DISUSUN OLEH NAMA: DHIMAS SATRIA WIBOWO NIM: 200301072 KELAS: AET 2
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN SUMATERA UTARA 2020 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 2020 Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bakteri merupakan mikroba prokariotik uniselular, termasuk kelas Schyzomicetes, berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan sel. Bakteri tidak berklorofil kecuali beberapa yang bersifat fotosintetik. Bakteri memiliki cara hidup yang berbeda-beda, ada yang dapat hidup bebas, parasitik, saprofitik, dan patogen terhadap makhluk hidup lain. Habitatnya tersebar luas di alam, dalam tanah, atmosfer, di dalam lumpur, dan laut. Bakteri mempunyai bentuk dasar bulat, batang, dan lengkung.bentuk bakteri juga dapat dipengaruhi oleh umur dan syarat pertumbuhan tertentu. Bakteri dapat mengalami involusi yaitu perubahan bentuk yang disebablan faktor makanan, suhu dan lingkungan yang kurang menguntungkan bagi bakteri. Bakteri adalah organisme mikroskopis. Selain mikroskopis, bakteri juga hampir tidak memiliki warna atau transparan dan kontras dengan air. Sehingga melihat dan mengamati bakteri akan sangat sulit jika tidakdibantung dengan alat bantu mikroskop. Untuk mengatasi keterbatasan visua tersebut, dikembangkanlah metode pewarnaan sebagai cara mengidentifikasi bakteri. Cara yang paling penting dan luas dalam metode pewarnaan bakteri dikemukakan oleh Denmark Hans Christian Gram (1853-1938). Beliau mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan Pneumococcus dan bakteri Kleiballa pneumoniae. Dalam proses pewarnaan Gram,colesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut: Zat pewarna kristal violet, larutan yodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dn zat pewarna tandingannya berupa zat warna safranin atau air fuchsin. Bakteri yang terwarnai dengan metode ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak bewarna ungu tua dibawah mikroskop. Sedangkan bakteri grm negatif akan kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan setelah diberi zat warna tandingannya akan tampak bewarna merah. Perbedaan warna ini disebabkan oleh perbedaan unsur kimia di dalam selnya. 1.2. Tujuan Praktikum Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui cara uji gram serta mengetahui cara membedakan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
Bab II. Bahan Dan Metode
2.1 Alat Dan Bahan Adapun alat yang digunakan adalah: Gelas objek, tisu, spiritus/pembakar bunsen, kaca objek, jarum ose, dan mikroskop Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah: Isolat biakan murni, akuades, larutan kristal violet, larutan iodine, alkohol asam, safrnin.
2.2 Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dikerjakan dalam uji pewarnaan gram adalah sebagai berikut: 1. Sediakan gelas objek yang bersih, kemudian gelas objek dicuci dengan menggunakan alkohol. 2. Setelah itu gelas objek dikeringkan menggunakan tisu. Setelah kering gelas objek ditetesi dengan satu tetes air akuades pada permukaan gelas objek. 3. Setelah itu, diambil kultur bakteri murni yang berumur 24 jam dan kita ratakan diatas kaca objek dan dikeringkan. Pengambilan kultur bakteri tidak terlalu banyak, karena jika diambil terlalu banyak akan sulit diratakan dan apabila kultur bakteri tidak dapat diratakan tipis-tipis akan mengakibatkan bakteri tertimbun satu sama lain. Jika bakteri tertimbun, pengamatan bentuk sel akan tidak jelas. 4. Setelah rataan kultur bakteri kering dilakukan viksasi dengan cara dipanaskan dengan nyala api. 5. Setelah dilakukan viksasi, bakteri diteteskan larutan kristal violet dan dibiarkan. Setelah dibiarkan, cuci gelas dengan air mengalir. Pencucian dengan air bertujuan untuk mengurangi kelebihan zat warna violet pada kaca. 6. Setelah pencucian, gelas kaca diberi larutan iodine dan dibiarkan sehingga terbentuk suatu kompleks antara zat warna violet dan iodine. 7. Setelah pengeringan, bakteri dicuci kembali dengan air mengalir. Setelah pencucian dengan air mengalir, bakteri kembali dicuci dengan acid alkohol. 8. Setelah dicuci dengan alkohol, bakteri kembali ditetesi dengan sakranin dan dibiarkan. Kembali lagi dilakukan pencucian air mengalir setelahnya. 9. Setelah itu olesan bakteri yang telah ditesi sakranin dan dicuci dengan air mengalir tadi dikeringkan. 10. Setelah olesan tersebut kering, dilakukan pengamatan di dalam mikroskop. Bila bakteri yang diamati memiliki gram positif, berarti bakteri tersebut berwarna biru. Sedangkan jika bakteri yang diamati bergram negatif, maka bakteri tersebut akan memiliki warna merah.
Bab III. Hasil Dan Pembahasan
3.1 Hasil Pengamatan
Bakteri bergram positif Bakteri bergram negatif
3.2 Pembahasan Pewarnaan gram adalah pewarnaan yang digunakan untuk mengelompokkan bakteri gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna kristal violet dan akan tampak berwarn biru dibawah mikroskop. Adapun bakteri bergram negatif akan kehilangan zat warna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan setelah diberikan zat pewarna air fuchsin atau safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan dalam warna ini disebabkan oleh perbedaan struktur kimiawi dinding selnya. Prinsip pewarnaan gram didasarkan pada perbedaan struktur dindin sel bakteri, sehingga menyebabkan perbedan reaksi dengan permeabilitas zat warna dan penambahan larutan pencuci (Dwidjoseputro. 1998). Umumnya bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik. Bakteri sulit dilihat secara langsung karena bakteri tidak membiaskan cahaya, hal tersebut menyebabkan zat warna digunakan untuk mempermudah proses pengamatan. Mengamati bakteri sangat sulit dilakukan, oleh karena itu dikembangakn metode pewarnaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, pelunturan warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna tertutup. Kristal violet adalah pewarna triarylmethane. Pewarna ini digunakan sebagai histologis noda dalam metode gram. Kristal violet memiliki sifa-sifat anti bakteri, jamur dan obat cacing, dan sebelumnya digunakan sebagai antiseptik topikal (Sutedjo, 1991) Safranin merupakan pewarna tandingan atau pewarna sekunder. Zat ini berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan dengan alkohol. Dengan kata lain memberikan warna lain pada mikroorganisme non-target (Wahyuningsih, 2008). Pewarna safranin akan menjadi warna pada bakteri gram negatif, karena bakteri gram negatif sudah kehilangan pewarna kristal violet setelah pencucian dengan alkohol. Sebaliknya jika bakteri bergram positif, bakteri tersebut akan tetap mempertahankan warna kristal violet walaupun setelah dilakukan pencucian dengan menggunakan alkohol.
Bab IV. Daftar Pustaka
Sumarsih, sri (2003). Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar.Yogyakarta, Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Gram. HC (1884). "Über die isolierte Färbung der Schizomyceten in Schnitt- und Trockenpräparaten". Fortschritte der Medizin. 2: 185–89. Dwijoseputro (1998). Dasar-Dasar Mikrobiologi, Malang:UMM Press Sutedjo, Mul Mulyani (1991). Mikrobiologi Tanah. Jakarta: Rhineka Cipta. Wahyuningsih (2008). Pengecatan Gram. Universitas Jendral Soedirman, Fakultas Pertanian: Purwokerto. Safni, Irda (2020). “Video Uji Pewarnaan Gram”, https://www.youtube.com/watch? v=k_bqDLLdspc, diakses pada 13 oktober 2020 pada pukul 11.20