DOSEN PENGAMPU :
kekurangan
1. stabilitas
2. pemeliharan stabilitas
3. ketidakseragaman dosis
4. sulit dalam pembuatan
5. sulit dalam formulasi
Penggolongan
Suspensi injeksi dalam air
Suspensi injeksi dalam minyak
1. kelarutan obat
2. kelarutan lemak dan koefisien partisi minyak-air pada obat
3. pKa pada obat
4. tingakat laju disolusi
5. ukuran partikel obat dalm suspensi parenteral
6. kompatibilitas
Metode
Sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan secara
perenteral, suntikan dengan cara menembus, atau merobek jaringan kedalam
atau melalui kulit atau selaput lendir.
Emulsi adalah campuran partikel yang saling tak campur dimana terdapat fase
terdispersi dan pendispersi.
Hal-hal yang harus diperhatikan
1. Harus stabil pada autoklaf, karena suhu meningkat dapat menyebabkan
pecahnya emulsi sehingga harus memilih emulgator yang stabil contohnya
gelatin, dekstran, metilselulosa dan lesitin
2. Ketidakstabilan emulsi sering terjadi dalam fase dalam/terdispersi pada saat
pendiaman cenderung akan membentuk agregat daripada membentuk droplet
kemudian agregat naik ke permukaan atau turun ke dasar emulsi sehingga
membentuk lapisan yang berbeda pada permukaan dasar
3. Kesulitan dalam sterilisasi pemanasan dapat menyebabkan pecahnya emulsi
dan bergabungnya bahan aktif dengan fase luar
5. Ukuran partikel emulsi dapat berubah sehingga menyebabkan pecahnya
emulsi sehingga menyebabkan emboli
6. Dekstrosa tidak disarankan karena dapat berinteraksi dengan fosfolipid
menghasilkan warna coklat pada proses sterilisasi menggunakan autoklaf dan
selama penyimpanan
7. Ukuran partikel tidak boleh lebih dari ukuran eritrosit (12 µm)
8. Tidak ada penambahan pengawet karena diberikan pada dosis tunggal
Komponen injectable emulsion
Lipid (fase minyak)
Fase minyak yang paling banyak digunakan adalah minyak ikan, minyak kacang,
minyak zaitun, minyak kapas dan minyak kedelai
Emulsifiers
Natural lecithin, PEG-PE
Sediaan memerlukan emulgator spesifik yang tidak boleh toksik
- Lesitin
- Polisorbat 80
- Serum albumin
ex: vitamin K Lesitin (emulgator)
Lebih sering digunakan untuk lepas lambat zat aktif
Fase air
Sorbitol atau xylitol
Penyesuaian Ph
Antioksidan
α tokoferol, asam askorbat
Antimikroba
Natrium benzoat dan benzil alkohol
1. Evaluasi Fisika
• Penetapan pH . (FI ed. IV, hal 1039-1040)
• Bahan Partikulat dalam Injeksi <751> ( FI> ed IV, hal. 981-984)
• Penetapan Volume Injeksi Dlam Wadah <1131> (FI ed. IV Hal. 1044)
• Uji Keseragaman Bobot dan Keseragaman Volume (FI ed III hal. 19)
• Uji Kejernihan Larutan (FI ED. IV, hal 998)
• Uji Kebocoran (Dry Bath Test dan Double Vacuum Pull)
2. Evaluasi Biologi
• Uji Sterilitas <71> (FI ed. IV, HAL 855-863)
3. Evaluasi Kimia
• Uji Identifikasi (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing)
• Penetapan Kadar (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing)
Uji Sterilitas
• Sterilisasi dalam formulasi dapat dilakukan dengan Terminal Heat Sterilization
atau dengan Aseptic Filtration. Terminal Heat Sterilization umumnya
menghasilkan sterilitas lebih besar pada produk akhir. Jika komponen emulsi
tidak tahan panas maka digunakan Aseptic Filtration. Sterilisasi dengan filtrasi
dapat dilakukan untuk emulsi dengan ukuran droplet dibawah 200 nm
• Uji sterilitas juga dapat dilakukan menggunakan otoklaf pada suhu 115°C
selama 30 menit
Terima kasih
Wassalamu’alaikum Wr.Wb