Anda di halaman 1dari 48

Hello !

Kelompok 5
Kulit Batang Kina
1
Anggota :

 Afifah Qomariah Munthe (


1811011045 )
 Indri Aulia Rezti ( 1811011047 )
 Feren Shania Putri ( 1811012001
)
 Ulfa Marda Tillah ( 1811012003 )
 Bunga Faridilla Putri (
1811012005 )
Pendahulu Pasca Pengolahan
an Budidaya Panen Produknya

Biosintesa
Khasiatnya Panen Metabolit
Sekunder

3
PENDAHULUAN
Sejarah Singkat
Kina merupakan tanaman obat
berupa pohon yang berasal dari Amerika
Selatan di sepanjang pegunungan Andes
yang meliputi wilayah Venezuela, Colombia,
Equador, Peru sampai Bolivia. Daerah
tersebut meliputi hutan-hutan pada
ketinggian 900-3.000 m dpl. Bibit tanaman
kina yang masuk ke Indonesia tahun 1852
berasal dari Bolivia, tetapi tanaman kina
yang tumbuh dari biji tersebut akhirnya
mati. Pada tahun 1854 sebanyak 500 bibit
kina dari Bolivia ditanam di Cibodas dan
tumbuh 75 pohon yang terdiri atas 10 klon.
5
Nama lain : Kulit kina, Peruvian bark, Jesuit bark
Nama tanaman asal : Cinchona succirubra
Keluarga : Rubiaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Alkaloida kinina, sinkonina, sinkodina, kina tanat,
kinidin, asam tanat, asam kina, damar, malam
Persyaratan kadar : Kadar kinin tidak kurang dari 8,0 %
Penggunaan : Antipiretika, antimalaria, amara.
Pemerian : Bau khas terutama dari kulit dahan, pada
penyimpanan lama bau menghilang, rasa pahit dan kelat.
Bagian yang digunakan : Kulit batang , kulit dahan, kulit akar
Sediaan : Cinchonae extractum

6
Jenis Tanaman
Klasifikasi botani tanaman ini adalah
Sentra Penanaman
sebagai berikut:
 Divisi : Spermatophyta
Sentra produksi kina di
 Sub divisi : Angiospermae
Indonesia adalah Jawa
 Kelas : Monocotyledonae
Barat, Jawa Tengah,
 Keluarga : Rubiaceae
Jawa Timur dan Sumatra
 Genus : Chinchona
Barat.
 Spesies : Chinchona spp.
 Dari sekian banyaknya spesies kina di Indonesia,
hanya 2 spesies yang penting yaitu C. Succirubra
Pavon (kina succi) yang dipakai sebagai batang
bawah dan C. Ledgriana (kina ledger) sebagai
bahan tanaman batang atas. Klon-klon unggul
yang dianjurkan adalah antara lain :Cib 6, KP 105,
KP 473, KP 484dan QRC.
7
Perbedaan :

Cinchona succirubra berisi 9 % alkaloida.


Cinchona ledgeriana berisi 6 – 10 % alkaloida.
Cinchona calisaya berisi 6 – 8 % alkaloida
Untuk memperoleh banyak kulit ditanam Cinchona succirubra
Untuk mendapat banyak alkaloida ditanam Cinchona ledgeriana
Untuk cepat-cepat mendapat banyak alkaloida ditanam Cinchona
ledgeriana diatas Cinchona succirubra secara okulasi.

8
SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a) Angin yang kencang dan lama lama menyebabkan banyak kerusakan
karena patahnya cabang dan gugurnya daun.
b) Curah hujan tahunan untuk lokasi budidaya kina yang ideal adalah 2.000-
3.000mm/tahun.
c) Tanaman ini memerlukan penyinaran matahari yang tidak terlalu terik.
d) Tanaman tumbuh pada temperatur antara 13,5-21 derajat C.
e) Kelembaban relatif harian minimum dalam satu tahun 68 % dan 97 %.

2.2. Media Tanam


a) Tanah yang cocok untuk tanaman kina adalah subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik, tidak bercadas
9 dan berbatu.
b) Derajat keasaman (pH) antara 4,6-6,5 dengan pH optimum 5,8.
2.3. Ketinggian Tempat
Tanaman ini menyukai daerah dengan
ketinggian 800-2.000 m dpl dengan ketinggian
optimum untuk budidaya tanaman kina adalah 1.400-
1.700 m dpl.

Home
10
KHASIAT
KULIT
BATANG
KINA

11
1. Mengatasi Malaria
Pemberian ekstrak kina pada penderita malarla bermanfaat untuk meningkatkan
kesehatannya. Ini menyebabkan kandungan kina dapat membunuh parasit malaria yang ada di aliran
darah tubuh dan menyebabkan penyakitnya bisa cepat sembuh.
Kulit pohon kina mengandung senyawa alkaloid yang efektif untuk mengobati penyakit malaria,
terutama zat kinin. Zat ini berperan untuk mengalihkan pertumbuhan dan memperbaiki parasit malaria
yang bertempat di sel darah merah (eritrosit). Kina dilaporkan mengandung racun protoplasma yang
digunakan untuk melawan protozoa penyebab malaria, diantaranya yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium
falciparum, Plasmodium malariae, dan Plasmodium fatal. Sehingga dapat diartikan bahwa kina menjadi
obat antimalaria yang tergolong kuat.

2. Meredakan Gangguan Pencernaan


Ekstrak pohon kina mengandung alkaloid dan quinovin yang dapat meningkatkan pelepasan
cairan pencernaan dan meningkatkan sekresi perut. Hal ini bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai
gangguan pencernaan, misalnya perut kembung dan masalah perut lainnya.
Sebagai salah satu tonik yang pahit,kandungan kina dapat merangsang air liur, sekresi
pencernaan dan memperbaiki fungsi pencernaan yang lemah. Selain itu, pohon ini juga bisa
meningkatkan nafsu makan terutama pada anak. 12
3. Mengobati Influenza
Kandungan zat kimia yang ada dalam kulit pohon kina akan bereaksi
melawan penyebab influenza. Kulit pohon kina mengandung zat yang mencegah infeksi
serta menghilangkan rasa sakit (analgesik) yang bermanfaat untuk mengobati influenza
dan mengurangi demam. Selain itu, kulit kina juga dapat digunakan pada rematik,
neuralgia, dan pegal linu.

4.Menyehatkan Jantung
Kandungan kinidin dari kina digunakan sebagai obat antiaritmia. Selain itu, ini
juga digunakan untuk pengobatan beberapa masalah irama jantung, seperti atrial fibrilasi
dan takikardia.

5.Membantu Pengobatan Kanker


Campuran obat yang mengandung alkaloid berupa kinin dan kinidin dapat
menjadi alternatif terapi kanker yang lebih baik. Tentunya, ini menunjukkan bahwa
ekstrak dari pohon kina bermanfaat sebagai zat nti kanker.
13
Menurut penelitian, kandungan alkaloid pada kina dapat memperbaiki
akumulasi doksorubisin pada sel kanker, yaitu sejenis obat kemoterapi yang digunakan
untuk mengobati jenis kanker. Doksorubisin inilah yang bekerja dengan memperlambat
atau menghentikan pertumbuhan sel kanker.
6.Mengatasi Gangguan Pembuluh Darah
Tanaman yang satu ini juga dipercaya dapat digunakan untuk
kelainan pembuluh darah, seperti wasir, varises, dan kram kaki.
7. Menurunkan Panas Demam
Pohon kina juga memiliki khasiat dan manfaat untuk menurunkan
panas demam karena mengandung antipiretik atau penurun demam.
Bagian dari tanaman kina yang bisa dimanfaatkan adalah kulit batangnya.
Caranya juga cukup mudah, yaitu dengan meminum air rebusan kulit kina.
Setelah itu, panas demam akan berangsur mereda dan sembuh.
8. Mengatasi Jamur Kulit
Bagi sebagian wanita yang ingin kulitnya bersih mulus tanpa jamur
dan penyakit lainnya, sebaiknya cobalah untuk menggunakan ekstrak kulit
14 sehingga mampu menangkal
pohon kina. Kina memiliki sifat anti jamur
jamur, kuman dan bakteri, serta pancaran sinar matahari.
2.3. Ketinggian Tempat
Tanaman ini menyukai daerah dengan
ketinggian 800-2.000 m dpl dengan ketinggian
optimum untuk budidaya tanaman kina adalah 1.400-
1.700 m dpl.

15

Home
BUDIDAYA


16
A. Pembibitan
Pada kebun produksi, kina diperbanyak dengan cara vegetatif.
Penyediaan bahan tanaman dilaksanakan dengan semai sambung, stek
sambung, semai ledger, dan stek ledger. Di Indonesia penyiapan dilakukan
dengan cara stek sambung.

1. Pembibitan Semai Sambung


a. Batang bawah
Batang bawah adalah semai kina succi yang ditanam di kebun dan
batang atas entres kina ledger. Penyambungan dilaksanakan pada saat bibit
bawah berumur 8-12 bulan, tinggi 30-40 cm dan diameter batang 1 cm. Satu-dua
minggu sebelum penyambungan daun semai succi dirempel sampai ketinggian
20-25 cm dari permukaan tanah.

b. Entres batang atas 17


Didapat dari tanaman berumur 3-5 tahun dengan daya regenerasi
optimal. Setiap 5 tahun pohon induk entres dipangkas setinggi 1 m dari
permukaan tanah agar ranting entres selalu muda.
c. Penyambungan
Batang bawah, pada ketinggian 4-5 cm dari permukaan tanah, disayat
dari atas ke bawah sepanjang 1,5 cm. Siapkan entres kina ledger (1 cm) yang
daunnya sudah dibuang dan runcingkan bagian bawah entres. Selipkan entres
ke sayatan di batang bawah, ikat dengan tali bambu dan oleskan lilin
sambungan penutup luka (lilin dicairkan dulu) sampai tertutup rapat.
Penyambungan dilakukan sekitar pukul 12.00, jika cuaca tidak terik dapat
dilakukan sampai pukul 14.00. Setelah sambungan berumur 3 minggu tunas
entres telah tumbuh, pucuk batang bawah succi dipotong. Pada saat umur 7-8
minggu panjang tunas 3-4 cm batang bawah dipotong setengahnya. Setelah
berumur 12 minggu dan panjang tunas sambungan 12 cm, batang suci dipotong
kira-kira 1 cm dari sambungan.

d. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan selama periode persemaian bibit ini
18
(disebut persemaian II) adalah penyiangan, pemberantasan hama-penyakit dan
pemupukan. Pupuk diberikan setiap 3 bulan dimulai pada waktu bibit sambungan
berumur 2 bulan dan berakhir 1 bulan sebelum dicabut (dipindahtanam). Pupuk
e. Pindah tanam
Bibit dipindahkan ke kebun produksi saat berumur 1 tahun di
persemaian II, tinggi 40 - 50 cm dan akar tunggang 50 cm. Seminggu
sebelum bibit dibongkar 2/3 bagian daun dibuang dan sehari sebelum
dibongkar tanah pembibitan disiram air sampai basah. 50 bibit diikat menjadi
satu.

2. Pembibitan Stek Sambung


a. Batang bawah Succi
Berasal dari batang muda atau tunas-tunas dari bekas tebangan,
bukan dari cabang. Pohon induk yang baik dipilih dari pohon yang
pertumbuhannya cepat dan mudah berakar dalam penyetekan. Bahan stek
diambil setelah tunas berumur 8-12 bulan dan, mempunyai ukuran sebesar
pinsil.
19
b. Batang atas ledger
Pohon induk batang atas ledger dipilih dari klon-klon yang
dianjurkan. Pohon induk ditanam pada jarak 1,25 cmx1,25 cm, lokasi kebun
c. Bahan tanaman dan penyambungan
Batang bawah succi yang baik diambil dari pertumbuhan tunas berumur 10-12
bulan yang dipotong pada pohon induk sampai pangkal pangkasan. Semua daun dibuang,
batang dibungkus dengan batang pisang dan disimpan di tempat teduh. Bahan stek diambil
dari bagian batang yang masih berair, berwarna coklat muda dan agak tua. Batang dipotong
miring 45-60o menjadi stek-stek berukuran 10 cm dengan satu mata tunas. Bagian sisi ujung
atas batang bawah dibelah sedalam 1,5-2,0 cm untuk menyelipkan batang atas.
Pohon induk batang atas ledger terbaik berumur 3-5 tahun setelah pemangkasan.
Batang atas hanya diambil pucuknya sekitar 12 cm, terdiri dari 3-4 ruas paling ujung. Pangkal
pucuk dipotong runcing sepanjang 2 cm.
Batang atas diselipkan ke belahan batang bawah, diikat dengan tali bambu.

d. Media tanam
Pembibitan stek sambung dilakukan di kantung plastik/polibag ukuran 12x25 cm.
Pada sekeliling dan di tengah polibag bagian bawah diberi luang-lubang. Media tanaman
berupa tanah andosol dengan pH 4,6- 6,0 yang diisikan ke dalam polibag sebanyak 2/3
bagiannya. Sebelumnya tanah disterilkan dengan larutan Trimaton 150 ml/15 l atau Vapam
250 ml/15 l untuk 1 m3. 20
e. Penanaman stek
Media dalam polibag disiram sampai lembab, oleskan Rootone (perangsang
akar) pada ujung tanaman stek sambung lalu tanamkan pada media sedalam 5 cm.
Padatkan tanah di sekitar stek supaya tanaman tegak.

f. Penyungkupan
Bedengan diberi sungkup plastik dengan rangka dari bambu, besi atau kawat
dengan jari-jari 50-70 cm dengan tinggi puncak 70 cm. Sungkup jangan bocor dan air hujang
yang menggenangi plastik harus dibuang.

g. Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan 3-4 minggu sekali. Sungkup dibuka setelah stek berumur
3-4 bulan dan tinggi 20-25 cm. Pembukaan dilakukan secara bertahap. Jika hujan, sungkup
ditutup. Pada bulan ke 6 sungkup dibuka sama sekali dan pada bulan ke 7 dilakukan seleksi
bibit. 21
Tanaman diberi pupuk daun Gandasil atau Bayfolan 0,2-0,3% setiap minggu
atau urea 0,2%. Pemupukan hanya dilakukan pada bibit yang tumbuhnya lambat sebanyak
1-5 g NPK 15-15-15/polibag.
h. Pindah tanam
Bibit dipindahkan ke kebun setelah berumur 10-12 bulan, tinggi 40-50 cm. Dan
akar telah mencapai dasar polibag.

3. Pembibitan Semai Ledger


a. Bibit semai kina ledger
Adalah bibit semai dari biji kina ledger yang berasal dari poliklonal dengan klon-
klon yang terpilih dan dipelihara khusus. Penyiapan bibit relatif singkat hanya 1,5 tahun
karena tidak perlu penyambungan.

b. Persemaian
Dilakukan langsung pada bedengan atau dengan memakai polibag berukuran 12
x 25 cm berisi tanah hutan.

c. Pindah tanam
Bibit dipindahtanamkan pada umur22
1 tahun dan tinggi 40-50 cm. Bibit dari
bedengan dipindahkan dengan cara dicabut sedangkan bibit dari polibag dipindahkan
dengan tanahnya setelah polibag disobek dengan hati-hati.
4. Pembibitan Stek Ledger
a. Stek ledger
Setek ledger adalah bibit kina dari pucuk ledger. Tanaman kina
ledger umumnya sulit dikembangbiakan dengan stek. Bahan stek yang
digunakan adalah pucuk, dari pohon induk yang telah berumur 3-5 tahun, dan
setiap 3-5 tahun harus dipangkas setinggi 25-30 cm dari sambungan. Pohon
induk ditanam dari bibit semai sambung dengan jarak tanam 1,25x1,25 m.
Bahan stek dipilih dari pucuk yang coklat muda, masih berair tetapi sudah
agak tua dengan panjang 20-25 cm dan dipetik di pagi hari. Panjang stek 12-
15 cm terdiri dari 3-4 ruas. Sebelum ditanam daun dibuang /dirompes
setengahnya.

b. Pembibitan
Persiapan pembibitan, media, bedengan, penanaman stek,
23
penyungkupan dan pemeliharaan sama dengan pembibitan stek sambung.
Bibit dipindahtanamkan ke lapangan umur 10-12 bulan, tinggi rata-rata 40-50
cm.
B. Pengolahan Media Tanam
Pengolahan tanah dimaksudkan untuk mendapatkan tanah yang gembur,
bersih dari tunggul sisa-sisa akar dan gulma. Pengolahan tanah pertama dilakukan
dengan pencakulan tanah sedalam 60 cm,dan pengolahan tanah ke dua sedalam 40
cm dilakukan 2-3 minggu setelah pengolahan tanah pertama.

a.Persiapan
Setelah pengolahan tanah dilakukan pengukuran dan pematokan dengan
memberi tanda, setiap 20 m ke arah mendatar, ke arah kemiringan atas dan bawah.
Dengan demikian terbentuk petakan-petakan areal seluas 20 x 20 m2 = 400m2 yang
disebut satu patok. Tanda-tanda patok berupa hanjuang dipelihara dengan baik dan
mati segera diganti.
b. Pengapuran
Pengapuran hanya dilakukan jika pH tanah lebih rendah dari 4,5 dengan
dosis kapur yang sesuai dengan keperluan. Kapur berupa dolomit, kalsit,
24
dicampurkan merata 100gram/lubang.
c.Pemupukan
Pupuk untuk memacu pertumbuhan bibit diberi 50 gram TSP. Diberikan
C. Teknik Penanaman
1. Penentuan Pola Tanam
Pola penanaman tergantung tofografi lahan. Tiga macam jarak tanam
yaitu jarak tanam rapat 75 cm x 75 cm, jarak tanam menengah 100 cm x 100 cm,
dan jarak tanam lebar yaitu 1,25 cm x 1,25 cm. PTP Nusantara VIII di Bukit Tunggul
menerapkan jarak tanam 100 x 150 cm dengan populasi tanaman per hektar sekitar
6.500.

2. Pembuatan Lubang Tanam


Pengajiran untuk pedoman penanaman sehingga sesuai dengan pola dan
jarak tanam yang dibuat. Lubang tanam dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 40 cm
(untuk bibit dari polibag) dan 30 cm x 30 cm x 40 cm (untuk bibit cabutan).

3. Cara Penanaman
a. Bibit cabutan 25
Panjang akar bibit sekitar 30 cm, tinggi bibit 40-50 cm dan 2/3 daunnya
dirompes. Masukkan bibit dengan tegak jangan miring. Tanah timbunan dipadatkan
dengan cara diinjak dengan kaki, kemudian diratakan.
b. Bibit dalam Polibag
Polibag dibuka dengan cara menyobeknya lalu bibit ditanam bersama medianya,
disangga dengan belahan bambu, ditimbun dengan tanah. Tanah di sekitar batang
dipadatkan dan tanaman disiram.

c. Tanaman pelindung
Tanaman ini berfungsi sebagai penutup tanah dan memperbaiki iklim mikro agar
lebih segar. Tanaman berupa legum Crotalaria atauTephrosia yang ditanam selama 3 tahun.

D. Pemeliharaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Penyulaman dilakukan satu bulan setelah penanaman, dilakukan secara terus-
menerus sampai 3 bulan, menjelang kemarau. Penyulaman pada tahun ke tiga tidak
dianjurkan. Kebutuhan bibit sulaman maksimum 10% dan pada tahun kedua 5%.

2. Penyiangan
Penyiangan dimaksudkan untuk penggemburan
26 tanah sedalam 10 cm dengan
menggunakan cangkul. Penyiangan dilakukan 1,5-2 bulan sekali. Kegiatan penyiangan
sampai umur 2-3 tahun.
3. Pemupukan
a. Tanaman muda
◉ 1. 1 tahun: Urea 108 kg, TSP 62 kg, KCl 30 kg dan Kieserit 19 kg.
◉ 2. 2 tahun: Urea 173 kg, TSP 83 kg, KCl 40 kg dan Kieserit 37 kg.
◉ 3. 3 tahun: Urea 217 kg, TSP 124 kg, KCl 60 kg dan Kieserit 37 kg.
◉ 4. 4 tahun: Urea 325 kg, TSP 165 kg, KCl 80 kg dan Kieserit 56 kg.

b. Tanaman dewasa
◉ 1. 5 tahun: Urea 390 kg, TSP 186 kg, KCl 80 kg dan Kieserit 56 kg.
◉ 2. 6 tahun: Urea 390 kg, TSP 186 kg, KCl 80 kg dan Kieserit 56 kg. Home
◉ 3. 7 tahun keatas: Urea 433 kg, TSP 207 kg, KCl 100 kg dan Kieserit 75 kg.
Catatan : Kieserit iberikan jika ada gejala kekurangan Mg. Pemupukan dilakukan
saat curah hujan terakhir antara 100-300 mm, dilaksanakan dua kali setahun. Cara
pemberian pupuk diberikan secara setempat.27
PANEN
1. Ciri dan Umur Panen
Bagian tanaman kina yang biasa diambil hasilnya adalah bagian kulit
batang, dahan, cabang dan ranting. Produk ranting dapat dimulai saat tanaman
berumur 6-7 tahun tahun (sebelum tebangan), dengan bagian yang terkecil yang
diambil adalah kulit cabang yang diameternya lebih 1 cm. Ranting yang diameternya
kurang dari 1 cm memiliki kadar kinin sulfat (SQ) yang rendah, dan biaya
pengambilannya relatif mahal. Umur tanaman yang siap panen untuk panen cara
tebangan adalah 9-11 tahun dan untuk panen cara penjarangan adalah 3,5, 5, 6, 7,
8,12, 18 dan 24 tahun dengan jumlah tanaman yang dicabut untuk masing-masing
penjarangan adalah 12,5% dari total tanaman.

2. Cara Panen
1) Cara penebangan
Tanaman kina ditebang hati-hati dengan gergaji pada ketinggian 20-30 cm
dari sambungan, atau leher akar dengan kemiringan 45 derajat. Batang kina dari
batas ini dipotong sampai ketinggian 2 meter.
29 Kulit kina dilepaskan dari batang
dengan cara dipukul-pukul. Panen tebangan pertama disebut Stumping 1. Dari
tunggul diharapkan tumbuh tunas-tunas baru, dan dipelihara maksimum 4 tunas untuk
dipanen berikutnya. Penen berikutnya disebut stumping 2 dst. Setelah 4 kali stumping
2) Cara penjarangan
Dilakukan dengan cabutan untuk memanen secara
bertahap dalam persentase yang telah direncanakan. Pemilihan
tanaman yang akan dibongkar tergantung persentase panenan
setiap periode. Apabila tanaman akan dibongkar adalah 10%,
maka dari 10 tanaman diambil 1 tanaman secara rata-rata.

3). Periode Panen


Pemanenan biasanya dilakukan secara bertahap yaitu
pada saat dilakukan pemangkasan cabang dan ranting dan
pemangkasan batang utama. Pemanenan dilakukan pada
ranting/cabang yang telah memenuhi ukuran standar yaitu lebih
Home
dari 1cm (diameter). Pemanenan sebaiknya dilakukan saat musim
kemarau pada pagi hari. Hal ini dimaksudkan untuk dapat
mengelola hasil panen secara langsung terutama masalah
pengeringan. Untuk menghindari cemaran cendawan karena kadar
air yang tinggi pada kulit batang maka sebaiknya setelah
panen/pengulitan segera dilakukan pengeringan dengan jalan
menjemur di bawah terik matahari.
30
PASCA
PANEN


31
1.Penyortiran Basah dan Pencucian
Batang yang akan diambil kulitnya dikumpulkan di suatu tempat
yang teduh. Cabang dan ranting dipotong tepat pada pertautan cabang
dengan batang, Cabang atau ranting yang ukuran garis tengahnya di
atas 1 cm dibersihkan dari ranting kecil dan daun-daun. Setelah itu
batang tersebut dibersihkan, kemudian dipotong sepanjang 40 - 50 cm
untuk diambil kulitnya. Pencucian pada kulit batang dilakukan dengan
air bersih, jika air bilasannya masih terlihat kotor lakukan pembilasan
sekali atau dua kali lagi Hindari pencucian yang terlalu lama agar
kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam
air. Pemakaian air sungai harus dihindari karenadikhawatirkan telah
tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah
pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang
agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu
tempatkan dalam wadah plastik/ember.32
2. Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari
atau alat pemanas/oven. Pengeringan kulit batang dilakukan selama kira-kira
2 - 3 hari atau setelah kadar airnya dibawah 8%. Pengeringan dengan sinar
matahari dilakukan di atas tikar atau rangka pengering, pastikan bahan tidak
saling menumpuk. Selama pengeringan kulit batang harus dibolak-balik
kirakira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi bahan tersebut
dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan yang bisa
mengkontaminasi. Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50°C -
60°C. Kulit batang yang akan dikeringkan ditaruh diatas tray oven dan alasi
dengan kertas koran dan pastikan bahwa tidak saling menumpuk. Setelah
pengeringan, timbang jumlah yang dihasilkan.

3. Penyortiran Kering.
Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang dikeringkan dengan
memisahkannya dari benda-benda asing atau kotoran-kotoran lain. Timbang
jumlah bahan hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).
33
4. Pengemasan
Setelah bersih, bahan yang kering dikumpulkan dalam wadah
yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya), dapat
berupa kantong plastik atau karung. Berikan label yang jelas pada wadah
tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu,
nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode
penyimpanannya.

5. Penyimpanan
Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak
melebihi 30°C, dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak
bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas
bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari
sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.

Home
34
METABOLIT
SEKUNDER
Metabolit Sekunder
Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi
pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-
beda antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya
menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan mungkin
satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam
suatu kingdom. Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya pada saat
dibutuhkan saja atau pada fase-fase tertentu.
 Fungsi metabolit sekunder adalah untuk :
 mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan,
misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit, menarik polinator,
 sebagai molekul sinyal.
 Singkatnya, metabolit sekunder digunakan organisme untuk berinteraksi
dengan lingkungannya. 36
 Senyawa metabolit sekunder diklasifikasikan menjadi 3 kelompok utama, yaitu:
◉ Terpenoid (Sebagian besar senyawa terpenoid mengandung karbon dan
hidrogen serta disintesis melalui jalur metabolisme asam mevalonat.)
.Contohnya :monoterpena, seskuiterepena, diterpena, triterpena, dan polimer
terpena.
◉ Fenolik (Senyawa ini terbuat dari gula sederhana dan memiliki
cincin benzena, hidrogen, dan oksigen dalam struktur kimianya.) . Contohnya :
asam fenolat, kumarina, lignin, flavonoid, dan tanin.
◉ Senyawa yang mengandung nitrogen. Contohnya: alkaloid dan glukosinolat.
Pada tumbuhan kina terdapat kulit baik batang maupun akar yang disebut
korteks kina. Korteks kina mengandung berbagai alkaloid; antara lain kinin, kinidin,
sinkonin dan sinkonidin. Korteks kina dengan kadar alkaloid tinggi terdapat pada
Cinchona ledgeriana Moens. Kinin merupakan bahan untuk tonikum, anti piretikum
dan anti malaria. Kinidin digunakan sebagai obat jantung, juga anti malaria (bagi
yang alergi terhadap kinin). Kandungan37korteks kina berupa alkaloids berkisar 6-
7%. Jenis Cinchona pitayensis Wedd di Kolumbia dan Equador mengandung 3-
6,5% kinin pada kulitnya. Jenis Cinchona officinalis di Equador, Peru, Kolumbia,
Venezeula dan Bolivia mengandung 1 - 4% total alkaloid pada kulitnya yang
Produk Sekunder Pohon Kina
Manfaat senyawa alkaloid pohon Kina sebagai obat anti-malaria saat
ini telah banyak digantikan dengan obat anti-malaria sintetik yaitu chloroquine.
Hal ini disebabkan karena munculnya agen penyebab malaria yang bersifat
resisten terhadap obat anti-malaria sebelumnya. Sehingga saat ini senyawa
alkaloid pohon Kina, contohnya quinine, lebih banyak digunakan sebagai
penambah rasa pahit pada beberapa jenis minuman, selain itu quinine
digunakan dalam produksi sampo, minyak rambut, insektisida, agen vulcanizing
pada produksi karet, dan preparasi beberapa jenis logam. Senyawa pohon Kina
lain, seperti quinidine digunakan sebagai senyawa anti-arrythmic. Senyawa
alkaloid dari pohon Kina dapat dimanfaatkan dalam pengobatan ophthalmia,
internal haemorrhoid, dan hiccups.
Kajian Metabolomik
Spesies Cinchona calisaya menghasilkan beberapa metabolit. Salah
satu metabolit Pohon Kina yang banyak dianalisis merupakan metabolit yang
berasal dari kelompok alkaloid quinoline, yaitu quinine, quinidine, cinchonine,
38
dan cinchonidine. Keempat metabolit ini memiliki aktivitas antimalaria. Alkaloid
merupakan senyawa metabolit sekunder yang banyak diproduksi oleh
tumbuhan berpembuluh dan diproduksi sebagai respons terhadap perubahan
lingkungan. Senyawa alkaloid pada Pohon Kina banyak ditemukan pada bagian
Saat ini, analisis metabolit dengan tujuan memisahkan, mengidentifikasi,
serta mengkuantifikasi metabolit dari Pohon Kina dilakukan melalui metode TLC,
HPTLC, HPLC, LC-MS, dan elektokromatografi Kandungan alkaloid di dalam
kulit kayu pohon Kina dapat dideteksi dengan cara mengekstraksi terlebih dahulu
senyawa alkaloid dari kulit kayu pohon Kina. Kulit kayu terlebih dahulu dipisahkan dari
lichen yang menempel. Lalu, kulit kayu digiling dengan mesin. Selanjutnya, kulit
dilarutkan dalam DMSO (Dimethyl sulfoxide) dan sel dilisiskan dengan metode
ultrasonikasi. Setelah diultrasonikasi, ditambahkan larutan metanol 70% yang
mengandung asam format 0.1%, lalu kembali diultrasonikasi. Selanjutnya, campuran
tersebut disentrifugasi untuk memisahkan komponen alkaloid dengan debris sel.
Recovery produk dsri proses ekstraksi ini dapat mencapai 73%.
Kandungan senyawa alkaloid quinoline ini berbeda pada setiap spesies
Pohon Kina.
 Analisis metabolit alkaloid pada Pohon Kina Cinchona calisaya dapat dilakukan
dengan pendekatan Targeted approach.
Pertama, senyawa alkaloid diekstraksi dari kulit batang dan akar Pohon
39
Kina. Lalu, pendeteksian keempat senyawa alkaloid ini dapat dilakukan dengan
menggunakan HPLC (High Performance Liquid Chromatography). Metode analisis
Homemenggunakan HPLC dapat memisahkan serta mengkuantifikasi berbagai jenis senyawa
alkaloid yang terkandung dalam Pohon Kina. Berdasarkan hasil analisis dengan metode
Selain senyawa alkaloid quinoline,
genus Cinchona sp. juga mengandung
metabolit alkaloid indole-type minor seperti
cinchonamine; quinamine, tetracyclic 3-
isocorynantheil, pentacyclic aricine,
cinchotannic yang apabila terjadi oksidasi,
akan menghasilkan pigmen berwarna
merah yang menyebabkan kulit pohon
berwarna kemerahan. Cinchon
Selain senyawa kelompok ine
alkaloid, terdapat pula senyawa non-
alkaloid seperti kelompok asam fenolik,
contohnya caffeic, chlorogenic,
protocatechic p-coumaric acid, epicatechin,
phenylpropane-substituted flavane-3-oles -
cinchonaines, triterpene, quinovic acid,
40 Quinine
glycoside quinovin, cincholic acid,
anthocyanosides, flavonoid, dan
anthraquinones.
Lanjutan Biosintesis
Struktur Kina
 Pada struktur kinin terdapat 2 bagian yaitu
cincin kinin dan kinolin (lihat stuktur kimia di atas). Pada
cincin kinolin terdapat 2 atom C asimetrik sehingga
produknya berupa campuran dengan struktur dalam ruang
yang berebda. Khasiat tanaman ini, sabagai anti malaria
berasal dari senyawa alkaloid kuinina (alkaloid chincona)
terutama senyawa kuinina (C20H24N2O2), kuinidina (isomer
dari kuinina), sinkonina (C19H22N2O), dan sinkonidina
(isomer dari sinkonina). Hampir keseluruhan bagian
tanaman kina (akar, batang, daun, dan kulit) mengandung
senyawa alkaloid kiunina tersebut dalam persentase yang
berbeda.
 Kina disintesis dari triptofan melalui 16 tahap
dengan menggunakan membutuhkan 16 enzim
untuk menghasilkan Kina. Dalam proses sintesis perlu
Quinidine
dilakukan penambahan zat induser yang diinokulasikan
41
secara bersama-sama dengan mediumnya. Zat induser
adalah suatu zat yang memiliki komponen nutrisi yang
serupa dengan dengan tanaman inangnya dan dapat
Home

42
PENGOLAHAN
PRODUKNYA


43
 Berikut ini diuraikan berbagai bentuk sediaan kina yang umum
digunakan dalam pengobatan dan cara pembuatannya
• Infus (Infusa)
Infus dibuat dengan cara mencampur simplisia dengan derajat
halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya. Selanjutnya,
panaskan campuran di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu
mencapai 90oC sambil sekali-kali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain
flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh
volume infus yang dikehendaki.
Pada infus kulit Kina ditambahkan larutan asam sitrat P 10 % dari
bobot bahan yang berkhasiat. Untuk pembuatan 100 bagian infus digunakan
kulit kina 6 sebanyak bagian.

• Dekok (Decocta) 44
Dekok adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi
simplisia dengan air pada suhu 90oC selama 30 menit. Untuk pembuatan 100
bagian infus digunakan kulit kina 6 sebanyak bagian. Dekok diperuntukkan
◉ Tingtur (Tinctura)
Tingtur (Tinctura) Tingtur adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara
maserasi atau perkolasi simplisia dalam pelarut yang tertera pada masing-masing
monografi. Dalam literatur yang lain, tingtur disebutkan sebagai sari (ekstrak) simplisia
nabati atau hewani yang kering, dengan zat cair yang mengandung etanol. Protein
yang terdapat dalam simplisia tidak larut dalam cairan yang mengandung etanol,
sehingga sediaan menjadi stabil dan tidak akan busuk.
a.) Perkolasi
Kecuali dinyatakan lain, lakukan sebagai berikut: basahi 10 bagian simplisia
atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dengan 2,5-5,0 bagian
cairan penyari, masukkan ke dalam bejana tertutup sekurangkurangnya selama 3
jam. Pindahkan massa sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali ditekan
hati-hati, tuangi dengan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan
di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, tutup perkolator, biarkan
selama 24 jam. Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml/menit, tambahkan
45
berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan
penyari di atas simplisia, hingga diperoleh 80 bagian perkolat. Peras massa,
campurkan cairan perasan ke dalam perkolat, tambahkan cairan penyari secukupnya
Pindahkan ke dalam bejana, tutup, biarkan selama 2 hari di tempat sejuk,
terlindung dari cahaya. Enap tuangkan atau saring. Jika dalam monografi tertera penetapan
kadar, setelah diperoleh 80 bagian perkolat, tetapkan kadarnya. Atur kadar hingga
memenuhi syarat, jika perlu encerkan dengan penyari secukupnya. Tingtur-tingtur yang
dibuat dengan cara perkolasi umumnya digunakan untuk simplisia yang berkhasiat keras.
Tingtur Kina dibuat dari 20 bagian serbuk Kulit Kina (B30) dengan etanol encer untuk
membuat 100 bagian tingtur. Berat jenis tingtur 0,910-0,926.

◉ Ekstrak (Extracta)
Menurut Depkes (2000), ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang
dibuat dengan menyari simplisia menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
matahari langsung.
a)Ekstrak Cair (Extracta Fluida atau Extracta Liquida)
Menurut FI IV, ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati, yang mengandung
etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet. Ekstrak
cair Kina (Extractum Chinae Liquidum) Ekstrak 46 cair Kina dibuat dari 400 bagian serbuk Kulit
Kina (B30) dan 400 bagian air dan 50 bagian asam klorida encer dan 20 bagian gliserol dan
didiamkan 24 jam. Selanjutnya, simplisia diperkolasi. Sisa ampas diperkolasi dengan air.
Cairan dikumpulkan dan diuapkan pada suhu 80oC hingga 90 bagian dan didinginkan.
b.)Ekstrak Kering (Exctracta Sicca)
Ekstrak kering adalah sediaan yang didapatkan dengan cara
memekatkan ekstrak cair dengan kondisi sedang. Ekstrak Kina dibuat dari
serbuk Kulit Kina (B30) dengan cara perkolasi dengan menggunakan
campuran air dan etanol sama banyak. Penyarian dihentikan jika tetesan
tidak lagi terasa pahit. Selanjutnya, perkolat dikeringkan untuk mendapatkan
ekstrak kering. Ekstrak Kina harus mengandung 14-18 % alkaloid.

Home
47
Thanks
Any questions?

48

Anda mungkin juga menyukai