Oleh :
Dosen :
JURUSAN BIOLOGI
2016
TOPOGRAFI DAN TANAH
TOPOGRAFI
A. Pengertian Topografi
Kata Topografi berasal dari bahasa Yunani (Topos = tempat dan Graphia = tulisan).
Topografi adalah kombinasi antara posisi lintang suatu tempat dipermukaan bumi (latitude)
serta tinggi rendahnya ditinjau dari permukaan laut (altitude). Topografi sering dipersempit
artinya menjadi ketinggian tempat dari permukaan laut.
B. Cakupan Topografi
1. Ketinggian (Altitude)
Topografi dapat digunakan untuk menggambarkan perbedaan suhu dan
kelembaban serta curah hujan (iklim). Menurut Holridge (1967) suhu menurun dengan
bertambahnya ketinggian, dan mempergunakan laju penurunan suhu sekitar 6ºC untuk
setiap kenaikan 1.000 m. Bertambah tingginya suatu tempat berasosiasi dengan
meningkatnya keterbukaan dan kecepatan angin, hal ini selain mengakibatkan penurunan
suhu juga mempengaruhi kelembaban. Ketinggian juga mempunyai arti tertentu terhadap
hujan orografik, sehingga ekosistem pada daerah-daerah pegunungan sering menerima
hujan yang lebih banyak dari daerah pedataran. Dengan demikian modifikasi iklim secara
makro berdasarkan ketinggian ini akan menghasilkan suatu zonasi ekosistem, yang
biasanya juga sejalan dengan zonasi dari suhu.
Untuk memberikan gambaran tentang kesejajaran antara perubahan garis lintang
dengan perubahan ketinggian tempat dpl, dikaitkan dengan zonasi suhu. Van Steenis
(1972) mengemukakan adanya 3 Zhona Thermo-Ekologi, yaitu :
a. Megaterm
Merupakan kawasan dengan iklim yang panas dimana reaksi tumbuhan terhadap
zonasi ini menghasilkan berbagai macam tumbuhan dengan toleransi ekologi yang
berbeda-beda, dan hanya beberapa tumbuhan yang mampu bertahan hidup.
b. Mesoterm
Merupakan kawasan dengan iklim yang sejuk. Terbatas digaris lintang menengah
dan apabila ditropika akan terdapat di daerah gunung.
c. Mikroterm
Terbatas pada garis lintang yang tinggi dan terikat pada iklim yang dingin atau
pada daerah pegunungan yang tinggi.
2. Kemiringan
Posisi kemiringan dapat berpengaruh terhadap gerak air dan kemungkinan
akumulasi sampah. Permukaan tanah yang miring menyebabkan air cepat menyusuri
lereng. Semakin terjal permukaan semakin besar kekuatan air mengikis permukaan tanah
yang subur, sehingga ketebalan tanah menjadi berkurang. Biasanya tanah yang miring
setiap unitnya mempunyai jumlah flora dan fauna lebih sedikit daripada tanah yang relatif
rata. Hal ini disebabkan oleh cadangan air cepat hilang karena bergerak ke bawah secara
cepat.
3. Pembentukan Tanah
Topografi juga sangat berpengaruh terhadap pembentukan tanah. Tanah
merupakan bagian atas dari lapisan kerak bumi yang mengalami penghawaan dan
dipengaruhi oleh tumbuhan dan hewan. Topografi berpengaruh terhadap pembentukan
tanah melalui beberapa cara yaitu :
a. Mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau ditahan massa tanah
b. Mempengaruhi dalamnya air tanah
c. Mempengaruhi besarnya erosi
d. Mengarahkan gerakan air serta bahan-bahan yang terlarut didalamnya
TANAH
A. Pengertian Tanah
Tanah berasal dari bahasa Yunani (pedon) dan bahasa Latin (solum). Jadi tanah adalah
bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah (pedosfer) adalah
lapisan kulit bumi yang tipis terletak di bagian paling atas permukaan bumi.
B. Fungsi Tanah
1. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran
2. Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara)
3. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman
4. Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung atau tak
langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun
yang berdampak negatif karena merupakan hama dan penyakit tanaman
C. Penyusun Tanah
1. Bahan Mineral
Bahan mineral dapat dibedakan menjadi :
a. Fraksi tanah halus (fine earth fraction) berukuran <2 mm (pasir, debu dan liat)
b. Fragmen batuan (rock fragment) berukuran >2 mm (kerikil, kerakal dan batu)
2. Bahan Organik
Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks
yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil
humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga
mikroba heterotrofik dan ototrofik yang terlibat dan berada di dalamnya. Bahan organik
merupakan salah satu bahan pembenah tanah yang telah dirasakan manfaatnya dalam
perbaikan sifat-sifat baik sifat fisik, kimia dan biologi tanah
Peran bahan organik terhadap tanah, yaitu :
a. Sifat fisika tanah, meliputi :
1) Stimulan terhadap granulasi tanah
2) Memperbaiki struktur tanah menjadi remah
3) Meningkatkan daya tanah menahan air sehingga drainase tidak berlebihan,
kelembaban dan temperatur tanah menjadi stabil
4) Mempengaruhi warna tanah menjadi coklat sampai hitam
5) Menetralisir daya rusak butir-butir hujan
6) Menghambat erosi
7) Mengurangi pelindian (pencucian/leaching)
b. Sifat kimia tanah, meliputi :
1) Meningkatkan ketersediaan hara dari proses mineralisasi bagian bahan organik
yang mudah terurai
2) Menghasilkan humus tanah yang berperan secara koloidal dari senyawa sisa
mineralisasi dan senyawa sulit terurai dalam proses humifikasi
3) Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah 30 kali tanah lebih besar
ketimbang koloid anorganik
4) Meningkatkan ketersediaan dan efisiensi pemupukan serta melalui peningkatan
pelarutan p oleh asam-asam organik hasil dekomposisi bahan organik
c. Sifat biologi tanah, meliputi :
1) Meningkatkan keragaman organisme yang dapat hidup dalam tanah (makroba dan
mikroba tanah)
2) Meningkatkan populasi organisme tanah
3. Air
Air terdapat di dalam tanah karena ditahan atau diserap oleh masa tanah, tertahan
oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Air dapat
menyerap atau di tahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi dan grafitasi
Karena adanya gaya-gaya di dalam tanah maka kondisi air dapat dibedakan menjadi :
a. Air higrokopis
Air yang diserap oleh tanah sangat kuat sehingga tidak dapat digunakan tanaman
(adanya adhesi antara tanah dan air).
b. Air kapiler
Air di dalam tanah, dimana gaya adhesi dan kohesi lebih kuat dari grafitasi,
sehingga air dapat diserap oleh tanaman.
c. Kapasitas lapang
Keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukan jumlah air terbanyak yang
dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi, sehingga dapat diserap oleh
tanaman.
d. Titik layu permanen
Kandungan air tanah, dimana akar-akar tanaman mulai tidak mampu lagi
menyerap air dan tanah, sehingga tanaman layu.
e. Air tersedia
Selisih antara kadar air pada kapasitas lapang dikurangi kadar air pada layu
permanen.
4. Udara
Udara dan air mengisi pori-pori tanah, banyaknya pori-pori didalam tanah kurang
lebih 50% dari volume tanah, jumlah air dan udara berubah-ubah tergantung kondisi
iklim.
G. Tekstur Tanah
Tekstur tanah merupakan gambaran tingkat kekasaran atau kehalusan bahan mineral yang
menyusun tanah. Tiga jenis partikel tanah, yaitu :
1. Pasir
a. Memiliki ciri terasa kasar jika dipegang
b. Berbutir
c. Tidak lengket
d. Tidak bisa dibentuk bola atau gulungan
e. Mengalirkan air (porous/permeable)
2. Debu atau Endapan Lumpur
a. Terasa tidak kasar
b. Masih terasa berbutir
c. Agak melekat
d. Dapat dibentuk bola atau tegak
3. Lempung atau Liat
a. Terasa berat
b. Halus
c. Sangat lekat
d. Dapat dibentuk bola dengan baik
e. Mudah digulung
f. Jika dibentuk pita panjang mencapai 5 cm atau lebih
g. Agak sulit menyerapkan air (tidak porous /impermeable)
H. Lapisan Tanah
Penampang tanah adalah irisan tegak melalui tanah, yang memperlihatkan berbagai
lapisan mendatar (dinamakan horizon) mulai dari permukaan sampai ke bahan induk yang
paling tidak lapuk dibawahnya.
1. O adalah simbol untuk horison atau lapisan yang didominasi oleh bahan organik.
2. A adalah simbol untuk horison tanah mineral yang terbentuk pada tanah atas atau lapisan
atas di bawah lapisan O, yang menunjukkan hilangnya seluruh atau sebagian besar
struktur batuan asli dan memperlihatkan satu atau lebih sifat.
3. E adalah simbol untuk horizon yang mengalami proses leaching maksimal, dicirikan oleh
warna yang lebih terang daripada horizon B yang terletak di bawahnya.
4. B adalah simbol untuk horison yang terbentuk di bawah horison A, E, atau O yang telah
mengalami perkembangan horison hingga mencirikan hilangnya seluruh atau sebagian
besar struktur batuan asli dan menunjukkan satu atau lebih sifat.
5. C adalah simbol-simbol untuk horison atau lapisan bahan induk tanah.
6. R adalah simbol untuk lapisan batuan induk misalnya granit, basalt, batu gamping, batu
pasir, dan lain-lain.
1. Lapisan atas
Merupakan lapisan yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan dan sisa-sisa
makhluk hidup yang telah mati. Lapisan itu merupakan tanah yang paling subur. Tanah
ini berwarna lebih hitam dibandingkan jenis tanah yang lain. Lapisan ini terdiri dari
tumbuh-tumbuhan dan binatang yang telah direduksi menjadi bahan organic yang terbagi
sangat halus oleh proses yang dikenal sebagai humifikasi.
2. Lapisan tengah
Terbentuk dari campuran antara hasil pelapukan batuan dan air. Lapisan tersebut
terbentuk karena sebagian bahan lapisan atas terbawa oleh air dan mengendap. Lapisan
ini biasa disebut tanah liat. Tanah pada lapisan ini kurang subur dan mempunyai warna
lebih terang. Lapisan ini terdiri dari tanah mineral dimana senyawa-senyawa organic
telah diubah oleh decomposer menjadi senyawa-senyawa anorganik oleh proses
mineralisasi dan dicampur dengan bahan induk yang halus.
3. Lapisan bawah
Merupakan lapisan yang terdiri atas bongkahan-bongkahan batu. Di sela-sela
bongkahan terdapat hasil pelapukan batuan. Jadi, masih ada batu yang belum melapuk
secara sempurna. Lapisan ini disebut lapisan tanah asli karena tidak tercampur dengan
hasil pelapukan dari batuan lain. Biasanya lapisan tanah ini warnanya sama dengan warna
batuan asalnya
4. Lapisan induk
Lapisan batuan induk, berupa bebatuan yang padat.
4. Tanah Grumosol
Tanah grumusol terbentuk dari pelapukan batuan kapur dan tuffa vulkanik.
Kandungan organik di dalamnya rendah karena dari batuan kapur. Jadi dapat disimpulkan
tanah ini tidak subur dan tidak cocok untuk ditanami tanaman.
Tekstur tanahnya kering dan mudah pecah terutama saat musim kemarau dan
memiliki warna hitam. Ph yang dimiliki netral hingga alkalis. Tanah ini biasanya berada
di permukaan yang tidak lebih dari 300 meter dari permukaan laut dan memiliki bentuk
topografi datar hingga bergelombang. Perubahan suhu pada daerah yang terdapat tanah
grumosol sangat nyata ketika panas dan hujan.
Persebarannya di Indonesia seperti di Jawa Tengah (Demak, Jepara, Pati,
Rembang), Jawa Timur (Ngawi, Madiun) dan Nusa Tenggara Timur. Karena teksturnya
yang kering maka akan bagus jika ditanami vegetasi kuat seperti kayu jati.
5. Tanah Humus
Tanah humus merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan tumbuh-tumbuhan.
Mengandung banyak unsur hara, mineral, dan sangat subur.
Tanah Humus sangat baik untuk melakukan cocok tanam karena kandungannya
yang sangat subur dan baik untuk tanaman. Tanah ini memiliki unsur hara dan mineral
yang banyak karena pelapukkan tumbuhan hingga warnanya agak kehitam-hitaman.
Tanah ini terdapat di daerah yang ada banyak hutan. Persebarannya di Indonesia
meliputi daerah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Papua dan sebagian wilayah dari Sulawesi.
6. Tanah Inseptol
Inseptol terbentuk dari batuan sedimen atau metamorf dengan warna agak
kecoklatan dan kehitaman serta campuran yang agak keabu-abuan. Tanah ini juga dapat
menopang pembentukan hutan yang asri.
Ciri-ciri tanah ini adalah adanya horizon kambik dimana horizon ini kurang dari
25% dari horizon selanjutnya jadi sangatlah unik. Tanah ini cocok untuk perkebunan
seperti perkebunan kelapa sawit.Serta untuk berbagai lahan perkebunan lainnya seperti
karet.
Tanah inseptisol tersebar di berbagai derah di Indonesia seperti di sumatera,
Kalimantan dan papua.
7. Tanah Laterit
Tanah laterit memiliki warna merah bata karena mengandung banyak zat besi dan
aluminium. Di indonesia sendiri tanah ini sepertinya cukup familiar di berbagai daerah,
terutama di daerah desa dan perkampungan.
Tanah laterit termasuk dalam jajaran tanah yang sudah tua sehingga tidak cocok
untuk ditanami tumbuhan apapun dan karena kandungan yang ada di dalamnya pula.
Persebarannya sendiri di Indonesia meliputi Kalimantan, Lampung, Jawa Barat,
dan Jawa Timur.
8. Tanah Latosol
Jenis tanah ini juga salah satu yang terdapat di Indonesia, tanah ini terbentuk dari
pelapukan batuan sedimen dan metamorf.
Ciri-ciri dari tanah latosol adalah warnanya yang merah hingga kuning, teksturnya
lempung dan memiliki solum horizon. Persebaran tanah litosol ini berada di daerah yang
memiliki curah hujan tinggi dan kelembaban yang tinggi pula serta pada ketinggian
berkisar pada 300-1000 meter dari permukaan laut. Tanah latosol tidak terlalu subur
karena mengandung zat besi dan aluminium.
Persebaran tanah latosol di daerah Sulawesi, lampung, Kalimantan timur dan
barat, Bali dan Papua.
9. Tanah Litosol
Tanah litosol merupakan tanah yang baru mengalami perkembangan dan
merupakan tanah yang masih muda. Terbentuk dari adanya perubahan iklim, topografi
dan adanya vulkanisme.
Untuk mengembangkan tanah ini harus dilakukan dengan cara menanam pohon
supaya mendapatkan mineral dan unsur hara yang cukup. Tekstur tanah litosol
bermacam-macam ada yang lembut, bebatuan bahkan berpasir.
Biasanya terdapat pada daerah yang memiliki tingkat kecuraman tinggi seperti di
bukit tinggi, nusa tenggara barat, Jawa tengah, Jawa Barat dan Sulawesi.
10. Tanah Kapur
Seperti dengan namanya tanah kapur berasal dari batuan kapur yang mengalami
pelapukan.
Karena terbentuk dari tanah kapur maka bisa disimpulkan bahwa tanah ini tidak
subur dan tidak bisa ditanami tanaman yang membutuhkan banyak air. Namun bisa
ditanami oleh pohon yang kuat dan tahan lama seperti pohon jati dan pohon keras
lainnya.
Tanah kapur tersebar di daerah yang kering seperti di gunung kidul Yogyakarta,
dan di daerah pegunungan kapur seperti di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara
Timur.