Anda di halaman 1dari 29

Buku ini mengambil pendekatan deskriptif.

Mengapa, ketika pendekatan preskriptif harus


mengarah pada keputusan yang optimal? Pertama, memahami proses pengambilan keputusan
kita sendiri membantu memperjelas di mana kita cenderung membuat kesalahan dan karenanya
ketika diperlukan strategi keputusan yang lebih baik.
Kedua, keputusan optimal dalam situasi tertentu seringkali tergantung pada perilaku orang
lain. Memahami bagaimana orang lain akan bertindak atau bereaksi terhadap perilaku Anda
sangat penting untuk membuat pilihan yang tepat.
Ketiga, banyak saran bagus tentang membuat keputusan tersedia, tetapi kebanyakan orang
tidak mengikutinya. Kenapa tidak? Karena mereka tidak mengerti bagaimana mereka benar-
benar membuat keputusan, mereka tidak mengerti menghargai kebutuhan untuk meningkatkan
pengambilan keputusan mereka. Memang, beberapa intuisi yang menyesatkan kita juga merusak
kemauan kita untuk menerapkan nasihat yang baik. Pemahaman tentang fakta ini diperlukan
untuk memotivasi orang untuk mengadopsi keputusan yang lebih baik - membuat strategi.
Mengapa kami ‘‘ memuaskan. ’Sementara kerangka kerja rasionalitas terikat Simon
memandang individu sebagai upaya untuk membuat keputusan rasional, ia mengakui bahwa
mereka sering kekurangan informasi penting yang akan membantu mendefinisikan masalah,
kriteria yang relevan, dan sebagainya. Batasan waktu dan biaya membatasi jumlah dan kualitas
informasi yang tersedia. Selain itu, para pengambil keputusan hanya menyimpan sedikit
informasi di dalamnya memori yang dapat digunakan mereka. Akhirnya, keterbatasan intelijen
dan kesalahan persepsi membatasi kemampuan para pembuat keputusan untuk secara akurat
'menghitung' pilihan optimal dari seluruh alternatif yang tersedia.
Bersama-sama, keterbatasan ini mencegah pengambil keputusan membuat keputusan optimal
yang diasumsikan oleh model rasional. Keputusan yang dihasilkan biasanya mengabaikan
berbagai konsekuensi yang mungkin terjadi. Pengambil keputusan akan mengabaikan solusi
terbaik yang mendukung salah satu yang dapat diterima atau masuk akal. Artinya, kami puas:
daripada memeriksa semua alternatif yang mungkin, kami hanya mencari sampai kami
menemukan solusi yang memuaskan yang akan cukup karena mencapai tingkat kinerja yang
dapat diterima.
PANDANGAN YANG LEBIH LUAS PADA BIAS.
Konsep rasionalitas terikat dan kepuasan menunjukkan kepada kita bahwa penilaian manusia
menyimpang dari rasionalitas. Secara khusus, konsep-konsep ini membantu kita
mengidentifikasi situasi di mana kita mungkin bertindak berdasarkan informasi yang terbatas.
Namun, konsep-konsep ini tidak memberi tahu kita bagaimana penilaian kita akan menjadi bias
— mereka tidak membantu mendiagnosis bias directional sistematis, spesifik yang memengaruhi
penilaian kita.
Secara khusus, para peneliti telah menemukan bahwa orang-orang mengandalkan sejumlah
strategi penyederhanaan, atau aturan praktis, ketika membuat keputusan. Strategi
penyederhanaan ini disebut heuristik. Sebagai aturan standar yang secara langsung mengarahkan
penilaian kita, heuristik berfungsi sebagai mekanisme untuk mengatasi lingkungan kompleks di
sekitar keputusan kami. Secara umum, heuristik sangat membantu, tetapi penggunaannya
kadang-kadang dapat menyebabkan kesalahan parah. Tujuan utama dari buku ini adalah untuk
mengidentifikasi dan mengilustrasikan heuristik ini dan bias yang dapat dihasilkan dari mereka
dalam pengaturan manajerial. Kami akan menggunakan contoh berbagai heuristik dan bias untuk
menjelaskan bagaimana orang menyimpang dari keputusan yang sepenuhnya rasional- proses
pembuatan dalam situasi individu dan kompetitif.

Heuristik memberi para manajer yang tertekan waktu dan profesional lainnya dengan cara
sederhana untuk berurusan dengan dunia yang kompleks. Biasanya, heuristik menghasilkan
benar atau sebagian penilaian yang benar. Selain itu, tidak dapat dihindari bahwa orang akan
mengadopsi cara tertentu menyederhanakan keputusan. Tetapi ketergantungan pada heuristik
menciptakan masalah, terutama karena orang biasanya tidak menyadari bahwa mereka
bergantung pada heuristik. Sayangnya, penerapan heuristik pada situasi yang tidak pantas
membuat orang tersesat. Ketika manajer menjadi sadar akan dampak buruk potensial dari
menggunakan heuristik, mereka menjadi mampu memutuskan kapan dan di mana
menggunakannya, dan, jika itu untuk keuntungan mereka, menghilangkan heuristik tertentu dari
daftar pengambilan keputusan mereka.
HEURISTIK KETERSEDIAAN
Orang menilai frekuensi, probabilitas, atau kemungkinan penyebab suatu peristiwa berdasarkan
sejauh mana kejadian atau kejadian peristiwa itu siap "tersedia" dalam memori (Tversky &
Kahneman, 1973). Suatu peristiwa yang membangkitkan emosi dan jelas, mudah dibayangkan,
dan spesifik akan lebih tersedia daripada peristiwa yang sifatnya tidak emosional, lunak, sulit
untuk dibayangkan, atau kabur. Sebagai contoh, seorang bawahan yang bekerja dekat dengan
kantor manajer kemungkinan akan menerima evaluasi kinerja yang lebih kritis pada akhir tahun
daripada seorang pekerja yang duduk di aula, karena manajer akan lebih menyadari kesalahan
bawahan terdekat. Demikian pula, seorang manajer produk akan mendasarkan penilaiannya
tentang kemungkinan keberhasilan suatu produk baru pada ingatannya akan keberhasilan dan
kegagalan produk serupa di masa lalu. Ketersediaan heuristik dapat menjadi strategi
pengambilan keputusan manajerial yang sangat berguna, karena pikiran kita umumnya
mengingat kejadian-kejadian dengan frekuensi yang lebih besar lebih mudah daripada kejadian
yang jarang terjadi. Akibatnya, heuristik ini akan sering mengarah pada penilaian yang akurat.
Heuristik ini bisa keliru, karena ketersediaan informasi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
tidak terkait dengan frekuensi objektif dari peristiwa yang dinilai. Faktor-faktor yang tidak
relevan ini (seperti kejelasan) dapat secara tidak tepat memengaruhi arti-penting persepsi
langsung suatu peristiwa, kejelasan yang dengannya ia diungkapkan, atau kemudahan yang ia
bayangkan. Peter Lynch, mantan direktur Fidelity's Magellan Fund (salah satu dari dua reksa
dana terbesar), berpendapat mendukung pembelian saham di perusahaan yang tidak tersedia di
pikiran sebagian besar investor (misalnya, karena kecerdikannya); semakin banyak stok yang
tersedia, katanya, semakin tinggi nilainya.
HEURISTIK KETERWAKILAN
Ketika membuat penilaian tentang seorang individu (atau objek atau peristiwa), orang cenderung
mencari sifat-sifat yang mungkin dimiliki seseorang yang sesuai dengan stereotip yang terbentuk
sebelumnya. Manajer juga menggunakan heuristik representativeness. Mereka dapat
memperkirakan kinerja seseorang berdasarkan kategori orang yang sudah mapan yang diwakili
individu tersebut untuk mereka. Jika seorang manajer berpikir bahwa wiraniaga terbaik
kemungkinan besar adalah orang ekstrover, atau exathletes, atau orang kulit putih, misalnya,
maka manajer akan menyukai orang-orang semacam itu untuk pekerjaan penjualan mereka.
Demikian pula, bankir dan pemodal ventura akan memprediksi keberhasilan bisnis baru
berdasarkan kesamaan usaha itu dengan usaha masa lalu yang sukses dan tidak berhasil. Jika
seorang wirausahawan mengajukan gagasan mengingatkan seorang kapitalis ventura dari pendiri
Amazon.com, Jeff Bezos, wirausahawan tersebut lebih mungkin mendapatkan pendanaan
daripada wirausahawan yang mengingatkan kapitalis ventura pada pendiri sebuah perusahaan
yang kurang sukses. Dalam beberapa kasus, penggunaan heuristik keterwakilan menawarkan
perkiraan pertama yang baik, menarik perhatian kita pada pilihan terbaik. Di lain waktu,
heuristik ini dapat menyebabkan kesalahan serius. Misalnya, teori kuman penyakit membutuhkan
waktu lama untuk dipahami karena orang-orang sulit menerima anggapan bahwa sesuatu yang
sangat kecil seperti virus dan bakteri dapat menghasilkan konsekuensi yang sangat kuat seperti
TBC dan wabah. Sebaliknya, karena mereka mengandalkan heuristik keterwakilan, orang
percaya selama berabad-abad bahwa penyakit disebabkan oleh agen jahat, seperti roh jahat atau
mantra sihir. Sementara itu, banyak orang meninggal karena kematian yang tidak perlu akibat
penyakit yang mudah dicegah, seperti dalam kasus dokter yang secara rutin membawa infeksi
dari satu pasien ke pasien lain, atau bahkan dari mayat ke pasien operasi, dengan tidak mencuci
tangan. Heuristik keterwakilan juga dapat bekerja pada tingkat yang tidak disadari, menyebabkan
seseorang terlibat dalam diskriminasi ras atau perilaku lain yang ia anggap dapat dicela secara
moral pada tingkat yang disadari. Sayangnya, orang cenderung mengandalkan informasi yang
representatif bahkan ketika informasi itu tidak cukup bagi mereka untuk membuat penilaian yang
akurat, atau ketika informasi yang representatif kurang jelas tersedia.

DAMPAK HEURISTIK
Sebagian besar penilaian kami ditimbulkan oleh evaluasi afektif, atau emosional, yang terjadi
bahkan sebelum penalaran level yang lebih tinggi terjadi (Kahneman, 2003). Sementara evaluasi
afektif ini sering tidak disadari, Slovic, Finucane, Peters, dan MacGregor (2002) memberikan
bukti bahwa orang tetap menggunakannya sebagai dasar keputusan mereka daripada terlibat
dalam analisis yang lebih lengkap dan proses penalaran.
Sebuah manifestasi dari pemikiran Sistem 1, pengaruh heuristik lebih mungkin digunakan
ketika orang-orang sibuk atau dalam keterbatasan waktu (Gilbert, 2002). Misalnya, penilaian
karyawan potensial dapat dipengaruhi oleh berbagai variabel yang mempengaruhi pengaruh
manajer, terlepas dari kualitas pelamar. Variabel-variabel ini dapat mencakup bagaimana seorang
kandidat membandingkan dengan pelamar sebelumnya, suasana hati manajer, atau sejauh mana
pelamar mengingatkan manajer tentang pasangan yang baru saja bercerai. Kondisi lingkungan
yang mempengaruhi perubahan juga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Telah
ditunjukkan bahwa harga saham naik pada hari-hari yang cerah, mungkin karena suasana hati
yang baik dan optimisme yang disebabkan oleh cuaca. Meskipun pengaruh bisa menjadi panduan
yang baik, ketika itu menggantikan pengambilan keputusan yang lebih reflektif, itu dapat
mencegah Anda membuat pilihan yang optimal.
Dalam nada yang terkait, Kahneman, Schkade, dan Sunstein (1998) menggunakan istilah
heuristik kemarahan untuk menggambarkan fakta bahwa penghargaan hukum sangat diprediksi
oleh kemarahan afektif juri pada perilaku terdakwa, daripada hanya dengan alasan logis tentang
kerugian yang diciptakan oleh terdakwa. Seperti Kahneman dan Frederick (2002), kita melihat
tumpang tindih yang signifikan antara pengaruh heuristik dan heuristik kemarahan; dalam buku
ini, kita akan fokus pada pengaruh heuristik yang lebih umum. Bab 4, 5, dan 7 akan
mengembangkan pengaruh heuristik secara lebih rinci.
MACAM-MACAM HEURISTIK

Tversky dan Kahneman (1974) mengusulkan bahwa para pengambil keputusan


menggunakan heuristik atau petunjuk praktis, untuk sampai pada penilaian (pertimbangan)
terakhir mereka. Heuristik adalah prinsip yang membuat individu membuat penilaian sosial
secara cepat dengan sedikit mungkin usaha. Tujuan dari pembelajaran heuristik untuk membantu
membebaskan pola pengambilan keputusan dan menyadari betapa mudahnya heuristik menjadi
bias ketika diterapkan dengan tidak tepat dan tidak pada tempatnya.

1. Availability Heuristic
Availability heuristic adalah strategi membuat penilaian berdasarkan seberapa mudah
informasi tertentu dimasukkan ke pikiran. Informasi yang lebih menonjol dan lebih penting akan
lebih digunakan dalam melakukan penilaian dan pertimbangan. Menurut Tversky dan Kahneman
(1974) availability heuristic adalah petunjuk praktis dimana para pengambil keputusan menilai
frekuensi kelas atau probabilitas dari suatu peristiwa dimudahkan dengan contoh atau kejadian
yang dapat dibawa ke pikiran. Beberapa heuristik bias yang masuk dalam katagori availability
heuristic:
1) Bias 1–Kemudahan untuk diingat (berdasarkan atas keseringan dan keterbaruan)
Suatu kejadian yang menimbulkan emosi dan jelas, mudah dibayangkan dan spesifik akan
lebih lekat di memori dibandingkan dengan suatu kejadian yang tidak mengandung
emosional secara alami, kurang menantang, sulit dibayangkan, atau ragu-ragu. Heuristik
ketersediaan dapat sangat bermanfaat dalam mengambil strategi dalam proses pengambilan
keputusan, sejak kejadian tersebut sering terjadi dan memudahkan direkam oleh pikiran
dibandingkan kejadian yang jarang terjadi. Tversky dan Kahneman (1974) berpendapat
ketika seorang individu menilai keseringan dari suatu kejadian akibat ketersediaan secara
instan, suatu kejadian instan yang lebih mudah untuk diingat akan timbul lebih sering
dibandingkan kejadian dengan frekuensi yang sama dimana keinstanannya kurang mudah
diingat.
2) Bias 2–Retievabilitas (berdasarkan atas struktur ingatan)
Tversky dan Kahneman (1983) menemukan bahwa kebanyakan orang memberikan respon
terhadap angka yang lebih besar. Sebuah alasan penting untuk pola ini adalah seorang
konsumen belajar tentang lokasi untuk jenis tertentu produk atau toko dan mengatur pikiran
mereka seperti itu.
3) Bias 3–Hubungan Dugaan
Ketika kemungkinan dua kejadian terjadi bersamaan dinilai dengan ketersediaan dari
penerimaan secara instan kejadian dalam pikiran kita. Pengalaman sepanjang hidup telah
menyebabkan kita percaya bahwa secara umum kejadian yang lebih sering terjadi lebih
mudah untuk diingat dibandingkan dengan kejadian yang tidak sering terjadi dan tampaknya
kejadian yang lebih baik lebih mudah diingat dari kejadian yang buruk.
4) Bias 4–Hindsight Bias
Kejadian yang biasa terjadi lebih mudah dibayangkan oleh orang-orang. Ketika berdasarkan
hal yang biasa, orang menambatkan harapan ke masa depan berharap akan ada manfaat lebih.
Ketika yang terjadi di masa depan ternyata kejadian tidak biasa, akhirnya muncul
ketidaktercapaian manfaat dan ekspresi keperilakuannya dramatis.
Dalam banyak kasus, availability heuristic menyediakan estimasi, frekuensi, dan probabilitas
yang cukup akurat, meskipun dalam beberapa situasi, availability heuristic dapat menyebabkan
bias dalam pengambilan keputusan. Dalam akuntansi keuangan, prediksi merupakan suatu aspek
penting dalam pengambilan keputusan investasi. Transaksi yang sesuai atau cocok merupakan
transaksi perdagangan yang berhasil ditemukan oleh mekanisme pasar berdasarkan harga pasar
yang terbentuk. Penelitian Moser (1989) menyatakan bahwa judgment investor tentang prediksi
laba secara sistematis dipengaruhi oleh kombinasi antara “output intervensi” dan “availability”.
Penggunaan availability heuristic ini bisa jadi menimbulkan bias. Bias yang sering terjadi dalam
pasar keuangan adalah kesalahan dalam ekspektasi nilai perusahaan (Hamid, 2007). Kesalahan
ekspektasi kemudian tergambar dalam mispricing saham yang diinterpretasikan sebagai
fenomena overreaction atau underreaction terhadap informasi akuntansi. Pengambilan
keputusan investor tidak hanya menggunakan rasionalitas, tetapi juga rasionalitas yang terbatas.

2. Representativeness Heuristic
Normalnya, heuristik menghasilkan perkiraan yang cukup baik. Namun kerugian dalam
menggunakan heuristik adalah terdapat kejadian tertentu yang mengarah pada bias sistemik
(penyimpangan dari jawaban turunan normatif). Representativeness adalah cara mesin mental
bekerja dalam menaruh ciri, properti, sifat, atau sebuah bayangan dari sebuah himpunan ke
anggota himpunan, hingga ketika kita bertemu satu anggota himpunan, kita dibimbing oleh
heuristik ini untuk melekatkan sifat ke satu anggota himpunan itu. Penggunaan heuristik
memang efektif dalam keseharian, namun akan menjadi bias bila tidak proporsional. Anda
menyimpulkan seseorang ke dalam suatu golongan karena dianggap memiliki ciri golongan itu.
Menurut Tversky dan Kahneman (1974), orang seringkali menilai kemungkinan dengan derajat
dimana A adalah perwakilan dari B, yaitu dengan derajat dimana A mewakili B. Tversky dan
Kahneman menyebut ini aturan pokok representativeness heuristic. Pemimpin menilai kekeliruan
suatu kejadian melalui persamaan kejadian tersebut dengan stereotipenya pada kejadian yang
memiliki kesamaan. Pemimpin memprediksi penampilan didasarkan pada kategori seseorang
yang ditunjukkan orang lokal dimasa lampau. Mereka memprediksi keberhasilan suatu produk
baru didasarkan pada kesamaan keberhasilan atau kegagalan produk bersangkutan di masa
lampau. Suatu persoalan yang jelas bila didukung oleh keberadaan informasi dari ketepatan
pertimbangan atas informasi bersangkutan. Dengan demikian, heuristik ini mengacu pada
keputusan berdasarkan stereotipe yaitu suatu keputusan yang didasarkan pada derajat kesamaan
karakter atau bentuk. Beberapa bias heuristik yang masuk dalam kelompok representativeness
heuristic adalah sebagai berikut :
1) Bias 4–Tidak sensitif terhadap base-rate
Bias pertimbangan jenis ini seringkali terjadi ketika seseorang secara kognitif menanyakan
pertanyaan yang salah. Mengabaikan base-rate memiliki banyak implikasi yang kurang baik.
Seorang pengusaha meluangkan waktu cukup banyak membayangkan kesuksesan mereka
dan terlalu sedikit waktu mempertimbangkan base-rate untuk kegagalan bisnis. Sang
pengusaha berpikir bahwa base-rate untuk kegagalan tidak relevan terhadap situasi mereka
dan banyak individu kehilangan kesempatan sebagai akibatnya.
2) Bias 5–Tidak sensitif terhadap ukuran sampel
Walaupun ukuran sampel adalah sangat fundamental dalam ilmu statistik, Tversky dan
Kahneman (1974) berpendapat bahwa ukuran sampel jarang menjadi bagian dari intuisi kita.
Ilmu statistik mengatakan bahwa semakin besar sampel, semakin bagus probabilitas
mewakili setiap kejadian.
3) Bias 6–Kesalahan konsepsi dari peluang
Sebagian besar orang seringkali mengandalkan intuisi mereka dan salah menyimpulkan.
Peluang secara umum dipandang sebagai proses pembenaran diri dimana penyimpanan
dalam satu arah menginduksi penyimpangan dalam arah berlawanan untuk mengembalikan
keseimbangan. Dalam kenyataanya penyimpangan tidak dibenarkan sebagai suatu
kesempatan proses pembukuan, mereka benar benar terlarut.
4) Bias 7–Regresi pada mean
Banyak pengaruh pada regresi menuju mean. Mahasiswa yang pintar seringkali memiliki
teman yang sukses. Orangtua yang pendek cenderung memiliki anak yang lebih tinggi.
Perusahaan yang memiliki keuntungan yang besar selama satu tahun cenderung memiliiki
penampilan yang rendah tahun berikutnya. Dalam setiap kasus seseorang seringkali terkejut
ketika tersadar dari pola yang bisa diprediksi ini dari regresi menuju mean.
5) Bias 8–Kesalahan konjugasi
Lewat teori probabilitas seharusnya kita tahu bahwa peluang untuk mendapatkan suatu
kejadian B lebih besar atau sama dengan peluang untuk mendapatkan A dan B sekaligus, jika
A dan B saling bebas. Peluang untuk mendapati mahasiswa yang pintar di satu kelas pasti
lebih besar dengan peluang untuk mendapati mahasiswa yang pintar sekaligus cantik dan
menarik, dan mungkin peluangnya sama jika mahasiswa yang pintar ternyata cantik semua.
Ini yang disebut kesalahan konjugasi.
Plous (1993) mengusulkan beberapa cara berikut untuk mengatasi bias karena
representativeness heuristic:
1) Jangan disesatkan oleh skenario yang sangat terperinci. Secara umum semakin spesifik suatu
skenario adalah semakin rendah kemungkinan besar untuk terjadi, bahkan ketika skenario
tampak sempurna mewakili outcome yang paling mungkin terjadi.
2) Bilamana mungkin perhatikan base-rate. Base-rate sangat penting apabila sebuah peristiwa
sangat langka atau sangat umum. Sebagai contoh karena base-rate sangat rendah banyak
pelamar yang berbakat mengakui tidak pernah bisa lulus sekolah (dan itu akan menjadi suatu
kesalahan penafsiran sebagai indikasi bahwa pemohon tidak memiliki kemampuan
akademik). Sebaliknya karena base rate begitu tinggi banyak sopir yang tidak terampil
diberikan surat ijin mengemudi.
Menurut Hamid (2007), dalam pasar surat berharga, misalnya saham, investor sering salah
sangka bahwa kinerja operasi sebelumnya adalah representasi untuk kinerja dimasa yang akan
datang dan sering mengabaikan informasi yang tidak cocok dengan hal ini sehingga membuat
investor bereaksi berlebihan terhadap kinerja persistent berlanjut dalam jangka panjang. Hal ini
berarti bahwa investor akan terpengaruh oleh tingkat laba, pola pergerakan laba, dan tanda laba.
Pergerakan laba yang mempunyai pola persistent akan dianggap sebagai representasi laba dimasa
yang akan datang oleh investor.

3. Anchoring and Adjustment Heuristic


Anchoring adalah kecenderungan untuk mengawali sebuah nilai tertentu untuk bisa
melakukan penilaian. Terdapat standar-standar perilaku yang dapat digunakan untuk
mempermudah dalam melakukan penilaian terhadap orang lain. Beberapa heuristik bias dari
jenis ini, antara lain:
1) Bias 9–Penyesuaian acuan yang tidak layak
Nisbatt dan Rose (1980) dan Plous (1993) menunjukkan suatu argument yang
memperkirakan bahwa bias pengacuan dan penyesuaian itu sendiri menyatakan bahwa sangat
sulit sekali untuk mengubah strategi pengambilan keputusan. Heuristic yang diidentifikasikan
oleh mereka saat ini bertindak sebagai acuan kognitif dan merupakan pusat dari proses
pertimbangan yang di buat. Oleh karena itu setiap strategi kognitif yang disarankan harus
disajikan dan dipahami sesuai dengan kognitif yang diperlukan.
2) Bias 10–Konjungtif dan disjungtif kejadian bias
Perkiraan berlebih dari kejadian konjungtif merupakan suatu penjelasan kuat dari masalah ini
dalam proyek yang memerlukan perencanaan bertahap. Perorangan, pebisnis, dan pemerintah
sering kali menjadi korban kejadian konjungtif melalui waktu dan dana.
3) Bias 11–Over confidence
Overconfidence adalah percaya diri atau keyakinan yang berlebihan. Temuan yang paling
baik ditetapkan dalam overconfidence adalah kecenderungan orang untuk menjadi terlalu
yakin untuk membenarkan jawaban mereka ketika diminta untuk menjawab kesulitan
menengah sampai sangat sulit. Oleh karena itu kita dihadapkan pada keadaan waspada untuk
menjadi terlalu yakin diluar bidang kita. Tversky dan Kahneman (1974) menjelaskan
keyakinan berlebihan dalam hubungannya dengan pengacuan. Mereka berpendapat bahwa
ketika seseorang diminta untuk menyusun rentang keyakinan suatu jawaban, perkiraan awal
mereka bertindak sebagai acuan yang menyebabkan bias perkiraan mereka dari interval
keyakinan dari kedua arah.
Kebutuhan akan acuan awal sangat penting dalam pengambilan keputusan, misalnya ketika
kita dihadapkan untuk memperkirakan suatu kecenderungan atau menetapkan nilai. Bukti
penelitian empiris di pasar saham menunjukkan bahwa perilaku overconfidance secara tidak
disadari meningkatkan kesalahan prediksi sehingga menciptakan transaksi perdagangan yang
merugikan Karena akhirnya investor menemukan bahwa mereka membeli saham terlalu mahal
atau menjual terlalu murah (Bloomfield, 1999).
Model penyesuaian keyakinan (Hogarth dan Einhorn, 1992), dengan menggunakan
pendekatan anchoring dan adjustment menggambarkan penyesuaian keyakinan individu karena
adanya bukti baru ketika melakukan evaluasi bukti secara berurutan. Pendekatan anchoring dan
adjustment dapat dicontohkan bila seseorang melakukan penilaian dengan memulai dari suatu
nilai awal dan menyesuaikannya untuk menghasilkan keputusan akhir. Nilai awal ini diperoleh
dari kejadian atau pengalaman sebelumnya. Model penyesuaian keyakinan memprediksi bahwa
cara orang memperbaiki keyakinannya yang sekarang (anchor) dipengaruhi oleh beberapa faktor
bukti, antara lain: kompleksitas bukti yang dievaluasi, konsistensi bukti, dan kedekatan evaluator
dengan bukti tersebut. Model ini menempatkan karakteristik tugas sebagai moderator dalam
hubungan antara urutan bukti dengan pertimbangan yang akan dibuat.

4. Beberapa bias lainnya


1) Counterfactual reasoning
Merupakan kecenderungan untuk mengevaluasi suatu kejadian dengan mempertimbangkan
alternatif kejadiannya. Penilaian terhadap orang tidak hanya dipengaruhi oleh kejadian yang
dialami orang itu, tetapi juga apa yang mungkin dialami orang akibat dari kejadian itu.
2) False consensus effect
Kecenderungan untuk secara berlebihan mengira bahwa orang lain bertindak atau berpikir
seperti yang kita lakukan. Efek kesalahan consensus biasanya digunakan untuk
membenarkan diri sendiri atau justifikasi. Secara garis besar ada dua sebab mengapa hal itu
dilakukan. Pertama, banyak orang ingin percaya bahwa orang lain sepakat dengan mereka
karena itu meningkatkan kepercayaan diri. Kedua, hal-hal yang mengandung persetujuan dan
persamaan akan lebih mudah diingat.
3) Impression management
Dalam kehidupan sehari-hari kita terkadang dibiaskan oleh manajemen kesan. Pembentukan
kesan terhadap orang lain biasanya dipengaruhi oleh motivasi, tujuan, dan kebutuhan. Dalam
manajemen kesan meskipun berusaha akurat terkadang terdapat bias dalam pembentukan
kesan terhadap orang lain. Misalnya yang pertama, bias karena adanya keinginan orang
membuat terkesan orang lain. Kedua, bias karena kecenderungan orang untuk menilai positif
orang lain.
4) Self-fulfilling prophecy
Bias ini adalah kecenderungan orang untuk memperoleh informasi, memaknai, dan
menyusun informasi yang konsisten dengan keinginannya saat itu. Salah satu jenisnya adalah
efek pemenuhan harapan diri, yakni kecenderungan orang untuk berperilaku tertentu yang
konsisten dengan harapan, keyakinan atau pikirannya mengenai suatu kejadian atau perilaku.
Penelitian yang dilakukan oleh Tucker dkk. (2003) menguji keterkaitan self fulfilling
prophecy dan akurasi peramalan pada kelangsungan hidup perusahaan. Statement on auditing
standard (SAS no 59) mensyaratkan auditor untuk menilai kelangsungan hidup perusahaan
satu tahun yang akan datang. Dalam penelitian ini digunakan pengujian ekonomik
eksperimen dan game theory. Ketika auditor menginvestigasi kelangsungan bisnis klien dan
bermaksud untuk menekankan opini going concern, klien akan berusaha untuk menghindari
opini tersebut dan ini akan menjadi potensi munculnya self fuillfilling prophecy dengan
melakukan perpindahan auditor.
5) Bias konfirmasi
Efek ini menyangkut masalah pengkodean atau tanda tertentu, yaitu ketika hasil persepsi
tidak diterjemahkan sebagaimana mestinya. Maksudnya ketika kita mempunyai data baru
yang bertentangan dengan keyakinan kita, maka data ini justru kita anggap masih sesuai
dengan kayakinan kita. Dalam dunia pengauditan penelitian yang dilakukan Kida (1984)
menguji apakah strategi pengujian hipotesis yang dilakukan oleh auditor memengaruhi
pencarian data. Kida mencatat bahwa tugas-tugas audit membutuhkan suatu kecermatan,
yang bisa jadi terkena bukti konfirmasi maupun butki yang tidak terkonfirmasikan. Kida
menyarankan jika strategi konfirmatori dilakukan oleh auditor maka auditor harus hati-hati
dalam membentuk framing awal dalam dirinya, maksudnya bahwa disini auditor harus
melakukan perencanaan audit yang tepat supaya bebas dari bias konfirmasi.
Bagaimana Hubungan Heuristik Ketersediaan Dengan Akuntansi

Dalam banyak kasus heuristik menyediakan estimasi frekuensi dan probabilitas yang
cukup akurat, meskipun dalam beberapa situasi heuristik ketersediaan dapat
menyebabkan bias dalam penilaian dan pengambilan keputusan. Dalam akuntansi
keuangan prediksi suatu aspek penting dalam pengambilan keputusan investasi.
Investor yang mampu memprediksi harga saham dengan akurat dengan waktu yang relatif
cepat, akan memperoleh prioritas transaksi lebih dulu sehingga memperbesar kesempatan untuk
memperolehtransakasi yang sesuai atau cocok (kufepaksi, 2007).

Bagaimana Hubungan Heuristik Keterwakilan Dengan Akuntansi


Menurut hamid 2007, dalam pasar surat berharga, misalnya saham, investordapat
mengelompokkan beberapa saham sebagai saham bertumbuh berdasarkanpada sejarah
pertumbuhan laba yang konsisten. Investor sering salah sangkabahwa kinerja operasi
sebelumnya adalah representasi untuk kinerja dimasa yangakan datang dan sering mengabaikan
informasi yang tidak cocok dengan hal ini.Kenyataan ini membuat investor bereaksi berlebihan
terhadap kinerja persistenberlanjut dalam jangka panjang. Hal ini menyebabkan investor
stereotipe terhadapsaham. Dipihak lain pihak, aspek keterwakilan ini juga terbaca manakala
suatuperusahaan mempunyai sejarah pertumbuhan laba yang konsisten selamabeberapa tahun.
CHAPTER 6
FINANCIAL CONTROL
Pada chapter ini kita akan membahas dilemma dari sebuah kontrol yang mengilustrasikan
bagaimana meraih konsekuensi dari sebuah kontrol akuntansi keuangan. Dilemma ini disertai
dengan tujuan dan definisi yang berdampingan dengan desain dari sistem kontrol akuntansi
keuangan.
DEFINISI DARI KONTROL KEUANGAN (FINANCIAL CONTROL)
Respon Mekanis VS Respon Prilaku
Perhatian utama pada subsistem pengendalian keuangan adalah perilaku dari orang-orang
yang ada dalam perusahaan, bukan alat-alat keuangannya (mesin). Untuk alasan tersebut,
pengendalian keuangan dapat dipahami dengan memberi penekanan pada pentingnya asumsi
keperilakukan. Tidak semua bentuk pengendalian memberi perhatian pada perilaku manusia.
Aplikasi tekhnik dari kontrol, seperti alat pengatur panas yang mengntrol suhu ruangan, memberi
tekanan pada respon mekanis (mechanical feedback) daripada respon prilaku (behavioral
responses). Tentu saja, peralatan tekhnik dan elektrik juga dapat digunakan untuk mempengaruhi
perilaku manusia. Sebagai contoh, alarm peringatan dipasang sebagai alat pengaman atau sistem
password yang didesain untuk mencegah orang yang tidak mempunyai otorisasi mengunakan
komputer. Contoh tersebut menggunakan alat dengan sistem mekanis dan elektrik yang dipasang
dengan tujuan untuk mempengaruhi manusia (memperoleh respon dari manusia) bukan untuk
menginduksi respon mekanis dari alat tersebut. Mengacu pada contoh tersebut maka subsistem
pengendalian keuangan didasarkan pada asumsi keperilakuan.
Secara umum pengendalian didefinisikan sebagai inisiatif yang dipilih karena dipercayai
bahwa (dengan melakukan pengendalian) probabilitas mendapatkan hasil yang diinginkan akan
semakin meningkat. Dalam pengendalian keuangan, inti dari hasil yang diinginkan adalah
peristiwa perilaku (behavioral events) dan dapat diaplikasikan pada masalah keuangan. Selain
itu, definisi dari pengendalian didasarkan pada konsep kepercayaan (beliefs) dan probabilitas
(probabilitas).
Memperluas konsep tradisional
Konsep pengendalian tradisional dalam akuntansi telah mengasumsikan bahwa
pembuatan informasi akuntansi adalah langkah terakhir dari peranan akuntan. Dalam pendekatan
keperilakuan terhadap desain dan implementasi subsistem pengendalian keuangan, pembuatan
informasi bukanlah sebagai langkah akhir dari keterlibatan seorang akuntan melainkan sebuah
langkah (tahap) menengah dari pembuatan informasi.
Ketika mendesain sistem pengendalian yang sesuai dengan informasi akuntansi yang
akurat dan andal, pendekatan tradisional menekankan pada tujuh faktor berikut:
1. Melibatkan anggota yang akan menyelesaikan tanggung jawabnya dengan kompeten dan
berintegritas
2. Menghindari fungsi-fungsi yang tidak kompetibel dengan pemisahan tugas dan tanggung
jawab
3. Menjelaskan otoritas yang berhubungan dengan posisi mereka sehingga kebenaran
transaksi yang dieksekusi dapat dievaluasi
4. Menetapkan metode yang sistematik untuk memberi keyakinan bahwa transaksi dicatat
secara akurat
5. Menjamin bahwa dokumentasi telah memadai
6. Perlindungan aset dengan merancang prosedur untuk membatasi akses terhadap aset
7. Merancang pengecekan independen untuk meningkatkan akurasi.
Tujuh faktor pertimbangan untuk kontrol keuangan tradisional ini kemudian
dikembangkan sebagai dasar untuk mendesain kontrol internal audit, yang dibagi menjadi
accounting control dan administrative control.
KONTROL YANG KOMPREHENSIF (COMPREHENSIVE CONTROL)
Secara formal, pengendalian sistem yang komprehensif sebenarnya merupakan kesatuan
subsistem formal yang mendukung proses administratif. Untuk perumusan (pembentukan),
subsistem pengendalian harus disusunterlebih dahuludanditetapkan sebagaiprosesyang tepat
untukpencapaiantujuan tertentu. Kemudian untuk menjadi komprehensif, sistem pengendalian
harus mencakup aktivitas perencanaan, operasi, dan fungsi umpan balik.
Perencanaan
Proses ini identik dengan istilah penyusunan tujuan perilaku. Aspek penting dari proses
penetapan tujuan merupakan perhatian mendasar dari organisasi dan komunikasi. Jika struktur
organisasi kurang baik, hal ini harus diselesaikan selama proses perencanaan berlangsung. Dapat
dilihat bahwa perencanaan merupakan hal yang sangat penting untuk menciptakan sebuah
kontrol yang efektif. Begitu juga dengan kontrol yang merupakan bagian yang penting dari
penciptaan perencanaan yang efektif. Sehingga dua hal ini merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan.
Operasi
Pada organisasi yang terstruktur, fungsi operasi menganggap keberadaan perencanaan
organisasi, walaupun perencanaannya dalam bentuk informal atau tidak tertulis. Istilah operasi
mengacu pada pelaksanaan aktivitas operasi pada organisasi, termasuk ketentuan mengenai jasa
dan pembuatan produk yang merupakan fungsi pendukung penting yang dibutuhkan untuk
menjaga operasi berjalan sebagaimanamestinya. Pengendalian operasi adalah sebuah proses
untuk memonitor dan mengoreksi aktivitas operasi selama proses implementasi rencana
manajemen.
Umpan balik
Umpan balik dalam organisasi berasal dari sumber formal maupun informal dan tersusun
dari komunikasi nonverbal ke tabulasi statistik yang rutin. Umpan balik dibutuhkan dan dicari
sebagai dasar untuk membuat evaluasi yang akan mempengaruhi pembagian reward, penilaian
pinalti dan pergantian antara proses perencanaan dengan operasi yang akan menghasilkan umpan
balik.
Interaksi pengendalian
Aktivitas perencanaan, operasi dan umpan balik telah diidentifikasi sebagai tiga aspek dari
proses adminitrartif yang akan mendukung desain pengendalian komprehensif. Ketiganya bukan
aktivitas yang independen, sehingga mereka saling mempengaruhi. Perancangan dari subsistem
perencanaan untuk jangka panjang maupun pendek, pembuatan pengendalian untuk mendukung
operasi, dan keputusan untuk menekankan bahwa pengukuran umpan balik tertentu
mengindikasikan kesuksesan atau kegagalan organisasi merupakan isu yang saling berkaitan.
Hubungan saling keterkaitan ini dapat di kelola untuk mendsapatkan keuntungan yang besar jika
sebuah organisasi dapat dengan sukses menghubungkan subsistem kontrol yang didesain untuk
mensuport fungsi perencanaan, operasi, dan juga umpan balik.
FAKTOR-FAKTOR KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL PFACTORS)
Konteks dapat menjadi bagian yang sangat penting agar sukses dalam merancang dan
melaksanakan sistem pengendalian keuangan. Konteks merujuk pada kumpulan karakteristik
yang mengukur pengaturan empiris dimana sistem pengendalian akan ditetapkan. Proses
identifikasi faktor kontekstual yang kritis sangatlah subyektif dan tidak kekal. Faktor kontekstual
tersebut yaitu ukuran, stabilitas lingkungan, motivasi laba, dan faktor proses.
Ukuran
Ukuran dapat dipandang sebagai suatu peluang dan hambatan. Ukuran dipandang sebagai
peluang jika berfungsi sebagai pemberi manfaat ekonomi dan bukan sebagai strategi
pengendalian. Sedangkan ukuran juga dapat menjadi suatu hambatan jika pertumbuhan ekonomi
menyebabkan terjadinya eliminasi tehadap strategi pengendalian tetapi tidak bisa diformalkan
agar sesuai dengan kebutuhan organisasi yang lebih besar. Meskipun jelas bahwa ukuran dapat
menjadi faktor penting dalam membedakan konteks, banyak variabel lain juga dapat dikaitkan
dengan masalah ukuran, misalnya; faktor stabilitas lingkungan dan proses sering dikaitkan
dengan ukuran.
Stabilitas Lingkungan
Desain pengendalian dalam lingkungan yang stabil dapat berbeda dari desain
pengendalian dalam lingkungan yang selalu berubah. Stabilitas dalam lingkungan eksogen dapat
dinilai dari gerakan yang secara eksternal menghasilkan produk-produk yang memerlukan suatu
tanggapan. Tingkat stabilitas lingkungan dapat diukur dengan memilih tindakan yang tepat dari
perubahan lingkungan seperti jumlah produk baru yang diperkenalkan selama interval waktu
yang ditentukan, tindakan pesaing yang memiliki inisiatif membuat metode produksi usang atau
tidak efisien atau legislatif yang mempengaruhi unit tergantung pada hasil dari proses-proses
tersebut.
Motif Keuntungan
Keberadaan dari motif keuntungan tentunya bukanlah penghalang dalam menggunakan
ukuran-ukuran penilaian akuntansi terhadap produktivitas. Pada sisi lain, jelas bahwa sistem
pengendalian yang didasarkan pada motif dan ukuran-ukuran profitabilitas sering kali tidak bisa
diterjemahkan secara langsung pada konteks nirlaba (nonprofit). Ukuran-ukuran laba merupakan
hal yang penting meskipun sulit dijadikan sebagai indikator keberhasilan kinerja keuangan suatu
organisasi. Indikator keberhasilan sering diperlihatkan dalam bentuk statistik. Statistik ini sering
diartikan sebagai ringkasan dari keseluruhan keberhasilan subsistem yang kompleks dan rumit
dari suatu organisasi, dan indicator tersebut merupakan tolok ukur dari keberhasilan manajer dan
anggotanya. Ketika motif keangan tidak ada, indikator lain keberhasilan organisasi dan individu
harus diandalkan. Dalam pengaturan ini, pemilihan langkah-langkah alternatif merupakan sebuah
tantangan bagi para manajer.
Faktor-Faktor Proses
Suatu faktor proses penting dalam pegendalian biaya-biaya yang tidak dapat dihindari
dan biaya-biaya untuk melakukan rekayasa ulang disebut sebagai biaya variabel. Strategi
pengendalian biaya untuk proses strategi biaya variabel sering kali memiliki perbedaan substansi
dengan strategi pengendalian biaya yang disesuaikan, seperti aplikasi biaya tetap. Proses yang
sederhana ditandai dengan memahami hubungan sebab akibat, sebuah proses yang kompleks
menyebabkan beberapa hubungan tidak dapat dipahami dengan baik. Sehingga proses yang
sederhana lebih mudah dikendalikan daripada yang kompleks.
Biaya diskresioner adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan biaya
yang dikeluarkan oleh unit. Unit bisa memiliki proses yang sederhana atau kompleks. Contoh
biaya diskresioner meliputi unit penelitian dan pengembangan, pemasaran dan administrasi
kepegawaian.
PERTIMBANGAN DESAIN (DESIGN CONSIDERATION)
Pengendalian didefinisikan sebagai inisiatif pilihan karena kepercayaan bahwa
probabilitas untuk mendapatkan hasil yang diinginkan akan meningkat. Untuk meningkatkan
probabilitas kesuksesan perancang akan melihat pada hubungan sebab akibat yang dipercaya
untuk dihadirkan di lingkungan, lalu menyiapkan mereka untuk mengantisipasi konsekuensi
logis yang dapat dihasilkan dari penerapan pengendalian. Karena fokusnya adalah perilaku maka
perancang harus memikirkan harapan dan kemungkinan. Pengendalian yang digunakan dalam
perusahaan harus dirancang dengan pemahaman tentang konsekuensi perilaku yang ingin
dihasilkan dan apresiasi untuk kebutuhan mengakomodasi perubahan.
Antisipasi dari Konsekuensi Logis
Antisipasi terhadap konsekuensi logis adalah elemen kunci dari perancangan
pengendalian. Penekanan ini merupakan poin penting bagi manajer yang membuat penilaian
berdasarkan pada apakah hasil yang diperoleh itu benar atau tidak benar. Pengendalian lebih
merefleksikan konsekuensi perilaku dari strategi pengendalian yang ditetapkan. Manajer yang
berpengalaman lebih disukai untuk mengantisipasi hasil yang berhubungan dengan proses
pengendalian karena mereka telah mengenal dan memahami bidangnya.
Relevansi dari Agency Theory
Agency Theory memfasilitasi antisipasi konsekuensi logis dengan menyediakan kerangka
untuk memahami dan memprediksi perilaku. Agen adalah orang yang disewa oleh pemilik untuk
melaksanakan tugas yang telah dirancang oleh pemilik. Untuk memotivasi agen agar lebih giat
bekerja, pemilik diharapkan menyiapkan rencana kontrak untuk mengurangi risiko yang
menyebabkan agen menjadi diluar kendali dan mencari waktu luang. Pemilik dapat
mengalokasikan sumber daya untuk memperoleh keuntungan dengan tiga cara, yaitu:
pemantauan, insentif/pinalti, dan asuransiatau memindahkan risiko. Kelebihan teori agensi
adalah pemahaman mendalam dalam menyediakan sistem pengendalian yang menguntungkan
bagi kedua pihak. Pengalaman dan kepekaan terhadap perubahan lingkungan menjadi pondasi
untuk dapat menyediakan konsekuensi logis.
Mengelola Perubahan
Mengelola perubahan merupakan pertimbangan penting dalam merancang pengendalian.
Pengendalian yang ada di perusahaan seringkali dihadapkan pada dilema. Manajer khawatir bila
pengendalian berubah akan mengeluarkan biaya berlebih pada gangguan status quodaripada nilai
keuntungan perusahaan. Yang lebih mengkhawatirkan apabila manajer menyimpulkan bahwa
pengendalian baru adalah biaya yang dibenarkan pada waktu organisasi tidak mampu untuk
berubah. Beberapa organisasi menggunakan jasa konsultan eksternal dan auditor internal untuk
mendorong pembaharuan sistem pengendalian.
Untuk jangka panjang, perusahaan menjaga suatu lingkungan yang terkendali melalui
proses perubahan dan kompensasi. Hal ini akan terjadi ketika desain pengendalian dimodifikasi
melalui proses berkelanjutan dan regenerasi internal atau perubahan yang disebabkan oleh faktor
eksternal mempengaruhi organisasi. Hanya melalui perubahan dan kompensasi, sebagian besar
organisasi dapat menentukan keadaan konstan dari pemeliharaan status yang terkendali dalam
organisasi.

CHAPTER 7
BEHAVIORAL ASPECTS OF RESPONSIBILITY ACCOUNTING
SIEGEL/RAMANAUSKAS-MARCONI
WHAT IS RESPONSIBILITY ACCOUNTING?
Pengertian dan Tujuan Akuntansi Pertanggungjawaban
Secara umum akuntansi pertanggungjawaban dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang
meliputi perencanaan, pengukuran dan evaluasi informatika atau laporan akuntansi dalam suatu
organisasi yang terdiri dari beberapa pusat pertanggungjawaban dimana tiap-tiap pusat
tanggungjawab dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab atas aktivitas yang
dipimpinnya. (Siegel & Marconi, 1989: 96).
Salah satu tujuan diterapkannya akuntansi pertanggungjawaban adalah untuk
mengendalikan biaya, dengan cara menggolongkan, mencatat, meringkas, dan menghubungkan
langsung dengan pejabat atau orang yang bertanggungjawab atas terjadinya biaya yang
dikendalikan olehnya. Tujuan lain diterapkannya akuntansi pertanggungjawaban adalah sebagai
berikut :
1. Dengan akuntansi pertanggungjawaban, pengelompokkan dan pelaporan biaya dilakukan
untuk tiap tingkatan manajemen hanya dibebani dengan biaya-biaya yang berada dibawah
pengendaliannya atau yang berada dibawah tanggungjawabnya. Dengan demikian biaya dapat
dikendalikan dan diawasi secara efektif dan efisien.
2. Untuk pengendalian biaya, karena selain biaya-biaya dan pendapatan diklasifikasikan
menurut pusat pertanggungjawabanya, biaya dan pendapatan yang dilaporkan juga harus
dibandingkan dengan anggaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Sehingga akuntansi
pertanggungjawaban juga memungkinkan beroperasinya suatu sistem anggaran dengan baik.
3. Membantu manajemen dalam pengendalian dengan melihat penyimpangan realisasi
dibandingkan dengan anggaran yang ditetapkan.
4. Dapat digunakan sebagai salah satu alat perencanaan untuk mengetahui kriteria-kriteria
penilaian prestasi unit usaha tertentu.
5. Dapat digunakan sebagai pedoman penting langkah yang harus dibuat oleh perusahaan dalam
rangka pencapaian sasaran perusahaan.
6. Dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam rangka penilaian kinerja (performance) bagian-
bagian yang ada dalam perusahaan, karena secara berkala top manajemen menerima laporan
pertanggungjawaban dari setiap tingkatan manajemen dan top manajer dapat menilai
performance dari setiap bagian dilihat dari ditetapkan untuk setiap bagian yang menjadi
tanggungjawabnya.
RESPONSIBILITY ACCOUNTING VERSUS CONVENTIONAL ACCOUNTING
Akuntansi Pertanggungjawaban Versus Conventional Accounting
Perbedaan mendasar akuntansi pertanggungjawaban dan akuntansi konvensional adalah
terletak pada perencanaan, klasifikasi, dan pengumpulan data. Akuntansi konvensional
mengklasifikasikan data berdasarkan pada sifat atau fungsi dari biaya, sedangkan akuntansi
pertanggungjawaban lebih menitikberatkan pada pertanggungjawaban atas kejadian dan kontrol
secara individual.
Akuntansi pertanggungjawaban memperbaiki hubungan antara informasi akuntansi yang
ditampilkan dari segi perencanaan, akumulasi data dan pelaporan setiap struktur organisasi dan
pertanggungjawaban secara hirarki.
Akuntansi pertanggungjawaban juga memperhatikan aspek manusia dalam perencanaan,
akumulasi data dan pelaporan, karena perencanaan biaya dilakukan dengan sistem anggaran dan
diakumulasikan berdasarkan pertanggungjawabannya, laporan setiap segmen sehingga manajer
dapat melakukan penilaian dan penghargaan secara lebih tepat. Dengan demikian akuntansi
pertanggungjawaban mendorong manajer untuk mencapai tujuan.
THE RESPONSIBILITY NETWORK
Untuk tujuan pengendalian biaya, struktur organisasi diharapkan mampu menjelaskan
hubungan pusat-pusat pertanggungjawaban secara individu, jaringan organisasi, atau
pertanggungjawaban secara ideal menggambarkan bagaimana masing-masing fungsi mampu
mengelola input untuk menghasilkan output secara efisien.
Keselarasan hubungan antar fungsi dalam struktur organisasi dapat dipenuhi jika dilakukan
analisa struktur organisasi, juga penentuan pendapatan dan beban secara benar. Hal ini penting
mengingat akan berakibat pula pada penentuan tugas dalam susunan sebuah sistem.
TYPES OF RESPONSIBILITY CENTERS
Tipe-Tipe Pusat Pertanggungjawaban
Istilah pusat pertanggungjawaban digunakan untuk menunjukkan unit organisasi yang
dikelola oleh seorang manajer yang bertanggungjawab (Supriyono, 2001). Penentuan pusat pusat
pertanggungjawaban memerlukan desentralisasi. Desentraliasi berarti pendelegasian wewenang
pembuatan keputusan pada tingkatan manajemen yang lebih rendah. Suatu organisasi merupakan
kumpulan pusat-pusat pertanggungjawaban. Umumnya pusat pertanggungjawban
diklasifikasikan sebagai berikut :
 Cost Centers
(Pusat Biaya); merupakan pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi yang prestasi
manajernya dinilai atas dasar biaya dalam pusat pertanggungjawaban yang dipimpinya.
 Revenue Centers
(Pusat Pendapatan); merupakan pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi yang
prestasi manajernya dinilai atas dasar pendapatan dalam pusat pertanggungjawaban yang
dipimpinya.
 Profit Centers
(Pusat Laba); merupakan pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi yang prestasi
manajernya dinilai atas dasar selisih pendapatan dan biaya dalam pusat pertanggungjawaban
yang dipimpinya.
 Investment Centers
(Pusat Investasi); merupakan pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi yang prestasi
manajernya dinilai atas dasar pendapatan, biaya dan sekaligus aktiva atau modal atau investasi
pada pusat pertanggungjawaban yang dipimpinya. Jadi prestasi manajer ini dinilai atas dasar
laba dan investasi yang diperlukan untuk memperoleh laba.
 Correlation with Organizational Structure
Dengan Struktur Organisasi Komunikasi sangat berperan didalam suatu organisasi.Adapun
organisasi sendiri merupakan kumpulan orang-orang yang selalu membutuhkan berkomunikasi
sesamanya. (Miftah Thoha, 1983). Kalau dalam organisasi dikenal adanya susunan organisai
formal dan informal, maka komunikasinya pun dikenal komunikasi formal dan non-formal.
Komunikasi organisasi formal mengikuti jalur hubungan formal yang tergambar dalam susunan
atau struktur organisasi. Proses komunikasi dalam struktur formal tersebut pada hakekatnya
dapat dibedakan atas tiga dimensi sebagai berikut:
1. Dimensi Vertical, adalah dimensi komunikasi yang mengalir dari atas kebawah dan
sebaliknya dari bawah keatas. Hal ini dilukiskan dengan hubungan kerja antara atasan
dan bawahan.
2. Dimensi Horizontal, yakni pengiriman dan penerimaan berita atau informasi yang
dilakukan antara berbagai pejabat yang mempunyai kedudukan sama. Tujuan dari
komunikasi adalah melakukan koordinasi.
3. Dimensi Luar Organisasi, dimensi komunikasi ini timbul akibat adanya kenyataan
bahwa suatu organisasi tidak bisa hidup sendirian. Ia merupakan bagian dari lingkungan.
Dalam dimensi ini informasi masuk kedalam suatu organisasi berasal dari luar, demikian
pula sebaliknya suatu informasi dikirim dari suatu organisasi ke pihak luar.
Selanjutnya kaitannya dengan pertanggungjawaban, Siegel (1989), menyatakan pendekatan
yang digunakan untuk mendesain struktur organisasi dan pemberian tanggungjawab pada
perusahaan tergantung kepada pilihan manajemen puncak dan gaya kepemimpinan. Beberapa
struktur organisasi meliputi :
1. Vertical Structure : Organisasi di bentuk berdasarkan fungsi-fungsi yang ada. Misalnya
terdapatnya fungsi produksi, penjualan, dan keuangan. Masing-masing fungsi yang ada
dapat dibagi dalam beberapa pusat pertanggungjawaban. Fungsi produksi menggunakan
cost center, fungsi penjualan menggunakan revenue center, sedangkan top manajemen
berfungsi sebagai control dan pembuat kebijakan terhadap investasi.
2. Horizontal Structure : Organisasi di bentuk berdasarkan area geografis. Setiap pimpinan
bagian melakukan control terhadap pusat laba ataupun investasi. Mereka
bertanggungjawab terhadap produksi, penjualan, dan keuangan dan semua fungsi yang
ada di grup/wilayah masing-masing.
Akuntansi pertanggungjawaban sebagai kontrol perusahaan dengan diciptakannya jaringan
kerja yang bersamaan dengan struktur organisasi. Top manajemen membaginya dalam struktur
organisasi dan ditetapkan otoritas dan pertanggungjawabannya. Setiap manajer pusat
pertanggungjawaban hendaknya berusaha untuk mengendalikan berbagai aktivitas yang berada
dibawahnya dan mengkomunikasikannya kepada bagian yang terkait.
FIXING RESPONSIBILITY
Setelah menyeleksi tipe struktur organisasi tugas yang penting dalam membuat konstruksi sistem
perilaku pertanggungjawaban yang efektif adalah menggambarkan pertanggungjawaban itu
sendiri. Setiap orang memiliki pertanggungjawaban dan tantangan, untuk merasa tanggungjawab
maka setiap orang harus merasa memiliki keahlian dan merasa diperlukan. Hal tersebut
terimplikasikan dengan memilliki kewenangan dalam membuat keputusan dan termotivasi untuk
memperbaiki kinerjanya.
Dalam menetapkan pertanggungjawaban perlu adanya tugas yang spesifik untuk tugas
individu. Setiap orang diberi tanggungjawab dan ditentukan pula aktivitas dan fungsinya, dalam
kenyataannya adalah berarti tugas dengan atasan. Setiap individu mempunyai tanggungjawab
pada satu direksi, agar tidak terjadi overlapping tanggungjawab.
Faktor terpenting dalam menggambarkan tanggungjawab adalah persetujuan dengan direksi
dan pertanggungjawaban atas sumber daya yang didelegasikan berdasarkan fungsi atau tugas.
Dalam hal ini manajer harus memiliki kemampuan untuk memprediksi perubahan yang
signifikan, misalnya manajer marketing seharusnya dapat mengontrol biaya advertising dan
promosi.
Kontrol merupakan pelengkap dalam lingkungan kerja yang perlu dipertimbangkan. The
Comitte on Cost Concept and Standard American Accounting Association, pada tahun 1956,
merekomendasikan hal berikut :
1. Setiap orang dengan otoritas baik perolehan dan penggunaan barang atau service
seharusnya dapat ditentukan dengan cost tertentu.
2. Orang yang signifikan mempengaruhi besarnya cost dalam tindakan mungkin dapat
ditentukan dengan cost.
3. Pada saat tindakan tidak ada orang yang secara signifikan mempengaruhi cost maka dapat
diketahui dengan melihat elemen dalam manajemen yang berperan, maka orang tersebut
yang dapat membantu siapa yang bertanggungjawab.
PLANNING, DATA ACCUMULATION, AND REPORTING BY RESPONSIBILITY
CENTERS
Setelah struktur network dari pertanggungjawaban ditetapkan maka dilakukan perencanaan,
akumulasi data dan pelaporan. Elemen cost dan revenue keduanya ada dalam anggaran dan
dalam akumulasi hasil aktual.
1. Responsibility Budgets
Secara kronologis kita akan membandingkan antara anggaran yang telah ditetapkan
dengan pendapatan dalam segmen network. Hal ini akan menjadi dasar untuk
mengevaluasi kinerja karyawan dengan unit organisasi.
Karakteristik dari anggaran pertanggungjawaban adalah tujuan kinerja pusat
pertanggungjawaban hanya untuk mengontrol cost dan revenue yang dikontrolnya, setelah
mempertimbangkan biaya controllable yang spesifik dalam pusat pertanggungjawaban.
Controllable cost tidak sama dengan direct cost, banyak yang termasuk direct cost
seperti misalnya depresiasi peralatan, dimana tidak controllable dalam level pusat biaya
dan seharusnya tidak bertanggungjawab atas deperesiasi atau biaya lainnya yang
formulanya tidak berdampak pada tindakan supervisor, hanya contorllable yang ditetapkan
oleh kepada pusat biaya, sehingga manajemen memiliki dasar untuk membandingkan
antara aktual denngan kinerja yang diharapkan untuk menjudgement efektivitas supervisor
pusat biaya dengan semua level serta untuk mengidentifikasikan sebab-sebab tidak
efisiensi.
Proses anggaran yang efektif dimulai dari level yang paling bawah dalam organisasi
untuk memperbandingkan antara anggaran yang diestimasikan untuk semua biaya yang
diestimasi untuk semua biaya yang dikontrolnya. Untuk otoritas yang lebih tinggi
mereview estimasi, cooperative dan memodifikasi bila diperlukan, sampai pada akhirnya
mengkombinasikan semua anggaran untuk level top manajemen
2. Data Accumulation
Akumulasi data merupakan fasilitas perbandingan secara periodik dari berbagai macam
rencana anggaran. Akumulasi dari pendapatan aktual dan beban beban sangat perlu untuk
bentuk dari jaringanpertanggungjawaban.
Ada tiga dimensi dari pengklasifikasian antara biaya dan pendapatan selama proses
akumulasi data: (1) cost diklasifikasikan oleh pusat pertanggungjawaban (2) pusat yang
lainnya yang terdiri dari controllable dan noncontrollable (3) tipe cost atau line item seperti
gaji, perlengkapan, bahan baku dan sewa.
Disini tipe akumulasi data yang disediakan manajemen yang sebagian berdimensi operasi,
dahulu tiga dimensi akumulasi data tersebut tidak dapat digunakan karena secara teknis
tidak praktis sebab hanya manual dan semi manual untuk akumulasi data.
3. Responsibility Reporting
Hasil akhir dari sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah pelaporan
pertanggungjawaban secara periodik atau laporan kinerja. Laporan merupakan media untuk
melaporkan biaya yang dikontrol, pengukuran efisiensi manajemen serta pencapaian
tujuan. Untuk efisiensi laporan hendaknya berbentuk piramid artinya manajer
pertanggungjawaban menerima hanya satu laporan, laporan yang sifatnya detail ada pada
level tingkat paling bawah yang diterbitkan pertama lalu yang dilaporkan pada level yang
lebih tinggi, hasil yang dilaporkan pada level yang lebih tinggi isinya semakin ringkas.
Major akuntansi pertanggungjawaban memberikan kontribusi bagi manajemen dalam
mengontrol biaya dan efisiensi dari pertanggungjawaban yang telah ditetapkan. Prosedur
penyusunan pelaporan pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :
1) Tiap-tiap pusat pertanggungjawaban setiap periodenya (bulan/triwulan) menyusun
laporan atas biaya yang terjadi dan menjadi tanggungjawab departemen atau
bagiannya. Biaya yang dilaporkan oleh tiap-tiap pusat pertanggungjawaban adalah
biaya yang sesungguhnya terjadi (actual cost).
2) Laporan atas biaya yang seungguhya terjadi ini, diserahkan kepada penyusun laporan
perusahaan keseluruhan (biasanya departemen/staff controller/bagian akuntansi).
3) Bagian penyusunan laporan perusahaan keseluruhan (controller/bagian akuntansi)
mengolah data-data yang berasal dari laporan tiap-tiap pusat pertanggungjawaban.
4) Kemudian bagian penyusunan laporan perusahaan menyusun
(controller/pengawas/bagian akuntansi) membandingkan antara anggaran yang tersedia
dan biaya yang sesungguhnya terjadi.
5) Terakhir, controller atau pengawas intern mengirimkan laporan pertanggungjawaban
tersebut ke masing-masing pusat pertanggungjawaban yang dinilai dan kepada atasan
dari pusat pertanggungajawaban tersebut.
BEHAVIORAL ASSUMPTIONS OF RESPONSIBILITY ACCOUNTING
Rencana pertanggungjawaban, akumulasi data, dan sistem pelaporan semuanya
berdasarkan pada asumsi operasi dan perilaku manusia, termasuk :
 Management by Exception (MBE)
MBE sangat efektif untuk mengatur dan mengontrol aktivitas organisasi, manajer harus
berkonsentrasi pada deviasi anggaran atau tujuan dasar. Karakteristik laporan periodik dari
akuntansi pertanggungjawaban yang ideal adalah menggambarkan manajemen dalam area
deviasi dari aturan yang telah ditentukan dan termasuk menentukan tindakan perbaikan untuk
penguatan atau perbaikan perilaku. Untuk meralat dari persepsi dari laporan selisih,
perusahaan seharusnya menyediakan sistem reward yang cukup atas pencapaian hasil dengan
kinerja yang sukses. Semua manajer seharusnya menerima bayaran yang cukup baik, varians
yang baik, maupun yang tidak baik. Baik aspek yang bersifat positif maupun yang bersifat
negative dalam kinerja akuntansi pertanggungjawaban akan menjadi alat manajemen yang
penting.
 Management by Objective (MBO)
Dalam akuntansi pertanggungjawaban, manajemen mengontrol dirinya sendiri. Disini orang-
orang melakukan tugasnya sendiri sebab mereka percaya mereka mampu mengarahkan
sendiri dalam pekerjaan mereka. MBO memberi fasilitas kepada manajer dan bawahannya
untuk memformulasikan tujuan dan aktivitas untuk pusat pertanggungjawaban. Akuntansi
pertanggungjawaban menyediakan kerangka yang ideal untuk memformulasikan tujuan secara
detail. Untuk mendapatkan motivasi dan komunikasi dari MBO dan akuntansi
pertanggungjawaban, kondisi lingkungan yang baik harus ada, semuanya termasuk :

o Dalam mensetting tujuan dari akuntansi pertanggungjawaban, top manajemen


menyediakan semua petunjuk yang spesifik atas semua tujuan perusahaan secara
keseluruhan.
o Dalam memformulasikan secara detail tujuan kinerja dan rencana kerja, top manajemen
dan manajer akuntansi pertanggungjawaban harus secara maksimal menyeleraskan antara
kebutuhan pribadi dan aspirasi dari grup dan tujuan perusahaan secara keseluruhan.
o Motivasi timbul jika orang-orang percaya bahwa tercapainya tujuan perusahaan secara
simultan akan memenuhi kebutuhan pribadinya.
o Jika tujuan perusahaan merasa milik mereka juga, maka tujuan hubungan internal
perusahaan akan selaras dengan keselarasan tujuan menjadi berharga.
Manajer dan bawahan harus berkerjasama, misalnya bawahan diajak bekerjasama dalam
memformulasikan realistic cost dan target pendapatan dan akan dipresentasikan pada level
yang lebih tinggi dalam pusat pertanggungjawaban. Setelah direview tidak selamanya sumber
daya yang dirasa perlu oleh bawahan itu diberikan, karena mereka juga harus dapat
melakukan penyesuaian (reduction) disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Hasil kinerja
dievaluasi sebagai alat untuk mengetahui varians yang terjadi, siapa yang berhak menjelaskan
mengapa itu terjadi dan menentukan tindakan perbaikan. Hasil kinerja secara periodic tidak
hanya untuk mendapatkan reward ataupun hukuman, selain itu untuk motivasi dalam
memperbaiki kualitas tidakan perbaikan.
 Coincidence between responsibility network and organizational structure
Akuntansi pertanggungjawaban berasumsi bahwa kendali organisatoris diingkatkan dengan
menciptakan suatu jaringan dari tanggungjawab memusat yang bersamaan dengan struktur
organisasi formal. Top manajemen mendelegasikan dan memberikan otoritas kepada manajer
dibawahnya berdasarkan hirarki organisasi yang menugaskan otoritas dan tanggungjawab
untuk tugas-tugas spesifik. Ketika otoritas ditugaskan kepada para manajer, mereka
mempunyai wewenang untuk bertindak secara resmi dalam lingkup pendelegasian mereka
dan untuk mempengaruhi bawahan mereka. Pusat pertanggungjawaban adalah dasar untuk
menyusun sistem akuntansi pertanggungjawaban keseluruhan, kerangka untuk itu harus
didesain secara hati-hati. Struktur organisasi harus dianalisa dari kelemahan pendelegasian
tugas dan wewenang.
 Acceptance of responsibility
Unsur yang terpenting dalam keberhasilan penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban
adalah bahwa manajer pusat pertanggungjawaban menerima tanggungjawab dan tugas yang
diberikan kepadanya dengan layak dan kesediaan mereka melaksanakannya. Para manajer
akan merasa bersedia menerima tugas dan tanggungjawab tersebut dengan baik jika mereka
merasa dibutuhkan secara fisik dan sumber daya. Mereka akan melaksanakannya dengan baik
jika budaya organisasi dimana tempat mereka menjalankan tugas memberikan kebebasan
untuk melaksanakan tugas dengan cara-cara mereka sendiri. Budaya organisasi yang ada juga
harus dapat memberikan toleransi jika mereka mengalami kegagalan. Dan para manajer
hendaknya diberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat dan pandangan mereka sendiri
tanpa adanya rasa takut. Ketika sistem akuntansi pertanggungjawaban mengukur keberhasilan
mereka atau kegagalan mereka, ada suatu kepercayaan bahwa mereka diawasi dan
dikendalikan oleh para atasannya. Penentuan pencapaian sasaran yang dihubungkan dengan
akuntansi pertanggungjawaban akan meningkatkan komunikasi diantara mereka dengan
terbuka, dan mereka dapat menentukan ukuran dan strategi yang hendak dicapai.
 Capability of inducing cooperation
Akuntansi pertanggungjawaban mampu meningkatkan kerjasama organisasi yang
memperlihatkan para manajer bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Akuntansi
pertanggungjawaban juga menunjukan tingkat loyalitas mereka, kemampuan mereka dalam
membuat keputusan mereka sendiri di dalam kerangka tanggungjawab yang didelegasikan
kepada mereka. Mereka merasa menjadi bagian penting dalam organisasi sehingga mereka
merasa dihargai dan akan bersama-sama mempunyai keinginan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Semangat kerjasama mereka akan tercipta dan meningkat dan menyakinkan
mereka bahwa mereka sedang mencapai tujuan yang dirumuskan bersama. Mereka merasa
menjadi sesuatu hal yang penting, dan tentu saja mereka akan berpikir bahwa jika terjadi
kegagalan tentulah akan mempengaruhi masa depan. Tekanan yang berlebihan dalam
pencapaian tujuan, meski diperbolehkan akan menghancurkan manfaat yang diperoleh dari
kerjasama yang harmonis. Sebagai gantinya, mungkin adalah kompetisi yang tidak sehat
diantara bagian dan adanya tekanan yang ekslusif dalam jangka pendek.
Teori keuangan tradisional (keuangan tradisional) seperti Pasar Efisien Hipotesis (Fama,
1970) dibangun atas dasar berbagai asumsi. Satu dari asumsi tersebut menyatakan bahwa
pasar selalu berfikir rasional dalam pembuatannya keputusan (Suryawijaya, 2003). Namun
faktanya, asumsi rasionalitas investor sulit untuk dipenuhi mengacu pada Widoatmodjo
(2010) yang menemukan bahwa dalam Pasar modal Indonesia, seluruh investor lebih
cenderung berperilaku tidak rasional daripada rasional. Kekuatan pengaruh sosial atau orang-
orang di sekitar lebih banyak sering dijadikan referensi bagi investor, Jika sikap seorang
investor itu positif (Investor membuat keputusan untuk berinvestasi) tetapi teman-temannya
tidak mendukung posisinya, niat investor dapat berubah secara drastis menjadi keputusan
yang bertentangan (Adhikara, 2008). Ini berarti minat investor untuk berinvestasi lebih besar
kemungkinannya mengadopsi perilaku meniru (Adhikara, 2008).

Teori sinyal menyatakan bahwa investor akan menyesuaikan perilaku mereka sesuai dengan
pemahaman sinyal yang disampaikan oleh pemilik informasi (Spence, 1973). Pemilik
informasi dalam hal ini adalah perusahaan, oleh karena itu, sinyal yang diterima dari
perusahaan oleh investor disebut sebagai sinyal langsung. Sedangkan, jika investor menerima
sinyal dari apa yang disampaikan oleh teman, orang asing, dan tren pasar, sinyal yang
ditangkap oleh investor itu bukan sinyal langsung dari perusahaan (Aprillianto et al., 2014).
Investor yang menerima sinyal tidak langsung dari perusahaan disebut sebagai follower
investor (Aprillianto et al., 2014).

Investor di Indonesia cenderung ditemukan sebagai pengikut (follower). Mereka ada sebagai
pengikut investor lain, pengikut investor asing, dan pengikut tren (Aprillianto et al., 2014).
Investor pengikut hanya tahu sinyal positif dan negatif dari apa yang dinyatakan oleh teman,
investor asing, dan tren pasar. Investor yang berperilaku sebagai pengikut investor lain,
pengikut investor asing, atau pengikut tren, adalah investor yang mengikuti transaksi
pertemanan, pihak asing atau pergerakan tren. Asumsinya adalah teman mereka sebagai
penerima langsung dari sinyal yang disampaikan oleh perusahaan, sedangkan investor yang
mengikuti teman mereka adalah penerima sinyal yang dinyatakan oleh teman mereka
(Aprillianto et al., 2014). Investor hanya sebagai pengikut apa yang mereka jadikan referensi,
tanpa mengetahui tingkat risiko dan pengembalian yang akan mereka terima. Perilaku
irasional seperti investor follower terjadi bukan hanya karena mereka mengambil keputusan
yang menyimpang dari asumsi rasionalitas, tetapi juga dipengaruhi oleh subjektivitas, emosi
dan faktor psikologis lainnya (Kowonda dan Rowland, 2012).

Keruntuhan pasar adalah salah satu kasus yang dapat membuktikan bahwa emosi dapat
mempengaruhi perilaku irasional investor (Suryawijaya, 2003), seperti fenomena tabrakan di
ibukota AS yang disebut Black Thursday pada 11 September 1986. Black Thursday
termotivasi justru dengan diskusi di Eropa tentang kemungkinan kenaikan inflasi di Amerika
Serikat, mengakibatkan harga obligasi pemerintah AS menurun selama pembukaan NYSE
pada pagi berikutnya. Pada saat itu penjualan panik terjadi dan begitu harga saham turun,
mengakibatkan efek derivatif yang mengalami kehancuran dalam waktu dua hari. Indo Alpha
(www.indoalpha.com) selaku penyelenggara riset pasar modal Indonesia gratis, menunjukkan
bahwa data IHSG Indonesia selama 10 tahun ke belakang, yaitu pada 2004-2013 mengalami
10 kali Market Crash, kecuali pada 2009 yang tidak terjadi. . Statistik Crash Pasar IHSG dapat
dilihat pada Gambar 1. Crash Pasar terjadi karena sebab yang berbeda, baik dari pelaku dan
jenis aset. Indo Alpha menginvestigasi bahwa menurut penelitian yang dilakukan mengenai
insiden jatuhnya pasar, hanya 20% yang disebabkan oleh guncangan eksternal seperti bencana
alam, misalnya tragedi serangan teroris WTC pada 2011. Namun, penyebab jatuhnya pasar
yang tidak pernah berubah adalah , sebagai akibat dari sifat manusia atau perilaku investor
yang tidak terkendali (www.indoalpha.com).

Tindakan investor yang tidak terkendali yang menyebabkan perubahan di pasar (bullish atau
bearish) dimotivasi oleh faktor psikologis, seperti, keserakahan, ketakutan dan kegilaan
Shiller (1990). Ketika pasar bullish, saham selalu dinilai terlalu tinggi karena didominasi oleh
mayoritas investor yang menjadi serakah. Sifat ketamakan muncul dan mendorong para
investor menggunakan laba mereka untuk membeli dengan harga tinggi dengan harapan
menjual dengan harga lebih tinggi lagi. Setelah mendapatkan harga turun, investor yang
masih memiliki saham, mulai takut yang menyebabkan investor melepas saham, takut mereka
akan menanggung kerugian yang lebih besar. Kedua karakteristik investor ini menjelaskan
perilaku individu yang cenderung bergerak atau bertindak sesuai dengan apa yang dilakukan
mayoritas (Shiller, 1990).

Ide penelitian ini berasal dari fenomena investasi yang terjadi berdasarkan hasil penelitian
pasar modal bebas dan hasil penelitian yang menunjukkan perilaku pasar yang tidak rasional.
Sebelumnya, pada awal 1960 biasanya investor biasa digambarkan sebagai investor yang
rasional. Namun, kali ini investor biasanya dipengaruhi oleh bias kognitif dan emosi. Investor
Rasional hanya mementingkan risiko dan pengembalian yang diharapkan dari portofolio,
sedangkan investor normal lebih mementingkan itu (Statman, 2005). Oleh karena itu, setiap
keputusan yang dibuat oleh investor di pasar saham, akan mempengaruhi harga saham.

Berdasarkan kelima kelompok investor, perilaku investor pengikut diklasifikasikan dalam


kelompok panah lurus yang menunjukkan sifat mengikuti kerumunan (mengikuti kawanan)
atau diproksi dengan perilaku menggiring (herding behavior). Perilaku menggiring di pasar
keuangan diidentifikasi sebagai kecenderungan perilaku investor untuk mengikuti tindakan
investor lain (Luong dan Ha, 2011).

Menggiring (herding) adalah kondisi psikologis, yang terjadi ketika investor mengabaikan
kepercayaan pribadi mereka dan mengikuti keyakinan orang lain tanpa berpikir (Devenow
dan Welch, 1996). Menggiring perilaku sebagai perilaku kawanan, yaitu kecenderungan
individu untuk meniru tindakan (rasional atau irasional) dari kelompok yang lebih besar,
dengan beberapa alasan. Alasan pertama adalah karena tekanan sosial untuk diterima dalam
kelompok dan alasan kedua adalah bahwa orang percaya bahwa kelompok besar itu
tidak mungkin salah (Phung, 2014).

Perilaku investor pengikut diproksi dengan menggunakan deteksi perilaku menggiring


menggambarkan ekonomi disfungsional sebagai bias roh hewan untuk menjelaskan perilaku
psikologi manusia, seperti insting dan emosi yang mana mempengaruhi perilaku manusia.
Seperti ketidakstabilan karena spekulasi dan ketidakstabilan karena sifat manusia yang
sebagian besar masih memiliki naluri dasar hewan. Istilah penggembalaan diambil dari
konsep roh binatang yang merupakan kumpulan binatang menuju arah yang sama (lurus)
panah) (Keynes, 1935).

Investor pengikut adalah "penerima sinyal yang tidak langsung dari perusahaan". Ada tiga
jenis investor pengikut, mereka adalah pengikut investor lain, pengikut investor asing, dan
pengikut tren (Aprillianto et al., 2014), di yang dijelaskan masing-masing sebagai berikut: 1)
Pengikut investor lain adalah mereka yang menerima sinyal yang dikirim oleh investor lain.
Diasumsikan bahwa ini yang lain investor adalah penerima langsung dari sinyal yang
disampaikan oleh perusahaan; 2) Pengikut investor asing adalah investor yang mengikuti
pergerakan transaksi asing. Diasumsikan bahwa investor asing adalah penerima sinyal yang
disampaikan oleh perusahaan; 3) Trend Follower adalah investor yang mencoba membaca
peningkatan atau penurunan tren kenaikan emiten. Diasumsikan ada satu penerbit
mengumumkan perluasan perusahaan, dan kemudian pasar merespons positif terhadap
kenaikan harga yang berkelanjutan, dan kemudian pengikut tren akan ikuti pasar untuk juga
membeli saham emiten.

Menurut Suryawijaya (2003), banyak investor membatalkan niat untuk menjual efek ketika
harga saat ini lebih rendah dari harga pembelian, untuk menghindari rasa sakit dan penyesalan
karena telah melakukan investasi yang buruk, bukan karena investor percaya harga pasar
sekuritas akan membaik dan menghasilkan laba, Namun, investor "takut menyesal", sehingga
investor cenderung mengikuti arah aliran (ikuti kerumunan), dengan pertimbangan bahwa
investor tidak sendirian melakukan investasi buruk jika keputusan investasi yang dibuat
adalah kegagalan. Lebih lanjut, perilaku irasional juga ditemukan oleh Aprillianto et al.
(2014) dimana pemula cenderung melakukan perilaku investor pengikut yang membuat
keputusan untuk ikuti teman, orang asing, atau tren. Dalam penelitian itu, pengikut cenderung
memiliki peluang untuk mendapatkan tingkat pengembalian dan meminimalkan risiko karena
investor memiliki referensi yang jelas yaitu dengan menangkap sinyal tidak langsung dari
perusahaan melalui teman, orang asing, atau tren yang secara langsung menerima sinyal yang
dikirim oleh perusahaan. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa investor berperilaku
irasional dalam bullish kondisi pasar, tetapi dalam kondisi pasar bearish ada juga potensi yang
ditemukan bahwa investor dapat berperilaku tidak rasional (Widoatmodjo, 2010).

Di pasar keuangan, pengikut berarti bahwa investor membeli atau menjual sekuritas terlepas
dari dasar yang mendasari keputusan mereka, karena beberapa Sinyal meluncurkan perilaku
pengikut. Perilaku pengikut bertentangan dengan rasional harga aset yang menyoroti
pentingnya analisis fundamental pada harga saham. Perilaku irasional ini membuat
keuntungan investor menjadi tidak pasti (Saastamoinen, 2008).

Investor rasional adalah investor yang cenderung berpikir untuk memaksimalkan kekayaan
investasi yang dilakukan. Dengan demikian, dalam hal ini investor akan mencari sebanyak
mungkin informasi mungkin, seperti informasi tentang laporan keuangan perusahaan, kinerja,
risiko, kondisi ekonomi, inflasi, tingkat bunga, dan yang lain dijelaskan dalam Teori Hipotesis
Pasar Efisien. Sementara tidak rasional investor bertindak dengan mempertimbangkan aspek
non-ekonomi, terutama aspek psikologis seperti emosi, subjektivitas, dan berbagai lainnya
faktor psikologis yang dijelaskan dalam konsep keuangan perilaku (Suryawijaya, 2003).
Pandangan investor tentang risiko fundamental akan mempengaruhi harga persediaan (stock
price) (Selva, 1995).

Investor yang rasional akan meminimalkan risiko pemilihan saham dengan membandingkan
prospek di sektor industri. Dan investor irasional seharusnya memiliki tipe teknis dan tidak
suka bentuk ulasan informasi keuangan, sementara norma subyektif sangat dominan dalam
memberikan kepercayaan kepada investor untuk dipatuhi pandangan orang lain (Septyanto
dan Adhikara, 2014).

Perilaku investor pengikut terjadi sangat tinggi di Pasar Modal Indonesia ketika pasar ambruk,
dari 350 pengamatan ada 247 pengamatan dengan indikasi pengikut. Investor pengikut milik
panah lurus grup. Kelompok-kelompok ini terkadang menolak risiko dan terkadang
mengambil risiko. Di kesempatan lain juga bisa bersifat individualis, dan di waktu lain lebih
mengungkapkan sifat mengikuti keramaian (follow the herd) (Suryawijaya, 2003).

Perilaku investor pengikut adalah keadaan psikologis, ketika investor melakukannya tidak
melibatkan keyakinan masing-masing pribadi dan mengikuti kepercayaan orang lain tanpa
mempertimbangkan hal-hal lain. Adapun ketidakstabilan karena spekulasi dan ketidakstabilan
karena Karakteristik sifat manusia yang sebagian besar masih memiliki naluri dasar seekor
binatang. Perilaku investor pengikut selama kondisi crash pasar di Indonesia pasar modal
Indonesia mungkin dapat mengganggu volatilitas saham yang jatuh tempo untuk
pembentukan perubahan harga saham cepat atau lambat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku investor follower tidak rasional perilaku karena
investor bertindak dengan pertimbangan aspek non-ekonomi, terutama aspek psikologis
seperti emosi, subjektivitas, dan beragam faktor psikologis lain yang dijelaskan dalam konsep
perilaku keuangan. Apalagi, investor irasional tidak melakukan analisis fundamental dengan
mempertimbangkan prospek sektor industri. Itu juga sudah dibuktikan ketika pasar ambruk,
investor yang bertindak sebagai investor adalah yang irasional investor, tanpa
mempertimbangkan prospek ketiga sektor industri di BEI
Heuristik adalah proses yang dilakukan oleh individu dalam mengambil keputusan secara
cepat, dengan menggunakan pedoman umum dan sebagian informasi saja.

Contoh Heuristik Keterwakilan


1. Apabila ada seseorang yang memakai sorban dan baju putih, berbicara santun dan sering pergi ke
masjid untuk memberikan ceramah, tanpa berpikir panjang, masyarakat dengan mudah akan
berpikir bahwa orang tersebut adalah ustaz/ kyai.
2. Seorang sekretaris sebuah perusahaan besar yang setiap hari pulang-pergi dengan mobil dan
sering melakukan perjalanan dinas ke luar negeri biasa dianggap sebagai orang kaya/ sosialita,
walaupun orang-orang yang mengasumsikan hal itu tidak mengenalnya.
3. Masyarakat akan dengan cepat mengasumsikan seseorang sebagai orang jahat/ preman jika orang
tersebut adalah laki-laki gondrong yang memakai baju sobek-sobek dan tidak rapi dengan tato di
mana-mana.
4. Jika seseorang memiliki pembawaan yang ramah, teratur dan sedikit pemalu kemudian dia
memiliki banyak sekali koleksi buku di rumahnya, tanpa menanyakan apa jenis pekerjaannya,
masyarakat sekitar biasanya akan langsung menebak bahwa dia adalah seorang pustakawan.

Contoh Heuristik Ketersediaan


1. Secara logika, manusia memang cenderung mengambil keputusan berdasarkan informasi yang
mudah diingat karena mereka cenderung berpikir bahwa informasi yang mudah diingat pastilah
penting sehingga harus menjadi penentu dalam pengambilan keputusan. Hal ini bisa dilihat dari
kecenderungan orang akan membeli suatu produk yang sering mereka lihat dari iklan di televisi.
Semakin sering mereka melihat iklan suatu produk, semakin mereka berpikir bahwa produk
tersebut pastilah bagus dan pilihan terbaik. Anda juga bisa membaca peran psikologi dalam
strategi pemasaran produk dan strategi pemasaran dalam psikologi konsumen.
2. Strategi heuristik sering membuat orang yang mempraktikkannya melebih-lebihkan hal yang
mungkin terjadi sebagai lanjutan dari informasi tersebut. Misalnya, ketika seseorang sering
menonton berita tentang kecelakaan pesawat yang dramatis, seperti tenggelam di laut atau
menabrak gunung, maka orang tersebut akan cenderung tidak memilih pesawat untuk
mengantarnya bepergian.
3. Jika diteruskan, heuristik ini juga bisa mengarahkan seseorang pada trauma. Contohnya, jika dia
sering dicampakan oleh kekasihnya, maka dia mungkin akan memilih untuk tidak memiliki
kekasih selamanya. Baca juga cara menghilangkan trauma dalam cinta dan cara mengatasi
trauma berkepanjangan.

Anda mungkin juga menyukai