0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
54 tayangan2 halaman
Tinjauan ini membandingkan efektivitas dan risiko toksisitas obat aminofilin dan salbutamol dalam pengobatan eksaserbasi asma. Aminofilin adalah prodrug dari teofilin yang masih sering digunakan untuk pengobatan eksaserbasi asma di Indonesia meskipun memiliki risiko efek samping yang lebih tinggi dibandingkan dengan obat lain seperti kortikosteroid inhalasi dan agonist beta-2 jangka panjang. Penelitian ini menilai per
Tinjauan ini membandingkan efektivitas dan risiko toksisitas obat aminofilin dan salbutamol dalam pengobatan eksaserbasi asma. Aminofilin adalah prodrug dari teofilin yang masih sering digunakan untuk pengobatan eksaserbasi asma di Indonesia meskipun memiliki risiko efek samping yang lebih tinggi dibandingkan dengan obat lain seperti kortikosteroid inhalasi dan agonist beta-2 jangka panjang. Penelitian ini menilai per
Tinjauan ini membandingkan efektivitas dan risiko toksisitas obat aminofilin dan salbutamol dalam pengobatan eksaserbasi asma. Aminofilin adalah prodrug dari teofilin yang masih sering digunakan untuk pengobatan eksaserbasi asma di Indonesia meskipun memiliki risiko efek samping yang lebih tinggi dibandingkan dengan obat lain seperti kortikosteroid inhalasi dan agonist beta-2 jangka panjang. Penelitian ini menilai per
Judul : Pebandingan Perbaikan penggunaan aminofilin dan salbutamol
pada Eksaserbasi Asma serta Efektifitas dan Risiko Toksisitas Aminofilin
Penulis : Amelia Lorensia, dkk. Zullies Ikawati,dkk
Tahun : 2018, 2018
Reviewer : Gustian Arafa
TINJAUAN KRISIS JURNAL
Asma merupakan penyakit heterogen yang ditandai dengan adanya
peradangan saluran pernafasan kronis dengan riwayat gejala seperti mengi, napas pendek, sesak dada dan batuk yang disertai dengan ekspirasi napas yang terbatas. Sala satu golongan obat asma yang masih sering digunakan di Indonesia yaitu teofilin, dan yang paling umum digunakan dalam penanganan eksaserbasi asma adalah aminofilin yang merupakan turunan teofilin.
Aminofilin merupakan prodrug dari teofilin dan mempunyai
bioavailabilitas di dalam darah yang sama dengan sediaan teofilin. Aminofilin/teofilin termasuk golongan obat metilxantin yang termasuk dalam obat aksaserbasi dan merupakan obat bronkodilator yang lemah. Aminofilin termasuk sebagai sala satu obat pilihan dalam terapi eksaserbasi asama di DOEN (Daftar Obat Essensial Nasional). Yang berarti aminofilin merupakan sala satu terapi yang disrekomendasikan pada saat aksaserbasi asma di Indonesia.
Aminofilin/teofilin merupakan bronkodilator yang poten dengan aksi
antiinflamasi yang ringan. Sehingga dapat digunakan untuk pengobatan serangan asma. Aminofilin merupakan obat dengan rentang terapi sempit, yang memiliki risiko tinggi terhadap kejadian ADR (Adverse Drug Reaction) atau reaksi obat yang tidak dikehendaki pada dosis normal, sehingga seringkali obat dengan rentang terapi sempit akan memerlukan pemantauan khusus agar dapat mengoptimalkan keamanan dan efektifitas.
Rute pemberian aminofilin berupa sediaan intravena aminofilin dengan
pertimbangan waktu kerja obat yang cepat dibandingkan oral, dan diindikasikan untuk kondisi serangan asma yang termasuk dalam kondisi darurat. Namun, prnggunaan aminofilin/teofilin untuk terapi asma di luar negeri sudah jarang ditemui karena gejala toksisitas yang sering muncul, serta efikasinya menurun dibandingkan dengan ICSS (Inhaled Corticosteroids) dan inhalasi beta-2 agonis aksi panjang, sehingga penggunaannya diluar negeri sudah ditinggalkan.
Efektifitas terapi aksaserbasi asma dapat melihat perbaikan fungsi paru
dapat dilakukan dengan alat seperti spirometri dan Peak Flow Meter. Pengukuran nilai PEF (Peak Expiratory Flow) dengan Peak Flow Meter lebih mudah dilakukan dari pada spirometri, karena Peak Flow Meter merupakan suatu alat yang sederhana ringkas, mudah dibawa, harga lebih terjangkau dari pada spirometer, serta mudah penggunaannya, dapat dipakai untuk memeriksa PEF untuk memantau pengobatan dan mengetahui jika terjadi pemburukan asma atau eksaserbasi asma.