Anda di halaman 1dari 9

Penyelenggaraan Pendidikan dalam Konteks PAI

Nur Rissyah Dwiningsih


Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Email : ririssyahdwi@gmail.com
Dosen Pengampun : Dr. Arif Budi Raharjo, M. Si

Abstrak
Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yang
sebagaimana dirumuskan dalam tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3,
bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokrasi serta bertanggung jawab.1 Pendidikan moral saat ini memiliki peran
yang penting di suatu negara, sehingga layaknya pendidikan sekarang ini lebih
diarahkan untuk membentuk karakter bangsa. Masalah yang timbul di bidang
pendidikan, khususnya pendidikan moral yang merupakan tanggung jawab
seorang pendidik.

Karena itu diperlukan gagasan Penguatan Pendidikan Karakter dengan


mengoptimalkan peran Pendidikan Agama Islam di sekolah untuk mendidik
peserta didik yang beriman, bertakwa, dan berakhlakul karimah sesuai fitrahnya.
Untuk menjawab keperluan tersebut, dilakukan dengan perspektif yuridis dan
menggunakan perspektif Islam (pandangan al-qur’an dan hadist).

Keywords : penguatan pendidikan karakter disekolah, pendidikan agama Islam

1
Asmaun sahlan, ‘pembelajaran pendidikan agama Islam dengan pendekatan kontekstual’, Jurnal
el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang, hal 217
Pendahuluan

Pada pemerintah Presiden Jokowi, dilakukan program penguatan, sehingga


dikenal dengan kebijakan “penguatan pendidikan karakter”, yang disingkat
dengan PPK. Kebijakan ini perwujudan dari nawacita butir ke delapan, yaitu
memperkuat pendidikan karakter bangsa yang memunculkan Gerakan Nasional
Revolusi Mental (GNRM).2 Terdapat alasan penting kenapa PPK dilaksanakan
adalah karena adanya kecenderungan global berupa, pertama, berlangsungnya
revolusi industry keempat yang ditandai dengan fenomena kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi.

Di era Revolusi Industri 4.0, masyarakat dihadapkan pada kemajuan teknologi


yang pesat dan canggih yang menonjolkan pola-pola yang dikenal dengan
fenomena inovasi disruptif seperti ekonomi digital, big data, dan robotika. Orang-
orang terobsesi dengan kecanggihan teknologi yang praktis, rasional, empiris, dan
pada dasarnya material. Di satu sisi membawa banyak kebaikan manusia, dan di
sisi lain berdampak buruk pada kepribadian manusia. Kita menyebutnya sebagai
sikap individualistis, materialisme, dan mengabaikan aspek kehidupan spiritual.
Oleh karena itu, pendidikan karakter memiliki peran strategis yang harus
dikembangkan agar peserta didik dapat terus memperoleh pendidikan yang benar.
Ini untuk memanusiakan manusia.

Pendidikan Islam, di sisi lain, memiliki konsep yang lebih luas dan universal.
Masalah berikutnya adalah lebih banyak Muslim Indonesia yang dididik di
sekolah umum dan pendidikan agama relatif sedikit. Sangat sulit untuk mendidik
generasi Muslim yang taat yang mengandalkan mata pelajaran agama hanya
empat atau tiga jam seminggu. Oleh karena itu, pendidikan karakter dapat menjadi

2
Mohammad Ariandy, ‘Kebijakan Kurikulum dan Dinamika Penguatan Pendidikan Karakter di
Indonesia’, Sukma: Jurnal Pendidikan, 3.2 (2019), 137-68.
sarana optimalisasi peran strategis pendidikan agama Islam di sekolah dalam
mendidik siswa yang taat beragama.

Adapun rumusan masalah yang akan dikaji dalam artikel ini yaitu bagaimana
upaya mengoptimalkan Pendidikan Agama Islam sebagai bagian penting dalam
Penguatan Pendidikan Karakter di sekolah?.

Metode

Artikel ini menggunakan perspektif yuridis yakni sebuah analisis yang


digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah diuraikan diatas dan
menggunakan perspektif Islam (pandangan Al-Qur’an dan Hadist).

Kajian Pustaka

1. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan lebih dari sekedar pendidikan. Pendidikan dapat digambarkan


sebagai proses transfer pengetahuan murni, tetapi pendidikan merupakan
transformasi nilai dan pengembangan diri dengan segala aspeknya. Pendidikan
dalam pandangan ini umumnya menyangkut upaya dan jalur yang disiapkan oleh
pendidik dengan persiapan yang matang.

Peraturan pemerintah Nomor 55 Tahun 2007, pasal 1 menyatakan bahwa


pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam
mengamalkan ajaran agamanya, yang sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran
/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan pendidikan. Sedangkan menurut Daradjat
(1992), pendidikan agama adalah suatu usaha yang secara sadar dilakukan guru
untuk mempengaruhi siswa dalam pembentukan manusia beragama.3

Pendidikan agama bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi


manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, bertakwa, dan berakhlak

3
Juju saepudin, ‘PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH BERBASIS PESANTREN:
STUDI KASUS PADA SMP AL MUTTAQIN KOTA TASIKMALAYA’, Jurnal Penelitian
Pendidikan Agama dan Keagamaan, (agustus 2009), 174-175.
mulia. Pendidikan Islam dianggap sebagai bisnis dan gaya kerja dengan tiga
karakteristik: Pertama, pendidikan Islam menitikberatkan pada pencarian dan
perolehan ilmu. Kedua, pendidikan Islam adalah pengenalan potensi dan
kemampuan untuk tumbuh menjadi kepribadian. Ketiga, pendidikan Islam adalah
pengalaman pengetahuan yang didasarkan pada tanggung jawab kepada Tuhan
Yang Maha Esa.

Pendidikan Agama Islam adalah bagian integral daripada pendidikan


nasional sebagai suatu keseluruhan. Dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 37 ayat 1 dijelaskan bahwa kurikulum pendidikan
dasar dan menengah wajib memuat antara lain pendidikan agama. Dalam
penjelasannya dinyatakan bahwa pendidikan agama ditujukan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta berakhlak mulia.4

Penyelenggaraan pendidikan formal dan pendidikan agama Islam di sekolah


memiliki landasan yang sangat kuat, yang dapat dilihat dari beberapa aspek. Hal
inilah yang menjadi dasar penyelenggaraan pendidikan agama yang dihasilkan
dari undang-undang yang dapat digunakan secara langsung maupun tidak
langsung sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah-sekolah
dan lembaga pendidikan formal di Indonesia.

Kedua, dasar religius. Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar
yang besumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah
perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah-Nya. Dalam Al-Qur’an
terdapat beberapa yang menunjukan perintah tersebut, antara lain dalam Qs. An-
Nahl ayat 125 :

4
Juju saepudin, ‘PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH BERBASIS PESANTREN:
STUDI KASUS PADA SMP AL MUTTAQIN KOTA TASIKMALAYA’, Jurnal Penelitian
Pendidikan Agama dan Keagamaan, (agustus 2009), 175.
َ ‫سنَ ِة َو َجاد ِْل ُه ْم ِبالَّتِ ْي ِه‬
‫ي‬ َ ‫ظ ِة ْال َح‬ َ ‫ع ا ِٰلى‬
َ ‫س ِب ْي ِل َر ِب َك ِب ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع‬ ُ ‫ا ُ ْد‬
َ‫سبِ ْي ِل ٖه َو ُه َو ا َ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهت َ ِديْن‬
َ ‫ع ْن‬
َ ‫ض َّل‬ َ ‫س ُۗ ُن ا َِّن َرب ََّك ُه َو ا َ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬َ ‫ا َ ْح‬
Artinya: “ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya
dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Qs.
An-Nahl:125)

Ketiga, dasar psikologis. Yaitu dasar yang berbubungan dengan aspek


kejiwaan kehidupan individu ataupun masyarakat. Dengan demikian tiga dasar
itulah yang menjadi landasan keberadaan Pendidikan Agama Islam dibutuhkan
disetiap jenjang pendidikan.5

2. Penguatan Pendidikan Karakter


Peraturan presiden RI Nomor 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan
Karakter, pasal 1 menyatakan bahwa “Penguatan Pendidikan Karakter yang
disingkat PPK adalah gerakan pendidikan dibawah tanggung jawab satuan
pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah
hati, rasa, pikir, dan raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan
pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional
Revolusi Mental (GNRM).
Pendidikan karakter sebenarnya ada selama pendidikan itu ada, karena
pendidikan kepribadian pada umumnya dilandasi oleh kepribadian yang baik.
Gejala yang menyebabkan pentingnya pendidikan karakter adalah pesatnya proses
dehumanisasi manusia. Ada banyak fenomena di mana banyak orang terasing:
dari Tuhan mereka, dari sesama manusia, dari lingkungan mereka, dari bangsa
dan negara mereka, dan dari diri mereka sendiri. Oleh karena itu, dengan
munculnya keterasingan ini, banyak sekali fenomena kepribadian buruk yang
muncul dalam kehidupan manusia di Indonesia saat ini.

5
Asep A. Aziz, Ajat S. Hidayatullah, Nurti Budiyanti, Uus Ruswandi, ‘pendidikan agama Islam
(PAI) di sekolah dasar’, pendidikan agama Islam, Vol. 18 No. 2, (2020), 134.
Gerakan PPK menempatkan pendidikan karakter sebagai dimensi terdalam
atau inti pendidikan nasional sehingga pendidikan karakter menjadi poros
pelaksanaan pendidikan dasar dan menengah. Pada pasal 3 Prepres No. 87/2017
dijelaskan bahwa PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai pancasila
dalam pendidikan karakter yang terutama meliputi nilai-nilai regius, jujur, toleran,
disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, komunikatif, peduli lingkungan dan sosial, dan
bertanggung jawab. Nilai tersebut merupakan perwujudan dari lima karakter
utama yang saling berkaitan, religiositas, nasionalisme, kemandirian, gotong
royong, dan integritas.6
Terdapat aspek utama dalam pengembangan pendidikan karakter adalah
landasan-landasannya. Adapun yang menjadi dasar pendidikan karakter adalah
Al-Qur’an, Hadist, dan Takwa.
a. Al-Qur’an
Diantara ayat Al-Qur’an yang menjadi dasar pendidikan akhlak
adalah, seperti ayat dibawah ini:

‫الص ىلو َة َو ْأ ُم ْر اِبلْ َم ْع ُر ْو اف َوانْ َه َع ان الْ ُم ْن َك ار َو ْاص ا ِْب عَ ىٰل َما ٓ َا َصاب َ َ َۗك‬
َّ ‫يىبُ َ ََّن َا اق ام‬
‫) َو ََل ت َُص اع ْر َخ َّدكَ اللنَّ ااس َو ََل تَ ْم اش اِف ْ َاَل ْر اض َم َر ًحاَۗ اا َّن‬١٧(‫اا َّن ىذ ا َِل ام ْن َع ْز ام ْ ُاَل ُم ْور‬
َّ ُ ‫اّلل ََل ُ اُي ُّب‬
)١٨ (‫ُك ُم ْخ َتالٍ فَخ ُْو ٍٍۚر‬ َ‫ى‬
Yang artinya: ‘hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesunguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia
(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan

6
Permendikbud No. 20/2018, pasal 2. Lihat juga Hendarman, dkk (Tim Penyusun), Konsep dan
Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter Tingkat Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Tim
PPK Kemdikbud, 2016), hlm. 8
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri.’

b. Hadist
Mengingat kebenaran al-Qur’an dan al-Hadis adalah mutlak, maka
setiap ajaran yang sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadis harus
dilaksanakan dan apabila bertentangan maka harus ditinggalkan.
Dengan demikian berpegang teguh kepada al-Qur’an dan sunnah
Nabi akan menjamin seseorang terhindar dari kesesatan.
Sebagaimana hadis Rasul yang diriwayatkan dari Abu Ahmad yang
artinya Telah menceritakan kepada kami [Al Aswad container Amir]
telah menceritakan kepada kami [Syariik] dari [Rukain] dari [Al
Qasim container Hassan] dari [Zaid bin Tsabit] berkata, "Rasulullah
Shallalahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Aku tinggalkan untuk kalian
dua pusaka; Kitabullah, tali yang terjulur antara langit dan bumi atau
dari langit ke bumi, dan ahli baitku. Keduanya tidak akan terpisah
hingga keduanya menemuiku di telaga.(HR Ahmad No.20596).7
c. Takwa
Yaitu sebuah nama yang diambil dari kata al-Wiqayyah
(memelihara) yaitu seorang menjadikan sesuatu sebagai sarana
supaya terhindar atau terpelihara dari azab Allah dan sesuatu atau
sarana itu adalah mengerjakan perintah-perintah Allah dan
menjauhkan dari larangan-larangan-Nya.
3. Konsep Pendidikan karakter dalam Islam
Hal terpenting dalam konsep pendidikan Islam adalah menggunakan
metodologi pendidikan Islam yang bersumber dari wahyu Allah, yang secara
tidak langsung berkaitan dengan keyakinan manusia. Orang-orang memiliki
iman yang benar dan dikatakan sesuai dengan hukum Islam jika mereka
bermoral.

7
Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Al-lu‟lu Wal Marjan (Kumpulan Hadits Shahih Bukhari
Muslim), Umul Qura.2011
Karakter adalah nilai-nilai baik yang semuanya mengakar di dalamnya dan
diimplementasikan dalam segala aktivitas sehari-hari. Kepribadian mengacu
pada keyakinan, moral, sikap, pola perilaku, atau kebiasaan yang
mempengaruhi interaksi seseorang dengan Tuhan dan orang-orang di
sekitarnya. Karakter yang baik terpancar dengan jelas sebagai hasil pemikiran,
dari pikiran yang selalu di rasakan, dan dari segala aspek yang dilakukan dan
dilakukan orang dalam bentuk organisasi.
Tujuan pendidikan karakter itu berbeda-beda antara negara satu dengan
yang lainnya, yang dipengaruhi oleh kultur dan pandangan hidup masing-
masing negara. Pendidikan karakter dalam Islam memiliki tujuan yang sangat
jelas yaitu membentuk anak didik yang berakhlak mulia. Implementasi
pendidikan karakter dalam Islam tersimpul dalam pribadi Rasulullah SAW.
Dalam pribadi Rasul, bersemai nilai-nilai akhlak yang agung dan mulia. Dalam
Qs. Al-Ahzab: 21 menyatakan :

‫اّلل َوالْ َي ْو َم‬ ‫لَ َق ْد ََك َن لَ ُ ُْك ا ِْف َر ُس ْو ال ى ا‬


َ ‫اّلل ُا ْس َو ٌة َح َس نَ ٌة ال َم ْن ََك َن يَ ْر ُجوا ى‬
َ ‫ْ ىاَل اخ َر َو َذ َك َر ى‬
َۗ ‫اّلل َك اث ْ ًْيا‬

Yang artinya: ‘sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.’

Ayat diatas menjelaskan bahwa pendidikan karakter dalam perspektif Al-


Qur’an dan Hadist telah ada sejak zaman Rasul, dimana Rasul sendiri merupakan
role model dalam pembelajaran. Sebab, tidak dapat diragukan lagi bahwa semua
yang ada dalam diri Rasulullah SAW merupakan pencapaian karakter yang agung,
tidak hanya untuk umat Islam tetapi juga bagi umat di seluruh dunia.8

8
Anggi fitri,’pendidikan karakter perspektif Al-Qur’an dan Hadist’, jurnal studi pendidikan
agama Islam, Vol 1 No.2, (Juli 2018), 49.
Kesimpulan

Pendidikan Agama Islam harus dioptimalkan dalam mendidik karakter


peserta didik, khususnya peserta didik yang beragama Islam. Terlebih konsep
karakter yang diinginkan sesungguhnya bermakna akhlakul karimah. Tanpa
agama, mustahil seseorang disebut berakhlak mulia. Sebab kata akhlaq memiliki
akar kata yang sama dengan khaliq dan makhluk. Setiap makhluk bertuhan
dituntut untuk memiliki akhlak sebagaimana yang diperintahkan Sang Khaliq.

Pendidikan karakter ialah upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan


secara sistematis guna membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Allah, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,
budaya, dan adat istiadat. Pendidikan karakter melibatkan aspek pengetahuan
(cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Ketika hal tersebut dapat
berjalan beriringan, maka akan terbentuk karakter seseorang yang bisa baik atau
buruk.

Daftar Pustaka
Asep A. Aziz, A. S. (2020). PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) . jurnal
pendidikan agama islam, 134.

Kosim1, M. (2020). Penguatan Pendidikan Karakter Di Era Industri . JURNAL PENDIDIKAN


ISLAM, 90.

Saepudin, J. (2019). PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH BERBASIS PESANTREN: .


Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, 174-175.

Sahlan, A. (n.d.). PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN . Jurnal el-


Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 217.

Anda mungkin juga menyukai