Anda di halaman 1dari 40

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyusun tugas Bahasa Indonesia ini dengan baik serta tepat waktu. Seperti yang sudah kita
tahu “Pendidikan Karakter” itu sangat berarti untuk anak bangsa dari mulai dini. Semuanya perlu dibahas pada
makalah ini kenapa Pendidikan Karakter itu sangat diperlukan serta layak dijadikan bagaikan modul pelajaran.

Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang keberadaan Pendidikan Karakter untuk kemajuan
bangsa. Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa menolong menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas
lagi. Kami menyadari kalau masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan makalah
ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kepada pihak yang sudah
menolong turut dan dalam penyelesaian makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak
terima kasih.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia membutuhkan sumber daya manusia dalam jumlah serta kualitas yang mencukupi bagaikan pendukung
utama dalam pembangunan. Buat penuhi sumber daya manusia tersebut, pendidikan mempunyai kedudukan yang
sangat berarti. Perihal ini cocok dengan UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal
3, yang mengatakan kalau pendidikan nasional berperan meningkatkan keahlian serta membentuk karakter dan
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan nasional bertujuan buat berkembangnya kemampuan partisipan didik supaya jadi manusia yang
beriman serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
serta jadi masyarakat negeri yang demokratis dan bertanggung jawab. Bersumber pada guna serta tujuan
pendidikan nasional, jelas kalau pembelajaran di tiap jenjang, tercantum di sekolah wajib diselenggarakan secara
sistematis guna menggapai tujuan tersebut. Perihal tersebut tentu berkaitan dengan pembentukan karakter
partisipan didik sehingga sanggup bersaing, beretika, bermoral, sopan santun serta berhubungan dengan warga.

1.2 Rumusan Masalah

Penulis sudah menyusun sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah ini. Ada pula sebagian
permasalahan yang hendak dibahas dalam karya tulis ini antara lain:

Apa penafsiran dari pendidikan karakter itu?

Apa penafsiran dari perbedaan kepribadian dan karakter?

Bagaimana contoh program pendidikan karakter?

1.3 Tujuan Masalah

Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun oleh penulis di atas, hingga tujuan dalam penyusunan
makalah ini merupakan bagaikan berikut:

Untuk mengenali apa itu pendidikan karakter.


Untuk mengenali apa itu perbedaan kepribadian dan karakter.

Untuk mengenali contoh program pendidikan karakter.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 a. Asal usul penciptaan manusia

Mula-mula Allah SWT menciptakan Adam a.s. dari tanah dan kemudian ditiupkan

ruh-Nya, sehingga Adam a.s. menjadi hidup, mampu mengingat, berpikir, berkehendak,

merasa, berangan-angan, menilai, dan menentukan pilihan. Kejadian ini mengisyaratkan

bahwa ruh dan jiwa merupakan dua dimensi yang berbeda, sekalipun keduanya tidak

dapat terpisahkan selama manusia masih hidup. Ali Syari’ati dalam sebuah bukunya

menyebutkan, bahwa ruh yang ditiupkan Allah SWT kepada Adam a.s. adalah the spirit

of God. Dengan demikian, manusia itu terdiri dari dua unsur, yaitu materi dan immateri.

Tubuh manusia bersifat materi yang berasal dari tanah, sedangkan ruh berasal dari

substansi immateri di alam gaib. Proses kejadian manusia ini disebut secara jelas di

dalam Al-Quran dan telah dibuktikan secara ilmiah oleh ilmu pengetahuan modern yang

banyak ditulis oleh beberapa ahli. Al-Quran menjelaskan asal-usul manusia di dalam

Surat al-Mu’minun ayat 12-14:

Bahan Ajar Akhlak Tasawuf

Pertemuan ke 2

PJJ-PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2022

 

  
 

 





  

      

 

     

 



  

 



  

 
 

  



12. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)

dari tanah.

13. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang

kokoh (rahim).

14. kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami

jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu

tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk

yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.

Apa yang dimakan oleh manusia berasal dari alam ini dan asalnya dari tanah.

Bahan- bahan makanan itulah yang setiap hari dikonsumsi manusia menjadi energi atau

tenaga untuk melakukan aktifitas sehari- hari. Disana ada saripati yang berasal dari

tanah yang sangat berguna bagi tubuh manusia. Tidak heran jika dokter menyarankan,

agar banyak mengkonsumsi buah-buahan atau sayur-sayuran, karena di dalamnya

mengandung saripati yang sangat berguna untuk tubuh manusia. Sehingga dengan tegas,

bahawa Adam adalah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah swt.

Dalam perjalanan hidup dan kehidupannya, manusia sebagai makhluk Allah pada

dasarnya mengemban amanah atau tugas-tugas kewajiban dan tanggungjawab yang

dibebankan oleh Allah kepadanya agar dipenuhi, dijaga dan dipelihara dengan sebaikbaiknya. Al-Maraghy, ketika
menafsirkan Q.S. al-Nisa’: 58

  

  

  


   

  



  





 

 

 

 

  

 



  

 



 



Ia mengemukakan bahwa amanah tersebut ada bermacam-macam bentuknya,


yaitu:

Bahan Ajar Akhlak Tasawuf

Pertemuan ke 2

PJJ-PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2022

a. Amanah hamba terhadap Tuhannya, yakni sesuatu yang harus dipelihara dan dijaga

oleh manusia, yang berupa mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala

larangan-Nya, serta menggunakan alat-alat potensialnya dan anggota badannya

dalam berbagai aktivitas yang bisa menimbulkan kemanfaatan baginya dan dapat

mendekatkan diri kepada Tuhannya, sehingga bila manusia melanggarnya, maka

berarti dia berkhianat kepada Tuhannya.

b. Amanah hamba terhadap sesama manusia, yakni mengembalikan barang-barang

titipan kepada pemiliknya dan tidak mau menipu, serta menjaga rahasia seseorang

yang tidak pantas dipublikasikan

c. Amanah manusia terhadap dirinya, yakni berusaha melakukan hal-hal yang lebih

baik dan lebih bermanfaat bagi dirinya untuk kepentingan agama dan dunianya,

tidak melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya baik untuk kepentingan

akhirat maupun dunianya, serta berusaha menjaga dan memelihara kesehatan

dirinya.

Di dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa manusia termasuk makhluk yang siap dan

mampu mengemban amanah tersebut ketika ditawari oleh Allah, sebaliknya makhluk

yang lain justru enggan menerimanya atau tidak siap dan tidak mampu mengemban

amanah tersebut, sebagaimana firmanNya dalam Q.S. al-Ahzab : 72

     

   


    







Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya
enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh,Apa itu amanah? Ath-Thabathaba’i, ketika
menafsirkan ayat tersebut, ia mengemukakan bermacam-macam pengertian dari amanah, yaitu: (1)
tugas-tugas/beban kewajiban, sehingga bila orang mau mematuhinya, maka akan dimasukkan ke dalam surga,
sebaliknya bila melanggarnya akan dimasukkan ke neraka; (2) akal, yang merupakan sendi bagi pelaksanaan tugas-
tugas/beban kewajiban dan tempat bergantungnya pahala dan siksa; (3) kalimah “La ilaaha illa Allah; (4) anggota-
anggota badan, termasuk di dalamnya alat-alat potensial atau potensi-potensi dasar manusia, yang mampu
mengemban dan melaksanakan amanah dari Allah yang harus dijaga dan hanya digunakan dalam batas-batas yang
diridhai oleh-Nya; (5) ma’rifah kepada Allah. Pengertian yang keempat itulah, menurut Ath-Thabathaba’i, yang
lebih mendekati kebenaran. Al-Raghib al-Asfahani, pakar bahasa al-Qur’an, mengemukakan beberapa pengertian
tentang amanah, yaitu: (1) kalimah tauhid; (2) al-’adalah (menegakkan keadilan); (3) akal. Menurut Al-Asfahani,
bahwa pengertian yang ketiga itulah yang benar, karena dengan akal bisa tercapai ma’rifah tauhid, bisa
terwujudkan keadilan dan mampu menjangkau berbagai ilmu pengetahuan dan sebagainya, bahkan akal inilah
yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain.Dari beberapa pendapat ahli tafsir tersebut dapat difahami
bahwa tugas hidup manusia –yang merupakan amanah dari Allah – itu pada intinya ada tiga macam, yaitu:
’Abdullah (menyembah atau mengabdi kepada Allah), Khalifah Allah, yang keduanya harus dilakukan dengan
penuh tanggung jawab, dan yang ketiga pembawa risalah.

2.2 Tugas-tugas Sebagai Manusia


b. Manusia sebagai hamba

Hamba Allah adalah orang yang taat dan patuh kepada perintah Allah. Hakikat

kehambaan kepada Allah adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan. Ketaatan,

ketundukan dan kepatuhan manusia itu hanya layak diberikan kepada Allah. Dalam

hubungannya dengan Tuhan, manusia menempati posisi sebagai ciptaan dan Tuhan

sebagai Pencipta. Posisi ini memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat

dan patuh kepada Penciptanya. Hal itu sudah termaktub dalam Al-Quran tentang tujuan

Allah menciptakan manusia, yakni untuk menyembah kepada-Nya. Konsekuensi

manusia sebagai hamba Allah, dia harus senantiasa beribadah hanya kepada-Nya. Hanya

Allah-lah yang disembah dan hanya kepada Allah-lah manusia mohon pertolongan.
Beribadah kepada Allah merupakan prinsip hidup yang paling hakiki bagi orang Islam,

sehingga perilakunya sehari-hari senantiasa mencerminkan pengabdian itu di atas

segala-galanya. Menyembah Allah semata, artinya hanya kepada Allah-lah segala

Bahan Ajar Akhlak Tasawuf

Pertemuan ke 2

PJJ-PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2022

pengabdian ditujukan. Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta segala makhluk,

tiada sekutu bagi-Nya baik Dia sebagai Tuhan yang disembah maupun sebagai Tuhan

Pemelihara alam semesta ini. Pengingkaran manusia dalam penghambaan diri kepada

Allah akan mengakibatkan dia menghamba kepada dirinya, menghamba kepada hawa

nafsunya, atau menghamba kepada sesama makhluk Allah. Menyembah, memohon

perlindungan atau apa saja perbuatan yang menyerupakan Tuhan dengan makhluk, atau

mengangkat makhluk berkedudukan sebagai Tuhan disebut syirik. Orang yang berbuat

syirik disebut musyrik. Perbuatan syirik adalah kezaliman terbesar di sisi Allah.

Perbuatan atau amal shalih yang terwujud dalam fungsi manusia sebagai khalifah akan

berarti di sisi Allah jika dilakukan dalam rangka pengabdian kepada-Nya. Maksudnya,

seringkali ada perbuatan yang tampaknya dilakukan dalam urusan duniawi (seperti

berdagang, bertani, mengajar, menuntut ilmu, membersihkan lingkungan dan urusan

dunia lainnya) jika dilakukan dengan niat dan maksud ibadah kepada-Nya maka

seseorang telah melakukan dua fungsi (sebagai hamba dan khalifah) sekaligus.

Ganjarannya diperoleh di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, sesuatu pekerjaan besar yang

telah banyak manfaatnya bagi manusia akan sia-sia di sisi Allah jika tidak disertai niat

ibadah kepada-Nya.

c. Manusia sebagai Kholifah


Tugas hidup manusia juga sebagai khalifah Allah di muka bumi. Hal ini dapat

difahami dari firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah: 30:

  



    





  

   

  

 

   

  

  

  



 

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak

menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak

menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan

mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak

kamu ketahui."

Bahan Ajar Akhlak Tasawuf

Pertemuan ke 2

PJJ-PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2022

Apa yang dimaksud dengan khalifah? Kata khalifah berasal dari kata “khalf”

(menggantikan, mengganti), atau kata “khalaf” (orang yang datang kemudian) sebagai

lawan dari kata “salaf” (orang yang terdahulu). Sedangkan arti khilafah adalah

menggantikan yang lain, adakalanya karena tidak adanya (tidak hadirnya) orang yang

diganti, atau karena kematian orang yang diganti, atau karena kelemahan/tidak

berfungsinya yang diganti, misalnya Abu Bakar ditunjuk oleh umat Islam sebagai

khalifah pengganti Nabi SAW, yakni penerus dari perjuangan beliau dan pemimpin umat

yang menggantikan Nabi SAW. setelah beliau wafat, atau Umar bin Khattab sebagai

pengganti dari Abu Bakar dan seterusnya; dan adakalanya karena memuliakan

(memberi penghargaan) atau mengangkat kedudukan orang yang dijadikan pengganti.

Pengertian terakhir inilah yang dimaksud dengan “Allah mengangkat manusia sebagai

khalifah di muka bumi”, sebagaimana firmanNya dalam Q.S. Fathir ayat 39:

 




  

 

 



   

    

 

 

 



 



  

 


  

Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir,

Maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. dan kekafiran orang-orang yang

kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan

kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian

mereka belaka.

Q.S. al-An’am ayat 165:

 

   







  

    

 

 



 





 

  

 





Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan

sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu

tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaanNya dan Sesungguhnya
Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Bahan Ajar Akhlak Tasawuf

Pertemuan ke 2

PJJ-PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2022

Manusia adalah makhluk yang termulia di antara makhluk-makhluk yang lain (Q.S. alIsra’: 70):

 



 

 

 

    

   

  



  

 



Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di

daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan

mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami

ciptakan.

Dan ia dijadikan oleh Allah dalam sebaik-baik bentuk/kejadian, baik fisik maupun

psikhisnya (Q.S. al-Tin: 4):

 

     

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .

Serta dilengkapi dengan berbagai alat potensial dan potensi-potensi dasar (fitrah) yang

dapat dikembangkan dan diaktualisasikan seoptimal mungkin melalui proses

pendidikan. Karena itulah maka sudah selayaknya manusia menyandang tugas sebagai

khalifah Allah di muka bumi.


Tugas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi antara lain menyangkut

tugas mewujudkan kemakmuran di muka bumi (Q.S. Hud : 61):

 

 

 

   

  

 

  



 

 

  

 



 
 



  









  

 

Dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku,

sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan

Bahan Ajar Akhlak Tasawuf

Pertemuan ke 2

PJJ-PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2022

kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah

ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat

(rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)."


Serta mewujudkan keselamatan dan kebahagiaan hidup di muka bumi (Q.S. al-Maidah :

16):

 

  

  



  

 

 

  

  

 

 

  

Dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke

jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari

gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki
mereka ke jalan yang lurus.

Dengan cara beriman dan beramal saleh (Q.S. al-Ra’d : 29):

 

 



 

 

 

 

 

 





Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat

kembali yang baik.

Bekerja-sama dalam menegakkan kebenaran dan bekerjasama dalam menegakkan

kesabaran (Q.S. al-’Ashr : 1-3):

  

 

 

 



  

   

  

 

 

1) Demi masa. 2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. 3) kecuali

orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya

mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Bahan Ajar Akhlak Tasawuf

Pertemuan ke 2

PJJ-PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2022

Karena itu tugas kekhalifahan merupakan tugas suci dan amanah dari Allah sejak

manusia pertama hingga manusia pada akhir zaman yang akan datang, dan merupakan

perwujudan dari pelaksanaan pengabdian kepada-Nya (’abdullah).

Tugas-tugas kekhalifahan tersebut menyangkut: tugas kekhalifahan terhadap diri

sendiri; tugas kekhalifahan dalam keluarga/rumah tangga; tugas kekhalifahan dalam

masyarakat; dan tugas kekhalifahan terhadap alam. Tugas kekhalifahan terhadap diri
sendiri meliputi tugas-tugas:

1. Menuntut ilmu pengetahuan (Q.S.al-Nahl: 43):

 

  



    



  



   

Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami

beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai

pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,

Karena manusia itu adalah makhluk yang dapat dan harus dididik/diajar (Q.S. alBaqarah: 31):

 

  




    

 

   



  



Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya,

kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah

kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang

benar!"

Dan yang mampu mendidik/mengajar (Q.S. Ali Imran: 187):





 




  

 



  



 

  

  

 



  



 

   


Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi

kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan

jangan kamu menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan janji itu ke

Bahan Ajar Akhlak Tasawuf

Pertemuan ke 2

10

PJJ-PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2022

belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit.

Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima.

2. Menjaga dan memelihara diri dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan bahaya

dan kesengsaraan (Q.S. al-Tahrim: 6):

 

 

 



 

 

 


 

 

 

 



 

  

 

  

 



 





Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api

neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang

diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang


diperintahkan.

Termasuk di dalamnya adalah menjaga dan memelihara kesehatan fisiknya,

memakan makanan yang halal dan sebagainya; dan

3. Menghiasi diri dengan akhlak yang mulia. Kata akhlaq berasal dari kata khuluq

atau khalq. Khuluq merupakan bentuk batin/rohani, dan khalq merupakan

bentuk lahir/ jasmani. Keduanya tidak bisa dipisahkan, dan manusia terdiri atas

gabungan dari keduanya itu yakni jasmani (lahir) dan rohani (batin). Jasmani

tanpa rohani adalah benda mati, dan rohani tanpa jasmani adalah malaikat.

Karena itu orang yang tidak menghiasi diri dengan akhlak yang mulia sama

halnya dengan jasmani tanpa rohani atau disebut mayit (bangkai), yang tidak saja

membusukkan dirinya, bahkan juga membusukkan atau merusak lingkungannya.

Tugas kekhalifahan dalam keluarga/rumah tangga meliputi tugas membentuk

rumah tangga bahagia dan sejahtera atau keluarga sakinah dan mawaddah wa

rahmah/cinta kasih (Q.S. ar-Rum: 21):

Bahan Ajar Akhlak Tasawuf

Pertemuan ke 2

11

PJJ-PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2022



 

   


 

 



  

    

 





  







Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteriisteri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tenteram

kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya

pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang

berfikir.

Dengan jalan menyadari akan hak dan kewajibannya sebagai suami-isteri atau

ayah-ibu dalam rumah tangga.


Tugas kekhalifahan dalam masyarakat meliputi tugas-tugas :

1. Mewujudkan persatuan dan kesatuan umat (Q.S. al-Hujurat: 10):

 



 



 

 



 

  



 



 



Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah

(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap


Allah, supaya kamu mendapat rahmat.

2. Tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan (Q.S. al-Maidah: 2):

      

    



  

 

 





 

 

 

 

  
 

   

 

  

     



   

 





 

 

 



 


 

   

 

 

 



Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah,

dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)

Bahan Ajar Akhlak Tasawuf

Pertemuan ke 2

12

PJJ-PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2022

binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)

mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari

kurnia dan keredhaan dari Tuhannya,dan apabila kamu telah menyelesaikan

ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)

kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil

haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolongmenolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan

tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu

kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.

3. Menegakkan keadilan dalam masyarakat (Q.S. al-Nisa’: 135):

  


 

   

  

 



 

 

 

 

 

   



 

  

 


  

 

 

 

 

 

   

 

 



   

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar

penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri

atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah

lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu

karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan

(kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah

Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.

4. Bertanggung jawab terhadap amar ma’ruf nahi munkar (Q.S. Ali Imran: 104):

 

   


 

   



 

 



 





 

 



Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,

menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang

beruntung.

Bahan Ajar Akhlak Tasawuf

Pertemuan ke 2
13

PJJ-PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2022

5. Berlaku baik terhadap golongan masyarakat yang lemah, termasuk di

dalamnya adalah para fakir dan miskin serta anak yatim (Q.S. al-Taubah: 60):

 

 



    





 

 





  

 



 
      

 



Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang

miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk

(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan

untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang

diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Orang yang cacat tubuh orang yang berada di bawah penguasaan orang lain

dan lain-lain.

(Q.S. ’Abasa: 1-11):

   



 

 

    


   

 

    

 

        



  



    

       





 

 



1. Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, 2. karena telah datang

seorang buta kepadanya. 3. tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan


dirinya (dari dosa),4. atau Dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu

pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? 5. Adapun orang yang merasa

dirinya serba cukup, 6. Maka kamu melayaninya.7. Padahal tidak ada (celaan)

atasmu kalau Dia tidak membersihkan diri (beriman). 8. dan Adapun orang

yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), 9.

sedang ia takut kepada (Allah), 10. Maka kamu mengabaikannya. 11. sekali-

Bahan Ajar Akhlak Tasawuf

Pertemuan ke 2

14

PJJ-PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2022

kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu

peringatan,

Sedangkan tugas kekhalifahan terhadap alam (natur) meliputi tugas-tugas:

1. Mengkulturkan natur (membudayakan alam), yakni alam yang tersedia ini

agar dibudayakan, sehingga menghasilkan karya-karya yang bermanfaat bagi

kemaslahatan hidup manusia;

2. Menaturkan kultur (mengalamikan budaya), yakni budaya atau hasil karya

manusia harus disesuaikan dengan kondisi alam, jangan sampai merusak

alam atau lingkungan hidup, agar tidak menimbulkan malapetaka bagi

manusia dan lingkungannya.

3. Mengislamkan kultur (mengislamkan budaya), yakni dalam berbudaya harus

tetap komitmen dengan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil-’alamin, sehingga

berbudaya berarti mengerahkan segala tenaga, cipta, rasa dan karsa, serta

bakat manusia untuk mencari dan mene-mukan kebenaran ajaran Islam atau

kebenaran ayat-ayat serta keagungan dan kebesaran Ilahi.


Dari berbagai uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa manusia sebagai

makhluk Allah harus mampu mengemban amanah dari Allah, yaitu menjalankan tugastugas hidupnya di muka
bumi. Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai dua tugas

utama, yaitu: (1) sebagai ’abdullah, yakni hamba Allah yang harus tunduk dan taat

terhadap segala aturan dan Kehendak-Nya serta mengabdi hanya kepada-Nya; dan (2)

sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang meliputi pelaksanaan tugas kekhalifahan

terhadap diri sendiri, dalam keluarga/rumah tangga, dalam masyarakat, dan tugas

kekhalifahan terhadap alam.

d. Manusia sebagai Penyampai risalah

Tugas ketiga adalah berdakwah. Hal ini terutama diemban bagi orang-orang yang

beriman kepada Allah SWT. Yang didakwahkan adalah Islam, sebagai satu-satunya

agama yang diridhai di sisi Allah Ta’ala. Dakwah yang dilakukan dapat melalui lisan dan

perbuatan. Sasarannya dimulai dari diri sendiri, keluarga, karib kerabat, dan komunitas

Bahan Ajar Akhlak Tasawuf

Pertemuan ke 2

15

PJJ-PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2022

setempat. Dakwah yang dijalankan tidak boleh dengan paksaan atau penghakiman.

Dengan menarik simpati, orang-orang akan tertarik untuk mendalami agama ini.

Sehingga, mengapa manusia harus tunduk pasrah dan patuh pada kehendak-Nya?

Seluruh pandangan filosofis, teologis, dan sufistis dalam sejarah Islam bersepakat bahwa

Tuhan adalah pencipta manusia. Tuhan sebagai penyebab ontologis eksistensi manusia.

Karena itu, manusia memiliki utang kepada Tuhan dan hak-hak kita diturunkan sebagai

pemenuhan tanggung jawab manusia terhadap-Nya dan kepatuhan pada kehendak-Nya.

Relasi manusia dengan Tuhan dimulai dari pertanyaan: apa yang Tuhan inginkan

dari manusia? Berdasarkan Al-Qur'an, kita dapat menyimpulkan jawaban dari


pertanyaan di atas adalah ‘ibadah (worship). ‘Ibadah berarti melayani (service).

Menyembah Tuhan berarti juga melayani-Nya. Banyak tafsir dari istilah ‘ibadah, mulai

dari tindakan ibadah biasa sampai mencintai dan mengetahui Tuhan.

Dalam Islam, tujuan eksistensi manusia adalah menyembah dan melayani Tuhan.

Hanya dengan melaksanakan maksud dan tujuan penciptaan tersebutlah manusia

menjadi manusia sepenuhnya. Sebaliknya, walaupun kita adalah “manusia” dalam diri

kita, tetapi kita bukan manusia dan hidup bukan sebagai manusia yang utuh. Oleh

karena itu, alasan keberadaan manusia adalah untuk menyembah Allah dan dengan

demikian mewujudkan keadaan penghambaan yang sempurna, yang berarti menyadari

apa arti menjadi manusia sepenuhnya.

2.3 Hubungan antar sesama tidak pernah luput dari kehidupan kita sebagai manusia, karena sesungguhnya kita
tidak akan bisa hidup sendiri-sendiri, kita tidak akan bisa melakukan apapun tanpa bantuan orang lain. Manusia
selalu berusaha untuk menjalin komunikasi dan interaksi dengan sesamanya. 

Manusia selalu berusaha mengaktualisasikan dirinya atau ketika manusia belajar mengenai dirinya sendiri,
sesamanya, dan lingkungan sekitarnya, maka manusia itu selalu memerlukan uluran tangan dari orang lain. Maka
dari itu diperlukan terjalinnya hubungan antar sesama.  

Sebelum menjalin hubungan antar sesama manusia, kita terlebih dahulu harus menjalin hubungan antar sesama
Tuhan dengan hubungan antar sesama diri sendiri, setelah kedua itu telah tercipta maka tidak akan sulit untuk
menjalin hubungan antar sesama manusia, karena kunci terjalinnya suatu hubungan yang baik itu adalah diri
sendiri dengan Maha Pencipta.

Hubungan Antar Sesama Tuhan


Menjalin hubungan dengan Allah adalah kebutuhan yang paling utama dalam hidup didunia, karena bagaimanapun
manusia adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang harus selalu mengingat akan Sang Pencipta. Menjalin hubungan yang
baik dapat dilakukan dengan cara menaati segala aturannya dan menjauhi segala larangannya. Kita juga dapat
menjalin hubungan dengan Allah melalui ibadah, melalui doa-doa yang kita panjatkan dan juga selalu mengingat
Allah dimanapun dan kapanpun. Karena sesungguhnya jika kita berdoa itu sama saja dengan kita menjalin
komunikasi dengan Yang Maha Kuasa dan juga ketika kita senantiasa mengingat Allah maka kita akan senantiasa
mendapatkan kedamaian hati dalam menjalani setiap langkah kehidupan. Pentingnya menjalin hubungan dengan
Allah karena kita adalah mahkluk ciptaannya dan tidak mungkin kita tidak menjalin hubungan dengan pencipta
kita, dan apapun yang kita lakukan bergantung pada kehendaknya.  Dan juga hubungan dengan Allah akan
mempengaruhi hubungan kita dengan sesama manusia. Yang dimana kehidupan manusia tidak akan berubah
ketika tidak melibatkan Allah dalam kesehariannya didunia.
Hubungan Antar Sesama Diri Sendiri.
Yang dimana hubungan antar diri sendiri diwujudkan dalam bentuk rela, menerima, sabar, memahami diri, dan
mencintai diri. Sebagai makhluk individu, manusia memiliki akal, rasa, dan kehendak sehingga mempunyai tujuan
hidup yang berbeda-beda. Tujuan hidup yang sama adalah untuk mencapai kebahagiaan hati bersama. Sedangkan
kebahagiaan hati bersama dapat tercapai apabila sudah mendapatkan kebahagian pribadi. Kebahagiaan pribadi
terlaksana apabila manusia mampu menerapkan sikap rela, menerima, dan sabar.
Sikap rela yang dimaksud disini adalah kesanggupan untuk melepaskan seperti melepaskan hak milik, kemampuan-
kemampuan dan hasil-hasil pekerjaan sendiri yang menjadi keharusan dan tanggung jawab.
Sikap menerima yang dimaksudkan disini adalah menerima segala apapun yang menimpa atau mendatangi kita
terkhusus hal-hal yang buruk, tanpa memberikan protes. Jadi memahami hubungan antar sesama diri sendiri itu
sangat penting karena bagaimana mungkin kita bisa mejalin hubungan antar sesama manusia jika diri kita sendiri
saja masih belum bisa kita pahami apa lagi ditambah dengan orang lain yang tentunya memiliki kepribadian yang
berbeda-beda.
Hubungan Antar Sesama Manusia.
Hubungan antar sesama manusia itu sendiri dapat diartikan sebagai komunikasi antar pribadi yang berarti
komunikasi yang telah memasuki tahap psikologis yang komunikator dan komunikasinya saling memahami pikiran,
perasaan, dan tindakan yang dilakukan juga didasarkan atas kebersamaan.  Dan dapat  juga diartikan bahwa
apabila kita ingin menciptakan komunikasi yang akrab dengan orang lain maka dapat didahului oleh pertukaran
informasi tentang identitas maupun mengenai masalah pribadi yang bersifat social.

Yang terpenting dalam mewujudkan dan menjalin hubungan antar sesama yaitu bagaimana kita memahami
hakikat manusia serta bagaimana kita mampu menerima orang lain diluar diri kita dengan apa adanya serta
mampu bersikap professional dalam melakukan apapun yang kita kerjakan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari ulasan di atas penulis bisa merumuskan sebagai berikut:

Bangsa Indonesia sudah berupaya buat tingkatkan kesesuaian serta kualitas pendidikan karakter lewat sekolah-
sekolah, paling utama Sekolah Menengah Awal (SMP), sebab anak umur SMP sangat sesuai buat diberi pendidikan
tentang pendidikan karakter. Guru merupakan orang tua para siswa. Karenanya, Rasulullah melarang para orang
tua( guru) mendoakan keburukan untuk anak didiknya. Mendoakan keburukan kepada siswa ialah perihal yang
berisiko. Bisa menyebabkan yang tidak baik bagi siswa serta masa depannya. Pendidikan karakter bertujuan buat
tingkatkan kualitas penyelenggaraan serta hasil pembelajaran di sekolah yang menuju pada pencapaian
pembuatan kepribadian serta akhlak mulia partisipan didik secara utuh, terpadu, serta balance.

Anda mungkin juga menyukai