Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PERENCANAAN

PROYEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA

PEMANFAATAN MINYAK JELANTAH DALAM


PEMBUATAN LILIN AROMATERAPI PENGUSIR NYAMUK

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filosofi


Pendidikan Indonesia

Disusun oleh:

1. Anita Wijayanti NIM 22325299110


2. Efa Nurmalitasari NIM 22325299126
3. Fika Hesti Wulandari NIM 22325299141
4. Rizal Wahyudin NIM 22325299103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


PROGRAM PROFESI GURU
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2023
Kata Pengantar

Berangkat dari kesadaran kita sebagai makhluk yang lemah dan senantiasa
bergantung atas kuasanya, kami panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas segala nikmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga kita dapat
menyelesaikan amanah yang diembankan kepada kami bersama.

Di tahun pelajaran 2022/2023, sebagian SMA di Indonesia telah


menerapkan Kurikulum Merdeka untuk Kelas X. Salah satu karakteristik
Kurikulum Merdeka yaitu pelaksanaan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
(P5). Melalui implementasi P5, peserta didik diharapkan memiliki karakter 1)
beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) mandiri,
3) bergotong-royong, 4) berkebinekaan global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif.

Laporan ini berisi tentang rancangan pelaksanaan P5 di sekolah sebagai


bagian dari rencana pelaksanaan Kurikulum Merdeka. Melalui penyusunan
rancangan ini, mahasiswa Pendidikan Profesi Guru sebagai calon guru profesional
diharapkan mampu memiliki bekal keterampilan dalam merancang dan
melaksanakan P5 di sekolah nantinya.

Pada akhirnya, kami berharap agar laporan rancangan ini dapat bermanfaat,
baik bagi tim penyusun, rekan mahasiswa, maupun dunia pendidikan pada
umumnya.

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2


BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................ 6
A. Profil Pelajar Pancasila ................................................................................ 6
B. Minyak Goreng ............................................................................................ 7
C. Minyak Jelantah ........................................................................................... 7
D. Lilin Aromaterapi ......................................................................................... 8
E. Prinsip-prinsip proyek penguatan profil pelajar Pancasila .......................... 9
F. Pembelajaran Proyek .................................................................................. 11
G.Uraian tentang Proyek ................................................................................... 12
BAB III RANCANGAN PROYEK.................................................................... 14
A. Profil Proyek .............................................................................................. 14
B. Sasaran Pelaksanaan proyek ...................................................................... 14
C. Relevansi proyek ini dengan Semua Mata Pelajaran ................................. 14
D. Alat dan Bahan ........................................................................................... 15
E. Cara Pembuatan ......................................................................................... 16
F. Tahapan dan Jadwal Pelaksanaan proyek .................................................. 16
G. Rancangan pada Setiap Kegiatan ........................................................... 17
H. Anggaran ................................................................................................ 18
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................. 19
A. Bernalar Kritis ............................................................................................ 19
B. Kreatif ........................................................................................................ 19
C. Beriman Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia 19
D. Gotong Royong .......................................................................................... 20
E. Mandiri ....................................................................................................... 20
F. Integrasi Nilai Pancasila dalam Proyek ......................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 23

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mulai Tahun Ajaran 2022/2023 ini, Kurikulum Merdeka menjadi salah
satu opsi yang dapat dipilih oleh satuan pendidikan. Sebelum ditetapkan
sebagai satuan pendidikan yang menerapkan kurikulum merdeka, satuan
pendidikan tersebut mengisi beberapa instrumen kesiapan implementasi
kurikulum merdeka. Ada dua kategori satuan pendidikan yang secara mandiri
mengimplementasikan kurikulum merdeka yaitu; mandiri berbagi dan mandiri
berubah.
Karakteristik utama dari kurikulum merdeka adalah:
1. Pembelajaran berbasis proyek untuk pengembangan soft skills dan karakter
sesuai profil pelajar Pancasila,
2. Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran
yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
3. Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi
sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian
dengan konteks dan muatan lokal.
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan,
mengembangkan keterampilan, serta menguatkan pengembangan enam
dimensi profil pelajar Pancasila. Melalui proyek ini, peserta didik memiliki
kesempatan untuk mempelajari secara mendalam tema-tema atau isu penting
seperti gaya hidup berkelanjutan, toleransi, kesehatan mental, budaya,
wirausaha, teknologi, dan kehidupan berdemokrasi. proyek ini melatih peserta
didik untuk melakukan aksi nyata sebagai respon terhadap isu-isu tersebut
sesuai dengan perkembangan dan tahapan belajar mereka. Proyek penguatan
ini juga diharapkan dapat menginspirasi peserta didik untuk memberikan
kontribusi dan dampak bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya
(Kemendikbud Ristek, 2022).

3
Sebagaimana karakteristik utama P5 yang hendaknya menyesuaikan
dengan konteks dan muatan lokal, maka isu atau tema yang diangkat dalam
penyusunan P5 ini pun diambil dari masalah keseharian yang dekat dengan
peserta didik. Pengolahan limbah rumah tangga seperti pengolahan minyak
jelantah merupakan salah satu isu yang kontekstual dan sangat potensial untuk
dilaksanakan. Oleh karena itu, dalam rancangan P5 ini penulis mengambil tema
utama “Mengolah Sampah Menjadi Berkah”, yaitu tentang pemanfaatan
minyak jelantah dalam pembuatan lilin aromaterapi.
Pemilihan minyak jelantah sebagai bahan pembuatan lilin aromaterapi
karena minyak jelantah yang dihasilkan oleh rumah tangga diperkirakan sekitar
4 liter per bulan (Astuti, Linarti, & Budiarti, 2021). Artinya data tersebut
menunjukkan bahwa minyak jelantah yang dihasilkan cukup besar. Menurut
Astuti, Linarti, & Budiarti, (2021) pembuangan minyak jelantah di kota
Yogyakarta belum dapat dipastikan berakhir di mana. Azahar et.al (2016)
menyebutkan bahwa minyak jelantah dapat menjadi sumber pencemaran
lingkungan baik di saluran sungai atau waduk. Pencemaran air karena minyak
jelantah dapat merusak ekosistem yang berada di ekosistem tersebut. Azahar
et.al (2016) menambahkan bahwa minyak jelantah yang mengalir pada sumber
air dapat menutupi permukaan air yang dapat menyebabkan kurangnya sinar
matahari yang diterima biota air sehingga dapat merusak lingkungan hidup
biota air tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teknis pelaksanaan proyek pemanfaatan minyak jelantah
dalam pembuatan lilin aromaterapi dalam P5?
2. Bagaimana pelaksanaan P5 tentang pemanfaatan minyak jelantah dalam
pembuatan lilin aromaterapi dapat meningkatkan dimensi Profil Pelajar
Pancasila?

4
C. Tujuan
Tujuan dari rancangan P5 ini adalah sebagai berikut.
1. Menjabarkan teknis pelaksanaan proyek pemanfaatan minyak jelantah
dalam pembuatan lilin aromaterapi dalam P5.
2. Menganalisis potensi P5 tentang pemanfaatan minyak jelantah dalam
pembuatan lilin aromaterapi dalam peningkatan dimensi Profil Pelajar
Pancasila.
Adapun tujuan dari pelaksanaan proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
antara lain sebagai berikut:
1. Menanamkan karakter Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dan Berakhlak Mulia kepada peserta didik.
2. Menanamkan karakter Berkebhinekaan Global kepada peserta didik.
3. Menanamkan karakter Bergotong Royong kepada peserta didik.
4. Menanamkan karakter Mandiri kepada peserta didik.
5. Menanamkan karakter Bernalar Kritis kepada peserta didik.
6. Menanamkan karakter Kreatif kepada peserta didik.

D. Manfaat
Manfaat dari penyusunan rancangan P5 ini di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan gambaran rinci terkait pelaksanaan P5 dengan tema
“Mengolah Sampah Menjadi Berkah” tentang pemanfaatan minyak jelantah
dalam pembuatan lilin aromaterapi anti nyamuk.
2. Membekali mahasiswa calon guru profesional dengan keterampilan
perencanaan dan pelaksanaan P5 di sekolah.
3. Merancang proyek yang membekali siswa dengan berbagai keterampilan
lintas bidang serta kepekaan terhadap isu lingkungan di sekitarnya.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Profil Pelajar Pancasila
Proyek penguatan profil pelajar Pancasila adalah pembelajaran lintas
disiplin ilmu dalam mengamati dan memikirkan solusi terhadap
permasalahan di lingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi
dalam Profil Pelajar Pancasila. Berdasarkan Kemendikbud Ristek
No.56/M/2022, proyek penguatan profil pelajar Pancasila merupakan
kegiatan kokurikuler berbasis proyek yang dirancang untuk menguatkan
upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan profil pelajar
Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (Badan
Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbud Ristek, 2022).
Profil Pelajar Pancasila sesuai Visi dan Misi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana tertuang dalam dengan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang
Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-
2024. Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar
sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa
kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong
royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif (Badan Standar, Kurikulum, dan
Asesmen Pendidikan Kemendikbud Ristek, 2022).
Pelaksanaan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dilakukan
secara fleksibel dari segi muatan, kegiatan, dan waktu pelaksanaan. Proyek
Penguatan profil Pelajar Pancasila dirancang terpisah dari intrakurikuler.
Tujuan, muatan, dan kegiatan pembelajaran proyek tidak harus dikaitkan
dengan tujuan dan materi pelajaran intrakurikuler. Satuan pendidikan dapat
melibatkan masyarakat dan/atau dunia kerja untuk merancang dan
menyelenggarakan proyek penguatan profil pelajar Pancasila (Badan
Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbud Ristek, 2022).

6
Pendidik dapat tetap melaksanakan pembelajaran berbasis proyek di
kegiatan mata pelajaran (intrakurikuler). Pembelajaran berbasis proyek di
intrakurikuler bertujuan mencapai Capaian Pembelajaran (CP), sementara
proyek penguatan profil pelajar Pancasila bertujuan mencapai kompetensi
profil pelajar Pancasila (Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen
Pendidikan Kemendikbud Ristek, 2022).

B. Minyak Goreng
Minyak goreng adalah bahan pangan dengan komposisi utama
trigliserida yang berasal dari bahan nabati dengan atau tanpa perubahan
kimiawi termasuk hidrogenasi, pendinginan dan telah melalui proses
rafinasi atau pemurnian yang digunakan untuk menggoreng (SNI, 2013).
Terdapat berbagai macam tanaman sebagai sumber pembuatan minyak
goreng dan salah satunya dari tanaman kelapa sawit. Sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), minyak merupakan zat cair
berlemak yang berasal nabati atau hewani memiliki sifat non polar dan
mudah terbakar (flammable).
Minyak goreng merupakan suatu trigleserida atau trigliserol yang
berwujud cair pada temperatur kamar. Minyak biasanya berasal dari
tumbuhan yang mengandung asam lemak tak jenuh. Minyak dapat berasal
dari tumbuhan seperti minyak jagung, minyak kelapa sawit, dan minyak
bunga matahari (Fessenden dan Fessenden, 1999)

C. Minyak Jelantah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) minyak jelantah
atau biasa disebut jelantah merupakan minyak goreng sisa, bekas dipakai
untuk menggoreng. Minyak jelantah dapat didefinisikan sebagai minyak
goreng yang telah digunakan berkali-kali dan telah rusak. Minyak goreng
dapat disebut minyak jelantah apabila minyak goreng telah digunakan
sebanyak dua kali penggorengan atau lebih dari dua kali penggorengan.
Minyak goreng bekas telah mengalami kerusakan, yang menyebabkan

7
minyak lebih kental, berbusa, berasap serta hasilkan rasa, warna coklat dan
bau yang tidak disukai. (Djatmiko dan Widjaja , 1973).
Minyak goreng bekas (jelantah) adalah minyak goreng yang sudah
digunakan beberapa kali penggorengan oleh konsumen. Selain warnanya
yang tidak menarik dan berbau tengik, minyak jelantah memiliki potensi
yang besar dalam membahayakan kesehatan tubuh. Minyak jelantah
mengandung radikal bebas yang setiap saat siap untuk mengoksidasi organ
tubuh secara perlahan. Minyak jelantah kaya akan asam lemak bebas.
(Andarwulan, 1997).

D. Lilin Aromaterapi
Lilin dalam sejarah pembuatannya menggunakan minyak lemak
dari hewan dan beeswax/lilin lebah, akan tetapi lilin dari lemak
hewan ini menimbulkan asap hitam dan bau tidak sedap serta harga
dari beeswax sulit didapat dan harganya lumayan mahal. Barulah pada
abad ke-20 ditemukan bahan baku lilin yang lebih murah,
mudah didapatkan, waktu bakar lebih lama dan mudah diolah yaitu
stearin kemudian inovasi lilin selain digunakan sebagai penerangan juga
telah digunakan dalam pengobatan terapis yaitu pemanfaatan aroma
dari lilin untuk memberikan efek terapis dalam hal ini aromaterapi
yang berasal dari minyak atsiri bahan alam. Lilin aromaterapi dalam
pembuatannya menggunakan beberapa bahan dan salah satunya
menggunakan minyak essential yang memiliki wangi aromaterapi.
Aromaterapi sendiri memiliki sifat yang menenangkan dan juga
memiliki aroma yang menyegarkan (Sari, 2017).
Pada penelitian sebelumnya, telah dilakukan oleh Baso ilham
(2019) yang berjudul Variasi Suhu Pemanasan Minyak Jelantah dalam
pembuatan Biodiesel serta aplikasinya dalam pembuatan Lilin Aroma
Terapi yang menunjukkan bahwa pembuatan lilin dari minyak jelantah
ini mendapatkan penerimaan kesukaan hingga 33% dan 34% agak suka,
93% responden menduga membutuhkan waktu 61-120 untuk
mendeteksi aroma kemudian sebanyak 33% responden menyebutkan lilin
aromaterapi yang telah dibuat memberikan efek tenang, 27% responden

8
menyebut memberikan efek rileks, 20% responden menyebutkan agak
segar, 13% agak tenang dan 7% agar segar.

E. Prinsip-prinsip proyek penguatan profil pelajar Pancasila


1. Holistik
Holistik bermakna memandang sesuatu secara utuh dan menyeluruh,
tidak parsial atau terpisah-pisah. Dalam konteks perancangan proyek
Penguatan profil pelajar Pancasila, kerangka berpikir holistik mendorong
kita untuk menelaah sebuah tema secara utuh dan melihat keterhubungan
dari berbagai hal untuk memahami sebuah isu secara mendalam. Oleh
karenanya, setiap tema proyek profil yang dijalankan bukan merupakan
sebuah wadah tematik yang menghimpun beragam mata pelajaran, namun
lebih kepada wadah untuk meleburkan beragam perspektif dan konten
pengetahuan secara terpadu. Di samping itu, cara pandang holistik juga
mendorong kita untuk dapat melihat koneksi yang bermakna antar
komponen dalam pelaksanaan proyek profil, seperti peserta didik, pendidik,
satuan pendidikan, masyarakat, dan realitas kehidupan sehari-hari.

2. Kontekstual
Prinsip kontekstual berkaitan dengan upaya mendasarkan kegiatan
pembelajaran pada pengalaman nyata yang dihadapi dalam keseharian.
Prinsip ini mendorong pendidik dan peserta didik untuk dapat menjadikan
lingkungan sekitar dan realitas kehidupan sehari-hari sebagai bahan utama
pembelajaran. Oleh karenanya, satuan pendidikan sebagai penyelenggara
kegiatan proyek profil harus membuka ruang dan kesempatan bagi peserta
didik untuk dapat mengeksplorasi berbagai hal di luar lingkup satuan
pendidikan. Tema-tema proyek profil yang disajikan sebisa mungkin dapat
menyentuh dan menjawab persoalan lokal yang terjadi di daerah masing-
masing. Dengan mendasarkan proyek profil pada pengalaman dan
pemecahan masalah nyata yang dihadapi dalam keseharian sebagai bagian
dari solusi, diharapkan peserta didik dapat mengalami pembelajaran yang
bermakna untuk secara aktif meningkatkan pemahaman dan
kemampuannya.

9
3. Berpusat Pada Peserta Didik
Prinsip berpusat pada peserta didik berkaitan dengan skema
pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk menjadi subjek
pembelajaran yang aktif mengelola proses belajarnya secara mandiri,
termasuk memiliki kesempatan memilih dan mengusulkan topik proyek
profil sesuai minatnya. Pendidik diharapkan dapat mengurangi peran
sebagai aktor utama kegiatan belajar mengajar yang menjelaskan banyak
materi dan memberikan banyak instruksi. Sebaliknya, pendidik sebaiknya
menjadi fasilitator pembelajaran yang memberikan banyak kesempatan bagi
peserta didik untuk mengeksplorasi berbagai hal atas dukungannya sendiri
sesuai dengan kondisi dan kemampuannya. Harapannya, setiap kegiatan
pembelajaran dapat mengasah kemampuan peserta didik dalam
memunculkan inisiatif serta meningkatkan daya untuk menentukan pilihan
dan memecahkan masalah yang dihadapinya.

4. Eksploratif
Prinsip eksploratif berkaitan dengan semangat untuk membuka
ruang yang lebar bagi proses pengembangan diri dan inkuiri, baik terstruktur
maupun bebas. Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila tidak berada
dalam struktur intrakurikuler yang terkait dengan berbagai skema formal
pengaturan mata peserta didikan. Oleh karenanya proyek profil ini memiliki
area eksplorasi yang luas dari segi jangkauan materi peserta didikan, alokasi
waktu, dan penyesuaian dengan tujuan pembelajaran. Namun demikian,
diharapkan pada perencanaan dan pelaksanaannya, pendidik tetap dapat
merancang kegiatan proyek profil secara sistematis dan terstruktur agar
dapat memudahkan pelaksanaannya. Prinsip eksploratif juga diharapkan
dapat mendorong peran proyek penguatan profil pelajar Pancasila untuk
menggenapkan dan menguatkan kemampuan yang sudah peserta didik
dapatkan dalam peserta didikan intrakurikuler.

10
F. Pembelajaran Proyek
Proyek adalah serangkaian kegiatan untuk mencapai sebuah tujuan
tertentu dengan cara menelaah suatu tema menantang. proyek didesain agar
peserta didik dapat melakukan investigasi, memecahkan masalah, dan
mengambil keputusan. Peserta didik bekerja dalam periode waktu yang
telah dijadwalkan untuk menghasilkan produk dan/atau aksi (Badan
Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbud Ristek, 2022).
Pembelajaran proyek merupakan metode pembelajaran yang
menggabungkan pemecahan masalah, kolaborasi, dan keterampilan-
keterampilan praktis untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
siswa. Menurut Bloom's Taxonomy, pembelajaran proyek termasuk dalam
tahap penciptaan dan evaluasi karena siswa harus memecahkan masalah dan
menghasilkan sesuatu yang baru.
Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang
menuntut guru dan atau siswa mengembangkan pertanyaan penuntun (a
guiding question). Mengingat bahwa masing-masing siswa memiliki gaya
belajar yang berbeda, maka pembelajaran berbasis proyek memberikan
kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi)
dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya dan
melakukan eksperimen secara kolaboratif. Hal ini memungkinkan setiap
siswa pada akhirnya mampu menjawab pertanyaan penuntun (Widiyatmoko
& Pamelasari, 2012).
Pembelajaran berbasis proyek (Project-based Learning) merupakan
metode belajar yang sistematis yang melibatkan siswa dalam belajar
pengetahuan dan keterampilan melalui proses pencarian/penggalian
(inkuiri) yang panjang dan terstruktur terhadap pertanyaan yang otentik dan
kompleks serta tugas dan produk yang dirancang dengan sangat hati-hati.
Selain itu, pembelajaran berbasis proyek adalah suatu metode mengajar
sistematik yang dapat melibatkan siswa untuk belajar memperoleh
pengetahuan dan keterampilan melalui suatu pengembangan proses inkuiri
yang direstrukturisasi secara kompleks, dengan pertanyaan otentik dan
didesain dengan hati-hati untuk memperoleh produk (Widiyatmoko &

11
Pamelasari, 2012). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran
berbasis proyek adalah satu usaha untuk menciptakan pembelajaran baru
yang merefleksikan aspek lingkungan tempat siswa berada dan belajar.
Dengan proyek yang diberikan, dapat terjadi pengembangan proses inkuiri
dalam berbagai aspek dari topik-topik bersifat nyata yang merupakan
ketertarikan dari siswa.

G. Uraian tentang Proyek


Rasa yang khas dari makanan yang telah digoreng menjadikan
minyak goreng sulit untuk dihindarkan dari dapur. Intensitas penggunaan
minyak goreng dapat dilihat dari bervariasinya olahan makanan yang
disuguhkan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari makanan ringan
hingga lauk pauk bahkan nasi pun diolah menjadi salah satu menu favorit
di indonesia yang berbahan minyak goreng yaitu nasi goreng. Tingginya
konsumsi minyak goreng dapat membuat pemanfaatan minyak goreng
dilakukan secara berulang kali padahal pemanfaatan minyak goreng
hanya dapat digunakan dengan batasan tertentu.
Minyak goreng sebaiknya tidak digunakan lebih dari tiga kali
untuk mencegah penumpukan kotoran pada minyak goreng tersebut.
Hasil penelitian Ayu et al. (2015) juga membuktikan bahwa terdapat
perbedaan kadar asam lemak bebas pada penggunaan minyak goreng
dimana semakin intens minyak goreng digunakan maka dapat
meningkatkan kadar asam lemak bebas pada minyak goreng tersebut.
Seperti yang diketahui bahwa tingginya asam lemak bebas pada minyak
nabati dapat mengindikasikan rendahnya kualitas minyak. Minyak
goreng yang sering digunakan berulang kali atau lebih dikenal sebagai
minyak jelantah memiliki beberapa dampak pada penggunaannya baik
pada tubuh maupun pada lingkungan.
Hasil penelitian Bogoriani & Ratnayani (2015) menunjukkan
bahwa minyak jelantah dapat membentuk aterosklerosis yaitu
penyempitan atau penebalan arteri akibat penumpukan lemak, kolesterol
atau zat lain pada dinding arteri sehingga berpotensi memicu terjadinya

12
stres oksidatif dan inflamasi. Sifat lipid yang tak tercampurkan dengan
air dapat menyebabkan terjadinya penumpukan pada saluran
pembuangan. Selain itu, sifat ini juga dapat memicu terjadinya
gangguan ekosistem pada lingkungan yang terkena dampak pembuangan
minyak jelantah yang telah mengandung zat pengotor.
Lilin aromaterapi merupakan lilin yang dibuat sedemikian
rupa dengan memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didapatkan
seperti minyak jelantah dan aromaterapi sebagai bahan tambahan yang
bertujuan untuk memperoleh lilin yang memiliki daya tahan lama dan
memiliki aroma yang dapat berperan sebagai relaksasi. Christian (2019)
menuliskan penemuan dari Lina Tri Marfu’ah yang telah membuat lilin
dengan memanfaatkan minyak jelantah dan membuktikan bahwa lilin
tersebut dapat awet.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat lilin aromaterapi juga
terbilang murah dan mudah didapatkan yaitu memanfaatkan minyak
jelantah, bahan alam yang ada di sekitar, dan bahan tambahan yang mudah
ditemui di toko. Selain sebagai penerang, dekorasi, dan relaksasi, lilin yang
dibuat juga dapat berfungsi untuk meminimalisir keberadaan nyamuk
dengan menambahkan bahan alami pengusir nyamuk pada lilin tersebut
(Adhani & Fatmawati, 2019).

13
BAB III
RANCANGAN PROYEK

A. Profil Proyek
Proyek ini merupakan perencanaan pembelajaran dengan
menerapkan konsep pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning)
dimana penyusunannya disesuaikan dengan fase atau tahap perkembangan
peserta didik dengan mempertimbangkan tema serta topik proyek yang
sudah dijadikan pilihan dan juga mempertimbangkan perkembangan jangka
panjang. Dalam pembuatannya, proyek ini harus memperhatikan dimensi,
elemen, dan sub elemen Profil Pelajar Pancasila.

B. Sasaran Pelaksanaan proyek


Sasaran pelaksanaan proyek pembuatan lilin aromaterapi
merupakan peserta didik kelas XI-XII atau peserta didik yang pada fase F.
Pemilihan peserta didik kelas XI dan XII sebab kelas XI dan XII sudah
memperoleh materi pembelajaran yang mendukung pelaksanaan proyek.
Materi pembelajaran yang diperoleh pada mata pelajaran kimia seperti
materi kimia hijau, minyak bumi, hidrokarbon, dan makromolekul.

C. Relevansi proyek ini dengan Semua Mata Pelajaran


Pemakaian limbah sebagai bahan baku dalam proses pembuatan
suatu produk merupakan topik utama dalam optimalisasi sumber daya.
Pemanfaatan limbah untuk menjadi bahan baku suatu produk yang bernilai
guna dengan tujuan untuk mengurangi pencemaran lingkungan merupakan
suatu tindakan yang efisien. Limbah minyak goreng atau yang biasa disebut
sebagai minyak jelantah merupakan salah satu bahan baku berbasis limbah
yang dapat diolah menjadi suatu produk. Selain itu, minyak goreng bekas
atau minyak jelantah termasuk ke dalam kategori limbah yang berbahaya
bagi lingkungan (Alberto, 2020). Salah satu pemanfaatan minyak jelantah
adalah sebagai bahan pembuatan lilin yang ramah lingkungan.

14
Berikut ini adalah deskripsi relevansi proyek ini dengan beberapa
mata pelajaran fase XI-XII.
Tabel 1. Relevansi Proyek dengan Beberapa Mata Pelajaran

Peserta didik belajar tentang sifat minyak goreng


KIMIA (dalam hal ini minyak jelantah), bahan pembuatan
lilin, serta proses pembuatan lilin aromaterapi.

Peserta didik belajar berkreasi untuk menciptakan


produk yang menarik, mulai dari wujud produk,
SENI BUDAYA
pengemasan atau packaging, hingga desain
pemasaran.

Peserta didik belajar tentang penentuan harga


produk berdasarkan analisis modal yang
KEWIRAUSAHAAN
dilakukan, pemasaran atau marketing, dan
penghitungan omset dan laba.

Peserta didik mempelajari kalimat persuasif dan


BAHASA INDONESIA menerapkannya dalam proses promosi produk
(iklan, kemasan, dll)

D. Alat dan Bahan


1. Alat yang diperlukan dalam proyek ini adalah sebagai berikut.
- Wadah kecil
- Alat pemanas atau kompor
- Panci
2. Bahan yang diperlukan dalam proyek ini adalah sebagai berikut.
- Minyak jelantah
- Lilin padat
- Sumbu
- Bahan pengharum alami
- Bahan tambahan seperti daun sereh, kulit jeruk, dll (pengusir nyamuk)

15
- Pewarna
- Alat pemanas dan panci pemanas
- Kemasan lilin
- Label

E. Cara Pembuatan
Adapun langkah-langkahnya pembuatan lilin aromaterapi dari minyak
jelantah adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan yaitu wadah,
sumbu, alat pemanas, lilin padat, minyak jelantah, pewarna, dan
pengharum alami.
2. Mencampurkan minyak jelantah yang telah disaring dengan lilin
putih yang telah dilelehkan melalui pemanasan
3. Menambahkan pewangi alami dan pewarna pada campuran lilin
yang terbentuk
4. Campuran lilin dimasukkan kedalam wadah lalu diberi sumbu.
5. Lilin dibiarkan sampai memadat dan dapat ditambahkan kembali
bahan seperti daun sereh untuk memperkuat aroma pada lilin.
Berikut langkah-langkah pembuatan lilin aromaterapi dapat dilihat melalui
gambar berikut :

F. Tahapan dan Jadwal Pelaksanaan proyek


Proyek ini dilaksanakan dengan total alokasi waktu 40 JP yang
didistribusikan ke setiap minggu di hari Jumat.

16
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan proyek

No Rencana Kegiatan Minggu ke (JP)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Tahap pengenalan berupa 4 4


pengantar materi tentang
Kimia (limbah), Seni Budaya,
Kewirausahaan, dan Bahasa
Indonesia.

2. Tahap kontekstualiasasi berupa 4 4


pengambilan data dan
persiapan alat dan bahan

3. Tahap Aksi yaitu:

● Proses pembuatan lilin 4 4 4


aromaterapi dan pengusir
nyamuk

● Pengemasan 4

● Pemasaran 4

4. Tahap Evaluasi dan Refleksi 4

G. Rancangan pada Setiap Kegiatan


Berikut adalah rancangan setiap kegiatan yang akan dilakukan pada proyek
pembuatan lilin ini.
1. Tahap Pengenalan, peserta didik diajak untuk mengenali dan
mengembangkan limbah-limbah yang ada di lingkungan.
2. Tahap Kontekstualiasasi berupa pengambilan data dan persiapan
alat dan bahan yaitu peserta didik diberi materi mengenai
pemanfaatan limbah minyak jelantah menjadi lilin kemudian peserta
didik diarahkan untuk mempersiapkan alat dan bahan.
3. Tahap Aksi meliputi beberapa tahap yaitu
a. Proses pembuatan lilin aromaterapi dan pengusir nyamuk
dengan tahap-tahap yang tepat.
b. Pengemasan dilakukan sebaik mungkin untuk menarik
konsumen.

17
c. Pemasaran dapat dilakukan di media online maupun secara
offline.
4. Peserta didik melakukan evaluasi dan refleksi terhadap proyek yang
telah mereka lakukan pada setiap tahapnya.

H. Anggaran
Rancangan anggaran pelaksanaan proyek ini dirinci sebagai berikut.
Tabel 3. Rancangan Anggaran Kegiatan

No Rincian Jumlah Harga (Rp) Total Harga (Rp)

1 Sumbu Lilin 1 roll 1750 1750

2 Sereh 300 gr 1000 1000

3 Paraffin 2 kg 5000 10.000

4 Minyak jelantah 2 kg 1000 2000

5 Kemasan 20 2000 40.000

6 Tusuk sate 20 pcs 100 2000

7 Cetak logo produk 20 pcs 100 2000

8 Transportasi 20000 20.000

9 Administrasi 20000 20.000

Total 94.750

18
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Bernalar Kritis
Keterampilan melihat permasalahan di lingkungan dan upaya
mencari solusi untuk permasalahan tersebut. Keterampilan melihat peluang
usaha dari bahan-bahan di sekitar menjadikannya bahan-bahan yang lebih
bermanfaat yang dapat dipasarkan di masyarakat luas. Sehingga hal ini bisa
menjadi peluang usaha siswa di masa depan.

B. Kreatif
Menciptakan sebuah produk yang inovatif, unik, masih jarang di
pasaran, dan kemudian memasarkannya dengan berbagai strategi marketing
yang menarik. Pembuatan lilin aromaterapi dengan pemanfaatan limbah
minyak jelantah menjadi salah satu ide kreatif yang dapat dimunculkan oleh
peserta didik dengan melihat peluang pemanfaat limbah minyak jelantah.
Peserta didik juga berpikir kreatif dalam membuat strategi marketing yang
dapat menarik bagi calon konsumen. Selain itu, melalui pembuatan lilin
aromaterapi, peserta didik dapat mengeksplorasi pemikiran dan perasaan
dan dituangkan ke dalam suatu karya atau tindakan kemudian
mengevaluasinya.

C. Beriman Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak


Mulia
Proyek pembuatan lilin aromaterapi dapat menanamkan nilai-nilai
agama dan nilai-nilai moral kepada peserta didik. Penanaman nilai agama
tersebut antara lain sebagai manusia menjaga lingkungan yang telah
diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan nilai moral yang dapat
ditanamkan kepada peserta didik melalui proyek ini yaitu nilai integritas
atau kejujuran. Nilai kejujuran dapat dilihat dari originalitas ide yang
diperoleh peserta didik dalam merancang dan melaksanakan proyek ini.
Melalui pengerjaan proyek ini, peserta didik juga menyadari untuk

19
mengurangi limbah minyak jelantah ke lingkungan. Sehingga sebagai
manusia tidak berbuat kerusakan di lingkungan atau bumi.

D. Gotong Royong
Dalam proyek pembuatan lilin aromaterapi, peserta didik dalam satu
kelompok saling bekerjasama atau bergotong royong. Melalui kegiatan
proyek ini, peserta didik saling membantu satu sama lain baik antar anggota
maupun antar kelompok. Peserta didik dalam kelompok memiliki peran
yang berbeda-beda. Hal tersebut mengajarkan kepada peserta didik
mengenai kerjasama dalam tim. Nilai gotong royong yang tertanam pada
peserta didik tersebut sebagai perwujudan nilai-nilai pancasila terutama sila
ketiga dan sila kelima. Melalui gotong royong dalam mengerjakan proyek
ini maka tujuan yang akan dicapai oleh kelompok dapat terlaksana dengan
ringan. Hal tersebut karena pengerjaan dilakukan secara bersama-sama.

E. Mandiri
Seorang murid yang memiliki dimensi mandiri berarti murid
tersebut mempunyai prakarsa atas pengembangan diri dan prestasinya dan
didasari pada pengenalan kekuatan serta keterbatasan dirinya serta situasi
yang dihadapi, dan bertanggung jawab atas proses dan hasilnya. Membekali
peserta didik dengan keterampilan yang membuat mereka lebih berdaya di
masa depan. Terbiasa dengan hal-hal yang memiliki analisis dan tingkat
resiko yang tinggi sehingga akan menempa peserta didik menjadi pribadi
yang lebih mandiri dan tahan banting. Sehingga akan terbentuk kemandirian
untuk siswa.

20
F. Integrasi Nilai Pancasila dalam Proyek
1. Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
Peserta didik dapat menjaga lingkungan dan mencegah kerusakan
lingkungan. Dikutip dari website https://citarumharum.jabarprov.go.id/
minyak jelantah merupakan salah satu jenis limbah B3 yang dapat
menyebabkan pencemaran tanah, pencemaran air, penyumbatan drainase.
Sehingga melalui projek ini diharapkan peserta didik dapat mencegah
kerusakan lingkungan.

2. Sila kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab


Melalui proyek ini dapat menumbuhkan potensi budi nurani untuk
lingkungan pada diri peserta didik. Apabila rasa budi nurani untuk
lingkungan tumbuh pada diri peserta didik, maka peserta didik menjadi
lebih peka terhadap pelestarian lingkungan

3. Sila ketiga : Persatuan Indonesia


Dalam mengerjakan proyek tentu dilatarbelakangi berbagai suku, perbedaan
pendapat, dan perbedaan agama. Namun hal tersebut tidak menghalangi
peserta didik untuk mengerjakan proyek. Sebab melalui proyek ini, peserta
didik dapat belajar rasa toleransi dan saling menghormati satu sama lain
dalam menghadapi perbedaan yang ada.

4. Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan


dalam permusyawaratan/perwakilan
Dalam pengerjaan proyek, peserta didik bermusyawarah dalam melakukan
pembagian tugas. Selain itu, peserta didik juga berdiskusi dalam
merencanakan, melaksanakan, dan refleksi dalam melaksanakan proyek ini.
Hal tersebut sebagai salah satu penerapan nilai sila keempat.

21
5. Sila kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Peserta didik saling bekerja sama dalam mengerjakan proyek. Kerja sama
yang dilakukan oleh peserta didik dapat berupa pembagian tugas secara adil
bagi seluruh anggota kelompok.

22
DAFTAR PUSTAKA

Adhani, A. & Fatmawati. (2019). Pelatihan pembuatan lilin aromaterapi dan lilin hias
untuk meminimalisir minyak jelantah bagi masyarakat kelurahan pantai amal.
Jurnal Pengabdian Masyarakat Borneo. 3(2). 31-40.
http://180.250.193.171/index.php/jpmb/article/view/1095/787

Alberto.(2020). Pemanfaatan Minyak Jelantah dan Sosialisasi Pembuatan Sabun Dari


Minyak Jelantah Pada Masyarakat Desa Sungai Limau Kecamatan Sungai
Kunyit-Mempawah. BULETIN AL-RIBAATH, 17(1), 26-30.

Astuti, A. Y., Linarti, U., & Budiarti, G. I. (2021). PENGOLAHAN LIMBAH


MINYAK JELANTAH MENJADI LILIN AROMATERAPI DI BANK
SAMPAH LINTAS WINONGO,KELURAHAN BUMIJO, KECAMATAN
JETIS, KOTA YOGYAKARTA. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat :
Teknologi dan Aplikasi, 73-82.

Ayu, A., Rahmawati, F. & Zukhri, S. (2015). Pengaruh Penggunaan Berulang


Minyak Goreng Terhadap Peningkatan Kadar Asam Lemak Bebas dengan
Metode Alkalimetri. Cerata Jurnal Ilmu Farmasi. Vol 6, No. 1 (2015).
Retrieved from ejournal.stikesmukla.ac.id/index.php/cerata/article/view/117

Azahar, W. N., Bujang, M., Jaya, R. P., Hainin, M. R., Mohamed, A., Ngadi, M., &
Jayanti, D. S. (2016). THE POTENTIAL OF WASTE COOKING OIL AS
BIO-ASPHALT FOR ALTERNATIVE BINDER – AN OVERVIEW. Jurnal
Teknologi, 111-116.

Bogoriani, N. W., & Ratnayani, K. (2015). Efek Berbagai Minyak pada


Metabolisme Kolesterol terhadap Tikus Wistar. Jurnal Kimia 9 (1), Januari
2015: 53-60. Retrieved from
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jchem/article/view/15249

Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbud Ristek. 2022.


Panduan Pengembangan proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Jakarta:
Kemendikbud Ristek.

23
Baso Ilham. 2020. ”Variasi Suhu Pemanasan Minyak Jelantah Dalam
pembuatan Biodiesel Serta Aplikasinya Dalam Pembuatan Lilin Aroma
Terapi”. Makassar

Christian, A. (2018, 02 Juli). Lilin dari Minyak Goreng Bekas Ini Diklaim
Lebih Awet. Jawa Pos Radar Solo.Retrieved from radarsolo.jawapos.com

https://citarumharum.jabarprov.go.id/ . 3 Desember 2021. DAMPAK SERIUS


MINYAK JELANTAH BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN. Diakses
pada 24 Maret 2023, dari https://citarumharum.jabarprov.go.id/dampak-serius-
minyak-jelantah-bagi-lingkungan-dan-kesehatan/

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22


Tahun 2020

Widiyatmoko, A., & Pamelasari, S. D. (2012). Pembelajaran Berbasis Proyek untuk


Mengembangkan Alat Peraga IPA dengan Memanfaatkan Bahan bekas Pakai.
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1(1).
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/article/view/2013

Sari, Rinda Intan. 2017. Pengaruh Aromaterapi Peppermint Terhadap Penurunan


Mual Muntah Akut Pada Pasien yang Menjalani Kemoterapi di SMC RS
Telogorejo. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. Vol.III No.2.

24

Anda mungkin juga menyukai