Anda di halaman 1dari 8

Pembiakan vegetatif sangat diperlukan karena bibit hasil pengembangan secara vegetatif

merupakan duplikat induknya sehingga mempunyai struktur genetik yang sama (Adinugraha,
2007). Dari satu batang bibit yang telah diketahui kualitas genetiknya dapat diperbanyak menjadi
beberapa batang bibit baru yang memiliki kualitas yang seragam (Hidayat, 2010).
Reproduksi vegetative secara buatan adalah terjadinya individu baru(tanaman baru)
karena tindakan manusia (Abdullah, 2007). Perbanyakan tanaman dengan stek merupakan cara
pembiakan tanaman yang sederhana, cepat dan tidak memerlukan teknik tertentu (Rukmana,
2012).
Stek adalah reproduksi vegetative suatu tumbuhan dari potongan batang, daun, daham,
atau ranting, yang kemudian ditanam. Penyetekan adalah suatu perlakuan atau pemotongan
beberapa bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun, dan tunas dengan maksud agar organ-
organ tersebut membentuk akar yang selanjutnya menjadi tanaman baru yang sempurna dalam
waktu yang relative cepat dan sifat-sifatnya serupa dengan induknya. Pembiakan dengan cara
stek ini pada umumnya dipergunakan mengekalkan klon tanaman unggul dan juga untuk
memudahkan serta mempercepat perbanyakan tanaman (Abdullah, 2007).
Beberapa teknik stek yang dapat digunakan adalah stek daun, stek batang, dan stek akar
(Hidayat dan Sri, 2009). Perbanyakan tanaman dengan cara setek merupakan perbanyakan
tanaman dengan cara menanam bagian-bagian tertentu dari tanaman. Bagian tertentu itu bisa
berupa pucuk tanaman, akar, atu cabang. Proses penyetekan tanaman itu sendiri cukup mudah.
Kita tinggal memotong tanaman yang terpilih dengan menggunakan pisau yang tajam untuk
menghasilkan potongan permukaan yang halus. Mutu fisiologis setek yang rendah dapat
mempengaruhi hasil panen karena tingkat kesuburan dan pertumbuhan tidak merata (Melati dan
Rusmin, 2008).
Sebagai salah satu perbanyakan tanaman secara vegetatif, stek menjadi alternatif yang
banyak dipilih orang karena caranya sederhana, tidak memerlukan teknik yang rumit sehingga
dapat dilakukan oleh siapa saja. Wudianto (1998) mendefinisikan stek sebagai suatu perlakuan
pemisahan, pemotongan beberapa bagian tanaman (akar, batang, daun dan tunas) dengan tujuan
agar bagian-bagian itu membentuk akar. Dengan dasar itu maka muncullah istilah stek akar, stek
batang, stek daun, dan sebagainya.
Tanaman yang dihasilkan dari stek biasanya mempunyai sifat persamaan dalam umur,
ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan sifat- sifat lainya. Selain itu kita juga
memperoleh tanaman yang sempurna yaitu mempunyai akar, batang, dan daun yang relatif
singkat (Wudianto, 1998).
Stek batang adalah stek yang umum dipakai dalam bidang kehutanan dan perkebunan.
Dalam perbanyakan vegetatif yang dimaksud dengan stek batang dan stek pucuk adalah yang
menggunakan batang dan pucuk stek. Stek batang adalah pembiakan tanaman yang
menggunakan bagian batang agak tua dengan memotong bagian pucuknya yang dipisahkan dari
induknya. Stek batang ini diambil dari bagian tanaman yang ortotrop dan mengharapkan
tumbuhnya tunas dari kuncup – kuncup tunas yang tumbuh di ketiak tanaman (Wudianto, 1998).
Stek batang didefinisikan sebagai pembiakan tanaman dengan menggunakan bagian
batang sampai pucuk yang dipisahkan dari induknya, sehingga menghasilkan tanaman yang
sempurna. Stek batang pucuk ini sebaiknya diambil dari bagian tanaman ortotrof sehingga
diharapkan dapat membentuk suatu batang yang kokoh dan lurus keatas (Yasman, 1988).
Keuntungan dari perbanyakan ini adalah lebih efisien jika dibandingkan dengan cara lain
karena cepat tumbuh dan penyediaan bibit dapat dilakukan dalam jumlah yang besar. Sedangkan
kesulitan yang dihadapi adalah selang waktu penyimpanan relatif pendek antara pengambilan
dan penanaman (Wudianto, 1988). unggul dengan produksi tinggi, tahan hama dan penyakit serta
mudah penanamannya. Sedangkan yang berkaitan dengan persiapan bahan stek, Yasman dan
Smits (1988) menerangkan bahwa pemotongan bagian pangkal stek sebaiknya 1 cm dibawah
buku (node) karena sifat anatomis dan penimbunan karbohidrat yang banyak pada buku tersebut
adalah lebih baik untuk perakaran stek.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M, dkk. 2007.Ipa Terpadu SMP dan MTs Jilid 3a. Jakarta:esis
Adinugraha, H. A, dkk. 2007. Pertumbuhan Stek Pucuk dari Tunas Hasil Pemangkasan Semai
Jenis Eucalypus pelilita F. Muell di Persemaian. Pemuliaan Tanaman Hutan, 1(1)
Adit, R. 2012. Pembiakan Vegetatif dengan Cara Stek. http://rezer-
adt.blogspot.com/2012/11/pembiakan-vegetatif-dengan-cara-stek.html. Diakses
20 Desember 2015
Hidayat, S dan Sri. W. 2009. Seri Tumbuhan Obat Berpotensi Hias(2). Jakarta: PT Elex Media
Komputindo
Hidayat, Y. 2010. Pertumbuhan Akar Primer, Sekunder, Tersier Stek Batang Bibit Surian
(Toona sinensis Roem). Wana Mukti Forestry Research, 10 (2): 1-8
Melati dan D. Rusmin. 2008. Pengaruh Jenis Kemasan terhadap Mutu dan Pertumbuhan
Setek Nilam Berakar (Pogostemon cablin Benth) selama Penyimpanan. Littri,
14(1) : 1-6
Rukamana, R. 2012. Bugenvil. Cetakan ke 13. Yogyakarta: Kanisius
Wudianto, 1998. Membuat stek cangkok .Cangkok dan Okulasi.PT.Penebar Swadaya Jakarta
Yasman dan Smits, 1988. Metode Pembuatan stek. Badan Peneliti kehutanan Samarinda.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bibit tanaman bermutu merupakan salah satu faktor produksi dari suatu indutri hutan
tanaman. Bibit bermutu dengan harga murah sangat menentukan keberhasilan dan keuntungan
suatu usaha penanaman hutan. Untuk menyediaakan bibit tersebut diperlukan persemaian yang
memadai.

Persemaian merupakan tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih atau bagian
tanaman lain menjadi bibit siap ditanam ke lapangan. Benih yang baik apabila diproses dengan
teknik persemaian yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula, tetapi benih yang baik
akan menghasilkan bibit yang kurang baik apabila diproses dengan teknik persemaian yang tidak
sesuai. Bibit yang berkualitas dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu akan diperoleh apabila
teknik persemaian yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah baku.

Dalam menghitung kebutuhan luasan lahan yang diperlukan untuk membangun suatu
persemaian adalah areal persemaian akan dibagi menjadi dua kegunaan, yaitu untuk dibuat
bedeng-bedeng (bedeng tabur dan bedeng sapih) dan untuk infrastuktur lainnya (pondok untuk
tempat tinggal sementara para pekerja, kantor persemaian, gudang saprodi, rumah pompa air dan
genset, bangunan pengisian polybag, tempat penampungan bahan media semai, rumah pompa
dll). Sebagai patokan biasanya, lahan untuk pembuatan bedeng-bedeng adalah 60 - 70% areal
persemaian, sedangkan untuk infrastuktur lainnya sebesar 30 - 40% areal persemaian.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan persemaian adalah sebagai
berikut : pemilihan lokasi persemaian meliputi luas persemaian, kebutuhan air, tenaga kerja,
bahan persemaian, benih bermutu, pelaksanaan persemaian termasuk tata waktu
penyelenggaraan persemaian dan pemeliharaan.

Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung (direct planting) dan
secara tidak langsung yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian.
Penanaman secara langsung ke lapangan biasanya dilakukan apabila biji-biji (benih) tersebut
berukuran besar dan jumlah persediaannya melimpah. Meskipun ukuran benih besar tetapi kalau
jumlahnya terbatas, maka benih tersebut seyogyanya disemaikan terlebih dulu.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Merencanakan kebutuhan bahan pembuatan bangunan pesemaian kolektif.
2. Menyebutkan dengan dua persyaratan lahan yang dapat dimanfaatkan (diperlukan)
sebagai tempat pesemaian.
3. Menyebutkan pengaturan cahaya yang diperlukan dalam pesemaian sampai bibit berumur
enam bulan.
4. Mendirikan bangunan pesemaian dengan benar (memenuhi persyaratan teknis dan
persyaratan agronomis).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Persemaian adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih menjadi
bibit/semai yang siap ditanam di lapangan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal di
lapangan dari kegiatan penanaman tanaman karena itu sangat penting dan merupakan kunci
pertama di dalam upaya mendapatkan bibit tanaman yang baik dan berkualitas (Pelupessy,
2007).
Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung (direct planting) dan
secara tidak langsung yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian.
Penanaman secara langsung ke lapangan biasanya dilakukan apabila biji-biji (benih) tersebut
berukuran besar dan jumlah persediaannya melimpah. Meskipun ukuran benih besar tetapi kalau
jumlahnya terbatas, maka benih tersebut lebih baik disemaikan terlebih dulu.
Pemindahan/penanaman bibit berupa semai dari persemaian ke lapangan dapat dilakukan setelah
benih hasil semaian tersebut sudah kuat atau siap ditanam (Fiandika, 2006).
Pembuatan Persemaian
A. Perencanaan Pembuatan Persemaian
Sebelum memulai pembuatan persemaian perlu ditentukan dulu persemaian apa yang
akan dibuat apakah persemaian sementara atau permanen. Persemaian sementara dibuat apabila
kegiatan persemaian dilakukan paling lama 5 tahun sedangkan persemaian permanen untuk
memproduksi bibit dalam jangka waktu yang lama dan biasanya melayani areal penanaman yang
luas.(Rusmana, 2012).
B. Pemilihan Lokasi Persemaian
Lokasi persemaian harus memenuhi persyaratan teknis dan fisik :
1. Aspek Teknis
Aspek teknis adalah kondisi lapangan yang secara teknis akan berpengaruh terhadap
pembuatan persemaian. Beberapa aspek teknis yang perlu diperhatikan adalah :
a. Lokasi dekat dengan areal penanaman, mudah dijangkau, terlindung dari angin
kencang, terbuka/kena sinar matahari secara langsung.
b. Ada jalan angkutan sesuai kebutuhan (jalan darat atau sungai).
c. Luas lokasi disesuaikan dengan jumlah bibit yang akan dihasilkan dan cara pembibitan
apakah menggunakan polybag atau polytube.(Logman, 1993).
d. Pada umumnya luas persemaian efektif (bedeng tabur, bedeng semai dan bedeng sapih)
adalah 60 % dari luas areal persemaian dan 40 % digunakan untuk bangunan lainnya
seperti kantor, barak kerja, rumah jaga, saluran irigasi dan jalan inspeksi.
e. Ukuran bedeng semai umumnya 5 x 1m, dengan ukuran ini akan memudahkan
menghitung jumlah bibit yang ada.
f. Arah bedeng semai utara-selatan.Tinggi naungan sebelah barat 150 cm dan sebelah
timur 175 cm
g. Untuk persemaian sementara naungan dapat dibuat dari kasa plastik, daun kelapa,
jerami dan alang-alang.(Supriadi, 1988).
2. Aspek Fisik
Aspek fisik adalah kondisi lapangan yang secara fisik akan mempengaruhi pembuatan
persemaian, diantaranya adalah :
a. Tersedia sumber air (sungai, air tanah )
b. Lokasi datar (kemiringan kurang dari 10 %)
c. Tersedia tenaga kerja (dekat perkampungan)
d. Tersedia bahan (benih, media tumbuh, kantong plastik/polybag, fungisida, pestisida
dan pupuk)
e. Tersedia peralatan (cangkul dan peralatan kerja lainnya, barak kerja, rumah jaga,
pagar, naungan dsb). (Tolkamp, 2002).
3. Pelaksanaan Persemaian
Penanaman di lapangan umumnya dilakukan pada musim hujan sedangkan musim hujan
untuk setiap daerah berbeda sehingga permulaan pembuatan persemaian disesuaikan dengan
kondisi setempat. Selain itu umur bibit siap tanam dari setiap jenis berbeda-beda, ada yang 5
bulan, 6 bulan bahkan ada yang 12 bulan. Oleh karena itu permulaan pembuatan persemaian juga
disesuaikan dengan jenis bibit yang akan dihasilkan.(Subiakto, 2010).
DAFTAR PUSTAKA

Fiandika.2006.Ayo Tanam Sayur. http://ayotanamsayurbbjkgjgjaqj.2006. Diakses pada 29


November 2017.

Longman, K. A. 1993. Rooting Cuttings of Tropical Trees. Tropical Trees: Propagation and
PlantingManuals. Vol I. Commonwealth Science Council. London.
Pelupessy, L. 2007. Teknik Persemaian. Pelatihan Penanaman Hutan di Maluku & Maluku
Utara – Ambon. Fakultas Pertanian Universitas Pattimura

Rusmana dan Danu, 2012. Teknik Produksi Bibit Tanaman Kehutanan. Materi Pelatihan
Persemaian. Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru.

Subiakto, A. 2010. Analisa biaya Pembuatan Persemaian Modern. Bahan Rapat Persemaian
Modern.

Supriadi G & Vall, I. 1988. Manual Persemaian ATA- 267. Balai Teknologi Reboisasi
Banjarbaru. Penerbitan No. 52.

Tolkamp dan Leppe, 2002. Pembangunan Kebun Pangkas. Manual Persemaian

Anda mungkin juga menyukai