Anda di halaman 1dari 39

USULAN PENELITIAN

ANALISIS PERANAN XERO ACCOUNTING SYSTEM DALAM


MENYELARASKAN KEBUTUHAN BISNIS RESTORAN

Usulan Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk


menyusun tesis pada Program Magister Akuntansi

Diajukan oleh:
ANAK AGUNG MADE OKA WILANTARA, S.Ak
NIM: 2381611057

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2023
HALAMAN PERSETUJUAN UP

Usulan penelitian ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing


pada………………… dan layak untuk diajukan dalam Seminar Usulan Penelitian
Tesis.

Koordinator
Program Studi Magister Akuntansi Dosen Pembimbing

…………………………………. ………………………
NIP. NIP.

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................... 4
1.5 Batasan Penelitian................................................................................ 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Accounting Information System (AIS)....................................... 6
2.2 Teori Cloud-Based Accounting Information Systems.......................... 7
2.3 Teori Technology Acceptance Model (TAM)...................................... 10
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir...............................................................................13
3.2 Kerangka Konseptual ..........................................................................15
3.3 Hipotesis Penelitian.............................................................................15
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian........................................................................... 20
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................... 21
4.3 Ruang Lingkup Penelitian................................................................... 21
4.4 Identifikasi Variabel............................................................................ 22
4.5 Definisi Operasional Variabel............................................................. 22
4.6 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel............................... 25
4.7 Jenis dan Sumber Data......................................................................... 26
4.8 Metode Pengumpulan Data.................................................................. 27
4.9 Instrumen Penelitian............................................................................ 28
4.10 Teknik Analisis Data......................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

3.1 Kerangka Berpikir...................................................................................14


3.2 Kerangka Konseptual..............................................................................15
4.1 Rancangan Penelitian..............................................................................21

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi cloud terus berkembang pada tingkat yang belum pernah

terjadi sebelumnya. Cloud termasuk disrupsi di era digital, yang

memungkinkan usaha kecil menciptakan pasar baru dan mengancam pasar

yang sudah ada. Ketersediaan broadband internet di mana-mana mendukung

adopsi teknologi cloud di seluruh dunia, yang mengarah ke era ekonomi baru

yang disebut ekonomi internet. Limpahan penetrasi internet telah mencapai

Indonesia dengan pertumbuhan rata-rata yang mencengangkan sebesar 29,7%

pada 2010-2015. Munculnya paradigma model bisnis cloud membawa

dampak besar pada cara perusahaan melakukan bisnis Pramuka & Pinasti

(2020). Bisnis menggunakan komputasi awan untuk berbagai tujuan, mulai

dari promosi hingga berbagai tujuan, mulai dari iklan hingga pencatatan dan

pelaporan transaksi bisnis.

Organisasi bisnis harus bereaksi cepat terhadap tekanan persaingan

yang sangat intensif dengan membuat keputusan yang akurat berdasarkan

data yang andal dan relevan. Mengingat perubahan radikal yang belum

pernah terjadi sebelumnya, perusahaan bisnis yang sukses harus

mempertahankan upaya mereka dengan terus mencari akses baru ke informasi

yang berguna, otentik, dan tepat waktu Pramuka & Pinasti (2020). Sistem

akuntansi manual dirancang untuk pencatatan dan pelaporan informasi

keuangan dan non-keuangan kepada pengguna untuk tujuan pengambilan

1
keputusan. Salah satu kelemahan dari sistem akuntansi manual adalah jumlah

waktu yang harus dihabiskan oleh seorang akuntan. Dengan tidak adanya

komputer yang mengkategorikan dan menjumlahkan angka, seorang akuntan

harus melakukan pekerjaan secara manual. Dibutuhkan lebih banyak waktu

untuk melakukan akuntansi manual daripada akuntansi terkomputerisasi. Ini

menciptakan peluang untuk memikirkan kembali sistem akuntansi sehingga

paling bermanfaat bagi pengguna.

Untuk mendapatkan informasi keuangan yang tepat waktu, andal, dan

lebih akurat, organisasi perlu mengembangkan dan mengadopsi metode,

fungsi, dan aplikasi akuntansi, salah satunya adalah xero accounting system.

Dimana xero accounting system dalah sebuah perangkat lunak akuntansi

berbasis cloud yang berfungsi untuk membantu bisnis kecil dan menengah

mengelola keuangan dengan mudah dan efisien. Dengan banyaknya fitur pada

xero accounting system, saat ini applikasi ini sangat digemari oleh para

perusahaan-perusahaan yang membutuhkan keandalan laporan keuangan,

salah satunya adalah restoran, dimana restoran sangat perlu untuk memantau

stock, memantau penjualan, dan laporan lainnya yang diperlukan baik untuk

pihak internal, juga pihak eksternal.

Dengan demikian berdasarkan latar belakang permasalahan diatas,

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan analisis peranan

xero accounting system dalam menyelaraskan kebutuhan bisnis restoran, yang

mana penelitian ini berusaha untuk lebih memahami adopsi cloud computing

berupa xero accounting system oleh restoran, persepsi, dan sikap mereka

2
terhadap sistem informasi akuntansi berbasis teknologi cloud accounting

system, serta, niat mereka untuk mengadopsi teknologi tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah ini adalah

sebagai berikut:

1). Apakah terdapat pengaruh perceived usefulness terhadap attitude

toward using xero accounting system pada restoran di Kabupaten

Badung?

2). Apakah terdapat pengaruh perceived ease of use terhadap attitude

toward using xero accounting system pada restoran di Kabupaten

Badung?

3). Apakah terdapat pengaruh perceived security terhadap attitude toward

using xero accounting system pada restoran di Kabupaten Badung?

4). Apakah terdapat pengaruh attitude toward using xero accounting system

terhadap behavior intention pada restoran di Kabupaten Badung?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan, maka

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1). Untuk menguji secara empiris pengaruh perceived usefulness

terhadap attitude toward using xero accounting system pada restoran

di Kabupaten Badung.

3
2). Untuk menguji secara empiris pengaruh perceived ease of use

terhadap attitude toward using xero accounting system pada restoran

di Kabupaten Badung.

3). Untuk menguji secara empiris pengaruh perceived security terhadap

attitude toward using xero accounting system pada restoran di

Kabupaten Badung.

4). Untuk menguji secara empiris pengaruh attitude toward using xero

accounting system terhadap behavior intention pada restoran di

Kabupaten Badung.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis

maupun praktis bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai berikut:

1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan dalam

bidang akuntansi, khususnya dalam sistem informasi akuntansi.

Penelitian ini juga diharapkan menjadi motivasi bagi peneliti

selanjutnya untuk mengembangkan penelitian terkait aspek peranan

accounting system dalam menyelaraskan kebutuhan berbagai sektor

bisnis.

2) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan bagi

para accountant restoran yang akan memilih accounting system

4
untuk digunakan di perusahaannya.

1.5 Batasan Penelitian

Batasan penelitian adalah batasan berdasarkan keputusan peneliti apa yang

menjadi fokus dalam penelitian. Adapun batasan dalam penelitian ini yaitu

penelitian ini berfokus pada perceived usefulness, perceived ease of use,

perceived security, attitudes toward, dan behavioral intention. Penelitian ini

fokus pada responden yang digunakan yaitu restoran di Kabupaten Badung yang

terdaftar pada Bapenda Badung. Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner

yang berisikan pernyataan terkait dengan perceived usefulness, perceived ease of

use, perceived security, attitudes toward, dan behavioral intention. Instrumen

pengukuran menggunakan skala Likert dengan skala 1 sampai dengan 4. Data

yang diperoleh kemudian diuji dengan teknik analisis regresi linear berganda.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Accounting Information System (AIS)

Akuntansi memainkan fungsi fokus untuk setiap bisnis, besar atau kecil.

Sistem informasi akuntansi (SIA) didefinisikan sebagai sistem informasi yang

dapat mengubah data transaksi bisnis menjadi informasi keuangan yang berguna

bagi pengguna eksternal dan internal. Secara khusus, AIS sangat membantu dalam

mengumpulkan, memelihara, dan mengolah data ekonomi untuk membantu

manajemen dalam pengambilan keputusan (Trigo, dkk, 2016). Sistem akuntansi

dapat dijalankan secara manual atau menggunakan komputer. Dalam sistem

manual, fungsi dilakukan dengan tangan oleh para profesional terlatih untuk

menyimpan catatan terperinci tentang aktivitas operasi bisnis, siklus pendapatan

dan semua jenis pengeluaran yang terkait dengannya, aktivitas pembiayaan, dan

aktivitas investasi perusahaan dalam periode tertentu Julianto, dkk (2018).

Sampai saat ini, AIS merupakan sistem pencatatan transaksi bisnis berbasis

komputer dengan dukungan sumber daya teknologi informasi (Fontinelle, 2013).

Struktur sistem informasi Akuntansi meliputi tiga subsistem yaitu: sistem

pemrosesan transaksi untuk mendukung operasi bisnis sehari-hari; sistem buku

besar/pelaporan keuangan dan sistem pelaporan manajemen (Hall, 2010).

Subsistem pertama bertujuan mengotomatisasi proses bisnis yang menekankan

domain akuntansi sebagai yang pertama menggunakan sistem informasi untuk

mendukung aktivitasnya (Tan, 2014). Subsistem kedua merangkum dan mengukur

aktivitas siklus transaksi bisnis yang diikuti dengan pelaporan status sumber daya

6
keuangan dalam bentuk laporan keuangan atau pengembalian pajak ke entitas

eksternal (Hall, 2010).

Sistem informasi akuntansi memberikan informasi yang berguna bagi

manajemen untuk tujuan pengambilan keputusan dan membangun pengendalian

internal yang memadai (Romney, 2003).

Beberapa usaha kecil masih menikmati proses akuntansi manual saat ini,

meskipun operasinya membosankan, karena keuntungan penghematan biaya yang

dirasakan. Perangkat lunak akuntansi mahal bagi mereka yang baru memulai

bisnis; untuk menghemat biaya pemilik dapat melakukan proses pencatatan

sendiri menggunakan buku besar kertas. Kelemahan lain dari sistem manual

adalah ketidakmampuan untuk memproses transaksi sekaligus, setiap tahapan

dalam siklus harus dilakukan secara manual, kecepatan dan akurasi rendah.

Sementara itu, sistem komputerisasi membuat pencatatan lebih nyaman karena

menawarkan keuntungan kecepatan dan akurasi.

2.2 Teori Cloud-Based Accounting Information Systems

Sampai saat ini, semakin banyak perusahaan yang mengadopsi teknologi

mobile dan cloud sebagai infrastruktur untuk mendukung aktivitas bisnis mereka,

termasuk sistem informasi akuntansi. Komputasi awan dapat memfasilitasi

aktivitas rekayasa perangkat lunak dengan komputasi, penyimpanan, dan sumber

daya lainnya melalui jaringan (Münch, 2013). Literatur sebelumnya menyoroti

manfaat penggunaan teknologi cloud dalam bisnis dalam hal skalabilitas,

mobilitas, dan biaya perawatan yang rendah (Brandas, 2015). Selain itu, teknologi

cloud mudah diterapkan dan tidak memerlukan infrastruktur perangkat keras dan

7
perangkat lunak yang ekstensif dibandingkan dengan sistem informasi akuntansi

di tempat. Ada kelebihan dan rintangan dari AIS di tempat. Perusahaan bisnis

perlu banyak berinvestasi pada pemasangan dan pemeliharaan infrastruktur sistem

(Lanlan, dkk, 2019). Teknologi cloud menyediakan akses teknologi yang

menawarkan manfaat solusi di tempat dengan cara yang lebih terjangkau bagi

usaha kecil dengan anggaran terbatas. Dengan demikian, sistem berbasis cloud

akan menjadi andalan organisasi di masa mendatang.

Ukuran perusahaan bisa sangat penting dalam menentukan vendor cloud.

Oleh karena itu, fitur layanan cloud ditawarkan. Usaha Kecil Menengah (UKM)

lebih suka menggunakan sistem cloud harga rendah dengan biaya investasi

minimum. Sistem tersebut membuat UKM sangat cocok untuk cloud AIS karena

biayanya yang rendah- karena vendor menjaga sistem untuk selama-lamanya.

Pekerjaan sebelumnya oleh Gupta, Seetharaman, dan Raj fokus pada

kecenderungan yang dirasakan usaha mikro dan kecil terhadap komputasi awan

dan menyajikan lima faktor yang mempengaruhi penggunaan komputasi awan

oleh perusahaan kecil: kemudahan penggunaan, keamanan, pengurangan biaya,

kehandalan dan berbagi, dan kolaborasi. Dinh dkk. mensurvei arsitektur, aplikasi,

dan pendekatan komputasi awan seluler dan menyimpulkan bahwa teknologi

mengatasi masalah yang berkaitan dengan kinerja, lingkungan, dan keamanan.

Beberapa kelemahan dari teknologi ini adalah bandwidth yang rendah,

manajemen akses jaringan yang buruk, kualitas layanan yang buruk, harga tinggi,

antarmuka dan konvergensi layanan.

8
Studi terbaru oleh Cloud Accounting Institute (2013) menunjukkan bahwa

Akuntansi/ Manajemen Keuangan saat ini merupakan area solusi cloud yang

paling banyak digunakan. Sekitar 74 persen manajer berniat menggunakan

perangkat lunak sebagai layanan untuk solusi Akuntansi/Manajemen Keuangan.

Di antara manfaat yang diharapkan dari adopsi ini adalah menyederhanakan

manajemen perangkat lunak, mengurangi biaya modal dan operasi, dan

implementasi yang cepat sementara tiga perhatian utama terkait dengan sistem

keamanan, kompatibilitas dengan aplikasi lain, biaya total, dan kinerja aplikasi.

Selanjutnya, penelitian ini mengungkapkan bahwa manfaat utama dari

mengintegrasikan solusi cloud adalah salah satu alat untuk pengambilan

keputusan manajemen yang lebih baik, mengurangi duplikasi entri data dan

pelaporan real-time.

Sistem informasi akuntansi memproses dan menyimpan serangkaian data

sensitif seperti detail keuangan dan pelanggan sebagai akibat risiko keamanan dan

kerahasiaan adalah perhatian paling kritis bagi pengguna (Amin, dkk, 2016). Oleh

karena itu sebelum mengadopsi perusahaan teknologi cloud harus melakukan

analisis keamanan aplikasi yang ketat. Perusahaan besar sangat menekankan

keamanan data dan informasi mereka. Akibatnya, mereka akan menjalani proses

uji tuntas untuk memilih vendor yang memenuhi persyaratan yang mungkin tidak

berlaku untuk perusahaan kecil karena sensitif terhadap harga. Dari perspektif

global, pengembangan AIS menggunakan teknologi cloud dan mobile akan

mengarah pada reorganisasi arsitektur bisnis yang berdampak signifikan pada

strategi bisnis.

9
Perkembangan teknologi yang pesat berdampak signifikan terhadap

lingkungan kerja dan manajemen bisnis. Sebagai lingkungan bisnis menjadi lebih

dinamis dan kompetitif, menjadi penting bagi manajer untuk membuat keputusan

yang konsisten, logis dan strategis dan mengembangkan instrumen dan model

yang menyediakan informasi keuangan sehingga meningkatkan pentingnya

Akuntansi untuk organisasi Julianto, dkk (2018). Sistem akuntansi dianggap

sebagai sistem yang berguna ketika cocok dan sesuai dengan lingkungan

organisasi.

2.3 Teori Technology Acceptance Model (TAM)

Kebutuhan untuk memprediksi penggunaan sistem muncul karena

meningkatnya tingkat kegagalan dalam adopsi teknologi dalam organisasi

(Julianto, dkk, 2018). Sebagian besar studi yang dilakukan gagal menghasilkan

pengukuran yang dapat diandalkan yang dapat menjelaskan penerimaan atau

penolakan sistem (Davis, 1989). Pada tahun 1985, Fred Davis memperkenalkan

Technology Acceptance Model yang didefinisikan sebagai teori sistem informasi

yang menjelaskan bagaimana pengguna akhirnya menerima dan menggunakan

teknologi. Davis (1989) percaya bahwa penggunaan sistem adalah respon yang

dapat dijelaskan atau diprediksi oleh motivasi pengguna. Motivasi ini, pada

gilirannya, secara langsung dipengaruhi oleh stimulus eksternal yang terdiri dari

fitur dan kemampuan sistem.

Model penerimaan teknologi dikembangkan berdasarkan Theory of

Reasoned Action sebelumnya (Ajzen& Fisnbein,1977) Theory of Planned

10
Behavior (Ajzen, 1991) dan studi penelitian terkait lainnya. TAM adalah salah

satu ekstensi paling kuat dari teori tindakan beralasan (TRA) Ajzen dan Fishbein

dalam literatur (Cheng-Wei, 2014). Teori tindakan beralasan mengatakan bahwa

niat seseorang adalah panduan terbaik untuk berperilaku. Jika seseorang berniat

untuk melakukan suatu perbuatan, maka kemungkinan besar orang tersebut akan

melakukannya. Selain itu, niat seseorang itu sendiri dipandu oleh dua hal: sikap

orang tersebut terhadap perilaku dan norma subyektif. Untuk menempatkan

definisi ke dalam istilah sederhana: perilaku sukarela seseorang diprediksi oleh

sikapnya terhadap perilaku itu dan bagaimana menurutnya orang lain akan

memandang mereka jika mereka melakukan perilaku itu. Sikap seseorang,

dikombinasikan dengan norma subyektif, membentuk niat perilakunya. TAM

menggantikan banyak ukuran sikap TRA dengan dua ukuran penerimaan

teknologi—kemudahan penggunaan, dan kegunaan (Cheng-Wei, 2014).

Kegunaan yang dirasakan (PU) adalah sejauh mana seseorang percaya bahwa

menggunakan sistem tertentu akan meningkatkan kinerja pekerjaan seseorang,

sementara kemudahan penggunaan yang dirasakan (PEOU) adalah sejauh mana

seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tertentu akan bebas dari upaya.

TAM menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara perbedaan individu dan

penerimaan TI. Oleh karena itu, Model (TAM) telah menjadi dasar bagi para

peneliti sebelumnya pada sistem informasi yang berhubungan dengan niat

perilaku dan penggunaan teknologi informasi. Sebagai dasar teoretis yang diakui

dengan baik untuk mempelajari penerimaan pengguna, TAM mengusulkan bahwa

persepsi pengguna tentang kemudahan penggunaan dan kegunaan sistem dapat

11
memengaruhi seberapa cepat dan efisien pengguna akan mengadopsi teknologi

baru. Jadi, menurut TAM, semakin mudah diakses suatu teknik untuk digunakan,

dan semakin bermanfaat teknik tersebut dirasakan, semakin positif sikap dan niat

pengguna untuk menggunakan teknologi tersebut.

Ada enam elemen model penerimaan teknologi (Pramuka & Pinasti, 2020).

Pertama, Variabel eksternal (EV) adalah variabel yang mempengaruhi persepsi

kegunaan (PU), persepsi kemudahan penggunaan (PEU), dan Sikap terhadap

Penggunaan. Perceived Usefulness (PU) yang berarti seseorang percaya bahwa

menggunakan sistem/teknologi tertentu akan meningkatkan tindakannya.

Perceived Ease of Use (PEU) yang berarti seseorang percaya bahwa dengan

menggunakan sistem/teknologi tertentu akan mempermudah dan tidak

mempersulit.

Sikap terhadap penggunaan (A) yang didefinisikan sebagai keinginan

pengguna untuk menggunakan sistem/teknologi tertentu; dan Niat Perilaku (BI)

diramalkan oleh sikap terhadap penggunaan (A) dikombinasikan dengan

kegunaan yang dirasakan (PU).

12
BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran menurut Sugiyono (2019), merupakan model

konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor

yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir

merupakan hasil abstraksi dan sintesis teori serta kajian pustaka yang

dikaitkan dengan masalah penelitian yang dihadapi. Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah attitudes toward, behavioral

intention, perceived usefulness, perceived ease of use, and perceived

security. Teori yang bisa digunakan untuk menjelaskan hubungan antara

variabel tersebut adalah teori Accounting Information System, Cloud-

Based Accounting Information Systems, dan Technology Acceptance

Model (TAM). Berdasarkan teori- teori tersebut selanjutnya dianalisis

secara sistematis yang selanjutnya menghasilkan sintesa hubungan antar

variabel yang diteliti. Pembentukan kerangka berpikir bertujuan untuk

menjawab dan memecahkan persoalan penelitian, yaitu dengan

merumuskan hipotesis penelitian yang merupakan dugaan sementara.

Penelitian ini didasarkan pada fenomena yang terjadi, seperti yang

dipaparkan pada latar belakang penelitian. Berdasarkan latar belakang

tersebut dirumuskan permasalahan penelitian yang akan diteliti. Selain itu

dijelaskan pula tujuan dan manfaat penelitian yang berperan sebagai

petunjuk arah penelitian ini kedepannya. Penetapan teori-teori yang

13
mendukung penelitian (kajian teori) dan hasil penelitian sebelumnya

(kajian empiris) sangat penting dilakukan sebelum menentukan hipotesis

penelitian. Kajian teori dan kajian empiris tersebut digunakan sebagai

dasar penelitian untuk menjelaskan hubungan kausalitas antar variabel

penelitian dan menjadi penentu dalam perumusan hipotesis. Selanjutnya

rumusan hipotesis penelitian diuji untuk memperoleh hasil penelitian.

Hasil uji penelitian kemudian dibandingkan dengan hipotesis yang

diajukan untuk dapat ditarik kesimpulan yang menyeluruh mengenai

penelitian yang disertai dengan pemaparan saran yang dapat diberikan.

Berdasarkan hal tersebut, kerangka berpikir dari penelitian ini disajikan

dalam Gambar 3.1

Analisis Peranan Xero Accounting System Dalam Menyelaraskan


Kebutuhan Bisnis Restoran

Isu/ Fenomena

Rumusan Masalah

Kajian Empiris
Kajian Teoritis
1. Walace & Sheetz (2014)
1. Teori Accounting 2. Savitri (2015)
Information 3. Amin, dkk (2016)
System 4. Julianto, dkk (2018)
2. Teori Cloud-Based 5. Christmastuti, dkk
Accounting (2019)
Information 6. Lanlan, dkk (2019)
Systems Hipotesis Penelitian 7. Uyob, dkk (2019)
3. Teori Technology 8. Pramuka & Pinasti
Acceptance Model (2020)
Teknik Analisis: Analisis 9. Eldalabeeh, dkk (2021)
(TAM)
Regresi Linear Berganda 10. Benzine, dkk (2022)

14
Hasil dan Pembahasan

Simpulan dan Saran

3.2 Konsep Penelitian Gambar 3.1


Kerangka Berpikir
Kerangka konseptual menggambarkan bagaimana teori-teori

berhubungan dengan variabel-variabel yang telah diidentifikasi sebagai

masalah dalam penelitian. Kerangka konseptual yang baik akan

menjelaskan secara teoritis pertautan variabel yang akan diteliti.

Hubungan antar variabel tersebut akan digunakan sebagai dasar untuk

merumuskan hipotesis penelitian. Berdasarkan kajian pustaka dan

penelitian-penelitian sebelumnya, maka kerangka konseptual dapat

digambarkan sebagai berikut:

Perceived
H1
Usefulness

Perceived Ease of H2 Attitudes Behavioral


Use Toward Intention
H3
Perceived Security

Gambar 3.1
Kerangka Konsptual

3.3 Hipotesis Penelitian

15
3.3.1 Pengaruh Perceived Usefulness Terhadap Attitude Toward Using

Xero

Accounting System

Davis (198

believes that using a particular system would enhance his or her job

performance.” Hal diatas dimaksudkan jika pengguna mempercayai jika

seseorang menggunakan suatu sistem teknologi tertentu, maka dapat

meningatkan kinerja dan prestasi kerja dari pengguna sistem tersebut.

Hal tersebut menggambarkan bahwa dalam suatu sistem tertentu

terdapat manfaat yang saling berkaitan dengan berbagai aspek

(Fatmawati, 2015).

Terkait pernyataan tersebut, maka penelitian ini didukung oleh hasil

pengujian hipotesis penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Walace &

Sheetz (2014); Savitri (2015); Amin, dkk (2016); Julianto, dkk (2018);

Christmastuti, dkk (2019); Lanlan, dkk (2019); Uyob, dkk (2019);

Pramuka & Pinasti (2020); Eldalabeeh, dkk (2021); dan Benzine, dkk

(2022) yang menyatakan bahwa perceived usefulness memiliki pengaruh

positif terhadap attitude toward using accounting system. Adapun

hipotesis dari penelitian ini berdasarkan hasil penelitian terdahulu adalah:

H1: Perceived usefulness berpengaruh positif terhadap attitude toward using xero

accounting system.

16
3.3.2 Pengaruh Perceived Ease of Use Terhadap Attitude Toward Using

Xero

Accounting System

Disebutkan bahwa “ease” artinya “freedom from difficulty or great

effort.” Selanjutnya “ease to use perceived” didefinisikan “the degree

to which a person believes that using a particular system would be

free of effort” Davis (1989). Jika suatu sistem tersebut mudah dalam

penggunaannnya maka tidak akan memerlukan usaha yang

keras untuk menggunakannya, hal ini termasuk kedalam

kemudahan penggunaan sistem.

Terkait pernyataan tersebut, maka penelitian ini didukung oleh hasil

pengujian hipotesis penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Walace &

Sheetz (2014); Savitri (2015); Amin, dkk (2016); Julianto, dkk (2018);

Christmastuti, dkk (2019); Lanlan, dkk (2019); Uyob, dkk (2019);

Pramuka & Pinasti (2020); Eldalabeeh, dkk (2021); dan Benzine, dkk

(2022) yang menyatakan bahwa perceived ease of use memiliki pengaruh

positif terhadap attitude toward using accounting system. Adapun

hipotesis dari penelitian ini berdasarkan hasil penelitian terdahulu adalah:

H2: Perceived ease of use berpengaruh positif terhadap attitude toward using xero

accounting system.

17
3.3.3 Pengaruh Perceived Security Terhadap Attitude Toward Using Xero

Accounting System

Perceived security adalah proses menjaga resiko yang dirasakan

agar berada pada tingkatan yang diterima. Semakin tinggi tingkat

keamanan yang ada maka individu akan semakin percaya dengan

teknologi tersebut dan hal itu akan menyebabkan individu menggunakan

teknologi tersebut. (Pramuka dan Pinasti, 2020).

Terkait pernyataan tersebut, maka penelitian ini didukung oleh

hasil pengujian hipotesis penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Walace & Sheetz (2014); Savitri (2015); Amin, dkk (2016); Julianto, dkk

(2018); Christmastuti, dkk (2019); Lanlan, dkk (2019); Uyob, dkk

(2019); Pramuka & Pinasti (2020); Eldalabeeh, dkk (2021); dan Benzine,

dkk (2022) yang menyatakan bahwa perceived security memiliki

pengaruh positif terhadap attitude toward using accounting system.

Adapun hipotesis dari penelitian ini berdasarkan hasil penelitian

terdahulu adalah:

H3: Perceived security berpengaruh positif terhadap attitude toward using xero

accounting system

3.3.4 Pengaruh Attitude Toward Using Terhadap Behavior Intention

Menurut Venkatesh (2013) definisi attitudes toward using Sikap

penggunaan teknologi dalam teori TAM yang dikonsepkan sebagai

suatu sikap seseorang terhadap penggunaan suatu sistem tenologi

yang dapat berbentuk penerimaan atau penolakan seseorang sebagai

18
dampak apabila menggunakan suatu sistem teknologi dalam memenuhi

kebutuhan pekerjaannya, sedangkan behavioral intention atau minat

perilaku merupakan suatu niat, keinginan (minat) sesorang untuk

melakukan suatu tindakan atau perilaku tertentu. Seseorang dapat

melakukan suatu perilaku atau tindakan tertentu jika memiliki niat,

keinginan (minat) untuk melakukan perilaku tersebut. Minat juga dapat

mengindikasikan adanya tindakan atau perilaku yang akan dilakukan

dimasa yang akan datang dan akan mengulangnya di kemudian hari

(Aditya & Wardhana, 2016).

Terkait pernyataan tersebut, maka penelitian ini didukung oleh hasil

pengujian hipotesis penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Walace &

Sheetz (2014); Savitri (2015); Amin, dkk (2016); Julianto, dkk (2018);

Christmastuti, dkk (2019); Lanlan, dkk (2019); Uyob, dkk (2019);

Pramuka & Pinasti (2020); Eldalabeeh, dkk (2021); dan Benzine, dkk

(2022) yang menyatakan bahwa attitude toward using memiliki pengaruh

positif terhadap behavior intention. Adapun hipotesis dari penelitian ini

berdasarkan hasil penelitian terdahulu adalah:

H4: Attitude toward using berpengaruh positif terhadap behavior intention.

19
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Menurut Sugiyono (2019) metode penelitian pada dasarnya merupakan cara

ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dengan

demikian, dalam melakukan penelitian perlu adanya suatu metode penelitian yang

sesuai untuk memperoleh sebuah data yang akan diteliti dalam sebuah penelitian.

Adapun pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekata kuantitatif. Menurut

Sugiyono (2019) metode kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

kuantitatif statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer

diperoleh dari hasil jawaban responden terhadap setiap pernyataan yang diajukan

pada kuesioner. Jenis kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner tertutup.

Penyusunan kuesioner diadopsi dan dikembangkan dari peneliti terdahulu, yang

diukur dengan skala Likert 1 sampai 4. Data yang terkumpul selanjutnya akan

dianalisis secara kuatitatif dengan perhitungan statistik deskriptif atau inferensial

sehingga dapat ditarik kesimpulan terbukti atau tidaknya hipotesis yang

dirumuskan. Adapun rancangan penelitian yang diajukan, disajikan pada Gambar

4.1 berikut:

20
Gambar 4.1
Rancangan Penelitian

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

Metode Penelitian Hipotesis Kajian Teoritis dan


Kajian Empiris

Analisis Penelitian Analisis Regresi 1. Y1 : Attitudes Toward Using


Linear Berganda 2. Y2 : Behavioral Intention
3. X1 : Perceived Usefulness
4. X2 : Perceived Ease of Use
5. X3 : Perceived Security
Hasil dan
Pembahasan

Simpulan dan Saran

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Badung, dengan menyasar seluruh

restoran di Kabupaten Badung yang sudah terdaftar pada database Bapenda

Badung. Penelitian ini dilakukan selama enam bulan.

4.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian yaitu membahas mengenai peranan xero

accounting system dalam menyelaraskan kebutuhan bisnis restoran. Penelitian ini

dilakukan kepada restoran-restoran di Kabupaten Badung yang sudah terdaftar

pada database Bapenda Badung.

21
4.4 Identifikasi Variabel

Menurut Sugiyono (2019) variabel penelitian merupakan suatu atribut atau

nilai dari subyek, obyek atau kegiatan yang memiliki variansi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan diambil suatu kesimpulan. Variabel

yang digunakan dalamm penelitian ini antara lain:

1. Variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi atau menjadi

penyebab munculnya variabel dependen (Sugiyono, 2019). Variabel

dependen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perceived usefulness,

perceived ease of use, dan perceived security.

2. Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat

karena adanya variabel indenpenden (Sugiyono, 2019). Variabel

dependen dalam penelitian ini yaitu attitudes toward using dan perceived

security.

4.5 Definisi Operasional Variabel

4.5.1 Attitudes Toward Using

Menurut Venkatesh (2013) definisi attitudes toward using Sikap

penggunaan teknologi dalam teori TAM yang dikonsepkan sebagai suatu

sikap seseorang terhadap penggunaan suatu sistem tenologi yang dapat

berbentuk penerimaan atau penolakan seseorang sebagai dampak apabila

menggunakan suatu sistem teknologi dalam memenuhi kebutuhan

pekerjaannya. Pernyataan attitudes toward using diadopsi dari penelitian yang

dilakukan oleh Pramuka dan Pinasti (2020) yang diukur dengan skala likert 1

22
sampai 4, dengan indikator yaitu 1) komponen kognitif, 2) komponen afektif, 3)

komponen konasi.

4.5.2 Behavioral Intention

Behavioral intention atau minat perilaku merupakan suatu niat,

keinginan (minat) sesorang untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku

tertentu. Seseorang dapat melakukan suatu perilaku atau tindakan tertentu jika

memiliki niat, keinginan (minat) untuk melakukan perilaku tersebut. Minat

juga dapat mengindikasikan adanya tindakan atau perilaku yang akan dilakukan

dimasa yang akan datang dan akan mengulangnya di kemudian hari (Aditya

& Wardhana, 2016). Pernyataan behavioral intention diadopsi dari penelitian

yang dilakukan oleh Pramuka dan Pinasti (2020) yang diukur dengan skala likert

1 sampai 4, dengan indikator yaitu 1) minat transaksional, 2) minat preferensial, 3)

minat referensial.

4.5.3 Perceived Usefulness

Davis (1989) mengemukakan bahwa “the degree to which a person believes

that using a particular system would enhance his or her job performance.”

Hal diatas dimaksudkan jika pengguna mempercayai jika seseorang

menggunakan suatu sistem teknologi tertentu, maka dapat meningatkan

kinerja dan prestasi kerja dari pengguna sistem tersebut. Hal tersebut

menggambarkan bahwa dalam suatu sistem tertentu terdapat manfaat yang

saling berkaitan dengan berbagai aspek (Fatmawati, 2015). Pernyataan perceived

usefulness diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Pramuka dan Pinasti

(2020) yang diukur dengan skala likert 1 sampai 4, dengan indikator yaitu 1)

23
mempercepat pekerjaan (work more quikly), 2) kinerja pekerjaan (job

performance), 3) menambah produktifitas (increase productivity), 4) efektifitas

(effectiveness), 5) menjadikan pekerjaan lebih mudah (make job easier), 6)

bermanfaat (useful).

4.5.4 Perceived Ease Of Use

Disebutkan bahwa “ease” artinya “freedom from difficulty or great effort.”

Selanjutnya “ease to use perceived” didefinisikan “the degree to which a

person believes that using a particular system would be free of effort” Davis

(1989). Jika suatu sistem tersebut mudah dalam penggunaannnya maka

tidak akan memerlukan usaha yang keras untuk menggunakannya, hal

ini termasuk kedalam kemudahan penggunaan sistem. Pernyataan perceived

ease of use diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Pramuka dan Pinasti

(2020) yang diukur dengan skala likert 1 sampai 4, dengan indikator yaitu 1)

mudah untuk dipelajari (easy to learn), 2) mudah untuk dioperasikan

(understandable), 3) fleksibel (flexibel), 4) dapat dikontrol (controllable), 5)

mudah untuk digunakan (ease of use).

4.5.5 Perceived Security

Perceived security adalah proses menjaga resiko yang dirasakan agar berada

pada tingkatan yang diterima. Semakin tinggi tingkat keamanan yang ada maka

individu akan semakin percaya dengan teknologi tersebut dan hal itu akan

menyebabkan individu menggunakan teknologi tersebut. (Pramuka dan Pinasti,

2020). Pernyataan perceived security diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh

Pramuka dan Pinasti (2020) yang diukur dengan skala likert 1 sampai 4, dengan

24
indikator yaitu 1) authentication, 2) confidentiality, 3) integrity, 4) non-

repudiation.

4.6 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel

4.6.1 Populasi

Populasi merupakan generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2019). Populasi

dalam penelitian ini meliputi seluruh restoran pada Kabupaten Badung yang sudah

terdaftar pada database Bapenda Badung yang berjumlah …… restoran.

4.6.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2019). Sampel dalam penelitian ini adalah restoran

pada Kabupaten Badung yang sudah terdaftar pada database Bapenda Badung dan

menggunakan xero accounting system yang berjumlah …… restoran.

4.6.3 Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

nonprobability sample dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan tertentu, dimana anggota-anggota sampel akan

dipilih sedemikian rupa sehingga sampel yang dibentuk tersebut dapat mewakili

sifat-sifat populasi (Sugiyono, 2019). Adapun kriteria yang dijadikan dasar

pemilihan anggota sampel pada penelitian ini adalah restoran pada Kabupaten

25
Badung yang sudah terdaftar pada database Bapenda Badung dan menggunakan

xero accounting system.

4.7 Jenis dan Sumber Data

4.7.1 Jenis Data

1. Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka-angka atau data

kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2019). Data kuantitatif dalam

penelitian ini meliputi skor daripada kuesioner yang akan disebar.

2. Data kualitatif merupakan data yang dinyatakan dalam bentuk kata,

skema, dan gambar (Sugiyono, 2019) dalam penelitian ini adalah daftar

restoran di Kabupaten Badung yang bersumber dari bagian informasi

Bapenda Badung.

4.7.2 Sumber Data

1. Data primer adalah sebuah data yang langsung didapatkan dari sumber

dan diberi kepada pengumpul data atau peneliti (Sugiyono, 2019). Data

primer dalam penelitian ini adalah jawaban kuesioner dari responden

yaitu restoran pada Kabupaten Badung yang sudah terdaftar pada

database Bapenda Badung dan menggunakan xero accounting system.

2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung

melalui media perantara seperti orang lain atau dokumen (Sugiyono,

2019). Data sekunder dalam penelitian ini adalah daftar restoran di

Kabupaten Badung yang bersumber dari bagian informasi Bapenda

Badung.

26
4.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode survei dengan teknik kuesioner. Kuesioner yang disebarkan berupa daftar

pertanyaan dan pertanyaan tertulis kepada responden mengenai peranan xero

accounting system dalam menyelaraskan kebutuhan bisnis restoran di Kabupaten

Badung. Pengukuran variabel penelitian menggunakan skala Likert empat poin

untuk menghindari multi interpretable dan central tendency effect. Skala Likert

merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang suatu fenomena social dan dalam skala

ini digunakan sebagai pengukuran yang akan menghasilkan data interval atau

rasio (Sugiyono, 2019). Penelitian - penelitian sebelumnya ada yang

menggunakan rentang nilai skala Likert 1 sampai dengan 5 dan 1 sampai dengan

7, sedangkan dalam penelitian ini digunakan rentang nilai 1 sampai 4. Modifikasi

skala Likert ini mengacu pada pendapat Hadi (2002) untuk beberapa alasan

berikut: Pertama, pemberian kategori tengah memberikan arti ganda atau multi

interpretable. Kedua, tersedianya kategori jawaban tengah menimbulkan

kecenderungan jawaban ketengah (central tendency effect) bagi accountant

restoran yang memiliki keraguan dalam menanggapi pertanyaan. Ketiga, jika

disediakan kategori jawaban tengah akan menghilangkan banyak informasi dari

para accountant restoran.

27
4.9 Instrumen Penelitian

Uji instrument penelitian dilakukan untuk melihat apakah pernyataan

tersebut layak atau tidak digunakan sebagai instrument dalam penelitian. Uji

instrumen dilakukan dengan pengujian validitas dan reliabilitas.

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya

kuisioner penelitian. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan dan

pernyataan dalam kuisioner mengungkapkan sesuatu yang akan diukur

oleh kuisioner tersebut (Ghozali, 2019). Pengujian validitas dilakukan

dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan

dengan total skor, sehingga dapat nilai pearson correlation. Suatu

instrument dikatakan valid jika r pearson correlation terhadap skor total

lebih besar dari 0,3. Atau dengan membandingkan nilai pearson

correlation dengan hasil perhitungan r tabel. Jika r hitung lebih besar

dari r tabel dan nilai positif, maka butir atau pertanyaan atau indikator

variabel tersebut dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Kuisioner dikatakan

reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah

konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2019). Pengukuran

reliable dilakukan dengan cara One Shot yaitu pengukuran sekali saja

yang kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau

28
mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. SPSS memberikan

fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik

Cronbach’salpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika

besarnya nilai Cronbach Alpha lebih dari 0,7 (Ghozali, 2019).

4.10 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan menguraikan keseluruhan menjadi komponen yang

lebih kecil untuk mengetahui komponen yang dominan, membandingkan antara

komponen yang satu dengan komponen lainnya, dan membandingkan salah satu

atau beberapa komponen dengan keseluruhan. Teknik analisis data digunakan

untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan

(Sugiyono, 2019). Pengelolaan data pada penelitian ini akan menggunakan

Software smartPLS.

Structural Equation Modelling (SEM) merupakan suatu metode yang

digunakan untuk menutup kelemahan yang terdapat pada metode regresi. Menurut

para ahli metode penelitian Structural Equation Modelling (SEM) dikelompokkan

menjadi dua pendekatan yaitu pendekatan Covariance Based SEM (CBSEM) dan

Variance Based SEM atau Partial Least Square (PLS). Partial Least Square

merupakan metode analisis yang powerfull yang mana dalam metode ini tidak

didasarkan banyaknya asumsi. Pendekatan (Partial Least Square) PLS adalah

distribution free (tidak mengasumsikan data tertentu, dapat berupa nominal,

kategori, ordinal, interval dan rasio) (Sugiyono, 2019). (Partial Least Square)

PLS menggunakan metode bootstraping atau penggandaan secara acak yang mana

29
asumsi normalitas tidak akan menjadi masalah bagi (Partial Least Square) PLS.

Selain itu (Partial Least Square) PLS tidak mensyaratkan jumlah minimum

sampel yang akan digunakan dalam penelitian, penelitian yang memiliki sampel

kecil dapat tetap menggunakan (Partial Least Square) PLS. Partial Least Square

digolongkan jenis non-parametrik oleh karena itu dalam permodelan PLS tidak

diperlukan data dengan distribusi normal (Sugiyono, 2019).

Tujuan dari penggunaan (Partial Least Square) PLS yaitu untuk melakukan

prediksi. Yang mana dalam melakukan prediksi tersebut adalah untuk

memprediksi hubungan antar konstruk, selain itu untuk membantu peneliti dalam

penelitiannya untuk mendapatkan nilai variabel laten yang bertujuan untuk

melakukan pemprediksian. Variabel laten adalah linear agregat dari indikator-

indikatornya. Weight estimate untuk menciptakan komponen skor variabel laten

didapat berdasarkan bagaimana inner model (model struktural yang

menghubungkan antar variabel laten) dan outer model (model pengukuran yaitu

hubungan antar indikator dengan konstruknya) dispesifikasi. Hasilnya adalah

residual variance dari variabel dependen (kedua variabel laten dan indikator)

diminimumkan (Sugiyono, 2019).

Estimasi parameter yang didapat dengan PLS (Partial Least Square) dapat

dikategorikan sebagai berikut: Kategori pertama, adalah weight estimate yang

digunakan untuk menciptakan skor variabel laten. Kedua mencerminkan estimasi

jalur (path estimate) yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten

dan blok indikatornya (loading). Kategori ketiga adalah berkaitan dengan means

dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan variabel laten.

30
Untuk memperoleh ketiga estimasi tersebut, PLS (Partial Least Square)

menggunakan proses iterasi tiga tahap dan dalam setiap tahapnya menghasilkan

estimasi yaitu sebagai berikut:

1. Menghasilkan weight estimate.

2. Menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model.

3. Menghasilkan estimasi means dan lokasi (konstanta)

Dalam metode PLS (Partial Least Square) teknik analisa yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

1. Analisa outer model

Analisa outer model dilakukan untuk memastikan bahwa

measurement yang digunakan layak untuk dijadikan pengukuran (valid

dan reliabel) (Sugiyono, 2019). Dalam analisa model ini menspesifikasi

hubungan antar variabel laten dengan indikator-indikatornya.24 Analisa

outer model dapat dilihat dari beberapa indikator:

a. Convergent Validity adalah indikator yang dinilai berdasarkan

korelasi antara item score/component score dengan construct

score, yang dapat dilihat dari standardized loading factor yang

mana menggambarkan besarnya korelasi antar setiap item

pengukuran (indikator) dengan konstraknya. Ukuran refleksif

individual dikatakan tinggi jika berkorelasi > 0.7 dengan

konstruk yang ingin diukur, sedangkan menurut Chin, nilai outer

loading antara 0,5 – 0,6 sudah dianggap cukup.

31
b. Discriminant Validity merupakan model pengukuran dengan

refleksif indicator dinilai berdasarkan crossloading pengukuran

dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item

pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka

menunjukan ukuran blok mereka lebih baik dibandingkan

dengan blok lainnya. Sedangkan menurut metode lain untuk

menilai discriminant validity yaitu dengan membandingkan nilai

squareroot of average variance extracted (AVE). Composite

reliability merupakan indikator untuk mengukur suatu konstruk

yang dapat dilihat pada view latent variable coefficients. Untuk

mengevaluasi composite reliability terdapat dua alat ukur yaitu

internal consistency dan cronbach’s alpha. Dalam pengukuran

tersebut apabila nilai yang dicapai adalah > 0,70 maka dapat

dikatakan bahwa konstruk tersebut memiliki reliabilitas yang

tinggi. d. Cronbach’s Alpha merupakan uji reliabilitas yang

dilakukan memperkuat hasil dari composite reliability. Suatu

variabel dapat dinyatakan reliabel apabila memiliki nilai

cronbach’s alpha > 0,7.25

Uji yang dilakukan diatas merupakan uji pada outer model untuk

indikator reflektif. Untuk indikator formatif dilakukan pengujian yang

berbeda. Uji untuk indikator formatif yaitu (Sugiyono, 2019):

a. Significance of weights. Nilai weight indikator formatif dengan

konstruknya harus signifikan.

32
b. Multicollinearity. Uji multicollinearity dilakukan untuk

mengetahui hubungan antar indikator. Untuk mengetahui

apakah indikator formatif mengalami multicollinearity dengan

mengetahui nilai VIF. Nilai VIF antara 5-10 dapat dikatakan

bahwa indikator tersebut terjadi multicollinearity.

2. Analisa Inner Model

Analisa Inner model biasanya juga disebut dengan (inner relation,

structural model dan substantive theory) yang mana menggambarkan

hubungan antara variabel laten berdasarkan pada substantive theory.

Analisa inner model dapat dievaluasi yaitu dengan menggunakan R-

square untuk konstruk dependen, Stone-Geisser Qsquare test untuk

predictive relevance dan uji t serta signifikansi dari koefisien parameter

jalur struktural. Dalam pengevaluasian inner model dengan PLS

(Partial Least Square) dimulai dengan cara melihat R square untuk

setiap variabel laten dependen. Kemudian dalam penginterpretasiannya

sama dengan interpretasi pada regresi. Perubahan nilai pada R-square

dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen

tertentu terhadap variabel laten dependen apakah memiliki pengaruh

yang substantif. Selain melihat nilai R-square, pada model PLS (Partial

Least Square) juga dievaluasi dengan melihat nilai Q-square prediktif

relevansi untuk model konstruktif. Q-square mengukur seberapa baik

nilai observasi dihasilkan oleh model dan estimasi parameternya. Nilai

Q-square lebih besar dari 0 (nol) menunjukkan bahwa model

33
mempunyai nilai predictive relevance, sedangkan apabila nilai Q-

square kurang dari 0 (nol), maka menunjukkan bahwa model kurang

memiliki predictive relevance.

3. Pengujian Hipotesa

Dalam pengujian hipotesa dapat dilihat dari nilai t-statistik dan nilai

probabilitas. Untuk pengujian hipotesis yaitu dengan menggunakan nilai

statistik maka untuk alpha 5% nilai t-statistik yang digunakan adalah 1,96.

Sehingga kriteria penerimaan/penolakan hipotesa adalah Ha diterima dan H0 di

tolak ketika t-statistik > 1,96. Untuk menolak/menerima hipotesis

menggunakan probabilitas maka Ha di terima jika nilai p < 0,05 (Sugiyono,

2019).

34
DAFTAR PUSTAKA

Pramuka, Bambang Agus., & Pinasti, Margani. (2020). Does Cloud-Based


Accounting Information System Harmonize the Small Business Needs?.
JIOS, VOL. 44, NO. 1 (2020). https://doi.org/10.31341/jios.44.1.6.

Julianto, I Putu., Yasa, I Nyoman Putra., & Devi, Sunitha. (2018). The Analysis of
Technology Acceptance Model (TAM) on The Use of Accounting
Information System. Atlantis Press.

Benzine, Widad., & Tiar, Ahcène. (2022). Evaluation of Factors Affecting the Use
of the Accounting Information System Using the TAM Model: A Field
Study in Algerian Firms. Asia Pacific Journal of Information Systems,
Vol. 32 No. 2 (June 2022), 435-459.
https://doi.org/10.14329/apjis.2022.32.2.435.

Amin, Md.Khaled., Munira, Shobnom., Azhar, Afrin., Amin, Afrina., & Karim,
Mubasshir Tahmidul. (2016). Factors Affecting Employees’ Behavioral
Intention to Adopt Accounting Information System (AIS) in Bangladesh.
19th International Conference on Computer and Information Technology.
https://doi.org/10.1109/ICCITECHN.2016.7860249.

Eldalabeeh, Abdel Rahman., Al-Shbail, Mohannad Obeid., Almuiet, Mohammad


Zayed., Bany Baker, Mohammad., & E’leimat, Dheifallah. (2021). Cloud-
Based Accounting Adoption in Jordanian Financial Sector. Journal of
Asian Finance, Economics and Business Vol 8 No 2 (2021) 0833–0849.
https://doi.org/10.13106/jafeb.2021.vol8.no2.0833.

Wallace, Linda G., & Sheetz, Steven D. (2014). The Adoption Of Software
measures: A Technology Acceptance Model (TAM) Perspective.
Information & Management 51 (2014) 249-259.
http://dx.doi.org/10.1016/j.im.2013.12.003.

33

Anda mungkin juga menyukai