EKOLOGI HEWAN
Oleh
Kelompok 7
Nia Anggraini
Meliyani
Raysa Juwita
Vayolin Eroika
Witri Adriani
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017
Kata Pengantar
Alhamdulillah, berkat rahmat dan karunia dari Allah SWT, penulisan Laporan
Kuliah Lapangan Ekologi Hewan telah dapat diselesaikan. Laporan ini ditulis dalam
rangka untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Ekologi Hewan. Salawat dan Salam
dikirimkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman
kebodohan kepada zaman yang penuh ilmu pengetahuan.
Kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. orangtua yang selalu mendoakan penulis
2. Drs. Ristiono, M.Pd selaku dosen yang telah membimbing kami dalam mata kuliah
Ekologi Hewan
3. Senior dan rekan-rekan yang telah membantu dalam pelaksanaan praktikum dan
kuliah lapangan.
Semua ilmu yang dipelajari tidak akan berguna jika tidak ada pelaksanaan dalam
kehidupan sehari-hari. Ilmu alam pun juga tidak dapat dibuktikan kebenarannya jika
tidak dipraktekkan dan dibuktikan langsung di alam, begitupun mata kuliah Ekologi
Hewan. Oleh karena itu, penulis berharap selain untuk memenuhi persyaratan mata
kuliah Ekologi Hewan, laporan ini juga dapat menambah wawasan tentang hubungan
hewan dengang lingkungannya.
Laporan ini ditulis berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada Kuliah Lapangan
Terpadu (KLT) jurusan Biologi di Kayu Tanam, Kab. Padang Pariaman pada tanggal 22
s/d 24 April 2017
Kami menyadari bahwa setiap pekerjaan tidak ada yang sempurna seperti yang
semestinya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebenaran
informasi atau ilmu yang dipelajari, dan untuk perbaikan laporan ini di masa yang akan
datang. Kami berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca.
Kelompok 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekologi Hewan adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara hewan dengan
lingkungannya. Hubungan tersebut dapat berlangsung secara timbal balik maupun
searah. Hubungan antara hewan dengan lingkungannya akan membentuk ekosistem.
Ekosistem hewan merupakan tempat berlangsungnya hubungan antara hewan dengan
lingkungannya. Oleh karena itu, kita perlu memahami tentang hewan dan ekosistem.
Hubungan antara hewan dengan lingkungannya tidak dapat diterka atau
dipelajari secara teori saja, maka dari itu perlu dilakukan pengamatan langsung
dilapangan.
BAB II
KAJIAN TEORI
Komponen Biotik
Komponen atau faktor-faktor biotik suatu ekosistem terdiri atas semua makhluk
hidup (organisme), seperti manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme
yang hidup di dalamnya. Berdasarkan fungsi atau peranannya dalam ekosistem,
faktor-faktor biotik itu dapat dikelompokan menjadi produsen dan konsumen.
Pengaruh tanaman terhadap tanah dan udara: adanya penanaman pohon yang
dapat hidup di tanah yang kurang subur, maka kondisi tanah tersebut dapat
diperbaiki. Pohon-pohon berpengaruh dengan cara mengubah struktur tanah dan
mengurangi erosi.
Energi sinar matahari diperlukan oleh tumbuhan untuk melakukan proses
fotosintesis. Tumbuhan melakukan proses fotosintesis, hasilnya adalah makanan
dan oksigen. Oksigen dibuang ke udara, dan dipergunakan oleh makhluk hidup
lain untuk bernapas, sedangkan makanan yang terbentuk dimanfaatkan sebagai
makanan makhluk hidup yang lain.
Ampas respirasi berupa CO2 dibuang ke udara, dipakai kembali oleh tumbuhan
untuk bahan dasar proses fotosintesis.
Makhluk hidup (hewan) membuang kotoran dalam bentuk urine (air kencing)
dan tinja ke lingkungan (tanah) setelah terjadi penguraian kotoran tersebut
meresap ke dalam tanah dan menjadi sumber mineral bagi tumbuhan. Mineral-
mineral tersebut diserap kembali oleh tumbuhan melalui akar, untuk membantu
segala proses kehidupan tumbuhan
2.2 Populasi
Populasi adalah kumpulan individu dari suatu jenis organisme. Pengertian ini
dikemukakan untuk menjelaskan bahwa individu- individu suatu jenis organisme dapat
tersebar luas di muka bumi, namun tidak semuanya dapat saling berhubungan untuk
mengadakan perkawinan atau pertukaran informasi genetik, karena tempatnya terpisah.
Individu- individu yang hidup disuatu tempat tertentu dan antara sesamanya dapat
melakukan perkawinan sehingga dapat mengadakan pertukaran informasi genetik
dinyatakan sebagai satu kelompok yang disebut populasi.
Ada dua ciri dasar populasi, yaitu :
2.3 Komunitas
Komunitas dalam arti Ekologi mengacu kepada kumpulan populasi yang terdiri
dari spesies yang berlainan, yang menempati suatu daerah tertentu. Sedangkan
pengertian komunitas secara umum sendiri adalah kumpulan populasi makhluk hidup
yang saling berinteraksi dan tinggal di suatu habitat. Setiap komunitas tidak harus
menempati daerah yang luas, artinya komunitas dapat mempunyai ukuran berapa pun.
Misalnya dalam suatu aquarium yang terdiri dari ikan, siput, hydrilla sebagai
komponen biotik, serta air, bebatuan sebagai komponen abiotik dapat disebut sebagai
suatu komunitas. Komunitas tumbuhan di daerah trofik biasanya bersifat rumit dan
tidak mudah diberi nama menurut satu atau dua spesies yang paling berkuasa
sebagaimana yang umum di daerah yang beriklim sedang.
A. Hasil Pengamatan
1. Membuat Pitfall Trap
Perlakuan 1 = semut, kumbang, kepinding
Perlakuan 2 = semut, jangkrik
Perlakuan 3 = semut, jangkrik, kumbang
Perlakuan 4 = semut
2. Membuat jebakan dengan lampu semprong
Malam 1 = laba-laba, nyamuk, jangkrik
Malam 2 = jangkrik, kumbang, kunang-kunang
3. Menentukan kerapatan dengan insec net
Lebah, capung
B. Pembahasan
Dalam kehidupan sehari-hari dapat diketahui banyak yang mempengaruhi dalam
berlangsungnya kehidupan. Ekologi adalah salah satu ilmu yang mempelajari tentang
hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa
ekologi hewan adalah ilmu yang mengkaji hubungan hewan dengan hewan lainnya,
makhluk hidup dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhinya
diantaranya adalah komponen abiotik dan biotik. Jadi pada pengamatan kali ini akan
dilakukan pengamatan berdasarkan populasi dan komunitas hewan yang ada pada suatu
ekosistem serta kerapatan atau seberapa besar penguasaan hewan tersebut mendominasi
pada suatu daerah tersebut. Jadi pada pengamatan dilakukan tiga pengamataan dan
perlakuan yang berbeda-beda untuk dilihat hasilnya, diantaranya adalah :
1. Membuat Pitfall Trap
Pada saat membuat jebakan pada lubang dengan menggunakan larutan saka tebu dan
sabun tombak tujuannya agar ada hewan yang terjebak kedalamnya. Jadi kita bisa tahu
apa saja hewan yang ada pada daerah tersebut. Dan setelah dilakukan pengamatan
selama 3 hari dengan membuat sebanyak 4 perlakuan dengan waktu yang berbeda-beda,
maka didapat masing-masing perlakuannya adalah, pada perlakuan 1 hewan yang
terjebak didalamnya adalah semut, kumbang dan kepinding. Pada perlakuan 2 hewan
yang terjebak didalamnya adalah semut dan jangkrik. Pada perlakuan 3 hewan yang
terjebak didalamnya adalah semut, jangkrik dan kumbang. Dan yang terakhir pada
perlakuan 4 hewan yang terjebak didalamnya adalah semut saja. Jadi dari hasil
pengamatan yang diperoleh, semutlah yang selalu tertarik pada aroma larutan tersebut
sehingga terjebak didalamnya. Larutan tersebut sengaja dibuat dengan campuran air
saka dan sabun tombak supaya hewan disekitarnya bisa tertarik ke jebalan yang dibuat.
2. Membuat jebakan dengan lampu semprong
Pada perlakuan kali ini dibuat jebakan dengan menggunakan lampu semprong yang
diletakkan didalam baskom yang berisi air sehingga hewan disekitarnya dapat
terperangkap dan masuk kedalamnya. Perlakuan ini dilakukan paada malam hari selama
dua malam dan setiap pagi harinya di lihat apakah ada hewan yang terjebak didalamnya
dan kemudaian diamati. Jadi hasil pengamatan yang dilakukan selama dua malam
diantaranya adalah, pada malam pertama hewan yang terjebak didalamnya adalah laba-
laba, nyamuk dan jangkrik. Dan pada malam kedua hewan yang terjebak didalamnya
adalah jangkrik kumbang dan kunang-kunang. Itulah hewan yang terjebak kedalam
perangkap yang dibuat dengan menggunakan lampu semprong tersebut. Dan hewan
yang selalu terjebak pada setiap jebakan adalah jangkrik.
3. Menentukan kerapatan dengan insect net
Pengamatan ini adalah pengamatan terakhir pada praktikum lapangan, dimana
dilakukan pada siang hari, tujuan praktikum ini untuk melihat kerapatan jenis yang ada
pada komunitas didaerah tersebut. Digunakan tali rafia sebagai pembatas dan selakigus
plot untuk mengamati hewan yang ada di dalamnya dengan mengguanakan insect net.
Jadi setelah dilakukan pengamatan ternyata hewan yang terperangkap diantaranya
adalah lebah dn cabung. Namun, jika dilihat kembali capunglah yang mendominasi
keberadaanya di suatu komunitas tersebut. Karena dapat dilihat secara langsung
dilapangan bahwa capung banyak disana.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengematan pada saat praktikum dilpangan didapat kesimpulan
bahwa :
1. Beberapa karakteristik struktur komunitas yang biasanya dijadikan petunjuk
adanya derajad ketidakstabilan ekologis meliputi: keseragaman,dominansi,
keragaman, dan kelimpahan. Suhu air merupakan faktor yang cukup penting
bagi lingkungan perairan, kecerahan dan kekeruhan
2. Sewaktu individu dari satu atau lebih spesies hidup dalam kontak langsung dan
akrab dengan satu sama lain, hubungan mereka dinamakan dengan simbiosis.
3. komunitas secara umum sendiri adalah kumpulan populasi makhluk hidup yang
saling berinteraksi dan tinggal di suatu habitat.
4. Hewan yang di temukan pada masing-masing perlakuan dan pengamatan adalah
umumnya jenis serangga.
B. Saran
Ekologi hewan adalah matakuliah yang berhubungan dengan hewan dengan hewan
maupun hewan dengan lingkungannya. Pada praktikum dijelaskan bagaimana populasi
dan komunitas tersebut. Dan saran untuk praktikum lapangan selanjutnya adalah
semoga praktikum berjalan dengan baik dan waktunya juga sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Deshmukh, Lan, 1986. Ekologi dan Biologi Tropika. Blackwell Scientific Publications
Limited, Oxford.
Erawati, Nety V., dan Sih Kahono .2010. “J. Entomol. Indon” Keanekaragaman Dan
Fried, George H & George J. Hademenos. 2005. Biologi Edisi Kedua. Jakarta :
Erlangga.