Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENGANTAR PAI

“QS. AL- MU'MINUN AYAT 3”


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah PAI

Dosen Pengampu :
Muhammad Suranto, M.Pd.I

Disusun oleh Kelompok 3 :

1. Alfian Noer Fauzi (193021 VI A)


2. Alifia Asa Acnetasari (192827 VI A)
3. Anida Ekasanti (192831 VI A)
4. Dewi Cahyanti (192845 VI A)
5. Maisun Intishar Nusaibah (192866 VI B)
6. Muh. Irfan Baharudin (192871 VI B)
7. Trimo (192896 VI B)

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH KLATEN
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat, taufik serta
hidayah-Nya. Sholawat serta salam tak lupa pula penulis haturkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW.
Alhamdulillah, syukur kami haturkan kepada Allah yang telah memudakan dan
memberikan petunjukkannya hingga tulisan tentang Al-Mu'minun ayat 3 ini dapat
terselesaikan. Tulisan ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengetahuan Evaluasi
Pendidikan.
Sepenuhnya kami menyadari bahwa makalah ini terselesakan bukan semata kerja kami,
melainkan ada pihak-pihak yang membantu baik secara materil maupun moril. Untuk itu,
dalam kesempatan ini kami ucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Muriyanto, M.Pd.I, selaku Ketua STAIM Klaten.
2. Bapak Muh.Suranto,M.PdI selaku Dosen pengampu mata kuliah Pengantar Evaluasi
Pendidikan.
Kami pun penyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami nantikan. Akhirnya kami berharap
semoga makalah ini bermanfaat kita semua demi kebaikan di masa yang akan datang.
Aamiin.

Klaten, 4 Maret 2022

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Sub Cover ........................................................................................................ i


Kata Pengantar ................................................................................................ ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 1
C. Tujuan Makalah ..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 3
A. Lafadz Q.S Al-Mu'minun Ayat 3 ........................................... 3
B. Asbabun Nuzul Q.S Al-Mu'minun Ayat 3 ............................. 3
C. Tafsir Q.S Al-Mu'minun Ayat 3 ............................................ 4
D. Inti Kandungan Q.S Al-Mu'minun Ayat 3 ............................. 6
BAB III PENUTUP ................................................................................... 8
A. Kesimpulan ............................................................................. 8
B. Saran ........................................................................................ 8
Daftar Pustaka ................................................................................................ 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Surat Al-Mukminun merupakan salah satu surah yang disepakati oleh ulama
tentang turunnya, yaitu sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Yusuf Ali
dalam hal ini mengatakan surat ini merupakan surat terakhir yang turun di Mekkah
(Abdullah Yusuf Ali, 1993: 863). Dinamai dengan al-Mukminun karena surat ini
menerangkan tentang sifat-sifat tersebut diharapkan mereka mendapat keberuntungan di
akherat dan ketentraman jiwa di dunia (Lujnah Tarjamah,1414 H : 523).
Tujuan utama surat ini adalah uraian tentang kebahagiaan dan kemenangan yang
akan diraih secara khusus oleh orang-orang mukmin, walaupun ada ulama yang
menambahkan bahwa surat ini merupakan ajakan beriman kepada Allah dan hari
kemudian serta menjelaskan sifat-sifat orang mukmin. Sayyid Quthub selanjutnya
menjelaskan bahwa surat ini dimulai dengan uraian tentang sifat orang mukmin kemudian
diikuti dengan bukti keimanan yang ada dalam diri manusia dan alam raya, serta hakekat
iman sebagai mana yang telah disampaikan oleh para rasul sejak Nabi Nuh sampai Nabi
Muhammad SAW (Sayyid Qutub, 1971: 13)
Ayat 1 – 11 surat Al-Mukminun dijadikan rujukan dalam menetapkan dasar dan
sumber pedoman hidup Islami yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah untuk
dijadikan pola dan tingkah laku dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, sehingga
tercermin kepribadian Islami menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya. Untuk itu penulis tertarik untuk mengkajinya dalam berbagai macam Kitab
Tafsir

B. Rumusan Masalah
1. Apa lafadz dan arti Q.S Al-Mu'minun ayat 3?
2. Apa sebab turunnya Q.S Al-Mu'minun ayat 3?
3. Apa tafsir dari Q.S Al-Mu'minunayat 3?
4. Bagaimana isi kandungan Q.S Al-Mu'minun ayat 3?
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui lafadz dan arti dari Q.S Al-Mu'minun ayat 3.
2. Mengetahui sebab-sebab turunnya Q.S.Al Mu'minun ayat 3.
3. Mengetahui tafsir dari Q.S.Al-Mu'minun ayat 3.
4. Mengetahui inti dari Q.S Al –Mukminun ayat 3.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lafadz dan Terjemahan Q.S Al-Mu'minun Ayat 3


َ‫ع ِن اللَّ ْغ ِو ُم ْع ِرض ُْون‬
َ ‫َوالَّ ِذيْنَ ُه ْم‬

Artinya : “Dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak
berguna”

B. Asbabun Nuzul Q.S Al-Mu'minun Ayat 3


Asbabun Nuzul Surah Al- Mu’minun ayat 3 ini telah masuk pada asbabun nuzul
Al- Mu’minun ayat 1-10 .
Diriwayatkan bahwa sebagian sahabat bertanya kepada Aisyah :
“Bagaiman akhlak Rasulullah?” Aisyah menjawab : “Akhlak beliau adalah Al-
Qur’an”. Kemudian, Aisyah membaca ayat 1 sampai 10 dari surat ini.
“Demikianlah akhlak Rasulullah saw.”
Apabila turun sesuatu wahyu kepada Rasulullah, maka terdengarlah
seperti suara lebah. Maka kamipun berdiam sejenak, lalu Rasulullah menghadap
kiblat, seraya mengankat kedua tangannya, kemudian berdo’a : “Wahai
Tuhanku. Tambahkanlah untukku dan janganlah Engkau kurangi, muliakanlah
aku dan jangan Engkau hinakan, berikanlah sesuatu kepadaku dan jangan
Engkau tidak memberi sesuatu, utamakan aku atas orang lain dan janganlah
Engkau mengutamakan orang lain atas diriku. Ridhailah kami dan
gembirakanlah kami”.
Setelah itu Nabi memberitahu bahwa dia baru saja menerima wahyu.
“telah turun kepadaku 10 ayat, barangsiapa melaksanakan kandungan
(maknanya), masuklah dia ke surga,” ujarnya, seraya membacakan 10 ayat
pertama dari surat al-Mu’minun yang baru saja diterimanya itu. (H.R Ahmad
dan at-Turmudzi)

3
C. Tafsir Q.S Al-Mu'minun Ayat 3
Menurut Muhammad Nasib Ar-rifa’I dalam tafsir Ibnu Ktasir Jilid 3 (2000 : 408)
menjelaskan bahwa : “Orang-orang yang menjauhkan diri dari perilaku yang tidak
berguna, yakni dari kebatilan yang meliputi syirik, kemaksiatan, dan hal-hal yang tidak
berfaedah yang menyangkut perkataan dan perbuatan.”
Ahmad Mustafa Al-Maraghi dalam terjemah tafsir al-Maraghi Juz 18 (1394
H/1974 M, 18, 6) mengemukakan bahwa : “Orang-orang yang berpaling dari segala hal
yang tidak berguna bagi mereka, dan dari segala perkataan yang seharusnya ditinggalkan
seperti berdusta, bersanda gurau dan mencaci, karena mereka mempunyai kesungguhan
yang menyibukkan mereka.”
Menurut pendapat Sayyid Quthb (2004, 8, 161) dalam tafsir Fi Zilalil Qur’an
berpendapat bahwa : “Sifat orang mukmin yaitu berpaling dari perkataan yang tidak
berguna (lagwun), perbuatan yang tidak berguna, sikap yang tidak berguna serta
prasangka yang tidak berguna, karena sesungguhnya hati orang mukmin tidak terlintas
hal-hal yang tidak berguna, orang mukmin selalu mengingat Allah (dzikir), dan selalu
mengagungkan hal-hal yang menjadi tanda-tanda keuasaan Allah pada dirinya, dan selalu
menjalankan amar ma’ruf nahi munkar serta selalu berbuat baik kepada siapapun.”
Sementara itu Imam Jalaluddin Al-Mahalli (1990, 3, 1411) dalam tafsir Jalalain
memberikan uraian bahwa : “Orang yang beriman pasti akan menjauhkan diri dari
perkataan dan perbuatan yang tidak berguna.”
Hasbi Ash-Shiddieqy (2000, 3, 2725) dalam tafsir Al-Qur’anul majid An-Nuur
menafsirkan bahwa : “Mereka yang menjauhkan diri dari segala sesuatu yang tidak
berfaedah dan segala pembicaraan yang tidak berharga, seperti berdusta, memaki-maki,
dan kata-kata lain yang sia-sia.”
Uraian pendapat para mufassir di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang
mukmin yang yang sebenar-benarnya adalah orang-orang yang menjauhkan diri dari
perilaku yang tidak berguna, yang tidak ada faedahnya yang menyangkut perkataan dan
perbuatan seperti berdusta, memaki-maki, dan kata-kata lain yang tidak ada gunanya.
1
Pada ayat sebelumnya (ayat 2 surat al Mukminun) menjelaskan bahwa shalat
yang benar yaitu shalat yang dilakukan dengan khusuk, yang dapat mencegah atau
menjauhkan seseorang dari perbuatan fahsyak dan mungkar (buruk dan tidak berguna)

1
Syarafuddin. H. Z, “TUJUH KARAKTER ORANG MUKMIN DALAM SURAT AL-MUKMINUN AYAT 1–11”, Jurnal
SUHUF Vol. 21 No. 1, 2009, Hal 72-74

4
maka pada ayat ketiga ini Allah menjelaskan hal-hal yang bertolak belakang kekhusukan
dalam shalat. Yaitu “al-Lagwu” (perbuatan perkataan yang tidak berguna). Karena siapa
yang terbiasa khusuk dalam shalat atau khusuk kepada Allah maka ia akan terbiasa
meninggalkan halhal yang tidak berguna.
Selanjutnya ayat ini diawali dengan huruf “wawu” yang dalam bahasa Indonesia
berarti dan maksudnya selain mereka yang disebut pada ayat sebelumnya yang akan
memperoleh keberuntungan dan kebahagiaan, juga orangorang yang terhadap “al-
Lagwu” yakni terhadap hal-hal yang tidak bermanfaat, tidak memberi perhatian atau
menjauhkan diri secara lahir dan batin dari hal-hal tersebut.
Untuk itu orang mukmin yang bahagia ialah yang selalu menjaga waktu dan umurnya
dari hal-hal yang sia-sia yakni dari kebatilan yang meliputi syirik, kemaksiatan dan hal-
hal yang tidak berguna yang menyangkut perkataan dan perbuatan, yang haram maupun
yang makruh.
Sebagaimana ia khusuk dalam shalat, ia juga berpaling dari segala perbuatan yang
tidak berguna bagi dirinya dan orang lain. Ia selalu menjauhkan diri dari perbuatan
kedzaliman, kehinaan kepada orang lain, korupsi, penyelewengan, menerima suap,
pemborosan, penghamburan uang bukan pada tempatnya.
Mereka yakin bahwa seluruh ucapan dan perbuatan mereka akan dicatat oleh
malaikat dan akan diperlihatkan pada hari qiyamat nanti, dan dijadikan bahan untuk
mengadili mereka sendiri.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas mereka tidak mengerjakan hal-hal yang tidak
berguna, karena yang tidak berguna menurut mereka hanya akan menimbulkan kerugian
dan penyesalan.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh at Tirmidzi dari Abi Hurairah:
Rasulullah SAW bersabda: “Sebagian dari kebaikan keislaman seseorang ialah
meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya. (HR Tirmidzi, Hadits Hasan)
Kata mu’ridhuun yang berasal dari kata al urdhu yang berarti samping. Jadi
seseorang yang tidak memberikan perhatian kepada sesuatu, maka dia tidak akan melihat
dan menghadapkan wajah kepadanya atau dengan kata lain dia mengenyampingkannya.
Maka oleh karena itu kata “mu’ridhuun” dipahami dalam arti tidak memberi perhatian
kepadanya. Dengan demikian ayat di atas bukan melarang orang-orang mukmin, tetapi
menyatakan bahwa perhatian mereka tidak tertuju kepadanya

5
Perlu dicatat hal ini bukan berarti bahwa orang mukmin harus selalu serius, tidak
mengenal senyum atau canda, karena terdapat sebuah riwayat yang diduga oleh
sementara orang sebagai sabda Nabi SAW, yaitu “Jangan memperbanyak tawa karena
tertawa yang banyak dapat mematikan hati”. Jika riwayat ini dinilai shahih maka harus
dipahami dalam arti lelucon (yang tidak lucu), yang menyakitkan hati dan melalaikan
tugas-tugas pokok karena para Nabi juga tertawa ketika mendengar ucapan dan melihat
kelakuan yang lucu. Sebagai contoh Nabi Sulaiman as. Ketika mendengar suara atau
ucapan semut ia pun tertawa, sebagaimana ditentukan dalam Al-Qur’an: “Maka dia
tersenyum tertawa ketika mendengar ucapan semut. (QS. AnNarul, 19) Dalam berbagai
riwayat bahwa Nabi Muhammad SAW, juga tertawa dan bergurau. Menurut Aisyah isteri
beliau mengatakan bahwa Nabi sering tertawa dan tersenyum. Bahkan tertawa sampai
terlihat gigi geraham beliau, namun tidak terbahak dan tidak mengucapkan kecuali yang
haq.

D. Inti Kandungan Q.S Al-Mu'minun Ayat 3


Orang yang menghindar dari hal- hal yang tidak berguna merupakan tanda bahwa
ia merupakan seseorang yang memiliki kesungguhan dalam menyibukkan diri. jika di
dalam shalat seseorang harus berpaling dari segala sesuatu kecuali Tuhannya, maka
wajarlah jika diluar shalat pun manusia harus berpaling dari segala hal yang tidak
bermanfaat.2
Semua hal yang tidak bermanfaat alangkah lebih baik untuk ditinggalkan
walaupun perbuatan teersebut tidak sampai masuk kepada kategori yang diharamkan. Ini
juga mencakup perbuatan bohong, main- main, umpatan, segala bentuk kemaksiatan, dan
segala bentuk perbuatan maupun perkataan yang tidak ada faedah.
Hal ini bukan berarti bahwa seorang mukmin harus selalu serius, tidak mengenal
senyum ataupun gurau. Karena dalam beberapa riwayat juga disebutkan bahwa
Rasulullah saw pun bergurau dan tertawa.3
Jika hal tersebut tidak diharamkan kenapa seorang mukmin diminta untuk
menjauhkan diri darinya? Karena kondisi seperti itu rawan untuk terjerumus kepada
keadaan yang mengakibatkan dosa. Imam al- Ghazali menyebutkan dalam awal kitab
bidayatul hidayah bahwa Syaitan memiliki tujuan untuk memperdaya manusia agar

2
Mustafa al-Maraghi. 1946. Tafsir al-Maraghi. Mesir: Mustofa al-Babi al-Halabi. Juz:5, Hal:18

3
Quraish Shihab. 2012. Tafsir al-Lubab. Jakarta: Lentera Hati. Jilid : 2, Hal:538

6
mereka melakukan suatu keburukan sedangkan ia sendiri mengira telah melakukan
perbuatan yang baik.4

4
Abu Hamid al- Ghazali. Bidayatul Hidayah. Kairo : Maktabah Makbouly. Hal: 26

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lafadz dan terjemahan Q.S. Al-Mu’minun ayat 3 yaitu:

َ‫ع ِن اللَّ ْغ ِو ُم ْع ِرض ُْون‬


َ ‫َوالَّ ِذيْنَ ُه ْم‬

Artinya : “Dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak
berguna”
Sifat orang mukmin antara lain:

Menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna

Orang yang menghindar dari hal- hal yang tidak berguna merupakan tanda bahwa
ia merupakan seseorang yang memiliki kesungguhan dalam menyibukkan diri. jika di
dalam shalat seseorang harus berpaling dari segala sesuatu kecuali Tuhannya, maka
wajarlah jika diluar shalat pun manusia harus berpaling dari segala hal yang tidak
bermanfaat.
Semua hal yang tidak bermanfaat alangkah lebih baik untuk ditinggalkan
walaupun perbuatan teersebut tidak sampai masuk kepada kategori yang diharamkan. Ini
juga mencakup perbuatan bohong, main- main, umpatan, segala bentuk kemaksiatan, dan
segala bentuk perbuatan maupun perkataan yang tidak ada faedah.
B. Saran
Kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini pasti terdapat banyak
kesalahan, kekeliruan dan kekurangan, baik itu dari segi tulisannya, bahasanya ataupun
yang lain. Oleh karena itu, kami mengharapkan kepada pembaca sekalian serta segenap
pihak yang bersangkutan, untuk dapat memberikan kritik dan sarannya, agar dapat kami
benahi bersama dan dapat kita ambil manfaatnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadiy (2015) MENJAGA KEMALUAN (HIFZUL FURUJ) DALAM AL-


QUR'AN.Wonosobo: Syariati

Al – Maraghi, Mustafa. (1946). Tafsir al- Maraghi. Mesir: Mustofa al- Babi al- Halabi.

Al- Ghazali, Abu Hamid. Bidayatul Hidayah. Kairo: Maktabah Makbouly.

Herlina, H. (2016). Implikasi Pendidikan Dari QS Al-Mu’minun Ayat 1-9 Tentang Penguatan
Keimanan Melalui Pendidikan Dalam Keluarga. Bandung

Shihab, Quraish. (2012). Tafsir al- Lahab. Jakarta: Lentera Hati.

Syarafuddin, H. Z (2009) TUJUH KARAKTER ORANG MUKMIN DALAM SURAT AL-


MUKMINUN AYAT 1–11.Surakarta: Suhuf. Vol. 21. No. 1. Hal. 72-74

Anda mungkin juga menyukai