Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENENTUAN TEKNOLOGI DAN METODE PERSEDIAAN PADA STUDI


KELAYAKAN BISNIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah: Studi Kelayakan Bisnis
Dosen Pengampu: Sangidatus Shaliha, S.Pd., M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 1

1. Tirta Mufidah R. 21210001


2. Dicky Permana 21210024
3. Fadinda khoirunisa 21210003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT., Berkat rahmat dan karunia-Nya, tugas pembuatan
makalah yang berjudul “Penentuan Teknologi dan Metode Penyediaan dalam Studi
Kelayakan Bisnis” dapat diselesaikan sesuai pada jadwalnya. Tulisan ini ditulis untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi Kelayakan Bisnis yang diampu oleh Ibu
Sangidatus Shoriha, M.Pd. Lebih lanjut, penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan pembaca terhadap materi Penentuan Teknologi dan Metode Perisediaan Pada Studi
Kelayakan Bisnis.
Penulis juga berterimakasih kepada Ibu Sangidatus Sholiha, M.Pd sebagai dosen pada
mata kuliah ``Studi Kelayakan Bisnis”. Tugas ini memperluas wawasan penulis terhadap
topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan karya ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak perbaikan yang harus dilakukan dalam
persiapan dan keberlangsungan penulisan serta kesalahan yang sangat mungkin akan terjadi.
Oleh karena itu penulis mohon maaf atas segala ketidaksempurnaan yang mungkin
ditemukan pembaca dalam karya ini. Penulis juga menerima kritik dan saran dari pembaca
jika menemukan kesalahan pada artikel ini.

Metro, 30 Maret 2024

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ii


KATA PENGANTAR.................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
A. Pemilihan Teknlogi.............................................................................3
B. Penentuan Metode Persediaan............................................................3
C. Jenis-Jenis Metode Persediaan.........................................................11
D. Pengertian Dan Faktor Penentu Sofety Stock....................................12
BAB III PENUTUP.....................................................................................13
A. Kesimpulan.......................................................................................13
B. Saran.................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mendirikan sebuah usaha sudah tentu mempunyai tujuan yang jelas, tujuan
mendirikan usaha yaitu untuk mencapai keuntungan maksimal dan memakmurkan
pemilik usaha. Manajemen perusahaan dituntut untuk mampu berproduksi secara efektif
dan efisien dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi perusahaan secara tepat
sehingga dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang di
harapkan dengan biaya yang seminimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.
Persediaan atau inventaris adalah salah satu kunci terpenting dalam operasional bisnis
bagi usaha kecil dan menengah di seluruh dunia. Setiap organisasi mempunyai sistem
perencanaan dan sistem pengendalian persediaan. Persediaan merupakan aset perusahaan
yang paling mahal dan dapat mencapai 50% dari total modal yang diinvestasikan
perusahaan. Menurut para manajer di seluruh dunia, manajemen inventaris yang tepat
sangatlah penting. Sebaliknya, tanpa persediaan, bisnis tidak dapat berjalan, proses
produksi terhenti, dan konsumen kecewa ketika produk tidak tersedia. Oleh karena itu,
manajer operasi dituntut untuk menyeimbangkan kedua aspek tersebut.
Sebuah bisnis selalu ingin mencapai satu tujuan: menghasilkan keuntungan.
Banyak hal berpengaruh pada pencapaian tujuan tersebut, seperti seberapa lancar
produksi berlangsung. Karena ada hambatan tertentu yang menghalangi suatu perusahaan
untuk mencapai tujuannya, perlu ada manajemen yang baik. Pada dasarnya, seorang
pengelola bisnis yang baik memiliki keterampilan yang sangat penting dalam
pengambilan keputusan dan pengendalian operasi perusahaan agar semuanya berjalan
dengan baik dan perusahaan memperoleh keuntungan yang optimal. Bisnis dapat
mencapai keuntungan optimal dengan menerapkan kebijakan manajemen yang
memperhitungkan tingkat persediaan yang ideal. Tingkat persediaan yang ideal
memungkinkan perusahaan untuk menentukan seberapa tepat jumlah bahan baku yang
ada dalam stok mereka, yang memungkinkan mereka untuk menyeimbangkan antara
tidak memiliki bahan baku terlalu banyak dan tidak memiliki bahan baku terlalu sedikit,
yang berarti mereka tidak akan mengeluarkan uang yang terlalu banyak atau terlalu
sedikit.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pemilihan teknologi?
2. Bagaimana menentukan metode persediaan?
1
3. Apa saja jenis-jenis metode persediaan?
4. Apa pengertian dan faktor penentu safety stock?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian pemilihan teknologi.
2. Untuk mengetahui cara menentukan metode persediaan.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis metode persediaan.
4. Untuk mengetahui pengertian dan faktor penentu safety stock.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemilihan Teknologi
Kemungkinan teknologi produksi pada dekade milenium baru ini, baik barang
maupun jasa, telah berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Kemajuan teknologi
seharusnya menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi dalam proses produksi dan
produktivitas yang lebih tinggi pada saat yang bersamaan. Namun perkembangan
teknologi ini tidak hanya memiliki kelebihan tetapi juga kelemahan, seperti belum tentu
sesuai dengan lingkungan internal atau eksternal suatu perusahaan. Signifikansi strategis
dari manajemen teknologi yang efektif telah ditunjukkan, misalnya perusahaan Kodak.
Perusahaan ini memiliki posisi terdepan dalam industri kamera dengan membelanjakan
lebih banyak dana untuk penelitian dan pengembangan dibandingkan rata-rata perusahaan
sejenis dalam produksi produk baru dan inovasi proses.
Dalam hal pemilihan teknologi, suatu produk biasanya diproses dengan lebih dari
satu cara, sehingga teknologi pilihan harus didefinisikan dengan jelas. Misalnya, ukuran
umum yang dapat digunakan adalah mengetahui tingkat mekanisasi yang diinginkan dan
manfaat ekonomi yang diharapkan. Beberapa kriteria lainnya antara lain kesesuaian
bahan baku yang digunakan. Keberhasilan penerapan teknologi di lokasi lain,
kemampuan pegawai dalam mengoperasikan teknologi, dan kemampuan mengantisipasi
kemajuan teknologi.1
B. Penentuan Metode Persediaan
1. Model Independen
Sifat Independen terbagi menjadi tigas model yaitu Model Analisis ABC,
Model Order Quantity, dan Model Production Quantity.
a. Analisis ABC
Analisis ABC merupakan sebuah metode pengendalian persediaan yang
sering digunakan oleh perusahaan dan toko retail untuk mengklasifikasikan item-
item persediaan sesuai dengan kelas tertentu. Pada perusahaan manufaktur,
analisis ABC digunakan untuk mengelompokkan persediaan bahan baku dan
bahan pembantu, sedangkan untuk toko retail, swalayan, atau toko serba ada,
model ini powerfull digunakan dalam mengelompokkan persediaan barang
dagangan.

1
Sugiyanto, Luh Nadi dan I Ketut Wenten, Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Mengetahui Bisnis Dapat
Dijalankan atau Tidak, Banten: Yayasan Pendidikan dan Sosial Indonesia Maju (YPSIM), 2020, 72-73.

3
Dengan gagasan ini, manajer diarahkan untuk berkonsentrasi pada
pengendalian barang persediaan yang memiliki nilai investasi yang tinggi.
Analisis ABC didasarkan pada teori Hukum Pareto, yang digambarkan pada
diagram Pareto yang menunjukkan bahwa dalam situasi tertentu, catatan
persediaan pasti menunjukkan bahwa ada beberapa item persediaan yang sangat
besar tetapi harganya murah, dan beberapa item persediaan yang sangat sedikit
tetapi harganya mahal. Jumlah item persediaan dikalikan dengan harganya, dan
hasilnya disebut nilai persediaan. Item inventaris kelas A adalah item inventaris
dengan nilai tertinggi, yang mencakup 70% dari total nilai inventaris. Item
inventaris kelas B adalah item inventaris dengan nilai tertinggi.

b. Model Order Quantity


Jumlah pesanan mengontrol ketersediaan bahan baku. Konsep pesanan jumlah
mencakup berapa jumlah bahan yang harus dipesan dalam satu pesanan agar biaya
persediaan yang harus dikeluargan paling efisien (jumlah pesanan ekonomi),
berapa tingkat persediaan yang sengaja ditetapkan sebagai peengaman atau
penyangga stabilitas proses produksi, dan berapa tingkat persediaan yang sudah
ditetapkan untuk pemesanan ula. Jumlah pesanan ada lima jenisnya, yaitu:
1) Econmic Erder Quantity.
Berbeda dengan analisis ABC yang digunakan untuk pengendalian
produk jadi. Economic Order Quantity digunakan sebagai alat pengendalian
persediaan bahan baku/bahan mentah. Bahan baku merupakan faktor produksi
yang sangat penting. Oleh karena itu, penyediaan bahan baku yang tepat baik
dari segi jumlah maupun waktu sangat membantu kelancaran proses produksi.
Kekurangan material terjadi ketika persediaan material diminimalkan.
Kurangnya ketersediaan bahan baku (persediaan) dapat mengakibatkan
kekurangan bahan untuk diolah dan terhentinya proses produksi. Namun, sisi
positifnya, memiliki lebih sedikit persediaan bahan akan menghemat biaya
inventaris dan mengurangi risiko kerusakan bahan akibat penyimpanan
jangka panjang. Sebaliknya, walaupun stok bahan baku terlalu banyak
(overstock), hal ini menjamin proses produksi berjalan lancar karena bahan
yang tersedia selalu cukup, namun dari segi finansial, stok bahan tersebut
tidak mutlak diperlukan. Biaya penyimpanan dan risiko kerusakan meningkat
secara signifikan.
4
Permasalahan dalam manajemen persediaan bahan baku adalah
menyediakan bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi sedemikian
rupa sehingga proses produksi berjalan lancar dan biaya penyimpanan dapat
diminimalkan. Tujuan pemantauan pasokan bahan baku adalah untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara kuantitatif, kualitatif dan dari
sudut pandang waktu.
Jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk produksi tahunan dapat
dihitung dari rencana keluaran yang akan diproduksi berdasarkan kebutuhan
bahan baku setiap unit produk jadi. Setelah mengetahui berapa banyak bahan
mentah yang dibutuhkan, juga perlu merencanakan bagaimana akan membeli
atau menyediakannya. Sejauh menyangkut penerapan/pembelian, biasanya ada
dua opsi:
a) Jika membeli semua kebutuhan sekaligus dan menyimpannya di gudang,
pengusaha dapat dengan mudah mengambilnya dari gudang saat
membutuhkannya. Metode ini menjamin kelancaran proses produksi dalam
artian tersedia banyak bahan baku untuk proses pembuatannya. Namun di
sisi lain, cara ini membuat perusahaan harus mengeluarkan biaya
penyimpanan, atau setidaknya biaya penyimpanan yang tinggi.
b) Pilihan kedua adalah berusaha memenuhi kebutuhan bahan baku proses
produksi dengan melakukan pembelian dalam jumlah yang relatif kecil
dengan setiap pembelian dengan frekuensi pembelian yang lebih sering.
Cara ini dapat menunda kedatangan bahan baku. Jika terjadi keterlambatan
pasokan bahan baku, kemungkinan proses produksi akan terganggu.
Keuntungan dari cara kedua ini adalah perusahaan tidak perlu
mengeluarkan biaya penyimpanan bahan baku yang berlebihan. Biaya
penyimpanan dalam hal ini akan dibebankan kepada pemasok bahan baku.
Berdasarkan kedua opsi tersebut, manajemen berusaha menentukan
kebijakan penyediaan bahan baku yang optimal dalam arti proses produksi
berjalan lancar dan biaya yang dikeluarkan dapat diminimalkan. Metode yang
disebut metode Economic Order Quantity (EOQ) biasa digunakan untuk
tujuan ini.
Pengertian EOQ adalah volume pembelian yang paling ekonomis
untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Penentuan besarnya EOQ
dapat dilakukan dengan 2 cara matematis, yakni menggunakan rumus dan
5
menggunakan cara simulasi (mencoba-coba). Penentuan EOQ dengan rumus
dinyatakan sebagai berikut:

Keterangan:
R = kebutuhan bahan selama 1 tahun.
Co = Ordering Cost setiap kali pesan.
Ch = Holding Cost per unit persatuan waktu.
Model EOQ di atas dikembangkan dengan asumsi:
a) Hanya ada satu jenis/item persediaan yang hendak direview. Bila terdapat
banyak item, maka peritungan EOQ dilakukan satu persatu.
b) Seluruh jumlah bahan mentah yang dipesan datang pada satu titik waktu
tertentu.
c) Permintaan akan bahan bersifat konstan atau mendekati tingkat konstan.
d) Lead time konstan.
e) Holding cost didasarkan pada rata-rata persediaan.
f) Ordering atau setup cost konstan.
g) Tidak terjadi kehabisan bahan.
h) Tidak ada pengembalian barang yang sudah dipesan.

Setelah menentukan EOQ, pertanyaan berikutnya adalah berapa kali


pemesanan dilakukan dalam satu tahun? Dalam berapa lama pemesanan harus
diproses kembali? Berapa biaya yang diperlukan? Dengan menggunakan
formula berikut, kami dapat memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut:

Total biaya persediaan = biaya pemesanan + biaya penyimpanan


Keterangan:
F* = frekuensi pemesanan, yaitu seberapa sering pemesanan dilakukan dalam
jangka waktu satu tahun. Semakin besar F* menunjukkan semakin sering,

6
konsekuensinya adalah semakin kecil jumlah barang yang dipesan dalam satu
kali pemesanan (kali).
R = kebutuhan barang selama satu tahun (unit).
Q* = EOQ Jumlah barang yang dipesan dalam sekali pesan yang memberikan
total biaya penyimpanan paling rendah (unit/pesan).
T* = Jarak waktu antar pesanan (hari), jika frekuensi pemesanan semakin
sering, maka jarak waktu antar pesanan semakin kecil.
Hari kerja = jumlah hari kerja pabrik / lantai produksi dalam satu tahun,
misalnya 365 hari dikurangi hari minggi 52 hari dan hari besar 13 hari, maka
hari kerja efektif dalam satu tahun adalah 300 hari.
2) EOQ dengan Safety Stock
Setelah EOQ ditemukan, masih ada kemungkinan kekurangan
persediaan dalam proses produksi. Karena itu, perlu disediakan sejumlah
barang atau bahan sebagai pengaman. Namun, adanya bahan pengaman
merupakan sumber inefisiensi yang harus ditekan seminimal mungkin.
Kemungkinan kekurangan persediaan masih ada, dan hal ini disebabkan oleh::
a) Karena sifat permintaan yang stokastik, proses produksi menggunakan
bahan lebih banyak dari perkiraan sebelumnya sehingga menyebabkan
stok habis sebelum pembelian atau pesanan berikutnya tiba.
b) Pesanan/pembelian material tidak sampai tepat waktu atau tanggal
pengiriman tidak ditentukan.
c) Dengan menghilangkan risiko ketidakpastian, persediaan pengaman
meningkatkan layanan pelanggan. Nilai safety stock menurunkan
kemungkinan stock out, yang berdampak pada biaya penyimpanan, tetapi
jika tidak ada safety stock dan asumsi yang salah, kemungkinan stock out
akan semakin besar. Oleh karena itu, diperlukan perhitungan yang akurat
untuk menentukan nilai safety stock.
d) Pertimbangan utama adalah srandar deviasi antara data estimasi
penggunaan barang dan data penggunaaan sebenarnya. Semakin kecil
standar deviasi, semakin akurat estimasi penggunaan barang, sehingga
nilai sekuritas harus lebih kecil. Sebaliknya, jika standar deviasi antara
estimasi dan kebutuhan barang sesungguhnya besar, maka sekuritas harus
dikeluarkan dalam jumlah besar. Sudah pasti, formula ini harus
memperhitungkan nilai eror yang diizinkan, yaitu 5%.
7
3) EOQ dengan Reorder Point
Reorder point adalah formula yang tepat untuk mencapai target efisiensi
dan efektifitas pengelolaan barang dagangan. Tempat pemesanan ulang (ROP)
menunjukkan posisi, keadaan, dan status persediaan di mana perusahaan harus
melakukan pemesanan ulang sebanyak yang diperlukan (sebesar EOQ) untuk
mencegah hilangnya stok, sehingga barang yang dipesan tiba pada saat
persediaan berada pada level stok keamanan. Dalam bahasa Indonesia, ini
dikenal sebagai Titik Pemesanan Kembali. Dipengaruhi secara signifikan oleh:
a) Besarnya safety stock atau buffer stock.
b) Kebutuhan penggunaan barang selama masa tenggang (lead time).
Sehingga penentuan reorder point tampak pada rumus berikut:
a) ROP = (Lead Time x Kebutuhan Perhari) + Safety Stock.
b) Manajer sering menghadapi situasi di mana batas waktu belum jelas.
Dalam menentukan besarnya ROP, waktu tunggu yang tidak sama untuk
setiap pemesanan dan pengiriman barang sangat penting. Biasanya,
penentuan waktu tunggu probabilistik ini dilakukan dengan menggunakan
pembobotan tertentu yang didasarkan pada catatan sebelumnya, dengan
pembobotan paling besar diberikan pada waktu tunggu yang paling sering
terjadi. Penentuak titik pemesanan kembali (ROP) ditetapkan berdasarkan
waktu tunggu terpanjang.
4) Fixed Order Quantity
Perusahaan menetapkan besaran yang tetap untuk jumlah barang yang akan
dibeli dalam satu pemesanan; metode pemesanan bahan dalam jumlah yang
tetap lebih mudah daripada EOQ, tetapi biaya yang harus dibayar seringkali
lebih besar.
5) Period Order Quantity atau Fixed Order Interval
Jika asumsi-asumsi EOQ tidak dapat dipenuhi, metode ini menggunakan
perhitungan EOQ dengan berbagai penyesuaian. Ini dapat digunakan untuk
menghitung jumlah barang yang dipesan dan frekuensi pesanan selama satu
tahun.

Jumlah pesanan yang tetap adalah perhitungan dan perencanaan kebutuhan


barang yang dilakukan secara berkala selama periode waktu tertentu, seperti

8
setiap bulan, setiap triwulan, enam bulan, atau tahunan. Untuk mengetahui
jumlah barang yang dipesan, formula berikut dapat digunakan:
Q* = (F+Lt+SS) (loH+100)
Keterangan:
Q* = jumlah barang yang harus dipesan dalam sekali pemesanan (unit).
A = kebutuhan / pemakaian rata-rata per bulan (unit).
F = Frekuensi pembelian yang ditetapkan (dalam bulan atau hari).
2. Model Dependen
a. Planning System
1) Agregat Plannigdan Master Production Schedule
Perencanaan agregat, juga disebut sebagai perencanaan agregat, adalah
perencanaan pengadaan oleh perusahaan dengan jangka waktu yang
menengah, biasanya antara enam bulan dan satu tahun. Tujuan perencanaan ini
adalah untuk menetapkan jumlah produk yang dihasilkan, tingkat persediaan
yang harus ada, dan perkiraan jumlah tenaga kerja ideal yang dibutuhkan
ketika permintaan berubah.
2) Material Requirement Planning (MRP)
Dalam artikel sebelumnya, telah dijelaskan bahwa jadwal induk produksi
merupakan pasis dari semua rencana operasi lantai produksi dalam sistem
ncanaan dan pengendalian produksi. Komponen atau susunan apa pun yang
harus disiapkan dapat ditetapkan berdasarkan penjadwalan yang dibuat oleh
laporan jadwal induk produksi. Dalam hal ini, Anda bisa membuat komponen
sendiri atau membelinya dari vendor lain.
Sebuah produk terdiri dari banyak komponen. Beberapa komponen dibuat
sendiri di pabrik, yang lain dibeli dari supplier atau vendor. Beberapa
komponen yang diproduksi sendiri juga memerlukan banyak subkomponen.
Subkomponen ada yang dibuat sendiri oleh pabrik dan ada pula yang dipesan
oleh supplier. Jadi, untuk membuat produk akhir, diperlukan beberapa tahapan
pembuatan.
Perusahaan memastikan besarnya kebutuhan setiap komponen dan sup
komponen, baik yang diproduksi sendiri maupun yang dibel dari supplier.
Perencanaan akan kebutuhan masing-masing item komponen inilah yang
menjadi data yang dibutuhkan untuk menyusun Perencanaan Kebutuhan
Material yang disyaratkan (Material Requirement Planning).
9
3) Manufacturing Resources Planning
Konsep perencanaan sumber daya manufaktur berkembang dari konsep
perencanaan kebutuhan bahan, yang dikenal dengan istilah MRP II. Konsep
MRP II memperluas cakupan perencanaan kebutuhan bahan, termasuk
pengendalian kualitas, distribusi, analisis penjualan, sistem pelaporan dan
pengawasan, dan pelaporan keuangan. Selain itu, sistem dikomputerisasi
untuk memungkinkan perencanaan simultan dari sumbe. Sistem ini paling
sering digunakan oleh perusahaan yang menerapkan strategi job shop
manufacturing. Sistem ini menggabungkan kebutuhan. Marketing, keuangan,
dan operasional.dimulai dengan perencanaan bisnis di tingkat eksekutif dan
sampai pada tingkat manajemen yang khusus di lantai produksi
b. Just in Time
Istilah Just In Time (JIT) dalam industry manufaktur muncul pada awal
tahun 1970-an. Toyota Motor Company merupakan perusahaan otomotif yang
sukses besar dalam. Menerapkan metode ini dan sebagai pioneer dalam
mempopulerkannya dengan mengembangkan konsep Toyota Production System.
Konsep ini disusun dan dikembangkan berdasarkan keyakinan bahwa dayang
saing perusahaan akan meningkat jika perusahaan tersebut mampu.
Menghilangkan segala jenis pemborosan (wasting) proses produksi.
Pemborosan dimaknai sebagai penggunaan sumber- sumber daya yang
melebihi jumlah seharusnya. Pemborosan ini kemudian dibebankan sebagai biaya
tambahan yang harus dikeluarkan dan berakibat menurunnya daya saing
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat mendeteksi dan
mendefinisikan sumber-sumber pemborosan dan dieliminasi sedemikian rupa.
Pada prinsipnya memerangi pemborosan adalah dengan. Melakukan
aktifitas pada waktu yang tepat, dalam jumlah yang tepat, dan spesifikasi kualitas
yang tepat.Prinsip inilah yang dikenal dengan Just In Time.
Pada sistem ini, perusahaan hanya membuat / beroperasi hanya pada saat
dibutuhkan saja. Tidak ada persediaan bahan baku atau produk akhir yang tersisa,
tidak ada persediaan barang dalam proses yag tersisa. Perusahaan hanya membeli /
memesan barang sesuai dengan kebutuhan sekarang saja. Nama yang digunakan
untuk menyebut sistem pproduksi jenis ini adalah zero inventory. Tentu saja

10
semuanya itu harus didukung dengan ketersediaan teknologi yang memadahi dan
kesiapan SDM.2
C. Jenis-jenis Metode Persediaan
Terdapat beberapa metode dalam Loading Persediaan. Loading disini adalah
proses memasukkan persediaan ke gudang sekaligus proses mengeluarkan barang dari
gudang. Sesuai dengan permintaan pada proses produksi, metode loading ada 3 macam,
yaitu:
1. First in-first out (FIFO)
Metode ini sangat populer. Dalam proses produksi, bahan yang pertama kali masuk ke
gudang dipilih untuk diproses lebih lanjut. Tempat material di gudang juga harus
diperhatikan. Gudang penyimpanan memiliki dua pintu: satu untuk memasukkan
material dan yang lain untuk mengeluarkannya. Memindahkan barang biasanya
menggunakan roda atau konveyor. Untuk standar kualitas yang berkaitan dengan
lamanya waktu penyimpanan, seperti bahan segar (daging, sayuran, ikan, buah-
buahan, dan susu) dan bahan yang mudah rusak atau memiliki jangka waktu
penyimpanan yang pendek
2. Last in First out (LIFO)
Metode ini biasanya digunakan pada material / barang-barang yang sedang
tren dengan update teknologi terbaru. Dengan metode ini barang yang lebih awal di
masukkan dalam gudang merupakan barang yang paling akhir di ambil.
3. Average Method
Metode rata-rata merupakan gabungan antara metode rata-rata atau metode
FIFO dan metode LIFO. Metode ini memungkinkan pengusaha membagi harga pokok
penjualan dengan jumlah unit yang tersedia dan menghitung persediaan akhir dan
harga pokok penjualan menggunakan harga rata-rata.
D. Pengertian dan Faktor Penentu Safety Stock
Persediaan pengaman yaitu jumlah persediaan bahan minimun yang harus dimiliki
oleh perusahaan untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya bahan baku,
sehingga tidak terjadi stagnasi. Besarnya safety stock yang diungkapkan oleh slamet
(2007:161) ditentukan dengan rumus: Safety Stock = (Pemakaian maksimum –
pemakaian).

2
Hery Purnomo dan Lilia Pasca Riani. Optimasi Pengendalian Persediaan. Kediri: Universitas
Nusantara PGRI Kediri, 44-102.

11
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya safety stock ialah dijelaskan sebagai
berikut:
1. Sulit atau tidaknya bahan/barang tersebut diperoleh.
2. Kebiasaan pemasok menyerahkan barang bahan.
3. Besar/kecilnya jumlah barang/bahan yang dibeli setiap saat.
4. Sering/tidaknya mendapatkan pesanan mendadak.
5. Risiko kehabisan persediaan.
6. Biaya simpan di gudang dan biaya ekstra bila kehabisan persediaan.
7. Sifat persaingan.3

12
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Semakin berkembangnya zaman seperti para era teknologi seperti ini, proses produksi
pada suatu perusahaan kian meningkat. Namun perkembangan teknologi ini tidak hanya
memiliki kelebihan tetapi juga kelemahan, seperti belum tentu sesuai dengan lingkungan
internal atau eksternal suatu perusahaan.
Persediaan merupakan komponen penting yang terdapatpda perusahaan, baik yang
berupa barang dagang maupun bahan baku dan bahan lainya guna untuk memenuhi
kebutuhan konsumen.
Menentukan model persediaan untuk perusahaan terdapat 2 sifat yaitu model
independen dan model dependen. Sifat Independen terbagi menjadi tigasmodel yaitu
Model Analisis ABC, Model Order Quantity, dan Model Production Quantity.
Sedangkan sifat dependen terdapat 2 sifat yaitu planning system dan just in time. Sifat
planning system yang terbagi menjadi 3 model yaitu agregat planning dan master
production schedule, material requitmen planning dan menufakture resource planning.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa agar dapat menerapkan ilmu
yang ada di dalam isi makalah ini. Karena dalam produksi apabila bahan baku mengalami
penurunan maka akan menghambat proses produksi. Hal inilah yang menjadikan
pengendalian persediaan menjadi solusi tepat agar proses produksi berjalan dengan
lancar.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sugiyanto, Luh Nadi dan I Ketut Wenten. Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Mengetahui Bisnis
Dapat Dijalankan atau Tidak. Banten: Yayasan Pendidikan dan Sosial
Indonesia Maju (YPSIM), 2020.
Purnomo, H., dan Lilia Pasca Riani. Optimasi Pengendalian Persediaan. Kediri: Universitas
Nusantara PGRI Kediri.
Munawaroh, Nanik Madaniatul. “Penentuan Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point) dalam
Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tepung Terigu (Studi Kasus pada
Amirah Bakery Tulungagung)”. Seminar Nasional Manajemen Ekonomi
Akuntansi (SENMEA), 2016.
Kadafi, Muhammad A., dan Ayu Delvina. “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku
dengan Safety Stock Optimum”. Forum Ekonomi 23(3), 2021.

14

Anda mungkin juga menyukai