Anda di halaman 1dari 4

Nama : Aljufri Mahmud

NPM : 2120191004

TUGAS : Farmakoterapi II (Lupus Nefritis)

A. Definisi
Lupus nefritis adalah peradangan pada ginjal akibat pengaruh penyakit systemic
lupus erythematosus (SLE) atau lebih dikenal dengan nama lupus. Lupus adalah penyakit
autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel ginjal yang sehat, sehingga
ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Lupus nefritis dapat menyebabkan
terjadinya peradangan pada ginjal dan memunculkan sejumlah gejala, seperti tekanan
darah tinggi, adanya darah dan protein dalam urine, hingga gagal ginjal. Lupus nefritis
merupakan kondisi yang cukup serius dan harus segera mendapatkan penanganan dari
dokter ginjal
B. Epidemiologi
Insiden keseluruhan dan prevalensi rentang SLE dari 1,4 hingga 21,9 dan dari 7,4
hingga 159,4 kasus per 100.000 orang, masing-masing.74 Insiden dan prevalensi LN
tergantung pada populasi yang dipilih tion dan kriteria diagnostik untuk mendefinisikan
SLE.61,62 Insiden kumulatif LN lebih tinggi di Asia (55%), garis keturunan Afrika (51%)
dan Hispanik (43%) populasi dibandingkan dengan bule (14%).75,76 LN juga dikaitkan
dengan penyakit ginjal yang lebih parah keterlibatan individu dengan garis keturunan
Afrika, Hispanik dan populasi Asia.75-82 Selain itu tion, ini lebih sering dikaitkan dengan
nefritis parah pada anak-anak dan lebih kecil kemungkinannya pada lanjut usia
Secara umum, kelas III, IV dan V dengan kelas III atau IV, merupakan tipe progresif
dari LN.6,9 Pada kelas IV, kemungkinan ESRD bisa setinggi 70% pada 5 bertahun-tahun.
Dari catatan, pada pasien dengan LN kelas IV, vival telah meningkat dari sekitar 30%
sebelum tahun 1970-an menjadi 55% pada pertengahan tahun 1970-an dan lebih dari 80%
dalam 2 dekade terakhir.6,83 Data ini kemungkinan disebabkan oleh ketersediaan dialisis,
transplantasi ginjal dan penggunaan yang lebih rasional terapi imunosupresif.
C. Etiologi

Nefritis lupus terjadi karena daya tahan tubuh yang seharusnya memerangi kuman,
justru menyerang sel dan jaringan di ginjal, sehingga terjadi kerusakan pada organ ini.
Pada tahap awal, nefritis lupus akan menyebabkan kemampuan penyaringan (filtrasi)
ginjal menurun. Akibatnya protein akan dikeluarkan melalui urine dalam jumlah banyak.
Kondisi ini akan mengakibatkan tubuh kekurangan protein dan memicu pembengkakan
pada tungkai maupun wajah.

Penyakit lupus harus segera ditangani dan dikontrol dengan baik. Bila dibiarkan,
nefritis lupus akan terus merusak ginjal dan bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal.
Akibatnya, penderitanya harus melakukan cuci darah atau transplantasi ginjal.
D. Patifisiologi

Eritematosus sistemik lupus (SLE) adalah suatu gangguan autoimun yang ditandai
dengan keterlibatan multisistem dan beragam autoantibodies dengan target komponen sel.
Diantaranya antibodi terhadap DNA dan protein yang berperan dalam pembentukan
deposits komplek imun yang menyebabkan respons inflamasi yang selanjutnya dapat
menyebabkan gagal ginjal. 1 Reaksi autoimun mempunyai peranan penting dalam
pathogenesis nefritis lupus. Reaksi imunologi meliputi produksi autoantibodi secara
langsung terhadap elemen sel. Autoantibodi membentuk komplek imun pathogen.
Pengendapan kompleks imun pada ginjal menyebabkan respon inflamasi melalui aktivasi
kaskade komplemen dan rekruitmen sel inflamasi yang dapat dilihat saat biopsi.

E. Gejala Lupus Nefritis

Gejala lupus nefritis tidak jauh berbeda dengan gangguan pada ginjal lainnya. Gejala
tersebut meliputi:

1) Kemunculan darah di dalam urine.


2) Urine berbusa.
3) Sering buang air kecil, terutama pada malam hari.
4) Tekanan darah tinggi.
5) Berat badan bertambah.
6) Pembengkakan di telapak kaki, pergelangan kaki, dan betis.

Gejala nefritis lupus umumnya terkait dengan hipertensi, proteinuria, dan gagal
ginjal. Dengan munculnya terapi imunosupresif, keterlibatan ginjal dan kelangsungan
hidup pasien dengan nefritis lupus membaik.

F. Diagnosis Lupus Nefritis

Sebagai langkah awal pemeriksaan, dokter akan menanyakan gejala penderita dan
riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya, serta melakukan pemeriksaan fisik.
Jika diduga menderita lupus nefritis, dokter akan meminta penderita untuk menjalani
serangkaian tes berikut:

1) Pemeriksaan urine

Pemeriksaan urine bertujuan untuk menilai fungsi ginjal. Pemeriksaan ini akan


mengukur kadar protein, sel darah merah, dan sel darah putih.

2) Tes darah

Tes ini akan membantu dokter dalam melihat kandungan zar-zat sisa dalam darah,
contohnya kreatinin dan ureum dalam darah. Tes ini untuk menilai fungsi ginjal.
Dalam kondisi normal, seharusnya zat-zat ini tidak muncul karena telah disaring oleh
ginjal. Sampel darah juga akan diperiksa hitung darah lengkap dan tes antibodi ANA
(antinuclear antibody).
3) Pemeriksaan urine 24 jam

Metode ini dilakukan untuk mengukur kemampuan ginjal dalam menyaring zat-
zat sisa dalam tubuh. Pemeriksaan ini akan menunjukkan seberapa banyak kandungan
protein yang muncul di urine selama 24 jam.

4) USG perut

Pemeriksaan USG perut (USG abdomen) dilakukan dengan menggunakan


gelombang suara untuk menampilkan kondisi ginjal secara detail. Dari pemeriksaan
ini, dokter akan bisa melihat adanya kelainan pada bentuk dan ukuran ginjal.

5) Biopsi ginjal

Dokter akan mengambil sampel jaringan ginjal, lalu memeriksanya dengan


mikroskop. Prosedur ini bertujuan untuk memeriksa adanya kerusakan jaringan ginjal
dan mengetahui penyebabnya.

G. Terapi Farmakologi

Pengobatan lupus nefritis bertujuan untuk meredakan gejala yang muncul, mencegah
kambuhnya lupus (flare) kembali, serta mencegah kerusakan pada ginjal. Jenis pengobatan
tergantung kepada jenis dan tingkat keparahan lupus nefritis yang diderita.

Pengobatan lupus nefritis dilaksanakan melalui dua fase, yaitu fase awal dan fase
lanjutan. Pengobatan fase awal bertujuan untuk mencegah kerusakan ginjal secepat
mungkin, serta menekan sistem imun yang merusak jaringan ginjal.

Sementara itu, pengobatan pada fase lanjutan bertujuan untuk mencegah kambuhnya
kembali lupus nefritis. Secara garis besar, lupus nefritis akan diobati dengan beberapa
metode di bawah ini:

1) Obat kortikosteroid

Obat kortikosteroid digunakan untuk mengurangi peradangan, terutama pada


ginjal. Contoh obat golongan kortikosteroid yang digunakan untuk mengobati lupus
nefritis adalah methylprednisone.

2) Obat imunosupresif

Obat imunosupresif digunakan untuk menekan kerja sistem imun, sehingga


kerusakan jaringan ginjal akibat serangan sistem imun dapat dikurangi. Contoh obat
ini adalah hydroxychloroquinone, mycophenolate mofetil, dan cyclophosphamide.

3) Obat antihipertensi
Kerusakan jaringan ginjal akibat lupus nefritis dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah pada penderitanya. Contoh obat antihipertensi yang dapat
digunakan pada penderita lupus nefritis adalah:

4) Obat ACE inhibitor
5) Obat penghambat beta
6) Obat ARB
7) Obat diuretik
Untuk menjaga tekanan darah, pasien lupus nefritis diharuskan mengurangi
makanan yang mengandung garam dan protein tinggi. Selain itu, untuk mencegah
kambuhnya kembali lupus nefritis, pasien lupus nefritis diharuskan menjauhi paparan
pemicu kambuhnya lupus, seperti sengatan sinar matahari dan obat-obatan antibiotik.
Akan tetapi pada dasarnya, lupus nefritis tidak dapat disembuhkan.

H. Terapi Non- Farmakologi

Menerapkan pola hidup sehat bisa melindungi diri dari gangguan ginjal, termasuk
lupus nefritis. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:

1) Berolahraga secara teratur.


2) Mengonsumsi banyak air putih.
3) Tidak merokok dan mengonsumsi alkohol.
4) Menjaga tekanan darah agar tetap normal.
5) Mengurangi makanan tinggi kolesterol.
6) Mengurangi makanan yang mengandung banyak garam.
7) Menghindari penggunaan obat-obatan yang bisa memengaruhi ginjal, salah satunya
adalah obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)

Anda mungkin juga menyukai