Anda di halaman 1dari 37

DAMPAK PENERAPAN JUST IN TIME TERHADAP PENINGKATAN

EFISIENSI PEMBELIAN BAHAN BAKU


(STUDI KASUS PADA PT ARTHA ROYAL MANDIRI)

Proposal Penelitian untuk Skripsi

Program Studi : Akuntansi

Oleh :

ANANDA APRILIA ALIFIAN MAGHFIRO

NPM : 19.1.01.11560

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIESIA)

SURABAYA

2022
DAMPAK PENERAPAN JUST IN TIME TERHADAP PENINGKATAN
EFISIENSI PEMBELIAN BAHAN BAKU
(STUDI KASUS PADA PT ARTHA ROYAL MANDIRI)

Proposal Penelitian untuk Skripsi

Program Studi : Akuntansi

Diajukan Oleh :

ANANDA APRILIA ALIFIAN MAGHFIRO

NPM : 19.1.01.11560

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIESIA)

SURABAYA

2022

Telah Disetujui

Dosen Pembimbing

Pada Tanggal

Dra. Endang Dwi Retnani, M.Si., Ak., CA.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL PENELITIAN ..................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................ 4

1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 4

1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 4

1.4.1. Manfaat Praktis ................................................................ 4

1.4.2. Manfaat Teoritis ............................................................... 5

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 5

2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6

2.1. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 6

2.1.1. Sistem Manajemen Pembelian ........................................ 6

2.1.2. Just In Time ....................................................................... 10

2.1.3. Efisiensi Biaya Bahan Baku ............................................. 22

2.2. Rerangka Pemikiran .................................................................... 23

3. METODE PENELITIAN ...................................................................... 24

3.1. Jenis Penelitian Dan Gambaran Dari Populasi (Objek)


24
Penelitian.......................................................................................

3.2. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 24

3.3. Satuan Kajian ............................................................................... 29

iii
3.4. Teknik Analisis Data .................................................................... 30

JADWAL PENELITIAN ............................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 32

iv
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Saat ini, terdapat perubahan lingkungan bisnis yang drastis. Menurut Hansen

dan Mowen (2006:15-18) mengatakan bahwa adanya perubahan di lingkungan

bisnis semakin ketat persaingan bisnis antar perusahaan, permintaan pelanggan

kualitas produk dan harga rendah untuk produk yang diperoleh dalam lingkungan

bisnis. Perubahan pada lingkungan bisnis ini akhirnya mebuat perusahaan

memikirkan kembali cara lain untuk dapat mencapai produktivitas, efisiensi,

kualitas, efektivitas, ketepatan waktu, dan memberikan layanan yang dibutuhkan

untuk menaikkan keunggulan kompetitif dan mampu bersaing dengan pasar global

(Diaz dan Retnani, 2015). Mengingat kemajuan teknologi dan perkembangan

ekonomi yang pesat, baik di bidang perdagangan, industri maupun di bidang jasa,

akan menjadi tantangan tersendiri bagi setiap perusahaan dalam melakukan

kegiatannya. Perusahaan harus mampu beradaptasi dengan perkembangan yang

terjadi dan juga berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga stabilitas usaha agar

usaha tersebut dapat bertahan dan bersaing dengan perusahaan lain.

Setiap bisnis mampu mengatur dan menerapkan strategi yang tepat serta

mampu mengikuti perkembangan, perubahan yang sering terjadi atau setidaknya

menyelamatkan perusahaan tersebut agar dapat bertahan menghadapi persaingan

dan tumbuh menjadi besar sehingga untuk memenuhi semua harapan tersebut.

Perusahaan mampu menghasilkan pendapatan yang optimal atau pendapatan yang

maksimal untuk kelangsungan sebuah perusahaan. Meylianti dan Mulia (2009)

menyatakan sangat ketat persaingan antar perusahaan yang terbaik buat bertahan

1
pada era globalisasi ini dengan menggunakan corporate strategy yang baik pada

perusahaan untuk memperoleh keuntungan merupakan cara untuk mencapai

perusahaan yang terbaik. Perusahaan dalam menghadapi persaingan bebas yang

semakin ketat saat ini dituntut agar mengutamakan dan meningkatkan efisiensi

setepat mungkin, karena di setiap perusahaan selalu memiliki sistem manajemen

yang berbeda-beda tergantung tata kelola perusahaan dan bagaimana manajemen

diterapkan dengan sealalu memperhatikan fungsi-fungsi manajemen tersebut,

antara lain caranya dengan merencanakan suatu pembelian bahan baku yang

dibutuhkan dengan meminimalkan pemakaian bahan baku. Salah satu upaya untuk

menekan biaya bahan baku dapat dilakukan di bagian pembelian. Manajemen

pembelian ini suatu hal yang tak mampu terpisahkan dari sistem manajemen

pembelian bahan baku. Dengan adanya hal tersebut maka ada biaya tambahan yang

harus dikeluarkan untuk pembelian bahan baku, misalnya biaya penyimpanan

bahan baku dan biaya pemesanan bahan baku.

Dan keadaan ini semakin mendorong tuntutan perusahaan akan daya saing

dalam menjaga kelangsungan usaha agar dapat terhindar dari pemborosan.

Pemborosan ini terjadi saat perusahaan hanya menggunakan sistem manufaktur

tradisional. Pada perusahaan yang memakai metode just in time dapat

meminimalkan biaya terkait dengan persediaan tanpa harus mengurangi kualitas

produk yang dihasilkan dan mampu mengatasi pemborosan ini, untuk

meningkatkan efisiensi proses pembelian dengan memilih sistem pembelian bahan

baku yang sempurna menjadi kunci kesuksesan bagi seluruh perusahaan serta

pengetahuan tentang teknologi proses pembelian yaitu just in time. Langkah awal,

2
penerapan just in time tidak harus menghilangkan semuanya sampai mendekati nol,

dari segi biaya pemesanan tidak ada cara untuk mengurangi waktu yang dibutuhkan

untuk pemesanan dan pengembangan kontrak jangka panjang dengan pemasok.

Dengan pentingnya penerapan just in time pada perusahaan, maka penulis

menerapkan pada PT Artha Royal Mandiri yang merupakan perusahaan bergerak

di bidang konstruksi kolam renang yang berdiri sejak tahun 2013. Karena

sebelumnya perusahaan menggunakan cara tradisional, dimana biaya bahan baku

meningkat, tetapi yang diharapkan tidak meningkat, dan tidak terkendali, sehingga

masalah ini menyulitkan pihak manajemen untuk mengatasi kenaikan biaya bahan

baku yang terjadi tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perusahaan

terus mencari alternatif untuk mengatasi biaya bahan baku dengan menerapkan

metode just in time sejak tahun 2020. Perusahaan tidak perlu menyimpan bahan

serta komponen pada jumlah besar karena produsen dapat memenuhi kebutuhannya

pada waktu yang tepat, dalam jumlah serta harga yang tepat, sehingga waktu dapat

digunakan secara efisien dalam produksi.

Pada penjelasan diatas peneliti tertarik untuk mengetahui tentang bagaimana

perusahaan mengelolah pembelian biaya bahan baku yang dikumpulkan, mayoritas

perusahaan mempunyai perhitungan pembelian yang sederhana dan mungkin tidak

sedetail semua biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu, dengan ketentuan yang

berlaku penulis juga berkontribusi lebih pada perusahaan untuk melakukan

perhitungan biaya bahan baku untuk meningkatkan efisiensi biaya. Berdasarkan

fenomena diatas peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Dampak Penerapan

3
Just In Time Terhadap Peningkatan Efisiensi Pembelian Bahan Baku Studi Kasus

pada PT Artha Royal Mandiri”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan

penelitian sebagai berikut :

Bagaimana dampak penerapan just in time terhadap peningkatan efisiensi

pembelian bahan baku pada PT Artha Royal Mandiri ?.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh bukti empiris mengenai :

Untuk menganalisis dampak penerapan just in time terhadap peningkatan efisiensi

pembelian bahan baku pada PT Artha Royal Mandiri.

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada pihak –

pihak terkait yang berkepentingan :

1.4.1. Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para pengguna laporan

keuangan dan bagi perusahaan yang dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk

mengelola pembelian bahan baku dengan tidak banyak penyimpanan atau sisa yang

tidak dipakai saat itu juga dan penulis juga berkontribusi lebih pada perusahaan

untuk melakukan perhitungan biaya bahan baku yang benar untuk meningkatkan

efisiensi pembelian bahan baku.

4
1.4.2. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai wawasan pengembangan ilmu

pengetahuan, informasi dan kajian bagi mahasiswa yang mengambil permasalahan

yang sama mengenai penerapan just in time terhadap peningkatan efisiensi

pembelian bahan baku.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk pembahasan ini supaya tidak menimbulkan kerancuan yang

menyebabkan pembahasan semakin meluas dan tidak terarah, maka penulis akan

memberikan penerapan adanya sistem manajemen pembelian tradisional dan sistem

just in time pembelian terhadap perusahaan. Sehingga peneliti mengetahui tentang

perbandingan dari dua penerapan pembelian bahan baku yang diberi batasan pada

tahun 2018 - 2021.

5
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Sistem Manajemen Pembelian

Setiap perusahaan mempunyai sistem manajemen yang sesuai dengan tata

kelola perusahaan dan manajemen dilaksanakan dengan memperhatikan fungsi

manajemen. Manajemen pembelian menjadi salah satu fungsi dasar dari sebuah

perusahaan karena perusahaan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya fungsi

ini (Efrianti dkk., 2015). Manajemen pembelian merupakan sesuatu yang tidak

dapat dipisahkan dari pembentukan sistem perusahaan itu sendiri karena jika

pemasok tidak dapat memenuhi bahan yang dibutuhkan pada jumlah barang atau

biaya yang memastikan maka produk yang diperoleh akan diberi harga pangsa

pasar. Dan jika pembelian diintegrasikan ke dalam produk sebelumnya, kesalahan

dalam penugasan sumber daya danbiaya dapat dihindari (Shidqi dan Supriono,

2018).

Tugas utama manajemen bagian pembelian merupakan merencanakan

pembelian produk dasar yang membutuhkan jaminan kualitas berdasarkan

spesifikasi yang telah ditetapkan, harga yang wajar serta kompetitif pengiriman

tepat waktu sesuai prosedur yang berlaku (Damiri J. 2005)

1. Prinsip-Prinsip Manajemen Pembelian

Manajemen pembelian pada prinsipnya sangat penting, dimana

manajemen diperlukan untuk meningkatkan efektivitas serta efisiensi

pengelolaan dana perusahaan untuk anggaran pengeluaran. Pembelian semakin

6
diperlukan karena sangat mempengaruhi efisiensi, serta akhirnya pada laba

perusahaan.

Manajemen pembelian pada prinsipnya bersifat menyesuaikan situasi atau

kondisi internal serta eksternal pada tempat diterapkannya, sesuatu yang

dimengerti yaitu bahwa pengetahuan tentang pembelian tidak akan berkembang

jika hal tersebut tidak pernah didekati dengan tindakan (Titop D. W., et al. 2022).

2. Proses dan Prosedur Pembelian

Menurut Ivada P. A et al. (2015) Proses pembelian yang dibeli sesuai pada

persyaratan pembelian yang ditentukan. Jenis dan tingkat kendali pada pemasok

serta produk yang dibeli bergantung pada efek produk yang dibeli terhadap

realisasi produk selanjutnya atau produk akhir. Organisasi harus mengevaluasi

serta memilih pemasok terhadap kemampuan mereka untuk menyediakan

produk yang memenuhi persyaratan organisasi. Kriteria untuk seleksi, evaluasi

dan re-evaluasi harus ditetapkan. Informasi pembelian harus menjelaskan

produk yang dibeli, termasuk bila sesuai :

a. Persyaratan pada persetujuan produk, prosedur, proses serta peralatan,

b. Persyaratan pada kualifikasi personel, serta

c. Persyaratan pada sistem manajemen mutu.

Menurut Damiri J. (2005) Sistem manajemen pembelian memiliki

beberapa elemen dalam prosedur pembelian yang harus dilakukan. Prosedur

pembelian tersebut yaitu

1. Pembelian produk berkualitas

2. Satu set standar alat spesifikasi pembelian

7
3. Metode serta prosedur pembelian yang efisien

Yang dimaksud dengan spesifikasi pembelian yaitu keterangan singkat tentang

kualitas, ukuran dan berat atau faktor yang diinginkan untuk tipe tertentu.

Spesifikasi ini dibuat oleh manajemen atas kajian menyeluruh tentang kebutuhan

menu, kebijakan harga dan penjualannya (Damiri J. 2005).

3. Tugas dan Tanggung Jawab Bagian Pembelian

Menurut Damiri J. (2005) tugas dan tanggung jawab departemen pembelian

adalah sebagai berikut :

a. Mencari pemasok (Rekanan) → Quotation → Call Sheet.

b. Menerima daftar permintaan/permintaan pembelian untuk inventaris

tambahan atau pengeluaran modal serta aset operasi dari departemen outlet.

c. Membeli barang yang diperlukan dengan harga, kuantitas, dan kualitas yang

cukup bersaing serta tepat waktu.

d. Memeriksa laporan pembelian serta penerimaan setiap hari untuk

mengetahui barang telah disita atau tidak

e. Melakukan riset pasat dari waktu ke waktu untuk memantau harga.

Membuat kontrak pembelian dengan pemasok untuk memantau harga.

f. Mengadakan kontrak pembelian dengan pemasok untuk beberapa pihak jika

dianggap perlu setelah analisis mendalam.

g. Membuat laporan pada manajemen tentang perbandingan harga pasar serta

suplier.

h. Membuat spesifikasi pembelian.

8
i. Memantau situasi ekonomi, politik serta peristiwa terutama yang dapat

mempengaruhi keadaan ekonomi.

j. Mengadakan rapat internal secara berkala dengan departemen pembelian

atau dengan manajemen untuk menilai kondisi untuk meningkatkan kinerja

bisnis.

4. Kriteria Pemegang Jabatan Bagian Pembelian

Menurut Damiri J. (2005) bagian pembelian harus memiliki kriteria sebagai

berikut:

a. Jujur, berakhlak mulia seta bijaksana.

b. Bertanggung jawab.

c. Memiliki pengetahuan menyeluruh tentang komoditas seta penggunaannya

dalam berbagai bentuk

d. Memiliki pengalaman pada bidang survei pasar.

e. Bisa membaca situasi ekonomi, politik serta alam (iklim).

f. Cerdas serta paham komputer.

g. Memilikii keterampilan manajerial.

h. Mampu bernegosiasi.

i. Memahami pariwisata, perhotelan atau bisnis

j. Mengerti bahasa Inggris.

5. Wewenang Bagian Pembelian

Bagian pembelian memiliki wewenang seperti untuk :

a. Menentukan pemasok yang dipilih (Vendor, Pemasok, rekanan atau

pemasok,leveransir).

9
b. Menanyakan dengan departemen yang berkompeten tentang perintah yang

harus dilakukan sesuai dengan hasil politik, keamanan atau lainnya.

c. Membuat dan menandatangani kontrak perjanjian dengan pemasok

(Wewenang Purchasing Manager atau yang mewakili).

Menentukan sistem pembelian barang kebutuhan pokok secara Cash atau Kredit

(Damiri J. 2005)

2.1.2. Just In Time

Just in time pertama kali dikembangkan di negara Jepang yang telah

diaplikasikan secara nyata sejak awal tahun 1970-an pada perusahaan manufaktur

di Jepang. Pada awalnya di Toyota Motor oleh Mr. Taichii Ono, seorang wakil

direktur utama, serta beberapa teman sejawatnya, diantaranya Shigeo. Shigeo

mengadopsi strategi Henry Ford yang disesuaikan dengan etos kerja masyarakat

Jepang sehingga lahirlah sebuah filosofi yang disebut sebagai just in time

merupakan suatu pendekatan yang berusaha menghilangkan semua sumber

pemborosan, sesuatu yang tidak menambah nilai didalam kegiatan produksi dengan

menyugukan suku cadang yang tepat pada tempat dan waktu yang tepat (Schroeder,

1994:79).

Adapun sumber-sumber pemborosan menurut Ristyowati et al. (2017)

yaitu

(1) produksi berlebihan merupakan unit kerja sebelumnya menghasilkan terlalu

banyak akibatnya terganggu aliran bahan serta persediaan yang berlebih,

(2) menunggu merupakan syarat tidak adanya kegiatan yang terjadi di pekerja juga

produk yang menyebabkan waktu yang tidak sebentar,

10
(3) transportasi berlebih merupakan proses berpindahnya dari manusia, bahan yang

berlebih akibatnya terjadi pemborosan waktu, tenaga dan biaya,

(4) proses tidak sesuai merupakan kesalahan produksi seperti penggunaan mesin

atau akibat mekanisme, operator serta sistem,

(5) persediaan tidak digunakan merupakan penyimpanan berlebih, bahan baku

tertunda serta bahan baku yang menyebabkan biaya,

(6) cacat merupakan pengerjaan berulang di produk serta cacat pada desain yang

dihasilkan,

(7) gerakan tidak perlu, merupakan aktivitas yang dipengaruhi operator kinerja,

contohnya terlalu sering berjongkok atau membungkuk.

Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan just in time adalah sistem

manajemen yang berfokus untuk mengeliminasi pemborosan dari kegiatan aspek

manufaktur yang tidak bernilai tambah dan untuk menghasilkan produk dalam

jumlah yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

1. Konsep Just In Time

Konsep just in time kemudian diadopsi oleh banyak perusahaan

manufaktur di Jepang dan Amerika Serikat seperti Hewlet Packard, IBM, dan

Harley Davidson (Schroeder, 1994:79). Dalam konsep just in time, pengelolaan

persediaan mengarah pada tingkat biaya yang paling rendah, bahkan tingkat

efisiensinya mendekati 100%. Ini disebabkan karena tujuan konsep just in time

dalam proses produksi adalah mengeliminasi tingkat persediaan pada setiap

tahapan proses produksi sejak bahan baku sampai dengan barang jadi tidak ada

pemumpukan di dalam gudang. Konsep just in time menekankan pada pembelian

11
bahan baku yang sesuai dengan kebutuhan proses produksi, tidak kurang dan

tidak lebih pada saaat bahan-bahan diperlukan untuk membuat produk yang

dipesan konsumen baik melalui pesanan maupun kebutuhan pasar, sehingga

tidak ada persediaan bahan baku di gudang kecuali untuk di proses habis. Konsep

just in time merupakan implementasi sebagian dari Total Quality Management

(TQM) yang berkembang lebih dulu di Amerika Serikat dalam konsep

manajemen ilmiah yang di kembangkan oleh Federick Taylor, dalam just in time

mengutamakan kualitas proses dan produk, dengan mengeliminasi aktivitas-

aktivitas yang tidak mempunyai nilai tambah. (Winarti, Wiwin : 2017).

2. Aspek Pokok Just In Time

Terdapat empat aspek pokok dalam konsep just in time, yaitu

1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau kepuasan

konsumen harus dieliminasi. Komitmen ini diperlukan untuk memproduksi

produk bermutu dengan biaya rendah. Aktivitas yang tidak bernilai tambah

meningkatkan biaya (pemakaian sumber-sumber ekonomi) yang tidak perlu

misalnya, persediaan sehingga sedapat mungkin nol.

2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu menjadi lebih tinggi.

Komitmen ini diperlukan agar dapat mengerjakan sesuatu dengan benar sejak

saat pertama sehingga produk rusak dan cacat sedapat mungkin nol, tidak

memerlukan waktu dan biaya untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan

kepuasan pembeli dapat meningkatkan.

12
3. Selalu diupayakan penyempurnaan berkesinambungan. Komitmen ini

dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas aktivitas sehingga dapat

dihasilkan produk yang bermutu tinggi dan berbiaya rendah.

4. Menekankan pada penyerdehanaan aktivitas dan peningkatan pemahaman

terhadap aktivitas. Komitmen ini untuk mengetahui aktivitas bernilai tambah

dan tidak bernilai tambah. Aktivitas bernilai tambah sedapat mungkin

diefisensikan melalui penyerdahanaan aktivitas. Pengidentifikasian aktivitas

tidak bernilai tambah diperlukan agar aktivitas ini dapat dieliminasi.

(Supriyono. 1999:125).

3. Karakteristik Just In Time

Menurut Kusumawati, (2009:104) mengatakan ada beberapa karakteristik

utama dari perusahaan yang telah menerapkan sistem just in time, diantaranya

adalah :

1. Kualitas yang tinggi. Perusahaan yang telah menerapkan sistem just in time

berupaya mencapai tingkat kualitas dimana mereka dapat beroperasi dengan

persediaan yang rendah dan skedul yang ketat. Sistem just in time berupaya

menghapus sumber-sumber yang tidak efisien dan gangguan serta

melibatkan karyawan dalam operasi untuk terus melakukan perbaikan.

Dengan kata lain, perusahaan berpegang pada konsep lebih baik

menghasilkan barang yang berkualitas tinggi dengan biaya produksi sedikit

lebih mahal, daripada menghasilkan barang dengan biaya produksi murah

tapi kualitasnya rendah.

13
2. Tingkat persediaan rendah. Dalam sistem just in time, persediaan dianggap

suatu pemborosan karena dengan adanya persediaan diperlukan biaya

penyimpanan dan biaya tambahan lainnya. Persediaan digudang tidak

banyak, yang ada hanya secukupnya untuk melanjutkan proses produksi

kepada unit kerja berikutnya dan kalau habis baru dikirim lagi, sehingga ada

arus kerja yang berkesinambungan.

3. Jalur produksi yang fleksibel. Sistem produksi menggunakan sellular

manufacturing technique yaitu pengaturan layout dan peralatan proses

produksi yang fleksibel sehingga barang yang diproduksi tidak terlalu sering

mengalami perpindahan tempat dan juga tidak perlu masuk ketempat

penyimpanan, karena perpindahan produk terlalu sering dianggap sebagai

non value added activity.

4. Perubahan struktur organisasi yang mengarah ke produk, konsep just in time

menghendaki setiap bagian dalam proses produksi mempunyai service

department masing-masing sehingga apabila ada penyimpanan dapat

ditelusuri sedini mungkin. Penggunaan teknologi informasi secara efektif

merupakan salah satu syarat utama dalam menerapkan sistem just in time.

Sistem just in time merupakan konsep tepat waktu maka tidak ada

keterlambatan dari jadwal untuk sekecil apapun yang dapat ditolerir,

disebabkan penyimpangan sekecil apapun dari jadwal rutin akan

menyebabkan kemacetan proses produksi.

14
4. Peran Just In Time

Dalam sistem just in time ada beberapa peranan penting yaitu

menghasilkan sebuah produk harga ketika dibutuhkan dan hanya dalam

kuantitas yang diminta oleh pelanggan. Menurut Kuncoro (2004) berpendapat

bahwa just in time memiliki beberapa peranan penting diantaranya:

1. Meningkatkan laba

2. Meningkatkan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui :

a. Pengendalian biaya

b. Peningkatan kualitas

c. Perbaikan kinerja kualitas

5. Tujuan Just In Time

Menurut Ristono (2015) tujuan utama yang ingin dicapai dari sistem

produksi just in time adalah sebagai berikut :

1. Mereduksi scrap dan rework

2. Meningkatkan jumlah pemasok yang ikut just in time

3. Meningkatkan kualitas proses industri (orientasi zero defect)

4. Mengurangi inventori (orientasi zero inventory)

5. Mereduksi penggunaan ruang pabrik

6. Linearitas output pabrik (berproduksi pada tingkat yang konstan selama

waktu tertentu)

7. Mereduksi overhead

8. Meningkatkan produktivitas total industri secara keseluruhan

15
6. Manfaat Just In Time

Menurut Siswanto (2013) menyatakan bahwa manfaat just in time bukan

sekedar metode pengendalian persediaan karena memproduksi hanya didasarkan

permintaan, tetapi merupakan sistem produksi yang berkaitan dengan seluruh

fungsi dan aktivitas. Oleh karena itu, manfaat just in time antara lain :

1. Mengurangi biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung sebagai akibat

adanya penghapusan kegiatan seperti penyimpanan persediaan.

2. Mengurangi ruangan atau gudang untuk penyimpanan barang.

3. Mengurangi waktu set up dan penundaan jadwal produksi.

4. Mengurangi pemborosan barang rusak dan barang cacat dengan mendeteksi

kesalahan pada sumbernya.

5. Mengurangi waktu tunggu (lead time) karena ukuran lot yang kecil sehingga

sel produksi lebih dapat memberikan umpan balik terhadap masalah mutu.

6. Penggunaan mesin dan fasilitas secara lebih baik

7. Menciptakan hubungan yang lebih baik dengan pemasok

8. Tata letak pabrik yang lebih baik

9. Integrasi dan komunikasi yang lebih baik anatrfungsi, seperti pemasaran

pembelian dan produksi

10. Pengendalian mutu dalam proses

7. Penerapan Just In Time

Just in time dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan

seperti pembelian, produksi, distribusi, administrasi, dan sebagainya. Namun

bidang fungsional yang telah banyak menerapkan just in time adalah pembelian

16
dan produksi, karena sistem pembelian dan produksi merupakan titik awal

penerapan just in time sebelum diterapkan pada bidang fungsional lainnya

(Sekunder W, 2011). Secara garis besar just in time ada dua macam, yaitu Just

In Time Purchasing dan Just In Time Production.

1. Just In Time Purchasing (Sistem Pembelian Just In Time)

Hensen dan Mowen (2013:217) mengatakan bahwa Just In Time

Purchasing mengharuskan pemasok mengirimkan suku cadang serta bahan

mentah tepat pada waktu untuk karena hubungan pemasok sangat penting.

Menurut Agustina, dkk. (2007) Just In Time Purchasing dapat mengurangi

waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas pembelian dengan cara

sebagai berikut:

a. Mengurangi jumlah pemasok, sehingga perusahaan dapat mengurangi

sumber-sumber yang dicurahkan dalam negoisasi dengan pemasok.

b. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negoisasi melalui

kontrak jangka panjang dengan pemasok, menyangkut persyaratan

pembelian, kualitas bahan dan harga yang wajar.

c. Memiliki pembeli atau konsumen dengan program pembelian yang

mapan. Rencana pembelian yang mapan oleh pembeli atau konsumen,

dapat memberikan informasi bagi pemasok mengenai persyaratan

kualitas bahan dan saat penyerahan dengan tenggang waktu tertentu

sesuai rencana produksi.

d. Mengeliminasi dan mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak

menambah nilai bagi produk, seperti kegiatan dan biaya penyimpanan

17
atau biaya penyimpanan atau biaya pemindahan bahan dari gudang ke

pabrik.

e. Mengurangi waktu dan biaya program pemeriksaan kualitas. Pemilihan

pemasok yang dapat menjamin ketepatan waktu, jumlah dan kualitas

barang yang dibeli dapat mengurangi waktu dan biaya pemeriksaan.

Just In Time Purchasing merupakan bagian yang sangat kritis dalam

keseluruhan sistem just in time karena melibatkan pihak luar yaitu pemasok,

kontrak yang disepakati oleh pemasok perusahaan selalu memiliki

kemungkinan untuk direvisi sesuai dengan situasi serta kondisi yang

ditemui (Agustina, dkk. 2007).

Karakteristik sistem Just In Time Purchasing menurut Garrison dan

Noreen (2006:17) antara lain :

a. Barang dikirim secepatnya sebelum digunakan. terjadi peningkatan

jumlah pengiriman serta penurunan jumlah barang pengiriman.

b. Pengurangan jumlah pemasok untuk setiap item dan biaya serta waktu

negoisasi dan data pembelian. Dimana, beberapa pemasok yang dipilih

itu merupakan pemasok yang mampu memenuhi kebutuhan pengiriman

sering dalam jumlah kecil, dalam hal kualitas, harga serta waktu

pengiriman.

c. Penggunaan kontrak jangka panjang dengan pemasok yang termasuk

jadwal pengiriman barang dan harga yang harus dibayar dalam bentuk

dokumen, setiap transaksi melibatkan satu panggilan telepon atau entri

komputer.

18
d. Dengan tidak adanya pengecekan oleh pembeli atas kualitas barang

yang dikirim selama negoisasi awal, pemasok diberitahu tentang premi

yang diberikan untuk pengiriman barang berkualitas tinggi dengan

harga tertentu yang dipesan jadi no. defect, no. inspection, no. sorting,

dan no. repacking.

e. Pembayaran ke pemasok dilakukan untuk tumpukan penyerahan serta

bukan untuk setiap pengiriman.

2. Just In Time Production (Just In Time Produksi)

Penerapan just in time dalam produksi dilakukan dengan cara

penjadwalan proses produksi komponen atau produk yang tepat waktu, mutu

dan jumlahnya yang sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi yang

berikutnya atau sesuai dengan permintaan pelanggan. Menurut Rahayu

(2003) jika sistem just in time diidentikkan dengan sistem produksi tepat

waktu, penerapan just in time dapat dilakukan dengan proses sebagai berikut:

a. Dimulai dengan menjadwalkan kembali produksi ke dalam lot lebih

kecil.

b. Meningkatkan pengendalian kualitas dengan menerapkan TQC, agar

pekerja lebih menyadari pentingnya kualitas.

c. Meningkatkan faktor-faktor produksi termasuk pekerjanya. Pada

umumnya penerapan just in time disertasi dengan melibatkan karyawan

dalam pengambilan keputusan.

19
d. Menerapkan teknik produksi dalam sel (celullar) untuk mempersingkat

jarak perjalanan bahan baku maupun suku cadang dari satu mesin ke

mesin yang lain.

Penerapan sistem produksi sangatlah diperlukan oleh perusahaan,

karena dengan perhitungan sistem produksi yang akurat maka efektivitas

dalam pengelolaan produksi akan terlaksana sesuai dengan yang diharapkan.

Oleh karena itu, dalam sistem just in time production perusahan perlu

memperhatikan waktu aktivitas produksi yang digunakan dalam proses

produksi.

Salah satu pengukuran yang digunakan oleh perusahaan dalam

mengukur keseluruhan waktu yang diperlukan dalam pengolahan bahan baku

menjadi produk jadi adalah troughput time. Troughput time sendiri menurut

Tjiptono dan Anastasia (2003:194) terdiri dari :

1. Waktu pemrosesan yaitu waktu sesungguhnya yang diperlukan untuk

mengerjakan suatu produk.

2. Waktu inspeksi adalah waktu yang diperlukan untuk menginspeksi

produk untuk menjamin bahwa produk telah sesuai dengan standar

produksi dan juga meliputi waktu yang diperlukan untuk mengerjakan

kembali produk yang kurang memenuhi spesifikasi dan inspeksi ketika

bahan baku diterima.

3. Waktu pindah adalah waktu yang diperlukan untuk memindahkan

produk dari satu departmen ke departemen berikutnya serta waktu yang

diperlukan untuk memindahkan produk jadi ke gudang.

20
4. Waktu tunggu yaitu waktu dimana produk berada dalam suatu

departemen sebelum diproses

5. Waktu simpan adalah waktu untuk menyimpan bahan baku barang

dalam proses, dan barang jadi di gudang sebelum digunakan oleh

departemen produksi atau dikirim ke pelanggan.

8. Dampak Just In Time

Pada sistem penentuan biaya dengan mengurangi biaya penanganan bahan,

penyimpanan dan pemeriksaan, sistem just in time mengurangi biaya. Sistem

just in time juga memfasilitasi ketertelusuran biaya langsung yang umumnya

diklasifikasikan sebagai biaya tidak langsung. Misalnya, penggunaan sel

manufaktur dapat secara efektif mengurangi biaya penanganan material dan

operasi mesin hingga ke produk spesifik yang diproduksi dalam sel. Biaya ini

kemudian menjadi biaya langsung untuk produk tersebut. Selain itu, penggunaan

pekerja yang sangat terampil dengan cara ini berarti bahwa biaya pemasangan,

pemeliharaan dan pemeriksaan kualitas dianggap biaya langsung (George

Foster, et.al. 2008:347).

9. Keterbatasan Just In Time

Pengurangan persediaan yang signifikan dapat mengakibatkan hilangnya

penjualan sebagai pangsa pasar dan menimbulkan tekanan untuk karyawan

pemasaran. Pengurangan persediaan dalam implementasi just in time harus

mengikuti proses peningkatan yang dilakukan pada just in time, dan tidak hanya

mengurangi persediaan yang signifikan. Implementasi just in time adalah tidak

21
membutuhkan kehati-hatian, persiapan serta perencaaan yang cermat (Baldric

Siregar, et.al. 2013:152).

2.1.3. Efisiensi Biaya Bahan Baku

Jumame (2018) menyatakan bahwa efisiensi merupakan ukuran yang

menunjukkan seberapa baik sumber daya ekonomi digunakan dalam proses

produksi untuk menghasilkan suatu hasil. Efisien ini terdiri dari membatasi

pengeluaran yang tidak berguna dalam membatasi elemen yang berlebihan, oleh

karena itu efisiensi ini terkaitan dengan rantai nilai (value chain), yaitu hubungan

antara kegiatan yang dilakukan penciptaan barang dan jasa (Henry Faizal

2011:402).

Menurut Mulyadi (2014), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi

yang diukur dengan satuan uang yang telah terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

Dari definisi tersebut, ada empat unsur pokok dalam biaya, yaitu

a. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.

b. Diukur dalam satuan uang.

c. Yang telah terjadi atau kemungkinan dapat terjadi.

d. Pengorbanan tersebut untuk memperoleh manfaat saat ini dan mendatang.

Berdasarkan pendapat diatas dimaksud dengan efisiensi biaya tidak berarti

membuang waktu dan tenaga, namun sesuai dengan rencana dan tujuan. Untuk

memperoleh keuntungan yang tinggi dan untuk mempertahankan eksistensi bisnis,

bisnis harus beroperasi secara efisien. Cara untuk meningkatkan efisiensi biaya

dapat dicapai melalui sistem perencanaan, alat produksi, masukan yang tersedia

dengan hubungan kerja yang lebih baik dan kinerja yang lebih baik dengan

22
menggunakan kebijakan yang tepat di berbagai bidang. Biaya bahan baku adalah

biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja yang terlihat langsung dalam

pengelolaan bahan mentah menjadi barang jadi. Dan biaya overhead pabrik yaitu

biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi selain biaya bahan baku dan biaya

tenaga kerja langsung. Mengukur pentingnya banyak hal dalam pengembangan

bisnis seperti diperlukan adanya perbandingan, evaluasi, perencanaan dan

sebagainya. Semua produk terbuat dengan bahan baku langsung dasar. Bahan baku

langsung ini menjadi bagian fisik produk dan terdapat hubungan langsung antara

input bahan baku dan output berupa produk (final).

2.2. Rerangka Pemikiran

Sistem Manajemen Pembelian

Sistem Manajemen Tradisional Sistem Just In Time

Analisis Efisiensi Biaya Analisis Efisiensi Biaya


Bahan Baku Sebelum Bahan Baku Setelah
Penggunaan Just In Time Penggunaan Just In Time
Tahun 2018-2019 Tahun 2020-2021

Perbandingan Antara Analisis


Efisiensi Biaya Bahan Baku
Sebelum dengan Sesudah
Penggunaan Just In Time

Penarikan Kesimpulan

23
3. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian Dan Gambaran Dari Populasi (Objek) Penelitian

Metode penelitian ini memilih jenis penelitian kualitatif dengan jenis

penelitian studi kasus dimana peneliti mengkaji permasalahan yang berkaitan

dengan efisiensi biaya bahan baku yang dihadapi oleh perusahaan dengan

mengguanakan metode just in time. Menurut Meleong (2017) penelitian kualitatif

merupakan peneliti yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh

subjek penelitian dengan total menggunakan cara serta berbagai metode yang

dialami.

Adapun objek dari penelitian ini adalah PT Artha Royal Mandiri yang berada

di Ruko Agung Sedayu Square Blok M No. 50 Jalan Outer Ringroad Lingkar Luar

Barat, Cengkareng, Jakarta Barat 1173, Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini bergerak

di bidang manufaktur produksi kontruksi kolam renang.

3.2. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah informasi tentang sesuatu, dapat berupa sesuatu yang

diasumsikan dengan kode, angka, simbol dan sejenisnya. Pengumpulan data

merupakan pencatatan kegiatan beberapa dari semua elemen populasi penelitian

(Hasan,2006:82). Data yang diambil pada penelitian ini yaitu

1. Data primer adalah data penelitian yang di diperoleh langsung dari sumber

pertama yaitu melalui wawancara.

2. Data sekunder adalah data yang di peroleh tidak langsung, khususnya melalui

penelitian kepustakaan, baik dalam literatur buku maupun di internet.

24
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Dokumentasi, merupakan teknik pengumpulan data tidak ditujukan langsung

kepada subyek penelitian, namun pada dokumen yang tertera di PT Artha Royal

Mandiri. Beberapa faktor untuk merumuskan strategi bisnis secara sistematis,

dimana analisisnya berdasarkan fakta yang ada untuk meminimalisasi pembelian

biaya bahan baku dengan metode just in time. Data dan informasi yang

diperlukan meliputi :

1. Sejarah perusahaan

2. Struktur organisasi perusahaan beserta tugas pokok dan fungsinya

3. Data data keuangan dari tahun 2018-2021

- Data saldo awal bahan baku

- Data permintaan pada produksi dalam unit untuk 1 tahunnya

- Data harga biaya bahan baku per pcs/kg

- Data perubahan biaya bahan baku per pcs/kg

- Data pemakaian biaya bahan baku per pcs/kg

- Data biaya pengiriman proses pembelian bahan baku

- Data biaya potongan/diskon bahan baku

- Data biaya kompensasi pemesanan yang dibatalkan

- Data biaya asuransi dalam proses pengiriman setiap pemesanan

bahan baku

- Data biaya sisa bahan baku yang tersimpan di gudang

25
2. Wawancara, metode wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah

metode wawancara semi terstruktur, yaitu pewawancara menggunakan pedoman

wawancara yang berasal dari pengembangan subjek. Pengumpulan data melalui

wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara langsung untuk

memberikan informasi yang cukup sesuai dengan kebutuhan peneliti yaitu pada

bagian-bagian tertentu antara lain seperti

 Pada Bagian Operational Manager

1. Bagaimana sejarah perusahaan ini serta berdiri sejak tahun berapa ?

2. Lokasi perusahaan berada dimana, apakah memiliki perusahaan cabang,

jika iya pusatnya berada dimana?

3. Perusahaan tersebut bergerak di bidang apa?

4. Bagaimana struktur organisasi perusahaan, dan berapa jumlah karyawan

pada perusahaan tersebut ?

5. Bagaimana harapan perusahaan untuk kedepannya ?

6. Dalam setahun berapa kali perusahaan menghasilkan hasil produksi ?

7. Menurut anda bahan baku apa saja yang dibutuhkan untuk pembelian ?

8. Berapa kali pemakaian pada pembelian biaya bahan baku yang dipakai

saat awal persediaan bahan baku ?

9. Adakah perubahan biaya bahan baku terhadap pembeliaan, apa saja

biaya bahan baku yang mengalami perubahan dan bagaimana dampak

jika adanya perubahan tersebut ?

26
10. Adakah biaya pengiriman dalam proses pembelian bahan baku, jika ada

bagaimana dampaknya jika pengiriman dalam proses pembelian bahan

baku tersebut terlambat ?

11. Jika perusahaan membeli biaya bahan baku secara bertahap atau terus

menerus kepada supplier apakah supplier memberikan harga

potongan/diskon bahan baku tersebut ke perusahaan, bahan baku apa

saja yang diberikan pada potongan/diskon tersebut ?

12. Apakah ada bahan baku yang impor dari luar negri dan jika ada bahan

baku tersebut jangka waktunya datang berapa lama ?

13. Bagaimana dampak jika pemesanan sudah membuat perjanjian kontrak

pada perusahaan lalu membatalkan ?

14. Apakah perusahaan menyimpan bahan baku di gudang atau tidak, jika

ada bagaimana dampak jika bahan baku tersimpan banyak digudang dan

solusinya bagaimana?

15. Sejak tahun kapan perusahaan ini sudah tidak banyak lagi menyimpan

bahan baku di gudang / pada tahun berapa perusahaan menerapkan

sistem pembelian just in time ?

16. Menurut anda apakah pembelian harga bahan baku harus sesuai dengan

kualitas ?

17. Bagaimana dampak setelah adanya menimalisasi biaya bahan baku

terhadap perusahaan ?

18. Selama menerapkan just in time apakah perusahaan mengalami masalah

atau kendala ?

27
19. Selama perusahaan menerapkan just in time apakah sistem tersebut

efektif dan bagaimana menjaga serta meminimalkan untuk menjaga

efisiensi ?

20. Apakah perusahaan merasa mengalami peningkatan terhadap efisiensi

biaya bahan baku ?

 Pada Bagian head of adm & finance

1. Berapa biaya bahan baku per pcs/kg yang dibutuhkan saat pembelian ?

2. Adakah biaya pengiriman dalam proses pembelian bahan baku, jika ada

berapa biaya pengiriman setiap pembelian bahan baku ?

3. Jika perusahaan membeli biaya bahan baku secara bertahap atau terus

menerus kepada supplier apakah supplier memberikan harga

potongan/diskon bahan baku tersebut ke perusahaan, berapa biayanya

bahan baku yang diberikan pada potongan/diskon tersebut ?

4. Apakah ada bahan baku yang impor dari luar negri, jika ada berapa

biaya bahan baku yang impor dari luar negri tersebut ?

5. Jika pemesanan sudah membuat perjanjian kontrak pada perusahaan

lalu membatalkan berapa biaya kompensasi terhadap pemasanan yang

sudah dibatalkan tersebut ?

6. Adakah biaya asuransi dalam proses pengiriman bahan baku, jika ada

berapa biaya asuransi setiap pembelian bahan baku ?

7. Apakah perusahaan menyimpan bahan baku di gudang atau tidak, jika

ada, bahan baku apa yang biasanya sering terismpan di gudang berapa

biaya tersebut ?

28
8. Jika persediaan bahan baku nya habis apakah perusahaan ini melakukan

pembelian bahan baku lagi, dan berapa biaya bahan baku yang dipakai

setelah habis tersebut ?

3.3. Satuan Kajian

Satuan kajian adalah satuan terkecil yang digunakan oleh peneliti sebagai

klasifikasi untuk pengumpulan data. Dalam penelitian ini, penulis fokus

menganalisis metode just in time yang ada di perusahaan untuk meningkatkan

efisiensi biaya bahan baku yang akan dipraktikkan. Satuan kajian tersebut meliputi:

1. Sistem manajemen pembelian tradisional, sistem yang diterapkan oleh

perusahaan dimana biaya bahan baku meningkat, tetapi yang diharapkan tidak

meningkat serta tidak terkendali seperti barang yang tersedia dan disimpan di

gudang setelah aktivitas pembelian dan sebagai akibat penggunaan bahan baku

dalam aktivitas yang menumpuk. Bahan baku yang dibutuhkan pada perusahaan

salah satunya seperti beton, besi beton, tebal cor, tebal dinding, finishing

keramik (mosaic maupun liner) kemudian dipakai dalam proses produksi

perusahaan dalam menjalankan bisnis.

2. Sistem pembelian just in time, suatu sistem yang diterapkan oleh perusahaan

untuk mendapatkan bahan baku secara efisien dengan menerapkan metode just

in time, karena penerapan metode just in time oleh manajer mengurangi biaya

penggunaan bahan baku dapat meminimalkan output yang diberikan atau dapat

memaksimalkan output dengan membatasi jumlah input, sedangkan proses yang

dilakukan perusahaan dilaksanakan just in time dengan memproduksi sesuai

29
pesanan produksi utama, pemborosan saat pembelian bahan baku, dan kuantitas

pesanan berkurang.

3. Efisiensi biaya biaya bahan baku, suatu masukan (input) dibagi dengan keluaran

(output) dimana masukan tersebut adalah biaya bahan baku dan keluaran adalah

jumlah produk yang telah dihasilkan oleh perusahaan.

3.4. Teknik Analisis Data

Kegunaan menganalisis data merupakan untuk memproses sehingga menjadi

kebenaran yang dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam

penelitian. Dari uraian di atas, teknik analisis data yang digunakan yaitu data yang

terkumpul secara deskriptif kualitatif atau untuk memperoleh data menurut kriteria

sesuai ditetapkan sebelumnya yaitu data pembelian bahan baku, data penyimpanan

serta data pemesanan. Menurut Ahmadi (2014:6) penelitian kualitatif merupakan

mekanisme yang menghasilkan data deskriptif, bahasa atau tulisan serta sikap yang

bisa diamati dengan sendirinya. Analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Analisis Pembelian Bahan Baku Menggunakan Sistem Manajemen Pembelian

Tradisional

2. Analisis Pembelian Bahan Baku Menggunakan Sistem Pembelian Just In Time

3. Analisis Perbandingan Biaya Pembelian Pada Sistem Manajemen Pembelian

Tradisional Dengan Sistem Pembelian Just In Time

4. Analisis Keterkaitan Antara Manufacturing Cycle Efficiency (MCE) Dengan

Meningkatnya Efisiensi PT Artha Royal Mandiri

5. Rekomendasi Dan Kesimpulan

30
JADWAL PENELITIAN

DAMPAK PENERAPAN JUST IN TIME TERHADAP PENINGKATAN

EFISIENSI PEMBELIAN BAHAN BAKU (STUDI KASUS PADA PT

ARTHA ROYAL MANDIRI)

Tahun 2022-2023
No Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari
. Penelitian 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Konsultasi
Judul
2. Penyusunan
Proposal
3. Riset
Laporan
4. Pengolahan
Data
5. Penyusunan
Skripsi

31
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Y., Dewi, S., dan Ermadiani, 2007, Analisa Penerapan Sistem Just In
Time Untuk Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas Pada Perusahaan
Industri, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12, No. 1, Januari: 132-146.

Ahmadi, R. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan Pertama. Ar-Ruzz


Media. Yogyakarta.

Baldric Siregar, et.al., Akuntansi Manajemen, Salemba Empat, Jakarta, 2013, Hlm.
152.

Damiri, J. 2005. Manajemen Pembelian, Pemasaran & Penyimpanan. Cetakan


Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Diaz, A. P. dan Retnani, E. D. 2015. Penerapan Metode JIT Pembelian Bahan Baku
Dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya Bahan Baku. Jurnal Ilmu & Riset
Akuntansi, Vol. 4 No. 10.

Efrianti, Desi, et al. 2015. Analisis Perencanaan Pembelian Bahan Baku Dalam
Kaitannya Dengan Efisiensi Bahan Baku pada PT. Unitex. Akuntansi. Vol.
3. No. 2.

Garrison, H. Ray; Eric W. Noreen; dan Peter C. Brewer. 2006, Akuntansi


Manajerial, Buku 1, Edisi Kesebelas, Penerbit : Salemba Empat, Jakarta.

George Foster, et.al.2008. Akuntansi Biaya Penekanan Manajerial. 11(2). PT


Indeks. Jakarta. Hlm 347.

Hansen, D. R.dan M. Mowen. 2006. Akuntasi Manajemen. Ahli Bahasa Hermawan,


A. A. Edisi 4. Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Hasan, I. 2006. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya. Bumi


Aksara. Jakarta.

Henry Faizal Noor, Ekonomi Manajerial, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, Hlm. 402.

Hensen, Don R. dan Maryana M. Mowen. 2013. Akuntansi Manajerial. Edisi


Delapan. Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Ivada P., Hermanianto L., Kusnandar F. 2015. Integrasi Sistem Manaejemen ISO
9001, ISO 220 dan HAS 23000 dan Penerapannya di Industri Pengolahan
Susu. Jurnal Mutu Pangan : Jurnal Mutu Pangan Indonesia. 2(1). 66-73.

Jumame, L. 2018. Analisis Efisiensi Dan Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah


Kota Sorong Linda. Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen, 6, 81-100.

32
Kuncoro. 2004. Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi. UPP AMP YKPN.
Yogyakarta.

Kusumawati. R. 2009, Studi Just In Time Untuk Meningkatkan Kinerja


Produktivitas Perusahaan. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis. Vol 4 (8).

Meylianti S, Brigita dan Mulia, Fernando. 2009. Pengaruh Penerapan JIT (Just In
Time) dan TQM (Total Qiality Management) Terhadap Delivery
Perfomance Pada Industri Otomotif di Indonesia, Jurnal Manajemen Teori
Dan Terapan, Tahun 2, No. 2, Agustus.

Mulyadi. 2014. Akuntansi Biaya (5th Ed.). UPP STIM YKPN.

Rahayu. 2003. Pengaruh Aplikasi Strategi Just In Time Terhadap Efektivitas dan
Efisiensi Biaya Produksi Pada PT. Santosa Jaya Abadi Sidoarjo, Ekuitas,
Vol.9 No. 4 Desember 439-463.

Ristono, A. 2015. Manajemen Persedian. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Ristyowati, T., Muhsin, A., & Nurani, P. P. 2017. Minimasi Waste Pada
Aktivitasproses Produksi Dengan Konsep Lean Manufacturing (Studi
Kasus di PT Sport Glove Indonesia). Jurnal Optimasi Sistem Industri, 10(1),
85.

Schroeder, Roger G. 1994. Manajemen Operasi: Pengambilan Keputusan Dalam


Fungsi Operasi. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.

Sekunder W., Herry 2011. Penerapan Just In Time Dalam Sistem Pembelian Dan
Sistem Produksi. Binus Business Review Vol. 2 No. 1 Mei : 446-455.

Shidqi, M. dan Supriono. 2018. Penerapan Purchasing Planning Dalam Pengadaan


Bahan Baku di Perusahaan Industri (Studi Pada PT. Petrokimia Gresik,
Jawa Timur). Administrasi Bisnis. Vol. 57. No. 1.

Siswanto, Pengantar Manajemen, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2005, Hlm. 201

Supriyono, Manajemen Biaya (Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis), BPFE-


Yogyakarta, Yogyakarta, 1999, Hlmn. 125.

Titop D. W., Titi L., Bambang J. 2022. Buku Ajar Manajemen Pembelian: Kajian
Teoritis Dan Empiris Mewujudkan Efisiensi Dan Efektivitas Belanja.
Cetakan Pertama. Eureka Media Aksara. Jawa Tengah.

Tjiptono, Fandy & Anastasia Diana. 2003. Total Quality Management, Yogyakarta.

Winarti, Wiwin. 2017. Analisis Sistem Penerapan Tepat Waktu Dalam


Meningkatkan Efisiensi Biaya Bahan Baku (Studi Pada Konveksi Kurnia
Jaya Collection Jepara). Stain Kudus. Kudus.

33

Anda mungkin juga menyukai