Anda di halaman 1dari 9

RISIKO HUKUM DALAM PERBANKAN

(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Risiko)

By:

Diza Andriyani 023001701030

Jorgie Jovancha Appy 023001701036

FACULTY OF ECONOMY AND BUSINESS


TRISAKTI UNIVERSITY
JAKARTA
2019

1|Page
Table of Contents

1. Risiko Hukum................................................................................................................................ 3
2. Penyebab Risiko Hukum .............................................................................................................. 3
3. Contoh Kasus Risiko Hukum dalam Perbankan ....................................................................... 7

2|Page
1. Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan
aspek yuridis. Risiko ini timbul antara lain karena adanya ketiadaan peraturan perundang-
undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat
sahnya kontrak atau agunan yang tidak memadai.
Risiko hukum dapat terjadi di seluruh aspek transaksi yang ada di bank, temasuk pula
dengan kontrak yang dilakukan dengan nasabah maupun pihak lain dan dapat berdampak
terhadap risiko-risiko lain antara lain risiko kepatuhan, risiko pasar, risiko reputasi dan
risiko likuiditas.

Adapun sumber risiko hukum adalah:


1. Kontrak/hukum/ peraturan,
2. Dokumen pendukung,
3. Respon pengaduan dan
4. Keterlibatan kegiatan ilegal.

2. Penyebab Risiko Hukum


Penyebab risiko hukum dapat dibedakan menjadi tiga klasifikasi yaitu:

Penyebab Intern:

 Pelanggaran terhadap kontrak, hukum atau peraturan


 Ketidakcukupan dokumen pendukung
 Ketidakcukupan dalam mengidentifikasi hak dan kewajiban antara bank dengan pihak
lain.
 Keterlambatan pengetahuan dan atau respon manajemen terhadap pengaduan nasabah.

Penyebab Intern & Ekstern:

 Keterlibatan bank (baik sebagai badan hukum maupun individu dalam bank) dalam
money laundering, insider trading, penggelapan pajak, computer hacking dll.

Penyebab Eksternal:

 Tuntutan hukum dari nasabah atau pihak lawan (counterparties)

3|Page
 Proses litigasi.

Walaupun risiko hukum dapat didefiniskan, dipahami dan dikendalikan, namun bank
masih mengalami kesulitan untuk melakukan pengukuran terhadap risiko hukum, olehnya
manajemen risiko hukum berfokus kepada upaya untuk mengurangi eksposure dari sumber-
sumber risiko hukum. (berfokus kepada upaya pencegahan).
Dalam melakukan penilaian atas risiko inheren atas risiko hukum, indikator yang
digunakan adalah faktor litigasi, faktor kelemahan perikatan, dan faktor ketiadaan peraturan
perundang-undangan. Berikut ini beberapa contoh indikator yang dapat digunakan dala
penilaian risiko inheren atas risiko hukum, yaitu:

No Indikator Keterangan
Risiko Inheren
1. Faktor Litigasi 1. Besarnya nominal gugatan Litigasi dapat terjadi karena
yang diajukan atau estimasi adanya gugatan dari pihak
kerugian yang mungkin
ketiga kepada bank maupun
dialami oleh bank akibat dari
gugatan tersebut gugatan yang diajukan
dibandingkan dengan modal kepada pihak ketiga.
bank.
Gugatan tersebut pada
2. Besarnya kerugian yang
dialami oleh bank karena dasarnya menimbulkan
suatu putusan dari biaya yang dapat merugikan
pengadilan yang telah
kondisi bank.
memiliki kekuatan hukum
tetap dibandingkan dengan
modal bank.
3. Dasar dari gugatan yang
terjadi dan pihak yang
tergugat/menggugat bank
dalam suatu gugatan yang
diajukan serta tindakan dari
manajemen atas suatu
gugatan yang diajukan.
4. Kemungkinan timbulnya
gugatan yang serupa karena
adanya standar perjanjian
yang sama dan estimasi total
kerugian yang mungkin
timbul dibandingkan dengan

4|Page
No Indikator Keterangan
modal bank.

2. Faktor Kelemahan 1. Tidak terpenuhinya syarat Kelemahan perikatan yang


Perikatan sahnya perjanjian. dilakukan oleh bank
2. Terdapat kelemahan klausula merupakan sumber
perjanjian dan/atau tidak terjadinya permasalahan
terpenuhinya persyaratan atau sengketa di kemudian
yang telah disepakati. hari yang dapat
3. Pemahaman para pihak menimbulkan potensi risiko
terkait dengan perjanjian, hukum bagi bank.
terutama mengenai risiko-
risiko yang ada dalam suatu
transaksi yang kompleks dan
menggunakan istilah-istilah
yang sulit dipahami atau
tidak lazim bagi masyarakat
umum.
4. Tidak dapat dilaksanakannya
suatu perjanjian baik untuk
keseluruhan maupun
sebagian.
5. Keberadaan dokumen
pendukung terkait perjanjian
yang dilakukan oleh bank
dengan pihak ketiga.
6. Pengkinian dan review dari
penggunaan standar
perjanjian oleh bank
dan/atau pihak independen.
7. Penggunaan pilihan hukum
Indonesia atas perjanjian
yang diadakan oleh bank dan

5|Page
No Indikator Keterangan
juga penggunaan forum
penyelesaian sengketa.

3. Faktor 1. Jumlah dan nilai nominal Ketiadaan peraturan


Ketiadaan/Perubahan dari total produk bank yang perundang-undangan
Perundang- belum diatur oleh peraturan terutama atas produk yang
Undangan perundang-undangan secara dimiliki bank atau transaksi
jelas dan produk tersebut yang dilakukan bank akan
cenderung memiliki tingkat mengakibatkan produk
kompleksitas yang tinggi, tersebut menjadi sengketa
dibandingkan dengan modal dikemudian harinya
yang dimiliki bank. sehingga berpotensi
2. Penggunaan best practice menimbulkan risiko hukum.
atas suatu standar perjanjian
yang biasa digunakan oleh
bank masih mengacu pada
perjanjian yang belum
terkini walaupun telah ada
perubahan best practice atau
peraturan perundang-
undangan maupun hal
lainnya.

https://www.academia.edu/31022662/PENIILAIAN_PROFIL_RISIKO_HUKUM?auto=download

6|Page
3. Contoh Kasus Risiko Hukum dalam Perbankan
Bank Illinois, yang diciptakan dengan merger pada tahun 1910, memiliki akar
konservatif, tetapi pihak manajemen menerapkan strategi pertumbuhan cepat pada akhir
1970-an. Pada 1981, Bank Illinois telah menjadi pemberi pinjaman komersial dan industri
terbesar di Amerika Serikat (FDIC 1997, 236). Pada tahun 1982, menjadi jelas bahwa bank
telah melakukan investasi berisiko. Peraturan pada saat itu melarang bank dan perusahaan
induk dan Cabang bank dan memiliki bank di seluruh negara bagian, yang menyebabkan
banyak dari mereka membeli pinjaman dari bank di negara bagian lain. Continental Illinois
telah membeli $ 1 miliar dalam bentuk pinjaman terkait energi spekulatif dari Penn Square
Bank yang berbasis di Oklahoma, pinjaman yang berasal dari ledakan eksplorasi minyak dan
gas tahun 1970-an (FDIC 1997, 241). Penn Square Bank gagal pada Juli 1982, menyoroti
paparan kerugian Continental Illinois. Continental Illinois juga telah berinvestasi di negara-
negara berkembang, yang mengalami krisis utang akibat wanprestasi Meksiko pada Agustus
1982. Peristiwa ini menyebabkan investor menguji kembali penetapan harga risiko dan
praktik pemberian pinjaman bank selama periode pertumbuhan tinggi.

Bank mengambil tindakan untuk menstabilkan neraca pada tahun 1982 dan 1983.
Tetapi pada kuartal pertama 1984 bank memposting bahwa kredit macetnya tiba-tiba
meningkat $ 400 juta menjadi total $ 2,3 miliar (FDIC 1997, 243). Pada 10 Mei 1984, desas-
desus kebangkrutan bank memicu sejumlah besar deposan. Sebelum masalah, Continental
Illinois memegang $ 28,3 miliar dalam bentuk deposito, $ 20,7 miliar di antaranya lebih besar
dari $ 100.000, dan dengan demikian tidak diasuransikan oleh FDIC (Furlong 1984). Untuk
menghindari kehilangan dana mereka, deposan menarik total $ 10,8 miliar pada tahun 1984
(Swary 1986, 452).

Pada hari Jumat, 11 Mei, bank Illinois meminjam $ 3,6 miliar dari Federal Reserve
Bank of Chicago (FDIC 1997, 243), Dimana sebagai sumber dana Cadangan bagi bank,
bertindak sebagai “pemberi pinjaman terakhir.” Pada 14 Mei, Continental Illinois menerima $
4,5 miliar jalur kredit yang telah diatur selama akhir pekan dari enam belas bank terbesar di
negara ini (FDIC 1997, 244). Namun, Hal tersebut berlanjut, dan regulator khawatir masalah
itu akan meluas ke bank lain. FDIC memperkirakan bahwa hampir 2.300 bank telah
berinvestasi di Continental Illinois, dan hampir setengahnya telah menginvestasikan dana

7|Page
lebih dari $ 100.000, batas asuransi deposito. Seratus tujuh puluh sembilan bank tersebut
telah menginvestasikan jumlah yang setara dengan lebih dari setengah modal ekuitas mereka
(FDIC 1997, 250).

Kegagalan Continental Illinois menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana regulator


harus berurusan dengan bank yang gagal. Pada saat itu, FDIC memiliki tiga opsi: melikuidasi
bank dan membayar deposan yang diasuransikan, mengatur lembaga lain untuk membeli
bank, atau menjaga bank tetap hidup dengan dana FDIC. Opsi kedua sering memiliki efek
melindungi deposan yang tidak diasuransikan, dan opsi ketiga akan melindungi semua
kreditor bank (dalam kasus Continental, FDIC juga secara eksplisit melindungi pemegang
obligasi dari perusahaan induk bank). Dua opsi terakhir cenderung menjadi rute yang dipilih
oleh FDIC untuk bank-bank besar. Antara 1986 dan 1991, ukuran aset rata-rata bank yang
dilikuidasi adalah $ 65 juta, sedangkan ukuran aset rata-rata bank yang dijual atau diberi
bantuan — yaitu, kreditornya yang mendapat perlindungan tidak biasa — adalah $ 200 juta
(FDIC 1997, 248).

Perlakuan yang tidak biasa dari Continental Illinois memunculkan populer istilah
"terlalu besar untuk gagal." Istilah ini mengacu pada lembaga keuangan yang kegagalannya
dapat meluas ke perusahaan atau sektor ekonomi lainnya, dan dengan demikian diharapkan
untuk menerima dukungan pemerintah dalam jika ada masalah. Semakin besar perusahaan,
semakin besar kemungkinan terjadinya spillover. Akibatnya, semakin besar bank, semakin
besar kemungkinan regulator menyelamatkan perusahaan daripada melikuidasi bank, dan
dengan demikian melindungi semua kreditor. Selain itu, bank mungkin berharap bahwa
kreditor dari lembaga yang lebih besar lebih mungkin untuk dilindungi, sehingga mereka
memiliki insentif untuk menjadi besar.

Kongres berusaha membatasi penyelamatan bank-bank “To big To Fail" dengan meloloskan
Undang-Undang Perbaikan Lembaga Penjamin Simpanan Federal (FDICIA) pada tahun
1991. Undang-undang membatasi kelayakan FDIC untuk melindungi kreditor bank, dan
membatasi kemampuan Fed untuk meminjamkan kepada bank-bank bermasalah, yang dalam
kasus Continental Illinois memungkinkan deposan yang tidak diasuransikan melarikan diri
tanpa kerugian.

8|Page
Kegagalan Continental Illinois juga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana mengatur
risiko sistemik — risiko bahwa kegagalan satu lembaga dapat menyebabkan kegagalan lain,
bank run, dan gangguan ekonomi yang meluas. Pertanyaan itu sebagian besar tetap belum
diselesaikan secara legislatif sampai setelah krisis keuangan 2007-08 denganberlalunya
Dodd-Frank.
Act.https://www.federalreservehistory.org/essays/failure_of_continental_illinois

9|Page

Anda mungkin juga menyukai