Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Labora Medika Vol. 1, No.

2 (2017) 6-13

Journal Homepage: http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JLabMed


e-ISSN: 2549-9939

AKTIVITAS ANTIJAMUR INFUSA KULIT BUAH JERUK SIAM


(Citrus nobilis) TERHADAP Aspergillus niger EMP1 U2

Maria Loretha Ensamory1*, Rahmawati1, Diah Wulandari Rousdy1


1
Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Tanjungpura Pontianak

Info Artikel Abstract

Diterima 2 September 2017


Direvisi 20 September 2017 Jamur anggota spesies Aspergillus niger merupakan jamur
Disetujui 29 September 2017 yang tersebar luas dan dapat membahayakan kesehatan
Tersedia Online 30 September 2017 karena dapat menghasilkan mikotoksin. Kulit buah jeruk
Siam (Citrus nobilis var. microcarpa) mengandung metabolit
Keywords: sekunder yang dapat dijadikan sebagai antijamur. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antijamur kulit buah
Antifungi, Aspergillus niger, Citrus jeruk Siam (C. nobilis) terhadap pertumbuhan jamur anggota
nobilis var microcarpa, infusa spesies Aspergillus niger EMP1 U2. Penelitian dilaksanakan
dari bulan Oktober hingga Desember 2016. Kandungan
metabolit sekunder pada kulit buah jeruk siam dapat
diketahui dengan uji fitokimia. Hasil uji fitokimia
membuktikan bahwa infusa kulit buah jeruk siam (Citrus
nobilis) memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder
yaitu flavonoid, fenol, steroid dan triterpenoid. Pengujian
aktivitas antijamur dilakukan dengan menggunakan metode
infusa kulit buah jeruk serta metode tusuk. Konsentrasi media
dengan infusa kulit buah jeruk siam yaitu 0 (kontrol), 5, 10,
15, 20, dan 25%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya
hambat terbesar terjadi pada konsentrasi media 25% dengan
kategori sangat kuat dan daya hambat terkecil terjadi pada
konsentrasi media 5% dengan kategori lemah. Konsentrasi
media dengan infusa kulit buah jeruk siam sebesar 25%
merupakan konsentrasi terbaik dalam menghambat
pertumbuhan jamur Aspergillus niger EMP1 U2.

*Corresponding Author:
Maria Loretha Ensamory
Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura
Pontianak, Indonesia 78111
E-mail: Mariaensamory92@yahoo.com

6
Ensamory et al./Jlabmed 1 (2): 6-13

Pendahuluan (2010) infusa merupakan ekstraksi yang


Kalimantan Barat merupakan salah satu menggunakan pelarut polar yaitu air.
wilayah sebaran hutan hujan tropis di Senyawa yang memiliki kepolaran yang
Indonesia yang memiliki tingkat sama akan lebih mudah tertarik atau
keanekaragaman tanaman, dan sebagian terlarut dengan pelarut yang memiliki
besar bagian tanaman tersebut juga tingkat kepolaran yang sama, sehingga
dikonsumsi oleh masyarakat sebagai infusa kulit jeruk adalah cara efektif
kebutuhan pangan maupun sebagai obat-
untuk mendapatkan isolasi komponen
obatan (Purnawati et al., 2015). Tanaman
menghasilkan metabolit sekunder yang
senyawa aktif saponin, tanin, flavonoid
berperan melindungi tumbuhan dari bakteri, dan kumarin karena senyawa-senyawa
virus, dan jamur yang menyerang tanaman. tersebut dapat larut dalam pelarut air.
Sejumlah metabolit sekunder digunakan
sebagai antijamur untuk melindungi tanaman Bahan dan Metode
dari serangan jamur (Margaret dan Brian, Bahan yang digunakan dalam penelitian
1982). Salah satu bagian tanaman yang ini adalah akuades, alkohol 70%, aluminium
menghasilkan senyawa metabolit sekunder foil, asam laktat, biakan murni jamur
dan dapat digunakan sebagai antijamur alami anggota spesies Aspergillus niger isolat
adalah kulit buah jeruk siam. EMP1 U2 yang diperoleh dari saluran
Metabolit sekunder seperti tanin, saponin pencernaan ayam kampong (Gallus
dan flavonoid juga memiliki aktivitas domesticus Linn.) (Phikly, 2015) dalam
antijamur seperti pada penelitian Khafidah koleksi laboratorium Mikrobiologi Fakultas
dkk (2015) yang menggunakan infusa dari Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
kulit jeruk purut sebagai penghambat Universitas Tanjungpura, CH3COOH glacial,
pertumbuhan jamur anggota spesies Candida FeCL3 3%, FeCL3 1%, H2SO4 pekat, HCL
albicans. Penelitian Rahmawati (2011) juga pekat, kloramfenikol, serbuk Magnesium,
menyatakan perasan kulit jeruk purut media Malt Extract Agar (MEA), kulit buah
mempunyai efek antijamur terhadap jeruk siam (Citrus nobilis).
pertumbuhan jamur anggota spesies
Trichophyton mentagrophytes. Rancangan Percobaan
Margaret dan Brian (1981) mengatakan Penelitian ini menggunakan Rancangan
sejumlah metabolit sekunder juga digunakan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 6
sebagai fungisida atau antibiotik untuk perlakuan yaitu : 0% (kontrol); 5%; 10%;
melindungi tanaman dari serangan jamur. 15%; 20% dan 25% (v/v). Masing-masing
Antijamur merupakan zat berkhasiat yang perlakuan terdiri dari 3 ulangan sehingga
digunakan untuk penanganan penyakit jamur. didapat 18 unit percobaan.
Umumnya suatu senyawa dikatakan sebagai
zat antijamur apabila senyawa tersebut Prosedur Kerja
mampu menghambat pertumbuhan jamur Sterilisasi Alat
(Siswandono dan Soekardjo, 1995). Peralatan yang digunakan seperti cawan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui petri, erlenmeyer, dan tabung reaksi
aktivitas antijamur kulit buah jeruk siam (C. disterilisasi di dalam autoklaf pada suhu
nobilis) terhadap pertumbuhan jamur isolat 1210C tekanan 1 atm selama 15 menit
anggota spesies Aspergillus niger EMP1 U2. (Samson dkk., 2010).
Teknik infusa memiliki beberapa
keuntungan karena alat dan cara yang Pengambilan Sampel
digunakan lebih sederhana serta proses Pengambilan sampel buah jeruk siam
pengerjaannya yang cepat, sehingga dilakukan dengan metode purposive
sampling (Afriyeni, 2013) yaitu diperoleh
teknik ini mudah digunakan pada
dari satu pedagang di pasar tradisional Kota
masyarakat umum. Menurut Sutrisna

7
Ensamory et al./Jlabmed 1 (2): 6-13

Pontianak. Buah jeruk Pontianak yang Uji Fitokimia


diambil adalah sebanyak 20 kg dalam kondisi Uji fitokimia dilakukan untuk
kulit masih berwarna hijau dan tidak rusak. mengetahui kandungan senyawa metabolit
Buah jeruk tersebut dikupas dan diambil sekunder yang terkandung dalam infusa kulit
kulitnya untuk dijadikan sebagai bahan buah jeruk siam (Citrus nobilis). Uji
pembuatan infusa. fitokimia yang dilakukan meliputi uji
alkaloid, flavonoid, fenol, tannin, saponin,
Pembuatan Simplisia Kulit Buah Jeruk Siam Steroid dan Triterpenoid dengan cara
(Citrus nobilis) perlakuan sebagai berikut (Lailatul et al.,
Pembuatan simplisia kulit buah jeruk 2010).
adalah dengan dua tahapan yaitu sortasi Pemeriksaan Alkaloid
basah dan sortasi kering. Sortasi basah Sampel sebanyak 1 ml dimasukkan ke
dilakukan dengan cara mencuci buah jeruk dalam tabung reaksi, lalu ditetesi larutan
terlebih dahulu menggunakan air mengalir Wagner. Terbentuknya endapan putih
dan setelah itu diambil kulit buah jeruk mengindikasikan adanya alkaloid. Pengujian
tersebut untuk dijadikan bahan baku dilakukan triplo.
simplisa. Kulit buah jeruk dirajang kasar Pemeriksaan Fenol
sehingga menjadi potongan kecil. Kulit buah Sampel infusa sebanyak 1 ml
jeruk dikeringanginkan dan sortasi kering dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu
dilakukan dengan cara memisahkan bahan ditambahkan beberapa tetes air panas dan
baku jika terkena kotoran pada saat beberapa tetes pereaksi FeCl3 3%. Jika warna
pengeringan. Ukuran simplisia diperkecil larutan berubah menjadi warna biru atau
dengan diblender. Simplisia disimpan di ungu menunjukkan adanya senyawa fenol.
dalam wadah yang kering, bersih, serta tidak Pengujian dilakukan triplo.
terkena sinar matahari secara langsung Pemeriksaan Tanin
(Emilian dkk., 2011). Sampel dimasukkan sedikit ke dalam
tabung reaksi, lalu ditambahkan beberapa
Pembuatan Infusa Kulit Buah Jeruk Siam tetes FeCl3 10%. Bila terbentuk warna biru
(Citrus nobilis) tua menunjukkan adanya tannin. Pengujian
Proses pembuatan infusa kulit buah dilakukan triplo.
jeruk 100% adalah dengan menyiapkan Pemeriksaan Saponin
erlenmeyer yang sudah dimasukkan simplisia Sampel infusa sebanyak 1 ml
kulit buah jeruk siam sebanyak 100 g dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan akuades steril hingga 100 mL. ditambahkan 2 ml air panas dan digojok kuat
Setelah itu, erlenmeyer yang berisi larutan hingga homogen, apabila terbentuk buih
simplisia tersebut dimasukkan kedalam gelas yang stabil menunjukkan adanya saponin.
beaker berisi akuades ±500 mL dan sudah Pengujian dilakukan triplo.
dipanaskan diatas hotplate ketika suhu sudah Pemeriksaan Flavonoid
mencapai 90ºC. Simplisia tersebut Sampel infusa sebanyak 1 ml
dipanaskan selama 15 menit sambil sesekali dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dan
diaduk. Larutan simplisia disaring dengan ditambahkan dengan serbuk Mg sebanyak 1
menggunakan kertas saring steril ketika gram dan larutan HCL pekat.
masih panas sehingga didapatkanlah larutan Pemeriksaan Steroid dan Titerpenoid
infusa 100%. Infusa dimasukkan ke dalam Sample sebanyak 2 ml dimasukkan ke
botol yang sudah steril dan ditutup rapat dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan
sampai infusa digunakan untuk pengujian dengan 1 ml CH3COOH di gojok kuat
(Syamsuri, 2006; Saputra, 2012). menggunakan vortex hingga homogeny,
rebus ± 5 menit dalam air mendidih. Setelah
itu di tambah ± 2 tetes larutan H2SO4 pekat
lewat dinding tabung. Jika warna permukaan

8
Ensamory et al./Jlabmed 1 (2): 6-13

larutan terdapat cincin berwarna hijau, dalam petridisk dan dibiarkan hingga
menandakan adanya kelompok senyawa membeku. Koloni jamur diambil dari koloni
steroid. Jika warna dasar larutan berubah yang sudah dimurnikan terlebih dahulu
warna menjadi merah menunjukkan adanya dengan menggunakan jarum ose dan ditanam
kelompok senyawa terpenoid (Harborne, dengan menggunakan metode tusuk yaitu
1987). Pengujian dilakukan triplo. diletakkan tepat di bagian tengah petri pada
media MEA yang sudah diberi perlakuan
Pembuatan Media Malt Extract Agar (MEA) dengan infusa. Biakan diinkubasi pada suhu
Pembuatan media MEA dilakukan kamar (20-25ºC) dan diameter koloni diukur
dengan cara sebagai berikut: agar sebanyak pada hari ke-7 (modifikasi dari Selvyana
15g, Malt extract sebanyak 50g, ZnSO4. dkk., 2012).
7H20 sebanyak 0,01g dan CuSO4. 5H2O
sebanyak 0,005g dimasukkan ke dalam gelas Parameter Pengukuran
beaker kemudian ditambahkan akuades Persentase daya hambat infusa kulit jeruk
hingga 1000 ml, lalu ditambahkan pada masing-masing perlakuan diukur
kloramfenikol sebanyak 0,02g. Media dengan rumus berikut (Rai, 2006):
tersebut dipanaskan di atas dipanaskan di
atas hot plate hingga mendidih dan berwarna
bening. Media MEA tersebut dimasukkan ke
dalam erlenmeyer dan ditutup, lalu Keterangan :
disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 1210C Dk : Diameter koloni kontrol
tekanan 1 atm selama 15 menit (Samson dkk, Dp : Diameter koloni perlakuan
2010).
Klasifikasi aktivitas daya hambat infusa
Pemurnian Isolat sesuai dengan Novriyanti dkk. (2010).
Isolat jamur yang sudah tersedia
dimurnikan dengan cara menginokulasikan Tabel 1. tingkat aktivitas penghambatan infusa
kembali biakan jamur isolat anggota spesies (Novriyanti dkk, 2010)
Aktivitas Penghambatan Tingkat Aktivitas
Aspergillus niger EMP1 U2 yang diperoleh
dari saluran pencernaan ayam kampong Daya hambat > 75% Sangat Kuat
(Gallus domesticus Linn.) (Phikly, 2015) 50% < Daya hambat ≤ 75% Kuat
dalam koleksi laboratorium Mikrobiologi
25% < Daya hambat ≤ 50% Sedang
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Tanjungpura yaitu dengan 0 < Daya Hambat ≤ 25% Lemah
mengambil menggunakan jarum ose biakan 0 Tidak Aktif
jamur isolat anggota spesies Aspergillus
niger EMP1 U2 tersebut dan
Analisis Data
menanamkannya kembali pada petridisk
Data dianalisis dengan ANOVA
yang sudah dimasukkan media MEA secara
(Analysis of Variance) satu jalur
aseptik dengan metode tusuk.
menggunakan software SPSS. Apabila
terdapat beda nyata antar kelompok
Uji Aktivitas Antijamur Infusa Terhadap
perlakuan (P<0,05), maka dilakukan uji
Pertumbuhan Koloni Jamur
lanjut menggunakan uji Tukey.
Konsentrasi media untuk uji ini adalah
0% (kontrol); 5%; 10%; 15%; 20% dan
Hasil
25%(v/v) dalam 20mL media. Konsentrasi
Uji Fitokimia Infusa Kulit Buah Jeruk
5%(v/v) dibuat dengan cara mengambil 1 mL
Siam (Citrus nobilis)
cairan infusa 100% lalu selanjutnya ditambah
Berdasarkan hasil uji fitokimia, infusa
media MEA dan ditepatkan hingga 20 mL.
kulit buah jeruk siam positif mengandung
Campuran cairan tersebut dimasukkan ke
beberapa senyawa metabolit sekunder. Hasil

9
Ensamory et al./Jlabmed 1 (2): 6-13

uji senyawa metabolit sekunder kulit buah anggota spesies Aspergillus niger EMP1 U2.
jeruk siam dapat dilihat pada Tabel 1 yang Hal ini dapat dilihat dari persentase daya
memperlihatkan bahwa infusa kulit buah hambat infusa kulit buah jeruk siam terhadap
jeruk siam positif mengandung senyawa jamur isolat anggota spesies Aspergillus
flavonoid, fenol, steroid dan triterpenoid. niger EMP1 U2 yang diukur berdasarkan
hambatan terhadap diameter koloni yang
Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia Infusa Kulit Buah Jeruk terbentuk pada media MEA (Tabel 2)
Siam (Citrus nobilis)
Pemeriksaan Pereaksi Hasil Keterangan Tabel 3. Persentase daya hambat infusa kulit buah jeruk
Alkaloid Wagner - Tidak ada siam (Citrus nobilis) terhadap pertumbuhan
endapan jamur isolat anggota spesies Aspergillus niger
coklat EMP1 U2 hari ke-7 inkubasi
Flavonoid HCL + Berwarna Konsentrasi (%) Daya Hambat Tingkat
kuning (%) Aktivitas
kemerahan 0 0 ± 0a Tidak aktif
Fenol FeCL3 3% + Berwarna
biru 5 34,5 ± 10,8b Sedang
kehitaman 10 46,1 ± 11,4 bc
Sedang
Saponin Air - Tidak ada
buih 15 53,8 ± 2,1c Kuat
Steroid* / CH3COOH, +* Berwarna 20 66,6 ± 2,6 d
Kuat
Triterpenoid** H2SO4 kuning d
+** kehijauan 25 75,4 ± 6 Sangat Kuat
pada Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang
permukaan sama dalam satu jalur menunjukkan
Terdapat pengaruh yang sama atau tidak beda
endapan nyata antar kelompok (P>0,05)
berwarna
merah Hasil analisis ANOVA satu jalur infusa
Tanin FeCl3 1 % - Tidak ada kulit buah jeruk siam pada taraf konsentrasi
warna biru yang berbeda memberikan pengaruh yang
tua
Keterangan: tanda (+) menunjukkan infusa yang diuji berbeda nyata pada pertumbuhan jamur isolat
mengandung senyawa metabolit sekunder anggota spesies Aspergillus niger EMP1 U2.
dan tanda (-) menunjukkan infusa yang Tabel 3 memperlihatkan bahwa konsentrasi
diuji tidak mengandung senyawa 0% berbeda nyata dengan 5 konsentrasi
metabolit sekunder.
lainnya yaitu konsentrasi 5%, 10%, 15%,
20% dan 25%. Respon hambatan dengan
konsentrasi 5% dan 10% memiliki tingkat
aktivitas dengan kategori sedang, konsentrasi
15% dan 20% memiliki tingkat aktivitas
dengan kategori kuat, sedangkan pada
konsentrasi 25% memiliki tingkat aktivitas
dengan kategori sangat kuat.
Gambar 1. Hasil Uji Fitokimia Infusa kulit buah jeruk
Berdasarkan hasil penelitian terlihat
siam (Citrus nobilis). 1.Kontrol 2.Fenol bahwa setiap perlakuan infusa memberikan
3.Flavonoid 4.Alkaloid 5.Saponin tingkat aktivitas yang berbeda. Perbedaan
6.Steroid 7.Tanin 8.Titerpenoid diameter koloni jamur isolat anggota spesies
Aspergillus niger EMP1 U2 pada taraf
Hasil Uji Antijamur Infusa Kulit Buah konsentrasi yang berbeda dapat dilihat pada
Jeruk Siam (Citrus nobillis) Terhadap Gambar 1 yang memperlihatkan bahwa
Jamur Aspergillus niger EMP1 U2 semakin besar persentase konsentrasi infusa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kulit buah jeruk siam maka semakin kecil
infusa dari kulit buah jeruk siam memiliki diameter koloni pertumbuhan jamur isolat
aktivitas antijamur terhadap jamur isolat

10
Ensamory et al./Jlabmed 1 (2): 6-13

anggota spesies Aspergillus niger EMP1 U2 isolat anggota spesies Aspergillus niger
tersebut. EMP1 U2 yang ditandai dengan perbedaan
besar diameter pertumbuhan koloni pada
setiap perlakuan (Gambar 1). Setiap adanya
penambahan konsentrasi infusa
memperlihatkan adanya penambahan daya
hambat. Hal ini disebabkan semakin besar
konsentrasi infusa yang terdapat dalam
medium, maka jumlah infusa yang berdifusi
ke dalam sel jamur semakin meningkat
sehingga menyebabkan terganggunya
pertumbuhan jamur bahkan menyebabkan
kematian. Menurut Anggara dkk (2014),
Gambar 2. Pertumbuhan koloni jamur isolat anggota meningkatnya konsentrasi infusa
spesies Aspergillus niger EMP1 U2 dengan menyebabkan meningkatnya kandungan
taraf konsentrasi yang berbeda (0%, 5%, bahan aktif yang berfungsi sebagai antijamur
10%, 15%, 20%, 25%) pada uji aktivitas
infusa kulit buah jeruk siam (Citrus nobilis)
sehingga kemampuannya dalam menghambat
pada hari ke-7 inkubasi. pertumbuhan suatu jamur juga semakin
besar.
Diskusi Kemampuan daya hambat antijamur
Berdasarkan hasil uji fitokimia, infusa infusa kulit buah jeruk siam terhadap jamur
kulit buah jeruk siam positif mengandung isolat anggota spesies Aspergillus niger
senyawa metabolit sekunder berupa EMP1 U2 bila disesuaikan dengan ketentuan
flavonoid, fenol, steroid dan triterpenoid. tingkat aktivitas penghambat infusa menurut
Senyawa - senyawa inilah yang memberikan Novriyanti dkk (2010), maka infusa kulit
efek antifungi terhadap jamur isolat anggota buah jeruk siam konsentrasi 5% dan 10%
spesies Aspergillus niger EMP1 U2. Menurut tergolong sedang, konsentrasi 15% dan 20%
Vibrianthi (2011), senyawa fitokimia yang tergolong kuat dan konsentrasi 25%
memiliki kemampuan sebagai antijamur tergolong sangat kuat. Dengan demikian
adalah alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dapat dikatakan bahwa konsentrasi infusa
triterpenoid dan steroid. Berdasarkan kulit buah jeruk siam 15% sudah dapat
penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus
(2011), perasan kulit jeruk purut niger EMP1 U2.
mengandung berbagai senyawa seperti Martoredjo (1989) menyatakan bahwa
minyak atsiri, saponin, flavonoid, kumarin, konsentrasi suatu bahan yang berfungsi
dan steroid titerpenoid yang memberikan sebagai antimikroba merupakan salah satu
efek antifungi terhadap jamur Trichophyton faktor penentu besar kecilnya kemampuan
mentagrophytes. dalam menghambat pertumbuhan mikroba
Senyawa flavonoid yang terkandung yang diuji. Kerusakan yang ditimbulkan
dalam ekstrak termasuk golongan senyawa komponen antimikroba dapat bersifat
fenolik. Semakin tinggi kandungan fungisidal (membunuh jamur) dan fungistatik
flavonoid, dapat semakin merusak membran (menghentikan sementara pertumbuhan
sel fungi (Cowan, 1999). Senyawa fenol jamur). Suatu komponen akan bersifat
memiliki aktivitas antifungi dengan cara fungisidal atau fungistatik tergantung pada
menghambat perkembangan spora jamur sifat senyawa aktifnya, konsentrasi, dan
(Lutfiyanti dkk., 2012). media yang digunakan. Berdasarkan hasil,
Hasil dari uji aktivitas antijamur infusa infusa kulit buah jeruk siam memiliki sifat
kulit buah jeruk siam pada taraf konsentrasi fungisidal karena semakin tinggi konsentrasi
0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% menunjukkan infusa kulit buah jeruk siam semakin
adanya aktivitas antijamur tehadap jamur terhambat pula pertumbuhan jamur isolat

11
Ensamory et al./Jlabmed 1 (2): 6-13

anggota spesies Aspergillus niger EMP1 U2 terhadap Candida albicans’, Jurnal


tersebut. Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Pelczar dan Chan (1986) menyatakan Perikanan, vol.1, no.1, hal. 26 – 33
bahwa keefektifan suatu senyawa Margaret, LV & Brian, V, 1981, Secondary
antimikroba dipengaruhi beberapa faktor di Plant Metabolism, The Macmillan
antaranya adalah konsentrasi. Semakin tinggi Press, London
konsentrasi semakin meningkat pula daya Martoredjo, T, 1989, Pengantar Ilmu
antimikroba, sebab dengan konsentrasi tinggi Penyakit Tumbuhan Bagian dari
memungkinkan penyebaran zat-zat dalam Perlindungan Tanaman. Andi,
menghambat atau membunuh Offset, Yogyakarta
mikroorganisme semakin efektif. Novriyanti, E, Santosa, E, Syafii, W,
Turjaman, M, & Sitepu, IR., 2010,
Referensi ‘Antifungal Activity of Wood
Afriyeni, Y, Nasril, R, Periadnadi & Extract of Aquilaria crassna Pierre
Jumjunidang, 2013, ‘Jenis-Jenis ex Lecomte Agaimst Agarwood-
Jamur Pada Pembusukan Kakao Inducing Fungi, Fusarium Solani’,
(Theobroma cacao L.) di Sumatera Journal od Foresty Research, vol.7,
Barat’, Biologi Universitas Andalas, no.2, hal.155-165
vol.2, no.2, hal.124-129 Pelczar, MJ, Chan, ECS, 1986, Dasar-Dasar
Cowan, 1999, Plant Product as Mikrobiologi 1, UI-Press, Jakarta
Antimicrobial Agents Clinical Purnawati, Linda, R & Khotimah, S, 2015,
Microbiology, Reviews, Vol.12, ‘Studi Etnobotani Tumbuhan Obat
No.4 pada Masyarakat Dayak Salako Desa
Emilian, T, Kurnia, Utami, B, Diyani, LN, & Sebunga Sajingan Besar Kalimantan
Maulana, A, 2011, Konsep Herbal Barat’, Protobiont, vol. 4, no. 1, hal.
Indonesia, Pemastian Mutu Produk 236-241
Herbal, Fakultas Matematika dan Rahmawati, ES, 2011,’Efek Antifungi
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Perasan Kulit Jeruk Purut (Citrus
Indonesia, Depok Hystrix DC.) Terhadap Pertumbuhan
Khafidah, Z, Sinto, SD, & Iswara, A, 2015,’ Trichophyton mentagrophytes Secara
Efektifitas Infusa Kulit Jeruk Purut in vitro’, Skripsi, Fakultas
(Citrus hystrix DC.) Terhadap Kedokteran Universitas Sebelas
Pertumbuhan Candida albicans Maret, Surakarta
Penyebab Sariawan Secara in vitro’, Rai, IGA, 2006, Aktivitas Fungisida ekstrak
University Research Coloquium, daun saba (Piper majusculum
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Blume) terhadap jamur Fusarium
Kesehatan Universitas Muhamadiah, oxysporum f sp. vanillae, penyebab
Semarang penyakit Busuk Batang pada Panili,
Lailatul, L, Kadarohman, A, & Eko, R, 2010, Tesis, Program Magister Program
Efektivitas Biolarvasida Ekstrak Studi Bioteknologi Universitas
Etanol Limbah Penyulingan Minyak Udayana, Bali
Akar Wangi (Vetiveria zizanoidess) Samson, RA, Houbraken, U, Thrane, JC,
terhadap Larva Nyamuk Aedes Frisvad & Anderson, B, 2010, Food
aegypti, Culex sp., Anopheles and Indoor Fungi, Fungal
sundaicus, Jurnal Sains dan Biodiversity Centre Utrecht,
Teknologi Kimia, bandung, vol.1, Neterlands
no.1, hal.59-65 Selvyana, I, Suada, IK, & Susrama, IGK,
Lutfiyanti, R, Ma’ruf, W, & Dewi, E, 2012, 2012, ‘Uji aktivitas antimikroba
‘Aktivitas Antijamur Senyawa beberapa ekstrak bumbu dapur
Bioaktif Ekstrak Gelidium latifolium terhadap pertumbuhan jamur

12
Ensamory et al./Jlabmed 1 (2): 6-13

Curvularia lunata (Wakk.) boed. dan


Aspergillus flavus Link’, Jurnal
Agroekoteknologi Tropika, vol.1,
no.2
Siswandono & Soekardjo, 1995, Kimia
Medisinal, Airlangga University
Press, Surabaya, hal.544
Syamsuri, A, 2006, Ilmu Resep, EGC,
Jakarta

13

Anda mungkin juga menyukai