Heuristik memberi para manajer yang tertekan waktu dan profesional lainnya dengan cara
sederhana untuk berurusan dengan dunia yang kompleks. Biasanya, heuristik menghasilkan
benar atau sebagian penilaian yang benar. Selain itu, tidak dapat dihindari bahwa orang akan
mengadopsi cara tertentu menyederhanakan keputusan. Tetapi ketergantungan pada heuristik
menciptakan masalah, terutama karena orang biasanya tidak menyadari bahwa mereka
bergantung pada heuristik. Sayangnya, penerapan heuristik pada situasi yang tidak pantas
membuat orang tersesat. Ketika manajer menjadi sadar akan dampak buruk potensial dari
menggunakan heuristik, mereka menjadi mampu memutuskan kapan dan di mana
menggunakannya, dan, jika itu untuk keuntungan mereka, menghilangkan heuristik tertentu dari
daftar pengambilan keputusan mereka.
HEURISTIK KETERSEDIAAN
Orang menilai frekuensi, probabilitas, atau kemungkinan penyebab suatu peristiwa berdasarkan
sejauh mana kejadian atau kejadian peristiwa itu siap "tersedia" dalam memori (Tversky &
Kahneman, 1973). Suatu peristiwa yang membangkitkan emosi dan jelas, mudah dibayangkan,
dan spesifik akan lebih tersedia daripada peristiwa yang sifatnya tidak emosional, lunak, sulit
untuk dibayangkan, atau kabur. Sebagai contoh, seorang bawahan yang bekerja dekat dengan
kantor manajer kemungkinan akan menerima evaluasi kinerja yang lebih kritis pada akhir tahun
daripada seorang pekerja yang duduk di aula, karena manajer akan lebih menyadari kesalahan
bawahan terdekat. Demikian pula, seorang manajer produk akan mendasarkan penilaiannya
tentang kemungkinan keberhasilan suatu produk baru pada ingatannya akan keberhasilan dan
kegagalan produk serupa di masa lalu. Ketersediaan heuristik dapat menjadi strategi
pengambilan keputusan manajerial yang sangat berguna, karena pikiran kita umumnya
mengingat kejadian-kejadian dengan frekuensi yang lebih besar lebih mudah daripada kejadian
yang jarang terjadi. Akibatnya, heuristik ini akan sering mengarah pada penilaian yang akurat.
Heuristik ini bisa keliru, karena ketersediaan informasi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
tidak terkait dengan frekuensi objektif dari peristiwa yang dinilai. Faktor-faktor yang tidak
relevan ini (seperti kejelasan) dapat secara tidak tepat memengaruhi arti-penting persepsi
langsung suatu peristiwa, kejelasan yang dengannya ia diungkapkan, atau kemudahan yang ia
bayangkan. Peter Lynch, mantan direktur Fidelity's Magellan Fund (salah satu dari dua reksa
dana terbesar), berpendapat mendukung pembelian saham di perusahaan yang tidak tersedia di
pikiran sebagian besar investor (misalnya, karena kecerdikannya); semakin banyak stok yang
tersedia, katanya, semakin tinggi nilainya.
HEURISTIK KETERWAKILAN
Ketika membuat penilaian tentang seorang individu (atau objek atau peristiwa), orang cenderung
mencari sifat-sifat yang mungkin dimiliki seseorang yang sesuai dengan stereotip yang terbentuk
sebelumnya. Manajer juga menggunakan heuristik representativeness. Mereka dapat
memperkirakan kinerja seseorang berdasarkan kategori orang yang sudah mapan yang diwakili
individu tersebut untuk mereka. Jika seorang manajer berpikir bahwa wiraniaga terbaik
kemungkinan besar adalah orang ekstrover, atau exathletes, atau orang kulit putih, misalnya,
maka manajer akan menyukai orang-orang semacam itu untuk pekerjaan penjualan mereka.
Demikian pula, bankir dan pemodal ventura akan memprediksi keberhasilan bisnis baru
berdasarkan kesamaan usaha itu dengan usaha masa lalu yang sukses dan tidak berhasil. Jika
seorang wirausahawan mengajukan gagasan mengingatkan seorang kapitalis ventura dari pendiri
Amazon.com, Jeff Bezos, wirausahawan tersebut lebih mungkin mendapatkan pendanaan
daripada wirausahawan yang mengingatkan kapitalis ventura pada pendiri sebuah perusahaan
yang kurang sukses. Dalam beberapa kasus, penggunaan heuristik keterwakilan menawarkan
perkiraan pertama yang baik, menarik perhatian kita pada pilihan terbaik. Di lain waktu,
heuristik ini dapat menyebabkan kesalahan serius. Misalnya, teori kuman penyakit membutuhkan
waktu lama untuk dipahami karena orang-orang sulit menerima anggapan bahwa sesuatu yang
sangat kecil seperti virus dan bakteri dapat menghasilkan konsekuensi yang sangat kuat seperti
TBC dan wabah. Sebaliknya, karena mereka mengandalkan heuristik keterwakilan, orang
percaya selama berabad-abad bahwa penyakit disebabkan oleh agen jahat, seperti roh jahat atau
mantra sihir. Sementara itu, banyak orang meninggal karena kematian yang tidak perlu akibat
penyakit yang mudah dicegah, seperti dalam kasus dokter yang secara rutin membawa infeksi
dari satu pasien ke pasien lain, atau bahkan dari mayat ke pasien operasi, dengan tidak mencuci
tangan. Heuristik keterwakilan juga dapat bekerja pada tingkat yang tidak disadari, menyebabkan
seseorang terlibat dalam diskriminasi ras atau perilaku lain yang ia anggap dapat dicela secara
moral pada tingkat yang disadari. Sayangnya, orang cenderung mengandalkan informasi yang
representatif bahkan ketika informasi itu tidak cukup bagi mereka untuk membuat penilaian yang
akurat, atau ketika informasi yang representatif kurang jelas tersedia.
DAMPAK HEURISTIK
Sebagian besar penilaian kami ditimbulkan oleh evaluasi afektif, atau emosional, yang terjadi
bahkan sebelum penalaran level yang lebih tinggi terjadi (Kahneman, 2003). Sementara evaluasi
afektif ini sering tidak disadari, Slovic, Finucane, Peters, dan MacGregor (2002) memberikan
bukti bahwa orang tetap menggunakannya sebagai dasar keputusan mereka daripada terlibat
dalam analisis yang lebih lengkap dan proses penalaran.
Sebuah manifestasi dari pemikiran Sistem 1, pengaruh heuristik lebih mungkin digunakan
ketika orang-orang sibuk atau dalam keterbatasan waktu (Gilbert, 2002). Misalnya, penilaian
karyawan potensial dapat dipengaruhi oleh berbagai variabel yang mempengaruhi pengaruh
manajer, terlepas dari kualitas pelamar. Variabel-variabel ini dapat mencakup bagaimana seorang
kandidat membandingkan dengan pelamar sebelumnya, suasana hati manajer, atau sejauh mana
pelamar mengingatkan manajer tentang pasangan yang baru saja bercerai. Kondisi lingkungan
yang mempengaruhi perubahan juga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Telah
ditunjukkan bahwa harga saham naik pada hari-hari yang cerah, mungkin karena suasana hati
yang baik dan optimisme yang disebabkan oleh cuaca. Meskipun pengaruh bisa menjadi panduan
yang baik, ketika itu menggantikan pengambilan keputusan yang lebih reflektif, itu dapat
mencegah Anda membuat pilihan yang optimal.
Dalam nada yang terkait, Kahneman, Schkade, dan Sunstein (1998) menggunakan istilah
heuristik kemarahan untuk menggambarkan fakta bahwa penghargaan hukum sangat diprediksi
oleh kemarahan afektif juri pada perilaku terdakwa, daripada hanya dengan alasan logis tentang
kerugian yang diciptakan oleh terdakwa. Seperti Kahneman dan Frederick (2002), kita melihat
tumpang tindih yang signifikan antara pengaruh heuristik dan heuristik kemarahan; dalam buku
ini, kita akan fokus pada pengaruh heuristik yang lebih umum. Bab 4, 5, dan 7 akan
mengembangkan pengaruh heuristik secara lebih rinci.
MACAM-MACAM HEURISTIK
1. Availability Heuristic
Availability heuristic adalah strategi membuat penilaian berdasarkan seberapa mudah
informasi tertentu dimasukkan ke pikiran. Informasi yang lebih menonjol dan lebih penting akan
lebih digunakan dalam melakukan penilaian dan pertimbangan. Menurut Tversky dan Kahneman
(1974) availability heuristic adalah petunjuk praktis dimana para pengambil keputusan menilai
frekuensi kelas atau probabilitas dari suatu peristiwa dimudahkan dengan contoh atau kejadian
yang dapat dibawa ke pikiran. Beberapa heuristik bias yang masuk dalam katagori availability
heuristic:
1) Bias 1–Kemudahan untuk diingat (berdasarkan atas keseringan dan keterbaruan)
Suatu kejadian yang menimbulkan emosi dan jelas, mudah dibayangkan dan spesifik akan
lebih lekat di memori dibandingkan dengan suatu kejadian yang tidak mengandung
emosional secara alami, kurang menantang, sulit dibayangkan, atau ragu-ragu. Heuristik
ketersediaan dapat sangat bermanfaat dalam mengambil strategi dalam proses pengambilan
keputusan, sejak kejadian tersebut sering terjadi dan memudahkan direkam oleh pikiran
dibandingkan kejadian yang jarang terjadi. Tversky dan Kahneman (1974) berpendapat
ketika seorang individu menilai keseringan dari suatu kejadian akibat ketersediaan secara
instan, suatu kejadian instan yang lebih mudah untuk diingat akan timbul lebih sering
dibandingkan kejadian dengan frekuensi yang sama dimana keinstanannya kurang mudah
diingat.
2) Bias 2–Retievabilitas (berdasarkan atas struktur ingatan)
Tversky dan Kahneman (1983) menemukan bahwa kebanyakan orang memberikan respon
terhadap angka yang lebih besar. Sebuah alasan penting untuk pola ini adalah seorang
konsumen belajar tentang lokasi untuk jenis tertentu produk atau toko dan mengatur pikiran
mereka seperti itu.
3) Bias 3–Hubungan Dugaan
Ketika kemungkinan dua kejadian terjadi bersamaan dinilai dengan ketersediaan dari
penerimaan secara instan kejadian dalam pikiran kita. Pengalaman sepanjang hidup telah
menyebabkan kita percaya bahwa secara umum kejadian yang lebih sering terjadi lebih
mudah untuk diingat dibandingkan dengan kejadian yang tidak sering terjadi dan tampaknya
kejadian yang lebih baik lebih mudah diingat dari kejadian yang buruk.
4) Bias 4–Hindsight Bias
Kejadian yang biasa terjadi lebih mudah dibayangkan oleh orang-orang. Ketika berdasarkan
hal yang biasa, orang menambatkan harapan ke masa depan berharap akan ada manfaat lebih.
Ketika yang terjadi di masa depan ternyata kejadian tidak biasa, akhirnya muncul
ketidaktercapaian manfaat dan ekspresi keperilakuannya dramatis.
Dalam banyak kasus, availability heuristic menyediakan estimasi, frekuensi, dan probabilitas
yang cukup akurat, meskipun dalam beberapa situasi, availability heuristic dapat menyebabkan
bias dalam pengambilan keputusan. Dalam akuntansi keuangan, prediksi merupakan suatu aspek
penting dalam pengambilan keputusan investasi. Transaksi yang sesuai atau cocok merupakan
transaksi perdagangan yang berhasil ditemukan oleh mekanisme pasar berdasarkan harga pasar
yang terbentuk. Penelitian Moser (1989) menyatakan bahwa judgment investor tentang prediksi
laba secara sistematis dipengaruhi oleh kombinasi antara “output intervensi” dan “availability”.
Penggunaan availability heuristic ini bisa jadi menimbulkan bias. Bias yang sering terjadi dalam
pasar keuangan adalah kesalahan dalam ekspektasi nilai perusahaan (Hamid, 2007). Kesalahan
ekspektasi kemudian tergambar dalam mispricing saham yang diinterpretasikan sebagai
fenomena overreaction atau underreaction terhadap informasi akuntansi. Pengambilan
keputusan investor tidak hanya menggunakan rasionalitas, tetapi juga rasionalitas yang terbatas.
2. Representativeness Heuristic
Normalnya, heuristik menghasilkan perkiraan yang cukup baik. Namun kerugian dalam
menggunakan heuristik adalah terdapat kejadian tertentu yang mengarah pada bias sistemik
(penyimpangan dari jawaban turunan normatif). Representativeness adalah cara mesin mental
bekerja dalam menaruh ciri, properti, sifat, atau sebuah bayangan dari sebuah himpunan ke
anggota himpunan, hingga ketika kita bertemu satu anggota himpunan, kita dibimbing oleh
heuristik ini untuk melekatkan sifat ke satu anggota himpunan itu. Penggunaan heuristik
memang efektif dalam keseharian, namun akan menjadi bias bila tidak proporsional. Anda
menyimpulkan seseorang ke dalam suatu golongan karena dianggap memiliki ciri golongan itu.
Menurut Tversky dan Kahneman (1974), orang seringkali menilai kemungkinan dengan derajat
dimana A adalah perwakilan dari B, yaitu dengan derajat dimana A mewakili B. Tversky dan
Kahneman menyebut ini aturan pokok representativeness heuristic. Pemimpin menilai kekeliruan
suatu kejadian melalui persamaan kejadian tersebut dengan stereotipenya pada kejadian yang
memiliki kesamaan. Pemimpin memprediksi penampilan didasarkan pada kategori seseorang
yang ditunjukkan orang lokal dimasa lampau. Mereka memprediksi keberhasilan suatu produk
baru didasarkan pada kesamaan keberhasilan atau kegagalan produk bersangkutan di masa
lampau. Suatu persoalan yang jelas bila didukung oleh keberadaan informasi dari ketepatan
pertimbangan atas informasi bersangkutan. Dengan demikian, heuristik ini mengacu pada
keputusan berdasarkan stereotipe yaitu suatu keputusan yang didasarkan pada derajat kesamaan
karakter atau bentuk. Beberapa bias heuristik yang masuk dalam kelompok representativeness
heuristic adalah sebagai berikut :
1) Bias 4–Tidak sensitif terhadap base-rate
Bias pertimbangan jenis ini seringkali terjadi ketika seseorang secara kognitif menanyakan
pertanyaan yang salah. Mengabaikan base-rate memiliki banyak implikasi yang kurang baik.
Seorang pengusaha meluangkan waktu cukup banyak membayangkan kesuksesan mereka
dan terlalu sedikit waktu mempertimbangkan base-rate untuk kegagalan bisnis. Sang
pengusaha berpikir bahwa base-rate untuk kegagalan tidak relevan terhadap situasi mereka
dan banyak individu kehilangan kesempatan sebagai akibatnya.
2) Bias 5–Tidak sensitif terhadap ukuran sampel
Walaupun ukuran sampel adalah sangat fundamental dalam ilmu statistik, Tversky dan
Kahneman (1974) berpendapat bahwa ukuran sampel jarang menjadi bagian dari intuisi kita.
Ilmu statistik mengatakan bahwa semakin besar sampel, semakin bagus probabilitas
mewakili setiap kejadian.
3) Bias 6–Kesalahan konsepsi dari peluang
Sebagian besar orang seringkali mengandalkan intuisi mereka dan salah menyimpulkan.
Peluang secara umum dipandang sebagai proses pembenaran diri dimana penyimpanan
dalam satu arah menginduksi penyimpangan dalam arah berlawanan untuk mengembalikan
keseimbangan. Dalam kenyataanya penyimpangan tidak dibenarkan sebagai suatu
kesempatan proses pembukuan, mereka benar benar terlarut.
4) Bias 7–Regresi pada mean
Banyak pengaruh pada regresi menuju mean. Mahasiswa yang pintar seringkali memiliki
teman yang sukses. Orangtua yang pendek cenderung memiliki anak yang lebih tinggi.
Perusahaan yang memiliki keuntungan yang besar selama satu tahun cenderung memiliiki
penampilan yang rendah tahun berikutnya. Dalam setiap kasus seseorang seringkali terkejut
ketika tersadar dari pola yang bisa diprediksi ini dari regresi menuju mean.
5) Bias 8–Kesalahan konjugasi
Lewat teori probabilitas seharusnya kita tahu bahwa peluang untuk mendapatkan suatu
kejadian B lebih besar atau sama dengan peluang untuk mendapatkan A dan B sekaligus, jika
A dan B saling bebas. Peluang untuk mendapati mahasiswa yang pintar di satu kelas pasti
lebih besar dengan peluang untuk mendapati mahasiswa yang pintar sekaligus cantik dan
menarik, dan mungkin peluangnya sama jika mahasiswa yang pintar ternyata cantik semua.
Ini yang disebut kesalahan konjugasi.
Plous (1993) mengusulkan beberapa cara berikut untuk mengatasi bias karena
representativeness heuristic:
1) Jangan disesatkan oleh skenario yang sangat terperinci. Secara umum semakin spesifik suatu
skenario adalah semakin rendah kemungkinan besar untuk terjadi, bahkan ketika skenario
tampak sempurna mewakili outcome yang paling mungkin terjadi.
2) Bilamana mungkin perhatikan base-rate. Base-rate sangat penting apabila sebuah peristiwa
sangat langka atau sangat umum. Sebagai contoh karena base-rate sangat rendah banyak
pelamar yang berbakat mengakui tidak pernah bisa lulus sekolah (dan itu akan menjadi suatu
kesalahan penafsiran sebagai indikasi bahwa pemohon tidak memiliki kemampuan
akademik). Sebaliknya karena base rate begitu tinggi banyak sopir yang tidak terampil
diberikan surat ijin mengemudi.
Menurut Hamid (2007), dalam pasar surat berharga, misalnya saham, investor sering salah
sangka bahwa kinerja operasi sebelumnya adalah representasi untuk kinerja dimasa yang akan
datang dan sering mengabaikan informasi yang tidak cocok dengan hal ini sehingga membuat
investor bereaksi berlebihan terhadap kinerja persistent berlanjut dalam jangka panjang. Hal ini
berarti bahwa investor akan terpengaruh oleh tingkat laba, pola pergerakan laba, dan tanda laba.
Pergerakan laba yang mempunyai pola persistent akan dianggap sebagai representasi laba dimasa
yang akan datang oleh investor.
Dalam banyak kasus heuristik menyediakan estimasi frekuensi dan probabilitas yang
cukup akurat, meskipun dalam beberapa situasi heuristik ketersediaan dapat
menyebabkan bias dalam penilaian dan pengambilan keputusan. Dalam akuntansi
keuangan prediksi suatu aspek penting dalam pengambilan keputusan investasi.
Investor yang mampu memprediksi harga saham dengan akurat dengan waktu yang relatif
cepat, akan memperoleh prioritas transaksi lebih dulu sehingga memperbesar kesempatan untuk
memperolehtransakasi yang sesuai atau cocok (kufepaksi, 2007).
CHAPTER 7
BEHAVIORAL ASPECTS OF RESPONSIBILITY ACCOUNTING
SIEGEL/RAMANAUSKAS-MARCONI
WHAT IS RESPONSIBILITY ACCOUNTING?
Pengertian dan Tujuan Akuntansi Pertanggungjawaban
Secara umum akuntansi pertanggungjawaban dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang
meliputi perencanaan, pengukuran dan evaluasi informatika atau laporan akuntansi dalam suatu
organisasi yang terdiri dari beberapa pusat pertanggungjawaban dimana tiap-tiap pusat
tanggungjawab dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab atas aktivitas yang
dipimpinnya. (Siegel & Marconi, 1989: 96).
Salah satu tujuan diterapkannya akuntansi pertanggungjawaban adalah untuk
mengendalikan biaya, dengan cara menggolongkan, mencatat, meringkas, dan menghubungkan
langsung dengan pejabat atau orang yang bertanggungjawab atas terjadinya biaya yang
dikendalikan olehnya. Tujuan lain diterapkannya akuntansi pertanggungjawaban adalah sebagai
berikut :
1. Dengan akuntansi pertanggungjawaban, pengelompokkan dan pelaporan biaya dilakukan
untuk tiap tingkatan manajemen hanya dibebani dengan biaya-biaya yang berada dibawah
pengendaliannya atau yang berada dibawah tanggungjawabnya. Dengan demikian biaya dapat
dikendalikan dan diawasi secara efektif dan efisien.
2. Untuk pengendalian biaya, karena selain biaya-biaya dan pendapatan diklasifikasikan
menurut pusat pertanggungjawabanya, biaya dan pendapatan yang dilaporkan juga harus
dibandingkan dengan anggaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Sehingga akuntansi
pertanggungjawaban juga memungkinkan beroperasinya suatu sistem anggaran dengan baik.
3. Membantu manajemen dalam pengendalian dengan melihat penyimpangan realisasi
dibandingkan dengan anggaran yang ditetapkan.
4. Dapat digunakan sebagai salah satu alat perencanaan untuk mengetahui kriteria-kriteria
penilaian prestasi unit usaha tertentu.
5. Dapat digunakan sebagai pedoman penting langkah yang harus dibuat oleh perusahaan dalam
rangka pencapaian sasaran perusahaan.
6. Dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam rangka penilaian kinerja (performance) bagian-
bagian yang ada dalam perusahaan, karena secara berkala top manajemen menerima laporan
pertanggungjawaban dari setiap tingkatan manajemen dan top manajer dapat menilai
performance dari setiap bagian dilihat dari ditetapkan untuk setiap bagian yang menjadi
tanggungjawabnya.
RESPONSIBILITY ACCOUNTING VERSUS CONVENTIONAL ACCOUNTING
Akuntansi Pertanggungjawaban Versus Conventional Accounting
Perbedaan mendasar akuntansi pertanggungjawaban dan akuntansi konvensional adalah
terletak pada perencanaan, klasifikasi, dan pengumpulan data. Akuntansi konvensional
mengklasifikasikan data berdasarkan pada sifat atau fungsi dari biaya, sedangkan akuntansi
pertanggungjawaban lebih menitikberatkan pada pertanggungjawaban atas kejadian dan kontrol
secara individual.
Akuntansi pertanggungjawaban memperbaiki hubungan antara informasi akuntansi yang
ditampilkan dari segi perencanaan, akumulasi data dan pelaporan setiap struktur organisasi dan
pertanggungjawaban secara hirarki.
Akuntansi pertanggungjawaban juga memperhatikan aspek manusia dalam perencanaan,
akumulasi data dan pelaporan, karena perencanaan biaya dilakukan dengan sistem anggaran dan
diakumulasikan berdasarkan pertanggungjawabannya, laporan setiap segmen sehingga manajer
dapat melakukan penilaian dan penghargaan secara lebih tepat. Dengan demikian akuntansi
pertanggungjawaban mendorong manajer untuk mencapai tujuan.
THE RESPONSIBILITY NETWORK
Untuk tujuan pengendalian biaya, struktur organisasi diharapkan mampu menjelaskan
hubungan pusat-pusat pertanggungjawaban secara individu, jaringan organisasi, atau
pertanggungjawaban secara ideal menggambarkan bagaimana masing-masing fungsi mampu
mengelola input untuk menghasilkan output secara efisien.
Keselarasan hubungan antar fungsi dalam struktur organisasi dapat dipenuhi jika dilakukan
analisa struktur organisasi, juga penentuan pendapatan dan beban secara benar. Hal ini penting
mengingat akan berakibat pula pada penentuan tugas dalam susunan sebuah sistem.
TYPES OF RESPONSIBILITY CENTERS
Tipe-Tipe Pusat Pertanggungjawaban
Istilah pusat pertanggungjawaban digunakan untuk menunjukkan unit organisasi yang
dikelola oleh seorang manajer yang bertanggungjawab (Supriyono, 2001). Penentuan pusat pusat
pertanggungjawaban memerlukan desentralisasi. Desentraliasi berarti pendelegasian wewenang
pembuatan keputusan pada tingkatan manajemen yang lebih rendah. Suatu organisasi merupakan
kumpulan pusat-pusat pertanggungjawaban. Umumnya pusat pertanggungjawban
diklasifikasikan sebagai berikut :
Cost Centers
(Pusat Biaya); merupakan pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi yang prestasi
manajernya dinilai atas dasar biaya dalam pusat pertanggungjawaban yang dipimpinya.
Revenue Centers
(Pusat Pendapatan); merupakan pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi yang
prestasi manajernya dinilai atas dasar pendapatan dalam pusat pertanggungjawaban yang
dipimpinya.
Profit Centers
(Pusat Laba); merupakan pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi yang prestasi
manajernya dinilai atas dasar selisih pendapatan dan biaya dalam pusat pertanggungjawaban
yang dipimpinya.
Investment Centers
(Pusat Investasi); merupakan pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi yang prestasi
manajernya dinilai atas dasar pendapatan, biaya dan sekaligus aktiva atau modal atau investasi
pada pusat pertanggungjawaban yang dipimpinya. Jadi prestasi manajer ini dinilai atas dasar
laba dan investasi yang diperlukan untuk memperoleh laba.
Correlation with Organizational Structure
Dengan Struktur Organisasi Komunikasi sangat berperan didalam suatu organisasi.Adapun
organisasi sendiri merupakan kumpulan orang-orang yang selalu membutuhkan berkomunikasi
sesamanya. (Miftah Thoha, 1983). Kalau dalam organisasi dikenal adanya susunan organisai
formal dan informal, maka komunikasinya pun dikenal komunikasi formal dan non-formal.
Komunikasi organisasi formal mengikuti jalur hubungan formal yang tergambar dalam susunan
atau struktur organisasi. Proses komunikasi dalam struktur formal tersebut pada hakekatnya
dapat dibedakan atas tiga dimensi sebagai berikut:
1. Dimensi Vertical, adalah dimensi komunikasi yang mengalir dari atas kebawah dan
sebaliknya dari bawah keatas. Hal ini dilukiskan dengan hubungan kerja antara atasan
dan bawahan.
2. Dimensi Horizontal, yakni pengiriman dan penerimaan berita atau informasi yang
dilakukan antara berbagai pejabat yang mempunyai kedudukan sama. Tujuan dari
komunikasi adalah melakukan koordinasi.
3. Dimensi Luar Organisasi, dimensi komunikasi ini timbul akibat adanya kenyataan
bahwa suatu organisasi tidak bisa hidup sendirian. Ia merupakan bagian dari lingkungan.
Dalam dimensi ini informasi masuk kedalam suatu organisasi berasal dari luar, demikian
pula sebaliknya suatu informasi dikirim dari suatu organisasi ke pihak luar.
Selanjutnya kaitannya dengan pertanggungjawaban, Siegel (1989), menyatakan pendekatan
yang digunakan untuk mendesain struktur organisasi dan pemberian tanggungjawab pada
perusahaan tergantung kepada pilihan manajemen puncak dan gaya kepemimpinan. Beberapa
struktur organisasi meliputi :
1. Vertical Structure : Organisasi di bentuk berdasarkan fungsi-fungsi yang ada. Misalnya
terdapatnya fungsi produksi, penjualan, dan keuangan. Masing-masing fungsi yang ada
dapat dibagi dalam beberapa pusat pertanggungjawaban. Fungsi produksi menggunakan
cost center, fungsi penjualan menggunakan revenue center, sedangkan top manajemen
berfungsi sebagai control dan pembuat kebijakan terhadap investasi.
2. Horizontal Structure : Organisasi di bentuk berdasarkan area geografis. Setiap pimpinan
bagian melakukan control terhadap pusat laba ataupun investasi. Mereka
bertanggungjawab terhadap produksi, penjualan, dan keuangan dan semua fungsi yang
ada di grup/wilayah masing-masing.
Akuntansi pertanggungjawaban sebagai kontrol perusahaan dengan diciptakannya jaringan
kerja yang bersamaan dengan struktur organisasi. Top manajemen membaginya dalam struktur
organisasi dan ditetapkan otoritas dan pertanggungjawabannya. Setiap manajer pusat
pertanggungjawaban hendaknya berusaha untuk mengendalikan berbagai aktivitas yang berada
dibawahnya dan mengkomunikasikannya kepada bagian yang terkait.
FIXING RESPONSIBILITY
Setelah menyeleksi tipe struktur organisasi tugas yang penting dalam membuat konstruksi sistem
perilaku pertanggungjawaban yang efektif adalah menggambarkan pertanggungjawaban itu
sendiri. Setiap orang memiliki pertanggungjawaban dan tantangan, untuk merasa tanggungjawab
maka setiap orang harus merasa memiliki keahlian dan merasa diperlukan. Hal tersebut
terimplikasikan dengan memilliki kewenangan dalam membuat keputusan dan termotivasi untuk
memperbaiki kinerjanya.
Dalam menetapkan pertanggungjawaban perlu adanya tugas yang spesifik untuk tugas
individu. Setiap orang diberi tanggungjawab dan ditentukan pula aktivitas dan fungsinya, dalam
kenyataannya adalah berarti tugas dengan atasan. Setiap individu mempunyai tanggungjawab
pada satu direksi, agar tidak terjadi overlapping tanggungjawab.
Faktor terpenting dalam menggambarkan tanggungjawab adalah persetujuan dengan direksi
dan pertanggungjawaban atas sumber daya yang didelegasikan berdasarkan fungsi atau tugas.
Dalam hal ini manajer harus memiliki kemampuan untuk memprediksi perubahan yang
signifikan, misalnya manajer marketing seharusnya dapat mengontrol biaya advertising dan
promosi.
Kontrol merupakan pelengkap dalam lingkungan kerja yang perlu dipertimbangkan. The
Comitte on Cost Concept and Standard American Accounting Association, pada tahun 1956,
merekomendasikan hal berikut :
1. Setiap orang dengan otoritas baik perolehan dan penggunaan barang atau service
seharusnya dapat ditentukan dengan cost tertentu.
2. Orang yang signifikan mempengaruhi besarnya cost dalam tindakan mungkin dapat
ditentukan dengan cost.
3. Pada saat tindakan tidak ada orang yang secara signifikan mempengaruhi cost maka dapat
diketahui dengan melihat elemen dalam manajemen yang berperan, maka orang tersebut
yang dapat membantu siapa yang bertanggungjawab.
PLANNING, DATA ACCUMULATION, AND REPORTING BY RESPONSIBILITY
CENTERS
Setelah struktur network dari pertanggungjawaban ditetapkan maka dilakukan perencanaan,
akumulasi data dan pelaporan. Elemen cost dan revenue keduanya ada dalam anggaran dan
dalam akumulasi hasil aktual.
1. Responsibility Budgets
Secara kronologis kita akan membandingkan antara anggaran yang telah ditetapkan
dengan pendapatan dalam segmen network. Hal ini akan menjadi dasar untuk
mengevaluasi kinerja karyawan dengan unit organisasi.
Karakteristik dari anggaran pertanggungjawaban adalah tujuan kinerja pusat
pertanggungjawaban hanya untuk mengontrol cost dan revenue yang dikontrolnya, setelah
mempertimbangkan biaya controllable yang spesifik dalam pusat pertanggungjawaban.
Controllable cost tidak sama dengan direct cost, banyak yang termasuk direct cost
seperti misalnya depresiasi peralatan, dimana tidak controllable dalam level pusat biaya
dan seharusnya tidak bertanggungjawab atas deperesiasi atau biaya lainnya yang
formulanya tidak berdampak pada tindakan supervisor, hanya contorllable yang ditetapkan
oleh kepada pusat biaya, sehingga manajemen memiliki dasar untuk membandingkan
antara aktual denngan kinerja yang diharapkan untuk menjudgement efektivitas supervisor
pusat biaya dengan semua level serta untuk mengidentifikasikan sebab-sebab tidak
efisiensi.
Proses anggaran yang efektif dimulai dari level yang paling bawah dalam organisasi
untuk memperbandingkan antara anggaran yang diestimasikan untuk semua biaya yang
diestimasi untuk semua biaya yang dikontrolnya. Untuk otoritas yang lebih tinggi
mereview estimasi, cooperative dan memodifikasi bila diperlukan, sampai pada akhirnya
mengkombinasikan semua anggaran untuk level top manajemen
2. Data Accumulation
Akumulasi data merupakan fasilitas perbandingan secara periodik dari berbagai macam
rencana anggaran. Akumulasi dari pendapatan aktual dan beban beban sangat perlu untuk
bentuk dari jaringanpertanggungjawaban.
Ada tiga dimensi dari pengklasifikasian antara biaya dan pendapatan selama proses
akumulasi data: (1) cost diklasifikasikan oleh pusat pertanggungjawaban (2) pusat yang
lainnya yang terdiri dari controllable dan noncontrollable (3) tipe cost atau line item seperti
gaji, perlengkapan, bahan baku dan sewa.
Disini tipe akumulasi data yang disediakan manajemen yang sebagian berdimensi operasi,
dahulu tiga dimensi akumulasi data tersebut tidak dapat digunakan karena secara teknis
tidak praktis sebab hanya manual dan semi manual untuk akumulasi data.
3. Responsibility Reporting
Hasil akhir dari sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah pelaporan
pertanggungjawaban secara periodik atau laporan kinerja. Laporan merupakan media untuk
melaporkan biaya yang dikontrol, pengukuran efisiensi manajemen serta pencapaian
tujuan. Untuk efisiensi laporan hendaknya berbentuk piramid artinya manajer
pertanggungjawaban menerima hanya satu laporan, laporan yang sifatnya detail ada pada
level tingkat paling bawah yang diterbitkan pertama lalu yang dilaporkan pada level yang
lebih tinggi, hasil yang dilaporkan pada level yang lebih tinggi isinya semakin ringkas.
Major akuntansi pertanggungjawaban memberikan kontribusi bagi manajemen dalam
mengontrol biaya dan efisiensi dari pertanggungjawaban yang telah ditetapkan. Prosedur
penyusunan pelaporan pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :
1) Tiap-tiap pusat pertanggungjawaban setiap periodenya (bulan/triwulan) menyusun
laporan atas biaya yang terjadi dan menjadi tanggungjawab departemen atau
bagiannya. Biaya yang dilaporkan oleh tiap-tiap pusat pertanggungjawaban adalah
biaya yang sesungguhnya terjadi (actual cost).
2) Laporan atas biaya yang seungguhya terjadi ini, diserahkan kepada penyusun laporan
perusahaan keseluruhan (biasanya departemen/staff controller/bagian akuntansi).
3) Bagian penyusunan laporan perusahaan keseluruhan (controller/bagian akuntansi)
mengolah data-data yang berasal dari laporan tiap-tiap pusat pertanggungjawaban.
4) Kemudian bagian penyusunan laporan perusahaan menyusun
(controller/pengawas/bagian akuntansi) membandingkan antara anggaran yang tersedia
dan biaya yang sesungguhnya terjadi.
5) Terakhir, controller atau pengawas intern mengirimkan laporan pertanggungjawaban
tersebut ke masing-masing pusat pertanggungjawaban yang dinilai dan kepada atasan
dari pusat pertanggungajawaban tersebut.
BEHAVIORAL ASSUMPTIONS OF RESPONSIBILITY ACCOUNTING
Rencana pertanggungjawaban, akumulasi data, dan sistem pelaporan semuanya
berdasarkan pada asumsi operasi dan perilaku manusia, termasuk :
Management by Exception (MBE)
MBE sangat efektif untuk mengatur dan mengontrol aktivitas organisasi, manajer harus
berkonsentrasi pada deviasi anggaran atau tujuan dasar. Karakteristik laporan periodik dari
akuntansi pertanggungjawaban yang ideal adalah menggambarkan manajemen dalam area
deviasi dari aturan yang telah ditentukan dan termasuk menentukan tindakan perbaikan untuk
penguatan atau perbaikan perilaku. Untuk meralat dari persepsi dari laporan selisih,
perusahaan seharusnya menyediakan sistem reward yang cukup atas pencapaian hasil dengan
kinerja yang sukses. Semua manajer seharusnya menerima bayaran yang cukup baik, varians
yang baik, maupun yang tidak baik. Baik aspek yang bersifat positif maupun yang bersifat
negative dalam kinerja akuntansi pertanggungjawaban akan menjadi alat manajemen yang
penting.
Management by Objective (MBO)
Dalam akuntansi pertanggungjawaban, manajemen mengontrol dirinya sendiri. Disini orang-
orang melakukan tugasnya sendiri sebab mereka percaya mereka mampu mengarahkan
sendiri dalam pekerjaan mereka. MBO memberi fasilitas kepada manajer dan bawahannya
untuk memformulasikan tujuan dan aktivitas untuk pusat pertanggungjawaban. Akuntansi
pertanggungjawaban menyediakan kerangka yang ideal untuk memformulasikan tujuan secara
detail. Untuk mendapatkan motivasi dan komunikasi dari MBO dan akuntansi
pertanggungjawaban, kondisi lingkungan yang baik harus ada, semuanya termasuk :
Teori sinyal menyatakan bahwa investor akan menyesuaikan perilaku mereka sesuai dengan
pemahaman sinyal yang disampaikan oleh pemilik informasi (Spence, 1973). Pemilik
informasi dalam hal ini adalah perusahaan, oleh karena itu, sinyal yang diterima dari
perusahaan oleh investor disebut sebagai sinyal langsung. Sedangkan, jika investor menerima
sinyal dari apa yang disampaikan oleh teman, orang asing, dan tren pasar, sinyal yang
ditangkap oleh investor itu bukan sinyal langsung dari perusahaan (Aprillianto et al., 2014).
Investor yang menerima sinyal tidak langsung dari perusahaan disebut sebagai follower
investor (Aprillianto et al., 2014).
Investor di Indonesia cenderung ditemukan sebagai pengikut (follower). Mereka ada sebagai
pengikut investor lain, pengikut investor asing, dan pengikut tren (Aprillianto et al., 2014).
Investor pengikut hanya tahu sinyal positif dan negatif dari apa yang dinyatakan oleh teman,
investor asing, dan tren pasar. Investor yang berperilaku sebagai pengikut investor lain,
pengikut investor asing, atau pengikut tren, adalah investor yang mengikuti transaksi
pertemanan, pihak asing atau pergerakan tren. Asumsinya adalah teman mereka sebagai
penerima langsung dari sinyal yang disampaikan oleh perusahaan, sedangkan investor yang
mengikuti teman mereka adalah penerima sinyal yang dinyatakan oleh teman mereka
(Aprillianto et al., 2014). Investor hanya sebagai pengikut apa yang mereka jadikan referensi,
tanpa mengetahui tingkat risiko dan pengembalian yang akan mereka terima. Perilaku
irasional seperti investor follower terjadi bukan hanya karena mereka mengambil keputusan
yang menyimpang dari asumsi rasionalitas, tetapi juga dipengaruhi oleh subjektivitas, emosi
dan faktor psikologis lainnya (Kowonda dan Rowland, 2012).
Keruntuhan pasar adalah salah satu kasus yang dapat membuktikan bahwa emosi dapat
mempengaruhi perilaku irasional investor (Suryawijaya, 2003), seperti fenomena tabrakan di
ibukota AS yang disebut Black Thursday pada 11 September 1986. Black Thursday
termotivasi justru dengan diskusi di Eropa tentang kemungkinan kenaikan inflasi di Amerika
Serikat, mengakibatkan harga obligasi pemerintah AS menurun selama pembukaan NYSE
pada pagi berikutnya. Pada saat itu penjualan panik terjadi dan begitu harga saham turun,
mengakibatkan efek derivatif yang mengalami kehancuran dalam waktu dua hari. Indo Alpha
(www.indoalpha.com) selaku penyelenggara riset pasar modal Indonesia gratis, menunjukkan
bahwa data IHSG Indonesia selama 10 tahun ke belakang, yaitu pada 2004-2013 mengalami
10 kali Market Crash, kecuali pada 2009 yang tidak terjadi. . Statistik Crash Pasar IHSG dapat
dilihat pada Gambar 1. Crash Pasar terjadi karena sebab yang berbeda, baik dari pelaku dan
jenis aset. Indo Alpha menginvestigasi bahwa menurut penelitian yang dilakukan mengenai
insiden jatuhnya pasar, hanya 20% yang disebabkan oleh guncangan eksternal seperti bencana
alam, misalnya tragedi serangan teroris WTC pada 2011. Namun, penyebab jatuhnya pasar
yang tidak pernah berubah adalah , sebagai akibat dari sifat manusia atau perilaku investor
yang tidak terkendali (www.indoalpha.com).
Tindakan investor yang tidak terkendali yang menyebabkan perubahan di pasar (bullish atau
bearish) dimotivasi oleh faktor psikologis, seperti, keserakahan, ketakutan dan kegilaan
Shiller (1990). Ketika pasar bullish, saham selalu dinilai terlalu tinggi karena didominasi oleh
mayoritas investor yang menjadi serakah. Sifat ketamakan muncul dan mendorong para
investor menggunakan laba mereka untuk membeli dengan harga tinggi dengan harapan
menjual dengan harga lebih tinggi lagi. Setelah mendapatkan harga turun, investor yang
masih memiliki saham, mulai takut yang menyebabkan investor melepas saham, takut mereka
akan menanggung kerugian yang lebih besar. Kedua karakteristik investor ini menjelaskan
perilaku individu yang cenderung bergerak atau bertindak sesuai dengan apa yang dilakukan
mayoritas (Shiller, 1990).
Ide penelitian ini berasal dari fenomena investasi yang terjadi berdasarkan hasil penelitian
pasar modal bebas dan hasil penelitian yang menunjukkan perilaku pasar yang tidak rasional.
Sebelumnya, pada awal 1960 biasanya investor biasa digambarkan sebagai investor yang
rasional. Namun, kali ini investor biasanya dipengaruhi oleh bias kognitif dan emosi. Investor
Rasional hanya mementingkan risiko dan pengembalian yang diharapkan dari portofolio,
sedangkan investor normal lebih mementingkan itu (Statman, 2005). Oleh karena itu, setiap
keputusan yang dibuat oleh investor di pasar saham, akan mempengaruhi harga saham.
Menggiring (herding) adalah kondisi psikologis, yang terjadi ketika investor mengabaikan
kepercayaan pribadi mereka dan mengikuti keyakinan orang lain tanpa berpikir (Devenow
dan Welch, 1996). Menggiring perilaku sebagai perilaku kawanan, yaitu kecenderungan
individu untuk meniru tindakan (rasional atau irasional) dari kelompok yang lebih besar,
dengan beberapa alasan. Alasan pertama adalah karena tekanan sosial untuk diterima dalam
kelompok dan alasan kedua adalah bahwa orang percaya bahwa kelompok besar itu
tidak mungkin salah (Phung, 2014).
Investor pengikut adalah "penerima sinyal yang tidak langsung dari perusahaan". Ada tiga
jenis investor pengikut, mereka adalah pengikut investor lain, pengikut investor asing, dan
pengikut tren (Aprillianto et al., 2014), di yang dijelaskan masing-masing sebagai berikut: 1)
Pengikut investor lain adalah mereka yang menerima sinyal yang dikirim oleh investor lain.
Diasumsikan bahwa ini yang lain investor adalah penerima langsung dari sinyal yang
disampaikan oleh perusahaan; 2) Pengikut investor asing adalah investor yang mengikuti
pergerakan transaksi asing. Diasumsikan bahwa investor asing adalah penerima sinyal yang
disampaikan oleh perusahaan; 3) Trend Follower adalah investor yang mencoba membaca
peningkatan atau penurunan tren kenaikan emiten. Diasumsikan ada satu penerbit
mengumumkan perluasan perusahaan, dan kemudian pasar merespons positif terhadap
kenaikan harga yang berkelanjutan, dan kemudian pengikut tren akan ikuti pasar untuk juga
membeli saham emiten.
Menurut Suryawijaya (2003), banyak investor membatalkan niat untuk menjual efek ketika
harga saat ini lebih rendah dari harga pembelian, untuk menghindari rasa sakit dan penyesalan
karena telah melakukan investasi yang buruk, bukan karena investor percaya harga pasar
sekuritas akan membaik dan menghasilkan laba, Namun, investor "takut menyesal", sehingga
investor cenderung mengikuti arah aliran (ikuti kerumunan), dengan pertimbangan bahwa
investor tidak sendirian melakukan investasi buruk jika keputusan investasi yang dibuat
adalah kegagalan. Lebih lanjut, perilaku irasional juga ditemukan oleh Aprillianto et al.
(2014) dimana pemula cenderung melakukan perilaku investor pengikut yang membuat
keputusan untuk ikuti teman, orang asing, atau tren. Dalam penelitian itu, pengikut cenderung
memiliki peluang untuk mendapatkan tingkat pengembalian dan meminimalkan risiko karena
investor memiliki referensi yang jelas yaitu dengan menangkap sinyal tidak langsung dari
perusahaan melalui teman, orang asing, atau tren yang secara langsung menerima sinyal yang
dikirim oleh perusahaan. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa investor berperilaku
irasional dalam bullish kondisi pasar, tetapi dalam kondisi pasar bearish ada juga potensi yang
ditemukan bahwa investor dapat berperilaku tidak rasional (Widoatmodjo, 2010).
Di pasar keuangan, pengikut berarti bahwa investor membeli atau menjual sekuritas terlepas
dari dasar yang mendasari keputusan mereka, karena beberapa Sinyal meluncurkan perilaku
pengikut. Perilaku pengikut bertentangan dengan rasional harga aset yang menyoroti
pentingnya analisis fundamental pada harga saham. Perilaku irasional ini membuat
keuntungan investor menjadi tidak pasti (Saastamoinen, 2008).
Investor rasional adalah investor yang cenderung berpikir untuk memaksimalkan kekayaan
investasi yang dilakukan. Dengan demikian, dalam hal ini investor akan mencari sebanyak
mungkin informasi mungkin, seperti informasi tentang laporan keuangan perusahaan, kinerja,
risiko, kondisi ekonomi, inflasi, tingkat bunga, dan yang lain dijelaskan dalam Teori Hipotesis
Pasar Efisien. Sementara tidak rasional investor bertindak dengan mempertimbangkan aspek
non-ekonomi, terutama aspek psikologis seperti emosi, subjektivitas, dan berbagai lainnya
faktor psikologis yang dijelaskan dalam konsep keuangan perilaku (Suryawijaya, 2003).
Pandangan investor tentang risiko fundamental akan mempengaruhi harga persediaan (stock
price) (Selva, 1995).
Investor yang rasional akan meminimalkan risiko pemilihan saham dengan membandingkan
prospek di sektor industri. Dan investor irasional seharusnya memiliki tipe teknis dan tidak
suka bentuk ulasan informasi keuangan, sementara norma subyektif sangat dominan dalam
memberikan kepercayaan kepada investor untuk dipatuhi pandangan orang lain (Septyanto
dan Adhikara, 2014).
Perilaku investor pengikut terjadi sangat tinggi di Pasar Modal Indonesia ketika pasar ambruk,
dari 350 pengamatan ada 247 pengamatan dengan indikasi pengikut. Investor pengikut milik
panah lurus grup. Kelompok-kelompok ini terkadang menolak risiko dan terkadang
mengambil risiko. Di kesempatan lain juga bisa bersifat individualis, dan di waktu lain lebih
mengungkapkan sifat mengikuti keramaian (follow the herd) (Suryawijaya, 2003).
Perilaku investor pengikut adalah keadaan psikologis, ketika investor melakukannya tidak
melibatkan keyakinan masing-masing pribadi dan mengikuti kepercayaan orang lain tanpa
mempertimbangkan hal-hal lain. Adapun ketidakstabilan karena spekulasi dan ketidakstabilan
karena Karakteristik sifat manusia yang sebagian besar masih memiliki naluri dasar seekor
binatang. Perilaku investor pengikut selama kondisi crash pasar di Indonesia pasar modal
Indonesia mungkin dapat mengganggu volatilitas saham yang jatuh tempo untuk
pembentukan perubahan harga saham cepat atau lambat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku investor follower tidak rasional perilaku karena
investor bertindak dengan pertimbangan aspek non-ekonomi, terutama aspek psikologis
seperti emosi, subjektivitas, dan beragam faktor psikologis lain yang dijelaskan dalam konsep
perilaku keuangan. Apalagi, investor irasional tidak melakukan analisis fundamental dengan
mempertimbangkan prospek sektor industri. Itu juga sudah dibuktikan ketika pasar ambruk,
investor yang bertindak sebagai investor adalah yang irasional investor, tanpa
mempertimbangkan prospek ketiga sektor industri di BEI
Heuristik adalah proses yang dilakukan oleh individu dalam mengambil keputusan secara
cepat, dengan menggunakan pedoman umum dan sebagian informasi saja.