Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENDIDIKAN DAN PERKAWINAN DALAM


PERSPEKTIF AGAMA
Disusun guna memenuhi tugas pendidikan agama islam

Disusun oleh :

KELOMPOK 9
1. Anjas Milan (1970001080)
2. Dedek Fadillah (1953021013)
3. Farid Wadjdy (1953021024)
4. Alya Nurul Assyfa G (1953011012)
5. Vinka Alisia (1953011023)

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM & EKONOMI


GRAHA KIRANA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak nikmat serta melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan
pengetahuan sehingga makalah yang berjudul “Pendidikan dan Perkawinan dalam
Perspektif Agama” ini bisa selesai pada waktunya tanpa kendala yang berarti.

Makalah ini dapat penulis selesaikan berkat kerjasama dan bantuan dari banyak
pihak. Terima kasih kami ucapkan kepada beberapa pihak terkait yang telah
berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena
kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Untuk itu kritik dan saran sangat kami
harapkan dari para pembaca demi perbaikan dan perkembangan makalah ini.

Demikianlah makalah ini dibuat semoga dapat bermanfaat khususnya kepada


para penyusun dan tentunya kepada para pembaca.

Medan, 29 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………...……. i

KATA PENGANTAR………………………………………...…….. ii

DAFTAR ISI…………………………………………………....…… iii

BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………...……… 1

A. Latar Belakang ………………………………………………….…. 1

B. Tujuan   ………………………………………………………….…. 3

C. Rumusan Masalah …………………………………...…………… 4

BAB 2 PEMBAHASAN .……..…………………………………..… 6

A.  …………………………………………………………….. 6

B.  ………………………………….. 7

 BAB 3 PENUTUP ………………………………………………… 17

A. Kesimpulan ……………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah pembelajaran  pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan
orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.
Perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang
membentuk hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam budaya

Dalam ajaran islam, pendidikan dan perkawinan memiliki kedudukan yang


sangat penting karena manusia sebagai wakil Allah SWT di muka bumi memikul
tugas dan tanggung jawab yang cukup berat. Oleh karena itu, agar manusia mampu
menjalankan tanggungjawabnya dengan baik diperlukan sikap personalitas yang
berkualitas dan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan kehendak Allah. Hal itu dapat
dipenuhi melalui proses pendidikan dan perkawinan.

Pendidikan agama islam sangat penting untuk di pelajari dan diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari, terutama yang mencakup tentang pendidikan dan perkawinan
dalam pespektif islam. Hal ini sangat penting untuk di pelajari karena dapat
diamalkan ketika kita memasuki jenjang pendidikan dan perkawinan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membatasi masalah sebagai berikut :


1. Mengetahui pendidikan dalam perspektif islam
2. Mengetahui perkawinan menurut perspektif islam

C. Tujuan
1. Untuk memberi pengertian lebih jelas kepada pembaca tentang pendidikan dan
perkawinan menurut perspektif Islam.
2. Agar nilai-nilai didalamnya dapat diterapkan didalam kehidupan.

BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Menurut Perspektif Islam

1. Pengertian Pendidikan Islam

Para ahli pendidikan Islam mengalami perbedaan pendapat dalam


mendefinisikan pendidikan Islam. Dalam konferensi internasional tentang pendidikan
Islam yang pertama (1977) ternyata belum berhasil menyusun definisi pendidikan
yang disepakati. Sulitnya merumuskan definisi pendidikan disebabkan karena dua
faktor. Pertama, banyaknya jenis kegiatan yang dapat disebut sebagai kegiatan
pendidikan. Kedua, luasnya aspek yang dibina oleh pendidikan.

Pendidikan itu harus berbentuk usaha yang sistematis yang ditujukan kepada
pengembangan seluruh potensi anak didik dengan berbagai aspeknya baik ranah
kognitif, afektif dan psikomotor sehingga tujuan akhirnya adalah kesempurnaan hidup.
1
Adapun pendidikan Islam adalah usaha sadar secara sistematis yang mendorong

1
Engku, I., & Zubaidah, S. (2014). Sejarah Pendidikan Islami. Bandung: Remaja Rosdakarya, h. 2
terjadinya proses belajar dan penyesuaian individu-individu secara terus-menerus
terhadap nilai-nilai budaya dan cita-cita masyarakat berdasarkan nilai-nilai Islam.2

Definisi pendidikan Islam adalah: “Proses transformasi dan internalisasi ilmu


pengetahuan dan nilai-nilai Islami pada peserta didik melalui penumbuhan dan
pengembangan potensi fitrahnya untuk mencapai keseimbangan dan kesempurnaan
hidup dalam segala aspeknya.3

2. Tujuan Pendidikan Islam

Umar menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya


insān kamil yang memiliki wawasan kāffaħ supaya mampu menjalankan
tugas-tugas kehambaan, kekhalifahan, dan pewaris Nabi.12 Tujuan pendidikan
Islam adalah menciptakan manusia sebagai hamba Allah yang memiliki kriteria
dinamis, aktif, kreatif, dan selalu menghargakan kegiatannya untuk kesejahteraan
umat yang dilandasi oleh pengabdian yang tulus kepada Allah Subḥānahu Wa
Ta’ālâ.4

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan Islam


adalah untuk mengembangkan potensi yang dimiliki manusia supaya menjadi
manusia yang mulia, memiliki karakter kepribadian Islami yang terlihat dari pola
pikir dan pola sikap yang Islami, menguasai Ṡaqofah Islam, ilmu pengetahuan dan
teknologi berikut keahlian yang memadai dalam rangka menjalankan tugasnya
sebagai hamba, khalifah dan pewaris nabi.

2
Damopolii, M. (2011). Pesantren Modern IMMIM Pencetak Muslim Modern. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, h. 55
3
Nashir, R. (2010). Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal Pondok Pesantren di Tengah Arus
Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, h. 44-45
4
Umar, B. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah, 65
Idealitas tujuan dalam proses kependidikan Islam mengandung nilai-nilai
Islami yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran
Islam secara bertahap. 5 Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam merupakan
penggambaran nilai-nilai Islam yang hendak diwujudkan dalam pribadi peserta
didik pada akhir dari proses kependidikan. Dengan kata lain, tujuan pendidikan
Islam adalah perwujudan nilai-nilai Islami dalam pribadi peserta didik yang
diperoleh dari pendidik muslim melalui proses yang terfokus pada pencapaian
hasil (produk) yang berkepribadian Islam yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, sehingga
sanggup mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah yang taat dan memiliki
ilmu pengetahuan yang seimbang dengan dunia akhirat sehingga terbentuklah
manusia muslim paripurna yang berjiwa tawakkal secara total kepada Allah swt.

B. Perkawinan Menurut Perspektif Islam

1. Pengertian Perkawinan Islam


Perkawinan adalah sunatullah, hukum alam di dunia. Perkawinan dilakukan
oleh manusia, hewan bahkan tumbuh-tumbuhan. Allah berfirman :

ْ‫ض َو ِمن‬ َ ‫ق اَأْل ْز َو‬


ُ ‫اج ُكلَّ َها ِم َّما تُ ْنبِتُ اَأْل ْر‬ َ َ‫ان الَّ ِذي َخل‬ َ ‫س ْب َح‬
ُ
ِ ُ‫َأ ْنف‬
َ ‫س ِه ْم َو ِم َّما اَل يَ ْعلَ ُم‬
‫ون‬
Artinya :
Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang
ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka
ketahui.(36 Yasin:36)

5
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam-Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner,
(Cet.II,Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), h. 53-54.
Islam menyukai perkawinan dan segala akibat baik yang bertalian dengaan perkawinan, baik
bagi yang bersangkutan, bagi masyarakat maupun bagi kemanusiaan pada umumnya.
6

Dalam perspektif hukum islam, nikah atau kawin secara etimologi (lughah)
berarti kumpul atau bersatu, sedangkan secara terminilogisnya (istilah) berarti ‘akd
atau ikatan yang menghalalkan hubungan laki-laki dan perempuan yang semula
terlarang.7
Diantara manfaat perkawinan ialah: bahwa perkawinan itu menentramkan
jiwa, menahan emosi, menutup pandangan dari segala yang dilarang Allah dan untuk
mendapat kasih sayang yang dihalalkan Allah: sesuuai dengan firmanNya :

‫س ُكنُوا ِإلَ ْي َها َو َج َع َل‬ْ َ‫اجا لِت‬ َ َ‫َو ِمنْ آيَاتِ ِه َأنْ َخل‬
ِ ُ‫ق لَ ُك ْم ِمنْ َأ ْنف‬
ً ‫س ُك ْم َأ ْز َو‬
ٰ
ٍ ‫بَ ْينَ ُك ْم َم َو َّدةً َو َر ْح َمةً ۚ ِإنَّ فِي َذلِ َك آَل يَا‬
َ ‫ت لِقَ ْو ٍم يَتَفَ َّك ُر‬
‫ون‬
Artinya :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir."
(30 Ar Rum: 21)

Hikmah lainnya yaitu untuk menjalin ikatan kekeluargaan, keluarga suami dan
keluarga istrinya, untuk memperkuat ikatan kasih sayang sesama mereka. Karena
keluarga yang diikat dengan ikatan cinta kasih adalah keluarga kokoh yang bahagia.8

2. Tujuan Perkawinan

6
H.S.A. Alhamdani, Risalah Nikah (Jakarta: 1989), 15
7
Muhammad bin Ahmad Al-Ramli, Ghayah Al Bayan Syarh Zubad Ibn Raslan, ( Beirut : Dar Al-
Kutub Al-Islamiyah, 2012), 363
8
H.S.A. Alhamdani, Risalah Nikah (Jakarta: 1989), 19
Islam menginginkan pasangan suami istri yang telah membina suatu rumah tangga melalui
akad nikah tersebut bersifat langgeng. Terjalin keharmonisan di antara suami istri yang saling
mengasihi dan menyayangi itu sehingga masing-masing pihak merasa damai dalam rumah
tangganya.

Rumah tangga seperti inilah yang diinginkan Islam. Ada tiga kata kunci yang disampaikan
oleh Allah, dikaitkan dengan kehidupan rumah tangga yang ideal menurut Islam , yaitu
sakinah (as-sakinah), mawadah (al-mawaddah), dan rahmat (ar-rahmah). Ulama tafsir
menyatakan bahwa as-sakinah adalah suasana damai yang melingkupi rumah tangga yang
bersangkutan; masing-masing pihak menjalankan perintah Allah SWT dengan tekun, saling
menghormati, dan saling toleransi.

Dari suasana as-sakinah tersebut akan muncul rasa saling mengasihi dan menyayangi
(al-mawadah), sehingga rasa tanggung jawab kedua belah pihak semakin tinggi. Selanjutnya,
para mufasir mengatakan bahwa dari as-sakinah dan al-mawadah inilah nanti muncul
ar-rahmah, yaitu keturunan yang sehat dan penuh berkat dari Allah SWT, sekaligus sebagai
pencurahan rasa cinta dan kasih suami istri dan anak-anak mereka.

3. Hukum Perkawinan
Berdasar penjelasan Sa‘id Musthafa Al-Khin dan Musthafa Al-Bugha dalam kitab
Al-Fiqhul Manhaji ‘ala Madzhabil Imamis Syâfi’i, hukum nikah adalah sebagai berikut:

1. Sunah
Nikah sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Oleh karena itu, hukum asal nikah adalah
sunah bagi seseorang yang memang sudah mampu untuk melaksanakannya.

Hal ini sebagaimana hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari
(nomor 4779), yang artinya berikut ini: “Wahai para pemuda, jika kalian telah mampu, maka
menikahlah. Sungguh menikah itu lebih menenteramkan mata dan kelamin. Bagi yang belum
mampu, maka berpuasalah karena puasa bisa menjadi tameng baginya.”
2. Sunah Ditinggalkan
Nikah juga bisa dianjurkan atau disunahkan untuk tidak dilakukan. Hukum tersebut berlaku
bagi orang yang ingin menikah, namun tidak memiliki kelebihan harta untuk biaya menikah
sekaligus menafkahi istri. Dalam kondisi seperti ini, orang tersebut sebaiknya mencari
nafkah, beribadah dan berpuasa sambil berdoa Allah SWT segera mencukupi kemampuannya
untuk menikah.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat An-Nur ayat 33, yang artinya: “Dan
orang-orang yang tidak mampu menikah, hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sampai
Allah memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya.”

3. Makruh
Nikah pun bisa dihukumi makruh. Hukum ini berlaku bagi orang yang memang tidak
menginginkan untuk menikah, karena faktor perwatakannya ataupun penyakit. Seseorang itu
juga tidak memiliki kemampuan untuk menafkahi istri dan keluarganya. Jadi, apabila
dipaksakan menikah, orang itu dikhawatirkan tidak bisa memenuhi hak dan kewajibannya
dalam pernikahan.9

4. Ketentuan Hukum Perkawinan

Dalam hal pernikahan meskipun dianjurkan, namun ada beberapa hukum yang harus
diperhatikan bagi siapa saja pernikahan itu diperuntukkan. Pada dasarnya nikah merupakan
salah satu bentuk ibadah yang diperintahkan kepada manusia tanpa terkecuali. Karena dengan
menikah, manusia dapat menjaga diri dari hal-hal yang tidak disukai oleh Allah.

Meskipun dalam beberapa ayat dan hadis menjelaskan bahwa anjuran untuk menikah,
tetapi ketentuan ini tidak bisa diberlakukan semerta-merta tanpa melihat aspek-aspek yang
lain. Ada beberapa hukum nikah yang telah dirumuskan oleh para ulama fiqh, namun pada

9
Addi M Idhom, “Hukum Nikah dalam Islam dan Penjelasannya sesuai Fikih”
(https://tirto.id/hukum-nikah-dalam-islam-dan-penjelasannya-sesuai-fikih-ekwo, Diakses pada 10
Desember 2019, 2019)
prinsipnya mayoritas ulama berpendapat bahwa hukum nikah adalah sunat, dari ulama
zhahiriah menyatakan bahwa hukum nikah adalah wajib.10

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dikemukakan, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut ;

1. Pendidikan Islam mencakup seluruh tujuan pendidikan, bahkan pendidikan Islam adalah

satu-satunya konsep pendidikan yang menjadikan makna dan tujuan pendidikan lebih tinggi

10
Ibnu Rusyidi Al-Qurtubi Al-Andalisia, Biddayatul Mujtahid Wa Nihayatu Al-Muqashid,(Mesir:
Maktabah Al-Syuruqu Al-Dauliah, 2004), 380
sehingga mengarahkan manusia kepada visi ideal dan menjauhkan manusia dari
ketergelinciran dan penyimpangan, yang terfokus pada pencapaian hasil yang berkepribadian
Islam yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berahklak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab,
sehingga sanggup mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah SWT yang taat dan
memiliki ilmu pengetahuan yang seimbang dengan dunia akhirat sehingga terbentuklah
manusia muslim yang paripurna serta berjiwa tawakkal secara total kepada Allah SWT.

2. Islam sangat menyukai perkawinan dan segala akibat baik yang bertalian dengan
perkawinan, baik dari yang bersangkutan, bagi masyarakat maupun bagi kemanusiaan pada
umumnya. Pada dasarnya nikah merupakan salah satu bentuk ibadah yang diperintahkan
kepada manusia tanpa terkecuali. Karena dengan menikah, manusia dapat menjaga diri dari
hal-hal yang tidak disukai oleh Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai