Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KULTUR SEL DAN

JARINGAN TUMBUHAN (MATERI IV)


“MEDIA KULTUR JARINGAN TUMBUHAN”

Oleh :

Kelompok : IV (Empat)
Anggota : 1. Melindasari S. Datulamban
2. Nurtiara Ivanaka Abas
3. Reza Safiera Ali
4. Nursakinah Lopot
5. Afridianto Rasyid
6. Moh. Nurhidayah Pakaya

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BINA MANDIRI GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini guna
melengkapi tugas yang diberikan oleh Bapak Yolan Dunggio, S.Pd., M.Si yaitu
dosen Mata Kuliah Kultur Sel Dan Jaringan Tumbuhan di Universitas Bina
Mandiri Gorontalo.
Tujuan pembuatan makalah ini seperti sudah disebutkan diatas adalah
untuk menyelesaikan tugas Kultur Sel Dan Jaringan Tumbuhan. Di samping
makalah ini juga dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman
para pembaca guna mendapatkan wawasan tentang Kultur Sel Dan Jaringan
Tumbuhan khususnya Media kultur jaringan tumbuhan
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan
pada penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saran dan masukan yang bersifat
membangun sangat kami harapakan

Gorontalo, Mei 2021

i
PenulisDAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
Latar Belakang.............................................................................................1
Rumusan Masalah........................................................................................2
Tujuan..........................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................3
Media Kultur Jaringan.................................................................................3
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)........................................................................5
BAB III PENUTUP...............................................................................................7
Kesimpulan...................................................................................................7
Saran ............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknik In vitro telah banyak dimanfaatkan dan memberikan harapan


untuk mengatasi kesulitan dalam penyediaan bibit A. malaccensis. Aplikasi
teknologi ini di bidang pertanian juga dimanfaatkan untuk perbanyakan serta
konservasi dan perbaikan tanaman. Pemanfaatan teknik in vitro terutama
metode mikropropagasi dan embryogenesis somatic menjadi alternatif utama
dalam pengembangan dan konservasi gaharu (Kosmiati dan mariska, 2005).
Bibit yang dihasilkan memiliki fisiologi dan morfologi yang sama dengan
induknya dan tidak tergantung pada musim (Hendaryono dkk., 1994).

Kultur jaringan merupakan metode untuk mengisolasi bagian tanaman


seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ, kemudian
menumbuhkannya dalam kondisi aseptik yang kaya akannutrisi (media) serta
zat perangsang tumbuh (ZPT) dalam wadah tertutup dantembus cahaya agar
bagianbagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi kembali
menjadi tanaman lengkap (Johannes, 2010).

Penggunaan media kultur yang sesuai merupakan syarat yang harus


terpenuhi pada kultur jaringan. Komposisi media sangat menentukan
keberhasilan teknik kultur jaringan. Salah satu komponen media yang sangat
diperlukan bagi pertumbuhan dan regenerasi adalah zat pengatur tumbuh
(ZPT).

Pertumbuhan kalus dan organ-organ ditentukan oleh penggunaan yang


tepat dari zat pengatur tumbuh tersebut. Tanpa penambahan zat pengatur
tumbuh dalam media, pertumbuhan sangat terhambat bahkan mungkin tidak
tumbuh sama sekali (Prakoeswa et al., 2009).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan media kultur jaringan?
2. Apa saja media yang digunakan dalam kultur jaringan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu media kultur jaringan.
2. Untuk mengetahui media apa saja digunakan dalam kultur jaringan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Media Kultur jaringan

Media kultur jaringan adalah media tanam yang terdiri dari berbagai
komposisi dan macam unsur hara dan sebagainya. Menurut Ryugo (1988)
media tanam pada kultur jaringan berisi kombinasi dari asam amino essensial,
garam-garam anorganik, vitamin-vitamin, larutan buffer, dan sumber energi
(glukosa). Media kultur jaringan merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan dalam perbanyakan tanaman secara in vitro (Yusnita, 2003).
Dikarenakan media merupakan faktor penting dalam penentu keberhasilan in
vitro maka menurut Rahardja (1994) untuk membuat media dengan jumlah
zat seperti yang ditentukan, diperlukan penimbangan dan penakaran bahan
secara tepat. Ketidaktepatan ukuran dapat menyebabkan terjadinya proses
yang tidak dikehendaki. Media tanam kultur jaringan terdiri dari dua jenis
yaitu, media cair dan media padat. Media cair digunakan untuk
menumbuhkan eksplan sampai terbentuk PLB (protocorm like body) yaitu
eksplan yang akan tumbuh jaringan seperti kalus berwarna putih. Media padat
digunakan untuk menumbuhkan PLB sampai terbentuk planlet (Rahardja dan
Wahyu, 2003).

Beberapa media dasar yang banyak digunakan dalam kultur jaringan


antara lain media dasar Murashige dan Skoog (1962) yang dapat digunakan
untuk hampir semua jenis kultur, media dasar B5 untuk kultur sel kedelai dan
legume lainnya, media dasar White (1934) sangat cocok untuk kultur akar
tanaman tomat, media dasar Vacin dan Went (1949) digunakan untuk kultur
jaringan anggrek, media dasar Nitsch dan Nitsch (1969) digunakan dalam
kultur tepung sari (pollen) dan kultur sel, media dasar Schenk dan
Hildebrandt (1972) untuk kultur jaringan tanaman monokotil, media dasar
WPM (Woody Plant Medium, 1981) khusus untuk tanaman berkayu. Dari
sekian banyak media dasar di atas, yang paling banyak digunakan adalah
media Murashige dan Skoog (MS) (Widyastuti, 2002).

3
Media yang tepat untuk digunakan dalam kultur jaringan belum dapat
dipastikan karena masih ada faktor-faktor yang berpengaruh, seperti jenis
tanaman yang dikulturkan, umur tanaman induk, umur eksplan, jenis eksplan
yang digunakan, kebutuhan zat pengatur tumbuh, dan proses yang dilakukan
dalam kultur jaringan.

Keistimewaan medium MS adalah kandungan nitrat, kalium dan


ammoniumnya yang tinggi, dan jumlah hara anorganiknya yang layak untuk
memenuhi kebutuhan banyak sel tanaman dalam kultur (Wetter dan
Constabel, 1991).

Macam-macam media menurut Rahardja (1994), yaitu :

 Heller
 White
 Nitsch & Nitsch
 Hilderbrandt, Riker dan Duggar
 Gantheret
 Knudson
 Vacin & Went
 Miller
 Linsmaier dan Skoog
 Gamborg
 Murashige & Skoog

Media gamborg (B5) menurut Torres (1957) terdiri dari :


1. Micronutrients (mg/100 ml) - MnSO4.H2O - H3BO3 - ZnSO4.7H2O -
Na2MO4.2H2O - CuSO4.5H2O 2
2. Vitamin (mg/100 ml) - Nicotine acid - Thiamin HCl - Prridoxine HCl -
Myo-inositol
3. Calcium chloride (g/100 ml)
4. Potassium Iodide (mg/100 ml)

4
2.2 Zat Pengatur Tumbuh

Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik bukan nutrisi yang
dalam konsentrasi rendah mampu mendorong, menghambat atau secara
kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Moore, 1989
cit. Santoso dan Fatimah, 2003). Hal serupa dikemukakan oleh Hendaryono
dan Wijayanti (1994) zat pengatur tumbuh (ZPT) pada tanaman adalah
senyawa organik bukan hara, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung,
menghambat dan dapat merubah proses fisiologis tumbuhan.

Zat pengatur tumbuh (ZPT) mempengaruhi pertumbuhan dan


morfogenesis kultur sel, organ, dan jaringan. Jika konsentrasi auksin lebih
besar daripada sitokinin maka kalus akan tumbuh, dan bila konsentrasi
sitokinin lebih besar dibanding auksin maka tunas akan tumbuh
(Gunawan,1987 cit. Sudarmadji, 2003). Ada 2 jenis hormon tanaman (auksin
dan sitokinin) yang sekarang banyak dipakai dalam propagasi secara in vitro
(Wetherell, 1982).

Auksin menurut Kusumo (1984) zat yang memiliki sifat khas, yaitu
mendorong perpanjangan sel pucuk. Meskipun dapat mempengaruhi proses
lain namun pengaruh utamanya adalah memperpanjang sel pucuk. Zat
pengatur tumbuh lain selain auksin adalah sitokinin. Sitokinin adalah zat
pengatur tumbuh yang ditemukan oleh Haberlandt tahun 1913. Sitokinin
mempunyai peranan dalam proses pembelahan sel. Bentuk dasar dari
sitokinin adalah adanya gugus adenin (6-amino purine) yang menentukan
kerja sitokinin yakni meningkatkan aktivitas dalam proses fisiologis tanaman.
Dalam penelitian kultur jaringan, apabila konsentrasi sitokinin lebih besar
dari auksin, maka akan terjadi stimulasi pertumbuhan tunas dan daun,
sebaliknya bila sitokinin lebih rendah daripada auksin, maka terjadi stimulasi
pertumbuhan akar. Sebaliknya, bila perbandingan sitokinin dan auksin
berimbang, maka pertumbuhan tunas, akar dan daun akan berimbang pula
(Abidin, 1994).

5
Beberapa peranan ZPT dalam kultur in vitro menurut Widyastuti dan Donowati
(2001) sebagai berikut :

1. Senyawa sintetik yang disintesa diluar jaringan tanaman dan mempunyai sifat
fisiologis dan biokimia yang serupa dengan hormon tanaman adalah ZPT.
Hormon tanaman dan ZPT pada umumnya mendorong terjadi sesuatu
pertumbuhan dan perkembangan.
2. Peranan auksin dalam kultur in vitro terutama untuk pertumbuhan kalus,
suspensi sel, dan pertumbuhan akar. Bersama-sama sitokinin dapat mengatur
tipe morfogenesis yang dikehendaki.
3. Pengaruh sitokinin di dalam kultur in vitro antara lain berhubungan dengan
proses pembelahan sel, proliferasi tunas ketiak, penghambatan pertumbuhan
akar tanaman dan induksi umbi mikro kentang.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Media kultur jaringan adalah media tanam yang terdiri dari berbagai
komposisi dan macam unsur hara dan sebagainya. Menurut Ryugo (1988)
media tanam pada kultur jaringan berisi kombinasi dari asam amino
essensial, garam-garam anorganik, vitamin-vitamin, larutan buffer, dan
sumber energi (glukosa).
2. Media yang digunakan dalam kultur dan jaringan yaitu:

Macam-macam media menurut Rahardja (1994), yaitu :

 Heller
 White
 Nitsch & Nitsch
 Hilderbrandt, Riker dan Duggar
 Gantheret
 Knudson
 Vacin & Went
 Miller
 Linsmaier dan Skoog
 Gamborg
 Murashige & Skoog

Media gamborg (B5) menurut Torres (1957) terdiri dari :


1. Micronutrients (mg/100 ml) - MnSO4.H2O - H3BO3 - ZnSO4.7H2O -
Na2MO4.2H2O - CuSO4.5H2O 2
2. Vitamin (mg/100 ml) - Nicotine acid - Thiamin HCl - Prridoxine HCl -
Myo-inositol
3. Calcium chloride (g/100 ml)
4. Potassium Iodide (mg/100 ml)

7
3.2 Saran

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih banyak


kekurangan. Maka dari itu, saran atau masukan yang bersifat membangun
dari para pembaca sangat kami butuhkan agar lebih baik dalam pembuatan
makalah selanjutnya

8
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 1994. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh.


Penerbit Angkasa. Bandung.

Hendaryono, D. P. S., dan A. Wijayanti. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius.


Yogyakarta.

Kusumo, S. 1984. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Edt. 1. Yasaguna

Rahardja, P. C. 1994. Kultur Jaringan Teknik Perbanyakan Tanaman secara


Modern. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rahardja, P. C., dan Wahyu, W. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman.


Agromedia Pustaka. Jakarta.

Santoso, U., dan Fatimah, N. 2003. Kultur Jaringan Tanaman. Universitas


Muhammadiyah Malang Press. Malang.

Sudarmadji. 2003. Penggunaan Benzil Amino Purine Pada Pertumbuhan Kalus


Kapas Secara In Vitro. Buletin Teknik Pertanian. 8 (1) : 8-10.

Torres, K. C. 1957. Tissue Culture Techniques for Horticultural Crops. “An AVI
Book”, Inc. New York

Wetherell, D. F. 1982. Pengantar Propagasi Tanaman secara In Vitro Seri Kultur


Jaringan Tanaman. Avery Publishing Group, Inc. Wayne – New Jersey

Wetter, L. R., dan F. Constabel. 1991. Metode Kultur Jaringan Tanaman. ITB.
Bandung

Widyastuti, N., dan Donowati T. 2001. Peranan Beberapa Zat Pengatur Tumbuh
(ZPT) Tanaman Pada Kultur In Vitro. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia.
3 (5) : 55-63.

Widyastuti, N. 2002. Inovasi Memperbanyak Bibit Tanaman. Diakses dari


www.sinar harapan.co.id/berita/0202/13/ipt02.html. Tanggal 15 Juli 2007.

Yusnita. 2003. Kultur jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien.


Agro Media Pustaka. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai