Anda di halaman 1dari 2

Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) adalah salah satu tanaman obat kita

yang sudah secara tradisional dikenal sebagai obat asli Indonesia. Habitat asalnya

di tanah Papua. Mahkota dewa termasuk dalam anggota famili Thymelaceae, yang

secara tradisional digunakan masyarakat lndonesia sebagai obat kanker (Syariefa,

2001). Tanaman ini mempunyai buah berwarna merah, merupakan buah

berbahaya jika dikonsumsi dalam keadaan mentah atau segar, bila dikonsumsi

secara langsung dapat menyebabkan bengkak dan sariawan pada mulut. Bisa juga

menyebabkan keracunan hingga pingsan, namun jika konsumsi dilakukan setelah

buah diolah secara benar dan sesuai dosis anjuran, justru berkhasiat obat

(Rahmawaty, 2003). Ramuan Mahkota dewa diyakini dan telah terbukti secara

turun temurun dapat menyembuhkan beberapa penyakit seperti kanker, tumor,

diabetes mellitus, hepatitis, jantung, asam urat, penyakit kulit, dan gangguan

ginjal (Winarto, 2003).

TInjau

Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) bisa ditemukan

di pekarangan sebagai tanaman hias atau di kebun-kebun sebagai tanaman

peneduh. Asal tanaman mahkota dewa masih belum diketahui. Menilik nama

botaninya Phaleria papuana, banyak orang yang memperkirakan tanaman ini

populasi aslinya dari tanah Papua, Irian Jaya. Di sana memang bisa ditemukan

tanaman ini. Pada Gambar 1 berikut ini adalah pohon mahkota dewa.
Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat ini sudah lama dimiliki oleh

nenek moyang kita dan hingga saat ini telah banyak yang terbukti secara ilmiah.

Dan Pemanfaatan tanaman obat Indonesia akan terus meningkat mengingat

kuatnya keterkaitan bangsa Indonesia terhadap tradisi kebudayaan memakai jamu.

Bagian-bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat yang disebut

simplisia. Istilah simplisia dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam yang

masih berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk

(Gunawan, 2010).

Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang

digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali

dinyatakan lain suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 600

C (Ditjen POM,

2008).

Simplisia merupakan bahan awal pembuatan sediaan herbal. Mutu sediaan

herbal sangat dipengaruhi oleh mutu simplisia yang digunakan. Oleh karena itu,

sumber simplisia, cara pengolahan, dan penyimpanan harus dapat dilakukan

dengan cara yang baik. Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai

bahan sediaan herbal yang belum mengalami pengolahan apapun dan kecuali

dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang telah dikeringkan (Ditjen POM,

2005)

Anda mungkin juga menyukai