Anda di halaman 1dari 15

INFORMASI ASIMETRIS DALAM

KASUS INVESTASI “BODONG”

UNIVERSITAS INDONESIA

MAKALAH EKONOMI KELEMBAGAAN


DOSEN : AINUL HUDA, SE., M.Si

DISUSUN OLEH :
LANANG TANU PRIHANTORO
(1806248122 – PB 39)

PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN EKONOMI


DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS INDONESIA
2018
STATEMENT OF AUTHORSHIP

“Saya/kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir


adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang
saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya”.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas


pada mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami
menyatakan menggunakannya.

Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan
atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme”.

Nama : Lanang Tanu Prihantoro


NPM : 1806248122
Mata Ajar : Ekonomi Kelembagaan
Dosen : Ainul Huda, SE., M.Si

Jakarta, Desember 2018

(Lanang Tanu Prihantoro)

1
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pengertian investasi menurut ilmu ekonomi adalah pengeluaran penanam modal maupun
perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan juga perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang serta jasa yang tersedia dalam perekonomian.

Sedangkan pengertian investasi menurut ahli ekonomi Indonesia adalah penanaman modal
yang dilakukan oleh investor, baik investor asing maupun domestik dalam berbagai bidang usaha
yang terbuka untuk investasi, yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan.1

Secara umum, investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan baik oleh
orang pribadi (natural person) maupun badan hukum (juridicial person), dalam upaya
meningkatkan dan/atau mempertahankan nilai modalnya, baik yang berbentuk uang tunai (cash
money), peralatan (equipment), aset tak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun keahlian
(Dhaniswara K. Harjono, 2007: 10).

Sementara itu pengertian Investasi Bodong adalah suatu bentuk investasi dimana investor
menitipkan sejumlah uangnya untuk dikelola dan diolah oleh suatu perusahaan investasi, namun
sebenarnya perusahaan investasi tersebut tidak mengelola uang seperti sebagaimana dimaksud.2

Dalam teori agensi (agency theory) berbagai masalah informasi asimetri yang muncul
sering menimbulkan konflik kepentingan dalam hubungan antara manajemen dan pemilik
perusahaan. Dengan asumsi bahwa manajemen perusahaan bertindak sebagai agen mempunyai
akses data keuangan dan informasi yang lebih superior daripada pemiliknya sendiri atau investor
sebagai prinsipal. Manajemen dalam posisi strategi dan superior informasi kemungkinan
memanfaatkan kesempatan untuk memanipulasi pelaporan keuangan guna kepentingannya
sendiri (Eisenhard, 1989).

Informasi asimetris terjadi jika dalam suatu pasar salah satu pihak dari suatu transaksi
memiliki informasi lebih banyak atau lebih baik dibandingkan pihak lainnya. Dalam hal ini, hal
yang sering terjadi adalah pihak penjual yang memiliki informasi lebih banyak tentang produk
dibandingkan pembeli, meski kondisi sebaliknya mungkin juga terjadi.3

1
Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, 2008.
2
Sugraha Prawira R, Membongkar Fenomena Bisnis di Internet, Elex Media Komputindo, Jakarta 2010
3
Akerlov, George. A. 1970. The Market for “Lemons” : Quality Uncertainty and the Market Mechanism,
Quarterly Journal of Economics, 84(3), pp. 488-500.

2
Kondisi ini pertama kali dijelaskan oleh Kenneth J. Arrow dalam satu artikel yang terkenal
di bidang penanganan kesehatan 1963 yang berjudul "Uncertainty and the Welfare Economics of
Medical Care," di jurnal American Economic Review. Sedangkan istilah Informasi Asimetris
digunakan oleh George Akerlof dalam karyanya tahun 1970 : The Market for Lemons (Pasar
Barang Kacangan).

Akerlof merefleksikan pepatah tua "let the buyer beware", di mana dia sepakat adanya
ketidakpastian ketika informasi tersedia bagi orang yang berbeda (informasi asimetri). Dia
mencontohkan untuk pasar mobil bekas, dimana penjual mobil bekas mempunyai infonnasi yang
lebih tentang mobil dibanding pembeli. Penjual mengetahui kualitas mobil bekasnya dari
pengalaman apakah mobil disfungsional (lemon) atau bekerja dengan excellent (plum).

Penjual yang tidak berniat baik akan menipu pembeli dengan cara memberi kesan seakan-
akan barang yang dijualnya bagus, hal ini yang memunculkan adanya Adverse Selection. Adverse
Selection merupakan bagaimana pemilihan keputusan yang akan diambil berdasarkan informasi
yang lemah. Banyak pembeli yang menghindari penipuan dengan menolak melakukan transaksi
dalam pasar seperti ini, atau menolak mengeluarkan uang besar dalam transaksi tersebut. Sebagai
akibatnya, penjual yang benar-benar menjual barang bagus menjadi tidak laku karena hanya
dinilai murah oleh pembeli, dan akhirnya pasar akan dipenuhi oleh barang berkualitas buruk.
Kondisi tersebut mendorong adanya Moral Hazard yang terjadi di dalam pasar tersebut. Moral
hazard merupakan tindakan yang diambil secara sengaja agar tujuan dapat tercapai. Misalnya
menyembunyikan hal – hal penting sebagai informasi untuk perusahaan.4

2. Rumusan Masalah

Dalam pembahasan ini akan dibahas bagaimana contoh adanya informasi asimetris pada
kasus investasi, dimana banyak dari pihak penyedia jasa investasi menyembunyikan informasi
yang seharusnya diketahui oleh masyarakat (adanya permasalahan investasi bodong). Kemudian
bagaimanakah upaya yang harus dilakukan oleh masyarakat menghadapi dalam menghadapi
permasalahan informasi asimetris tersebut?

4
Prasetya, Ferrry. 2013. Modul Ekonomi Publik Bagian III : Teori Informasi Asimetris. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis. Universitas Brawijaya. Malang

3
BAB II

STUDI LITERATUR

2.1. Penelitian Sebelumnya


a. Pada tahun 2014, berdasarkan penelitian yang dilakukan A.A.Angga Primantari dan Kadek
Sarna me5ndapatkan kesimpulan untuk menanggulangi “investasi bodong” di internet, pada
intinya terdapat dua sisi yaitu dari sisi pengaturan yang harus lebih tegas dan dari sisi
investor yang harus tetap berhati-hati dalam memilih dan melakukan investasi di internet
sehingga tidak terjebak dalam “investasi bodong”.
b. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bambang Murdadi pada tahun 2013
memunculkan kesimpulan bahwasannya selain kurang pahamnya masyarakat terhadap
regulasi terkait Lembaga investasi, di sisi yang lain terdapat tumpang tindih payung hukum
mengenai penghimpunan dana dan investasi. Di sisi yang lain Lemahnya koordinasi para
pembuat kebijakan sehingga dalam UU yang berbeda terjadi penerapan yang “terkesan”
sama di bidang penghimpunan dana dan niat untuk berkoordinasi demi kejelasan substansi
isi UU terkesan “tidak” ada karena kepentingan masing-masing institusinya.

2.2. Landasan Teori


a. Informasi Asimetris

Salah satu artikel ekonomi yang mencoba mengkaji konsep permasalahan saat ini secara
lebih mendalam adalah The Market for Lemon yang ditulis oleh George Akerlof pada 1970.
Artikel tersebut membahas tentang tekanan terhadap kompetisi di pasar yang mampu membuat
barang-barang mengalami penurunan tentang ekspektasi kualitas (Holt & Sherman, 1999).
Problema “lemon” muncul dari ketidakmampuan pedagang/pembeli untuk membedakan kualitas
produk tertentu. Adanya informasi asimetris memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara
principal dan agent untuk saling mencoba memanfaatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri.

Eisenhardt (1989) mengemukakan tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu: (1) manusia pada
umunya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas
mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari
resiko (risk adverse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut menyebabkan bahwa

5
Candra, Alias. 2016. Asimetri Informasi pada Pembiayaan Pemilikan Rumah di Bank Syari’ah Mandiri. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam Al-Tijary. Vol. 2 No. 01 Desember 2016

4
informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan reliabilitasnya dan
dapat dipercaya atau tidaknya informasi yang disampaikan.

Terdapat dua bentuk dasar informasi asimetris yang dapat dibedakan. Yang pertama adalah
hidden knowledge mengacu pada situasi di mana satu pihak memiliki informasi lebih lanjut dari
pihak lain pada kualitas (atau "tipe") dari barang yang diperdagangkan atau kontrak variabel.
Yang kedua yakni hidden action adalah ketika salah satu pihak dapat mempengaruhi "kualitas"
dari barang yang diperdagangkan atau kontrak variabel dengan beberapa tindakan dan tindakan
ini tidak dapat diamati oleh pihak lain.

b. Hidden Knowledge

Hidden knowledge merupakan keadaan dimana salah satu pihak lebih mengetahui tentang
kualitas barang atau kontrak terhadap barang atau jasa yang diperdagangkan dibandingkan
dengan pihak lain sebagai mitranya. Terdapat 2 hal penting terkait dengan hidden knowledge,
yaitu :

1) Adverse Selection

Adverse Selection menyebabkan kegagalan pasar, namun ia dianggap penting di


bidang ekonomi karena sering menghilangkan kemungkinan pertukaran yang akan
menguntungkan baik konsumen maupun penjual. Adverse Selection muncul ketika , misal,
terdapat barang dengan kualitas yang berbeda dijual dengan satu harga karena penjual
tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menentukan kualitas yang sebenarnya pada
saat membeli. Akibatnya, terlalu banyak produk yang berkualitas rendah dan terlalu sedikit
produk yang berkualitas tinggi dijual dipasar atau dengan kata lain barang-barang
berkualitas rendah akan menggeser barang-barang yang berkualitas tinggi.

2) Market Unravelling

Informasi Asimetris dapat menimbulkan kerugian di dalam perdagangan terhadap


pihak yang kurang memiliki informasi. Dalam permasalahan asuransi, hal ini
menyebabkan pihak asuransi mengeksplorasi lebih jauh informasi mengenai kliennya.
Oleh karenanya, pihak asuransi menerapkan model probabilitas kecelekaan dimana setiap
individu memiliki resiko yang berbeda-beda.

c. Hidden Action

Hidden action merupakan tindakan yang tersembunyi oleh salah satu pihak yang
mempengaruhi kualitas barang yang diperdagangkan dan tindakan tersebut tidak dapat diamati
oleh pihak lain.

Proses mekanisme Hidden Action yakni :

5
Gambar 2.1

d. Informasi Asimetris dalam Bisnis Investasi dan Munculnya Investasi Bodong.

Keputusan Investasi, Pembiayaan, atau Dividen yang optimal dalam perusahaan


mengasumsikan bahwa investor dan manager memiliki informasi yang sama dalam hal laba
perusahaan dan kesempatan pada masa yang akan datang.

Di sisi yang lain investor yang telah berpengalaman melakukan investasi di pasar selalu
mencari informasi mengenai perusahaan terkait serta kondisi saham perusahaan tersebut (jika
investasi di pasar modal) terlebih dahulu sebelum melakukan investasi. Sementara ada investor
yang melakukan investasi hanya berdasarkan informasi yang sangat minim di pasar. Investor
yang pintar akan melakukan diskusi dengan analis untuk mendapatkan gambaran perusahaan
secara lengkap sehingga melakukan investasi dengan tepat dan mendapatkan kapital gain di masa
mendatang.

Informasi yang lengkap tentang kondisi perusahaan dimiliki oleh para agen perusahaan
seperti direksi dan manager perusahaan. Informasi ini tidak mungkin bisa keluar ke public begitu
saja karena agen tersebut harus memenuhi regulasi yang ada dalam menyampaikan informasi ke
publik. Informasi tersebut selalu ditahan perusahaan dan menginformasikannya pada waktu yang
tepat.

Sebagian orang ingin berinvestasi karena peluang kapital gain yang akan diperoleh.
Kapital gain yang besar mendorong seseorang untuk melakukan investasi di perusahaan tersebut.
Sebagaimana diuraikan di atas terkait investor yang hanya bermodalkan informasi yang sangat
minim, rata-rata mereka hanya melihat besarnya kapital gain yang akan mereka dapatkan. Hal
tersebut merupakan celah bagi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menjalankan
investasi bodong.

Bagaimana tidak menggiurkan? Dengan hanya bermodal sekian rupiah saja mereka akan
mendapatkan keuntungan yang besar dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama. Hal tersebut
tidak terlepas dari lemahnya literasi masyarakat tentang keuangan dan investasi. Sesungguhnya
jika berpikir rasional, akan muncul pertanyaan bila membandingkan apa yang mereka peroleh
dengan, misal bunga deposito dari perbankan resmi. Mengapa perbankan tingkat nasional bahkan

6
internasional tidak sanggup memberi keuntungan lebih besar dibandingkan apa yang ditawarkan
entitas investasi illegal tersebut.

e. Peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mengatasi Investasi Bodong

Kehadiran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) salah satunya adalah untuk mengatasi beberapa
permasalahan antara konsumen dan institusi keuangan di antaranya informasi yang asimetris,
perlakuan tidak adil dan tidak etis, rendahnya kualitas layanan, penggunaan data pribadi
konsumen, serta kurang efektifnya penanganan pengaduan dan penyelesaian sengketa.

OJK tidak mengganti kerugian investor, tapi hanya memfasilitasi pengaduan yang
dilakukan melalui mediasi. OJK tidak berpihak dan hanya mempertemukan dua belah pihak
untuk bersepakat dan OJK mengawasi pelaksanaan akta kesepakatan yang ditandatangani.
Bagaimana dengan industri? Lembaga jasa keuangan akan diuntungkan karena saat ini sebagian
sudah menerapkan standar jasa keuangan yang baik, sebagian lagi belum.6

Dengan standardisasi, OJK akan memastikan perlakuan yang tepat untuk konsumen,
membangun kepercayaan pada industri (market confidence), dan di sisi lain menyaring industri
dari tindak kejahatan keuangan (financial crimes). Industri keuangan yang baik akan tumbuh dan
terlindungi. Konsumen yang cukup melek finansial akibat tingkat literasi keuangan tinggi pun
akan leluasa berinvestasi di produk pilihan mereka.

Pertumbuhan industri jasa keuangan akan naik seiring tingkat literasi keuangan
masyarakat. Regulasi itu diharapkan menciptakan keseimbangan dalam sektor jasa keuangan.
Lembaga keuangan tumbuh lebih baik dan konsumen pun terlindungi sehingga tidak ada buruk
sangka dari industri dan konsumen berinvestasi dengan aman.

6
Ahmad, Sufmi Dasco. 2018. Peranan otoritas jasa keuangan dalam penanggulangan Investasi ilegal di
Indonesia. Privat Law Vol. 6 No. 1. Universitas Az-Zahra Indonesia

7
BAB III

ANALISIS

3.1. Permasalahan Investasi Ilegal (Investasi Bodong)

Kebanyakan orang memahami investasi sebagai tindakan yang pasti mendatangkan untung
berlipatlipat. Dengan menanamkan modal sekian pasti akan mendapatkan untung sekian persen dalam
jangka waktu tertentu. Padahal sebenarnya tidaklah demikian, yang namanya investasi seperti apapun
bentuknya selalu memiliki risiko kerugian kecuali investasi pada aset yang cenderung stabil seperti
emas dan tanah. Akan tetapi investasi pada emas dan tanah keuntungannya tentu tidak sebesar investasi
pada usaha-usaha yang sifatnya dinamis.

Menyadari kesalahpahaman orang-orang mengenai investasi serta keinginan untuk mendapatkan


untung besar tanpa perlu bersusah payah memunculkan berbagai bentuk penipuan yang seolah-olah
seperti investasi yang disebut juga dengan investasi bodong.

Para pelaku investasi bodong akan menawarkan produk-produk investasi yang sebenarnya
hanyalah penipuan dengan keuntungan yang sangat fantastis yang sebenarnya jika calon korban mau
teliti keuntungan seperti itu adalah mustahil. Calon korban biasanya diiming-imingi untung sekian
persen pada hari kesekian, semakin hari keuntungannya semakin bertambah, serta seperti tidak ada
risiko. Biasanya di awal-awal pelaku penipuan akan melakukan sesuai janjinya, keuntungan ditransfer
ke para korban. Namun setelah beberapa kali, pengiriman keuntungan mulai macet yang pada akhirnya
tidak ada sama sekali dan para penipu tersebut sudah melarikan diri.

Jika kita mau teliti kita dapat mengenali apakah sebuah investasi yang ditawarkan bodong atau
tidak. Diantara ciri-ciri investasi bodong adalah keuntungan yang ditawarkan sangat tinggi dan tidak
realistis.7

Ketika kita ditawari suatu bentuk investasi dengan keuntungan yang sangat tinggi sebaiknya kita
berhati-hati dan menelusuri lebih jauh investasi tersebut. Biasanya para pelaku ini menawarkan
keuntungan yang sangat tinggi hanya untuk menarik minat banyak calon korban. Selain itu investasi
bodong juga mengiming-imingi calon korbannya dengan janji bahwa investasi tersebut sama sekali
tidak berisiko. Hal ini sangat tidak mungkin mengingat usaha apapun bahkan yang dijalankan oleh
pengusaha berpengalaman sekalipun tetap masih memiliki risiko. Ciri lainnya adalah adanya cashback
atau sejumlah imbalan jika kita berhasil merekrut anggota baru. Untuk menarik minat calon korban
biasanya para penipu ini menambahkan testimoni dari tokoh-tokoh seperti pemuka agama atau pejabat.
Kita tidak tahu apakah testimoni tersebut betul atau tidak. Investasi bodong biasanya juga menawarkan

7
Sugraha Prawira R, Membongkar Fenomena Bisnis di Internet, Elex Media Komputindo, Jakarta 2010

8
kemudahan penarikan aset. Hal ini juga harus diwaspadai karena pada dasarnya penarikan aset investasi
bukanlah sesuatu yang mudah. Secara umum, modus yang digunaan oleh entitas investasi illegal adalah
dengan memberikan imbal hasil yang besar, jumlah yang sangat besar tersebut memang sangat
menggiurkan. Banyak orang tergoda, sontak jumlah nasabah dan nilai modal yang dititipkan di entitas
investasi illegal tersebut semakin hari semakin menumpuk. Setelah entitas tersebut tumbuh semakin
besar, uang nasabah bukannya digunakan dengan sebagaimana mestinya, misal : disalurkan untuk kredit
usaha, namun justru dipakai untuk aset kepentingan pribadi, seperti membeli rumah, tanah, hingga
mobil pribadi.

Saperti parasut yang sulit dibasmi, itulah keadaan investasi bodong di Indonesia. Meski banyak
kasus yang terungkap, investasi bodong baru kerap muncul kembali. Apalagi dengan berkembangnya
teknologi informasi saat ini, besar kemungkinan jumlah investasi bodong semakin menjamur.

3.2. Upaya Menangani Investasi Bodong

.Masyarakat harus mengerti bahwa investasi bukan sekadar kepercayaan. Penting dipahami
bahwa setiap perusahaan yang menghimpun dana publik dan menawarkan keuntungan (return) mesti
mengantongi aspek legalitas untuk menjamin kepentingan mereka sendiri. Ketidakmengertian
mengenai pentingnya aspek hukum itu umumnya terjadi karena dua alasan; kurangnya pemahaman
masyarakat atas produk investasi dan sosialisasi pengelolaan investasi yang belum maksimal.8

Beragamnya inovasi produk keuangan saat ini mendorong beberapa negara meletakkan
perlindungan konsumen sebagai salah satu prioritas sektor keuangan. Apalagi, kejahatan keuangan
makin variatif, sedangkan tingkat pemahaman publik masih rendah. Padahal perkembangan investasi
juga akan mengikuti perkembangan pola pikir manusia. Makin berkembang peradaban, kreativitas
manusia makin berkembang dan mendorong penciptaan baru dari produk-produk investasi.9

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan investasi illegal.
Salah satunya dengan membentuk Satuan Tugas Waspada Investasi dengan OJK sebagai
koordinatornya. Satgas yang menangani dugaan tindakan melawan hukum di bidang penghimpunan
dana masyarakat dan pengelolaan investasi ini berada di bawah OJK dan beranggotakan 13
kementerian/lembaga. Kementerian yang tergabung adalah Kementerian Perdagangan, Kementerian
Koperasi dan UKM, Kementerian Komunikasi dan Informasi, Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Dalam Negeri, serta
Kementerian Agama.

8
Aviliani. 2013. Perlindungan Nasabah dalam Berinvestasi. Sindonews.com. Kamis, 7 November 2013
9
Nurdin, Aad Rusyad. 2018. Kajian Peraturan Perlindungan Konsumen di Sektor Perbankan. Jurnal Hukum &
Pembangunan 48 No. 2 2018. Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

9
Sementara untuk lembaga lain yang tergabung dalam satgas ini adalah kejaksaan, kepolisian,
Bank Indonesia, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), dan Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM).

Menurut Satgas Waspada Investasi, ancaman investasi bodong bisa berkurang bila masyarakat
jeli. Pasalnya investasi bodong cukup mudah terdeteksi, salah satunya dari aspek iming-iming imbal
hasil yang tak wajar dibandingkan imbal hasil investasi konvensional seperti emas, saham, reksa dana,
dan lainnya.

Bukan suatu hal yang susah untuk memastikan sebuah investasi bodong atau tidak. Pertama,
investasi bodong tidak akan memiliki izin usaha dari OJK. Kedua, imbal hasil yang ditawarkan sangat
tinggi ketimbang yang ditawarkan pasar. Untuk itulah, ketika akan berinvestasi selalu ingat 2L (Legal
dan Logis). Apabila jargon ini dapat selalu diperhatikan nasabah, maka sebenarnya investasi-investasi
bodong itu akan mati dengan sendirinya. Kendati demikian, kondisi di lapangan justru berbeda, masih
banyak masyarakat Indonesia yang tertarik dengan iming-iming keuntungan besar yang diberikan
investasi bodong. Selain warga dengan tingkat literasi keuangan yang rendah, warga dengan tingkat
literasi keuangan tinggi pun mudah tergoda.

Gambar 3.1.

Tips Menghindari Terjebak Invastasi Bodong

10
BAB IV

KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan dan Rekomendasi Kebijakan

Asimetri informasi terjadi karena pelaku usaha lebih superior dalam menguasai informasi
dibanding investor. Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan
kepentingan diri sendiri, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agent
untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Sehingga dengan adanya
asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) memberikan kesempatan kepada
manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management) dalam rangka memaksimumkan
utilitynya. Salah satu cara yang di gunakan untuk memonitor masalah kontrak dan membatasi perilaku
opportunistic manajemen adalah corporate governance (Watts, 2003).

Prinsip-prinsip pokok corporate governance yang perlu diperhatikan untuk terselenggaranya


praktik good corporate governance adalah; transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability),
keadilan (fairness), dan responsibilitas (responsibility). Berkaitan dengan masalah keagenan, corporate
governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi
sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return
atas dana yang telah mereka investasikan. Dengan kata lain corporate governance diarahkan untuk
mengurangi asimetri informasi antara principal dan agent yang pada akhirnya dapat memberikan
keuntungan yang sama baik bagi investor maupun pelaku usaha.

Mekanisme yang bisa dipergunakan untuk mencegah dan mengikis investasi bodong adalah
memaksimalkan peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam menangani penghimpunan dana dan
investasi. Banyak upaya yang dapat dilakukan OJK untuk mengatasi dan mencegah masyarakat yang
terjebak dengan investasi bodong, antara lain :

a. Melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai karakteristik kegiatan


pengumpulan dana dan investasi.
b. Menyelesaikan berbagai permasalahan atau sengketa terkait kegiatan investasi bodong.
c. Meneluarkan regulasi yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap korban
investasi illegal
d. Membuat satgas waspada investasi dan mengefektifkan kinerjanya

4.2. Rekomendasi Kebijakan

Untuk menghindari tipu-tipu dari tawaran investasi bodong cukup mudah, tapi seringkali cara ini
malas dilakukan oleh nasabah. Salah satu cara yang paling mujarab adalah dengan bertanya ke OJK.

11
OJK merupakan otoritas pemerintah yang mengeluarkan izin usaha terhadap suatu entitas yang
memiliki kegiatan menghimpun dana. Apabila tidak mendapatkan izin dari OJK, sudah dipastikan
investasi itu adalah ilegal alias bodong.

Selain izin dari OJK, calon investor harus mau memahami dan mempelajari produk investasi
yang akan dibeli. Ingat, semakin tinggi imbal hasil yang ditawarkan, maka semakin tinggi pula
risikonya. Biasanya, investasi-investasi bodong itu menawarkan imbal hasil yang tinggi, namun dengan
tingkat risiko yang rendah.

Apabila ditawarkan produk investasi seperti itu, maka sebaiknya calon investor mencari produk
investasi lainnya. Terakhir, investor juga jangan menerapkan strategi menyimpan telur dalam satu
kerajang. Artinya, ketika berinvestasi, investor jangan menyimpan dananya di satu produk investasi
saja. Lebih baik, dana tersebut disebar juga ke produk investasi lainnya guna meminimalkan risiko.

Dalam hal ini, OJK selaku pemegang otoritas wajib untuk selalu memberikan edukasi mengenai
literasi keuangan kepada masyarakat. Tak hanya itu, warga pun harus peka dengan lingkungan sekitar.
Jika memang melihat ada praktik dan penawaran investasi yang mencurigakan, Anda sebagai
masyarakat yang peduli, bisa langsung melaporkannya ke otoritas. Setiap investasi memang punya
risiko, tapi sampai tertipu investasi bodong adalah sesuatu yang konyol.

Gambar4.1.
Waspada Investasi Bodong

12
Referensi dan Daftar Pustaka

Akerlov, George. A. 1970. The Market for “Lemons” : Quality Uncertainty and the Market
Mechanism, Quarterly Journal of Economics, 84(3), pp. 488-500.

Arrow, Kenneth Joseph. 1963. Uncertainty and the Welfare Economics of Medical Care. The
American Economic Review, Volume 53, pp 941-973

Bessler, W., Drobetz, W., & Gruninger, M.C. 2010. Information Asymmetry & Financing
Decisions. International Review of Finance, 11(1): 123-154.

Candra, Alias. 2016. Asimetri Informasi pada Pembiayaan Pemilikan Rumah di Bank Syari’ah
Mandiri. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Al-Tijary. Vol. 2 No. 01 Desember 2016

Chandler, Seth J., 2008. Adverse Selection. The Wolfram Demonstrations Project.

Dhaniswara K. Harjono. 2007. Hukum Penanaman Modal. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Eisenhardt, Kathleem. 1989. Agency Theory: An Assesment and Review. Academy of


Management Review, 14. Hal 57-74.

Hey, J. D. 2003. Intermediate microeconomics. McGraw-Hill Education.

Holt, Charles A., dan Sherman, Roger, 1999. Classroom Games: A Market for Lemon. University
of Virginia: Department of Economics.

Miller, M.H. dan Rock Kevin. 1985. Devidend Policy under Asymmetric Information. The
Journal of Finance, Vol. 39. Pp 575-595

Murdadi, Bambang. 2013. Pranata Hukum Lembaga Keuangan Dan Investasi Bodong. Majalah
Ekonomi dan Bisnis. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Nurdin, Aad Rusyad. 2018. Kajian Peraturan Perlindungan Konsumen di Sektor Perbankan.
Jurnal Hukum & Pembangunan 48 No. 2 2018. Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Prasetya, Ferrry. 2013. Modul Ekonomi Publik Bagian III : Teori Informasi Asimetris. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis. Universitas Brawijaya. Malang

Primantari, A. A. Angga., Kadek Sarna. 2014. Upaya Menanggulangi “Investasi Bodong” di


Internet. Jurnal Ilmu Hukum Kertha Semaya Universitas Udayana. Denpasar

Scott, William. 2000. Financial Accounting Theory. New Jersey: Prentice hall.

Salim HS dan Budi Sutrisno. 2008. Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta, Penerbit PT. Raja
Grafindo Persada

Sugraha Prawira R. 2010. Membongkar Fenomena Bisnis di Internet, Elex Media Komputindo,
Jakarta.

13
Thabrany, H. 1999. Introduksi Asuransi Kesehatan. Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia,
Jakarta.

Unduhan :

Bussinessteacher.org.uk, t.t. Solution to the Lemon Problem [online]


http://www.businessteacher.org.uk/essays/business/solution-to-the-lemon-problem.php (2 Desember
2014)

https://www.ojk.go.id/

https://www.idea.or.id/

http://pusatdata.kontan.co.id/datavisual/investasibodong/

https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/116

https://nasional.sindonews.com/read/802774/18/perlindungan-nasabah-dalam-berinvestasi-
1383795556

14

Anda mungkin juga menyukai