Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH TELAAH KURIKULUM

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila


Dosen Pengampu : Dra. Ariantje Dimpudus, M. Pd.

Disusun Oleh : Kelompok 2

Bhatari Yustisia NIM 2205046011


Masita NIM 2205046013
Diva Fitri Ali NIM 2205046014
Duratun Fahirah NIM 2205046015
Cindy Juliana NIM 2205046016
Noor’ Abidah Maisarroh NIM 2205046019
Muhamad Thoyyeb NIM 2205046020
Kemala Puspita Dewi NIM 2205046021
Hasmidar NIM 2205046022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas


rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ”Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila” dengan tepat waktu. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Telaah Kurikulum. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang ”Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila” bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Dra. Ariantje Dimpudus, M. Pd., selaku Dosen pengampu
Mata Kuliah Telaah Kurikulum.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu menyelasaikan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Samarinda, 02 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Ruang Lingkup Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila ......................... 3


B. Aturan yang Mendasari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila............. 7
C. Mekanisme Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila ................................ 8
D. Contoh Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila..................................... 38
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 41

A. Kesimpulan ................................................................................................ 41
B. Saran ........................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 43

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila merupakan ideologi dasar bagi negara Indonesia yang
diperkenalkan oleh Bapak Bangsa, yaitu Soekarno. Sebagai dasar filsafat
negara, Pancasila berfungsi sebagai panduan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Pancasila juga menjadi acuan dalam pembentukan
karakter dan pembentukan generasi penerus bangsa yang memiliki nilai-nilai
luhur, moralitas yang tinggi, serta kesadaran akan tanggung jawab sosial.
Dalam konteks pendidikan, Pancasila memiliki peran penting dalam
membentuk karakter peserta didik. Pendidikan Pancasila merupakan upaya
untuk memberikan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan nilai-nilai
pancasila kepada peserta didik. Melalui pendidikan Pancasila, peserta didik
diharapkan dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu yang memiliki
sikap, perilaku, dan komitmen tinggi terhadap nilai-nilai pancasila.
Namun, dalam praktiknya, masih banyak peserta didik yang belum
sepenuhnya memahami dan menghayati nilai-nilai pancasila. Terdapat faktor-
faktor sosial, budaya, dan lingkungan yang mempengaruhi pemahaman dan
pengamalan pancasila pada peserta didik. Beberapa peserta didik mungkin
menghadapi tantangan dalam menghubungkan nilai-nilai pancasila dengan
kehidupan sehari-hari, sementara yang lain mungkin tidak memiliki kesadaran
akan pentingnya mempraktikkan nilai-nilai pancasila dalam interaksi sosial.
Maka dari itu, diperlukan suatu upaya konkret untuk memperkuat profil
pelajar dalam menginternalisasi nilai-nilai pancasila. Salah satu upaya tersebut
adalah melalui proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Proyek ini bertujuan
untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan nilai-nilai
pancasila pada peserta didik, sehingga mereka dapat menjadi generasi penerus
bangsa yang bertanggung jawab, berintegritas, berkarakter, dan dapat
berkontribusi positif bagi kemajuan bangsa dan negara.

1
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila ini akan melibatkan berbagai
pihak terkait, seperti sekolah, orangtua, guru, serta instansi pemerintah yang
bertanggung jawab dalam bidang pendidikan. Diharapkan melalui kerjasama
yang sinergis, proyek ini dapat membangun kesadaran, pemahaman, dan
penghayatan tertinggi terhadap nilai-nilai pancasila pada peserta didik, serta
menghasilkan generasi masa depan yang memiliki kesadaran identitas
nasional, cinta tanah air, dan komitmen dalam membangun negara berdasarkan
nilai-nilai pancasila. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang yang telah
dipaparkan, penulis akan melakukan pemaparan dengan judul ”Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, muncul beberapa
pertanyaan, yaitu sebagai berikut :
1. Apa saja ruang lingkup Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila?
2. Apa saja aturan yang mendasari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila?
3. Bagaimana mekanisme Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila?
4. Bagaimana contoh Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka pembuatan makalah ini
memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui ruang lingkup Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
2. Mengetahui aturan yang mendasari Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila
3. Menjelaskan mekanisme Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
4. Memberikan contoh Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila


Beberapa ruang lingkup projek penguatan profil pelajar pancasila yaitu
meliputi :
1. Pengertian Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Menurut Kementrian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan
Teknologi(Kemendikbudristek) (2021:6), Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila adalah pembelajaran lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan
memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitarnya.
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila menggunakan pendekatan
pembelajaran berbasis projek (project-based learning), yang berbeda
dengan pembelajaran berbasis projek dalam program intrakurikuler di
dalam kelas.
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk “mengalami pengetahuan” sebagai proses
penguatan karakter sekaligus kesempatan untuk belajar dari lingkungan
sekitarnya. Dalam kegiatan projek ini, peserta didik memiliki kesempatan
untuk mempelajari tema-tema atau isu penting seperti perubahan iklim,
antiradikalisme, kesehatan mental, budaya, wirausaha, teknologi, dan
kehidupan berdemokrasi sehingga peserta didik bisa melakukan aksi nyata
dalam menjawab isu-isu tersebut sesuai dengan tahapan belajar dan
kebutuhannya.
Menurut (Sam et al., 2023), dalam Jurnal Literasi Pendidikan Dasar
Volume 4 Nomor 1 Halaman 67 menjelaskan bahwa Projek penguatan
profil Pelajar Pancasila merupakan pembelajaran lintas disiplin ilmu
dalam mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di
lingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam Profil
Pelajar Pancasila. Melaluinya, peserta didik diberi kesempatan untuk

3
“mengalami pengetahuan” sebagai proses penguatan karakter sekaligus
kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitarnya.
Dari beberapa referensi yang didapat, dapat disimpulkan bahwa Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah pembelajaran lintas disiplin ilmu
dalam mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di
lingkungan sekitar yang menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis
proyek.

2. Prinsip-Prinsip Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila


Menurut Kemdikbudristek (2021:6-9), Prinsip-Prinsip Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah sebagai berikut:
a. Holistik
Holistik bermakna memandang sesuatu secara utuh dan
menyeluruh, tidak parsial atau terpisah-pisah. Dalam konteks
perancangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, kerangka
berpikir holistik mendorong kita untuk menelaah sebuah tema secara
utuh dan melihat keterhubungan dari berbagai hal untuk memahami
sebuah isu secara mendalam. Oleh karenanya, setiap tema projek yang
dijalankan bukan merupakan sebuah wadah tematik yang
menghimpun beragam mata pelajaran, namun lebih kepada wadah
untuk meleburkan beragam perspektif dan konten pengetahuan secara
terpadu. Di samping itu, cara pandang holistik juga mendorong kita
untuk dapat melihat koneksi yang bermakna antarkomponen dalam
pelaksanaan projek, seperti peserta didik, pendidik, satuan
pendidikan, masyarakat, dan realitas kehidupan sehari-hari
b. Kontekstual
Prinsip kontekstual berkaitan dengan upaya mendasarkan kegiatan
pembelajaran pada pengalaman nyata yang dihadapi dalam
keseharian. Prinsip ini mendorong pendidik dan peserta didik untuk
dapat menjadikan lingkungan sekitar dan realitas kehidupan sehari-
hari sebagai bahan utama pembelajaran. Oleh karenanya, satuan

4
pendidikan sebagai penyelenggara kegiatan projek harus membuka
ruang dan kesempatan bagi peserta didik untuk dapat mengeksplorasi
berbagai hal di luar lingkup satuan pendidikan. Tema-tema projek
yang disajikan sebisa mungkin dapat menyentuh persoalan lokal yang
terjadi di daerah masing-masing. Dengan mendasarkan projek pada
pengalaman nyata yang dihadapi dalam keseharian, diharapkan
peserta didik dapat mengalami pembelajaran yang bermakna untuk
secara aktif meningkatkan pemahaman dan kemampuannya.
c. Berpusat pada peserta didik
Prinsip berpusat pada peserta didik berkaitan dengan skema
pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk menjadi subjek
pembelajaran yang aktif mengelola proses belajarnya secara mandiri.
Pendidik diharapkan dapat mengurangi peran sebagai aktor utama
kegiatan belajar mengajar yang menjelaskan banyak materi dan
memberikan banyak instruksi. Sebaliknya, pendidik sebaiknya
menjadi fasilitator pembelajaran yang memberikan banyak
kesempatan bagi peserta didik untuk mengeksplorasi berbagai hal atas
dorongannya sendiri. Harapannya, setiap kegiatan pembelajaran dapat
mengasah kemampuan peserta didik dalam memunculkan inisiatif
serta meningkatkan daya untuk menentukan pilihan dan memecahkan
masalah yang dihadapinya
d. Eksploratif
Prinsip berpusat pada peserta didik berkaitan dengan skema
pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk menjadi subjek
pembelajaran yang aktif mengelola proses belajarnya secara mandiri.
Pendidik diharapkan dapat mengurangi peran sebagai aktor utama
kegiatan belajar mengajar yang menjelaskan banyak materi dan
memberikan banyak instruksi. Sebaliknya, pendidik sebaiknya
menjadi fasilitator pembelajaran yang memberikan banyak
kesempatan bagi peserta didik untuk mengeksplorasi berbagai hal atas
dorongannya sendiri. Harapannya, setiap kegiatan pembelajaran dapat

5
mengasah kemampuan peserta didik dalam memunculkan inisiatif
serta meningkatkan daya untuk menentukan pilihan dan memecahkan
masalah yang dihadapinya

3. Manfaat Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila


Menurut Kemendikbutristek (2021:10), projek penguatan profil pelajar
pancasila memberikan ruang bagi semua anggota komunitas satuan
pendidikan untuk dapat mempraktikkan dan mengamalkan Profil Pelajar
Pancasila. Adapun manfaat dari projek penguatan profil pelajar pancasila
yaitu sebagai berikut:
a. Untuk satuan pendidikan
1) Menjadikan satuan pendidikan sebagai sebuah ekosistem yang
terbuka untuk partisipasi dan keterlibatan masyarakat.
2) Menjadikan satuan pendidikan sebagai organisasi pembelajaran
yang berkontribusi kepada lingkungan dan komunitas di sekitarnya
b. Untuk pendidik
1) Memberi ruang dan waktu untuk peserta didik mengembangkan
kompetensi dan memperkuat karakter dan Profil Pelajar Pancasila.
2) Merencanakan proses pembelajaran projek dengan tujuan akhir
yang jelas.
3) Mengembangkan kompetensi sebagai pendidik yang terbuka untuk
berkolaborasi dengan pendidik dari mata pelajaran lain untuk
memperkaya hasil pembelajaran.
c. Untuk peserta didik
1) Memperkuat karakter dan mengembangkan kompetensi sebagai
warga dunia yang aktif.
2) Berpartisipasi merencanakan pembelajaran secara aktif dan
berkelanjutan.
3) Mengembangkan keterampilan, sikap, dan pengetahuan yang
dibutuhkan dalam mengerjakan projek pada periode waktu
tertentu.

6
4) Melatih kemampuan pemecahan masalah dalam beragam situasi
belajar.
5) Memperlihatkan tanggung jawab dan kepedulian terhadap isu di
sekitar mereka sebagai salah satu bentuk hasil belajar.
6) Menghargai proses belajar dan bangga dengan hasil pencapaian
yang telah diupayakan secara optimal.

B. Aturan yang Mendasari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila


Profil Pelajar Pancasila direncanakan sebagai bagian dari Rencana Strategis
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024 hal ini sejalan
dengan visi pendidikan Indonesia untuk “mewujudkan Indonesia maju dengan
pelajar yang berdaulat, mandiri, dan memiliki kepribadian Pancasila”.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memiliki tujuan
memimpin pembangunan sumber daya manusia dan meningkatkan kualitas
pendidikan dan budaya di Indonesia. Aturan yang mendasari Projek Penguatan
Profil Pelajar Pancasila (P5) adalah sebagai berikut :
Pada Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2021 pada pasal 3 ayat 7 menuliskan
bahwa Profil pelajar Pancasila sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia,
bernalar kritis, mandiri, kreatif, bergotong royong, dan berkebinekaan global.
Pada Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen
Pendidikan Nomor 009/H/KR/2022 Tentang Dimensi, Elemen, dan Sub-
elemen Profil Pelajar Pancasila Pada Kurikulum Merdeka menuliskan bahwa
Profil pelajar Pancasila merupakan bentuk penerjemahan tujuan pendidikan
nasional. Profil pelajar Pancasila berperan sebagai referensi utama yang
mengarahkan kebijakan-kebijakan pendidikan termasuk menjadi acuan untuk
para pendidik dalam membangun karakter serta kompetensi peserta didik.
Profil pelajar Pancasila harus dapat dipahami oleh seluruh pemangku
kepentingan karena perannya yang penting. Profil ini perlu sederhana dan
mudah diingat dan dijalankan baik oleh pendidik maupun oleh pelajar agar

7
dapat dihidupkan dalam kegiatan sehari-hari. Berdasarkan pertimbangan
tersebut, profil pelajar Pancasila terdiri dari enam dimensi, yaitu: 1) beriman,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3)
bergotong-royong, 4) berkebinekaan global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif.
Keenam dimensi profil pelajar Pancasila perlu dilihat secara utuh sebagai satu
kesatuan agar setiap individu dapat menjadi pelajar sepanjang hayat yang
kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Pendidik
perlu mengembangkan keenam dimensi tersebut secara menyeluruh sejak
pendidikan anak usia dini. Selain itu, untuk membantu pemahaman yang lebih
menyeluruh tentang dimensi-dimensi profil pelajar Pancasila, maka setiap
dimensi dijelaskan maknanya dan diurutkan perkembangannya sesuai dengan
tahap perkembangan psikologis dan kognitif anak dan remaja usia sekolah.
Selanjutnya, setiap dimensi profil pelajar Pancasila terdiri dari beberapa
elemen dan sebagian elemen dijelaskan lebih konkrit menjadi subelemen

C. Mekanisme Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila


Berikut mekanisme Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila:
1. Merancang Alokasi Waktu Projek dan Dimensi
Menurut (Kasmawati et al., 2023) dalam Jurnal Pemikiran, Penelitian
Hukum, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Volume 10 Nomor 4
Halaman 323, menjelaskan bahwa merancang alokasi waktu dan dimensi
yaitu pimpinan satuan Pendidikan menentukan alokasi waktu pelaksanaan
projek dan dimensi untuk setiap tema, agar dapat memetakan sebaran
pelaksanaan projek pada satuan Pendidikan tersebut. Menentukan durasi
pelaksanaan untuk setiap tema projek yang dipilih dapat disesuaikan
dengan pembahasan tema. Durasi dapat dipilih antara dua minggu sampai
3 bulan, tergantung tujuan dan kedalaman eksplorasi tema. Jika satuan
Pendidikan bertujuan untuk memberikan dampak sampai pada lingkungan
di luar satuan Pendidikan maka bisa jadi durasi pelaksanaan projek
membutuhkan waktu yang lebih lama. Di luar durasi waktu pelak-sanaan

8
projek, satuan Pendidikan mengatur kembali jadwal belajar mengajar
seperti biasa.
Menurut Kemendikbudristek (2021: 22-25) dalam panduan
pengembangan projek penguatan profil pelajar pancasila Menentukan
durasi pelaksanaan untuk setiap Tema Projek yang dipilih dapat
disesuaikan dengan pembahasan tema. Durasi dapat dipilih antara dua
minggu sampai 3 bulan, tergantung tujuan dan kedalaman eksplorasi tema.
Jika satuan pendidikan bertujuan untuk memberikan dampak sampai pada
lingkungan di luar satuan pendidikan maka bisa jadi durasi pelaksanaan
projek membutuhkan waktu yang lebih lama. Di luar durasi waktu
pelaksanaan projek, satuan Pendidikan mengatur kembali jadwal belajar
mengajar seperti biasa. Mengacu kepada Keputusan Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor
162/M/2021 tentang Program Sekolah Penggerak, secara umum ketentuan
total waktu projek adalah sekitar 20‒30% beban peserta didik per tahun
adalah sebagai berikut :
a. Pada tingkat SMP VII-VIII alokasi jam projek pertahun adalah 360 JP
b. Pada tingkat SMP IX alokasi jam projek pertahun adalah 320 JP
c. Pada tingkat SMA X alokasi jam projek pertahun adalah 486 JP
d. Pada tingkat SMA XI alokasi jam projek pertahun adalah 216 JP
e. Pada tingkat SMA XII alokasi jam projek pertahun adalah 192 JP
Contoh pilihan waktu pelaksanaan:
a. Menentukan satu hari dalam seminggu untuk pelaksanaan projek
(misalnya hari Jumat). Seluruh jam belajar pada hari itu digunakan
untuk projek.
b. Mengalokasikan 1-2 jam pelajaran di akhir hari khusus untuk
mengerjakan projek. Bisa digunakan untuk eksplorasi di sekitar satuan
pendidikan sebelum peserta didik pulang.
c. Mengumpulkan dan memadatkan pelaksanaan tema dalam satu
periode waktu (misalnya 2 minggu atau 1 bulan), di mana semua

9
pendidik berkolaborasi mengajar projek setiap hari selama durasi
waktu yang ditentukan.
Dikutip dari Jurnal Pusat Penjamin Mutu Volume 3 Nomor 2 Menurut
(Suardipa, 2023), Secara umum 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila beserta
elemen di dalamnya adalah sebagai berikut:
a. Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia
Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME,
dan berakhlak mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam
hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memahami ajaran
agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut
dalam kehidupannya sehari-hari. Ada lima elemen kunci beriman,
bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia: (1) akhlak
beragama; (2) akhlak pribadi; (3) akhlak kepada manusia; (4) akhlak
kepada alam; dan (5) akhlak bernegara.
b. Berkebinekaan Global
Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan
identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan
budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan
kemungkinan terbentuknya dengan budaya luhur yang positif dan
tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Elemen dan kunci
kebinekaan global meliputi mengenal dan menghargai budaya,
kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan
sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman
kebinekaan.
c. Bergotong Royong
Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong-royong, yaitu
kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan
suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah
dan ringan. Elemen-elemen dari bergotong royong adalah kolaborasi,
kepedulian, dan berbagi.
d. Mandiri

10
Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang
bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci
dari mandiri terdiri dari kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi
serta regulasi diri.
e. Bernalar Kritis
Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses
informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan
antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan
menyimpulkannya. Elemen-elemen dari bernalar kritis adalah
memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan
mengevaluasi penalaran, refleksi pemikiran dan proses berpikir, dan
mengambil keputusan.
f. Kreatif
Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan
sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen
kunci dari kreatif terdiri dari menghasilkan gagasan yang orisinal serta
menghasilkan karyadan tindakan yang orisinal.
Menurut (Kasmawati et al., 2023) dalam Jurnal Pemikiran, Penelitian
Hukum, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Volume 10 Nomor 4
Halaman 323 menyatakan bahwa dalam menentukan dimensi, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Pimpinan satuan pendidikan kemudian menentukan dimensi profil
pelajar pancasila yang akan fokus dikembangkan untuk setiap kelas
pada tahun ajaran tersebut.
b. Pimpinan satuan pendidikan dapat merujuk pada visi misi satuan
pendidikan atau program yang akan diajarkan di tahun ajaran tersebut
Menurut Kemendikbudristek (2021:25-26), dalam panduan
pengembangan projek penguatan profil pelajar pancasila cara menentukan,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

11
a. Pimpinan satuan pendidikan kemudian menentukan dimensi Profil
Pelajar Pancasila yang akan focus dikembangkan untuk setiap kelas
pada tahun ajaran tersebut.
b. Pimpinan satuan pendidikan dapat merujuk pada visi misi satuan
pendidikan atau program yang akan dijalankan di tahun ajaran
tersebut.
c. Disarankan untuk memilih 2‒3 dimensi yang paling relevan untuk
projek.
d. Sebaiknya jumlah dimensi Profil Pelajar Pancasila yang
dikembangkan dalam suatu projek tidak terlalu banyak agar tujuan
pencapaian projek jelas dan terarah.
e. Tema dan topik spesifik yang nanti dipilih dapat menyesuaikan
dengan dimensi yang sudah ditentukan oleh pimpinan satuan
pendidikan.
f. Apabila pimpinan satuan pendidikan sudah berpengalaman
menjalankan kegiatan berbasis projek, jumlah dimensi yang dipilih
dapat ditambah sesuai dengan kesiapan tingkat satuan pendidikan.

2. Strategi Membentuk Tim Fasilitas Projek


Menurut Kemendikbudristek (2021:26) Strategi membentuk tim
fasilitasi projek dilakukan dengan tahapan berikut :
a. Pimpinan satuan pendidikan menentukan seorang koordinator projek,
bisa dari wakil kepala satuan pendidikan atau pendidik yang
mempunyai pengalaman mengembangkan dan mengelola projek.
b. Apabila mempunyai SDM yang cukup, tentukan seorang koordinator
dari masing-masing kelas. Misalnya satu orang koordinator kelas 1,
satu orang koordinator kelas 2, dan seterusnya.
c. Koordinator mengumpulkan pendidik-pendidik perwakilan dari setiap
kelas atau apabila SDM terbatas, perwakilan dari masing-masing fase.
d. Koordinator memberikan arahan untuk merencanakan dan membuat
modul projek untuk setiap kelas atau fase.

12
Tim fasilitasi projek dapat ditambahkan, dikurangi atau ditiadakan
sesuai kebutuhan setiap satuan pendidikan, dilihat dari:
a. Jumlah peserta didik dalam satu satuan pendidikan.
b. Banyaknya tema yang dipilih dalam satu tahun ajaran.
c. Keterbatasan jumlah pengajar.
d. Pertimbangan lain sesuai kebutuhan masing-masing satuan
pendidikan.
Menurut Kemendikbudristek (2021:27-29) dalam Panduan
Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, Pembagian
peran dan tanggung jawab dalam pengelolaan projek antara lain :
a. Satuan Pendidikan
1) Menyiapkan sistem dari perencanaan hingga evaluasi dan refleksi
projek di skala satuan pendidikan, termasuk sistem
pendokumentasian projek. Sistem ini juga dapat digunakan sebagai
portofolio satuan Pendidikan.
2) Membuka pintu kolaborasi dengan narasumber untuk memperkaya
materi projek: masyarakat, komunitas, universitas, praktisi. Satuan
pendidikan dapat mengidentifikasi orang tua yang potensial
sebagai narasumber dari daftar pekerjaan orang tua atau
narasumber ahli di lingkungan sekitar satuan pendidikan.
3) Mengomunikasikan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
kepada warga satuan pendidikan, orang tua peserta didik, dan mitra
(narasumber dan organisasi terkait).
4) Memastikan beban kerja pendidik tetap dipertahankan (tidak
dikurangi) sehingga alokasi waktu 1 mata pelajaran “terbagi” 2,
intrakurikuler dan projek (projek penguatan Profil Pelajar
Pancasila).
5) Melibatkan pendidik bimbingan dan konseling atau mentor untuk
memfasilitasi proses berjalannya projek dengan memberikan
dukungan baik dalam bidang akademis maupun kebutuhan
emosional peserta didik.

13
6) Menyediakan kebutuhan sumber daya serta dana yang diperlukan
untuk kelangsungan projek.
b. Koordinator Projek
1) Koordinator bisa dari wakil kepala satuan pendidikan atau pendidik
yang memiliki pengalaman dan mengembangkan dan mengelola
projek.
2) Mengembangkan kemampuan kepemimpinan dalam mengelola
projek di satuan pendidikan.
3) Mengelola sistem yang dibutuhkan tim pendidik/fasilitator dan
peserta didik untuk menyelesaikan projek dengan sukses, dengan
dukungan dan kolaborasi dari koordinator dan tim kepemimpinan
satuan Pendidikan.
4) Memastikan kolaborasi pengajaran terjadi di antara para pendidik
dari berbagai mata pelajaran.
5) Memastikan asesmen yang diberikan sesuai dengan kriteria
kesuksesan yang sudah ditetapkan.
c. Tim Pendidikan/Fasilitator
1) Memperhatikan kebutuhan dan minat belajar setiap peserta didik
agar dapat memberikan stimulan atau tantangan yang berbeda
(diferensiasi) bagi setiap peserta didik, sesuai dengan gaya belajar,
daya imajinasi, kreasi dan inovasi, serta peminatan terhadap tema
projek.
2) Memberikan ruang bagi peserta didik untuk mendalami isu atau
topik pembelajaran yang kontekstual dengan tema projek sesuai
minat masing-masing peserta didik.
3) Mengumpulkan kebutuhan sumber belajar yang dibutuhkan oleh
peserta didik secara proporsional (contoh dalam tahapan
belajarnya, peserta didik perlu dibantu dalam penyediaan surat
kabar, majalah, jurnal, dan sumber-sumber pembelajaran lain yang
berhubungan dengan projek dan narasumber yang memperkaya
proses pelaksanaan projek.

14
4) Berkolaborasi dengan seluruh pihak terkait projek (orang tua,
mitra, warga satuan pendidikan, dll.) dalam pencapaian tujuan
pembelajaran dari setiap tema projek.
5) Melakukan penilaian dengan mengacu pada standar asesmen yang
sudah ditentukan dalam memonitor perkembangan Profil Pelajar
Pancasila yang menjadi fokus sasaran.
6) Mengajarkan keterampilan proses inkuiri peserta didik dan
mendampingi peserta didik untuk mencari referensi sumber
pembelajaran yang dibutuhkan, seperti buku, artikel, tulisan pada
surat kabar/majalah, praktisi atau ahli bidang tertentu dan sumber
belajar lainnya.
7) Memfasilitasi akses untuk proses riset dan bukti yaitu menyiapkan
surat pengantar yang dibutuhkan untuk menghubungi sumber
pembelajaran dan mencari kontak dan menghubungi narasumber.
8) Membuka diri untuk memberi dan menerima masukan dan kritik
selama projek berjalan dan di akhir projek.
9) Mendampingi peserta didik untuk merencanakan dan
menyelenggarakan setiap tahapan kegiatan projek yang menjadi
ruang lingkup belajar peserta didik.
10) Memberi ruang peserta didik untuk berpendapat, membuat pilihan,
dan mempresentasikan projek mereka.
11) Mengelola beban kerja mengajar dengan seimbang antara
intrakurikuler dan projek.

3. Identifikasi Tahapan Kesiapan Satuan Pendidikan dalam


Menjalankan Projek
Menurut (Rachmawati et al., 2022) dalam Jurnal Basicedu Volume 6
Nomor 3 Halaman 3616-3617, menjelaskan bahwa sebelum
mengimplementasikan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, setiap
satuan pendidikan harus melakukan identifikasi kesiapan dalam
menjalankan proyek. Identifikasi tersebut untuk memetakan sekolah ada

15
pada tahapan mana sehingga implementasi penguatan projek profil pelajar
pancasila sesuai dengan kondisi sekolah.
Menurut Kemendikbudristek (2021:29) Tahapan kesiapan satuan
pendidikan dalam menjalankan projek terbagi menjadi tiga yaitu tahap
awal, tahap perkembangan, dan tahap lanjutan.
a. Tahap Awal
1) Satuan pendidikan belum memiliki sistem dalam mempersiapkan
dan melaksanakan pembelajaran berbasis projek.
2) Konsep pembelajaran berbasis projek baru diketahui pendidik.
3) Sekolah menjalankan projek secara internal (tidak melibatkan
pihak luar)
b. Tahap Perkembangan
1) Sekolah sudah memiliki dan menjalankan pembelajaran berbasis
projek.
2) Konsep pembelajaran berbasis projek sudah dipahami sebagian
pendidik.
3) Sekolah mulai melibatkan pihak di luar sekolah untuk membantu
salah satu aktivitas projek.
c. Tahap Lanjutan
1) Pembelajaran berbasis projek sudah menjadi kebiasaan sekolah
2) Konsep pembelajaran berbasis projek sudah dipahami semua
pendidik.
3) Sekolah sudah menjalin kerja sama dengan pihak mitra di luar
sekolah agar dampak projek dapat diperluas dan direplikasi
secara berkelanjutan

4. Pemilihan Tema Umum


Menurut (Kasmawati et al., 2023) dalam Jurnal Jurnal Pemikiran,
Penelitian Hukum, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraaan Volume
10 Nomor 4 Halaman 324 menjelaskan bahwa tim fasilitasi bersama
pimpinan satuan Pendidikan memilih minimal 2 tema (Fase A, B, C) dan

16
minimal 3 tema (Fase D, E, F) dari 7 tema yang diterapkan oleh
Kemendikbud-Dikti untuk dijalankan dalam satu tahun ajaran berdasarkan
isu yang relevan di lingkungan peserta didik. Kemendikbud Dikti
menetukan tema untuk setiap projek yang diimplementasi dalam satuan
Pendidikan yang dapat berubah setiap tahunnya. Untuk tahun ajaran
2021/2022, ada tujuh tema yang dikembangkan berdasarkan isu prioritas
yang dinyatakan dalam Peta Jalan Pendidikan Nasional 2020-2035,
Sustainable Development Goals, dan dokumen lain yang relevan.
Pemerintah Daerah dan satuan pendidikan dapat mengembangkan tema
menjadi topik yang lebih spesifik, sesuai degan budaya serta kondisi
daerah satuan pendidikan. Satuan pendidikan diberi kewenangan untuk
menentukan tema yang diambil untuk dikembangkan, baik untuk setiap
kelas, angkatan, maupun fase. Untuk satuan pendidikan SD wajib memilih
minimal 2 tema untuk dilak- sanakan per tahun, sedangkan untuk tingkat
SMP dan SMA wajib memilih miimal 3 tema per tahun.
Menurut Kemendikbudristek (2021:31) dalam pemilihan tema umum
dapat berdasarkan :
a. Tahap kesiapan satuan pendidikan dan pendidik dalam menjalankan
projek.
b. Kalender belajar nasional, atau perayaan nasional atau internasional,
misalnya Tema ’Gaya Hidup Berkelanjutan’ dilaksanakan menjelang
Hari Bumi, atau tema ‘Bhinneka Tunggal Ika’ dilaksanakan menjelang
Hari Kemerdekaan Indonesia.
c. Isu atau topik yang sedang hangat terjadi atau menjadi fokus
pembahasan atau prioritas satuan pendidikan. Dalam hal ini, isu atau
topik dapat dicari kesesuaian atau keterkaitannya dengan 7 tema yang
sudah ditentukan.
d. Tema yang belum dilakukan di tahun sebelumnya dan dapat
mengulang siklus setelah semua tema sudah dipilih. Untuk
memastikan semua tema dapat dijalankan, sangat penting untuk

17
satuan pendidikan memastikan terjadinya pendokumentasian dan
pencatatan portofolio projek dalam skala satuan pendidikan.
Tema yang telah dipilih untuk dilakukan selama satu tahun ajaran
ditetapkan oleh satuan pendidikan sebagai bagian dari Program Tahunan
(ProTa) sesuai bulan pelaksanaan dari setiap tema. ProTa ini seyogyanya
dikembangkan bersama dengan para pendidik yang terlibat dalam
mengembangkan projek. Ketika satuan pendidikan sudah terbiasa dengan
pelaksanaan projek, peserta didik dapat diundang untuk terlibat dalam
penyusunan ProTa.
Menurut (Mursidawati, 2023) dalam Jurnal Ilmiah Multidisiplin
Volume 1 Nomor 4 Halaman 583-585 yang menjelaskan bahwa terdapat
tujuh tema yang ditetapkan Kemendikbudristek yaitu sebagai berikut:
a. Gaya Hidup Berkelanjutan Pembelajaran tema ini bertujuan untuk
memahami dampak dari aktivitas manusia, baik jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap kelangsungan kehidupan
lingkungan di sekitarnya. Hal ini diharapkan dapat membangun
kesadaran bersikap dan berperilaku ramah lingkungan serta mencari
solusi terhadap masalah lingkungan. Terdapat tiga aspek yang dapat
dijadikan fokus dalam tema ini, yaitu :
1) Kesadaran lingkungan dan kebijakan hidup berkelanjutan Topik
ini membahas kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan
dan dampak yang dihasilkan dari gaya hidup manusia.
2) Konsumsi dan produksi berkelanjutan Mengajarkan siswa
tentang pola konsumsi yang berkelanjutan, seperti memilih
produk ramah lingkungan dan mengurangi pemborosan.
3) Gaya hidup ramah lingkungan Mempelajari langkah praktis
dalam gaya hidup sehari-hari. Siswa mempelajari, pengurangan
sampah, mendaur ulang sampah/limbah, penghematan energi,
penggunaan transportasi ramah lingkungan, dan lain-lain.
b. Kearifan Lokal Dalam konteks pembelajaran P-5, kearifan lokal
merujuk pada pengetahuan, nilainilai, tradisi, budaya, dan praktik-

18
praktik yang dimiliki oleh masyarakat setempat di suatu daerah atau
wilayah. Integrasi tema kearifan lokal dalam pembelajaran P-5 dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang identitas
lokal, memperkuat rasa cinta tanah air, serta mendorong penghargaan
terhadapat keragaman budaya Indonesia. Berikut ini merupakan
beberapa tema yang dapat dijadikan fokus dalam pembelajaran projek
pada jenjang SMA.
1) Adat istiadat dan tradisi lokal Topik ini mengajarkan siswa
tentang adat istiadat, upacara, dan tradisi lokal di daerah mereka.
Melalui pemahaman ini, siswa dapat menghargai dan
melestarikan warisan budaya yang ada dalam masyarakat
setempat.
2) Seni dan budaya lokal Seni dan budaya lokal membahas kekayaan
seni dan budaya yang dimiliki oleh masyarakat setempat, seperti
tarian, musik, seni rupa, dan sastra. Siswa dapat mempelajari
sejarah, makna, dan nilai yang terkandung dalam seni dan budaya
lokal.
3) Kearifan lingkungan Kearifan lingkungan mengajarkan siswa
tentang kearifan lokal terkait dengan pengelolaan lingkungan
hidup, pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan, serta
tradisi dan kebiasaan yang membantu menjaga keseimbangan
ekosistem.
4) Kearifan lokal dalam masyarakat berbasis agama Topik ini
membahas kearifan lokal yang terkait dengan nilai-nilai agama
yang dipegang oleh masyarakat setempat. Siswa dapat
mempelajari tradisi keagamaan, etika sosial, dan peran agama
dalam kehidupan masyarakat
5) Kearifan lokal dalam sistem pemerintahan dan hukum.
Tema ini membahas tentang kearifan lokal dalam konteks
pemerintahan dan sistem hukum di suatu daerah. Siswa dapat
mempelajari adat istiadat yang berhubungan dengan sistem

19
pemerintahan adat, peraturan tradisional, dan mekanisme
penyelesaian konflik secara lokal. Integrasi tema kearifan lokal dalam
pembelajaran P-5 pada jenjang SMA akan membantu siswa untuk
lebih mengenal, menghargai, dan memahami nilai-nilai lokal yang ada
di sekitar mereka. Hal ini juga dapat mengembangkan sikap saling
menghargai, toleransi, dan kerja sama antara siswa dari berbagai latar
belakang budaya dan tradisi yang berbeda.
c. Bhineka Tunggal Ika Pada tema ini peserta didik diajak untuk
mengenal cara membangun dialog penuh hormat tentang
keberagaman kelompok agama dan kepercayaan yang dianut oleh
masyarakat sekitar dan nilai-nilai ajaran yang dianutnya. Peserta didik
mempelajari perspektif berbagai agama dan kepercayaan tentang
fenomena global. Siswa secara kritis menelaah hal-hal negatif yang
dilekatkan pada suatu kelompok agama dan dampaknya terhadap
peluang terjadinya konflik dan kekerasan. Melalui projek ini, siswa
mengenal dan mempromosikan budaya perdamaian dan
antikekerasan.
d. Bangunlah Jiwa dan Raganya Tema “Bangunlah Jiwa dan Raganya”
diajarkan untuk membangun kesadaran dan keterampilan peserta
didik untuk memelihara kesehatan fisik dan mental, baik untuk dirinya
maupun orang di sekitarnya. Siswa dapat melakukan penelitian dan
mendiskusikan masalah terkait kesejahteraan diri, perundungan, baik
fisik maupun dunia maya, serta berupaya mencari solusi. Selain itu,
peserta didik juga dapat diajak memahami masalah kesehatan dan
kesejahteraan fisik termasuk isu narkoba, pornografi, serta kesehatan
reproduksi. Satuan pendidikan dapat juga membuat kegiatan hari anti-
bullying untuk menekan kasus perundungan di lingkungannya.
e. Suara Demokrasi Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa
yang akan menjadi bagian dalam kelanjutan sistem pemerintahan.
Sistem pengambilan suara sering dipergunakan dalam pengambilan
keputusan/mufakat. Bentuk musyawarah untuk mendapatkan mufakat

20
merupakan bagian dari proses dasar berdemokrasi yang harus
dimanfaatkan oleh pesserta didik untuk berlatih sebelum mengambil
bagian dalam praktik demokrasi yang lebih luas. Projek ini dapat
dimulai tahap pengenalan untuk menggali pentingnya partisipasi tiap
individu dalam kelompok. Peserta didik diajak untuk melihat
kesenjangan dan ketidaksetaraan yang terajdi di lingkungannya, serta
mengenalkan peran generasi muda dalam proses demokrasi.
Selanjutnya, tahap konstektualisasi dengan melakukan riset terpadu
dan mandiri untuk melihat pelaksanaan demokrasi di kehidupan nyata.
Pada tahap akhir, Peserta didik diajak merefleksikan makna
demokrasi dan memahami implementasi demokrasi serta
tantangannya. Dengan melatih kemampuan yang sistematis, siswa
dapat menjelaskan keterkaitan antara peran individu terhadap
kelangsungan demokrasi Pancasila.
f. Kewirausahaan Tema ini diusung dalam rangka menumbuhkan jiwa
kewirausahaan bagi peserta didik. Peserta didik akan mengidentifikasi
potensi ekonomi dan peluang usaha di tingkat lokal dan masalah yang
ada dalam pengembangan potensi dan pengembanagan usaha tersebut,
serta kaitannya dengan aspek lingkungan, sosial, dan kesejahteraan
masyarakat. Tema kewirausahaan menjadi bagian penting dalam P-5
di jenjang SMA. Pemahaman dan penerapan konsep dapat
memberikan siswa pemahaman tentang nilai-nilai kewirausahaan,
pentingnya inovasi, dan mengembangkan usaha berkelanjutan.
Adapun topik yang terkait dengan kewirausahaan adalah sebagai
berikut :
1) Jiwa kewirausahaan dan nilai-nilai pengusaha Berkaitan dengan
jiwa kewirausahaan, karakteristik pengusaha yang sukses, dan
nilai-nilai yang terkait dengan kewirausahaan, seperti keberanian
mengambil resiko, inovasi, kerja keras, kreativitas, ketekunan,
dan tanggung jawab.

21
2) Proses berwirausaha Topik ini mengajarkan siswa tentang proses
berwirausaha mulai dari identifikasi peluang bisnis, perencanaan
usaha, pelaksanaan usaha, dan pemasaran.
3) Etika berwirausaha Siswa akan mempelajari nilai-nilai etika
dalam bisnis, seperti integritas, kejujauran, transparansi, dan
tanggung jawab sosial.
4) Kewirausahaan social Dalam topik kewirausahaan sosial, peserta
didik diajarkan menjadi wirausaha yang memberikan manfaat
sosial kepada masyarakat.
5) Kewirausahaan dan pembangunan ekonomi Mempelajari peran
wirausaha dalam membangun ekonomi sebuah negara. Siswa
akan mempelajari pentingnya wirausaha dalam menciptakan
lapangan kerja, inovasi teknologi, pertumbuhan ekonomi, dan
kontribusi terhadap pembangunan negara.
Siswa dapat mengembangkan pemahaman dan keterampilan yang
diperlukan dalam dunia usaha. Peeserta didik akan mengembangkan
pola pikir kewirausahaan, melihat peluang, dan dapat membantu
siswa menjadi warga yang mandiri, kreatif, dan berkontribusi dalam
pembangunan ekonomi dan sosial negara.
g. Rekayasa Teknologi Pemanfaatan teknologi yang maksimal
menandakan majunya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebuah
bangsa. Implementasi rekayasa dan teknologi didorong agar peserta
didik dapat berkolaborasi dalam melatih daya pikir kritis, kreatif,
inovatif, sekaligus kemameuan berempati untuk merkayasa
membangun produk berteknologi untuk memudahkan dirinya dan
sekitarnya. Satuan pendidikan dapat membuat proyek yang
mendorong peserta didik membuat inovasi sederhana dengan
menerapkan teknologi yang dapat menjawab permasalahan yang ada
di sekitar sekolah

22
5. Penentuan Tema dan Topik Spesifik Sesuai dengan Tahapan Satuan
Pendidikan
Menurut Kemendikbudristek (2021:37) terdapat beberapa tahap dalam
menentukan tema dan topik spesifikasi untuk projek penguatan profil
pelajar pancasila yaitu tahap awal, tahap berkembang dan tahap lanjutan.
a. Tema pilihan
1) Tahap awal: Sekolah menentukan 2 tema untuk SD, atau 3 tema
untuk SMP‒SMA di awal tahun ajaran.
2) Tahap berkembang: Sekolah menentukan 2 tema untuk SD, atau
3 tema untuk SMP‒SMA di awal tahun ajaran.
3) Tahap lanjutan: Sekolah menentukan 2 tema untuk setiap kelas
SD, atau 3 tema untuk setiap kelas SMP‒SMA di awal tahun
ajaran (setiap kelas dapat memilih tema yang berbeda).
b. Pemberian opsi tema
1) Tahap awal: Sekolah menelaah isu yang sama untuk semua kelas.
2) Tahap berkembang: Sekolah menelaah isu yang sama untuk setiap
1‒2 kelas.
3) Tahap lanjutan: Setiap kelas menelaah isu yang berbeda sesuai
pilihan peserta didik.
c. Penentuan topik
1) Tahap awal: Sekolah yang menentukan tema dan topik projek.
2) Tahap berkembang: Sekolah mempersiapkan beberapa tema dan
topik projek untuk dipilih oleh peserta didik.
3) Tahap lanjutan: Peserta didik mendiskusikan tema dan topik
projek dengan bimbingan pendidik.
Menurut Kemendikbudristek (2021:38-43) dalam panduan
pengembangan projek penguatan profil pelajar pancasila terdapat contoh
pengembangan tema dan topik di setiap fase dalam berbagai tema dan fase
yaitu:
a. Tema Gaya Hidup Berkelanjutan

23
1) SMP (Fase D) Membuat purwarupa sistem pengelolaan sampah
di satuan pendidikan dengan fokus: Pengembangan akhlak
terhadap alam Menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.
2) SMA (Fase E/F) Mendesain sistem pengelolaan sampah untuk
mengatasi permasalahan banjir di lingkungan sekitar satuan
pendidikan dengan fokus: Pengembangan akhlak terhadap alam
Menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal Memperoleh dan
memproses informasi dan gagasan.
b. Tema Kearifan Lokal
1) SMP (Fase D) Mural Akulturasi yang bercerita tentang proses
akulturasi dan dampaknya di masyarakat saat ini dengan fokus:
Akhlak kepada manusia Mengutamakan persamaan sebagai alat
pemersatu dalam keadaan konflik atau perdebatan Mengenal
sejarah perkembangan budaya yang berdampak pada cara hidup
dan sudut pandang masyarakat dan menyajikan interpretasinya
melalui penggambaran visual.
2) SMA (Fase E/F) Gelaran seni yang memadukan elemen teknologi
dan tradisi dengan fokus: Akhlak kepada manusia Menghargai
perbedaan identitas (ras, agama, dll.) dan menampilkan
apresiasinya atas perbedaan dalam bentuk aktivitas Menggali
berbagai warisan budaya terkait seni dan menemukan cara
mengenalkannya secara luas dengan memanfaatkan teknologi.
c. Tema Bhineka Tunggal Ika
1) SMP (Fase D) Menciptakan lagu-lagu bertema keberagaman
dengan fokus: Akhlak kepada manusia Mengutamakan
persamaan sebagai alat pemersatu dalam keadaan konflik atau
perdebatan.
2) SMA (Fase E/F) Merencanakan dan melaksanakan bakti sosial di
lingkungan sekitar satuan pendidikan, merespons isu
kemanusiaan yang terjadi di masyarakat terdekat dengan fokus:
Akhlak kepada manusia Mengidentifikasi hal yang menjadi

24
permasalahan bersama, menawarkan titik temu kolaborasi dan
mengidentifikasi pihak terkait untuk penyelesaiannya.
d. Tema Bangunlah Jiwa Raganya
1) SMP (Fase D) Membuat kegiatan-kegiatan dan menyusun
kesepakatan antarpeserta didik berbasis OSIS untuk
kesejahteraan (wellbeing) jiwa raga (olahraga, seni, kemanusiaan,
agama, dll.) dengan fokus: Mengutamakan persamaan sebagai
alat pemersatu dalam keadaan konflik atau perdebatan.
2) SMA (Fase E/F) Koordinasi kegiatan OSIS antarsatuan
pendidikan dalam bentuk kepanitiaan untuk kampanye dan aksi
untuk menjaga kesehatan fisik dan mental remaja di lingkungan
satuan pendidikan dengan fokus: Mengidentifikasi hal yang
menjadi permasalahan bersama, menawarkan titik temu
kolaborasi dan mengidentifikasi pihak terkait untuk
penyelesaiannya.
e. Tema Suara Demokrasi
1) SMP (Fase D) Menyusun kepenpendidiksan kelas beserta lingkup
tugas, jangka waktu bertugas, dan tata cara pemilihannya (ketua
kelas, wakil, bendahara), kemudian menentukan aturan-aturan
yang diberlakukan di kelas berkaitan dengan kepentingan
bersama dalam kelancaran proses belajar mengajar dan relasi
antarpeserta didik dengan fokus: Akhlak kepada manusia
Mengutamakan persamaan sebagai alat pemersatu dalam keadaan
konflik atau perdebatan.
2) SMA (Fase E/F) Merancang alur pemilihan pengurus OSIS
satuan pendidikan, membuat rencana kerja tahunan yang bisa
melibatkan peserta didik dari berbagai jenjang, merencanakan
program pengayaan untuk para pengurus dan kaderisasinya,
dengan bantuan dewan penasihat OSIS satuan pendidikan dengan
fokus: Akhlak kepada manusia Menunjukkan karakter toleransi
pada orang dan kelompok lain serta berupaya mengutamakan

25
kemanusiaan di atas perbedaan (agama, ras, suku, warna kulit,
dll.) dan membantu orang lain. Mengapresiasi dan memberikan
kritik yang konstruktif demi kemajuan orang lain dan lingkungan
sekitarnya.
f. Tema Kewirausahaan
1) SMP (Fase D) Menciptakan produk yang menjawab kebutuhan
tertentu dalam lingkup terdekat/produk yang berciri khas daerah
dengan fokus: Akhlak pribadi Menginternalisasi norma-norma
sosial dan agama yang ada sehingga menjadi nilai personal.
2) SMA (Fase E/F) Merintis koperasi sederhana di lingkup satuan
pendidikan dengan okus: Akhlak pribadi Merumuskan nilai-nilai
moralnya sendiri, menyadari kekuatan dan keterbatasan dari
nilai-nilai tersebut, sehingga bisa menerapkannya secara bijak
dan kontekstual.
g. Tema Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI
1) SMP (Fase D) Menciptakan sistem untuk pemanenan air hujan di
lingkungan satuan pendidikan untuk pemenuhan kebutuhan
sehari-hari dengan fokus okus: Akhlak kepada alam Memahami
konsep sebab-akibat di antara berbagai ciptaan Tuhan dan
mengidentifikasi berbagai perbuatan yang mempunyai dampak
langsung maupun tidak langsung terhadap alam semesta, baik
positif maupun negatif.
2) SMA (Fase E/F) Merancang projek kebun organik yang
berkelanjutan dilengkapi dengan alur kewirausahaannya dengan
fokus: Akhlak kepada alam Mengidentifikasi masalah lingkungan
hidup di tempat dia tinggal dan melakukan langkah-langkah
konkret yang bisa dilakukan untuk menghindari kerusakan dan
menjaga keharmonisan ekosistem yang ada di lingkungannya.
Menurut Kemendikbudristek (2021:43) dalam panduan pengembangan
projek penguatan profil pancasila tema tema utama projek penguatan profil
pancasila yaitu:

26
a. Suara Demokrasi
Peserta didik menggunakan kemampuan berpikir sistem,
menjelaskan keterkaitan antara peran individu terhadap kelangsungan
demokrasi Pancasila. Melalui pembelajaran ini peserta didik
merefleksikan makna demokrasi dan memahami implementasi
demokrasi serta tantangannya dalam konteks yang berbeda, termasuk
dalam organisasi sekolah dan/atau dalam dunia kerja. Tema ini
ditujukan untuk jenjang SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, dan
sederajat. Contoh kontekstualisasi tema: Sistem musyawarah yang
dilakukan masyarakat adat tertentu untuk memilih kepala desa.
b. Kebekerjaan
Peserta didik menghubungkan berbagai pengetahuan yang telah
dipahami dengan pengalaman nyata di keseharian dan dunia kerja.
Peserta didik membangun pemahaman terhadap ketenagakerjaan,
peluang kerja, serta kesiapan kerja untuk meningkatkan kapabilitas
yang sesuai dengan keahliannya, mengacu pada kebutuhan dunia kerja
terkini. Dalam projeknya, peserta didik juga akan mengasah
kesadaran sikap dan perilaku sesuai dengan standar yang dibutuhkan
di dunia kerja. Tema ini ditujukan sebagai tema wajib khusus jenjang
SMK/MAK. Contoh kontekstualisasi tema: Lampung: eksplorasi
pengembangan serat tekstil dari limbah daun nanas dan Kawasan
industri sekitar Jakarta: budidaya dan pengolahan tanaman lokal
Betawi.

6. Merancang Modul Projek


Menurut Kemendikbudristek (2021:44) menjelaskan bahwa modul
projek merupakan perencanaan pembelajaran dengan konsep
pembelajaran berbasis projek (project-based learning) yang disusun sesuai
dengan fase atau tahap perkembangan peserta didik, mempertimbangkan
tema serta topik projek, dan berbasis perkembangan jangka panjang.
Modul projek dikembangkan berdasarkan dimensi, elemen, dan

27
subelemen Profil Pelajar Pancasila. Tujuannya menyusun dokumen yang
mendeskripsikan perencanaan kegiatan projek sebagai panduan bagi
pendidik dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tujuan
penguatan Profil Pelajar Pancasila dalam tema tertentu.
Menurut Kemendikbud Ristek (2021) dalam Jurnal Basicedu
pembelajaran lintas disiplin ilmu dimana memiliki tujuan mengamati
hingga memikirkan solusi dari beberapa permasalahan yang terjadi di
sekitar lingkunganya merupakan pengertian dari Projek Penguatan Profil
Pancasila (P4). Pendekatan pembelajaran berbasis projek (project-based-
learning) digunakan dalam implementasi P4 di sekolah, namun projek ini
berbeda dengan progam intrakulikuler yang sering dilakukan didalam
kelas.
Menurut (Rachmawati et al., 2022) dalam Jurnal Basicedu Volume 6
Nomor 3 Halaman 3616 menjelaskan bahwa peserta didik banyak diberi
kesempatan untuk belajar dalam kondisi formal, struktur belajar lebih
fleksibel sekolah bisa menyesuaiakan pengaturan waktunya, sehingga
kegiatan belajar menjadi lebih interaktif karena peserta didik terlibat
langsung dengan lingkungan disekitarnya dengan tujuan sebagai
penguatan berbagai kompetensi pada Profil Pelajar Pancasila. Projek yang
dilakukan dalam P4 merupakan urutan kegiatan yang memiliki arah tujuan
tertentu dengan cara menelaah tema yang dianggap menantang untuk
peserta didik. Projek ini harus dikemas dengan mempertimbangkan
karakteristik peserta didik agar mampu menstimulus sehingga peserta
didik dapat melakukan investigasi, kemudian mereka akan memecahkan
masalah, dan dilanjutkan dengan pengambilan keputusan. Alokasi waktu
yang telah ditentukan menjadikan peserta harus mengasilkan produk dan
juga melakukan aksi.
Dapat disimpulkan bahwa modul projek adalah panduan pembelajaran
berbasis projek yang disesuaikan dengan fase perkembangan peserta didik
dan tujuan penguatan Profil Pelajar Pancasila. Pendekatan pembelajaran
lintas disiplin ilmu dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

28
memungkinkan peserta didik untuk mengamati dan memecahkan masalah
di sekitar lingkungan mereka. Proyek dalam P5 dirancang untuk
merangsang investigasi, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan
peserta didik, dengan fleksibilitas waktu untuk menyesuaikan struktur
belajar.
Menurut Kemendikbudristek (2021:45) dalam panduan pengembangan
projek penguatan profil pelajar pancasila terdapat beberapa komponen
dalam modul projek penguatan profil pelajar pancasila.
a. Informasi Umum
1) Identitas penulis modul
2) Sarana dan prasarana
3) Target peserta didik
4) Relevansi tema dan topik projek untuk satuan pendidikan
b. Komponen Inti
1) Deskripsi singkat projek
2) Dimensi dan sub-elemen dari profil pelajar pancasila yang
berkaitan
3) Tujuan spesifik untuk fase tersebut
4) Alur kegiatan projek secara umum
5) Asesmen
6) Pertanyaan pemantik
7) Pengayaan dan remedial
8) Refleksi peserta didik dan pendidik
c. Lampiran
1) Lembar kerja peserta didik
2) Bahan bacaan pendidik dan peserta didik
3) Glosarium
4) Daftar pustaka

7. Pemilihan Elemen dan Sub-Elemen Profil Pelajar Pancasila serta


Penentuan Kritria Pencapaian

29
Menurut Kemendikbudristek (2021:48) dalam panduan pengembangan
projek penguatan profil pelajar pancasila pendidik dapat menentukan
elemen dan sub-elemen serta capaian fase yang sesuai dengan kemampuan
dan kebutuhan peserta didik. Pendidik menentukan elemen dan sub-
elemen serta capaian fase peserta didik yang akan dijadikan sebagai tujuan
pembelajaran berdasarkan pada hasil asesmen diagnostik.
Menurut (Rachmawati et al., 2022), dalam Jurnal Basicedu Dimensi,
Elemen, dan Sub Elemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum
Merdeka ditetapkan berdasarkan SK Kepala BSKAP No. 009 Tahun 2022.
BSKAP atau Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
menetapkan SK Dimensi, Elemen, dan Sub Elemen Profil Pelajar
Pancasila untuk mendukung kebijakan implementasi kurikulum merdeka
di sekolah. Elemen dan Sub Elemen pada projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila sudah dapat ditentukan oleh pendidik beserta capaian fase yang
disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik. Pada
jenjang sekolah dasar capaian fase dibagi menjadi 3, yaitu fase A (kelas 1-
2, pada usia 6-8 tahun), fase B (kelas 3-4, usia 8-10 tahun) dan fase C
(kelas 5-6, usia 10-12 tahun).
Dapat disimpulkan bahwa pendidik memiliki fleksibilitas untuk
menyesuaikan elemen, sub-elemen, dan pencapaian fase dalam Modul
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan peserta didik, berdasarkan hasil asesmen diagnostik. Dimensi,
elemen, dan sub-elemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka
telah ditetapkan oleh SK Kepala BSKAP No. 009 Tahun 2022 untuk
mendukung implementasi kurikulum merdeka di sekolah. Pada jenjang
sekolah dasar, capaian fase dibagi menjadi tiga: fase A (kelas 1-2, usia 6-8
tahun), fase B (kelas 3-4, usia 8-10 tahun), dan fase C (kelas 5-6, usia 10-
12 tahun).
Menurut Kemendikbudristek (2021:49) dalam panduan pengembangan
projek penguatan profil pelajar pancasila alur pemilihan dimensi, elemen,
dan sub-elemen sebagai berikut :

30
a. Pemilihan tema
b. Pemilihan profil pelajar Pancasila
c. Pemilihan dimensi
d. Pemilihan elemen
e. Pemilihan sub-elemen
Menurut KEMENDIKBUD dalam panduan pengembangan projek
penguatan profil pelajar pancasila terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pemilihan elemen dan sub-elemen, yaitu:
a. Pilih elemen dan sub-elemen projek paling relevan dengan kebutuhan
peserta didik dan tema yang dipilih dari matriks perkembangan
dimensi yang sudah disediakan dalam dokumen Profil Pelajar
Pancasila.
b. Sesuaikan fase perkembangan sub-elemen yang ingin dicapai dengan
kemampuan awal peserta didik.
c. Usahakan ada kesinambungan pengembangan dimensi, elemen, dan
sub-elemen dengan projek sebelumnya dan berikutnya.

8. Eksplorasi dan Pengembangan Alur Projek


Menurut Kemendikbudristek (2021:51)Pengembangan alur projek
memerlukan strategi eksplorasi yang dapat mempermudah untuk
menyusun modul projek penguatan profil pelajar Pancasila. Sebelum
mengembangkan alur projek, perlu memperhatikan 2 tahapan penting
yaitu :
a. Pendidik bekerja sama dengan Tim Fasilitasi Projek membuat alur
projek yang berisi kegiatan projek menggunakan struktur aktivitas
yang telah disepakati bersama.
b. Hal-hal yang sudah ditentukan dalam tahap merancang projek,
disusun sesuai alur dengan menambahkan strategi-strategi
pembelajaran, alat ajar, dan narasumber yang dibutuhkan untuk
pengembangan dan pendalaman dimensi.

31
Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
SD/SMP/SMA memberikan 3 pengembangan alur projek yang bisa
dilakukan oleh sekolah atau madrasah. Ada 3 pilihan pengembangan alur
projek penguatan, yaitu :
a. PEKARTI (Pengenalan, Kontekstualisasi, Aksi, Refleksi dan Tindak
Lanjut)
1) Pengenalan: Mengenali dan membangun kesadaran peserta didik
terhadap tema yang sedang dipelajari.
2) Kontekstualisasi: Menggali permasalahan di lingkungan sekitar
yang terkait dengan topik pembahasan.
3) Aksi: Merumuskan peran yang dapat dilakukan melalui aksi nyata.
4) Refleksi: Menggenapi proses dengan berbagi karya serta
melakukan evaluasi dan refleksi.
5) Tindak lanjut: Menggenapi proses dengan berbagi karya serta
melakukan evaluasi dan refleksi
b. 5M
Contoh pengembangan alur yang kedua terbagi menjadi 2 target
dengan 5 aktivitas. Adapun rinciannya sebagai berikut :
1) Merumuskan tujuan
a) Mengamati: Mempersiapkan observasi, mengenal, mendekati
persoalannya (mencerap) dan mencari inspirasi.
b) Mendefinisikan; Mendefinisikan tujuan dari temuan, membuat
kerangka konteks.
2) Tindak lanjut
c) Menggagas: Melontarkan dan mengembangkan gagasan dan
membuat alternatif sousi.
d) Memilih: Memilih solusi yang sesuai dengan tujuan, membuat
purwarupa.
e) Merefleksikan: Membagi pengetahuan, meminta masukan dan
mengembangkan ide lebih lanjut dari masukan.
c. FIDS

32
Contoh pengembangan alur yang ketiga adalah dengan singkatan
FIDS yaitu Find-Image-Do-Share. Adapun penjelasannya sebagai
berikut:
1) Find (temukan) : Mengenali dan membangun kesadaran peserta
didik terhadap isu pengelolaan sampah dan implikasinya terhadap
perubahan iklim.
2) Image (Bayangkan) : Menggali permasalahan di lingkungan
sekitar yang terkait dengan topik pembahasan
3) Do (Lakukan) : Mewujudkan pelajaran yang mereka dapat
melalui aksi nyata.
4) Share (Bagikan) : Menggenapi proses dengan berbagi karya serta
melakukan evaluasi dan refleksi.

9. Asesmen Sebagai Bagian dari Desain Projek


Menurut Maemonah (2018:3) asesmen adalah istilah sebuah proses
yang ditempuh untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam
rangka membuat keputusan-keputusan mengenai para peserta didik,
kurikulum, program-program, dan kebijakan pendidikan, metode atau
instrumen pendidikan lainnya oleh suatu badan, lembaga, organisasi atau
institusi resmi yang menyelenggarakan suatu aktivitas tertentu.
Menurut Kemendikbudristek (2021:53-54) Asesmen merupakan bagian
penting dari pembelajaran dalam projek. Oleh karena itu, dalam
merencanakan projek, termasuk dalam menyusun modul projek, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merancang asesmen projek:
a. Pertimbangkan keberagaman kondisi peserta didik dan sesuaikan
metode asesmen. Tidak semua jenis asesmen cocok untuk semua
kegiatan dan individu peserta didik. Asesmen yang beragam dapat
membantu pendidik dan peserta didik merasakan pembelajaran yang
berbeda.

33
b. Pertimbangkan tujuan pencapaian projek dan membuat asesmen yang
bukan hanya berfokus pada produk pembelajaran, tetapi berfokus pada
dimensi, elemen, dan sub-elemen Profil Pelajar Pancasila yang disasar.
c. Pembuatan indikator perkembangan sub-elemen antarfase di awal
projek berguna untuk memperjelas tujuan projek.
d. Bangun keterkaitan antara asesmen diagnostik, formatif, dan sumatif.
Hasil dari asesmen diagnostik dapat dipakai untuk memetakan kekuatan
dan kelemahan peserta didik sebagai acuan Tim Fasilitasi dalam
menentukan indikator performa peserta didik ketika merancang
asesmen formatif dan sumatif. Asesmen formatif yang disusun dengan
memperhatikan tugas sumatif dapat menurunkan beban kerja peserta
didik dan memperjelas relevansi tugas formatif.
e. Jelaskan tujuan asesmen dan libatkan peserta didik dalam proses
asesmen. Misalnya, peserta didik dapat memilih topik yang akan
dinilai, metode asesmen (tertulis/ tidak tertulis, presentasi/pembuatan
poster), dan pengembangan rubrik. Pendidik juga dapat membimbing
peserta didik dalam menggunakan rubrik/kriteria penilaian agar peserta
didik merasa terlibat dalam mengelola dan menilai proses pembelajaran
mereka sendiri
Menurut (Ardiansyah et al., 2023) dalam Jurnal Literasi dan
Pembelajaran Indonesia Volume 3 Nomor 1 Halaman 10 menyatakan
bahwa Kurikulum mandiri memiliki tiga penilaian yaitu penilaian
diagnostik yang dilakukan di awal pembelajaran atau di dalam materi,
penilaian formatif yang dilakukan selama proses pembelajaran, dan
penilaian sumatif.
Menurut (Aziz & Lubis, 2023) dalam Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar
Volume 1 Nomor 2 Halaman 21 menjelaskan bahwa Asesmen diagnostik
terdapat dua bagian yaitu asesmen diagnostik non-kognitif dan asesmen
diagnostik kognitif. Asesmen diagnostik non-kognitif bertujuan
menampilkan profil peserta didik berupa latar belakang dan kompetensi
awal dalam upaya merumuskan pembelajaran yang disesuaikan dengan:

34
minat, bakat, gaya belajar dan keadaan sehari-hari peserta didik.
Sedangkan asesmen diagnostik kognitif memiliki tujuan untuk
memberikan informasi terkait pengetahuan dasar dan kemampuan peserta
didik secara khusus dalam rangka memberi informasi bagi guru untuk
mendesain pembelajaran sesuai kebutuhan peserta didik.
Menurut (Ardiansyah et al., 2023) dalam Jurnal Literasi dan
Pembelajaran Indonesia menjelaskan bahwa Setiap satuan pendidikan
yang menggunakan Kurikulum Merdeka harus melakukan asesmen
diagnostik, baik itu pada jenjang sekolah dasar dan lainnya. Pada
kurikulum 2013, penilaian formatif dan sumatif yang dilakukan oleh
pendidik akan memantau perkembangan siswa, memantau hasil belajar,
dan mengidentifikasi kebutuhan untuk terus meningkatkan hasil belajar
siswa. Kurikulum mandiri kini difokuskan pada penilaian formatif dan
penggunaan hasil penilaian untuk membentuk pembelajaran sesuai
kemampuan siswa
Asesmen Asesmen Asesmen Sumatif
Diagnostik Formatif
Pada awal
perencanaan projek
(identifikasi Biasanya dilakukan
kesiapan satuan pada akhir projek
pendidikan), jika Dapat dilakukan di
Berkala,
Waktu membuat sendiri akhir tahap Kegiatan
berkelanjutan
penggunaan modul projek. Pada jika diperlukan
selama projek
saat penentuan (terutama di projek
dimensi, elemen, dengan jangka waktu
dan sub-elemen, jika yang panjang)
menggunakan modul
projek sudah ada

35
Pendidik, Pendidik
peserta didik
secara pribadi
(self
assessment),
sesama
peserta didik
Pihak yang (peer
memberikan Pendidik assessment),
asesmen mitra
satuan
pendidikan
dalam
projek
(misalnya: orang
tua, narasumber
projek)
Rubrik, umpan
balik (dari
pendidik dan
sesame peserta
Rubrik, presentasi,
didik) baik
Contoh Rubrik, observasi, poster, diorama,
secara lisan
bentuk kuesioner, refleksi, produk teknologi atau
maupun tertulis,
asesmen esai seni, esai, kolase,
observasi,
drama
diskusi,
presentasi,
jurnal, refleksi,
esai

36
Menciptakan
baseline (garis dasar) Mengawasi
untuk menilai pembelajaran
kemampuan awal peserta didik
peserta didik. selama projek
Mengukur apakah
Informasi ini dipakai Memastikan
peserta didik sudah
untuk merencanakan perkembangan
mengembangkan
kegiatan projek yang kompetensi
kompetensi dari sub
Manfaat efektif dan bermakna peserta didik
elemen dari elemen
untuk untuk peserta didik, sesuai dengan
dan dimensi Profil
tim fasilitasi untuk mencapai sub-elemen
Pelajar Pancasila
projek konsep learning at Profil Pelajar
sesuai fase yang
the right level. Pancasila yang
disasar.
Menentukan sub disasar.
Menyusun projek
elemen yang sesuai Mengecek
selanjutnya.
dengan fasenya. pemahaman
Mengetahui peserta didik
perkembangan mengenai isu
peserta didik di akhir projek
projek.
Memahami performa
Membantu
di akhir projek.
peserta didik
Memahami apakah
memperbaik dan
mereka sudah
mengembangka
Manfaat memenuhi capaian
Memahami performa n diri.
untuk projek dan sejauh
di awal projek Membantu
peserta didik mana sudah mencapai
peserta didik
fase perkembangan
mendapatkan
sub elemen dari
hasil belajar
dimensi Profil Pelajar
yang lebih baik
Pancasila yang disasar

37
dalam asesmen
sumatif di akhir.
Mengoptimalka
n dampak projek
Sumber: Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila,
Kemendikbutristek(2021)

D. Contoh Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila


1. Judul projek
Inovasi olahan makanan dan minuman berbahan lokal.
2. Deskripsi projek
Projek kokurikuler atau Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk belajar di lingkungan
sekitar untuk menguatkan kompetensi Profil Pelajar Pancasila. Projek ini
didesain agar peserta didik dapat membuat perencanaan usaha dengan
memanfaatkan sumber daya lokal. Melalui projek ini diharapkan peserta didik
mampu membekali diri untuk bersaing di dunia global melalui tema
kewirausahaan.
3. Profil pelajar pancasila
Kewirausahaan.
4. Tujuan
Dengan mengangkat tema Kewirausahaan dan mengacu kepada
dimensi Profil Pelajar Pancasila, Projek “Inovasi Olahan Makanan dan
Minuman Berbahan Lokal” ini bertujuan untuk membangun kesadaran,
menggali potensi diri dan daerah, serta memberdayakan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki dalam mengembangkan wirausaha.
5. Target peserta didik
Target peserta didik adalah seluruh siswa kelas X SMA.
6. Sarana dan prasarana
a. Alat tulis
b. Referensi modul yang berkaitan dengan kewirausahaan

38
7. Tahapan dalam projek
a. Tahap Pengenalan yaitu mengenali makna, karakteristik, dan peran
wirausaha dalam kehidupan manusia.
1) Sosialisasi kegiatan projek
2) Pembentukan kelompok
3) Mengenal karakter wirausaha
4) Menggali potensi diri
b. Tahap Kontekstualisasi yaitu mengkontekstualisasi wujud wirausaha
dalam pengenalan potensi daerah.
1) Mengenal potensi daerah
2) Menganalisis sumber daya daerah
c. Tahap Perencanaan yaitu mencari dan mengembangkan ide,
menginventarisasi sumber daya, dan merencanakan usaha yang
berkelanjutan.
1) Menggali dan mengembangkan ide
2) Menganalisis rencana usaha dan keselamatan kerja
3) Merencanakan usaha
d. Tahap Aksi yaitu mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang
didapat melalui aksi nyata yang bermakna
1) Seminar proposal usaha
2) Strategi dan inovasi dalam berwirausaha
3) Penyempurnaan karya dan strategi
4) Wirausaha mandiri yang berkelajutan
e. Tahap Refleksi yaitu menggenapi prosses dengan pelaporan, berbagi
karya, evaluasi dan refleksi
1) Refleksi
8. Dimensi, elemen, dan sub-elemen
Dimensi Elemen Sub-elemen Target Kapaian

39
Dimensi Kolaborasi Kerja sama Membangun tim dan
Bergotong Komunikasi mengelola kerjasama
Royong untuk mencapai
tujuan bersama
sesuai dengan target
yang sudah
ditentukan

Komunikasi untuk Aktif menyimak


mencapai tujuan untuk memahami
bersama dan menganalisis
informasi, gagasan,
emosi, keahlian dan
bicara yang
disampaikan oleh
orang lain dan
kelompok
menggunakan
berbagai symbol dan
media secara efektif,
serta menggunakan
berbagai strategi
komunikasi untuk
menyelesaikan
masalah guna
mencapai berbagai
tujuan bersama
Sumber: Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila,
Kemendikbutristek(2021)

40
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya, didapatkan
kesimpulan bahwa :
1. Ruang lingkup Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila meliputi,
Pengertian Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yaitu pembelajaran
lintas disiplin ilmu dalam mengamati dan memikirkan solusi terhadap
permasalahan di lingkungan sekitar yang menggunakan pendekatan
pembelajaran berbasis proyek; Prinsip-Prinsip Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila yaitu holistik, kontekstual, berpusat pada peserta didik,
dan eksploratif; Manfaat Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang
dapat dirasakan untuk satuan pendidikan, pendidik dan peserta didik.
2. Aturan yang mendasari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yaitu
tertera Pada Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2021 pada pasal 3 ayat 7
menuliskan bahwa Profil pelajar Pancasila sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) meliputi beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
serta berakhlak mulia, bernalar kritis, mandiri, kreatif, bergotong royong,
dan berkebinekaan global.
3. Mekanisme Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila meliputi beberapa
tahapan yaitu, Merancang Alokasi Waktu Projek dan Dimensi, Strategi
Membentuk Tim Fasilitas Projek, Identifikasi Tahapan Kesiapan Satuan
Pendidikan dalam Menjalankan Projek, Pemilihan Tema Umum,
Penentuan Tema dan Topik Spesifik Sesuai dengan Tahapan Satuan
Pendidikan, Merancang Modul Projek, Pemilihan Elemen dan Sub-
Elemen Profil Pelajar Pancasila serta Penentuan Kritria Pencapaian,
Eksplorasi dan Pengembangan Alur Projek, dan Asesmen Sebagai Bagian
dari Desain Projek.

41
4. Contoh Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dapat dilihat dari
penjelasan diatas dengan menjabarkan Judul projek, Deskripsi projek,
Profil pelajar Pancasila, Tujuan, Target peserta didik, Sarana dan
prasarana, Tahapan dalam projek, Dimensi, elemen, dan sub-elemen.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan di atas disarankan kepada calon pendidik atau
pendidik dapat memahami secara utuh dan baik mengenai Projek Penguatan
Profil Pelajar Pancasila.

42
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Mawaddah, F. S., & Juanda. (2023). Assesmen dalam Kurikulum


Merdeka Belajar. Jurnal Literasi dan Pembelajaran Indonesia, 3(1), 8–13.
https://jurnalfkip.samawa-university.ac.id/JLPI/article/download/361/297.
Diakses pada 01 Maret 2024.
Aziz, A. C. K., & Lubis, S. K. (2023). Asesmen Diagnostik Sebagai Penilaian
Pembelajaran Dalam Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar. Pena Anda:
Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, 1(2), 20–29.
https://doi.org/10.33830/penaanda.v1i2.6202. Diakses pada 01 Maret 2024.
Kasmawati, A., Agus, A. A., & Bahri, N. I. (2023). Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila Pada Siswa di SMP Negeri 1 Sinjai. Jurnal Pemikiran, Penelitian
Hukum, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 10(4), 320–326.
https://ojs.unm.ac.id/tomalebbi/article/viewFile/54468/26062. Diakses pada
02 Maret 2024.
Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. (2021). Panduan
Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan. 6–56 http://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/profil-
pelajar-pancasila. Diakses pada 27 Februari 2024
Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Nomor
009/H/Kr/2022 Tentang Dimensi, Elemen, Dan Subelemen Profil Pelajar
Pancasila Pada Kurikulum Merdeka
Mursidawati, M. (2023). Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) Pada
Kurikulum Merdeka Jenjang SMA. Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 1(4),
580–586. https://doi.org/https://doi.org/10.5281/zenodo.8014831. Diakses
pada 02 Maret 2024.
Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2021 Tentang Asesmen Nasional pada pasal 3 ayat
7
Rachmawati, N., Marini, A., Nafiah, M., & Nurasiah, I. (2022). Projek penguatan

43
profil pelajar pancasila dalam impelementasi kurikulum prototipe di sekolah
penggerak jenjang sekolah dasar. Jurnal basicedu, 6(3), 3613–3625.
https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/download/2714/1391. Diakses
pada 01 Maret 2024.
Sam, A., Tarsan, V., & Edu, A. L. (2023). Implementasi Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila di Sekolah Dasar. Jurnal Literasi Pendidikan Dasar, 4(1),
65–72. https://doi.org/10.36928/jlpd.v4i1.2103. Diakses pada 02 Maret 2024.
Suardipa, I. P. (2023). Lini Masa Kebijakan Kurikulum Merdeka dalam Tatanan
Kotruksi Mutu Profil Pelajar Pancasila. PINTU: Jurnal Penjaminan Mutu,
3(2).
https://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/jurnalmutu/article/view/2976/
2160. Diakses pada 02 Maret 2024.

44

Anda mungkin juga menyukai