Anda di halaman 1dari 54

ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

PENERIMAAN KAS
STUDI KASUS PADA PUSAT KAJIAN RESOLUSI KONFLIK DAN
PEMBERDAYAAN LPPM IPB (CARE LPPM IPB)

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi


persyaratan Mata Kuliah
Seminar
Program Studi Akuntansi Strata I

Oleh :

Emillia Engradini Putri

NPM : 191210259

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS BISNIS
INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA KESATUAN
BOGOR
2020
ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
PENERIMAAN KAS
STUDI KASUS PADA PUSAT KAJIAN RESOLUSI KONFLIK DAN
PEMBERDAYAAN LPPM IPB (CARE LPPM IPB)

PROPOSAL SKRIPSI

Telah diseminarkan pada :


Hari, Tanggal : xxxxxxx
di Institut Bisnis dan Informatika Kesatuan

Menyetujui:
Pembimbing

Abdul Roup, SE., M.Ak., CCNSP

Penguji

xxxxxxxxxxxxxx
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah SWT karena telah melimpahkan karunianya bagi
alam semesta, dan khususnya bagi penulis hingga akhirnya dapat
menyelesaikan penyusunan Proposal Skripsi ini yang berjudul “Analisis Sistem
Informasi Akuntansi Penerimaan Kas. Studi Kasus Pada Pusat Kajian Resolusi
Konflik LPPM IPB (CARE LPPM IPB)”. Penyusunan Proposal Skripsi ini
bertujuan untuk memenuhi persyaratan Mata Kuliah Seminar Program Studi
Akuntansi Strata I.

Akhir kata, semoga Proposal Skripsi ini dapat menjadi langkah awal untuk
penelitian dan penyelesain skripsi selanjutnya sehingga dapat berguna bagi
penulis, pembaca dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, 20 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................3
DAFTAR ISI....................................................................................................................4
DAFTAR TABEL.............................................................................................................6
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................7
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Penelitian.........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN............................7
2.1 Landasan Teori.............................................................................................7
2.1.1 Pengertian Sistem...............................................................................7
2.1.2 Tujuan Sistem.......................................................................................8
2.1.3 Pengertian Akuntansi..........................................................................8
2.1.4 Pengertian Sistem Akuntansi...........................................................9
2.1.5 Faktor-Faktor dalam Penyusunan Sistem Akuntansi............10
2.1.6 Tujuan Sistem Akuntansi................................................................10
2.1.7 Unsur-Unsur Sistem Akuntansi Pokok........................................12
2.1.8 Pengertian Sistem Informasi.........................................................12
2.1.9 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi....................................13
2.1.10 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi................................14
2.1.11 Komponen Sistem Informasi Akuntansi................................16
2.1.12 Fungsi Sistem Informasi Akuntansi.........................................17
2.1.13 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sistem Informasi
Akuntansi18
2.1.14 Perbandingan Antara Sistem Informasi Akuntansi Manual
dan Terotomatisasi...........................................................................................18
2.1.15 Keterkaitan Sistem Informasi Akuntansi dengan Proses
Bisnis dan Organisasi.......................................................................................19
2.1.16 Bagan Alir.........................................................................................22
2.1.17 Jenis-Jenis Bagan Alir...................................................................26

ii
2.1.18 Penerimaan Kas..............................................................................26
2.1.19 Pengertian Sistem Penerimaan Kas........................................27
2.1.20 Sistem Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai.....................29
2.1.21 Sistem Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai.....................30
2.1.22 Dokumen Terkait dalam Sistem Penerimaan Kas dari
Penjualan Tunai..................................................................................................31
2.1.23 Catatan Terkait dalam Sistem Penerimaan Kas dari
Penjualan Tunai..................................................................................................32
2.1.24 Jaringan Prosedur Sistem Penerimaan Kas dari Penjualan
Tunai 33
2.2 Kerangka Pemikiran Konseptual..........................................................34
2.3 Penelitian Terdahulu.................................................................................35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.....................................................................40
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................................40
3.2 Jenis, Objek, dan Subjek/Informan Penelitian................................40
3.3 Metode Pengumpulan Data....................................................................40
3.4 Metode Analisis Data................................................................................41
3.5 Pengujian Keabsahan/Kualitas Data...................................................42
3.6 Jadwal Penelitian........................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................43
LAMPIRAN.....................................................................................................................44

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Perbandingan Sistem Informasi Akuntansi Manual dan


Terotomatisasi............................................................................................................19
Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu............................................................................35

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Sistem Informasi.............................................................................13


Gambar 2. 2 Sistem Informasi dan Proses Bisnis.........................................21
Gambar 2. 3 Penjelasan Bagan Alir....................................................................23
Gambar 2. 4 Kerangka Pemikiran Konseptual................................................35

iv
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Dinamika perekonomian Indonesia selalu menjadi sebuah topik yang
menarik. Berbagai macam perusahaan dan instansi formal berkembang
sesuai dengan berjalannya zaman. Bagaikan sebuah sistem yang masif,
semuanya memberikan kontribusi yang nyata bagi negeri ini dalam sektor
apapun. Tak terkecuali dengan perguruan tinggi yang ada di Indonesia.
Salah satu perguruan tinggi yang ada di Indonesia adalah Institut Pertanian
Bogor. Institut Pertanian Bogor adalah perguruan tinggi yang berstatus
sebagai Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH). IPB telah
melahirkan banyak inovasi yang telah diakui secara global. Pada periode
10 tahun terakhir, yakni tahun 2008-2018, hasil penilaian Business
Innovation Center – Kementerian Riset Inovasi IPB merupakan yang
terbanyak diantara perguruan tinggi lain seIndonesia. Teknologi dan
Pendidikan Tinggi RI dalam Inovasi Indonesia Paling Prospektif yakni
sebanyak 39,71 persen. Saat ini IPB memiliki 37 Departemen, yang di
dalamnya terdapat 39 Program Studi Sarjana, 18 Program Keahlian
Pendidikan Diploma, 73 Program Studi Magister, 43 Program Studi Doktor,
dan 24 Pusat Penelitian yang dipayungi oleh LPPM IPB.
Dengan banyaknya program studi serta pusat penelitian yang dimiliki
IPB, sistem yang terbentuk pun menjadi kian kompleks. Apa yang dimaksud
dengan sistem? Sistem dapat didefinisikan sebagai “sebuah jaringan
prosedur yang dibuat menurut rangkaian yang terpadu agar kegiatan pokok
perusahaan dapat terlaksana” Mulyadi (2016:5) dalam (Rahmawati,
Mustikowati, and Sulistyo 2016). Azhar Susanto (2013: 23) menguraikan
bahwa target yang hendak dicapai oleh suatu sistem merupakan tujuan
sistem (Putra and Mauladiputro 2020). Untuk mencapai target dari sistem
maka target tersebut harus terlebih dahulu diketahui, baik dari segi ciri-ciri
maupun kriterianya. Pengetahuan akan ciri-ciri dan kriteria suatu sistem
merupakan hal yang penting agar tujuan dapat tercapai. Dapat pula
dikatakan bahwa ciri-ciri dan kriteria tersebut merupakan tolok ukur
suksesnya suatu pengendalian dan juga untuk menilai keberhasilan sebuah
sistem.
Visi IPB adalah “Menjadi terdepan dalam memperkokoh martabat
bangsa melalui pendidikan tinggi unggul pada tingkat global di bidang
pertanian, kelautan, dan biosains tropika” (Statuta IPB 2013). Untuk

1
mencapai tujuannya, program studi dan pusat penelitian yang ada di IPB
banyak memberikan kontribusi dan berusaha melakukan peningkatan setiap
tahunnya. Berbagai riset dilakukan, baik riset nasional maupun skala
internasional. Kegiatan-kegiatan tersebut menghasilkan transaksi antara
IPB dan pihak ketiga. Sebagai sebuah PTN yang berbadan hukum, terdapat
rangkaian sistem yang memungkinkan agar suatu transaksi terjadi dengan
baik dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bentuk dan Mekanisme
Pendanaan Perguruan Tinggi diuraikan pada Pasal 1 Ayat 3 Peraturan
Pemerintah (PP) No 26 Tahun 2015(PP Nomor 26 Tahun 2015 2015). Di
dalamnya dinyatakan bahwa PTN berbadan hukum adalah perguruan tinggi
negeri yang didirikan oleh pemerintah dan berstatus sebagai subjek hukum
yang otonom. Otonom berarti PTN-BH bersifat independen dalam
pemerintahannya. Selain PP No 26 tahun 2015 peraturan tentang PTN-BH
juga diuraikan pada Pasal 76 Undang-Undang No 12 Tahun 2012 tentang
Perguruan Tinggi. Pada Undang-Undang tersebut diuraikan bahwasanya
perguruan tinggi yang berstatus PTN-BH memiliki keadikuasaan dalam
pengaturan pendidikan. Selain itu, hak dan kemandirian untuk melakukan
pengelolaan dalam berbagai bidang pun dimiliki oleh perguruan tinggi.
Dasar PTN-BH dalam mengelola keuangan dibahas pula dalam dua Undang-
Undang, yakni UU No 12 Tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi dan UU No
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. PTN-BH masuk dalam kategori
kekayaan negara yang dipisahkan di dalam UU Dikti. Kondisi tersebut mirip
dengan status Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Yang diuraikan dalam UU
No. 19. Tujuan dari UU tersebut adalah supaya pengelolaan keuangan pada
perguruan tinggi yang berstatus PTN-BH dapat berlangsung secara
independen.
Dengan banyaknya kegiatan yang dilakukan IPB serta statusnya
sebagai PTN-BH, maka kegiatan yang ada perlu ditunjang dengan sistem
keuangan yang mutakhir. IPB memiliki sistem keuangan yang bernama GL
(General Ledger). Awal mulanya IPB mengaplikasikan ambivalen sistem
terkait pengelolaan keuangan yakni SIMKEU dan GL. SIMKEU meliputi
pengelolaan keuangan pada unit kerja, sedangkan transaksi yang ada di
pusat yaitu pendapatan dan transaksi non kas masuk pada lingkup GL.
Kompilasi data dari kedua sistem tersebut dilakukan sebagai proses
penyusunan laporan keuangan. Dengan adanya dua data yang berbeda,
maka terdapat proses manual yang harus dilakukan. Pada tahun 2017,
untuk menanggulangi dan minimalisasi kesalahan maka

2
pengimplementasian single entry on one system dilakukan dengan
menggunakan Sistem GL. Hal ini berarti bahwa semua aktivitas pengelolaan
keuangan yang selama ini menggunakan SIMKEU akan dialihkan ke Sistem
GL. Agar dapat mengolah laporan keuangan secara langsung tanpa melalui
proses kompilasi data lagi, maka proses perpindahan sistem ini dilakukan.
Salah satu pusat penelitian yang berada dipayungi oleh LPPM IPB
adalah Pusat Kajian Resolusi Konflik dan Pemberdayaan LPPM IPB atau
disingkat CARE (Center for Alternative Dispute Resolution and
Empowerment). CARE LPPM IPB dikembangkan untuk menjawab tantangan
atas tingginya intensitas dan fenomena potensi konflik, sejalan dengan
kompleksitas permasalahan dan kebinekaan yang menjadi ciri khas bangsa
dan masyarakat Indonesia. Kompetensi pengelolaan dan resolusi konflik
yang menjadi mandat utama CARE LPPM IPB sangat dibutuhkan untuk
mendukung efektifitas peran nyata IPB dalam pembangunan bangsa dan
khususnya di perdesaan, pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan
dan perikanan. Kebutuhan terhadap CARE LPPM IPB juga sejalan dengan
isu-isu strategis. (CARE LPPM IPB, 2017) Sebelum tahun 2017, CARE LPPM
IPB memiliki sistem keuangan mandiri atau terpisah dari IPB. Namun demi
menjunjung tinggi peraturan dan mencapai tujuan PTN, pada 2017 CARE
LPPM IPB turut menggunakan sistem keuangan IPB, yakni GL. Menurut
wawancara dengan Pengelola Keuangan Unit CARE LPPM IPB, GL memiliki
berbagai macam fungsi. Salah satu fungsi GL yakni sebagai sarana
pengajuan dana kerja sama dengan pihak ketiga. IPB menerapkan one door
system. Yang berarti semua transaksi yang ada pada fakultas, departemen,
dan pusat penelitian akan masuk ke rekening rektor, sehingga penerimaan
dana/kas oleh masing-masing fakultas, departemen, dan pusat penelitian
harus dilakukan melalui GL agar kas dapat berpindah ke rekening masing-
masing unit.
(Pakadang, 2013) Menyatakan bahwa kas adalah aset paling lancar
yang dimiliki perusahaan. Setiap transaksi yang dilakukan oleh perusahaan
hampir selalu melibatkan kas (Salibana Sharon Debora Claudia, Winston
Pantoh and Uw 2019). (Hall, 2007: 90) Menyatakan bahwa penerimaan kas
dan pengeluaran kas disebabkan oleh transaksi yang dilakukan oleh
perusahaan dalam kegiatannya(Bernardus Dito Laponsa 2018). Hal tersebut
tentu akan berpengaruh terhadap penambahan dan pengurangan kas.
Transaksi pendapatan Operasi biasanya menghasilkan penambahan kas.
Sedangkan, pengeluaran untuk pemenuhan kegiatan operasi perusahaan

3
biasanya menimbulkan pengurangan kas. Lain lagi dengan buku Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.2 (IAI, 2009:2.2). Dalam buku
tersebut dikatakan bawah Kas adalah: Kas terdiri dari saldo kas (cash on
hand) dan rekening giro dan setara kas (cash equivalent) adalah investasi
yang sifatnya sangat liquid berjangka pendek dan dengan cepat dapat
disajikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan
nilai yang signifikan(Ikatan Akuntan Indonesia 2009).
Penerimaan kas adalah: “Saldo kas dan bank milik perusahaan yang
bertumbuh diakibatkan adanya transaksi penjualan hasil produksi.
Pertambahan kas juga disebabkan oleh penerimaan piutang maupun hasil
transaksi lainnya”(Ekonomi et al. 2018). Mulyadi (2013:455) di sisi lain
menjelaskan bahwasanya penerimaan kas dari penjualan tunai dan
penerimaan kas dari piutang merupakan dua sumber utama penerimaan
kas. Dari pemaparan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan
tunai, penerimaan piutang, penerimaan transfer maupun penerimaan-
penerimaan lainnya menyebabkan meningkatnya saldo kas tunai, dan bank
milik perusahaan (Dewi Dayani 2013). Setiap perusahaan tentu
membutuhkan sistem akuntansi penerimaan kas yang baik agar dapat
mencapai tujuannya. Sistem akuntansi penerimaan kas menurut Sudarmo
(2006:61) adalah: Proses aliran kas yang terdapat di perusahaan dan
terdiri dari aliran kas masuk (cash flow) (Fathoni 2018). Sedangkan
menurut Mulyadi (2013:500) Catatan atas kegiatan penerimaan uang dan
penjualan tunai atau dari piutang yang siap dan bebas digunakan untuk
menjalankan kegiatan umum perusahaan merupakan definisi dari Sistem
akuntansi penerimaan kas (Muhammad Chairudin 2019). Mengacu pada
empat pengertian ahli di atas, maka yang dimaksud dengan sistem
akuntansi penerimaan kas yaitu suatu rangkaian prosedur yang berguna
untuk menangani suatu peristiwa transaksi di perusahaan yang
menimbulkan terjadinya penambahan saldo kas yang berasal dari penjualan
tunai maupun piutang yang melibatkan banyak bagian penting yang saling
memiliki keterkaitan satu sama lain.
Penerimaan kas adalah salah satu kegiatan rutin yang selalu
dilakukan oleh CARE LPPM IPB saat piutang dari pihak ketiga dibayarkan.
Untuk mengawasi kegiatan penerimaan kas tersebut diperlukan sebuah
sistem yang memadai. Sehingga dalam proses penerimaan kas menjadi
lebih efektif dan minim penyalahgunaan. Dalam hal ini sistem informasi
akuntansi memiliki peran yang signifikan. Sistem informasi akuntansi yang

4
dilakukan sesuai dengan standar akan menghasilkan informasi yang akurat,
efektif, dan reliable. Sehingga keputusan dibuat oleh jajaran pimpinan atau
dewan direksi dapat lebih cepat dan akurat (Periyanti Sitorus and
Rumapeag 2017). CARE LPPM IPB memiliki penanggung jawab atas
penagihan penerimaan kas yaitu Pengelola Keuangan unit yang menjadi
narasumber dari penelitian ini. Berdasarkan wawancara dengan
narasumber, dapat diketahui bahwa secara garis besar sistem akuntansi
penerimaan kas CARE LPPM IPB memiliki rangkaian yang kompleks,
panjang, dan memerlukan banyak dokumen, selain itu sistem akuntansi
penerimaan kas di CARE LPPM IPB juga terbilang unik, karena CARE LPPM
IPB merupakan pusat penelitian, bukan perusahaan dagang seperti yang
umumnya dibahas oleh para ahli dan banyak peneliti lainnya. Penggunaan
aplikasi sistem dalam penerimaan kas dinilai dapat mempermudah
pengolahan data dan penyajian informasi seperti ditulis dalam penelitian
Damayanti dan M. Yusuf Hernandez. Pengelolaan data penerimaan dan
pengeluaran kas, penyajian laporan dan pencarian data dapat lebih cepat
dengan penggunaan aplikasi sistem (Damayanti 2018). Selain penggunaan
sistem GL untuk memproses dan mencatat penerimaan kas, CARE LPPM IPB
juga masih menggunakan metode manual dengan menggunakan Microsoft
Excel. Penggabungan keduanya tentu mempengaruhi kinerja sistem
informasi akuntansi penerimaan kas. Sistem informasi akuntansi
penerimaan memiliki pengaruh positif terhadap sistem pengendalian
(Yusmalina, Sri Elvi Sahfitri, Kasirul Fadli 2020). Pengendalian internal
tentunya menjadi hal yang sangat penting dalam berjalannya sistem
informasi akuntansi yang ada di CARE LPPM IPB. Maka berdasarkan
pemaparan di atas, sistem akuntansi penerimaan kas di CARE LPPM IPB
menjadi suatu topik yang menarik untuk diteliti.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasi bahwa sistem informasi akuntansi penerimaan kas di CARE
LPPM IPB memiliki rangkaian yang kompleks dan unik sehingga peneliti
ingin mendeskripsikan penerapan sistem informasi akuntansi penerimaan
kas pada CARE LPPM IPB.

5
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan sistem
informasi akuntansi penerimaan kas pada CARE LPPM IPB

1.4 Manfaat Penelitian


Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa
manfaat di antaranya :

1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai literatur untuk kegiatan
penelitian berikutnya di masa mendatang.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan kontribusi
praktis yang dapat bermanfaat bagi pengelola keuangan lembaga
serupa dengan lembaga tempat dilakukannya penelitian. Sehingga
risiko kesalahan pada sistem yang sama dapat diminimalisasi.

6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Sistem


Serangkaian bagian yang saling bergantung dan bekerja sama
dan memiliki misi yang sama yakni mencapai tujuan tertentu
umumnya disebut sebagai sistem. Sub-sub sistem yang kecil, saling
bergantung dan berkaitan satu sama lain untuk sebuah tujuan yang
sama terjalin membentuk sebuah sistem. Contohnya sistem
administrasi pada lembaga pendidikan seperti universitas.
Universitas umumnya terbentuk dari sub-sistem fakultas (Diana, A &
Setiawati 2011).

Menurut Moscove dalam (Baridwan 2018) sistem merupakan


suatu kesatuan atau entitas yang tersusun atas bagian-bagian yang
saling terkait. Bagian-bagian yang saling terkait tersebut sering
disebut sebagai subsistem. Semuanya berkesinambungan untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Menurut Murdick dalam (Baridwan 2018), kumpulan elemen-


elemen yang bersatu untuk suatu tujuan umum adalah definisi dari
sistem.

Menurut Cole/Neuschel dalam (Baridwan 2018), suatu kerangka


yang terbentuk dari prosedur-prosedur yang berkaitan dan teratur
sesuai dengan suatu skema yang terintegrasi untuk melakukan suatu
fungsi merupakan definisi dari sistem.

Definisi Cole atau Neuschel lebih menyempit pada suatu definisi


khusus yang mengarah pada sistem yang ad apada perusahaan.
Sedangkan definisi sistem menurut Moscove dan Murdick, memiliki
kemiripan dan interpretasi yang sama dan general. Namun ketiganya
memiliki pengertian yang sama, yakni sistem merupakan sebuah
kesatuan yang terbentuk dari prosedur-prosedur atau elemen-elemen
yang terintegrasi untuk suatu tujuan tertentu.

Menurut Mulyadi (2016:2) sistem merupakan himpunan atas


unsur-unsur yang saling berkaitan erat satu dengan yang lainnya.
Unsur-unsur yang berfungsi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

7
Definisi serupa dikemukakan pulan oleh Romney & Steinbart
(2014:3) (Lermin Siahaan 2018). Bahwasanya sistem merupakan
mekanisme komponen-komponen yang saling memiliki keterkaitan
untuk mencapai sebuah tujuan. Dari pemaparan tersebut, sistem
dapat didefinisikan sebagai rangkaian komponen-komponen yang
saling berkaitan dan berfungsi untuk mencapai tujuan tertentu.

2.1.2 Tujuan Sistem


Tujuan yang mendasar bagi sebuah sistem akan mengikuti alur
dari sistem tersebut, dengan kata lain, tujuan sistem bergantung pada
sistemnya. Sebagai contoh, tubuh manusia memiliki sebuah sistem
yang kompleks, yakni sistem peredaran darah. Darah beredar di dalam
tubuh untuk mengedarkan oksigen dan sari makanan. Manusia
memiliki sistem biologis dalam tubuhnya, namun manusia pula dapat
membangun sistem bagi lingkungan di sekitarnya, contohnya pada
instansi pemerintah, organisasi tempatnya bekerja, sekolah, dsb.
Lembaga-lembaga formal yang diciptakan manusia memiliki tujuan
yang jelas, pada organisasi profit tujuan dari sistem yang ada adalah
mendapatkan profit (Diana, A & Setiawati 2011).

2.1.3 Pengertian Akuntansi


Umumnya, akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem
informasi yang mengakomodasi laporan bagi para pemilik
kepentingan terkait aktivitas ekonomi serta kondisi perusahaan.
Selain itu pula, Akuntansi didefinisikan sebagai seni pencatatan,
penggolongan dan peringkasan transaksi serta kejadian yang
bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk
satuan uang dan penginterpretasian hasil proses tersebut. Hal
tersebut didefinisikan oleh para ahli yaitu American Institute of
Certified Public Accountants dalam Suhayati dan Anggadini (2009:1)
(Paranoan 2010).

Sedangkan menurut Belkaoui (2006:50) yaitu: Akuntansi diuraikan


sebagai suatu aktivitas jasa di mana akuntansi berfungsi untuk
menyediakan informasi kuantitatif, terlebih yang bersifat keuangan
dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi dan terkait
dengan penentuan pilihan di antara rangkaian tindakan-tindakan
alternatif yang ada (Paranoan 2010). Menurut Soemarso (2004)

8
akuntansi adalah proses mengidentifikasikan, mengukur, dan
melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan penilaian dan
pengambilan keputusan yang jelas dan tegas para pengguna
informasi tersebut.” Pengertian tersebut memiliki 2 pengertian, yaitu
:

1. Kegiatan akuntansi
Proses yang terdiri atas identifikasi, pengukuran dan pelaporan
informasi ekonomi merupakan pengertian dari akuntansi.
2. Kegunaan akuntansi
Dalam penilaian dan pengambilan keputusan, informasi ekonomi
yang dihasilkan akuntansi diharapkan bermanfaat (Surabaya
2019).
“Akuntansi merupakan suatu sistem informasi yang
mengidentifikasi, mencatat dan mengkomunikasikan peristiwa-
peristiwa ekonomi suatu perusahaan atau organisasi bagi para
pengguna memiliki kepentingan.” Kieso (2007:4) dalam
Handikad Wasilah (Renaldo 2012). Mengacu pada beberapa
pengertian di atas, maka dapat diketahui bahwa akuntansi
adalah suatu informasi yang diberikan perusahaan atau
organisasi melalui laporan keuangan dengan tujuan untuk
memberikan gambaran yang tepat guna akan kondisi suatu
perusahaan.

Menurut (Diana, A & Setiawati 2011) akuntansi dapat


didefinisikan sebagai kumpulan dari proses identifikasi, pengukuran,
pencatatan dan pengkomunikasian peristiwa-peristiwa ekonomi dari
suatu organisasi baik organisasi bisnis maupun organisasi non bisnis.

2.1.4 Pengertian Sistem Akuntansi


Sistem Akuntansi mencakup formulir-formulir, catatan-
catatan, prosedur-prosedur, dan alat-alat yang berguna dan
dimanfaatkan untuk mengolah data mengenai berjalannya suatu
usaha dengan tujuan untuk menghasilkan simpulan atas laporan-
laporan yang diperlukan oleh pihak manajemen untuk mengontrol
pengoperasian usaha serta untuk pihak-pihak lain yang memiliki
kepentingan akan perusahaan, contohnya pemegang saham,
kreditur, dan lembaga pemerintahan untuk menilai hasil operasi

9
perusahaan atau organisasi. Howard F. Settler (STIE Widya Gama
Lumajang 2019).

“Sistem akuntansi merupakan himpunan formulir, catatan


dan laporan yang diorganisasikan secara tepat guna agar dapat
tersedia informasi keuangan yang krusial untuk manajemen dalam
pengelolaan perusahaan.” Mulyadi (2016:3) (Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta (UMY) 2016). Berdasarkan definisi-definisi
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi merupakan
alat yang berguna dan dapat dimanfaatkan untuk mengorganisasi
dan mengolah semua data terkait semua transaksi perusahaan agar
dapat dihasilkan informasi yang penting bagi manajemen perusahaan
dan pihak-pihak berkepentingan yang mengamati berjalannya
perusahaan terutama dalam penentuan kebijakan-kebijakan yang
akan direalisasikan di masa mendatang.

2.1.5 Faktor-Faktor dalam Penyusunan Sistem Akuntansi


Menurut Baridwan (2010:7) Dalam Penyusunan sistem
akuntansi, berikut beberapa faktor yang harus diperhatikan :

1. Prinsip cepat harus dimiliki oleh sistem akuntansi yang disusun.


Yang berarti sistem akuntansi harus menyediakan informasi tepat
waktu, tepat dalam memenuhi kebutuhan, dan dengan kualitas
yang tepat guna.
2. Prinsip aman. Di mana sistem akuntansi harus dapat menjaga
keamanan harta milik perusahaan. Oleh karena prinsip-prinsip
pengawasan intern harus dipertimbangkan dalam penyusunan
sistem akuntansi.
3. Prinsip Murah. Di mana penekanan biaya untuk
menyelenggarakan sistem akuntansi itu harus dilakukan untuk
penghematan. Untuk menghasilkan suatu informasi biaya (cost)
dan manfaat (benefit) harus dipertimbangkan.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa


faktor-faktor dalam penyusunan sistem akuntansi adalah sistem
akuntansi yang akan disusun harus memiliki prinsip cepat, aman,
dan murah. Dengan kata lain, penyusunan sistem akuntansi haruslah
efektif dan efisien (Mercubuana Yogyakarta 2014).

10
2.1.6 Tujuan Sistem Akuntansi
Menurut Mulyadi (2016:15) berikut ini merupakan tujuan umum
penyusunan sistem akuntansi:

1. Sebagai penyedia informasi. Perusahaan yang baru berkembang


sangat membutuhkan informasi supaya sistem informasi dapat
dikembangkan. Perusahaan manufaktur, dagang dan jasa
memerlukan pengembangan sistem akuntansi yang komprehensif,
tujuannya agar kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan
lancar
2. Untuk mengoreksi informasi hasil dari sistem. Pada umumnya
sistem akuntansi yang telah ada tidak dapat memenuhi kebutuhan
manajemen, mutu, ketepatan penyajian, dan struktur informasi
yang terdapat dalam laporan. Perkembangan usaha merupakan
salah satu unsur yang menyebabkan kekurangan tersebut, oleh
karena itu sistem akuntansi yang tepat guna dan bermutu tinggi
dituntut ada, sebuah sistem yang relevan dengan kondisi
perusahaan.
3. Untuk merevisi kontrol akuntansi dan pengawasan intern.
Pertanggungjawaban kekayaan suatu perusahaan atau organisasi
dapat diartikan sebagai definisi akuntansi. Perlindungan terhadap
kekayaan perusahaan selalu menggunakan akuntansi untuk
pengembangan sistemnya, sehingga pertanggungjawaban akan
penggunaan kekayaan organisasi dengan baik dapat terlaksana.
4. Untuk menyempurnakan biaya klerikal dalam penyajian catatan
akuntansi. Infomasi merupakan barang ekonomi dengan banyak
manfaat, pengorbanan sumber ekonomi lainnya seringkali
dibutuhkan untuk mendapatkan informasi. Sistem yang sudah ada
memerlukan perancangan kembali untuk meminimalisasi
pengorbanan sumber daya bagi penyedia informasi manakala
pengorbanan untuk memperoleh informasi keuangan
diperhitungkan lebih besar dari kegunaannya.
Berdasarkan pemaparan tentang tujuan sistem akuntansi di atas,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwasanya sistem akuntansi
bertujuan untuk menyajikan informasi untuk perusahaan atau
organisasi oleh karenanya perusahaan atau organisasi

11
memungkinkan untuk merevisi informasi yang disajikan oleh sistem
(Resti Misra Aini 2019).

2.1.7 Unsur-Unsur Sistem Akuntansi Pokok


Menurut Mulyadi (2016:3) terdapat lima unsur utama pada
sistem akuntansi, yaitu:

1. Formulir
Untuk merekam transaksi yang terjadi dalam perusahaan
diperlukan sebuah alat bernama formulir. Istilah lain dari formulir
adalah dokumen. Transaksi yang terjadi di perusahaan direkam
pada formulir. Beberapa contoh formulir yang ada di perusahaan
adalah faktur pembelian, bukti kas masuk, dan lain-lain.
2. Jurnal
Untuk pencatatan pertama dalam mencatat, mengklasikfikasikan
dan meringkas transaksi dalam perusahaan dikenal dengan istilah
Jurnal. Contoh jurnal adalah jurnal penerimaan kas, jurnal utang,
jurnal piutang, dan lain-lain
3. Buku Besar
Buku besar sering pula disebut sebagai general ledger. Komponen
buku besar adalah rekapitulasi pos-pos keuangan yang berasal
dari jurnal. Pos-pos yang dibutuhkan untuk penyusunan laporan
keuangan.
4. Buku Pembantu
Komponen buku pembantu adalah pos-pos pembantu yang
merupakan rincian data keuangan yang dicantumkan dalam pos
tertentu pada buku besar. Sebagai contoh buku pembantu hutang
yang berfungsi untuk mencatat hutang yang dimiliki perusahaan
5. Laporan Keuangan
Setelah proses pencatatan akuntansi yang panjang, maka semua
proses akuntansi tersebut akan bermuara pada laporan
keuangan. Laporan keuangan bisa berbentuk neraca, laporan rugi
laba, laporan perubahan modal, laporan harga pokok produksi,
dan lain-lain (Sapti 2019).

2.1.8 Pengertian Sistem Informasi


Seringkali disebut sebagai sistem pemrosesan data. Sistem
informasi adalah sistem non alami karena merupakan buatan manusia.

12
Umumnya terdiri dari beberapa komponen, baik manual ataupun basis
komputer, yang terkumpul dan terintegrasi. Sistem informasi sangat
bermanfaat untuk mengkoleksi, menyimpan, dan mengelola data yang
pada puncaknya berfungsi untuk menyajikan data bagi pihak-pihak
yang membutuhkan informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi
tersebut.

Contoh sederhana bagaimana sistem informasi bekerja adalah


sistem informasi saldo persediaan pada toko fashion. Toko fashion
tersebut memiliki input dari sistem informasi berupa penerimaan
pesanan dan penjualan baju. Baju merupakan barang dagangan, dan
akan terjadi update pada catatan persediaan setiap kali terdapat
transaksi penjualan baju. Daftar saldo persediaan berbagai jenis dan
ukuran baju menjadi Output yang dihasilkan oleh sistem informasi.
Dari definisi contoh tersebut maka dapat diketahui bahwa sistem
informasi pada dasarnya merupakan kumpulan dari input, proses, dan
output (Diana, A & Setiawati 2011). Seperti gambar di berikut :

Gambar 2. 1 Sistem Informasi

INPUT PROSES OUTPUT

13
1

2.1

2.1.1

2.1.2

2.1.3

2.1.4

2.1.5

2.1.6

2.1.7

2.1.8

2.1.9 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi


Sebuah sistem yang bertujuan untuk mengumpulkan,
memproses data dan menyajikan informasi yang berkaitan dengan
transaksi keuangan disebut sebagai Sistem Informasi Akuntansi.
Seperti pada contoh toko fashion yang pernah dijelaskan sebelumnya,
saat baju terjual dari toko, maka terjadi sebuah transaksi penjualan.
Transaksi tersebut diproses melalui tahapan pencatatan penjualan ke
dalam jurnal penjualan, kemudia mengklasifikasikan transaksi
penjualan dengan kode rekening, selanjutnya transaksi akan diposting
ke dalam jurnal. Pada tahap akhir, secara periodik Sistem Informasi
Akuntansi akan menghasilkan laporan keuangan yang umumnya terdiri
dari Neraca dan Laporan Laba Rugi. Laporan keuangan tersebut
disebut Output (Diana, A & Setiawati 2011).

Menurut (Romney, Marshall & Steinbart 2015), Sistem


Informasi Akuntansi adalah kecerdasan, atau dapat disebut sebagai
alat penyedia informasi. Sistem Informasi Akuntansi dapat tidak hanya
mengandalkan sistem teknologi informasi yang kompleks dan terbaru,
namun juga bisa menjadi sistem manual seperti pensil dan kertas.
Mengapa demikian? Meskipun pendekatan yang diambil berbeda,
namun prosesnya sama. Sistem Informasi Akuntansi berproses mulai
dari tahapan mengumpulkan, memasukkan, mengolah (proses),
menyimpan, dan akhirnya melaporkan data dan informasi. Organisasi
dapat mengandalkan Sistem Informasi Akuntansi sebagai sistem

14
informasi utama dan sebagai penyedia informasi utama bagi pihak
manajemen yang berkepentingan

Moscove dalam (Baridwan 2018) menjelaskan bahwa Sistem


Informasi Akuntansi merupakan suatu bagian dari organisasi yang
melakukan pengumpulan, pengklasifiaksian, pengolahan, analisa dan
komunikasi informasi finansial hingga pengambilan keputusan yang
berpengaruh kepada pihak eksternal perusahaan (contoh : KPP,
investor, dan kreditor) dan pihak internal, terutama bagian
manajemen.

Definisi Sistem Informasi Akuntansi oleh Barry E. Cushing


dalam (Baridwan 2018) adalah, Sistem Informasi Akuntansi terdiri dari
sebuah set sumberdaya manusia serta modal dalam suatu perusahaan.
Sistem Informasi Akuntansi bertugas untuk menyajikan laporan
keuangan serta informasi yang berasal dari data kegiatan organisasi
yang telah terkumpul dan diolah.

2.1.10 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi


Sistem Informasi Akuntansi memiliki manfaat atau tujuan
seperti diuraikan sebagai berikut :

1. Mengamankan Harta/Kekayaan Perusahaan.


Yang termasuk ke dalam harta kekayaan adalah kas, persediaan
barang dagang, dan yang masuk sebagai aktiva tetap perusahaan.
Adanya sistem yang baik dalam menangani kas akan membantu
perusahaan terhindar dari kerugian-kerugian terkait kas.
2. Menghasilkan Beragam Informasi untuk Pengambilan Keputusan
Contohnya pada minimarket, pengelola minimarket membutuhkan
informasi tentang perputaran persediaan yang cepat. Minimarket
umumnya tidak mengambil keuntungan yang besar dari barang
dagangan. Maka dari itu, informasi perputaran persediaan yang
cepat dan laris dapat membantu minimarket menuju kesuksesan.
Sistem Informasi yang baik perlu dibangun oleh minimarket agar
informasi yang dibutuhkan dapat didapat dengan cepat.
3. Menghasilkan Informasi untuk Pihak Eksternal
Pajak merupakan kewajiban bagi setiap organisasi. Besarnya pajak
tentu bergantung pada omset penjualan. Dengan sistem yang
baik, makan pengelola dapat menentukan berapa omset yang ada

15
pada tahun berjalan. Selain itu, dengan memanfaatkan informasi
omset, pengelola juga dapat menentukan besaran hutang atau
piutang yang akan diberikan atau diterima oleh perusahaan.
4. Menghasilkan Informasi untuk Penilaian Kinerja Karyawan atau
Divisi
Untuk penilaian kinerja karyawan maupun divisi, sistem informasi
dapat pula dimanfaatkan. Pada minimarket contohnya, sistem
informasi dapat menilai kinerja kasir yang mana yang lebih
cekatan sehingga apresiasi maupun sanksi bagi kasir yang malas
dapat diberikan oleh manajer dengan tepat guna.
5. Menyediakan Data Masa Lalu untuk Kepentingan Audit
(Pemeriksaan)
Proses audit akan menjadi mudah jika data yang ada tersimpan
dengan baik. Semua perusahaan harus siap untuk diperiksa. Baik
oleh kantor pajak maupun audit eksternal. Maka dari itu kesediaan
data sangat penting jika sewaktu-waktu perusahaan mendapat
giliran pemeriksaan. Meskipun perusahaan belum pernah
mendapat giliran pemeriksaan dari kantor pajak, ada baiknya
perusahaan menyewa auditor eksternal untuk pemeriksaan
mandiri. Audit mandiri seperti ini berfungsi untuk meningkatkan
kewaspadaan perusahaan, maka dari itu perusahaan dapat
melakukan evaluasi serta memperbaiki diri dari masa ke masa.
6. Menghasilkan Informasi untuk Penyusunan dan Evaluasi Anggaran
Untuk mengendalikan pengeluaran kas, perusahaan sering
menggunakan alat yang sering disebut sebagai anggaran.
Anggaran berfungsi untuk mengontrol pengeluaran yang telah
disetujui serta pengeluaran yang tidak seharusnya terjadi. Dengan
adanya anggaran pula, perusahaan dapat mengalokasikan dana.
Skala prioritas yang sesuai dengan tujuan perusahaan juga dapat
ditentukan menggunakan anggaran. Sistem informasi pun bisa
dirancang untuk mempermudah pengawan terhadap batas
pengeluaran.
7. Menghasilkan Informasi yang Diperlukan dalam Kegiatan
Perencanaan dan Pengendalian
Sistem Informasi menghasilkan data historis. Data historis
tersebut berfungsi sebagai data dasar dalam melakukan

16
peramalan. Sebagai contoh, ramalan pertumbuhan selling, aliran
kas, dsb (Diana, A & Setiawati 2011) .

2.1.11 Komponen Sistem Informasi Akuntansi


Terdapat enam komponen Sistem Informasi Akuntasi :

1. Orang yang menggunakan sistem;


2. Prosedur dan Instruksi yang digunakan untuk proses Sistem
Informasi Akuntansi;
3. Data mengenai perusahaan beserta aktivitas bisnisnya;
4. Perangkat Lunak guna pengolahan data;
5. Infrastruktur teknologi informasi, termasuk di dalamnya :
komputer, perangkat peripheral serta perangkat jaringan
komunikasi terkait.
6. Pengendalian Internal dan pengukuran keamanan yang
menyimpan data Sistem Informasi Akuntansi.

Enam komponen yang dijabarkan di atas memberi Sistem Informasi


Akuntansi peluang pemenuhan tiga fungsi bisnis penting sebagai
berikut :

1. Pengumpulan dan penyimpanan data tentang aktivitas, sumber


daya, hingga personel perusahaan. Perusahaan banyak proses
bisnis seperti penjualan, pembelian, hingga penyimpanan stok.
2. Mengganti atau melakukan perubahan data sehingga menjadi
informasi guna perencanaan, eksekusi serta pengendalian,
evaluasi aktivitas, sumber daya serta personel dan pembuatan
keputusan oleh manajemen.
3. Memberikan pengendalian yang memadai agar asset dan data
organisasi dapat tetap aman.

Sistem Informasi Akuntansi menggunakan data dari akuntansi,


sehingga keterampilan akan penggunaan Sistem Informasi
Akuntansi sangat penting untuk dimiliki para akuntan (Romney,
Marshall & Steinbart 2015).

2.1.12 Fungsi Sistem Informasi Akuntansi


1 Meningkatkan Kualitas dan Mengurangi Biaya Produk atau Jasa.
Sistem Informasi Akuntansi memungkinkan operator produksi
untuk mengetahui kinerja yang berada di luar batas kualitas yang

17
ada berdasarkan informasi yang dihasilkan oleh monitoring
Sistem Informasi Akuntansi. Oleh karena informasi yang ada,
operator produksi terbantu untuk menjaga kualitas produk.
Kualitas produk yang terjaga mengakibatkan minimalisasi limbah
dan minimalisasi biaya.
2 Meningkatkan Efisiensi.
Pendekatan manufaktur just-in-time menjadi memungkinkan
karena adanya informasi yang tepat waktu, akurat, konstan dan
terbatu. Contohnya informasi tentang bahan baku dan lokasi.
3 Berbagi Pengetahuan
Sistem Informasi Akuntansi dapat dimanfaatkan oleh kantor
akuntan punlik untuk berbagi pengetahuan dan keahlian guna
meningkatkan keunggulan kompetitif. Sistem informasi dapat
pula dimanfaatkan kantor akuntan public untuk mendukung
komunikasi antar kantor. Dengan kemudahan mencari database
untuk mengidentifikasi ahli untuk klien yang spesifik, kantor
akuntan public dapat meningkatkan layanan sekelas akuntan
public internasional untuk klien local.
4 Menginkatkan Efisiensi dan Efektifitas Rantai Pasokannya
Dengan sistem informasi akuntansi, sistem entri pesanan
penjualan yang dapat mengurangi penjualan biaya pemasaran
dapat diakses langsung oleh pelanggan. Hal ini bermanfaat untuk
meningkatkan tingkat retensi pelanggan.
5 Meningkatkan Struktur Pengendalian Internal
Sistem Informasi Akuntansi yang memiliki struktur pengendalian
internal yang canggih dan tepat dapat membantu melindungi
sistem dari kecurangan, kesalahan, kegagalan sistem, dan
bencana.
6 Meningkatkan pengambilan keputusan.
Dengan Sistem Informasi Akuntansi yang baik, manajemen
memungkinkan untuk mengambil keputusan. Pengambilan
keputusan merupakan hal yang penting bagi perusahaan
(Romney, Marshall & Steinbart 2015).

18
2.1.13 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sistem Informasi
Akuntansi
Faktor-faktor yang mempengaruhi Sistem Informasi Akutansi
merupakan hal-hal eksternal. Meskipun demikian, factor-faktor
tersebut menentukan keberhasilan sistem. Faktor-faktor tersebut
adalah :

1. Perilaku manusia dalam organisasi.


Sebuah sistem tidak dapat berjalan tanpa adanya campur tangan
manusia. Faktor psikologis karyawan menjadi suatu hal yang
sangat penting. Baik karyawan bagian pemrosesan maupun
karyawan bagian output. Faktor psikologis adalah suatu komponen
yang menentukan kelancaran berjalannya sistem informasi.
2. Penggunaan metode kuantitatif.
Metode kuantitatif seperti analisa regresi, program evaluation and
review technique (PERT) serta banyak metode statistic lainnya
menjadi alat penunjang yang penting bagi manajemen. Semua
metode kuantitatif memiliki nilai tambah, lebih bermanfaat saat
diproses menggunakan komputer karena komputer memiliki
kemampuan yang tinggi serta cepat untuk mengolah dan
memanipulasi data. Informasi yang dihasilkan oleh sistem
informasi bermanfaat sebagai fondasi pengambilan keputusan oleh
manajemen. Pengambilan keputusan pun menjadi lebih efektif.
3. Penggunaan komputer sebagai alat penunjang.
Komputer menjadi alat penunjang yang penting dalam mengolah
data seperti dijelaskan pada poin kedua di atas (Baridwan 2018).

2.1.14 Perbandingan Antara Sistem Informasi Akuntansi


Manual dan Terotomatisasi
Teknologi menjadi kunci dalam membandingkan Sistem
Informasi Akuntansi Manual dan Terotomatisasi. Sistem Informasi
Akuntansi Terotomatisasi menggunakan alat pemindai (sering disebut
barcode) untuk memasukkan data penjualan (input penjualan).
Dibandingkan dengan cara manual, sistem yang terotomatisasi terbukti
lebih cepat dan akurat. Contoh Sistem Informasi Akuntansi
Terotomatisasi adalah Accurate, MYOB, atau yang sederhana seperti
excel. Tabel di bawah merupakan gambaran perbandingan Sistem

19
Informasi Akuntansi Manual dan Terotomatisasi (Diana, A & Setiawati
2011)

Tabel 2. 1 Perbandingan Sistem Informasi Akuntansi Manual dan


Terotomatisasi

Siklus Akuntansi Manual Siklus Akuntansi Terotomatisasi


Tahap Penjurnalan : Tahap Input :
-pencatatan transaksi dalam jurnal Transaksi dicatat ke dalam file
(contoh : jurnal penerimaan kas) transaksi, missal dokumen yang
bersumber dari penerimaan kas
dicatat dalam file transaksi
penerimaan kas
Tahap Posting : Tahap Proses :
Setiap entri jurnal diposting Transaksi dicatat ke dalam file
(dikelompokkan) ke dalam buku master. Contoh mencatat setiap
pembantu transaksi penerimaan kas ke jurnal
kas
Tahap Posting : Tahap Proses :
Dilakukan posting jurnal, misalnya Transaksi yang ada dalam file
total jurnal penerimaan kas transaksi ditotalkan dan dicatat ke
dalam file master buku besar.
Tahap Meringkas : Tahap Output :
Di tahap ini, Neraca Lajur disiapkan File master buku besar ‘dipanggil’
dan Neraca Lajur pun dicetak.

2.1.15 Keterkaitan Sistem Informasi Akuntansi dengan Proses


Bisnis dan Organisasi
Sistem Informasi Akuntansi dapat mengidentifikasi, mengukur,
dan mencatat proses bisnis menjadi suatu model yang variatif dan
informative sehingga informasi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan
oleh pihak-pihak yang berkepentingang. Oleh karena sebab itu, Sistem
Informasi Akuntansi memiliki peranan yang penting dalam proses
bisnis. Lain halnya dari kaca mata akuntansi. Dari kaca mata
akuntansi, proses bisnis dideskripsikan melalui siklus transaksi. Siklus
transaksi biasanya dikeompokkan dan berkaitan dengan dua atau lebih
kejadian yang beruntun atau berurutan. Contohnya pada sebuah

20
minimarket, siklus transaksi penjualan akna dimulai dengan pembelian
barang oleh pelanggan, barang dibayar di kasir, kasir memberikan
struk bukti penjualan, hasil penjualan diinput ke dalam sistem, dan
pada akhir periode, rekapitulasi transaksi penjualan dapat diurutkan
menggunakan sistem.

Agar pemahaman tentang keterkaitan Sistem Informasi


Akuntansi dengan Proses Bisnis dan Organisasi lebih jelas, maka
terdapat penjelasan sebagai berikut ; Organisasi adalah sistem. Maka
organisasi juga terdiri dari sub-sub sistem yang saling
berkesinambungan. Umumnya dalam organisasi, sub-sub sistem yang
tersusun adalah sub sistem manajemen, sub sistem operasi dan sub
sistem informasi seperti gambar di bawah :

Gambar 2. 2 Sistem Informasi dan Proses Bisnis

Kebijakan Prosedur
Sp

Sub sistem Manajemen Sub sistem Operasi


es
ifi
ka
s

an
id

i ri m
es

ng
a

Pe
in

r
de
Lsi

Pengiriman

Or
a s
pteo
mra
inn P
fo en
r j a
m
as lan
u
i

Sub sistem Informasi


Faktur

Bukti Penerimaan Barang Pelang


gan
Order Pelanggan

21
Orang, wewenang, kebijakan, dan prosedur yang berfungsin
untuk menyusun strategi, control operasional serta organisasi
membentuk sub sistem manajemen. Sub sistem operasi umumnya
terdiri dari orang, kebijakan, dan prosedur yang menjadi dasar
berjalannya sebuah organisasi. Sub sistem operasi umumnya terdiri
dari bagian produksi, distribusi, warehouse, marketing dan penjualan.

Untuk mendukung fungsi operasional dan pengambilan


keputusan manajemen, dibutuhkan Sistem Informasi Akuntansi.
Manajemen dapat menggunakan informasi yang akurat dan reliable
untuk merencanakan pengendalian dan mengendalikan kegiatan
organisasi. Informasi juga dapat berfungsi bagi fungsi operasi untuk
membantu rencana yang menjadi tanggung jawab fungsi operasi,
contoh rencana produksi, peramalan kebutuhan bahan baku, stok di
gudang, dll.

Dari gambar di atas dapat diketahui bagaimana sub-sub sistem


saling berkesinambungan dan bekerja sama dalam mewujudkan suatu
tujuan dan menjadi sistem yang lengkap. Dimulai dari pelanggan dan
berakhir pada pengiriman barang ke pelanggan. Pada bagian sub
sistem manajemen, laporan penjualan yang dihasilkan sistem
informasi digunakan untuk penyusunan strategi dan kebijakan (Diana,
A & Setiawati 2011).

2.1.16 Bagan Alir


Merupakan teknik analitis bergambar yang berguna untuk
menerangkan aspek-aspek pada sistem informasi dengan ringkas,
masuk akal dan tepat guna. Cara proses bisnis berikut aliran data
dalam organisasi pun dicatat dalam bagan alir. Untuk meningkatkan
proses bisnis dan arus dokumen, dapat dilakukan analisa
menggunakan bagan alir. Umumnya bagan alir dibuat dengan program
perangkat lunak seperti Microsoft Office (Word, Excel, Power Point),
dan Visio. Bagan Alir terdiri dari berbagai macam seperangkat symbol
terstandardisasi guna menerangkan prosedur transaksi dan arus data
yang ada dalam sistem. Terdapat empat klasifikasi bagan alir sebagai
berikut :

1. Simbol input/output
2. Simbol Pemrosesan

22
3. Simbol Penyimpanan
4. Simbol Arus dan lain-lain

23
Gambar 2. 3 Penjelasan Bagan Alir

Simbol Nama Penjelasan


 
Simbol Input/Output

Dokumen Dokumen atau


laporan elektronik
atau kertas

Berbagai salinan Diilustrasikan dengan melebihi


dokumen kertas symbol dokumen dan mencetak
nomor dokumen pada muka
dokumen di sudut kanan atas
 

Output Elektronik Informasi ditampilkan oleh


output elektronik seperti
terminal, monitor, atau layar

Entri data elektronik Alat entri data elektronik


seperti komputer, terminal,
tablet, atau telpon
 

Alat input dan output Entri data elektronik


elektronik  seperti symbol output
digunakan bersama untuk
menunjukkan alat yang
digunakan untuk keduanya 

24
Simbol Nama Penjelasan
 
Simbol Pemrosesan

Pemrosesan Fungsi pemrosesan yang


Komputer dilakukan oleh komputer;
biasanya menghasilkan perubahan
dalam data atau informasi

Berbagai salinan Diilustrasikan dengan melebihi


dokumen kertas symbol dokumen dan mencetak
nomor dokumen pada muka
dokumen di sudut kanan atas
Simbol Penyimpanan  

Data yang disimpan secara


elektronik dalam database
Database

Data yang disimpan dalam


pita magnetis;pita yang
merupakan media
Pita Magnetis penyimpanan backup yang
populer
 

File dokumen kertas; huruf


N mengindikasikan file urutan
File dokumen kertas  pemesanan, N = secara
numeric, A = Secara Alfabet, D
= berdasarkan tanggal

Jurnal atau buku besar


akuntansi berbasis kertas 
Jurnal/buku besar

25
Simbol Nama Penjelasan
 
Simbol Arus dan Lain-lain

Arus Dokumen atau Mengarahkan arus


Pemrosesan pemrosesan atau dokumen ;
arus normal ke bawah kanan

Hubungan Komunikasi Transmisi data dari satu lokasi


geografis ke lokasi lainnya via
garis komunikasi
 

Konektor dalam Menghubungkan arus


halaman pemrosesan pada halaman yang
sama, penggunaannya
menghindari garis yang melintasi
halaman

Konektor luar halaman Entri dari, atau keluar ke


halaman lain
 

Awal, akhir, atau titik


Terminal  interupsi dalam proses;juga
digunakan untuk
mengindikasikan pihak luar 

Langkah Pembuatan
Keputusan  Keputusan

Penambahan komentar
Anotasi (Catatan deskriptif atau catatan
Tambahan)  penjelasan sebagai klarifikasi

26
1

2.1

2.1.1

2.1.2

2.1.3

2.1.4

2.1.5

2.1.6

2.1.7

2.1.8

2.1.9

2.1.10

2.1.11

2.1.12

2.1.13

2.1.14

2.1.15

2.1.16

2.1.17 Jenis-Jenis Bagan Alir


1. Bagan Alir Dokumen (document flowchart)
Berguna untuk menggambarkan arus dokumen dan data antar
sub-sistem pertanggungjawaban dalam perusahaan. Bagan alir
dokumen menelusuri dokumen dari tahap awal hingga tahap
akhir, mengungkapkan dari tiap-tiap dokumen dimulai,
pendistribusian, tujuan hingga disposisi, pada dasarnya semua
yang mengalir pada sistem. Terdapat bagan alir jenis khusus,
yaitu bagan alir pengendalian internal. Bagan ini digunakan
sebagai fungsi kontrol akan sistem. Dengan adanya pengendalian
internal, kelemahan atau inefisiensi sistem dapat teridentifikasi.
2. Bagan Alir Sistem (system flowchart)
Menjelaskan keterkaitan antar-input pemrosesan, penyimpanan
dan output sistem. Untuk menjelaskan arus dan aliran data
dalam Sistem Informasi Akuntansi, bagan alir sistem dapat
digunakan.

27
3. Bagan Alir Program (program flowchart)
Urutan operasi logis yang dilakukan oleh komputer dalam
mengeksekusi program dapat digambarkan melalui bagan alir
program. Bagan Alir Program menerangkan logika khusus yang
dipakai dalam melaksanakan proses yang ditunjukkan di bagan
alir sistem (Romney, Marshall & Steinbart 2015).

2.1.18 Penerimaan Kas


Menurut (Romney, Marshall & Steinbart 2015) penerimaan kas
merupakan tahap terakhir dalam siklus pendapatan. Penerimaan kas
terjadi setelah ada proses pembayaran dari pelanggan.

Dalam (Baridwan 2018) penerimaan kas disebut juga sebagai


penerimaan uang. Penerimaan uang merupakan bagian dari transaksi
penjualan. Penerimaan uang umumnya diterima melalui beberapa
cara, yakni melalui surat, melalui kasir, maupun pembayaran
langsung ke bank. Pada pembayaran ke bank, kasir bertugas
membuat tanda terima uang (bukti kas masuk) setelah ada notifikasi
pembayaran dari bank. Berikut alur penerimaan uang :

1. Kasir menerima pelunasan uang dalam bentuk kas atau cek dari
pelanggan. Penerimaan dapat diperoleh secara langsung atau
melalui bank. Atau melalui surat masuk kemudian diberikan ke
bagian kasir dengan daftar penerimaan uang.
2. Transaksi uang masuk dimasukkan melalui terminal oleh Seksi
Surat Masuk
3. Atas penerimaan kas, kasir membuat bukti kas masuk 3 rangkap.
Lembar 1 dan 2 khusus untuk pelanggan, kembar ketiga disimpan
sebagai data sekaligus bukti historis untuk input penerimaan uang
ke dalam file melalui terminal. Lembar ketiga memiliki nomor urut
guna kepentingan pengarsipan.
4. Program up date master dan buku besar memproses file transaksi
uang masuk. Outputnya merupakan master file piutang dan buku
besar yang sudah terbaharui, serta jumlah untuk kontrol dan
daftar penerimaan uang yang sudah terbaharui juga.
5. Seksi audit intern menerima daftar penerimaan uang.
6. Seksi audit intern juga menerima laporan bank setiap periode
sebagai fondasi untuk penyusunan laporan rekonsiliasi bank.

28
2.1.19 Pengertian Sistem Penerimaan Kas
Berdasarkan buku Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 2 (IAI, 2014:2.2) pengetian kas adalah: “Kas terdiri dari
saldo kas (cash on hand) dan rekening giro (demand deposits) dan
setara kas (cash equivalent) merupakan komponen kas dan
merupakan investasi yang berifat likuid, jangka waktunya singkat,
dan bisa dikonversikan ke bentuk kas dalam waktu cepat dan
jumlahnya dapat ditentukan serta risiko perubahan nilainya yang
tidak signifikan.”

“Segala bentuk uang, termasuk cek dan money order yang


menjadi asset perusahaan disebut dengan istilah kas. Uang yang ada
di tangan serta deposito termuat dalam unsur kas.” Samryn
(2015:31). Di sisi lain menurut Harahap (2010 : 258) uang dan surat
berharga lainnya yang sangat lancer dan dapat diuangkan setiap
waktu merupakan unsur yang termasuk dalam kas. Terdapat syara-
syarat sebagai berikut:

1) Dapat ditukar menjadi kas setiap saat.


2) Memiliki tanggal jatuh tempo yang sangat dekat.
3) Perubahan nilai karena perubahan tingkat harga kecil risikonya.
Dari ketiga pengertian kas oleh ahli tersebut maka dapat
disimpukan bahwa kas merupakan pos aktiva yang paling liquid pada
neraca, yang dapat diartikan bahwa kas dapat dengan mudah
digunakan sebagai alat tukar dan menggambarkan daya beli suatu
entitas, dan berbagai bentuk kas dinyatakan dengan nilai sekarang
yang jelas dan dapat ditetapkan dengan pasti, memiliki jangka
waktu yang pendek dan dapat diuangkan setiap saat.

Sumber pendapatan menurut PSAK No.23 dapat diketahui sebagai


berikut (Indonesia 2010):
1. Penjualan barang dan jasa
2. Bunga, loyalti dan dividen
3. Pertukaran barang dan jasa.

Berikut beberapa jenis pendapatan suatu perusahaan :

1. Pendapatan operasional

29
Hasil kegiatan usaha dan operasional perusahaan, termasuk di
dalamnya hasil penjualan barang dan jasa, serta kegiatan
operasional utama perusahaan yang melibatkan perusahaan
lainnya merupakan pendapatan operasional.
2. Pendapatan non operasional (pendapatan lain-lain)
Pendapatan yang didapat dari hasil kegiatan utama perusahaan
dan dengan perusahaan lainnya sering disebut sebagai
pendapatan operasional atau pendapatan lain-lain
Seluruh bentuk penerimaan perusahaan perusahaan yang
berasal dari transaksi penjualan baik tunai maupun piutang, serta
non tunai seperti surat berharga yang bersifat liquid dan bisa segera
diuangkan termasuk sebagai kategori penerimaan kas karena
transaksi-transaksi tersebut menambah penerimaan kas.
Untuk melengkapi uraian tersebut, Berikut pemaparan tentang
sumber penerimaan kas oleh Mulyadi (2016:379):
Penjualan tunai merupakan sumber terbesar penerimaan kas dalam
suatu perusahaan. Terutama perusahaan dagang. Yang harus
diperhatikan dalam sistem penerimaan kas dari penjualan tunai
adalah :
1. Kas yang diterima dalam bentuk tunai sebaiknya disetorkan ke
bank secepat mungkin. Proses penyerahan tunai tersebut dapat
melibatkan beberapa pihak seperti kasir. Kasir bertanggung
jawab dalam melakukan cek internal.
2. Kas yang diterima dari penjualan tunai dapat dilakukan dengan
transaksi kartu kredit. Pihak bank terlibat dalam penerbitan kartu
kredit. Selain itu pihak bank juga terlibat dalam pencatatan atas
transaksi yang terjadi, yakni transaksi penerimaan kas. Jadi
dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi penerimaan kas
adalah suatu prosedur yang dibuat untuk melaksanakan kegiatan
penerimaan uang dari penjualan tunai atau dari piutang yang
siap dan dapat digunakan untuk kegiatan umum perusahaan.

2.1.20 Sistem Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai


Berikut merupakan tiga tahap Sistem penerimaan kas
Menurut Mulyadi (2016:380):

1. Over-the-counter sale, merupakan proses penerimaan kas yang


dimulai dari pembeli yang dating ke perusahaan untuk membeli

30
barang. Barang atau produk dipilih oleh pembeli, kemudian
pembayaran atas barang dilakukan dengan bantuan kasir, terakhir
pembeli menerima barang yang dibelinya. Perusahaan menerima
uang tunai, cek, atau pembayaran langsung yang menggunakan
credit card atau debit card dalam tahap over-the-counter sale ini.
2. Cash-on-delivery sales (COD sales) merupakan transaksi
penjualan yang melibatkan pihak atau perusahaan lain dalam
transaksinya. Sebagai contoh, minimarket, bank, wahana
pengiriman pos, perusahaan angkutan daring untuk penyerahan
dan penerimaan kas atas penjualan.
3. Credit card sale. Dengan metode penerimaan kas
credit card sale, maka baik pembeli dan penjual mendapatkan
kemudahan transaksi. Pembeli mendapatkan kemudahan
pembayaran dan penjual mendapatkan kemudahan dalam
penagihan.

Dengan tersedianya pemaparan di atas maka dapat diketahui


bahwa tahapan dalam penerimaan kas memiliki kelebihannya
masing-masing yang dapat memudahkan pembeli dan penjual dalam
melakukan transaksi. Dalam uraian tahapan penerimaan kas pula
dapat diketahui bahwa dalam transaksi terdapat barang yang dibeli
dengan harganya masing-masing, terdapat pula pihak-pihak yang
terlibat dalam transaksi dan juga alat yang membantu berjalannya
transaksi hingga barang sampai ditangan pembeli dan kas diterima
oleh penjual (Riama 2020).

2.1.21 Sistem Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai


Terdapat beberapa fungsi yang berhubungan dengan sistem
akuntansi penerimaan kas dari penjualan tunai menurut Mulyadi
(2016:385):

1. Fungsi Penjualan
Seluruh proses transaksi mulai dari melayani order dari pembeli,
membuat faktur penjualan, hingga menyerahkan barang yang
dibeli oleh pelanggan dilakukan oleh fungs penjualan. Fungsi
penjualan dipayungi Bagian Order Penjualan dalam struktur
organisasi.
2. Fungsi Kas

31
Penerimaan kas dari pembeli ditangani langsung oleh fungsi kas.
Fungsi kas termasuk dalam Bagian Kas di dalam struktur
organisasi.
3. Fungsi Gudang
Persiapan barang pesanan dilakukan oleh fungsi gudang. Tak
hanya persiapan barang pesanan, fungsi gudang juga
menyerahkan barang pesanan ke fungsi pengiriman. Fungsi ini
termasuk ke dalam Bagian Gudang pada struktur organisasi.
4. Fungsi Pengiriman
Fungsi pengiriman menerima barang pesanan dari fungsi gudang.
Barang yang diterima dibungkus dan diserahkan kepada pembeli
sesuai dengan harga yang telah pembeli bayar. Fungsi pengiriman
termasuk ke dalam Bagian Pengiriman pada struktur organisasi.
5. Fungsi Akuntansi
Setelah transaksi pengiriman selesai, maka transaksi yang terjadi
harus dicatat oleh fungsi akuntansi. Baik transaksi penjualan
maupun pembelian. Fungsi akuntansi berada dalam Bagian Jurnal
dalam struktur organisasi (Anisyah, Dzulkirom, and Dwiatmanto
2019).
Berdasarkan penjelasan mengenai fungsi-fungsi dalam sistem
penerimaan kas yang berasal dari penjualan tunai di atas, maka
dapat diketahui bahwa fungsi-fungsi yang ada memiliki kegunaan
dan kewajibannya masing-masing. Fungsi-fungsi tersebut memiliki
kegunaan berantai, yang berarti sebuah transaksi tidak akan terjadi
jika salah satu fungsi hilang. Sekalipun sistem bisa berjalan,
tentunya terdapat kecacatan atau ketidaksempurnaan dari sistem
tersebut. Dari penjelasan di atas pula dapat diketahui bahwa dengan
adanya pemisahan fungsi menjadikan sistem yang ada jelas dan
tepat guna. Dengan adanya fungsi-fungsi yang menangani tanggung
jawab yang berbeda-beda sebuah transaksi bisa dikatakan efektif
dan efisien. Adanya alur yang jelas dari fungsi penerimaan order
hingga fungsi pencatatan akuntasi memungkinkan laporan keuangan
suatu perusahaan tersaji dengan baik.

Penelitian (Saifudin 2017) menunjukkan bahwa bagian-bagian


atau fungsi-fungsi yang terdapat dalam bagian keuangan bahwa
bagian-bagian tersebut saling terhubung satu sama lain. Maka saat

32
terjadi Kesalahan di salah satu bagian, bagian lain akan
berkoordinasi satu sama lain untuk mengadakan koreksi.
Pengendalian internal yang tinggi dan efektif dapat meminimalisasi
terjadinya penyelewengan kas atau penggelapan kas.

Jika salah satu unsur pengendalian internal tidak ada, maka


keseluruhan sistem menjadi kurang efektif. Unsur penting seperti
bagian monitoring pada sistem penerimaan dan pengeluaran kas
mempengaruhi efektifitas sistem (Viliant Arisqua, Isharijadi, and
Langgeng Wijaya 2017).

Pembagian tanggung jawab pada setiap bagian menjadi


penting. Di mana di dalamnya tidak boleh terdapat rangkap fungsi.
Rangkap fungsi membuat tanggung jawab masing-masing bagian
menjadi bias dan tidak efektif, kurang total (Hendry Jaya 2018).

2.1.22 Dokumen Terkait dalam Sistem Penerimaan Kas dari


Penjualan Tunai
Menurut Mulyadi (2016:386), pada sistem penerimaan kas
dari penjualan tunai terdapat dokumen-dokumen yang umumnya
diimplementasikan sebagai berikut:

1. Faktur Penjualan Tunai


Penjualan tunai yang dilakukan perusahaan merupakan transaksi
yang harus dicatat, faktur penjualan berfungsi sebagai perekam
transaksi yang terjadi tersebut. Fungsi penjualan bertanggung
jawab untuk mengisi faktur penjualan ini. Untuk mengantar
barang pesanan ke pelanggan diperlukan faktur penjualan sebagai
alat pertukaran barang dan kas. Faktur penjualan juga menjadi
sumber untuk jurnal penjualan guna mencatat transaksi.
2. Pita Register Kas (Cash Register Tape)
Untuk mendapatkan dokumen ini, maka fungsi kas harus
mengoperasikan mesin register kas. Pita register kas menjadi
bukti penerimaan bagi fungsi kas. Pita register juga merupakan
dokumen pelengkap penjualan tunai yang kemudian akan dicatat
dalam jurnal penjualan.
3. Credit Card Sales Slip

33
Credit card center bank yang menerbitkan kartu kredit
bertanggung jawab untuk menghasilkan dokumen ini atas
transaksi yang terjadi dengan menggunakan kartu kredit.
4. Bill of Lading
Penyerahan barang dari perusahaan ke perusahaan angkutan
umum memerlukan bukti pelengkap, yakni dokumen bill of lading.
Fungsi pengiriman menggunakannya untuk penjualan Cash On
Delivery. Transaksi COD biasanya dilakukan oleh perusahaan
wahana pengiriman atau angkutan umum
5. Faktur Penjualan COD
Faktur penjualan berguna untuk merekam penjualan Cash On
Delivery. Setelah transaksi penjualan terekam, copy dari faktur
penjualan diberikan ke pelanggan melalui bagian pengiriman atau
angkut atau delivery perusahaan. Atau bisa juga melalui pihak
luar seperti wahana pengiriman swasta, atau angkutan umum.
Faktur tersebut harus ditandatangani oleh pembeli sebagai tanda
barang telah diterima dengan baik.
6. Bukti Setor Bank
Setelah fungsi kas melakukan penyetoran ke bank, maka fungsi
kas akan membuat dokumen bukti setor bank sebagai bukti setor.
Bukti setor tersebut setelahnya diserahkan kepada fungsi
akuntansi di mana setelahnya akan menjadi dokumen sumber
pencatatan transaksi penyetoran kas atas penerimaan kas dari
penjualan tunai. Transaksi tersebut dicatat dalam jurnal
penerimaan kas.
7. Rekap Beban Pokok Penjualan
Harga pokok produk yang terjual selama satu periode
memerlukan ringkasan. Maka dari itu perlu digunakan dokumen
rekap beban pokok penjualan. Oleh fungsi akuntansi dokumen ini
digunakan sebagai alat pendukung atau bahan bukti memorial
(Putri Wulansari 2012).

Dokumen penunjang transaksi seperti faktur penjualan, bukti


setor, surat jalan, dll, sangat penting dalam sebuah sistem yang
berjalan. Dokumen-dokumen tersebut menjadi rekaman bagi setiap
transaksi yang terjadi sebelumnya (Hendry Jaya 2018).

34
2.1.23 Catatan Terkait dalam Sistem Penerimaan Kas dari
Penjualan Tunai
Menurut Mulyadi (2016;391) terdapat beberapa catatan
akuntansi yang umumnya digunakan dalam sistem akuntansi
penerimaan kas dari penjualan tunai:

1. Jurnal Penjualan
Pencatatan dan peringkasan data penjualan dicatat ke dalam
jurnal penjualan oleh fungsi akuntansi. Informasi yang dihasilkan
dari jurnal penjualan akan memudahkan manajemen untuk
melihat jenis prosuk yang terjual serta melakukan forecast
penjualan dalam jangka waktu yang ditentukan.
2. Jurnal Penerimaan Kas
Berbagai sumber penerimaan kas haruslah dicatat. Maka dari itu
jurnal penerimaan kas ada. Contoh sumber penerimaan yang
selalu ada di perusahaan dagang adalah penerimaan kas dari
penjualan tunai.
3. Jurnal Umum
Setelah transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai terjadi,
fungsi akuntansi mencatat harga pokok produk yang dijual atau
terjual dalam jurnal umum.
4. Kartu Persediaan
Fungsi akuntansi menggunakan kartu persediaan untuk mencatat
pergerakan harga pokok produk yang dijual. Kartu persediaan
berfungsi pula untuk mengontrol mutasi dan persediaan yang ada
di gudang.
5. Kartu Gudang

Kartu gudang hanya berisi data jumlah persediaan yang ada


di gudang, sehingga tidak termasuk sebagai catatan akuntansi
(Yunita 2018).

Kelengkapan catatan akuntansi, atau penjurnalan transaksi


yang terjadi menjadi hal penting yang tidak boleh terlewatkan,
karena hal tersebut menunjang kelancaran sistem informasi
akuntansi yang ada (Hendry Jaya 2018).

35
2.1.24 Jaringan Prosedur Sistem Penerimaan Kas dari
Penjualan Tunai
Jaringan prosedur yang membentuk sistem penerimaan kas
dari penjualan tunai menurut Mulyadi (2016:392):

1. Prosedur Order Penjualan


Dalam transaksi penjualan, order yang diterima dari pembeli
diproses oleh fungsi penjualan ke dalam faktur penjualan tunai.
Faktu tersebut berfungsi sebagai alat pembayaran sesuai kepada
fungsi kas dengan harga yang telah disepakati. Selain itu faktur
penjualan juga berfungsi sebagai sumber informasi bagi fungsi
gudang dan pengiriman untuk mempersiapkan pengiriman barang
kepada pembeli.
2. Prosedur Penerimaan Kas
Harga barang yang tertera pada faktur penjualan memungkinkan
pembeli untuk membayar pada fungsi kas, maka terjadilah proses
penerimaan kas. Sebagai ganti atas pembayaran fungsi kas
menerbitkan pita register kas bertuliskan “lunas” sebagai bukti
bahwa pembayaran telah lengkap sehingga barang bisa dikirimkan
oleh perusahaan kepada pembeli.
3. Prosedur Penyerahan Barang
Setelah dua prosedur di atas lengkap, maka fungsi pengiriman
akan mengirmkan barang kepada pembeli dalam prosedur ini.
4. Prosedur Pencatatan Penjualan Tunai
Pencatatan transaksi penjualan tunai dilakukan oleh fungsi
akuntansi dalam jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas pada
prosedur ini. Dengan adanya penjualan, maka persediaan barang
di gudang berkurang, oleh karenanya fungsi akuntansi juga akan
mencatat mutasi persediaan barang yang dijual pada kartu
persediaan.
5. Prosedur Penyetoran Kas ke Bank
Jika dalam suatu hari terdapat sejumlah kas yang diterima, maka
kas harus segera disetorkan ke bank. Hal ini terkait dengan sistem
pengendalian internal. Penyetoran kas dalam jumlah penuh ke
bank dilakukan oleh fungsi kas oleh fungsi kas.
6. Prosedur Pencatatan Penerimaan Kas

36
Kas yang diterima akan dicatat oleh fungsi akuntansi ke dalam
jurnal penerimaan kas oleh fungsi akuntansi. Informasi
penerimaan kas bersumber dari bukti setor bank yang diterima
oleh fungsi kas dari bank.
7. Prosedur Pencatatan Beban Pokok Penjualan
Rekapitulasi beban pokok penjualan dibuat oleh fungsi akuntansi.
Pencatatan bersumber dari data yang ada pada kartu persediaan.
Rekapitulasi beban pokok penjualan ini juga berfungsi bagi fungsi
akuntansi sebagai dokumen sumber untuk komponen pencatatan
pada jurnal umum (Dionisius Dimas Andi Wijaya 2014).

2.2 Kerangka Pemikiran Konseptual


Kemajuan teknologi yang kini telah lumrah di berbagai instansi terus
berkembang, tak terkecuali di instansi mikro seperti pusat penelitian yang
menjadi bagian perguruan tinggi. Sistem yang berkembang dan ada
biasanya masih merupakan gabungan antara manual dan berbasis
komputer. Hal ini tentunya akan berpengaruh kepada output yang
dihasilkan sistem, khususnya sistem informasi akuntansi penerimaan kas.

Penelitian akan sistem informasi akuntansi penerimaan kas dapat


berguna untuk menganalisis sejauh mana sistem informasi akuntansi
penerimaan kas telah dilakukan. Berikut bagan kerangka berpikir.

Gambar 2. 4 Kerangka Pemikiran


Konseptual

CARE LPPM IPB

SISTEM INFORMASI
AKUNTANSI
PENERIMAAN KAS

DESKRIPSI SISTEM INFORMASI


AKUNTANSI PENERIMAAN KAS PADA
CARE LPPM IPB
37
2.3 Penelitian Terdahulu

Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu

No Penelitian (Penulis, Variabel yang Hasil Penelitian Perbedaan dengan


Judul, dan Tahun) diteliti Penelitian Saat ini
1 Laponsa, B D. - Sistem Informasi Perbedaannya adalah:
Analisis Sistem Akuntansi Penerimaan - Penelitian dilakukan
Informasi Akuntansi Kas yang dilakukan oleh di Koperasi
Penerimaan Kas Studi Koperasi Wahana Murti
Kasus Koperasi Sukabumi belum
Wahana Murti sepenuhnya memadai.
Sukabumi.2018 Dari 5 komponen SIA
yang ada, hanya orang
dan pengendalian
internal yang sudah
memadai.
2 Chairudin, M. - RS Ortopedi Surakarta Perbedaannya adalah:
Analisis Penerapan telah memenuhi unsur- - Penelitian dilakukan
Sistem Informasi unsur sistem informasi di Rumah Sakit
Akuntansi penerimaan kas. - Sistem Penerimaan
Penerimaan Kas pada Kendala yang terjadi Kas memiliki sistem
Rumah Sakit adalah kendala eror tersendiri
Ortopedi Prof. Dr. R. pada sistem SIKITA yang
Soeharso digunakan oleh RS
Surakarta.2019 Ortopedi Surakarta

3 Rahmadani, K. Sistem SIA Penerimaan Kas Perbedaannya adalah:


Analisis Sistem Informasi pada PDAM Tirta - Penelitian dilakukan
Informasi Akuntansi Tamiang tergolong baik di PDAM
Akuntansi
Penerimaan Kas kendati di beberapa - Penelitian yang
dalam Meningkatkan Penerimaan bagian terdapat dilakukan mencakup
Sistem Pengendalian Kas (variabel pencatatan secara variabel Sistem
Internal Studi Kasus independen) manual, sehingga riskan Informasi Akuntansi
PDAM Tirta Tamian dan Sistem terjadi eror. Sistem Penerimaan Kas dan
Kabupaten Aceh pengedalian internal Pengendalian Internal
Pengendalian
Tamiang.2018 kurang memadai karena
Internal terdapat kepala unit
(variabel yang kurang kompeten.
dependen) Kemudian SIA yang baik
telah berperan dalam
meningkatkan sistem
pengendalian internal
penerimaan kas.

38
4 Hija Yani, R. Analisis - SIA Penerimaan Kas Perbedaannya adalah:
Sistem Informasi Pada PT. POS Indonesia - Penelitian dilakukan
Akuntansi Kota Jambi sudah cukup di PT. POS Indonesia
Penerimaan Kas pada memadai kendati Kota Jambi
PT. POS Indonesia terdapat beberapa
Kota Jambi.2018 kekurangan yang dapat
dan sebaiknya
diperbaiki. Kebaikan
yang terdapat dalam
sistem informasi
akuntansi pada PT. Pos
Indonesia Kota Jambi
adalah terdapat fungsi-
fungsi yang terpisah
dalam menjalankan
sistem, terdapat fungsi
pengawasan, karyawan
yang kompeten, dsb.
Sedangkan kelemahan
yang ada di antaranya
adalah aplikasi sistem
informasi akuntansi
yang dipergunakan
belum menyeluruh dan
masih terdapat
pencatatan manual.
5 Rumapea, M & Sistem Informasi Perbedaannya adalah:
Perayanti Sitorus, S. Akuntansi Pendapatan - Penelitian dilakukan
Sistem Informasi dan Penerimaan Kas di PT. Telkom Medan
Akuntansi yang terdapat pada PT.
Pendapatan dan Telkom Medan telah
Penerimaan Kas pada sesuai dengan standar
PT. Telkom akuntansi yang berlaku
Medan.2017 sehingga informasi yang
dihasilkan menjadi
akurat dan efektif dan
dapat bermanfaat bagi
keputusan yang diambil
oleh jajaran pimpinan
atau dewan direksi.
6 Tambunan, F, dkk. Sistem Sistem akuntansi Perbedaannya adalah:
Analisis Pengaruh Informasi penjualan dan - Penelitian dilakukan
SIstem Informasi penerimaan kas di PT. Golden
Akuntansi
Akuntansi Penjualan berperan terhadap Communication
dan Penerimaan Kas Penjualan dan sistem pengendalian Tanjung Balai Karimun
terhadap Sistem Penerimaan internal. Hal tersebut - Penelitian
Pengendalian Kas (variabel ditunjukkan oleh nilai merupakan penelitian
Internal (Studi Kasus independen) koefisien 0.976 peran kuantitatif.
pada PT. Golden sistem informasi
dan Sistem
Communication akuntansi penjualan dan
Tanjung Balai Pengendalian penerimaan kas
Karimun).2020 Internal memiliki nilai positif dan
(variabel signifikan terhadap
dependen) pengendalian internal
penjualan, dengan nilai
koefisien sebesar 0,976
dan tingkat pengaruh

39
sebesar 95,2%.
7 Damayanti & Yusuf Pengaplikasian sistem Perbedaannya adalah:
Hernandez, M. informasi penerimaan - Penelitian dilakukan
Sistem Infromasi dan pengeluaran kas di di KPRI Andan Jejama
Akuntansi KPRI Andan Jejama Kabupaten
Penerimaan dan memudahkan Pewasaran.
Pengeluaran Kas pengolahan data dan - Penelitian terbatas
pada KPRI Andan mempercepat penyajian pada aplikasi sistem
Jejama Kabupaten laporan. yang terdapat pada
Pewasaran. 2018 KPRI Andan Jejama.

8 Saifudin & Pri Ardani, Sistem SIA Penerimaan dan Perbedaannya adalah:
F. Sistem Informasi Informasi Pengeluaran Kas serta - Penelitian dilakukan
Akuntansi Pengendalian Internal di RSUP Dr. Kariadi
Akuntansi
Penerimaan dan yang dilakukan pada Semarang.
Pengeluaran Kas Penerimaan RSUP Dr. Kariadi - Penelitian
dalam Meningkatkan dan Semarang telah merupakan penelitian
Pengendalian Internal Pengeluaran dilakukan dengan baik, kuantitatif.
atas Pendapatan Kas (variabel efektif, efisien,
pada RSUP Dr. Kariadi sistematis dan sesuai
independen)
Semarang. 2017 dengan standar yang
dan digunakan pada rumah
Pengendalian sakit-rumah sakit
Internal lainnya.
(variabel
dependen)
9 Arisqua, R, dkk. Pengendalian internal Perbedaannya adalah:
Analisis Sistem pada PDAM Tirta - Penelitian dilakukan
Informasi Akuntansi Dharma Purabaya di PDAM Tirta Dharma
Penerimaan dan Kabupaten Madiun. Purabaya Kabupaten
Pengeluaran Kas 2017 belum efektif Madiun.
Guna Efektifitas karena terdapat unsur- -Penelitian berfokus
Pengendalian Intern unsur pengendalian pada pengendalian
pada PDAM Tirta inrternal yang belum intern lembaga.
Dharma Purabaya lengkap. Tidak adanya
Kabupaten Madiun. fungsi monitoring pada
2017 sistem mengakibatkan
sistem pengendalian
intern menjadi lemah
dan rentan kecurangan.
10 Jaya, H. Analisis Sistem Informasi Perbedaannya adalah:
Sistem Informasi Akuntansi pada PT Putra - Penelitian dilakukan
Akuntansi Penjualan Indo Cahaya Batam di PT Putra Indo
dan Penerimaan Kas masih belum sesuai Cahaya Batam.
dalam Meningkatkan dengan standar yang
Pengendalian Intern berlaku dikarenakan
(Studi Kasus PT Putra masih terdapat fungsi
Indo Cahaya Batam). dobel, catatan akuntansi
2018 yang tidak lengkap,
serta kelalaian
penyetoran kas pada
hari yang berbeda.

40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dimulai pada bulan Maret 2021. Pengumpulan data
dilakukan mulai bulan Maret 2021 hingga bulan April 2021. Lokasi
penelitian adalah Pusat Kajian Resolusi Konflik LPPM IPB yang bertempat di
Kampus IPB Baranangsiang, Kota Bogor.

3.2 Jenis, Objek, dan Subjek/Informan Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kualititatif. Menurut (Sugiyono,
2005) kondisi objek alamiah dan peneliti merupakan instrument kunci
dalam metode penelitian kualitatif. Definisi ini diperkuat oleh (Moleong,

41
2005:6). Menurutnya metode penelitian kualitatif dilakukan untuk
mendalami pemahaman fenomena non angka seperti perilaku, motivasi,
tindakan, dsb. Semuanya dijelaskan dalam bentuk non angka, yakni secara
kata-kata.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripiskan penerapan sistem
informasi akuntansi penerimaan kas pada CARE LPPM IPB. Di mana
penerapan sistem informasi akuntansi penerimaan kas pada CARE LPPM IPB
merupakan objek penelitian. Yang mana nantinya hasil penelitian adalah
penjabaran tentang sistem akuntansi penerimaan kas yang ada di lembaga
tersebut. Dari data-data yang dikumpulkan akan disajikan kembali sebagai
hasil penelitian melalui kata-kata dan bahasa. Penelitian ini termasuk ke
dalam penelitian eksploratori karena sifat dari penelitian ini tidak
membandingkan hubungan antara beberapa variabel. Penelitian ini hanya
ada satu variabel saja yang diteliti. Selain itu peneliti terlibat langsung
dalam proses penelitian karena melakukan wawancara dan observasi.
Subjek penelitian adalah Pengelola Keuangan Unit CARE LPPM IPB.

3.3 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode
wawancara mendalam (in-depth interview), observasi, dan studi
dokumenter. Wawancara mendalam dilakukan dengan Pengelola Keuangan
Unit CARE LPPM IPB karena beliau merupakan informan kunci dalam
penelitian ini. Beliau merupakan pusat dari seluruh aktivitas keuangan yang
ada pada CARE LPPM IPB. Wawancara dilakukan pada periode Maret 2021-
April 2021. Selain wawancara, metode observasi juga dilakukan terutama di
saat terdapat transaksi penerimaan kas. Sehingga peneliti dapat memahami
rangkaian berjalannya sistem akuntasi penerimaan kas pada CARE LPPM
IPB. Untuk melengkapi penelitian maka dilakukan juga studi dokumenter, di
mana metode pengumpulan data ini dilakukan dengan cara menganalisis
dokumen-dokumen yang dibuat oleh Pengelola Keuangan Unit CARE LPPM
IPB.

3.4 Metode Analisis Data


Analisis data menurut Patton (1980) merupakan proses mengatur,
mengorganisasikan data menjadi suatu pola yang mencakup kategori dan
penjabaran yang menjadi dasar. Pendapat tersebut diperkuat oleh Moleong

42
(2000) yang mengatakan bawah analisis data dapat diketahui sebagai
proses pengorganisasian dan pengurutan data menjadi sebuah klasifikasi
yang berguna untuk mengkategorikan sebuah data hingga menjadi uraian
dasar. Uraian tersebut berguna untuk menentukan hipotesis atas sebuah
data.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
thematic analysis. Thematic Analysis merupakan salah satu dari sekian
banyak metode analisis data penelitian kualitatif. Menurut Barun & Clarke
(2006) Thematic Analysis digunakan untuk mengidentifikasi pola yang
kemudian berguna untuk menemukan tema yang diolah dari data yang
umumnya berupa hasil wawancara yang telah ditranskripkan. Tema
tersebut dapat berupa satu atau beberapa tema yang kemudian akan
dijabarkan lebih lanjut. Terdapat beberapa tahapan dalam melakukan
thematic analysis yaitu memahami data, menyusun kode, dan mencari
tema. Thematic Analysis merupakan pengetahuan dasar dalam melakukan
penelitian yang bersifat kualitatif. Menurut Holloway & Todres (2003),
metode analisis ini bagi penelitian kualitatif merupakan generic skill.
Sehingga dapat dikatakan bahwa metode analisis ini sangat penting bagi
peneliti pemula yang baru melakukan peneitian kualitatif secara holistik.
Metode thematic analysis dipilih untuk penelitian ini karena tepat
untuk menganalisis data yang nantinya akan didapatkan dengan metode
wawancara kepada subjek penelitian serta dokumentasi yang didapatkan
untuk menjabarkan dan melengkapi pola dan alur sistem akuntansi
penerimaan kas di CARE LPPM IPB.

3.5 Pengujian Keabsahan/Kualitas Data


Pengujian keabsahan data pada penelitian ini menggunakan :
Pengujian Kredibilitas
Pengujian kredibilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian
dan membercheck.
a. Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan dilakukan setiap terdapat transaksi pada
lokasi penelitian. Dengan pengamatan yang dilakukan beberapa kali,
maka dapat terbentuk keterbukaan dan kepercayaan dengan

43
informan, sehingga data yang didapat akan lebih lengkap dan
informasi yang didapat dari informan lebih kredibel.
b. Peningkatan Ketekunan
Peningkatan ketekunan dilakukan dengan cara observasi pada saat
dilakukannya penelitian. Dengan demikian hasil penelitian tidak
terpaku pada dokumentasi yang ada, namun juga memahami proses
dan alur. Sehingga, jika terdapat kesalahan peneliti dapat melakukan
pengecekan kembali.
c. Membercheck
Membercheck dilakukan dengan cara pengecekan data yang dimiliki
oleh peneliti kepada informan. Jika data-data yang dimiliki peneliti
disetujui atau disepakati oleh informan, maka data tersebut valid.
Sebaliknya, jika data tersebut ditolak oleh informan maka data yang
ada tidak valid. Jika data tidak valid maka peneliti dapat melakukan
diskusi dengan informan.

3.6 Jadwal Penelitian


Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian

Kegiatan Maret April Mei


dan Waktu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pelaksanaan
Pengumpulan
Data
Pengolahan
Data
Penyelesaian

DAFTAR PUSTAKA

Anisyah, janua nur, Moch Dzulkirom, and Dwiatmanto. 2019. “DALAM MENDUKUNG
PENGENDALIAN INTERN ( Studi Pada PT . Astra International , Tbk Auto 2000
Malang Sutoyo ).” 70(1): 73–81.
Baridwan, Zaki. 2018. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi Kedu. Yogyakarta: BPFE-
YOGYAKARTA.
Bernardus Dito Laponsa. 2018. “Analisis Sistem Informasi Penerimaan Kas (Studi Kasus
Koperasi Wahana Murti Sukabumi).” Journal of Business Ethics 14(3): 37–45.
https://www-jstor-org.libproxy.boisestate.edu/stable/25176555?
Search=yes&resultItemClick=true&searchText=

44
%28Choosing&searchText=the&searchText=best&searchText=research&searchTex
t=design&searchText=for&searchText=each&searchText=question.
%29&searchText=AND.
Damayanti, Damayanti. 2018. “Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan Dan Pengeluaran
Kas Pada Kpri Andan Jejama Kabupaten Pesawaran.” Jurnal Tekno Kompak 12(2):
57.
Dewi Dayani. 2013. “Penerapan Sistem Akuntasi Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Pada
BMT As-Salam.” 日本畜産学会報 84: 487–92.
http://ir.obihiro.ac.jp/dspace/handle/10322/3933.
Diana, A & Setiawati, L. 2011. Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.
Dionisius Dimas Andi Wijaya. 2014. “ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEMAKUNTANSI
PENERIMAAN KAS Studi Kasus Di TX Travel Babarsari Yogyakarta.” journal Skripsi:
1–178.
Ekonomi, Fakultas, D A N Bisnis, Universitas Islam, and Negeri Sumatera. 2018. “Kas
Dalam Meningkatkan Sistem.”
Fathoni, Ali. 2018. “Sistem Akuntansi Penerimaan Kas Pada Kjks Bmt Mandiri Sejahtera
Karangcangkring Gresik Jawa Timur.” Al-Idarah: Jurnal Manajemen dan
Administrasi Islam 2(1): 137.
Hendry Jaya. 2018. “(Akuntansi, Ekonomi, Universitas Riau Kepulauan, Indonesia).”
Measurement 12(2): 33–48.
https://www.neliti.com/id/publications/134744/penyusunan-strategi-dan-sistem-
penjualan-dalam-rangka-meningkatkan-penjualan-tok.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 02
Laporan Arus Kas.” Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan 02(02): h. 1-52.
Indonesia, Ikatan Akuntan. 2010. “E Xposure D Raft P Ernyataan S Tandar A Kuntansi K
Euangan PENDAPATAN.” 23(23).
Lermin Siahaan. 2018. “Evaluasi Sistem Akuntansi Penerimaan Kas Studi Kasus Di Paroki
St. Petrus Dan Paulus Babadan.” Journal of Business Ethics 14(3): 37–45.
https://www-jstor-org.libproxy.boisestate.edu/stable/25176555?
Search=yes&resultItemClick=true&searchText=
%28Choosing&searchText=the&searchText=best&searchText=research&searchTex
t=design&searchText=for&searchText=each&searchText=question.
%29&searchText=AND.
Mercubuana Yogyakarta. 2014. “Landasan Teori.” : 11–38.
Muhammad Chairudin. 2019. “Analisis Penerapan Sistem Informasi Akuntansi
Penerimaan Kas Pada Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta.” ペイ
ンクリニック学会治療指針2 (May): 1–9.
Paranoan, Selmita. 2010. “Teori Akuntansi Masa Kini.” : 5–32.
Periyanti Sitorus, Sofia, and Melanthon Rumapeag. 2017. “SISTEM INFORMASI
AKUNTANSI PENDAPATAN DAN PENERIMAAN KAS Sofia Perayanti Sitorus , 2
Melanthon Rumapea.” 1(1): 1–9.

45
“PP Nomor 26 Tahun 2015.” 2015. PP Nomor 26 Tahun 2015.
Putra, Yananto Mihadi, and Rino Mauladiputro. 2020. “UNIVERSITAS MERCUBUANA
JAKARTA 2020.”
Putri Wulansari. 2012. “PERANCANGAN SISTEM AKUNTANSI PENERIMAAN KAS SECARA
TERKOMPUTERISASI PADA SUKAKU BACA MEDIA YOGYAKARTA.” :)3(66 ‫עלון הנוטע‬
39–37.
Rahmawati, Dewi, Rita Indah Mustikowati, and Sulistyo. 2016. “Kas Untuk Meningkatkan
Pengendalian Intern Perusahaan (Studi Pada PT Arema Indonesia Malang).” Journal
Riset Mahasiswa Akuntansi (JRMA) 4(2).
Renaldo, Martin. 2012. “Penerapan Akuntansi Pada Usaha Kecil Menengah.” Jurnal
Akuntansi 1(2): 57–62.
Resti Misra Aini, Delin TRi. 2019. “Analisis Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Dalam
Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Pada Cv. Surya Kuantan Singingi.”
Analisis Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Dalammenunjang Efektivitas
Pengendalian Internal Pada Cv. Surya Kuantan Singingi: 193–207.
http://www.ejournal.uniks.ac.id/index.php/PERAK/article/view/584.
Riama, L. 2020. “Sistem Akuntansi Penjualan Tunai Pada Pd. Panca Motor Prabumulih.”
Akuntanika 6(1): 82–92.
http://www.journal.poltekanika.ac.id/index.php/akt/article/download/144/132.
Romney, Marshall & Steinbart, Paul. 2015. Sistem Informasi Akuntansi (Accounting
Information System). 13th ed. New Jersey: Penerbit Salemba Empat.
Saifudin, Firda Pri Ardani. 2017. “Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan Dan
Pengeluaran Kas Dalam Meningkatkan Pengendalian Internal Atas Pendapatan
Pada Rsup Dr. Kariadi Semarang.” Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan Dan
Pengeluaran Kas Dalam Meningkatkan Pengendalian Internal Atas Pendapatan
Pada Rsup Dr. Kariadi Semarang 2(2): 16.
Salibana Sharon Debora Claudia, Winston Pantoh, Stanley Kho Walando, and Uw. 2019.
“Puri Manado Analysis of the Internal Control System of Cash Receipts At Gran Puri
Hotels.” 7(1): 1121–30.
Sapti, Mujiyem. 2019. “済無 No Title No Title.” Kemampuan Koneksi Matematis
(Tinjauan Terhadap Pendekatan Pembelajaran Savi) 53(9): 1689–99.
STIE Widya Gama Lumajang. 2019. “Landasan Teori.” Journal of Chemical Information
and Modeling 53(9): 1689–99.
Surabaya, STIKOM. 2019. “Landasan Teori.” Journal of Chemical Information and
Modeling 53(9): 1689–99.
Universitas Muhamadiyah Yogyakarta (UMY). 2016. “Landasan Teori.” : 8–34.
Viliant Arisqua, Rr. Fanny, Isharijadi, and Anggita Langgeng Wijaya. 2017. “Analisis
Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Guna Efektivitas
Pengendalian Intern Pada PDAM Tirta Dharma Purabaya Kabupaten Madiun.” Vol.
5 No. 1 Hlmn. 278-288 Madiun, Oktober 2017 e-ISSN: 2337-9723 5: 278–88.

46
Yunita. 2018. “SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENERIMAAN KAS DARI PENJUALAN
TUNAI MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 2015 PADA CV ANUGERAH BERSAMA DI
BANJARMASIN.”
Yusmalina, Sri Elvi Sahfitri, Kasirul Fadli, Ferawaty Tambunan. 2020. “Analisis Pengaruh
Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Dan Penerimaan Kas Terhadap Sistem
Pengendalian Internal (Studi Kasus Pada PT. Goldencommunication Tanjung Balai
Karimun).” Jurnal Cafetaria 1(2): 56–63.

LAMPIRAN

47

Anda mungkin juga menyukai