AHI PRESS
Dr, Yayu Heryatun, M.Pd Pendampingan Penyusunan Program Literasi Digital Bagi
Tri Ilma Septiana, M.Pd Ustadz/Ustadzah Di Pesantren Modern Di Provinsi Banten
Dr, Yayu Heryatun, M.Pd
Tri Ilma Septiana, M.Pd
ISBN 978-979-9152-37-76
Diterbitkan Oleh:
AHI PRESS
Jl. KH. Sohari, Link Cipare Jaya, Rt/Rw 03/21,
Kelurahan Cipare, Kecamatan Serang, Kota Serang
Email: ahinstitute123@gmail.com
Bismillahirrahmanirrahim,
Wassalamualaikum wr wb
Tim Pengabdi
ii
ABSTRAK
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar – i
Abstrak – iii
Daftar Isi – iv
BAB I: PENDAHULUAN – 1
A. Latar Belakang Masalah – 1
B. Rumusan Masalah – 6
C. Tujuan Pengabdian – 6
D. Signifikansi Pengabdian – 6
E. Kerangka Konseptual – 7
1. Pesantren – 7
2. Literasi Digital – 8
iv
C. Pondok Pesantren – 45
1. Definisi Pondok Pesantren – 45
2. Peran dan Fungsi Pesantren – 49
3. Tipologi Pesantren – 54
4. Sistem Pendidikan di Pesantren – 58
5. Budaya Literasi di Pesantren – 65
v
C. Evaluasi Kegiatan Pendampingan – 106
D. Refleksi Teoritis Kegiatan Pendampingan – 110
vi
Pendampingan Penyusunan Program Literasi Digital
Bagi Ustadz/Ustadzah di Pondok Pesantren Modern di Provinsi Banten
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti
merumuskan pertanyaan pendampingan yaitu: Bagaimana
pola pendampingan penyusunan literasi digital yang dapat
diintegrasi dalam proses pembelajaran di pesantren secara
berkesinambungan?
C. Tujuan Pengabdian
Pendampingan ini memiliki tujuan utama, yakni
mendesain pola pendampingan penyusunan literasi digital
yang dapat diintegrasi dalam proses pembelajaran di
pesantren secara berkesinambungan.
D. Signifikansi Pengabdian
Signifikansi utama dari kegiatan pendampingan ini
adalah memfasilitasi ustadz/ustadzah dan pustakawan yang
ada di pondok pesantren modern di lingkungan Provinsi
Banten dalam menyusun program literasi digital yang
dapat diintegrasikan secara berkesinambungan dalam
proses pembelajaran serta membangun budaya literasi dan
menciptakan suasana pesantren yang literat (kaya akan
teks).
Program pendampingan ini juga selaras dengan
pemberlakuan Permedikbud Nomor 23 Tahun 2015
tentang Penumbuhan Budi Pekerti, Permendiknas Nomor
24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana
E. Kerangka Konseptual
Dalam rangka memperoleh kesepahaman konsep,
maka dalam sub-bab ini akan disajikan terminologi yang
terkait dengan topik pembahasan.
1. Pesantren
Dari beberapa literatur terdahulu (C.C.Berg: 1974;
Geertz: 1983; Johns:1975), secara etimologi kata pesantren
berasal dari kata India yaitu ‘shastri’ (dari akar kata
‘shastra’) yang memiliki makna orang-orang yang
memahami atau menguasai buku-buki suci agama Hindu.
2. Literasi Digital
Saat ini makna literasi sudah jauh lebih berkembang,
tidak hanya dimaknai sebagai kemampuan membaca dan
menulis dalam media cetak, namun literasi sudah beralih
Proses
Integrasi Pesantren
Pembelajaran
Literasi Digital Yang Literat
di Pesantren
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Tinjaun Literatur
Pada awalnya, pesantren didirikan sebagai pusat
pendidikan keagamaan Islam yang secara khusus ditujukan
untuk mentransmisikan ilmu-ilmu agama Islam
sebagaimana terekam dalam karya-karya Islam klasik yang
dikenal dengan sebutan kitab kuning (Bruinessen, 1999).
Namun, transformasi pesantren yang sangat masif terjadi
di masa pasca-reformasi dimana banyak sekali pesantren
salaf yang mencangkokkan keilmuan pesantren berbasis
kitab salaf dengan kurikulum nasional berbasis
pengetahuan modern. Hasilnya, terjadinya diverifikasi
dimana pesantren tidak hanya terfokus untuk mempelajari
kitab kuning (al-kutub as-sofro) sebagai kitab induk
pesantren (turast), tetapi juga buku putih (al-kutub al-
baidho’) seperti ilmu pengetahuan umum, majalah, dan
koran (Dhofier, 2011). Hal ini menunjukkan keterbukaan
pesantren terhadap keilmuan kontemporer dan perangkat
pembelajaran yang modern yang juga dibutuhkan oleh
santrinya.
Sedikit-banyak, hadirnya literasi digital memberikan
pengaruh pada pola pendidikan dan pola relasi di
pesantren. Zulhimma (2013:163) dalam studinya
mengemukakan bahwa selain alasan efisiensi dalam
B. Literasi Digital
1. Pengertian Literasi Digital
Pada awalnya, istilah literasi sudah mulai marak
diperbincangkan sejak ditemukannya mesin cetak pada
pertengahan abad ke 14 (Revolusi Gutenberg). Semula,
konsep literasi merujuk kepada aktivitas membaca dan
menulis serta juga digunakan untuk membedakan
masyarakat yang sudah melek aksara (literate) dan yang
masih buta huruf (illterate). Namun, saat ini istilah literasi
kemudian berkembang dan dipadankan dengan istilah
Pembelajaran
Pengembangan
Pembiasaan
Tahap Pembiasan
Literasi Dasar
Membaca 15 menit sebelum kegiatan belajar setiap hari
Literasi Perpustakaan
Mencari bahan pustaka yang diminati untuk kegiatan
membaca 15 menit
Literasi Media
Membaca berita dari media cetak atau daring dalam kegiatan
membaca 15 menit
Literasi Teknologi
Membaca buku elektornik (e-book atau Elektronik Talking
Book)
Literasi Visual
Mengamati dan mendiskusikan isi film dan iklan pendek
Tahap Pengembangan
Literasi Dasar
Mendiskusikan bacaan
Literasi Perpustakaan
7. Indikator Ketercapaian
Setelah melaksanakan GLS selama minimal satu
semester, TPLP dapat mengadakan evaluasi diri untuk
mengukur ketercapaian kegiatan GLS pada tahap
pembiasaan. Sebuah pesantren dapat dinyatakan mampu
untuk melanjutkan ke tahap pengembangan apabila
pesantren tersebut telah terbiasa melaksanakan kegiatan
membaca selama 15 menit baik membaca dalam hati
maupun membaca nyaring dalam kurun waktu minimal
satu semester. Biasanya di sebuah kelas dalam sebuah
pesantren terdapat perbedaan dalam hal pencapaain
kegiatan literasi.
Pada table 2.2 akan disajikan indikator pencapaian
pada tahap pembiasaan. Jika semua indikator ini sudah
terpenuhi maka sebuah sekolah atau kelas dapat
meningkatkan diri ke tahap berikutnya yaitu tahapan
pengembangan.
Tabel 2.2
Indikator Ketercapaian Tahap Pembiasan
Tabel 2.3
Indikator Ketercapaian Tahap Pengembangan
C. Pondok Pesantren
1. Definisi Pondok Pesantren
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan
Islam tertua di Indonesia. Lembaga yang dahulunya juga
berfungsi sebagai benteng perlawanan menghadapi
kolonial ini, ternyata, memiliki penyebutan yang berbeda-
beda di setiap daerah. Di Pulau Jawa istilah pondok
pesantren merupakan dua kata yang memiliki satu arti
yaitu tempat tinggal (asrama) bagi para santri yang terbuat
dari bambu. Kata pondok itu sendiri diserap dari kata
bahasa Arab yaitu ‘funduq’ yang dapat diartikan sebagai
asrama besar yang disediakan untuk persinggahan (Abudin
Nata, 2001, h.90). Di Sumatera Barat, kata pesantren biasa
disebut dengan ‘surau’, sedangkan di Aceh dikenal dengan
nama ‘rangkang’ (Yasmadi, 2002, h.62).
3. Tipologi Pesantren
Pondok pesantren pada awalnya berfungsi sebagai
lembaga yang menyebarkan agama Islam. Lambat laun
lembaga ini berkembang dengan mengajarkan ilmu-ilmu
keislaman sekaligus menjaga tradisi Islam dan mencetak
ulama atau Kyai yang siap terjun mengajarkan ajaran Islam
sesuai dengan Al Qur’an dan As Sunah. Saat ini, pesantren
juga telah banyak melakukan pembenahan dan mengalami
perubahan terutama berkaitan dengan penyelenggaraan
pendidikan.
kedalam kitab ini antara lain kitab Al-fiyah ibn Malik yang
merupakan ringkasan dari kitab Al-fiyah atau kitab Lubb al-
Ushul yang merangkum kitab Jam’ al—Jawawi.
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Rencana Pengabdian
Berdasarkan informasi yang dirilis oleh LP2M UIN
Sultan Maulana Hasanuddin Banten Tahun Anggaran
2021, kegiatan pendampingan ini secara efektif akan
berlangsung selama satu semester (7 Mei s/d 30 Oktober
3 Bengkel menulis:
pemanfaatan graphic
organizer dalam menulis
teks narasi
4 Pemanfaatan kanal
youtube, podcast, atau
video clip dalam menulis
teks tanggapan
5 Praktik literasi lintas
mata pelajaran
6 Pemanfaatan aplikasi
berbasis IOS atau
Android (seperti Google
Classroom atau
Edmodo) dalam proses
pembelajaran
7 Menciptakan lingkungan
pesantren yang literat
8 Penyusunan rencana
tindak lanjut
C. Target Pengabdian
Kegiatan ini memiliki sasaran utama yaitu masyarakat
pesantren yang terdiri dari ustadz/ustadzah, pustakawan,
dan para santri yang bermukim di dalamnya. Untuk
membangun budaya literasi di Pesantren sebagaimana yang
diamanatkan dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun
2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, maka diperlukan
upaya untuk mempersiapkan ustadz/ustadzah dengan
BAB IV
PELAKSANAAN PENDAMPINGAN
DAN DISKUSI KEILMUAN
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Pondok Pesantren Modern Nur El-Qolam
Pesantren yang berlokasi di Jalan Syekh Nawawi,
Gambar 4.3
Pondok Pesantren Modern Fathi Qalbi
Pondok Pesantren Modern Fathi Qalbi beralamat di
Kampung Binuangeun, Desa Muara, Kecamatan
Wanasalam, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Pesantren
ini berupaya untuk ikut serta dalam pembentukan manusia
Indonesia yang memiliki keunggulan baik dalam akidah
yang baik (tidak menyimpang), akhlak yang mulia, ibadah
yang tekun dan istiqamah, serta memiliki kompetensi
pribadi yang unggul dalam membangun bangsa.
Saat ini, Pondok Pesantren Modern Fathi Qalbi
telah menyelenggarkan pendidikan formal pada jenjang
SMP dan SMA dimana kurikulumnya diadopsi dari
kurikulum Kulliyatul Mu’alimin al-Islamiyah (KMI)
Gontor. Dr. H. Ade Budiman, MA., mudir Pondok
Pesantren Modern Fathi Qalbi menjelaskan bahwa maksud
dan tujuan dari didirikannya Pondok Pesantren Modern
Fathio Qalbi, Binuangeun adalah: (1) mendidik manusia
dengan nilai-nilai al-Qur’an dan As-Sunnah dengan
pemahaman yang benar dari generasi terbaik umat Islam
sampai dengan sekarang; (2) Mengembangkan ilmu secara
umum, khususnya ilmu yang berorientasi pada nilai-nilai
Islam; (3) mengembangkan sistem pendidikan dan metode
pembelajaran yang efektif dan efisien; dan (4) mewujudkan
Gambar 4.4
Orientasi Literasi Digitral
Pada sesi ini juga dibahas tentang Peraturan Menteri
Pendidikan dan kebudayaan Nomor 23 tahun 2015
tentang Gerakan Literasi Sekolah yang salah satu
kegiatannya yaitu membaca selama 15 menit buku-buku
non pelajaran sebelum pelajaran pertama dimulai.
Fasilitator menjelaskan urgensi dari kegiatan ini kepada
para peserta pendampingan agar para santri memiliki
minat membaca dan meningkatkan keterampilan
membaca supaya ilmu dan pengetahuan dapat diserap
secara baik oleh para santri. Selain itu, fasilitator juga
Gambar 4.5
Bengkel Membaca
Pada awal sesi ini, fasilitator menjelaskan apa yang
dimaksud dengan bengkel membaca dan tujuan bagi para
santri. Bengkel membaca (reading workshop) merupakan
kegiatan pengajaran yang memiliki tujuan utama yaitu
untuk mengajarkan berbagai strategi membaca
pemahaman (reading comprehension) bagi para santri.
Dari kegitan bengkel membaca, para
ustadz/ustadzah dapat memperoleh informasi mengenai
tingkat kemampuan membaca setiap santri, mendesain
pelajaran (instruction) dan penilaian (assessment) yang
tepat, menganalisi hasil penilaian untuk merancang
Gambar 4.6
Bengkel Menulis
Salah satu media menulis yang dapat digunakan
adalah graphic organizer. Graphic organizer adalah media
pembelajaran menulis yang menggunakan simbol visual
untuk menyatakan pemikiran, ide, konsep, atau hubungan
di antara mereka. Dalam pembelajaran menulis teks narasi
(cerita) graphic organizer jenis peta cerita dapat
merangsang para santri untuk berpikir kritis dan sistematis
karena mereka harus dapat menceritakan kembali sebuah
Gambar 4.7
Pemanfaatan Youtoube dalam Menulis Teks Tanggapan
Dalam pelaksanaanya, di awal sesi, peserta
pendampingan diajak berdiskusi untuk menyeragamkan
pemahaman mengenai pengertian teks tanggapan, fungsi
teks tanggapan, ciri kebahasaan, dan struktur teks
tanggapan. Setelah itu, fasilitator baru menjelaskan cara
memanfaatkan kanal youtube, podcast, atau video clip
dalam menulis teks tanggapan.
Pemanfaat media berbasis audio-visual yang tersaji di
internet sangat berguna karena media tersebut memiliki
kekuatan citra yang bisa menyajikan sensasi tontonan yang
menghadirkan pengalaman pribadi (personal experience)
dan ingatan (memorable).
Ditengah sesi pendampingan salah satu peserta yaitu:
Ustadz. Irham Bayquni Ansori dari Pondok Pesantren
Modern Nur El-Qolam memberikan tanggapan dengan
mengatakan bahwa:
“Di pesantren kami, sudah ada akses internet. Kami
para pengajar sudah memanfaatkannya untuk tujuan
komunikasi. Namun, sampai saat ini saya pribadi
belum memaksimalkan fasilitas tersebut, ternyata
ada banyak video di youtube yang bisa dimanfaatkan
sebagai topik pembelajaran khususnya materi teks
tanggapan. Setelah fasilitator mensimulasikan best
practice mengajar teks tanggapan dengan
Gambar 4.8
Literasi Lintas Mata Pelajaran
Terakhir, praktik literasi lintas mata pelajaran IPS.
Tujuan dari sesi ini adalah: (1) mengidentifikasi proses
pembelajaran IPS yang mengembangkam kemampuan
literasi informasi; (2) mempraktikan literasi informasi
dalam pembeljaran IPS.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68
Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum menyiratkan bahwa peserta didik/santri
tingkat sekolah menengah harus memiliki keterampilan
sosial agar dapat mengikuti perkembangan dunia global.
Gambar 4.9
Pemanfaatan Aplikasi Google Classroom dan Edmodo
7. Pertemuan Ketujuh
Setelah membahas seluk-beluk literasi digital, pada
pertemuan ketujuh ini, peserta pendampingan akan diajak
berdiskusi tentang bagaimana menciptakan lingkungan
pesantren yang literat (kaya akan teks). Pertemuan ini tidak
hanya melibatkan dewan ustadz/ustadzah namun juga
pustakawan yang mengabdi di Pondok Pesantren Modern.
Adapun tujuan utama dari pertemuan ini adalah
memberikan wawasan kepada para ustadz/ustadzah dan
pustakawan tentang cara menciptakan lingkungan
pesantren yang literat dengan cara memajang hasil karya
literasi para santri di setiap sudut ruang pesantren.
Gambar 4.10
Menciptakan Lingkungan Pesantren yang Literat
Di pertemuan ini, fasilitator lebih banyak mengajak
peserta pendampingan untuk berdiskusi tentang apa
sebenarnya yang dimaksud dengan lingkungan pesantren
yang literat? apa manfaat dari lingkungan yang literat bagi
para santri? Bagaimana cara menciptakan lingkungan
pesantren yang literat? dan tata cara menata pajangan hasil
Gambar 4.11
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
Setelah menyelesaikan pertemuan ini, para peserta
pendampingan diharapkan mampu untuk: (1) menuliskan
Bulan …. Bulan ….
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4
1
2
3
4
…
(Sumber: https://pondokmodernnurelqolam.sch.id/)
Gambar 4.12
Rapat Pembentukan Tim Penggerak Literasi Pesantren
Namun, dari beberapa program menarik tersebut,
program literasi yang harus didahulukan dan memiliki
prioritas utama yang ahrus dilakukan adalah program
membaca buku non-pelajaran selama 15 menit sebelum
waktu belajar dimulai. Kegiatan ini memiliki urgensi untuk
menumbuhkan minat baca dan meningkatkan
keterampilan membaca para santri agar pengetahuan dapat
mereka peroleh dengan baik. Buku yang dibaca adalah
buku non-pelajaran namun harus berisikan nilai-nilai budi
pekerti, kearifan lokal, nasional, maupun globnal yang
disesuaikan dengan tahapan perkembangan para santri
(Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang
Penumbuhan Budi Pekerti).
(Sumber: http://www.pesantrenkulni.sch.id/html/index.php?id=album)
Gambar 4.12
Kegiatan Membaca 15 Menit Buku Non-Pelajaran
Di Pesantren Modern Kulni
Setelah kegiatan membaca 15 menit buku non-
pelajaran di pesantren mulai berjalan, beberapa pesantren
binaan mulai melaksanakan program-program literasi yang
telah disusun di rencana tindak lanjut. Di Pesantren
Modern Kulni, TPLP mengadakan program klinik
membaca dengan materi penerapan teknik membaca
seperti sustained silent reading, guided reading, dan
independent reading. Selain itu, pesantren yang memiliki
semboyan “Religious, On Time, dan Computerized” ini
telah memiliki studio radio dan laboratorium komputer
yang terhubung dengan jaringan internet. Hal ini
memungkinkan para santrinya untuk terhubung dengan
(
Sumber: Dokumentasi Pribadi Ustadz Ibnu Ahmad)
Gambar 4.13
Kegiatan Siaran melalui Radio 107.7 Kulni fm
Gambar 4.14
Menulis Blog
Gambar 4.15
Latihan Design Grafis
Sementara itu, di Pondok Pesantren Modern Nur El-
Qolam, Salah satu program literasi unggulan yang
diselenggarakan oleh TPLP adalah kegiatan pekan bahasa.
Kegiatan ini berisi perlombaan literasi seperti lomba baca
puisi, lomba menulis cerpen, lomba bercerita (storytelling),
lomba kaligarafi, dan pemilihan duta literasi pesantren.
Gambar 4.16
Penyerahan Hadiah Pada Kegiatan Pekan Bahasa
Setelah suskes dengan kegiatan pekan bahasa, TPLP
mengundang seorang public speaker and training
motivator, Bapak Heppy Chandrayana, M.I.Kom. Kegiatan
ini selain bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar
dan kepercayaan diri santri, namun juga untuk
memberikan cara jitu berbicara di depan umum untuk
para santri. Pada kegiatan public speaking ini santri juga
diajarkan cara menulis teks pidato dengan menggunakan
bahasa Inggris dan bahasa Arab beserta latihan vocal
(intonasi), ekspresi wajah (facial expression), dan gerak
tubuh (gesture).
Gambar 4.17
Kegiatan Public Speaking
Terakhir, kegiatan literasi unggulan yang
diselenggarakan di Pondok Pesantren Modern Fathi Qalbi
adalah kegiatan mengunjungi perpustaakaan daerah,
mengundang perpustakaan keliling, serta pembuatan
madding dan reading corner. Kegiatan ini merupakan
wujud nyata dari Tim Penggerak Literasi Pesantren dalam
memperkenalkan dan membangun budaya literasi dengan
cara yang lebih menyenangkan kepada para santri Pondok
Pesantren Modern Fathi Qalbi.
Ketua Tim Penggerak Literasi Pesantren, Ustadzah
Nur Humais mengatakan bahwa
“Kegiatan mengunjungi perpustakaan daerah dan
mengundang perpustakaan keliling ke pesantren
Gambar 4.18
Kunjungan ke Perpustakaan Daerah Provinsi Banten
Gambar 4.19
Perpustakaan Keliling
Akhirnya, kegiatan pendampingan penyusunan
literasi digital ini selain memberikan dampak postif
terhadap peningkat kompetensi ustadz/ustadzah dalam
mengintegrasikan kegiatan literasi ke dalam mata pelajaran
namun juga menciptakan lingkungan pondok pesantren
yang kaya akan teks. Selain itu, pemanfaatan media literasi
digital dalam proses pembelajaran di pesantren membuka
portal dunia luar bagi santri untuk mengakses informasi
terkini dan memperoleh ilmu pengetahuan yang tidak
mereka dapatkan dari buku pelajaran.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan pendampingan ini merupakan sebuah
manifestasi dari kami selaku akdemisi dalam melaksanakan
Tri Dharma Perguruan Tinggi khusus dalam bidang
Pengabdian Kepada Masyarakat. Pada hakikatnya, Pondok
Pesantren telah memiliki kultur literasi yang kuat melalui
kajian-kajian kitab kuning (al-kutub as-sofro) dan tradisi
istimbat (mencari referensi) lewat kitab-kitab turast (kitab
induk pesantren). Namun, di Abad 21 ini Pondok
Pesantren juga harus membuka diri dengan memanfaatkan
teknologi dan internet sebagai media pembelajar. Oleh
karena itu, Pondok Pesantren harus dapat melengkapi
santrinya dengan kemampuan literasi digital yang dapat
mereka manfaatkan dengan baik untuk mengakses
informasi secara cepat. Selain itu, kemampuan literasi
digital ini juga dapat melatih para santri untuk berpikir
kritis, bertindak selektif dalam menerima dan memilih
informasi agar terhindar dari berita yang tidak benar
(hoax).
B. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan maka saran-saran yang
peneliti ingin ajukan adalah
Daftar Pustaka
Internet:
College, William. (2014). Writing Programs. Diakses 20
Oktober 2021, dari: https://writing-
programs.williams.edu/writing-workshop/
https://bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf
Perundang-undangan:
Permedikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang
Penumbuhan Budi Pekerti
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar
Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar dan Menengah
Permendiknas Nomor 25 Tahun 2007 tentang Standar
Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah
Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum SMP/MTs
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang
Pesantren
Lampiran:
LEMBAR PENILAIAN FASILITATOR
KEMAMPUAN MEMFASILITASI
PENDAMPINGAN (SOFT SKILL)
Nama Peserta : ………………………
Institusi Asal : ………………………
Bidang Studi : ………………………
Skor
No Aspek
1 2 3 4 5
1. Suara dapat didengar dan
dipahami oleh seluruh peserta
pendampingan
2. Pengaturan suara (kecepatan
dan intonasi suara) sudah baik
3. Kesantunan dalam
menyampaikan materi
4. Gerak proposial ketika
menyampaikan materi
5. Isyarat yang dilakukan (gerak
tangan/gerak tubuh dan wajah
tersenyum)
6. Diam sejenak untuk
memberikan kesempatan
peserta pendampingan untuk
berpikir, memberikan
perhatian, dan penekanan yang
tepat
8. Kemampuan menjawab
pertanyaan peserta
pendampingan
9. Kemampuan menyimpulkan
materi
10. Kesiapan menyediakan materi
powerpoint pada saat presentasi
Catatan Tambahan:
1. Hal yang perlu ditingkatkan:
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
2. Hal yang perlu dikurangi/dihilangkan
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
Oktober November
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pembentukan Tim
Pengerak Literasi
Pesantren
2 Penerapan Kegiatan
Program 15 menit
membaca buku non-
pelajaran sebelum
pelajaran pertama di
mulai
3 Mengadakan
Program Klinik
Membaca
4 Pemanfaatan Radio
Kulni Dalam Latihan
Berbicara
5 Praktik menulis di
Blog dan Belajar
Desain Grafis
Oktober November
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembentukan Tim
Penggerak Literasi
Pesantren
2 Penerapan Kegiatan
Membaca Buku Non-
Pelajaran Selama 15
Menit Sebelum
Pelajaran Pertama
Dimulai
3 Mengadakan Pekan
Bahasa
4 Publing Speaking dan
Training Motivasi
5 Pembuatan Mading
dan Saung Membaca
Oktober November
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pembentukan Tim
Penggerak Literasi
Pesantren
2 Penerapan Kegiatan
Membaca Buku Non-
Pelajaran Selama 15
Menit Sebelum
Pelajaran Pertama
Dimulai
2 Melakukan
Kunjungan Ke
Perpustakaan Daerah
3 Mengundang
Perpustakaan
Keliling
4 Pelatihan Menulis
Cerpen
5 Kegiatan Bengkel
Membaca