Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gigi tiruan jembatan adalah gigi tiruan yang mengganti satu atau lebih
gigi yang hilang, dan dilekatkan ke satu atau lebih gigi asli atau akar gigi yang
  bertin
bertindak
dak sebaga
sebagaii penyan
penyangga
gga.. Jembat
Jembatan
an dapat
dapat terlep
terlepas
as setelah
setelah dipasan
dipasangka
gkan
n
 beberapa
 beberapa lama di dalam rongga
rongga mulut. Terlepasny
Terlepasnyaa jembatan dapat disebabkan
disebabkan
karena perubahan bentuk retainer, gigi penyangga yang goyah, terlarutnya semen,
kesalahan
kesalahan dalam pemilihan
pemilihan retainer,
retainer, karies,
karies, dan bentuk preparasi
preparasi yang kurang
memberikan retensi bagi retainer.
Preparasi
Preparasi gigi penyangga
penyangga merupakan
merupakan tindakan yang penting dalam
 perawatan gigi tiruan jembatan. Preparasi bertujuan
bertujuan untuk menghilangkan daerah
gerong, memberikan tempat bagi bahan retainer atau mahkota, memungkinkan
  pembe
pembentu
ntukan
kan retaine
retainerr atau mahkot
mahkotaa sesuai
sesuai dengan
dengan bentuk
bentuk anatom
anatomii gigi
gigi yang
yang
dipreparasi
dipreparasi,, membangun
membangun bentuk
bentuk retensi
retensi dan menghilang
menghilangkan
kan jaringan-jarin
jaringan-jaringan
gan
yang lapuk
lapuk oleh karies. Prinsip
Prinsip preparasi
preparasi gigi penyangga
penyangga adalah mendapatkan
mendapatkan
  bentuk akhir yang menjamin retensi yang sebesar-besarnya
sebesar-besarnya bagi retainer. Untuk 
menc
mencap
apai
ai hal
hal ters
terseb
ebut
ut dibu
dibuat
at dasa
dasar-
r-da
dasa
sarr bent
bentuk
uk reten
retensi
si prep
prepar
aras
asii yait
yaitu
u
kemiringan
kemiringan dinding-d
dinding-dindin
inding
g aksial,
aksial, bentuk
bentuk peparasi
peparasi mengikuti
mengikuti bentuk
bentuk anatomi
anatomi
gigi, dan pengambilan jaringan gigi yang cukup untuk memberi ketebalan pada
  bahan
bahan retainer.
retainer. Disamp
Disamping
ing dasar-da
dasar-dasar
sar bentuk
bentuk retens
retensi,
i, ada faktor
faktor lain yang
mempen
mempengar
garuhi
uhi retensi
retensi prepar
preparasi
asi,, sepert
sepertii bentuk
bentuk dan ukuran
ukuran gigi,
gigi, luas
luas bidang
bidang
 permukaan preparasi, dan kekasaran permukaan preparasi.

1.2. Rumusan Ma
Masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan, maka timbullah
  pertanyaan yang perlu dijawab dalam tulisan ini. Ada beberapa masalah yang
dapat dirumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud
dimaksud dengan
dengan gigi
gigi tiruan jembatan?
jembatan?
2. Apa tujua
tujuan
n pemaka
pemakaian
ian gigi
gigi tirua
tiruan
n jembatan
jembatan??

1
3. Apa saja
saja indikasi
indikasi dan kontrai
kontraindik
ndikasi
asi gigi
gigi tiruan
tiruan jembatan
jembatan??
4. Apa saja komponen-
komponen-komp
komponen
onen gigi tiruan jembatan?
jembatan?
5. Apa saja keuntungan dan kerugian pemakaian gigi tiruan jembatan?

6. Apa saja hal-ha


hal-hall yang
yang harus diperh
diperhati
atikan
kan dalam
dalam pembuata
pembuatan
n gigi tiruan
tiruan
 jembatan?
7. Bagaimana
Bagaimana tahap-ta
tahap-tahap
hap preparasi
preparasi gigi tiruan jembatan?
jembatan?
8. Apa saja
saja macam
macam-ma
-macam
cam gigi
gigi tirua
tiruan
n jembat
jembatan?
an?
9. Apa
Apa saja
saja bent
bentuk
uk kega
kegaga
gala
lan
n dari
dari gigi
gigi tiru
tiruan
an jemb
jembata
atan
n dan
dan cara
cara
mengatasinya?

1.1. Tujuan
Secara
Secara terper
terperinc
inci,
i, tujuan
tujuan dari
dari pembua
pembuatan
tan makalah
makalah ini adalah
adalah sebaga
sebagaii
 berikut.
1. Menget
Mengetahu
ahuii definis
definisii dari gigi
gigi tiruan
tiruan jembat
jembatan.
an.
2. Mengetahui
Mengetahui tujuan
tujuan pemakai
pemakaian
an gigi
gigi tiruan
tiruan jembatan.
jembatan.
3. Mengetahui
Mengetahui indika
indikasi
si dan kontrai
kontraindik
ndikasi
asi dari
dari gigi tiruan
tiruan jembatan.
jembatan.
4. Mengetahui komponen-komponen gigi tiruan jembatan.

5. Mengetahui
Mengetahui keuntungan
keuntungan dan kerugian dari pemakaian gigi tiruan
 jembatan.
6. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan gigi

tiruan jembatan.
7. Mengetahui tahap-tahap preparasi dari gigi tiruan jembatan.

8. Mengetahui macam-macam gigi tiruan jembatan.

9. Mengetahui
Mengetahui bentuk-bentuk
bentuk-bentuk kegagalan dari pemakaian
pemakaian gigi tiruan
 jembatan dan cara mengatasinya.

BAB II

PEMBAHASAN

2
3. Apa saja
saja indikasi
indikasi dan kontrai
kontraindik
ndikasi
asi gigi
gigi tiruan
tiruan jembatan
jembatan??
4. Apa saja komponen-
komponen-komp
komponen
onen gigi tiruan jembatan?
jembatan?
5. Apa saja keuntungan dan kerugian pemakaian gigi tiruan jembatan?

6. Apa saja hal-ha


hal-hall yang
yang harus diperh
diperhati
atikan
kan dalam
dalam pembuata
pembuatan
n gigi tiruan
tiruan
 jembatan?
7. Bagaimana
Bagaimana tahap-ta
tahap-tahap
hap preparasi
preparasi gigi tiruan jembatan?
jembatan?
8. Apa saja
saja macam
macam-ma
-macam
cam gigi
gigi tirua
tiruan
n jembat
jembatan?
an?
9. Apa
Apa saja
saja bent
bentuk
uk kega
kegaga
gala
lan
n dari
dari gigi
gigi tiru
tiruan
an jemb
jembata
atan
n dan
dan cara
cara
mengatasinya?

1.1. Tujuan
Secara
Secara terper
terperinc
inci,
i, tujuan
tujuan dari
dari pembua
pembuatan
tan makalah
makalah ini adalah
adalah sebaga
sebagaii
 berikut.
1. Menget
Mengetahu
ahuii definis
definisii dari gigi
gigi tiruan
tiruan jembat
jembatan.
an.
2. Mengetahui
Mengetahui tujuan
tujuan pemakai
pemakaian
an gigi
gigi tiruan
tiruan jembatan.
jembatan.
3. Mengetahui
Mengetahui indika
indikasi
si dan kontrai
kontraindik
ndikasi
asi dari
dari gigi tiruan
tiruan jembatan.
jembatan.
4. Mengetahui komponen-komponen gigi tiruan jembatan.

5. Mengetahui
Mengetahui keuntungan
keuntungan dan kerugian dari pemakaian gigi tiruan
 jembatan.
6. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan gigi

tiruan jembatan.
7. Mengetahui tahap-tahap preparasi dari gigi tiruan jembatan.

8. Mengetahui macam-macam gigi tiruan jembatan.

9. Mengetahui
Mengetahui bentuk-bentuk
bentuk-bentuk kegagalan dari pemakaian
pemakaian gigi tiruan
 jembatan dan cara mengatasinya.

BAB II

PEMBAHASAN

2
2.1. Definisi

Gigi tiruan jembatan adalah gigi tiruan yang menggantikan kehilangan


satu atau lebih gigi-geligi asli yang dilekatkan secara permanen dengan semen
serta didukung sepenuhnya oleh satu atau beberapa gigi, akar gigi atau implan
yang telah dipersiapkan.1

2.2. Tujuan Pemakaian

Kegunaan pemakaian gigi tiruan jembatan antara lain:2


a.Memperbaiki penampilan
Pada pasien dengan kehilangan gigi, terutama gigi anterior, tentu
saja penampuilan haru diperhatikan.
 b.Kemampuan mengunyah
Banyak pasien tidak bisa makan dengan baik karena banyaknya gigi
yang hilang.
c.Stabilitas Oklusal
Stabil
Stabilitas
itas oklusa
oklusall dapat
dapat hilang
hilang karena
karena adanya
adanya gigi
gigi yang
yang hilang
hilang..
Kehilangan
Kehilangan gigi dapat menyebabk
menyebabkan
an gigi
gigi disekit
disekitarnya
arnya ekstrusi,
ekstrusi, migras
migrasii
dan merusak stabilitas oklusi pasien.
d.Memperbaiki pengucapan
Kehi
Kehila
lang
ngan
an gigi
gigi insi
insisi
sivu
vuss atas
atas dapa
dapatt meng
mengan
angg
ggu
u peng
penguc
ucap
apan
an
seseorang.
e.Sebagai splinting periodontal
Kehilangan gigi dapat menyebabkan gigi tetangganya goyang, jadi
gigi tiruan jembatan dapat berfungsi juga sebagai splinting.

f.. Membuat pasien merasa sempurna

Pasien
Pasien percay
percayaa jika
jika penggu
penggunaa
naan
n gigi
gigi tiruan
tiruan dapat
dapat member
memberika
ikan
n
  banyak keuntungan terhadap kesehatannya secara umum.

3
2.3. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi pembuatan gigi tiruan jembatan adalah sebagai berikut.
1. Kehilangan satu atau lebih gigi geligi asli
2. Gigitan dalam (deep bite )

3. Gigi penyangga memerlukan restorasi


4. Diastema abnormal, besarnya ruangan protesa kurang dari normal
5. Gigi penyangga memerlukan penanggulangan berupa stabilisasi atau splint
6. Terdapat diastema pasca perawatan.

Kontraindikasi untuk embuatan gigi tiruan jembatan adalah:


 – OH yg tdk terpelihara
 – Physical handicap
 – Indeks karies yg tinggi
 – Cross-bite, malposisi, progeni
 – Migrasi atau ekstrusi yg parah

2.4. Komponen-komponen Gigi Tiruan

Gigi tiruan jembatan terdiri dari dari beberapa komponen, yakni sebagai
 berikut.
1. Retainer  
2. Konektor  
3. Pontik  
4. Penyangga (abutment )

Gambar 1. Komponen-komponen Gigi Tiruan.

4
Gambar 2. Gigi Tiruan Jembatan (Bridge).

1. Retainer
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yg menghubungkan gigi tiruan
tersebut dengan gigi penyangga. Fungsinya :
a. Memegang/menahan (to retain) supaya gigi tiruan tetap stabil di
tempatnya.
b. Menyalurkan beban kunyah (dari gigi yang diganti) ke gigi penyangga.

Macam-macam retainer:
a. Extra Coronal Retainer 
Yaitu retainer yang meliputi bagian luar mahkota gigi, dapat berupa:
1) Full Veneer Crown Retainer 
➢ Indikasi:
• Tekanan kunyah normal/besar 
• Gigi-gigi penyangga yang pendek 
•  Intermediate abutment pasca perawatan periodontal
• Untuk gigi tiruan jembatan yang pendek maupun panjang
➢ Keuntungan
• Indikasi luas
• Memberikan retensi dan resistensi yg terbaik 
• Memberikan efek splinting yg terbaik 
➢ Kerugian:
 Jaringan gigi yg diasah lebih banyak 
 Estetis kurang optimal (terutama bila terbuat dari all metal)

5
Gambar 3. Extra Coronal Retainer 

1) Partial Veneer Crown Retainer 


➢ Indikasi :
• Gigi tiruan jembatan yang pendek 
• Tekanan kunyah ringan/normal
• Bentuk dan besar gigi penyangga harus normal
• Salah satu gigi penyangga miring

Gambar 4. Partial Veneer Crown Retainer 

➢ Keuntungan
• Pengambilan jaringan gigi lebih sedikit
• Estetis lebih baik daripada FVC retainer 
➢ Kerugian:
• Indikasi terbatas
• Kesejajaran preparasi antar gigi penyangga sulit
• Kemampuan dalam hal retensi dan resistensi kurang

6
• Pembuatannya sulit (dlm hal ketepatan).

a. Intra Coronal Retainer 


Yaitu retainer yang meliputi bagian dalam mahkota gigi penyangga.
➢ Bentuk:
• Onlay
• Inlay MO/DO/MOD
➢ Indikasi:
• Gigi tiruan jembatan yang pendek 
• Tekanan kunyah ringan atau normal
• Gigi penyangga dengan karies kelas II yang besar 
• Gigi penyangga mempunyai bentuk/besar yang normal
➢ Keuntungan:
• Jaringan gigi yang diasah sedikit
• Preparasi lebih mudah
• Estetis cukup baik 
➢ Kerugian:
• Indikasi terbatas
• Kemampuan dlm hal retensi resistensi kurang
• Mudah lepas/patah

Gambar 5. Intra Coronal Retainer Bentuk Onlay.

a. Dowel retainer 

7
Adalah retainer yang meliputi saluran akar gigi, dengan sedikit atau tanpa
 jaringan mahkota gigi dengan syarat tidak sebagai retainer yang berdiri
sendiri.
➢ Indikasi:
a. Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan syaraf 

 b. Gigi tiruan pendek 


c. Tekanan kunyah ringan
d. Gigi penyangga perlu perbaikan posisi/inklinasi
➢ Keuntungan:
• Estetis baik 
• Posisi dapat disesuaikan
➢ Kerugian:
Sering terjadi fraktur akar 

Gambar 6. Dowel Retainer .

1. Pontik  
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi asli yang
hilang dan berfungsi untuk mengembalikan:
 Fungsi kunyah dan bicara
 Estetis
 Comfort (rasa nyaman)
 Mempertahankan hubungan antar gigi tetanggaà mencegah migrasi /
hubungan dengan gigi lawan à ektrusi
Berikut adalah klasifikasi pontik, antara lain:
a. Berdasarkan bahan
Berdasarkan bahan pembuatan pontik dapat diklasifikasikan atas: 3

8
1) Pontik logam
Logam yang digunakan untuk membuat pontik pada umumnya terdiri
dari alloy , yang setara dengan alloy emas tipe III.  Alloy ini memiliki
kekuatan dan kelenturan yang cukup sehingga tidak mudah menjadi
 patah atau berubah bentuk (deformasi) akibat tekanan pengunyahan.
Pontik logam biasanya dibuat untuk daerah-daerah yang kurang
mementingkan faktor estetis, namun lebih mementingkan faktor 
fungsi dan kekuatan seperti pada jembatan posterior.
2) Pontik porselen
Pontik jenis ini merupakan pontik dengan kerangka dari logam
sedangkan seluruh permukaannya dilapisi dengan porselen. Pontik ini
 biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior dimana faktor estetis
menjadi hal yang utama. Pontik porselen mudah beradaptasi dengan
gingival dan memberikan nilai estetik yang baik untuk jangka waktu
yang lama.
3) Pontik akrilik 
Pontik akrilik adalah pontik yang dibuat dengan memakai bahan resin
akrilik. Dibandingkan dengan pontik lainnya, pontik akrilik lebih lunak 
dan tidak kaku sehingga membutuhkan bahan logam untuk 
kerangkanya agar mampu menahan daya kunyah / gigit. Pontik ini
 biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior dan berfungsi hanya
sebagai bahan pelapis estetis saja.
4) Kombinasi Logam dan Porselen
Pontik ini merupakan kombinasi logam dan porselen dimana logam
akan memberikan kekuatan sedangkan porselen pada jenis pontik ini
memberikan estetis. Porselen pada bagian labial/bukal dapat
dikombinasikan dengan logam yang bertitik lebur tinggi (lebih tinggi
dari temperature porselen). Tidak berubah warna jika dikombinasikan
dengan logam, sangat keras, kuat dan kaku dan mempunyai pemuaian
yang sama dengan porselen. Porselen ditempatkan pada bagian
labial/bukal dan daerah yang menghadap linggir, sedangkan logam
ditempatkan pada oklusal dan lingual. Pontik ini dapat digunakan pada
 jembatan anterior maupun posterior.
5) Kombinasi Logam dan Akrilik 

9
Pada kombinasi logam dan akrilik ini, akrilik hanya berfungsi sebagai
 bahan estetika sedangkan logam yang memberi kekuatan dan dianggap
lebih dapat diterima oleh gingival sehingga permukaan lingual/palatal
dan daerah yang menghadap gusi dibuat dari logam sedangkan daerah
labial/bukal dilapisi dengan akrilik.

a. Berdasarkan hubungan dengan Jaringan Lunak 


1) Pontik Sanitary

Pada pontik ini, dasar pontik tidak berkontak sama sekali dengan
linggir alveolus sehingga terdapat ruangan/jarak antara dasar pontik 
dengan linggir alveolus (1-3 mm), dan permukaan dasar pontik 
cembung dalam segala aspek. Tujuan pembuatan dasar pontik ini
adalah agar sisa-sisa makanan dapat dengan mudah dibersihkan.
Adanya bentuk pontik yang demikian mengakibatkan kekurangan
dalam hal estetis sehingga hanya diindikasikan untuk pontik posterior 
rahang bawah.4

Gambar 7. Pontik Sanitary

2) Pontik   Ridge Lap

Bagian labial/bukal dari dasar pontik berkontak dengan linggir 


alveolus sedangkan bagian palatal menjauhi linggir ataupun sedikit
menyentuh mukosa dari linggir. Hal ini mengakibatkan estetis pada
  bagian labial/bukal lebih baik, dan mudah dibersihkan pada bagian
  palatal. Walaupun demikian menurut beberapa hasil penelitian, sisa
makanan masih mudah masuk ke bawah dasar pontik dan sulit untuk 
dibersihkan. Pontik jenis ini biasanya diindikasikan untuk jembatan
anterior dan posterior.4

10
Gambar 8. Pontik Ridge Lap

3) Pontik Conical Root 

Pontik  conical root   biasanya diindikasikan untuk jembatan imediat


yang dibuatkan atas permintaan pasien yang sangat mengutamakan
estetis dalam kegiatan sehari-hari. Pontik ini dibuat dengan cara bagian
dasar pontik masuk ke dalam soket gigi yang baru dicabut kira-kira 2
mm. pontik ini dipasang segera setelah dilakukannya pencabutan dan
 pada pembuatan ini tidak menggunakan restorasi provisional. 4

Gambar 9. Pontik Conical Root.

1. Konektor (Connector )

Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan pontik 


dengan retainer, pontik dengan pontik atau retainer dengan retainer sehingga
menyatukan bagian-bagian tersebut untuk dapat berfungsi sebagai splinting dan
 penyalur beban kunyah.
Terdapat 2 macam konektor, yakni:
1. Rigid connector 
2. Non Rigid Connnector 

2. Penyangga ( Abutment )

Sesuai dgn jumlah, letak dan fungsinya dikenal istilah:


1. Single abutment  hanya mempergunakan satu gigi penyangga

11
2.  Double abutment  bila memakai dua gigi penyangga

3. Multiple abutment  bila memakai lebih dari dua gigi penyangga

4. Terminal abutment 
5. Intermediate/pier abutment 
6. Splinted abutment 
7. Double splinted 

Gambar 10. Contoh Gambar Double Abutment dan Terminal Abutment.

Gambar 11. Contoh Gambar Intermediet/ Pier Abutment 

2.5. Keuntungan dan Kerugian


Keuntungan dari pemakaian gigi tiruan jembatan adalah sebagai
 berikut.
1. Karena dilekatkan pada gigi asli maka tidak mudah terlepas atau tertelan.
2. Dirasakan sebagai gigi sendiri oleh pasien.

12
3. Tidak mempunyai klamer yang dapat menyebabkan keausan pada

 permukaan email gigi, karena tiap kali dilepas dan dipasang kembali di
dalam mulut.
4. Dapat mempunyai efek splint yang melindungi gigi terhadap stress.

5. Menyebarkan tekanan fungsi ke seluruh gigi sehingga menguntungkan

 jaringan pendukungnya.

 Namun, gigi tiruan juga memiliki beberapa kerugian dalam pemakaiannya,


yakni:2
a. Kerusakan gigi dan pulpa
Dalam preparasi gigi penyangga untuk gigi tiruan sebagian
yang tepat mungkin diperlukan pengambilan jaringan gigi yang sehat.
Kerusakan ini meskipun diindikasikan namun sebaiknya tidak diabaikan.
Masalahnya tidak terlalu serius jika gigi yang digunakan untuk mendukung
 jembatan yang telah direstorasi atau dimahkotai.
Jika sebuah gigi dipreparasi, dapat berbahaya terhadap pulpa
meskipun pendinginan bur telah dilakukan. 2 Ada beberapa perlakuan
tambahan terhadap pulpa saat gigi dipreparasi untuk jembatan. Beberapa
desain preparasi untuk dua atau lebih gigi yang dibuat paralel terhadap satu
sama lainnya dan jika giginya berbeda tipis dengan kesejajaran posisi, usaha
untuk preparasi paralel bisa melibatkan pengurangan lebih banyak dalam
satu bagian gigi daripada jika preparasi tersebut untuk mahkota dan sangat
membahayakan pulpa.
Dengan insiden karies yang terjadi pada banyak negara dan
  pendekatan yang konservatif terhadap restorasi kedokteran gigi, situasi
meningkat lebih lazim dalam hal gigi penjangkar untuk jembatan yang tidak 
direstorasi atau yang hanya sedikit direstorasi.

b. Karies sekunder  
Gigi tiruan jembatan dapat membawa resiko kebocoran
mikro dan karies.2 Resiko ini secara signifikan meningkat pada pasien
dengan insidensi karies yang tinggi.

13
2.6. Hal-hal yang Harus Diperhatikan

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan gigi tiruan jembatan adalah
sebagai berikut.

1. Oklusi gigi
Bila pasien kehilangan satu atau beberapa gigi dalam satu area di
dalam rongga mulut, bila tidak dibuatkan  fixed bridge, maka gigi-gigi
yang ada di antara gigi yang hilang tersebut akan bergerak ke daerah
yang kosong, sedangkan gigi lawannya (oklusinya) akan cenderung
memanjang karena tidak ada gigi yang menopangnya pada saat oklusi.
Bergeraknya gigi kedaerah yang kosong dinamakan  shifting/drifting ,
sedangkan gigi yang memanjang dinamakan elongation/extrusion.

Gambar 12. Gigi Bergerak ke Daerah yang Kosong (Shifting/drifting.)

Gambar 13. Gigi yang Memanjang (elongation/extrusion).

Bila kondisi ini berlanjut, maka akan menyebabkan :


a. Sakit pada rahang (terutama pada TMJ/Temporo
Mandibular Joint)

14
b. Retensi sisa-sisa makanan diantara gigi-gigi ( food Impaction ) dan dapat
menyebabkan penyakit periodontal .
c. Berakhir dengan pencabutan pada gigi-gigi dan juga gigi lawannya.
Beban fungsional pada oklusal pontik terutama gigi posterior dapat
dikurangi dengan mempersempit lebar buko-lingual atau buko-palatal
untuk mengurangi beban oklusi yang dapat merusak gigi tiruan pada
 pasien-pasien tertentu.
2. Oral hygiene
3. Jaringan periodontal
Hukum Ante menyatakan bahwa daerah membran periodontal
  pada akar-akar dari gigi abutment harus sekurang-kurangnya sama
dengan daerah membran periodontal yang ada pada gigi-gigi yang akan
diganti.
4. Posisi gigi dan kesejajaran gigi

 Abutment  yang melibatkan gigi anterior hanya gigi gigi insisivus


 biasanya mempunyai inklinasi labial yang serupa dan tidak terlalu sulit
untuk menyusun kesejajarannya. Apabila abutment  melibatkan gigi
anterior seperti caninus dan gigi posterior seperti premolar kedua atas
supaya diperoleh kesejajaran, kaninus harus dipreparasi pada arah yang
sama seperti premolar (D.N Allan & P.C foreman. 1994:101).

5. Jumlah dan lokasi kehilangan gigi

6. Kegoyangan gigi

7. Frekwensi karies

8.  Discoloration

2.7. Tahap-tahap Pembuatan


Pembuatan gigi tiruan jembatan ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu
sebagai berikut.5
1. Preparasi

15
Preparasi merupakan suatu tindakan pengerindaan atau pengasahan
gigi untuk tujuan menyediakan tempat bagi bahan restorasi mahkota tiruan
atau sebagian pegangan gigi tiruan jembatan. 5
➢ Tujuan preparasi:5
• Menghilangkan daerah gerong
• Memberi tempat bagi bahan retainer atau mahkota
• Menyesuaikan sumbu mahkota
• Memungkinkan pembentukan retainer sesuai bentuk anatomi
• Membangun bentuk retensi
• Menghilangkan jaringan yang lapuk oleh karies jika ada

a.   Persyaratan preparasi5

1. Kemiringan dinding-dinding aksial


Preparasi dinding aksial yang saling sejajar terhadap poros gigi
sulit untuk menentukan arah pemasangan. Disamping itu, semen juga
sulit keluar dari tepi retainer sehingga jembatan tidak bisa duduk 
sempurna pada tempatnya. Untuk itu, dibuat kemiringan yang sedikit
konus ke arah oklusal. Craige (1978) mengatakan bahwa kemiringan
dinding aksial optimal berkisar 10-15 derajat. Sementara menurut
Martanto (1981), menyatakan bahwa kemiringan maksimum dinding
aksial preparasi 7 derajat. Sedangkan Prayitno HR (1991) memandang
kemiiringan dinding aksial preparasi 5-6 derajat sebagai kemiringan
yang paling ideal. Kemiringan yang lebih kecil sulit diperoleh karena
dapat menyebabkan daerah gerong yang tidak terlihat dan
menyebabkan retainer tidak merapat ke permukaan gigi. Retensi sangat
 berkurang jika derajat kemiringan dinding aksial preparasi meningkat.
Kegagalan pembuatan jembatan akibat hilangnya retensi sering terjadi
 bila kemiringan dinding aksial preparasi melebihi 30 derajat. Preparasi
gigi yang terlalu konus mengakibatkan terlalu banyak jaringan gigi
yang dibuang sehingga dapat menyebabkan terganggunya vitalitas
  pulpa seperti hipersensitifitas, pulpitis, dan bahkan nekrose pulpa.
Kebanyakan literatur mengatakan kemiringan dinding aksial preparasi
 berkisar 5-7 derajat, namun kenyataaannya sulit dlicapai karena faktor 
keterbatasan secara intra oral.

16
2. Ketebalan preparasi
Jaringan gigi hendaklah diambil seperlunya karena dalam
melakukan preparasi kita harus mengambil jaringan gigi seminimal
mungkin. Ketebalan preparasi berbeda sesuai dengan kebutuhan dan
 bahan yang digunakan sebagai retainer maka ketebalan pengambilan
 jaringan gigi berkisar antara 1-1,5 mm sedangkan jika menggunakan
logam porselen pengambilan jaringan gigi berkisar antara 1,5 – 2 mm.
Pengambilan jaringan gigi yang terlaluy berlebihan dapat
menyebakan terganggu vitalitas pulpa seperti hipersensitivitas pulpa,
  pulpitis, dan nekrosis pulpa. Pengamnbilan jaringan yang terlalu
sedikit dapat mengurangin retensi retainer sehingga menyebabkan
 perubahan bentuk akibat daya kunyah.
3. Kesejajaran preparasi
Preparsi harus membentuk arah pemasangan dan pelepasan
yang sama antara satu gigi penyangga dengan gigi penyangga lainnya.
Arah pemasangan harus dipilih yang paling sedikit mengorbankan
  jaringan keras gigi, tetapi dapat menyebabkan jembatan duduk 
sempurna pada tempatnya.
4. Preparasi mengikuti anatomi giigi
Preparasi ynag tidak mengikuti anatomi gigi dapat
membahayakan vitalitas pulpa juga dapat mengurangi retensi retainer 
gigi tiruan jembatan tersebut. Preparasi pada oklusal harus disesuaikan
dengan morfologi oklusal. Apabila preparsai tidak mengukuti
morfologi gigi maka pulpa dapat terkena sehingga menimbulkan reaksi
negatif pada pulpa.
5. Pembulatan sudut-sudut preparasi
Preparasi yang dilakukan akan menciptakan sudut-sudut yang
merupakan pertemuan dua bidang preparasi. Sudut-sudut ini harus
dibulatkan karena sudut yang tajam dapat menimbulkan tegangan atau
stress pada restorasi dan sulit dalam pemasangan jembatan.

5
b. Tahap-tahap preparasi gigi penyangga

1.Pembuatan galur 

17
Untuk gigi anterior, galur proksimal dapat dibuat dengan baik 
  bila gigi bagian labiopalatal cukup tebal. Galur berguna untuk 
mencegah pergeseran ke lingual atau labial dan berguna untuk 
mendapatkan ketebalan preparasi di daerah tersebut. Galur pada gigi
anterior dapat dibuat dengan bur intan berbentuk silinder.

2.Preparasi bagian proksimal


Tujuannya untuk membuat bidang mesial dan distal preparasi
sesuai dengan arah pasang jembatannya. Selain itu untuk mengurangi
kecembungan permukaan proksimal yang menghalangi pemasangan
 jembatan. Preparasi bagian proksimal dilakukan dengan menggunakan bur 
intan berbentuk kerucut. Pengurangan bagian proksimal membentuk 
konus dengan kemiringan 5-10 0.
3.Preparasi permukaan insisal atau oklusal
Pengurangan permukaan oklusal harus disesuaikan dengan bentuk 
tonjolnya. Preparasi permukaan oklusal unruk memberi tempat logam
 bagian oklusal pemautnya, yang menyatu dengan bagian oklusal pemaut.
Dengan demikian, gigi terlindungi dari karies, iritasi, serta fraktur.
4.Preparasi permukaan bukal atau labial dan lingual
Pengurangan permukaan bukal menggunakan bur intan berbentuk 
silinder. Preparasi permukaan bukal bertujuan untuk memperoleh ruangan
yang cukup untuk logam pemaut yang memberi kekuatan pada pemaut dan
supaya beban kunyah dapat disamaratakan.
5.Pembulatan sudut preparasi bidang aksial
6.Pembentukan tepi servikal.
Batas servikal harus rapi dan jelas batasnya untuk memudahkan
 pembuatan pola malamnya nanti. Ada beberapa bentuk servikal:
a. Tepi demarkasi ( feater edge)
b. Tepi pisau (knife edge )
c. Tepi lereng (bevel)
d. Tepi bahu liku (chamfer )
e. Tepi bahu ( shoulder )

18
1. Pencetakan

Sebelum pencetakan dilakukan, keadaan geligi dan jaringan lunak 


sekitarnya perlu dicek, apakah semua dalam keadaan sehat dan bebas dari
radang. Terdapat berbagai macam bahan cetakan, seperti: hidrokoloid, rubber 
 base, polysulfide rubber base, silicon rubber base, dan polyeter rubber base.

2. Pembuatan die/model kerja

Die adalah reproduksi positif dari gigi yang telah dipreparasi dan yang
dibuat dari bahan stone gips keras atau logam atau plastik. Menurut hubungan
dengan model kerja die dibagi menjadi solitair die dan removable die. 5

a. DIE SOLITER 
Die soliter merupakan die yang berdiri sendiri, digunakan untuk 
 pembuatan mahkota tiruan. “Tinggi hasil pengecoran ± 2½ kali panjang
mahkota”.5
➢ Pembuatan solitair die5
– Setelah cetakan untuk die dibuka dengan pisau ukir yang tajam,
gelembung yang terjadi dibuang secara hati-hati.
– Batas preparasi servikal dipertegas dengan pinsil merah yang tajam
– Buat garis pedoman vertikal kebawah untuk pemotongan batas proksimal
dengan memperlihatkan sumbu panjang gigi dan diuat knvergen
– Garis dibuat pada permukaan bukal/labial dan palatal/lingual
– Pemotongan dengan gergaji khusus atau dapat dengan gergaji triplek 

19
A B

Gambar 14 (A), (B), (C). Pemotongan dengan Gergaji Khusus.

– Hasil pemotongan dirapikan


– Daerah servikal dipertegas batas dengan membuat groove memakai round
akrilik.

Gambar 15. Cara Mempertegas Daerah Servikal dengan Round Akrilik 

20
Die siap digunakan setelah mengolesinya dengan “ die spacer ”. Die spacer 
 berfungsi sebagai : 5

– Menutup pori stone gips, sehingga memudahkan melepas pola malam


yang telah dibuat
– Mempekeras permukaan die
– Melindungi batas servikal
– Sebagai kompensasi kontraksi logam dan ruangan untuk sementasi

a. REMOVABLE DIE
Merupakan die yang terletak pada model kerja dan dapat dilepas dari
model kerja.5

21
➢ Cara membuat removable die :5
SISTEM DI-LOK TRAY
Suatu bentuk kotak untuk tempat model kerja. 5 Dasar model kerja
dikecilkan sampai masuk  di-lok t ray kemudian dibuat undercut  berupa
 groove memanjang sesuai lengkung gigi. Model kerja ditanam pada Di-lok 
tray dengan stone. Kemudian dipisah dengan gergaji dari gigi tetangga
halus sampai 2-3 mm dari dasar stone. Die dapat dilepas dan disatukan lagi

Gambar 16. SISTEM DI-LOK TRAY 

MENGGUNAKAN DOWEL PIN

A B

Gambar 17 (A), (B). Removable Die Menggunakan Dowel Pin.

Persiapan :5

– Dowel pin dengan cakram retensi/paper clips


– Penjepit rambut atau jarum pentul

22
– Stone gips dua warna
– Sticky wax dan lampu spiritus
– Vaselin dan kuas
– Gergaji die/triplek 
Kepala dowel pin mempunyai retensi harus berada dalam cetakan negatif 
tanpa menyentuh bidang oklusal (difiksasi dengan wax pada penjepit rambut).
Lakukan pengecoran I sampai batas garis horizontal (± 3 mm diatas servikal).
Buat retensi dengan bur bulat kedalaman ± 2 mm di sisi bukal dan lingual
untuk keperluan stabilisasi. Kemudian buat bulatan wax dg diameter ± 3 mm
dilekatkan diujung pin. Olesi permukaan gigi yang dipreparasi dengan
vaseline.

– Boxing dan pembuatan basis

Dengan menggunakan selembar wax cetakan diboxing hingga setinggi


ujung pin yang telah diberi bulatan wax. Aduk gips putih kemudian tuangkan
kedalam cetakan yang telah diboxing setelah keras kemudian dilepas dari
cetakan.

1. Pembuatan Pola Lilin

Yang diartikan dengan pola lilin atau wax-pattern ialah: suatu model dari
retainer atau restorasi yang dibuat dari lilin yang kemudian direproduksi menjadi
logam atau akrilik.5

– Tujuan pembuatan pola lilin :5

 Mendapatkan retainer atau restorasi yang tepat, pas dan mempunyai


adaptasi yang sempurna dengan preparasi.
 Memperoleh bentuk anatomi.
 Menghasilkan suatu coran (casting ) yang merupakan reproduksi yang
tepat (bentuk dan ukuran) dari pola lilin itu.
 Mencapai hubungan yang tepat dengan gigi sebelahnya dan gigi lawan.

–  Membuat pola lilin dapat dengan cara : 5

 Langsung (direct).

23
 Tidak langsung (indirect).
 Langsung - tidak langsung (direct – indirect).

–  Lilin pola

Lilin pola sebagai model di kedokteran gigi mempunyai sifat sanggup


dibentuk dalam seadaan plastis pada suhu antara cair dan kaku. 5

Ada 2 macam tipe lilin pola yang biasa dipakai : 5

– Untuk cara langsung dipilih type 1 yang mempunyai sifat menjadi sangat
 plastis pada suhu sedikit lebih tinggi di atas suhu mulut, sehingga dapat
memasuki sela-sela preparasi.
– Untuk pola-pola indirect sebaiknya dipakai type II yang membeku keras
 pada suhu kamar.

Lilin pola yang baik harus dapat memenuhi persyaratan-persyaratan yang


tercantum dalam American  Dental Association Specification No. 4 for Dental 
  Inlay casting wax, mengenai pemuaian, penciutan, flow elastisitas, dan
 plastisitas.5

Selain dari sifat-sifat tersebut di atas, suatu lilin inlay harus : 5

 Mempunyai warna yang menyolok supaya dapat mudah terlihat di antara


 jaringan gigi dan gusi.
 Bersifat kohesif jika dilunakan.
 Dapat dipotong atau di ukir tanpa patah atau rempil.
 Menguap habis jika dibakar/dipanasi suhu tertentu.

Distorsi pola lilin disebabkan oleh: 5

 Perubahan-perubahan ukuran karena naik turunnya suhu.


 Perbesaran tegangan (  stress relea se atau relaxation ) yang secara kodrat
ada di dalam pola lilin, seperti :
 Pengisutan pada waktu pembekuan atau penurunan suhu.

24
 Adanya hawa, gas atau air di dalam massa lilin yang
mengisut/memuai, menarik atau mendorong lilin yang masih lunak 
akibat dari pengukiran, penambahan lilin cair, atau pengambilan
kelebihan lilin dengan alat yang panas.
  Flow atau “mengalirnya” lilin sebagai bahan amorph pada suhu kamar,
lebih tinggi suhunya, lebih besar flownya, jadi juga lebih besar distorsinya.
Sebagian dari distorsi dapat dicegah atau dikurangi dengan cara: 5

 Menggunakan lilin inlay yang memenuhi syarat A.D.A Specification No. 4


dan sesuai dengan teknik yang dipakai. (type I atau type II).
 Sedapat mungkin mencegah penambalan lilin cair pada pola atau
mencairkan permukaan lilin setempat.
 Melunakkan lilin dengan seksama sampai seluruh massa lilin menjadi
lunak dengan cara memutar-mutar sebatang lilin di atas nyala api.
 Menyimpan pola di tempat yang dingin, jika tidak mungkin dilakukan
 pemendaman dengan segera.
 Memendam pola selekas mungkin setelah dikeluarkan radi mulut atau
setelah jadi dibentuk pada die.

a. Pembentukan mahkota lilin untuk mahkota penuh menurut cara


tidak langsung (indirect)

Sebagai pedoman dapat dipakai model penelitian (study model) yang


menunjukkan dentuk gigi sebelum direparasi. Yang perlu diperhatikan ialah
kecembungan permukaan bukal dan lingual, bentuk dan ukuran bonjolan-bonjolan
(cusp) dan letaknya daerah kontak diproksimal.

Pembentukan pola lilin pada die dapat dilakukan sebagai berikut :5


(Gambar 18 a, b, c, d, e)

25
You're Reading a Preview

Unlock full access with a free trial.

Download With Free Trial


Gambar 20. Pembuatan Pola Malam dengan Pembentukan Lapis
Demi Lapis.

27
28
Dalam teknik langsung, penempatan saluran logam atau sprue dapat
dilakukan di luar atau di dalam mulut. Sedikit lilin ditambahkan kepada pola di
tempat di mana sprue akan dilekatkan, dengan demikian pada waktu sprue pin
yang panas di tempatkan, lilin tambahan ini akan mengalir menghubungkan pola
dengan sprue pin dan pola tidak terganggu.

b. Pembuatan pola lilin secara langsung-tidak langsung (direct-


indirect)

29
Dalam cara kerja ketiga yang merupakan paduan dari methoda langsung
dan tidak langsung, dilakukan percobaan/ checking  di mulut dari pola lilin yang
telah dibentuk pada model kerja ( die).

1. Pontik 

Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi asli yang
hilang dan berfungsi untuk mengembalikan fungsi kunyah dan bicara, estetis
comfort (rasa nyaman), serta mempertahankan hubungan antar gigi tetangga à
mencegah migrasi / hubungan dengan gigi lawan à ektrusi

2. Penyemenan jembatan
Penyemenan jembatan berarti melekatkan jembatan dengan semen pada
gigi penyangga di dalam mulut. Persiapan gigi penyangga sebelum penyemenan
 perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk mencegah perubahan relasi oklusal
dan tepi gingiva, yang mungkin juga disebabkan tekanan hidrolik yang
mengganggu pulpa. Hal tersebut harus dihindari oleh operator.
Semen yang digunakan untuk melekatkan jembatan ialah zinc phosphate
semen, semen silikofosfat, semen alumina EBA, semen polikarboksilat, serta
semen resin komposit. Pemilihan dilakukan berdasarkan sifat biologic, biofisik 
serta pengaruh pada estetiknya.
Tata cara penyemenan dengan menggunakan zinc phosphate cement :
1. Bubuk semen serta cairan diletakkan diatas glass pad
2. Campurkan bubuk pada cairan sedikit demi sedikit, di aduk merata
sampai 90 detik.
3. Adukan diratakan melebar pada kaca seluas mungkin
4. Adonan kemudian diisikan kedalam pemaut meliputi dinding
dalamnya tpis-tipis dan merata, sedang lekuk pada preparasi (bila ada)
diisi juga dengan adonan semen.
5. Jembatan kemudian ditempatkan pada penyangganya didalam mulut
dan ditekan dengan jari secara kuat ; dapat juga dipakai pemakai kayu
untuk lebih menekan jembatan pada tempatnya.
6. Pasien diminta menggigit keras pada jembatannya, untuk mengecek 
apakah oklusi sudah baik.

30
7. Pasien diminta membuka mulut sebentar dan diminta menggigit
gulungan kapas, yang diletakkan pada oklusal gigi geligi.
8. Setelah semen keras, kelebihan semen dihilangkan dengan scaller.
9. Sekali lagi, oklusi diperiksa dan sebelum pasien pulang, operator 
 perlu memberitahu cara membersihkan jembatan tersebut.

2.8. Macam-macam Gigi Tiruan


Gigi tiruan jembatan terdiri dari tiga macam, yaitu:
1. Traditional Fixed Bridge

Jenis ini adalah jenis yang paling sering digunakan dan terdiri dari
  pontik yang dihubungkan dengan mahkota porselen pada gigi- gigi
tetangga atau implant gigi. Pontic biasanya terbuat dari porselen-metal
atau keramik. Pontic bersifat permanen dan tidak bisa dipindahkan.
2. Gigi Tiruan Jembatan Resin Atau Marryland Bridges

Gigi tiruan ini digunakan untuk menggantikan gigi hilang dimana gigi
tersebut terdapat pada bagian depan dan pada gigi tetangga masih sehat
atau tidak terdapat tambalan yang besar. Gigi yang akan diganti terbuat
dari porselen dan terdapat sayap metal yang dapat direkatkan pada
 bagian belakang gigi agar tidak kelihatan dari depan.

Gambar 21. Conventional Marryland-upper arch. 1

3. Gigi Tiruan Jembatan Cantilever 

31
Merupakan suatu prosthesis dimana gigi tiruan hanya didukung pada
satu sisi saja oleh satu atau lebih gigi abutment  (penyangga).1

Gambar 22. Anterior Cantilever Bridge. 1

Gambar 23. Posterior Cantilever Bridge. 1

Gambar 24. Cantilever Bridge: Pandangan Oklusal. 1

32
2.8. Kegagalan Pemakaian Gigi Tiruan

Adapun beberapa bentuk kegagalan dari pemakaian gigi tiruan jembatan


yang dapat ditemukan antara lain : 4

1. Intrusi gigi pendukung, perubahan yang terjadi dimana posisi gigi


 pendukung, menjauhi bidang oklusal.
2. Karies gigi pendukung, umumnya disebabkan karena pinggiran restorasi
rtetainer yang terlampau panjan,kurang panjang atau tidak lengkap serta
terbuka. Sebab lain, yaitu terjadi kerusakan pada bahna mahkota retainer 
yang lepas, embrasure yang terlalu sempit, pilihan tipe retainer yang salah,
serta mahkota sementara yang merusajk atau ,mendorong gingival terlalu
lama.
3. Periodontitis jaringan pendukung
4. Konektor patah.
5. Penderita mengeluh akan adanya perasaan yang tidak enak. Hal yang dapat
menyebabkan gangguan ini adalah kontak prematur atau oklusi yang tidak 
sesuai, bidang oklusi yang terlalu luas dan atau penimbunan sisa makanan
antara pontik dan retainer, tekanan yang berlebih pada gingiva. Daerah
servikal yang sakit, shok termis oleh karena pasien belum terbiasa.
6. Retainer atau jembatan lepas dari gigi penyangga. Adakalanya satu
  jembatan yang lepas secara keseluruhan dapat disemen kembali setelah
 penyebab dari lepasnya restorasi tersebut diketahui dan dihilangkan. Jika
tidak semua retainer lepas maka jembatan dikeluarkan dengan cara dirusak 
dan dibuatkan kembali jembatan yang baru, jika sesuatu dan kondisi
memungkinkan
7. Jembatan kehilangan dukungan, dapat terganggu oleh karena jembatan,
luas permukaan oklusal, bentuk embrasure, bentuk retainer, kurang gigi
 penyangga, trauma pada periodontium dan teknik pencetakan.

33
8. Terjadi perubahan pada pulpa, dapat disebabkan oleh cara preparasi,
 preparasi yan g tidak dilindungi dengan mahkota sementara, karies yang
tersembunyi, rangsangan dari semen serta terjadinya perforasi.
9. Jembatan patah. Dapat diakibatkan oleh hubungan oleh shoulder atau bahu
yang tidak baik, teknik pengecoran yang salah serta kelelahan bahan.
10. Kehilangan lapisan estetik 
11. Sebab-sebab lain yang menyebabkan jembatan tidak berfungsi

Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah berbagai


kegagalan tersebut dapat berupa pemilihan jumlah dan distribusi gigi pendukung,
aplikasi bahan pelapis lunak, pemakaian stres absorbing elemen dan pemakaian
konektor non rigid. Perbedaan gerakan gigi dan implan dapat menyebabkan
 berbagai bentuk kegagalan pemakaian gigi tiruan jembatan dukungazn gigi dan
implan. Usaha yang paling penting untuk diperhatikan dalam mencegah berbagai
 bentuk kegagalan tersebut adalah dengan mencegah terjadinya tekanan berlebihan
 pada pendukung gigi tiruan jembatan yang timbul akibat perbedaan pergerakan
tersebut.

34
BAB III
PENUTUP

1.1. Kesimpulan

35

Anda mungkin juga menyukai