BLOK 19
DOSEN :
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
KELAS B
2019
KELOMPOK 9
KELAS B
Preparasi gigi penyangga merupakan tindakan yang penting dalam perawatan gigi tiruan.
Preparasi bertujuan untuk menghilangkan daerah gerong, memberikan tempat bagi bahan
retaineratau mahkota, menyesuaikan sumbu mahkota dengan arah pemasangan jembatan,
memungkinkan pembentukan retainer atau mahkota sesuai dengan bentuk anatomi gigi yang
dipreparasi, membangun bentuk retensi, dan menghilangkan jaringan jaringan yang lapuk oleh
karies yang ada. Prinsip preparasi gigi penyangga ialah mendapatkan bentuk akhir yang menjamin
retensi yang sebesar besarnya bagi retainer. Untuk mencapai hal tersebut maka dibuat dasar dasar
bentuk retensi preparasi yaitu kemiringan dinding-dinding aksial bentuk preparasi mengikuti bentuk
anatomi gigi, dan pengambilan jaringan gigi yang cukup untuk memberi ketebalan pada bahan
retainer. Dasar-dasar bentuk retensi ini yang harus diperhatikan dalam melakukan preparasi gigi
penyangga. Disamping dasar-dasar bentuk retensi ada factor lain yang mempengaruhi retensi
preparasi seperti bentuk dan ukuran gigi, luas bidang permukaan preparasi, dan kekasaran
permukaan preparasi.1,2,3
Preparasi adalah suatu tindakan mengasah gigi yang dijadikan sebagai gigi penyangga GTC.
Tujuan Preparasi
Prinsip dasar preparasi dibagi atas 3 kategori yang harus dipertimbangkan , yaitu :
1. Pertimbangan Biologis
a. Konservasi Struktur Gigi
Salah satu prinsip dasar preparasi gigi pada GTC adalah mempertahankan struktur
gigi sebanyak mungkin sementara desain preparasi tetap dilakukan konsisten sesuai
dengan prinsip mekanik dan estetika preparasi gigi
b. Menghindari Overcounturing
Gigi tiruan cekat yang memiliki kontur aksial berlebihan sulit bagi pasien untuk
mengendalikan kontrol plak disekitar margingingiva sehingga mudah terjadi inflamasi.
Preparasi gigi harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh rungan yang cukup
untuk GTC.
c. Margin Supragingival
Margin (tepi akhiran preparasi) harus berada pada supragingiva. Margin subgingiva
diidentifikasi sebagai factor etiologi utama terjadinya penyakit periodontal, terutama
pada batas perlekatan epitel. Margin supragingiva mudah untuk dipreparasi dengan
akurat tanpa trauma pada jaringan lunak. Biasanya margin terketak pada enamel keras,
sedangkan margin sugingiva sering pada dentin atau sementum.2
Keuntungan lain dari margin supragingiva meliputi :
1. Dapat diselesaikan dengan mudah tanpa trauma jaringan lunak
2. Lebih mudah dibersihkan
3. Pencetakan dapat dilakukan dengan lebih mudah
4. GTC dapat dievaluasi dengan mudah pada saat pemasangan atau kontrol (recall
appointment)
Margin subgingiva. (A) Untuk memasukkan restorasi yang ada. (B) Untuk memperluas apikal ke
kontak proksimal (clearance proksimal yang memadai) (C dan D) Untuk menyembunyikan kerah
logam dari mahkota logam-keramik.
Tidak ada gigi yang tidak bisa patah. Jika gigi dihancurkan bersama-sama (seperti
dalam kecelakaan mobil, cedera olahraga, atau menggigit benda keras secara tidak
terduga), sebuah puncak gigi dapat patah. Fraktur cuspal juga dapat terjadi dari
kebiasaan parafungsional seperti bruxism. Kemungkinan gigi yang direstorasi akan
fraktur dapat dikurangi jika persiapan gigi dirancang untuk meminimalkan tekanan yang
berpotensi merusak.Misalnya,restorasi intrakoronal (tatahan) memiliki potensi fraktur
yang lebih besar karena ketika kekuatan oklusal diterapkan pada restorasi, ia cenderung
membuat dinding-dinding yang berseberangan saling berseberangan. Wedging ini harus
ditentang oleh yang tersisa struktur gigi; jika strukturnya tipis (seperti persiapan isthmus
yang lebar), gigi mungkin mengalami fraktur selama fungsinya. Memberikan restorasi
cuspal cakupan (onlay) daripada inlay mengurangi kemungkinan fraktur tersebut.
Namun, meskipun tidak konservatif pada struktur gigi, mahkota lengkap seringkali
merupakan solusi yang lebih baik, karena ia menawarkan perlindungan terbesar terhadap
fraktur gigi, cenderung "menahan" ujung gigi bersama-sama.2,4
2. Pertimbangan Mekanis
Desain persiapan gigi untuk prostodontik cekat harus mengikuti prinsip-prinsip mekanik
tertentu; jika tidak, restorasi dapat menjadi copot atau mungkin mendistorsi atau patah
selama layanan. Prinsip-prinsip ini telah berkembang dari pengamatan teoritis dan klinis,
dan didukung oleh studi eksperimental.
a. Retention Form
Kekuatan tertentu (mis., Ketika rahang dipindahkan terpisah setelah menggigit makanan
yang sangat lengket) lakukan restorasi yang disemen dengan arah yang sama dengan
jalur pasang. Kualitas persiapan yang mencegah restorasi menjadi lepas oleh kekuatan-
kekuatan yang sejajar dengan jalur penarikan dikenal sebagai retensi. Faktor-faktor
berikut harus dipertimbangkan ketika memutuskan apakah retensi memadai untuk
restorasi tetap yang diberikan:
1. Besarnya gaya lepas
2. Geometri preparasi gigi
3. Kekasaran permukaan
4. Bahan yang disemen
5. Ketebalan film agen luting
b. Resistence Form
Preparasi yang menghasilkan restorasi yang tidak bebas untukbergerak ke segala arah
tetapi hanya dapat bergerak sepanjang arah pemasangan akan memberikan retensi yang
baik.
c. Deformation
Restorasi harus memiliki kekuatan yang cukup untuk mencegah deformasi permanen
selama berfungsi , jika tidak akan menjadi kegagalan perawatan
3. Perkembangan Estetis
Dokter gigi restoratif harus mengembangkan keterampilan dalam menentukan
harapan estetik pasien. Pasien lebih suka restorasi gigi agar terlihat sealami mungkin.
Namun, harus diperhatikan bahwa pertimbangan estetika tidak dikejar dengan
mengorbankan kesehatan mulut jangkazpanjang pasien atau efisiensi fungsional.
TAHAPAN PREPARASI
a. Tempatkan lubang yang dalam kira-kira 1mm di fossa pusat, mesial, dan distal, dan
hubungkan mereka sehingga saluran berjalan sepanjang alur tengah dan meluas ke ridge
marginal mesial dan distal.
b. Tempatkan depth guide di bagian bukal dan lingual dan di setiap punggungan segitiga;
alur tersebut harus memanjang kira-kira dari ujung cusp ke bagian tengah oklusal.
c. Untuk memastikan bahwa cusp dilindungi oleh ketebalan logam yang memadai, letakkan
depth guide untuk bevel cusp di area kontak oklusal dengan gigi antagonisnya.
Kedalaman alur ini sekitar 1,5mm di area sentris berhenti, dan kedalamannya harus
secara bertahap berkurang dalam arah serviks.
d. Gunakan depth guide untuk memastikan bahwa reduksi oklusal umumnya mengikuti
konfigurasi anatomi dan dengan demikian meminimalkan hilangnya struktur gigi sambil
memastikan pembersihan yang memadai, seperti yang ditentukan oleh sifat mekanis dari
paduan dari mana restorasi akan dibuat. Depth guide harus ditempatkan dengan akurat;
praktisi harus berkonsentrasi pada posisi, kedalaman, dan angulasi setiap alur. Alur pada
bagian mesio-distal harus ditempatkan di titik rendah dan titik tinggi masing-masing
puncak. Untuk mencapai alur kedalaman yang tepat — 0,8mm untuk central groove dan
cusp non-fungsional , dan 1,3mm untuk cusp fungsional.3,4
2. Occlusal Reduction
Setelah depth guide telah ditentukan, struktur gigi yang tersisa antara alur dihapus dengan
tungsten karbida atau berlian yang sempit, ujungnya bundar, meruncing. Penempatan depth
guide yang tepat secara otomatis menghasilkan jarak oklusal yang memadai.Pengurangan
oklusal dapat dilakukan menggunakan round-edge wheel bur. dikurangi 1-2 mm menurut
bentuk permukaan oklusal. Lakukan reduksi oklusal dalam dua tahap. Setengah permukaan
oklusal dikurangi terlebih dahulu dan setengah lainnya dapat dipertahankan sebagai
referensi. Ketika pengurangan setengah permukaan oklusal yang diperlukan telah tercapai,
pengurangan setengah sisanya dapat diselesaikan.4
Gambar 2. (A) Pengurangan setengah oklusal; (B) Keseluruhan pengurangan oklusal
Pengurangan permukaa oklusal harus diperhitungkan. Hal ini bertujuan untuk
mempertahankan tebal lapisan dentin sehingga sanggup untuk melindungi kesehatan
jaringan pulpa yang berada dibawahnya,namun pengasahan juuga harus cukup ketebalannya
untuk menjamin kekuatan restorasi yang akan dihasilkan memadai dan kualitas estetis yang
baik.3
3. Labial/Buccal Reduction
Setelah reduksi oklusal telah selesai, lintasan alur ditempatkan di setiap dinding bukal dan
lingual dengan berlian yang sempit, ujungnya bulat, meruncing. Pada molar, satu alur
pelurusan dapat ditempatkan di tengah dinding, dan satu di setiap sudut garis transisi mesial
dan distal.
1. Bur diamond
2. Contraangle handpiece
2. Shoulder / Berpundak
Desain finish line untuk preparasi gigi di mana lantai gingiva bertemu dengan eksternal
permukaan aksial di sekitar sudut kanan. Bentuk ini kurang baik untuk mahkota penuh
dengan bahan logam sebagai retainer-nya (full cast crown), karena disini ada kesukaan
didalam mewujudkan pertemuan yang akurat antara tepi retainer pundak gigi pegangan.
Untuk mengatasi keadaan biasanya pada pundak tersebut dibuat bevel. Preparasi macam ini
dibuat pada gigi pegangan dengan retainer tanpa kekuatan tepi, sehingga pada tepi retainer
tersebut mempunyai ketebalan.
4. Partial Shoulder
Bentuk ini mempunyai pundak pada bagian bukal atau labial kemudian akan menyempit
pada daerah proksimal dan akhirnya hilang sama sekali pada daerah palatinal / lingual.
Maksud bentuk ini untuk memberi ketebalan pada bagian bukal / labial yang akan ditempati
oleh resin akrilik / porcelain sebagai facing. Kasus yang sering terjadi yaitu pada gigi
premolar 1 & 2 atas / bawah dengan retainer full metal crown with porcelain / acrylic resin
veneer.5
KESIMPULAN
Salah satu bentuk kegagalan jembatan adalah terlepasnya jembatan setelah dipasangkan beberapa
lama didalam rongga mulut. Terlepasnya jembatan dapat disebabkan karena kurangnya retensi dari
retainer. Salah satu faktor yang mempengaruhi retensi dan retainer adalah bentuk preparasi gigi
penyangga. Preparasi gigi penyangga merupakan tindakan yang penting dalam perawatan gigitiruan
jembatan karena prinsip preparasi gigi penyangga ialah mendapatkan bentuk akhir yang menjamin
retensi yang sebesar-besamya bagi retainer. Preparasi harus menjamin adanya retensi yang baik, ini
berarti bahwa bentuknya harus dibuat sedemikian rupa sehingga restorasi tidak terlepas pada saat
berfungsi. Perlu diketahui bagaimana bentuk preparasi yang dapat memberikan nilai retensi yang
maksimal dan usaha-usaha apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan retensi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nordlander J, Weir D, Stoffer W, Ochi S. The taper of clinical preparations for fixed
prosthodonthics, J Prosthet Dent 1988; 60: 148-55.
2. Stephen F. Rosenstiel, Martin F. Land and Junhei Fujimoto. Contemporary Fix
Prosthodontic 2001. St. Louis, Missouri: 163-95.
3. Mc. Cracken’s Removable Partial Prostodontics. WB Saunders Caompany, Philadelphia,
12th ed., 2012
4. Stephen F.Rosenstiel. Martin F. Land and Junhei Fujimoto. Contemporary Fixed
Prosthodontics,4th Ed. Mosby Company,2015.
5. Academy of prosthodontics, 1994. The Glossary of Prosthodonties Terms. 6 th .,ed.,J
Prostherdent, 71,66-73,84,96.
6. Jubhari EH. Upaya untuk mengurangi preparasi gigi : Fung shell bridge. Jurnal Kedokteran
Gigi Dentofasial.,2007
7. Stephen F. Rosenstiel, Martin F. Land and Junhei Fujimoto. Contemporary Fixed
Prosthodontics.5th Ed. Mosby Company,2016 : 169-79.