Anda di halaman 1dari 27

TUGAS EKOLOGI TUMBUHAN

“TOPOGRAFI dan TANAH”

Oleh :

VINA SEPTIANI (14031036)

WINDI AMELIA (14031023)

Dosen :

Irma Leilani Eka Putri M.Si

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2016
TOPOGRAFI DAN TANAH

TOPOGRAFI

A. Pengertian Topografi
Kata Topografi berasal dari bahasa Yunani (Topos = tempat dan Graphia = tulisan).
Topografi adalah kombinasi antara posisi lintang suatu tempat dipermukaan bumi (latitude)
serta tinggi rendahnya ditinjau dari permukaan laut (altitude). Topografi sering dipersempit
artinya menjadi ketinggian tempat dari permukaan laut.

B. Cakupan Topografi
1. Ketinggian (Altitude)
Topografi dapat digunakan untuk menggambarkan perbedaan suhu dan
kelembaban serta curah hujan (iklim). Menurut Holridge (1967) suhu menurun dengan
bertambahnya ketinggian, dan mempergunakan laju penurunan suhu sekitar 6ºC untuk
setiap kenaikan 1.000 m. Bertambah tingginya suatu tempat berasosiasi dengan
meningkatnya keterbukaan dan kecepatan angin, hal ini selain mengakibatkan penurunan
suhu juga mempengaruhi kelembaban. Ketinggian juga mempunyai arti tertentu terhadap
hujan orografik, sehingga ekosistem pada daerah-daerah pegunungan sering menerima
hujan yang lebih banyak dari daerah pedataran. Dengan demikian modifikasi iklim secara
makro berdasarkan ketinggian ini akan menghasilkan suatu zonasi ekosistem, yang
biasanya juga sejalan dengan zonasi dari suhu.
Untuk memberikan gambaran tentang kesejajaran antara perubahan garis lintang
dengan perubahan ketinggian tempat dpl, dikaitkan dengan zonasi suhu. Van Steenis
(1972) mengemukakan adanya 3 Zhona Thermo-Ekologi, yaitu :
a. Megaterm
Merupakan kawasan dengan iklim yang panas dimana reaksi tumbuhan terhadap
zonasi ini menghasilkan berbagai macam tumbuhan dengan toleransi ekologi yang
berbeda-beda, dan hanya beberapa tumbuhan yang mampu bertahan hidup.
b. Mesoterm
Merupakan kawasan dengan iklim yang sejuk. Terbatas digaris lintang menengah
dan apabila ditropika akan terdapat di daerah gunung.
c. Mikroterm
Terbatas pada garis lintang yang tinggi dan terikat pada iklim yang dingin atau
pada daerah pegunungan yang tinggi.
2. Kemiringan
Posisi kemiringan dapat berpengaruh terhadap gerak air dan kemungkinan
akumulasi sampah. Permukaan tanah yang miring menyebabkan air cepat menyusuri
lereng. Semakin terjal permukaan semakin besar kekuatan air mengikis permukaan tanah
yang subur, sehingga ketebalan tanah menjadi berkurang. Biasanya tanah yang miring
setiap unitnya mempunyai jumlah flora dan fauna lebih sedikit daripada tanah yang relatif
rata. Hal ini disebabkan oleh cadangan air cepat hilang karena bergerak ke bawah secara
cepat.
3. Pembentukan Tanah
Topografi juga sangat berpengaruh terhadap pembentukan tanah. Tanah
merupakan bagian atas dari lapisan kerak bumi yang mengalami penghawaan dan
dipengaruhi oleh tumbuhan dan hewan. Topografi berpengaruh terhadap pembentukan
tanah melalui beberapa cara yaitu :
a. Mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau ditahan massa tanah
b. Mempengaruhi dalamnya air tanah
c. Mempengaruhi besarnya erosi
d. Mengarahkan gerakan air serta bahan-bahan yang terlarut didalamnya
TANAH
A. Pengertian Tanah
Tanah berasal dari bahasa Yunani (pedon) dan bahasa Latin (solum). Jadi tanah adalah
bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah (pedosfer) adalah
lapisan kulit bumi yang tipis terletak di bagian paling atas permukaan bumi.

B. Fungsi Tanah
1. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran
2. Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara)
3. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman
4. Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung atau tak
langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun
yang berdampak negatif karena merupakan hama dan penyakit tanaman

C. Penyusun Tanah
1. Bahan Mineral
Bahan mineral dapat dibedakan menjadi :
a. Fraksi tanah halus (fine earth fraction) berukuran <2 mm (pasir, debu dan liat)
b. Fragmen batuan (rock fragment) berukuran >2 mm (kerikil, kerakal dan batu)
2. Bahan Organik
Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks
yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil
humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga
mikroba heterotrofik dan ototrofik yang terlibat dan berada di dalamnya. Bahan organik
merupakan salah satu bahan pembenah tanah yang telah dirasakan manfaatnya dalam
perbaikan sifat-sifat baik sifat fisik, kimia dan biologi tanah
Peran bahan organik terhadap tanah, yaitu :
a. Sifat fisika tanah, meliputi :
1) Stimulan terhadap granulasi tanah
2) Memperbaiki struktur tanah menjadi remah
3) Meningkatkan daya tanah menahan air sehingga drainase tidak berlebihan,
kelembaban dan temperatur tanah menjadi stabil
4) Mempengaruhi warna tanah menjadi coklat sampai hitam
5) Menetralisir daya rusak butir-butir hujan
6) Menghambat erosi
7) Mengurangi pelindian (pencucian/leaching)
b. Sifat kimia tanah, meliputi :
1) Meningkatkan ketersediaan hara dari proses mineralisasi bagian bahan organik
yang mudah terurai
2) Menghasilkan humus tanah yang berperan secara koloidal dari senyawa sisa
mineralisasi dan senyawa sulit terurai dalam proses humifikasi
3) Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah 30 kali tanah lebih besar
ketimbang koloid anorganik
4) Meningkatkan ketersediaan dan efisiensi pemupukan serta melalui peningkatan
pelarutan p oleh asam-asam organik hasil dekomposisi bahan organik
c. Sifat biologi tanah, meliputi :
1) Meningkatkan keragaman organisme yang dapat hidup dalam tanah (makroba dan
mikroba tanah)
2) Meningkatkan populasi organisme tanah
3. Air
Air terdapat di dalam tanah karena ditahan atau diserap oleh masa tanah, tertahan
oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Air dapat
menyerap atau di tahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi dan grafitasi
Karena adanya gaya-gaya di dalam tanah maka kondisi air dapat dibedakan menjadi :
a. Air higrokopis
Air yang diserap oleh tanah sangat kuat sehingga tidak dapat digunakan tanaman
(adanya adhesi antara tanah dan air).
b. Air kapiler
Air di dalam tanah, dimana gaya adhesi dan kohesi lebih kuat dari grafitasi,
sehingga air dapat diserap oleh tanaman.
c. Kapasitas lapang
Keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukan jumlah air terbanyak yang
dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi, sehingga dapat diserap oleh
tanaman.
d. Titik layu permanen
Kandungan air tanah, dimana akar-akar tanaman mulai tidak mampu lagi
menyerap air dan tanah, sehingga tanaman layu.
e. Air tersedia
Selisih antara kadar air pada kapasitas lapang dikurangi kadar air pada layu
permanen.
4. Udara
Udara dan air mengisi pori-pori tanah, banyaknya pori-pori didalam tanah kurang
lebih 50% dari volume tanah, jumlah air dan udara berubah-ubah tergantung kondisi
iklim.

D. Sifat Fisika Tanah


1. Tekstur tanah
Partikel tanah memiliki ukuran partikel yang berbeda-beda. Biasanya digolongkan
ke dalam ukuran pasir 2-0,05 mm, debu 0,05-0,002 mm dan liat dengan ukuran < 0,002
mm. Fraksi yang kasar meliputi batu, kerikil, dan pasir berperan untuk menumpu atau
menunjang tegaknya tanaman. Fraksi halus yang terdiri dari debu dan liat yang sangat
menentukan kapasitas penahanan air tanah, aerasi tanah, dan penyediaan unsur hara
dalam bentuk tersedia. Istilah tekstur tanah menunjukan persentase relative fraksi-fraksi
pasir, debu, dan liat. Biasanya dinyatakan sebagai persentase massa masing-masing fraksi
tersebut.
2. Struktur tanah
Umumnya struktur tanah dibagi menjadi 3 bentuk yaitu berbutir tunggal, masif,
dan beragregasi. Apabila keseluruhan partikel tanah saling lepas satu sama lain, seperti
dijumpai pada tanah berkelas tekstur pasir, struktur tanahnya dikatakan berbutir tunggal.
Apabila partikel tanah saling terikat sehingga terbentuk bongkah-bongkah tanah yang
sangat kohesif maka struktur tanahnya disebut massif. Diantara kedua struktur tanah
tersebut dikenal tanah dengan keterikatan sedang dimana kesatuan yang terbentuk kecil
saja. Struktur tanah yang demikian dinyatakan beragregasi dan kesatuannya disebut
sebagai mikroagregat atau agregat saja.
3. Penentu ruang pori tanah
Ruang pori tanah merupakan ruang yang dapat dikuasai oleh air dan udara tanah.
Ruang yang ditempati oleh tanah terbagi 2 yaitu ruang dalam dan ruang pori. Salah
satunya tidak boleh memonopoli ruang tanah itu. Ia harus dibagi secara adil dan
seimbang. Sama seperti tekstur tanah yang sedang, struktur tanah yang dianggap
optimum untuk pertumbuhan tanaman adalah struktur tanah yang dapat membagi ruang
yang ditempati oleh tanah itu secara sedang-sedang saja. Biasanya sebagai patokan kasar,
perbandingan antara ruang padatan dan ruang pori yang baik adalah satu. Masing-masing
menguasai 50% volume tanah keseluruhan.
4. Konsistensi
Konsistensi tanah adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan manifestasi
gaya-gaya kohesi yang bekerja dalam tanah dengan kandungan air yang berbeda-beda.
Konsistensi ini penting untuk klasifikasi tanah, pengelolaan tanah dan perencanaan alat-
alat pengolah tanah.
5. Keadaan batuan
Terdapatnya batu-batu baik dipermukaan tanah maupun didalam tanah dapat
mengganggu perakaran tanaman serta mengurangi kemampuan tanah untuk berbagai
penggunaan. Karena itu jumlah dan ukuran batuan yang ditemukan perlu dicatat dengan
baik.
6. Padas (Pan)
Merupakan bagian tanah yang mengeras dan padat sehingga tidak dapat ditembus
akar tanaman ataupun air. Karena itu dalam penyifatan tanah dilapangan, dalamnya padas
dan kekerasannya perlu diteliti.
7. Kedalaman efektif
Kedalaman efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat ditembus akar
tanaman. Pengamatan kedalaman efektif dilakukan dengan mengamati penyebaran akar
tanah tanaman. Banyaknya perakaran baik akar halus maupun akar kasar, serta dalamnya
akar tersebut dapat menembus tanah perlu diamati dengan baik.
8. Lereng
Keadaan lingkungan diluar solum tanah yang sangat besar pengaruhnya terhadap
kesesuaian tanah (lahan) untuk berbagai penggunaan adalah lereng. Lereng diukur
kemiringannya dengan menggunakan clinometer, abney level, atau teodolit. Kemiringan
lereng umumnya dinyatakan dalam % yang merupakan tangent dari derajat kemiringan
tersebut.

E. Organisme Hidup dalam Tanah


Aktivitas kehidupan organisme tanah dipengaruhi oleh :

1. Iklim (curah hujan, suhu, dan lain-lain)

2. Tanah (keasaman, kelembaban, suhu, hara, dan lain-lain)

3. Vegetasi (hutan, padang rumput, belukar, dan lain-lain)

F. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Tanah


1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah utama, yaitu :
a. Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Jika suhu tinggi,
proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat
pula.
b. Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah,
sedangkan penyucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah
menjadi rendah).
2. Organisme
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah, antara lain
sebagai berikut :
a. Jenis vegetasi berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Vegetasi hutan dapat
membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput
membentuk tanah berwarna hitam karena banyak memiliki kandungan bahan organik.
b. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap
sifat-sifat tanah. Misalnya, jenis cemara akan memberi unsur-unsur kimia, seperti Ca,
Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara derajat
keasamannya akan lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.
c. Membantu proses pelapukan khususnya pelapukan organik
d. Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan meng hasilkan daun-daunan
dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan
membusuk dengan bantuan jasad renik (mikroorganisme) yang terdapat didalam
tanah.
3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen, dan
batuan metamorf. Batuan induk akan hancur menjadi bahan induk, mengalami pelapukan,
dan menjadi tanah.
4. Topografi
Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi pembentukan tanah, antara lain
sebagai berikut :
a. Tebal atau tipisnya lapisan tanah
Daerah dengan topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya menjadi lebih tipis
karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi
proses sedimentasi.
b. Sistem drainase atau pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek sering tergenang air. Keadaan ini akan
menyebabkan tanahnya menjadi asam.
5. Waktu
Akibat proses pembentukan tanah yang terus berjalan maka induk tanah berubah
berturut-turut menjadi :
a. Tanah muda
Tanah muda ditandai oleh adanya proses pembentukan tanah yang masih tampak
pencampuran antara bahan organic dan bahan mineral atau masih tampak struktur
bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol, dan litosol.
b. Tanah dewasa
Tanah dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat
berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horizon B. Contoh
tanah dewasa adalah tanah andosol, latosol, dan grumosol.
c. Tanah tua
Tanah tua ditandai oleh proses pembentukan tanah yang berlangsung terus-
menerus sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada horizon-
horizon A dan B. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan
latosol tua (laterit).

G. Tekstur Tanah
Tekstur tanah merupakan gambaran tingkat kekasaran atau kehalusan bahan mineral yang
menyusun tanah. Tiga jenis partikel tanah, yaitu :
1. Pasir
a. Memiliki ciri terasa kasar jika dipegang
b. Berbutir
c. Tidak lengket
d. Tidak bisa dibentuk bola atau gulungan
e. Mengalirkan air (porous/permeable)
2. Debu atau Endapan Lumpur
a. Terasa tidak kasar
b. Masih terasa berbutir
c. Agak melekat
d. Dapat dibentuk bola atau tegak
3. Lempung atau Liat
a. Terasa berat
b. Halus
c. Sangat lekat
d. Dapat dibentuk bola dengan baik
e. Mudah digulung
f. Jika dibentuk pita panjang mencapai 5 cm atau lebih
g. Agak sulit menyerapkan air (tidak porous /impermeable)
H. Lapisan Tanah

Penampang tanah adalah irisan tegak melalui tanah, yang memperlihatkan berbagai
lapisan mendatar (dinamakan horizon) mulai dari permukaan sampai ke bahan induk yang
paling tidak lapuk dibawahnya.
1. O adalah simbol untuk horison atau lapisan yang didominasi oleh bahan organik.
2. A adalah simbol untuk horison tanah mineral yang terbentuk pada tanah atas atau lapisan
atas di bawah lapisan O, yang menunjukkan hilangnya seluruh atau sebagian besar
struktur batuan asli dan memperlihatkan satu atau lebih sifat.
3. E adalah simbol untuk horizon yang mengalami proses leaching maksimal, dicirikan oleh
warna yang lebih terang daripada horizon B yang terletak di bawahnya.
4. B adalah simbol untuk horison yang terbentuk di bawah horison A, E, atau O yang telah
mengalami perkembangan horison hingga mencirikan hilangnya seluruh atau sebagian
besar  struktur batuan asli dan menunjukkan satu atau lebih sifat.
5. C adalah simbol-simbol untuk horison atau lapisan bahan induk  tanah.
6. R adalah simbol untuk lapisan batuan induk misalnya granit, basalt, batu gamping, batu
pasir, dan lain-lain.

1. Lapisan atas
Merupakan lapisan yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan dan sisa-sisa
makhluk hidup yang telah mati. Lapisan itu merupakan tanah yang paling subur. Tanah
ini berwarna lebih hitam dibandingkan jenis tanah yang lain. Lapisan ini terdiri dari
tumbuh-tumbuhan dan binatang yang telah direduksi menjadi bahan organic yang terbagi
sangat halus oleh proses yang dikenal sebagai humifikasi.
2. Lapisan tengah
Terbentuk dari campuran antara hasil pelapukan batuan dan air. Lapisan tersebut
terbentuk karena sebagian bahan lapisan atas terbawa oleh air dan mengendap. Lapisan
ini biasa disebut tanah liat. Tanah pada lapisan ini kurang subur dan mempunyai warna
lebih terang. Lapisan ini terdiri dari tanah mineral dimana senyawa-senyawa organic
telah diubah oleh decomposer menjadi senyawa-senyawa anorganik oleh proses
mineralisasi dan dicampur dengan bahan induk yang halus.
3. Lapisan bawah
Merupakan lapisan yang terdiri atas bongkahan-bongkahan batu. Di sela-sela
bongkahan terdapat hasil pelapukan batuan. Jadi, masih ada batu yang belum melapuk
secara sempurna. Lapisan ini disebut lapisan tanah asli karena tidak tercampur dengan
hasil pelapukan dari batuan lain. Biasanya lapisan tanah ini warnanya sama dengan warna
batuan asalnya
4. Lapisan induk
Lapisan batuan induk, berupa bebatuan yang padat.

I. Jenis-Jenis Tanah dan Persebarannya


1. Tanah Alluvial
Tanah aluvial merupakan jenis tanah yang terjadi karena endapan lumpur
biasanya yang terbawa karena aliran sungai. Tanah ini biasanya ditemukan dibagian hilir
karena dibawa dari hulu. Tanah ini biasanya bewarna coklat hingga kelabu.
Tanah ini sangat cocok untuk pertanian baik pertanian padi maupun palawija
seperti jagung, tembakau dan jenis tanaman lainnya karena teksturnya yang lembut dan
mudah digarap sehingga tidak perlu membutuhkan kerja yang keras untuk
mencangkulnya.
Tanah ini banyak tersebar di Indonesia dari sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
papua dan jawa.
2. Tanah Vulkanis
Tanah Vulkanis adalah tanah hasil pelapukan bahan padat dan bahan cair yang
dikeluarkan oleh gunung berapi. Tanah tersebut sangat subur karena mengandung unsur
hara atau mineral yang diperlukan tanaman. Jenis tanah ini terdapat di pulau Jawa,
Sumatera, Bali, Lombok. Pemanfaatannya dipergunakan didaerah pertanian dan
perkebunan.
Tanah Vulkanis terdiri dari 2 jenis :
a. Tanah Regosol
Memiliki ciri-ciri berbutir kasar, berwarna kelabu hingga kuning, cocok untuk
tanaman palawija, tembakau dan buah-buahan.
b. Tanah Andosol
Tanah andosol merupakan salah satu jenis tanah vulkanik dimana terbentuk
karena adanya proses vulkanisme pada gunung berapi. Tanah ini sangat subur dan
baik untuk tanaman.
Warna dari tanah andosol coklat keabu-abuan. Tanah ini sangat kaya dengan
mineral, unsur hara, air dan mineral sehingga sangat baik untuk tanaman. Tanah ini
sangat cocok untuk segala jenis tanaman yang ada di dunia. Persebaran tanah andosol
biasanya terdapat di daerah yang dekat dengan gunung berapi.
Di Indonesia sendiri yang merupakan daerah cincin api banyak terdapat tanah
andosol seperti di daerah jawa, bali, sumatera dan nusa tenggara.
3. Tanah Entisol
Tanah entisol merupakan saudara dari tanah andosol namun biasanya merupakan
pelapukan dari material yang dikeluarkan oleh letusan gunung berapi seperti debu, pasir,
lahar, dan lapili.
Tanah ini juga sangat subur dan merupakan tipe tanah yang masih muda. Tanah
ini biasanya ditemukan tidak jauh dari area gunung berapi bisa berupa permukaan tanah
tipis yang belum memiliki lapisan tanah dan berupa gundukan pasir seperti yang ada di
pantai parangteritis Jogjakarta.
Persebaran tanah entisol ini biasanya terdapat disekitar gunung berapi seperti di
pantai parangteritis Jogjakarta, dan daerah jawa lainnya yang memiliki gunung berapi.

4. Tanah Grumosol
Tanah grumusol terbentuk dari pelapukan batuan kapur dan tuffa vulkanik.
Kandungan organik di dalamnya rendah karena dari batuan kapur. Jadi dapat disimpulkan
tanah ini tidak subur dan tidak cocok untuk ditanami tanaman.
Tekstur tanahnya kering dan mudah pecah terutama saat musim kemarau dan
memiliki warna hitam. Ph yang dimiliki netral hingga alkalis. Tanah ini biasanya berada
di permukaan yang tidak lebih dari 300 meter dari permukaan laut dan memiliki bentuk
topografi datar hingga bergelombang. Perubahan suhu pada daerah yang terdapat tanah
grumosol sangat nyata ketika panas dan hujan.
Persebarannya di Indonesia seperti di Jawa Tengah (Demak, Jepara, Pati,
Rembang), Jawa Timur (Ngawi, Madiun) dan Nusa Tenggara Timur. Karena teksturnya
yang kering maka akan bagus jika ditanami vegetasi kuat seperti kayu jati.

5. Tanah Humus
Tanah humus merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan tumbuh-tumbuhan.
Mengandung banyak unsur hara, mineral, dan sangat subur.
Tanah Humus sangat baik untuk melakukan cocok tanam karena kandungannya
yang sangat subur dan baik untuk tanaman. Tanah ini memiliki unsur hara dan mineral
yang banyak karena pelapukkan tumbuhan hingga warnanya agak kehitam-hitaman.
Tanah ini terdapat di daerah yang ada banyak hutan. Persebarannya di Indonesia
meliputi daerah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Papua dan sebagian wilayah dari Sulawesi.
6. Tanah Inseptol
Inseptol terbentuk dari batuan sedimen atau metamorf dengan warna agak
kecoklatan dan kehitaman serta campuran yang agak keabu-abuan. Tanah ini juga dapat
menopang pembentukan hutan yang asri.
Ciri-ciri tanah ini adalah adanya horizon kambik dimana horizon ini kurang dari
25% dari horizon selanjutnya jadi sangatlah unik. Tanah ini cocok untuk perkebunan
seperti perkebunan kelapa sawit.Serta untuk berbagai lahan perkebunan lainnya seperti
karet.
Tanah inseptisol tersebar di berbagai derah di Indonesia seperti di sumatera,
Kalimantan dan papua.

7. Tanah Laterit
Tanah laterit memiliki warna merah bata karena mengandung banyak zat besi dan
aluminium. Di indonesia sendiri tanah ini sepertinya cukup familiar di berbagai daerah,
terutama di daerah desa dan perkampungan.
Tanah laterit termasuk dalam jajaran tanah yang sudah tua sehingga tidak cocok
untuk ditanami tumbuhan apapun dan karena kandungan yang ada di dalamnya pula.
Persebarannya sendiri di Indonesia meliputi Kalimantan, Lampung, Jawa Barat,
dan Jawa Timur.
8. Tanah Latosol
Jenis tanah ini juga salah satu yang terdapat di Indonesia, tanah ini terbentuk dari
pelapukan batuan sedimen dan metamorf.
Ciri-ciri dari tanah latosol adalah warnanya yang merah hingga kuning, teksturnya
lempung dan memiliki solum horizon. Persebaran tanah litosol ini berada di daerah yang
memiliki curah hujan tinggi dan kelembaban yang tinggi pula serta pada ketinggian
berkisar pada 300-1000 meter dari permukaan laut. Tanah latosol tidak terlalu subur
karena mengandung zat besi dan aluminium.
Persebaran tanah latosol di daerah Sulawesi, lampung, Kalimantan timur dan
barat, Bali dan Papua.
9. Tanah Litosol
Tanah litosol merupakan tanah yang baru mengalami perkembangan dan
merupakan tanah yang masih muda. Terbentuk dari adanya perubahan iklim, topografi
dan adanya vulkanisme.
Untuk mengembangkan tanah ini harus dilakukan dengan cara menanam pohon
supaya mendapatkan mineral dan unsur hara yang cukup. Tekstur tanah litosol
bermacam-macam ada yang lembut, bebatuan bahkan berpasir.
Biasanya terdapat pada daerah yang memiliki tingkat kecuraman tinggi seperti di
bukit tinggi, nusa tenggara barat, Jawa tengah, Jawa Barat dan Sulawesi.
10. Tanah Kapur
Seperti dengan namanya tanah kapur berasal dari batuan kapur yang mengalami
pelapukan.
Karena terbentuk dari tanah kapur maka bisa disimpulkan bahwa tanah ini tidak
subur dan tidak bisa ditanami tanaman yang membutuhkan banyak air. Namun bisa
ditanami oleh pohon yang kuat dan tahan lama seperti pohon jati dan pohon keras
lainnya.
Tanah kapur tersebar di daerah yang kering seperti di gunung kidul Yogyakarta,
dan di daerah pegunungan kapur seperti di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara
Timur.

11. Tanah Mergel


Hampir sama dengan tanah kapur, jenis tanah ini juga berasal dari kapur, namun
dicampur dengan berbagai bahan lainnya yang membedakan adalah ia lebih mirip seperti
pasir. Tanah mergel terbentuk dari batuan kapur, pasir dan tanah liat dan mengalami
pembentukan dengan bantuan hujan namun tidak merata.
Tanah ini subur dan bisa ditanami oleh persawahan dan perkebunan. Selain itu
juga terdapat banyak mineral dan air di dalamnya.
Tanah ini banyak terdapat di daerah dataran rendah seperti di Solo (Jawa Tengah),
Madiun dan Kediri (Jawa Timur).
12. Tanah Organosol
Tanah organosol terbentuk dari pelapukan benda organik seperti tumbuhan,
gambut dan rawa. Biasanya terdapat di daerah yang memiliki iklim basah dan memiliki
curah hujan tinggi.
Ketebalan dari tanah ini sangat minim hanya 0.5 mm saja dan memiliki
diferensiasi horizon yang jelas, kandungan organik di dalam tanah organosol lebih dari
30% dengan tekstur lempung dan 20% untuk tanah yang berpasir. Kandungan unsur hara
rendah dan memiliki tingkat kelembapan rendah (PH 0,4) saja.
Tanah ini biasanya ditemukan di daerah pantai dan hampir tersebar di seluruh
pulau di Indonesia seperti sumatera, papua, Kalimantan, jawa, Sulawesi dan nusa
tenggara.
13. Tanah Oxisol
Tanah oxisol merupakan tanah yang kaya akan zat besi dan aluminium oksida.
Tanah jenis ini juga sering kita temui di daerah tropis di Indonesia dari daerah desa
hingga perkotaan.
Ciri-ciri dari tanah oxisol ini antara lain adalah memiliki solum yang dangkal dan
ketebalannya hanya kurang dari 1 meter saja. warnanya merah hingga kuning dan
memiliki tekstur halus seperti tanah liat.
Biasanya terdapat di daerah beriklim tropis basah dan cocok untuk perkebunan
tebu, nanas, pisang dan tumbuhan lainnya.

14. Tanah Padas


Tanah padas sebenarnya tidak juga bisa dibilang sebagai tanah karena sangat
keras hampir seperti dengan batuan.
Hal ini dikarenakan kandungan air didalamnya hampir tidak ada karena tanah
padas sangat padat bahkan tidak ada air. Unsur hara yang ada di dalamnya sangat rendah
dan kandungan organiknya sangat rendah bahkan hampir tidak ada. Tanah padas tidak
cocok digunakan untuk bercocok tanam.
Jenis tanah ini tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia secara merata.
15. Tanah Pasir
Seperti dengan namanya tanah pasir merupakan pelapukan dari batuan pasir.
Tanah ini biasanya banyak di daerah sekitar pantai atau daerah kepulauan.
Tanah pasir tidak memiliki kandungan air dan mineral karena teksturnya yang
sangat lemah. Lahan pasir adalah lahan marjinal yang sangat miskin hara. Tanah pasir
akan sangat mudah ditemukan di daerah yang berpasir di Indonesia. Sebagai negara
kepulauan, Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah tanah pasir terluas di dunia.
Jenis tanaman yag cocok untuk tanah ini adalah umbi-umbian. Hampir seluruh wilayah di
Indonesia memiliki persebaran tanah pasir.

16. Tanah Podsol


Tanah podsol memiliki berbagai campuran tekstur mulai pasir hingga bebatuan
kecil.
Ciri-ciri dari tanah podsol antara lain tidak memiliki perkembangan profil,
warnanya kuning hingga kuning keabuan serta memiliki tekstur pasir hingga lempung.
Kandungan organiknya sangat rendah karena terbentuk dari curah hujan yang tinggi tapi
suhunya rendah.
Persebaran tanah ini antara lain meliputi Kalimantan utara, Sulawesi utara dan
papua serta daerah lainnya yang tidak pernah kering alias selalu basah.

17. Tanah Podzolik


Tanah ini sangat mudah ditemukan di seluruh wilayah Indonesia karena
persebarannya yang hampir rata.
Tanah ini bewarna merah hingga kuning dan kandungan organik serta mineralnya
akan sangat mudah mengalami pencucian oleh air hujan. Oleh karena itu untuk
menyuburkan tanah ini harus ditanami tumbuhan yang memberikan zat organik untuk
kesuburan tanah serta pupuk baik hayati maupun hewani.
Tanah ini dapat digunakan untuk perkebunan dan persawahan serta dapat
ditemukan di Sumatera, Sulawesi, Papua, Kalimantan dan Jawa terutama jawa bagian
barat.
18. Tanah Liat
Tanah liat adalah jenis tanah yang terdiri dari campuran dari aluminium serta
silikat yang memiliki diameter tidak lebih dari 4 mikrometer. Tanah liat terbentuk dari
adanya proses pelapukan batuan silika yang dilakukan oleh asam karbonat dan sebagian
diantaranya dihasilkan dari aktivitas panas bumi.
Tanah liat tersebar di sebagian besar wilayah Indonesia secara merata. Biasanya
digunakan untuk membuat kerajinan hingga keperluan lainnya. Tanah liat biasanya
memiliki warna abu abu pekat atau hampir mengarah ke warna hitam, biasanya terdapat
di bagian dalam tanah ataupun di bagian permukaan.
Tanah liat hampir tersebar secara merata di seluruh wilayah di Indonesia, hanya
yang membedakannya adalah kedalaman tanah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. UNJ : Jakarta.


Ardhana, I Putu Gede. 2012. Ekologi Tumbuhan. Udayana University Press : Denpasar.
Barus, Marwansyah, et al. 2013. Pengaruh Takaran Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Wijen (Sesamum indicum L.) di Lahan Pasir Pantai. Vegetalika. Vol 2 (4) , 2013 :
45-54.
Ewusie, J. Yanney. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. ITB : Bandung.
Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB : Bandung

Anda mungkin juga menyukai