamaan 3.2, potensial osmotik dapat dihitung ( atau
ditentukan secara empiris). Pada P = 0, potensial osmotik =
potensial air; jadi merupakan rerata potensial air jaringan.
3) Metode Tekanan Uap
Pada metode ini, jaringan dimasukkan ke dalam volume udara
yang kecil dan tertutup. Potensial air udara tersebut mencapai
kesetimbangan dengan potensi air jaringan yang berubah sedikit
saja selama proses berlangsung. Potensial air udara kemudiann
ditentukan dengan cara mengukur kerapatan uap (kelembapan)
pada suhu yang dikethui.
Kelembapam nisbi (RH) adalah jumlah uap air diudara pada suhu
tertentu dibandingkan dengan jumlah uap air yang dpat dipegang
oleh udara pada suhu tersebut ( tekanan atau kerapatan uap
penjenuhan). Kerapatan uap penjenuhan meingkat hamoir dua kali
lipat untuk setiap kenaikan suhu 100C. Jika volume udara yang
jenuh uap air (RH 100%) dipanaskan 100C lagi, udara tersebut
mampu memegang air kira-kira dua kali juah sebelumnya; maka
kelembapan nisbinya menjadi sekitar 50% .

b. Potensial osmotik
Potensial osmotik larutan dapat dihitung secara langsung.
Pengukuran besaran ini banyak dilakukan, khususnya pada akhir abad
ke 19 oleh Wilhem FP Pfeffer (1877). Ia membuat menbran yang
hanpir sempurna, tegar dan semi-permeabel, dengan cara merendam
sebuah mangkuk berpori yang terbuat dari tanah liat dalam kalium
ferosianida dan kemudian dalam kupro sulfat, yang akan
mengendapkan tembaga ferosianida pada porinya.
Metode tekanan uap juga dapat digunakan untuk mengukur
potensial osmotik zat cair bebas. Untuk menerapkan metode ini
padatumbuhan, tekanan di sel harus dikurangi sampai nol. Hal ini dpat
dilakukan dengan cara pembekuan cepat dilaboratorium, hasilnya
adalah sejumlah kristal es yang memecahkan semua membran.
Perlakuan tersebut menyebabkan tercampurnya sitoplasma, cairan
vakuola, dan air yang terkandung di dalam dinding sel. Akibatnya
potensial osmotik sering berubah, sehingga nilainya berbeda dari yang
dimiliki oleh sel yang utuh .

c. Potensial Tekanan
Paul B Green dan Frederick W Stanton (1967) menemukan metode
pengukuran langsung terhadap tekanan turgor ( tekanan sel, sama
dengan tekanan di dalam sel : protoplas yang mendorong ke arah
dinding). Green dan Stanton membuat manometer kecil yang salah
satu ujung pipa kapilernya tertutup dan ujung yang lainnya terbuka,
tapi runcing seperti jarum suntik. Bila ujung pipa yang runcing itu
dimasukkan ke dalam air dan diamati dibawah mikroskop, terlihat air
memasuki ujung yang terbuka tersebut secara kapiler sehingga agak
memampatkan udara di dalam pipa. Kedudukan meniskus dalam pipa
di sisi yang terbuka di catat dan volume udaranya di hitung. Bila ujung
pipa yang terbuka disuntikan ke sel, tekanan di dalam sel pindah ke
udara dalam pipa, menempatkan lebih jauh sampai jarak yang
ditentukan oleh gerakan meniskus. Tekanan akhir dalam pipa selalu
sama dengan tekanannya sebelum pipa mnusuk sel, dikalikan dengan
nisbah volume awal dan volume akhir ( menuruti hukum Boyle). Jadi
tekanan di dalam sel sebelum penusukan dapat ditaksir dengan cara
mengalikan tekanan atmosfer dengan nisbah volume wal dalam pipa
dan volume sesudah air masuk secara kapiler. Aakan timbul sedikit
perbahan tekanan dalam sel akibat penusukan dengan pipa, dan
besarnya dapat ditentukan dengan cara menusuk sel lain dengan pipa
yang kedua sambil mengamati perubahan tekanan pada pipa yang
pertama. Metode tersebut mengukur tekanan yang sebenarnya di
dalam sel \, namun disepakati bahwa tekanan di larutan yang terbuka
pada tekanan atmosfer adalah nol. Jadi tekanan sel yang sebanarnya di
ukur dengan metode Green dan Stanton kira-kira sebesar 1 atm lebih
tinggi dari pada tekanan turgor yang lama.

C. Evaluasi
1. Apakah perbedaan antara potensial air, potensial tekanan dan potensial
osmotik ?
2. Jelaskan bagaimana cara mengukur potensial air !
3. Jelaskan bagaimana cara mengukur potensial osmotik !
4. Jelaskan kenapa pada proses osmosis terjadi perubahan volume pada larutan
yang berkonsentrasi tinggi ?
5. Tuliskan masing-masing satu contoh tempat terjadinya difusi dan osmosis !
DAFTAR PUSTAKA

Campbel. 2003. Biologi Jilid 2 lux ed. 5. Erlangga. Jakarta.


Innerarity, S. 2002. Fluid & electrolytes made incredibly easy. Springhouse
Corporation United States of America.
Jati, W. 2007 . Aktif Biologi. Ganeca. Jakarta.
Lakitan, B. 2008. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada . Jakarta.
Pratiwi, D. 2007. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Pujiyanto, S. 2008. Menjelajah Dunia Biologi 2. Tiga Serangkai Pustaka. Solo
Salisbury, Frank B. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB
Santoso M. Si, D. B. 2005. Biologi dan Kecakapan Hidup. Ganeca. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai