Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MONITORING PENGGUNAAN

OBAT BERDASARKAN OBAT

Disusun Oleh :
Annisa Fitriyah (1848401)
Devita Sari (1848401)
Maulidiya Yunita (1848401)
Shela Pratiwi (184840131)
Silvia Puspitasari (184840132)
Syifa Adhiyaksa (184840136)
Venny Nur Oktaviani (184840139)

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


POLTEKKES KEMENKES RI PANGKALPINANG
TAHUN 2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................1
1.1.Latar belakang .....................................................................................................................1
1.2.Tujuan .................................................................................................................................1
1.3.Manfaat ...............................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................................2
2.1.Definisi Resep .....................................................................................................................2
2.2.Pelayanan Resep .................................................................................................................2
2.3.Pengkajian Administratif ....................................................................................................4
2.4.Pengkajian Farmasetis ........................................................................................................5
2.5.Pengkajian Farmasi Klinis ..................................................................................................6
2.6.Dokumentasi Farmasi Penderita .........................................................................................7
BAB III PENUTUP ........................................................................................................................8
3.1.Kesimpulan .........................................................................................................................8
3.2.Saran ...................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 11
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatnya
atas segala berkah dan kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
dengan judul “Monitoring Penggunaan Obat Berdasrkan Resep” mata kuliah Asuhan
Kefarmasian ini dengan tepat waktu.
Pada kesempatan ini kami juga ingin berterima kasih kepada dosen yang telah
membimbing kami dalam pengerjaan makalah ini. Kami menyadari masih banyak
kekurangan yang terdapat dalam penulisan dan penyajian materi pada makalah yang
sederhana ini. Untuk itu kami menerima saran dan kritik dari pembaca. Tiada hal yang kami
harapkan selain makalah ini dapat diterima dengan baik dan bermanfaat bagi penulis dan
pembaca.

Pangkalpinang, 20 Januari 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke
pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan
pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai
komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien (Anonim, 2004).
Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan
interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah
melaksanakan perubahan informasi, monitoring penggunaan obat dan mengetahui
tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik (Anonim, 2004).
Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan
pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan. Medication Error adalah
kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan
tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah. Oleh sebab itu, apoteker dalam
menjalankan praktik harus sesuai standar yang ada untuk menghindari terjadinya hal
tersebut. Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya
dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional (Anonim,
2004).

1.2.Tujuan
Berikut tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk dapat mengetahui
monitoring penggunaan obat berdasarkan resep

1.3.Manfaat
Dapat meminimalisirkan kesalahan pada saat proses pengambilan obat dan
penyerahan obat kepada pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewankepada
apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan
perundangan yang berlaku. (Kep.Menkes, No. 1027 tahun 2004). Pasal 15 ayat 1
Permenkes No. 922 tahun 1993 “Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan
dokter hewan”. Permenkes No. 26 tahun 1981 pasal 10 menyebutkan “resep harus
ditulis dengan jelas dan lengkap” selain itu dalam Kepmenkes No. 280 tahun 1981;
Pasal 2, Resep harus memuat:
1. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter
hewan
2. Tanggal penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi obat
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
4. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan peraturan
5. perundang-undangan yang berlaku
6. Jenis hewan dan nama serta alamt pemiliknya untuk resep dokter
hewan
7. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
8. jumlahnya melebihi dosis maksimal
2.2.Pelayanan Resep
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004, Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek,
Standar pelayanan resep di apotik adalah sebagai berikut.
a. Skrining resep
Apoteker melakukan skrining resep meliputi :
1) Persyaratan administratif :
a) Nama,SIP dan alamat dokter.
b) Tanggal penulisan resep
c) Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
d) Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.
e) Nama obat , potensi, dosis, jumlah yang minta
f) Cara pemakaian yang jelas.
g) Informasi lainnya.
2) Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
3) Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada
keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter
penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif
seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah
pemberitahuan.
b. Penyiapan obat
1) Peracikan
Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,
mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam
melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap
dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan
etiket yang benar.
2) Etiket
Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
3) Kemasan obat yang diserahkan
Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang
cocok sehingga terjaga kualitasnya.
4) Penyerahan Obat
Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan
pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep.
Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian
informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan.
5) Informasi Obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan
mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini
Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara
pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,
aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama
terapi.
6) Konseling
Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan
farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga
dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan
terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah
sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk
penderita penyakit tertentu seperti cardiovascular, diabetes, TBC,
asthma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan
konseling secara berkelanjutan.
7) Monitoring Penggunaan Obat
Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus
melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk
pasien tertentu seperti cardiovascular, diabetes , TBC, asthma, dan
penyakit kronis lainnya.

2.3.Pengkajian Administratif
Setelah melakukan pengkajian administratif, diketahui bahwa resep sudah
melengkapi nama pasien, nama dan paraf dokter, ruangan/ poli dan stempel, dan
persyaratan resep sesuai pasien. Sedangkan beberapa hal yang belum dilengkapi
antara lain adalah berat badan pasien, umur pasien, alamat pasien dan tanggal resep.
Nama pasien dan alamat pasien penting untuk mencegah terjadinya kesalahan
dalam pemberian obat. Berat badan dan umur pasien penting untuk menentukan dosis
obat untuk pasien tersebut (untuk obat-obat khusus). Umur dan jenis kelamin
diperlukan untuk pertanyaan lebih lanjut terkait kondisi khusus yang mungkin ada
pada pasien. Selain itu, alamat pasien akan sangat diperlukan pada pasien yang
mendapat obat dengan efek adiksi.
Tanggal resep diperlukan untuk mengetahui aktualitas dari resep. Stempel
ruangan/ poli dan nama dari dokter penting ditulis pada resep adalah untuk keperluan
konfirmasi ulang jika ada instruksi yang tidak jelas atau instruksi yang dirasa perlu
untuk dikomnikasikan kembali kepada dokter. Persyaratan resep askep diperlukan
untuk pengajuan claim.

2.4.Pengkajian Farmasetis
Setelah melakukan pengkajian farmasetis, diketahui bahwa resep sudah
melengkapi nama obat, kekuatan obat (khusus untuk candesartan), jumlah obat dan
signa/ aturan pakai. Sedangkan beberapa hal yang belum dilengkapi antara lain adalah
bentuk sediaan, kekuatan obat (untuk sohobion, asam folat dan calos). Sementara
untuk kajian mengenai stabilitas obat, ketersediaan obat dan aturan atau cara
dispensing akan dikaji tersendiri diluar resep.
Nama, bentuk dan jumlah perlu dituliskan dengan jelas pada resep untuk
menghindari adanya kerancuan ketika petugas UPF mengambil obat. Kekuatan obat
penting karena beberapa obat tersedia dalam berbagai kekuatan. Bentuk sediaan
sering tidak dituliskan, misalnya tablet, kapsul atau sirup. Pada saat pengambilan
obat, biasanya hanya berdasarkan signa dan bentuk sediaan yang tersedia di UPF.
Misalnya untuk sediaan sirup biasanya memakai signa c atau cth. Jika sediaan tablet
atau kapsul memakai signa tb.
Stabilitas obat penting untuk menentukan kondisi penyimpanan yang baik
untuk obat tersebut sehingga pasien mendapatkan efek terapi yang diinginkan.
Ketersediaan obat adalah ada atau tidaknya stok obat di UPF. Pada umumnya, obat
yang dituliskan pada resep sudah tersedia di apotik. Jika obat tidak ada, maka
pengambil obat akan otomatis mengganti obat dengan merek lain yang memiliki
komposisi sama. Penggantian ini berdasarkan daftar obat pada DPHO. Atauran atau
cara dispensing hanya perlu dikaji pada resep-resep yang diracik.

2.5.Pengkajian Farmasi Klinik


Setelah melakukan pengkajian klinik, terlihat bahwa obat yang ditulis di resep
sudah sesuai dengan formularium askes atau yang lebih dikenal dengan DPHO. Demi
melengkapi kajian farmasi klinik ini, pasien perlu ditanyakan tentang riwayat alergi
pada saat penyerahan obat. Selain itu, pada saat penyerahan obat juga perlu
disampaikan mengenai beberapa hal penting seperti efek aditif yang dimiliki obat
(jika ada) dan ESO yang serig terjadi dan perlu diwaspadai oleh pasien (jika ada).

2.6.Dokumen Farmasi Penderita


Mekanisme kerja dari calos adalah mengikat fosfat pada makanan.
Berdasarkan mekanisme kerja tersebut, maka calos seharusnya diminum tiga puluh
menit sebelum makan agar dapat berinteraksi dengan makanan dan dapat mengikat
fosfat dari makanan tersebut. Rekomendasi yang diberikan pada dokter adalah agar
selalu menuliskan signa 30 menit sebelum makan untuk pemberian calos dengan
indikasi mengurangi asupan fosfat pada pasien. Selain itu berikan perintah dikunyah.
Sebagai tindak lanjut sebelum sempat mengkomunikasikan hal ini kepada dokter,
maka apoteker dapat memberikan informasi kepada pasien pada saat penyerahan obat.
Beberapa hal yang menjadi kesalahan dalam penulisan resep antara lain adalah
tidak menuliskan berat badan pasien, umur pasien, alamat pasien, tanggal resep,
bentuk sediaan dan kekuatan obat (untuk sohobion, asam folat dan calos). Hal tersebut
menjadi sangat penting demi melengkapi kajian terhadap administrasi dan farmasetis
obat, yang pada akhirnya dapat memberikan efek terapi yang diinginkan untuk pasien.
Rekomendasi yang diberikan adalah menuliskan seluruh aspek tersebut dengan
lengkap. Sebagai tindak lanjut, apoteker dapat melakukan komunikasi kepada dokter
dan menyampaikan tujuan penting dari melengkapi resep.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewankepada
apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan
perundangan yang berlaku. (Kep.Menkes, No. 1027 tahun 2004). Pasal 15 ayat 1
Permenkes No. 922 tahun 1993 “Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan
dokter hewan”. Permenkes No. 26 tahun 1981 pasal 10 menyebutkan “resep harus
ditulis dengan jelas dan lengkap” selain itu dalam Kepmenkes No. 280 tahun 1981;
Pasal 2, Resep harus memuat:
1. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter
hewan
2. Tanggal penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi obat
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
4. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan peraturan
5. perundang-undangan yang berlaku
6. Jenis hewan dan nama serta alamt pemiliknya untuk resep dokter
hewan
7. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
8. jumlahnya melebihi dosis maksimal

Standar pelayanan resep di apotik adalah sebagai berikut.


a. Skrining resep
Apoteker melakukan skrining resep meliputi :
1) Persyaratan administratif :
a. Nama,SIP dan alamat dokter.
b. Tanggal penulisan resep
c. Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
d. Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.
e. Nama obat , potensi, dosis, jumlah yang minta
f. Cara pemakaian yang jelas.
g. Informasi lainnya.
2) Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
3) Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis,
durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya
dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan
pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan
setelah pemberitahuan.
b. Penyiapan obat
1) Peracikan
2) Etiket
3) Kemasan obat yang diserahkan
4) Penyerahan Obat
5) Informasi Obat
6) Konseling
7) Monitoring Penggunaan Obat
c. Pengkajian Administratif
Setelah melakukan pengkajian administratif, diketahui bahwa resep sudah
melengkapi nama pasien, nama dan paraf dokter, ruangan/ poli dan stempel, dan
persyaratan resep sesuai pasien. Sedangkan beberapa hal yang belum dilengkapi
antara lain adalah berat badan pasien, umur pasien, alamat pasien dan tanggal resep.
d. Pengkajian Farmasetis
Setelah melakukan pengkajian farmasetis, diketahui bahwa resep sudah
melengkapi nama obat, kekuatan obat (khusus untuk candesartan), jumlah obat dan
signa/ aturan pakai. Sedangkan beberapa hal yang belum dilengkapi antara lain adalah
bentuk sediaan, kekuatan obat (untuk sohobion, asam folat dan calos). Sementara
untuk kajian mengenai stabilitas obat, ketersediaan obat dan aturan atau cara
dispensing akan dikaji tersendiri diluar resep.
e. Pengkajian Farmasi Klinik
Setelah melakukan pengkajian klinik, terlihat bahwa obat yang ditulis di resep
sudah sesuai dengan formularium askes atau yang lebih dikenal dengan DPHO. Demi
melengkapi kajian farmasi klinik ini, pasien perlu ditanyakan tentang riwayat alergi
pada saat penyerahan obat. Selain itu, pada saat penyerahan obat juga perlu
disampaikan mengenai beberapa hal penting seperti efek aditif yang dimiliki obat
(jika ada) dan ESO yang serig terjadi dan perlu diwaspadai oleh pasien (jika ada).
3.2.Saran
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan, 2006, Pedoman Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 9 24/MENKES/PER/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib
Apotek no. 2.
Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan R I, Jakarta.
Purwanti, Angki., Harianto., Sudibjo, Supardi, 2004, Gambaran Pelaksanaan Standar
Pelayanan Farmasi di Apotek DKI Jakarta Tahun 2003, Majalah Ilmu Kefarmasian,
Vol. I, No.2, Jakarta.
Syamsuni, H. A., 2006, Ilmu Resep, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai