Anda di halaman 1dari 27

PEMANFAATAN TEKNIK KULTUR MERISTEM DALAM UPAYA

MEMPERBANYAK TANAMAN LENGKENG (Dimocarpus longan) UNGGUL DAN


TAHAN TERHADAP PATOGEN

PAPER

OLEH:
DHIMAS SATRIA WIBOWO
200301072
AGRITEKNOLOGI-2

LABORATORIUM DASAR PEMULIAAN TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS P ERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
PEMANFAATAN TEKNIK KULTUR MERISTEM DALAM UPAYA
MEMPERBANYAK TANAMAN LENGKENG (Dimocarpus longan) UNGGUL DAN
TAHAN TERHADAP PATOGEN

PAPER

OLEH:
DHIMAS SATRIA WIBOWO
200301072
AGROTEKNOLOGI-2

Paper Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian di
Laboratorium Budidaya Tanaman Pangan A Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

LABORATORIUM DASAR PEMULIAAN TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS P ERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
Judul : PEMANFAATAN TEKNIK KULTUR MERISTEM DALAM
UPAYA MEMPERBANYAK TANAMAN LENGKENG
(Dimocarpus longan) UNGGUL DAN TAHAN TERHADAP
PATOGEN
Nama : DHIMAS SATRIA WIBOWO
Nim : 200301072
Kelas : AGROTEKNOLOGI-2

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab

(Ir.Meiriani, MP)
NIP: 196505181992032001

Disetujui oleh
Asisten Koordinator

( Sholahuddin Al Hasnan)
NIM: 170301157

Diperiksa oleh Diperiksa Oleh


Asisten Korektor I Asisten Korektor II

(Mhd Hasbih Paradika Harahap) (Gracia Kristabella Br ginting )


NIM: 180301084 NIM: 180
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan paper ini tepat pada

waktunya.

Adapun judul daripada paper ini adalah “PEMANFAATAN TEKNIK

KULTUR MERISTEM DALAM UPAYA MEMPERBANYAK TANAMAN

LENGKENG (Dimocarpus longan) UNGGUL DAN TAHAN TERHADAP

PATOGEN” yang merupakan salah satu syarat untuk melengkapi komponen

penilaian di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman Program Studi

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera utara

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen

penanggung jawab yaitu bapak Ir. Hot Setiado, M.S;

Prof. Dr. Ir. Luthfi A.M Siregar, S.P, M.Sc, Ph.D;

Dr. Ir. Emmy Harso Khardi Mala, M.Sc;

Ir. Revandi I.M Danamanik, M.Si, M.Sc, P.Hd; Dr. Khairunnisa, S.P, M.P;

Hafnes Wahyuni, S.P, M.P; Rahmatika Aifi, S.P, M.P serta abang dan kakak asisten

yang senantiasa dalam membantu dalam penyelesaian paper ini

Saya menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu kritik dan saran membangun sangat diperlukan dalam memperbaiki

penulisan paper ini. Akhir kata Saya, mengucapkan terimakasih banyak

Medan, 28 April 2021

(Dhimas Satria wibowo)


Nim: 200301072

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang…………………………………………………………….1
Tujuan Penulisan…………………………………………………………..3
Kegunaan Penulisan……………………………………………………….3

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman…………………………………………………………...4
Syarat Tumbuh…………………………………………………………….5
Kultur Meristem…………………………………………………………...5
Iklim……………………………………………………………….6
Tanah………………………………………………………………6

PEMANFAATAN TEKNIK KULTUR MERISTEM DALAM UPAYA


MEMPERBANYAK TANAMAN LENGKENG (Dimocarpus longan)
UNGGUL DAN TAHAN TERHADAP PATOGEN
Plasma Nutfah Tanaman Lengkeng………………………………………..8
Tanaman Lengkeng unggul………………………………………………..9
Penerapan Kultur Meristem………………………………………………10
Kultur Meristem Menyebabkan Tanaman tahan Terhadap Patogen……...12
Pemanfaatan Teknik kultur meristem…………………………………….13
Produksi Benih Lengkeng………………………………………………...25

KESIMPULAN
Kesimpulan………………………………………………………………17
Saran……………………………………………………………………...17

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...18

LAMPIRAN……………………………………………………………………..20

ii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman lengkeng atau masyarakat Indonesia biasanya menyebutnya

kelengkeng merupakan buah jenis lerak-lerakkan yang sangat populer di wilayah

Asia Tenggara. Tanaman lengkeng berasal dari dataran Cina, namun beberapa ahli

menyatakan bahwa tanaman ini berasal dari wilayah india. Tanaman lengkeng

selain rasanya yang enak, juga terkenal sejak dahulu sebagai tanaman obat. Ekstrak

air kulit buah kelengkeng mengandung senyawa anti-oksidan dan anti-inflamasi,

sedangkan ekstrak biji buah kelengkeng mengandung senyawa anti-mikrobia yang

berasal dari senyawa fenolik (Tseng et al., 2014).

Lengkeng sangat populer di Asia Tenggara, upaya pembudidayaan

dilakukan hampir diseluruh negara kawasan Asian tenggara seperti Thailand,

Vietnam, Filipina, Malaysia, Cina, Dan Indonesia. Di Indonesia terdapat beberapa

jenis kelengkeng lokal yang saat ini dibudidayakan yaitu kelengkeng lokal varietas

batu, kelengkeng lokal varietas selarong dan kelengkeng lokal varietas mutiara.

Lengkeng yang dibudidayakan di Indonesia ada dua macam yaitu lengkeng lokal

dan lengkeng introduksi. Lengkeng lokal ada beberapa kultivar diantaranya adalah

lengkeng batu dan lengkeng kopyor (Tamura, 2015)

Pertambahan jumlah penduduk yang diikuti oleh peningkatan kesejahteraan

dan kesadaran masyarakat terhadap gizi akan mengarah pada peningkatan

permintaan masyarakat terhadap buah-buahan. Pada tahun 2012, impor kelengkeng

dilakukan hanya dengan 3 negara, yaitu dari Thailand sebanyak 29.000 ton

kelengkeng dengan nilai US$ 33.700.000, dari negara Vietnam sebanyak 171 ton

dengan nilai US$ 201.700, dan dari China sebanyak 27,5 ton dengan nilai US$
2

30.287 sejak Januari-Juni 2012 (El Hida, 2012). Sepanjang tahun 2013, kelengkeng

impor telah masuk sekitar 120.000 ton dengan nilai US$ 138.500.000 (El Hida,

2013). Lonjakan impor kelengkeng sebesar 91.000 ton dalam kurun waktu satu

tahun (2012- 2013) mengindikasikan adanya permintaan pasar yang sangat besar

terhadap buah kelengkeng. (Daryono, 2015)

Tiga pangsa pasar buah sejak lama sampai sekarang masih tetap terbuka,

yaitu pasar internasional (Eropa, Amerika), regional (Asia dan Australia) dan dalam

negeri. Artinya, pasar dan konsumen buah di kawasan regional dan bahkan dalam

negeri pun dapat dibudidayakan untuk pasokan buah dalam negeri. Dengan jumlah

penduduk mendekati 230 juta jiwa, dan dengan dasar kebutuhan konsumsi buah

minimum 32,5 kg buah/kapita/tahun, Indonesia memerlukan persediaan buah-

buahan sekitar 81.250 juta kg/ tahun Padahal secara total produksi buah-buah

pertahun hanya sekitar 8000 juta kg. Artinya produksi buah untuk konsumsi dalam

negeri saja masih belum mencukupi kebutuhan. (Tamura, 2015)

Tanaman lengkeng merupakan tanaman sub-tropika, namun tetap bisa

ditanam di dataran tinggi wilayah tropika. Seperti halnya tanaman perkebunan lain,

tanaman lengkeng rentan terkena penyakit patogen. Salah satu penyakit yang umum

terjadi pada budidaya tanaman lengkeng adalah penyakit akar putih dan akar hitam.

Penyakit ini merupakan penyakit mematikan yang bila dibiarkan akan

menyebabkan tanaman menjadi layu dan busuk akibat tidak mampunya akar dalam

menyerap unsur hara di dalam tanah. Dalam mendiagnosa penyakit ini, Salah satu

metode yang dapat digunakan untuk menentukan gejala dan solusi dalam system

pakar adalah Forward chaining. Namun metode ini hanya untuk mendiagnosa

penyakit agar dapat ditangani dan tidak permanen. (Wahyuni, 2019)


3

Akibat dari permasalahan yang menyangkut ketahanan dan produktivitas,

diperlukan metode yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satu cara

yang dapat ditempuh untuk mengatasi masalah tersebut ialah kultur meristem.

Kultur meristem dapat digunakan untuk memperbanyak tanaman yang mirip

dengan tanaman yang menjadi dasar kultur. Kultur meristem dapat meningkatkan

produktivitas daripada petanian lengkeng. Kultur meristem juga dapat digunakan

untuk menciptakan tanaman yang tahan terhadap patogen. Ketahanan terhadap

patogen ini dapat terjadi karena Kultur ujung meristem (meristem-tip

culture=MTC) pertama kali digunakan untuk menghasilkan tanaman bebas virus

dengan asumsi bahwa virus tidak dapat menginvasi jaringan meristematik pada

kuncup. (Astarini, 2016)

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan paper ini ialah untuk mengetahui pengaruh

kultur meristem dalam menghasilkan Lengkeng unggul dengan produktivitas tinggi

dan tahan terhadap patogen.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan dari paper ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk memenuhi komponen penilaian pada praktikum di Laboratorium Budidaya

Tanaman Pangan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang

membutuhkan.
4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Tanaman lengkeng termasuk dalam kelompok tanaman berkeping dua,

berikut adalah klasifikasi tanaman lengkeng Kingdom : Plantae Sub kingdom :

Tracheophyta Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas :

Magnoliopsida Ordo : Dimocarpus Famili : Sapindaceae Genus : Dimiocarpus

Spesies : Dimocarpus longan. (Rosyida, 2017)

Morfologi buah kelengkeng berbentuk bulat sampai lonjong terdapat kulit

buah yang bewarna hijau ketika masih muda dan akan berubah menjadi coklat saat

sudah matang. Benih kelengkeng berbentuk bulat mengkilap dan berwarna hitam,

terbungkus oleh daging buah yang transparan. (Alamsyah, 2017)

Daun lengkeng merupakan daun majemuk dengan 3-6 pasang helai daun.

Bentuk daun bulat memanjang, ujungnya agak runcing, tepi daun rata, daun tidak

berbulu, permukaan daun lengkeng mengandung lapis-lapis lilin. Kuncup daunnya

berwarna kuning kehijauan, ada pula yang berwarna merah.

Bunga lengkeng terdapat pada bagian ujung atau terminal. Bunga berbentuk malai

dengan bentuk percabangan monopodial, mahkota bunga berjumlah 5 petal. Warna

bunga kuning muda atau putih kekuningan.

Buah lengkeng berbentuk kerucut, ada pula yang bulat, diameter buah mencapai 1-

13 cm, berat buah lengkeng mencapai 6-19 gram, berwarna kekuningan pada saat

muda dan coklat muda pada saat buah matang. Kulit buah tipis, permukaan kulit

luar buahnya ada yang kasar atau halus. Buah lengkeng memiliki satu biji yang

berbentuk bulat, mengkilap dan berwarna coklat tua sampai hitam. (Aini, 2013)
5

Syarat Tumbuh

Kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman merupakan

syarat utama keberhasilan usaha tani. Suhu ideal yang dikehendaki tanaman

Kelengkeng bagi pertumbuhannya yaitu antara 20 sampai 330C pada siang hari dan

15 sampai 220C pada malam hari. Mubin usman (2004) menyatakan bahwa

tanaman Kelengkeng dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada dataran

rendah yang bersuhu panas.

Kelembaban udara yang ideal bagi pertumbuhan tanaman Kelengkeng

adalah antara 65 sampai 90% dengan curah hujan berkisar antara 2500 sampai 4000

mm/tahun. Tanah merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan proses

produksi pertanian. Jenis tanah yang cocok bagi tanaman Kelengkeng yaitu

lempung dan berpasir serta mengandung zat organik. Derajat keasaman (PH) 7

tanah yang diperlukan tanaman Kelengkeng antara 5,5 - 6,5 serta memiliki aerasi

dan drainase yang baik. (Rosyida, 2017)

Kultur Meristem

Kultur meristem adalah teknik kultur jaringan yang menggunakan meristem

apikal sebagai eksplannya. Teknik kultur meristem adalah teknik yang bertujuan

untuk mendapakan anakan dengan jumlah besar dan dalam waktu singkat. Teknik

ini juga dikatakan dapat menghasilkan anakan yang bebas terhadap virus patogen

yang sering menyerang tanaman. (Sitinjak, 2010)

Iklim

Lengkeng atau longan merupakan tanaman asli subtropik, sehingga proses

pembungaan dan pembuahannya di daerah tropik dengan kondisi iklim berbeda


6

mengalami kendala dan perlu adaptasi tertentu. Walaupun demikian, lengkeng

dapat hidup dengan baik di wilayah tropis Asia Tenggara. (Theresia, 2007)

Faktor yang berpengaruh pada lengkeng adalah ketinggian tempat dari

permukaan laut. Selama ini diketahui lengkeng hanya dapat hidup dan be rbuah di

daerah dataran tinggi. Hal ini berkaitan dengan kondisi suhu bagi pertumbuhannya,

yaitu 20 – 330C pada siang hari dan 15 – 220C pada malam hari. Pada kisaran suhu

tersebut tanaman lengkeng bisa berbunga dan berbuah. Sebaliknya, jika suhu pada

malam hari melewati kisaran optimal, tanaman tidak berbunga. Meskipun

demikian, lengkeng dapat beradaptasi dan hidup pada kondisi suhu yang ekstrim

sangat dingin, yaitu kurang dari 00C atau pada suhu tinggi hingga 350C (Usman,

2004)

Kelembaban udara ideal bagi lengkeng adalah 65 - 90% dan curah hujan

2.000 – 2.500 mm/tahun pada iklim basah, 2.500 - 3.500 mm/tahun pada iklim

sangat basah dan pada musim kering curah hujan kurang dari 2000 mm/tahun.

Bunga tanaman lengkeng sangat sensitif terhadap curah hujan. Curah hujan terlalu

tinggi bisa mengakibatkan bunga rontok, sehingga langkeng tidak dapat

berproduksi optimal. (Mismawarni, 2014)

Tanah

Lengkeng dapat tumbuh bauj di daerah-daerah yang tanahnya bertekstur

halus dengan ph 5,5-6,5. Tanah bertekstur halus biasanya merupakan tanah yang

terdiri dari debu dan lempung atau tanah yang tidak berpasir, misalnya tanah

andosol, vertisol, latosol, atau laterit dan sebagainya. (Sunanto, 2004)

Lengkeng hidup baik di tanah lempung yang berpasir dan mengandung

kapur. Tanah lempung memiliki ciri berwarna kelabu hingga kecoklatan dan
7

bertekstur liat. Jenis tanah lainnya adalah tanah andosol yang umumnya terdapat

pada dataran tinggi. Tanah andosol memiliki ketebalan solum mulai dari 1-2,25m.

Berwarna hitam kelabu atau cokelat tua. Sejatinya tanaman lengkeng tidak

memerlukan jenis tanah yang spesifik untuk tumbuh, terutama jenis lengkeng

unggul. Lengkeng akan tumbuh dengan baik apabila ditanam diatas tanah dengan

pH yang tepat dan drainase tanah yang baik. (Widiastika, 2011)


8

PEMANFAATAN TEKNIK KULTUR MERISTEM DALAM UPAYA


MEMPERBANYAK TANAMAN LENGKENG (Dimocarpus longan)
UNGGUL DAN TAHAN TERHADAP PATOGEN

Plasma Nutfah Tanaman Lengkeng

Penyebaran tanaman lengkeng di indonesia tidak terlalu banyak namun

cukup bervariasi. Lengkeng merupakan salah satu buah yang difavoritkan oleh

orang indonesia, sehingga pelestarian plasma nutfah tanaman lengkeng perlu

dilakukan dalam upaya perakitan karakter unggul unggul tanaman lengkeng. Upaya

pelestarian plasma nutfah ditujukan untuk menjaga karakter unggul tersebut agar

tidak hilang demi menghasilkan karakter unggul baru seperti produktivitas tinggi

ataupun ketahanan terhadap hama penyakit. Hasil eksplorasi tim Plasma Nutfah

Lengkeng Balitjestro mendata sejumlah 36 aksesi lengkeng di daerah Jawa Tengah

dan Jawa Timur (plus satu aksesi dari Yogyakarta), namun yang dapat

dikarakterisasi genetiknya hanya 32 aksesi. (Mariana et al. 2012)

Lengkeng lokal merupakan jenis lengkeng yang umum ditanam di Indonesia

karena kecocokan terhadap iklim endemik Indonesia lebih baik. Lengkeng

Indonesia memiliki ciri kulit yang tipis, rasa daging yang manis, daging yang

sedikit lengket. Ukuran bijinya bervariasi dimulai dengan varietas paling basis

memiliki ukuran biji yang relatif besar. beberapa jenis kelengkeng lokal yang saat

ini dibudidayakan yaitu kelengkeng lokal varietas batu, kelengkeng lokal varietas

selarong dan kelengkeng lokal varietas mutiara. Lengkeng yang dibudidayakan di

Indonesia ada dua macam yaitu lengkeng lokal dan lengkeng introduksi. Lengkeng

lokal ada beberapa kultivar diantaranya adalah lengkeng batu dan lengkeng kopyor.

(Tamura et al. 2015)


9

Tanaman Lengkeng Unggul

Tanaman dapat disebut unggul berdasarkan beberapa kriteria seperti

produktivitas tinggi, ketahanan terhadap hama penyakit, memiliki berat bersih yang

tinggi, nilai gizi yang baik, serta sifat-sifat lain seperti rasa yang enak dan manis

atau karakter lain seperti buah tanpa biji. Kemampuan adaptasi yang baik juga

merupakan salah satu karakter tanaman unggul. Tanaman yang dapat ditanam di

berbagai tingkat ketinggian dan ketahanan terhadap berbagai macam kondisi iklim

merupakan tujuan penciptaan varietas unggul tanaman. Menurut peraturan menteri

pertanian No. 37 Tahun 2006, Varietas unggul adalah varietas yang telah dilepas

oleh pemerintah yang mempunyai kelebihan dalam potensi hasil dan/atau calon

varietas yang diuji. Mengartikan pelepasan varietas unggul sangat ketat

diperhatikan pemerintah dan harus berdasarkan penamaan yang memiliki unsur

Indonesia demi memperkenalkan keunggulan varietas dengan unsur Indonesia.

Indonesia memiliki bermacam-macam variasi lengkeng unggul. Lengkeng

unggul di indonesia biasanya memiliki karakteristik rasanya yang manis, daging

buah yang tebal, dan biji yang kecil. Kesemua karakter ini merupakan karakter yang

memberikan rasa puas terhadap konsumen, sehingga harganya di pasaran dapat

melonjak naik dari lengkeng biasa.

Lengkeng yang kebanyakan menjadi lengkeng dengan kualitas unggul

merupakan lengkeng introduksi. Salah satu dari varietas lengkeng unggul hasil

introduksi adalah lengkeng matalada. Lengkeng matalada merupakan varietas

lengngkeng dengan ciri rasa yang manis, kulit yang putih dan tipis, daging buah

tebal, dan berbiji kecil. Lengkeng matalada merupakan lengkeng yang cepat

berbuah. Hanya dalam kurun waktu satu tahun setelah pembibitan, lengkeng sudah
10

dapat berbuah, hal ini memberikan informasi bahwa produktivitas tanaman tinggi

dengan waktu panen yang relatif singkat. Varietas lengkeng matalada juga

merupakan varietas lengkeng yang adaptable, artinya tanaman lengfkeng matalada

dapat beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan, tanah, dan iklim, bahkan

dapat ditemukan beberapa kultivar yang dapat berbuah meski ditanam di dalam

polybag untuk konsumsi pribadi. Tanaman lengkeng matalada juga merupakan

tanaman lengkeng yang terkenal tahan terhadap beberapa penyakit tertentu seperti

infeksi jamur fusarium ringan.

Lengkeng introduksi lainnya yang menjadi favorit para petani adalah

varietas lengkeng pingpong, diamon river, dan itoh. Ketiga kultivar lengkeng ini

merupakan lengkeng intorduksi dari thailand. Ketiga lengkeng ini memiliki

karakteristik berupa perawatan yang tidak rumit, kemampuan adaptasi yang tinggi,

berbuah genjah, dan produktivitas tinggi dimana dalam setahun dapat berbuah tiga

kali. Lengkeng pingpong dapat berbuah pertama kali mulai dari 8-12 bulan pasca

panen cangkokan, sedangkan lewat biji dapat berbuah pertama kali pada umur 2

tahun. (Sugiyatno et al. 2006)

Penerapan Kultur Meristem

Kultur meristem merupakan salah satu teknik perbanayakan tanaman non-

konvesional yang umum digunakan oleh pertanian industri demi mendapatkan

tanaman dengan sifat yang mirip dengan induknya dalam jumlah banyak dan dalam

waktu singkat. Bagian tumbuhan yang digunakan dalam teknik perbanyakan ini

adalah bagian meristem apikal tumbuhan. Pemilihan meristem apikal dikarenakan

jaringan meristem apikal adalah jaringan yang masih aktif membelah dan masih

muda. Semakin tua organ tanaman eksplan, maka proses pembelahan dan
11

regenerasi sel cenderung menurun, oleh karena itu jaringan yang masih muda lebih

baik digunakan karena pada umumnya jaringan tersebut masih berproliferasi

daripada jaringan yang berkayu atau yang sudah tua. (Rasullah, 2013)

Teknik kultur meristem merupakan teknik perbanyakan tanaman yang

sering digunakan dalam pertanian besar atau industri. Hal ini dikarenakan selain

menaikan produktivitas tanaman, teknik kultur meristem juga dapat menghasilkan

perbanyakan yang memiliki karakter yang serupa dengan induk dan terjamin bebas

dari patogen. (Bimantara, 2018)

Berbagai tahap-tahap dilakukan dalam melakukan kultur meristem agar

dapat sukses tanpa kesalahan, berikut adalah prosedur dalam kultur meristem

 Perryiapan iaringan steril

Bagian puncak tunas dipotong sepanjang 3 - 5 cm dari tanaman

asalnya. Lalu dibilas dengan larutan etanol 70%, Kemudian dicelupkan

dalam larutan natium hipoklofit 7% atau dalam larutan pemutih 50% selama

5 - l0 menit. Ke dalam larutan desinfektan ini boleh ditambahkan tween 20

atau tween 80 (0,01%). Setelah itu dicuci 5 - 6 kali dengan air aquades steril

 Pemotongan Ujung Meristem

Pemotongan harus dilakukan secara aseptik. Hilangkanlah lapisan

daun bagian luar dengan pisau steril sampai puncak meristem terlihat.

Ambillatr bagian puncak meristem tersebut, kemudian anamlah pada

medium agar. Inkubasikan kultur meristem tersebut dalam lemari

pertumbuhan dengan suhu 15 - 240C


12

 Inokulasi Eksplan

Setelah diperoleh ekslant yang telah steril maka dilakukan inokulasi

eksplan. Inokulasi merupakan proses penanaman eksplant pada media.

Proses inokulasi dilakukan di laminar air flow dengan kondisi aseptik. Alat-

alat inokulasi ditata didalam laminar air flow. Setiap alat tersebut dicelupkan

ke dalam alkohol 95% dan dilewatkan di atas nyala api bunsen selama 1-2

menit. Daun tembakau yang telah 34 steril dipotong ±1x1 cm dan

diinokulasikan ke dalam botol kultur yang telah berisi ± 20 ml media MS

dengan posisi bagian abaksial menyentuh medium.

Kultur Meristem Menyebabkan Tanaman tahan Terhadap Patogen

Teknik kultur meristem sudah digunakan secara luas dalam upaya

perbanyakan klon tumbuhan yang sama dengan induknya serta dalam kondisi yang

bebas virus. Perbanyakan lewat kultur meristem ini dilakukan karena meristem

merupakan jaringan yang tidak dapat ditembus oleh patogen baik virus maupun

penyakit. (Noveriza, 2013)

Berbagai hipotesis telah diajukan untuk menjelaskan ketidakmampuan virus

untuk menginvasi ujung meristem pada spesies tertentu, dan pengeliminasian virus

pada meristem saat kultur jaringan. Kegagalan virus untuk menginvasi meristem

dikaitkan dengan tingginya kandungan auksin dari sel – sel meristematik yang aktif

membelah, hingga kompetisi untuk mendapatkan nutrisi saat sintesis nukleuprotein

normal dan viral atau pada ketidakhadiran jaringan vaskuler dan plasmodesmata

yang menghubungkan sel – sel meristematik Hal terakhir mungkin terjadi pada

luteovirus dan sebagian besar closterovirus yang terperankgap pada sel - sel floem

namun tidak ada hipotesis yang dapat menjelaskan dengan baik. Berbagai faktor
13

mungkin mempengaruhi hubungan sel inang – virus, sehingga saat ini hanya dapat

dinyatakan bahwa sel meristematik membantu proses oksidatifreduktif mungkin

dapat menimbulkan lingkungan yang kurang cocok untuk replikasi virus. (Astarini,

2016)

Meristem yang digunakan untuk menghasilkan tanaman kultur meristem

yang bebas patogen adalah tunas meristem apikal. Dalam melakukan teknik kultur

meristem, ukuran dapat menjadi penentuan mau diarahkan kemana kultur meristem

tersebut. Jika ingin menghasilkan tanaman dengan sifat bebas penyakit dapat

digunakan meristem apikal sebesar 10 mm namun jika ingin menghasilkan anakan

yang banyak dalam waktu singkat dapat digunakan 5mm saja. Namun umum

digunakan adalah 10mm agar dapat menghasilkan tanaman bebas patogen yang

lebih menguntungkan dalam jangka panjang. Perbedaan ukuran dalam kultur

meristem dapat mempengaruhi tanaman bebas penyakit dikarenakan dalam

keadaan yang lebih besar dari 5mm, virus patogen tidak dapat menginvasi akibat

tentu saja jaringan meristem yang lebih panjang sehingga memerlukan waktu jauh

lebih lama untuk menginvasi meristem. Penggunaan 5mm panjang meristem untuk

menghasilkan anakan yang lebih banyak dikarenakan proses pertumbuhan tunah

akan jauh lebih cepat semakin pendek meristemnya, menyebabkan proses kultur

anakan dapat berlangsung lebih cepat. (Bhatia, 2015)

Pemanfaatan Teknik kultur meristem

Pemanfaatan teknik kultur meristem pada komoditas pertanian dapat

dimanfaatkan pada tanaman yang sulit dikembang biakan secara generatif.

Tanaman lengkeng merupakan tanaman yang dapat ditanam dengan baik pada

perkembang biakan secara generatif, namun hasilnya tidak maksimal. Penggunaan


14

biji memiliki waktu berbuah pertama cukup lama yaitu pada umur 2 tahun.

Penggunaan cangkok dan stek dapat mengurangi 50% waktu berbuah pertama

tanaman lengkeng, namun tanaman hasil cangkok dan stek tidak dapat bertahan

lama, yaitu hanya 5 tahun dan akhirnya mati. Tanaman yang dibiakkan secara

generatif alami juga tidak lepas dari ancaman patogen dimana patogen tersebut akan

dapat menyerang tanaman yang sehat secara generatif. Musuh alami tanaman

lengkeng adalah penyakit busuk akar, akar putih, dan virus mosaik yang umum

menyerang tanaman hortikultura.

Penerapan teknik kultur meristem ini sangat diperlukan untuk dapat

menghasilkan tanaman dengan produksi tinggi. Belakangan ini industri buah kaleng

semakin diminati, bahkan lengkeng kaleng sudah ada di supermarket-supermarket

besar. Makanan kalengan pada masyarakat asli sentra penghasil lengkeng memang

tidak diminati, namun pasar internasional sangat menginginkan makanan kaleng

pada komoditas yang mudah busuk sepert buah. Oleh karena itu teknik kultur

meristem akan sangat dibutuhkan oleh industri perkebunan komoditas lengkeng

dalam tetap menajga produktivitas maksimum untuk menjaga ketersediaan pasar

dan menaikkan income petani lengkeng.

Kultur meristem juga menghasilkan tanaman yang bebas patogen. Hal ini

adalah berita baik bagi petani karena dapat mengurangi perawatan dalam menjaga

tanaman dari penyakit. Keuntungan dari ketahanan tanaman kultur meristem

terhadap patogen akan semakin terlihat dalam jangka panjang. Bagi masyarakat

yang ingin menjadikan tanaman lengkeng sebagai tanaman hias atau kosnumsi

pribadi juga sangat menguntungkan, terutama bagi individu yang hobi berkebun

namun memiliki jam kerja yang sempit terhadap kebunnya, ketahanan terhadap
15

penyakit ini dapat mengurangi kekhawatiran dalam perawatan tanaman yang rentan

penyakit.

Untuk saat ini tanaman lengkeng unggul yang umum ditanam di indonesia

adalah lengkeng hasil intorduksi, artinya lengkeng yang bukan merupakan

kelengkeng yang berasal dari Indonesia. Kelengkeng batu dan kelengkeng kopyor

adalah lengkeng asli dari Indonesia yang umum ditanam oleh petani lengkeng.

Lengkeng jenis ini memiliki keunikan yaitu rasanya yang sangat manis, dan baunya

yang harum, serta kulitnya tipis seperti kertas. Apabila teknik kultur meristem dapat

digunakan untuk meningkatkan produktivitas lengkeng asli Indonesia, maka

komoditas kita akan dapat bersaing dengan varietas lengkeng unggul lain hasil

introduksi seperti lengkeng matalada, dan lengkeng new kristal asli Thailand, dan

menaikkan nama Indonesia dalam bidang budidaya lengkeng.

Produksi Benih Lengkeng

Produksi benih pada tanaman lengkeng yang dilakukan kultur jaringan

sangat diperlukan untuk menjaga plasma nutfah tanaman yang bersangkutan. Benih

merupakan hasil produksi generatif pada tanaman. Keberadaan benih penting untuk

menjadi bukti keberadaan tanaman. Ketersediaan benih juga diperlukan bagi para

breeder untuk dapat melakukan persilangan-persilangan tertentu untuk

mendapatkan varietas tanaman unggul baru lewat cara konvensional, terutama bagi

breeder pemula yang tidak memiliki akses terhadap laboratorium genetika.

Penyediaan benih oleh tanah kultur meristem memungkinkan untuk

mendapatkan benih varietas unggul yang tahan penyakit secara massal. Masyarakat

yang tidak bisa mendapatkan akses terhadap tanaman kultur meristem akan
16

menggunakan biji tahan patogen yang dihasilkan oleh produksi benih tanaman

lengkeng kultur meristem.

Benih dari tanaman unggul hasil kultur meristem dapat digunakan oleh para

petani yang tidak mendapatkan akses laboratorium kultur industri. Produksi benih

unggul dan tahan terhadap patogen akan dapat meningkatkan produktivitas

pertanian lokal, dan menaikkan taraf hidup para petani lokal di indonesia.

Ketersediaan teknologi produksi benih secara in vitro baik menggunakan media

padat dan/atau media cair memungkinkan produksi massal benih berkualitas

tanaman hortikultura dapat dilakukan secara efisien.


17

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Tanaman lengkeng adalah tanaman yang berasal dari wilayah cina yang

beriklim subtropika

2. Tanaman lengkeng merupakan tanaman yang dapat hidup di wilayah

subtropika seperti Cina dan wilayah tropika seperti Asia Tenggara

3. Karakter tanaman lengkeng yang unggul adalah berdaging tebal, aroma

harum, berbiji kecil, daya adaptasi tinggi, produktivitas tinggi, dan

ketahanan terhadap patogen

4. Tanaman lengkeng yang umum dianggap unggul adalah tanaman lengkeng

hasil introduksi seperti matalada, new kristal, dan lengkeng pingpong

5. Teknik kultur meristem dapat memperbanyak tanaman yang memiliki

karakteristik tanaman yang sama dengan eksplan dan ketahanan terhadap

patogen

6. Kultur meristem dapat menghasilkan tanaman yang tahan terhadap patogen

dikarenakan karakter meristem apikal yang terus membelah sehingga

menyebabkan patogen yang menginvasi kalah saing terhadap pertumbuhan

sel meristematik.

Saran

Diharapkan pembaca dapat memahami hubungan antara eksploitasi

karakteristik meristem terhadap ketahanan tumbuhan terhadap patogen perusak.


18

DAFTAR PUSTAKA

Aini, N. 2013. STRUKTUR ANATOMI DAUN LENGKENG


(Dimocarpus longan Lour.) KULTIVAR LOKAL, PINGPONG, ITOH,
DAN DIAMOND RIVER. Skripsi. JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
JEMBER

Alamsyah, A. N., Slamet, W., Kusmiati, F. 2017. EFEKTIVITAS PELAPISAN


BENIH KELENGKENG (DIMOCARPUS LONGAN LOUR.)
MENGGUNAKAN KOMBINASI JENIS BAHAN PELAPIS DENGAN
EKSTRAK BIJI SELASIH DAN WADAH SIMPAN BERBEDA. Journal Of
Agro Complex. Vol 1, No. 3 Tahun 2017

Astarini, I. A. 2016. Mengontrol virus kentang melalui kultur meristem dan kultur
stek batang, thermotherapy dan chemotheraphy. Program Studi Biologi.
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Udayana.

Bhatia, S., Sharma, K. 2015. Micropropagation. Modern Applicants Of Plant


Biotechnology And Pharmaceutical Science.

Bimantara, D. S. 2018. Multiplikasi Kultur Meristem Stroberi Kultivar Earlibrite


Dengan Penambahan Konsentrasi Hormon Bap Dan Kinetin. Jurnal
Produksi Tanaman., Vol 6 No. 3 Maret 2016. Hal 432-437

Daryono, B. S., Rabbani, A., Purnomo. 2015. Aplikasi Teknologi Budidaya


Kelengkeng Super Sleman di Padukuhan Gejayan. BIOEDUKASI 9(1): 57-
61, Februari 2016

Hendrawan, I. 2013. TEKNOLOGI OFF-SEASON TANAMAN LENGKENG


PADA RUMAH TANAMAN SEBAGAI UPAYA MEMENUHI
KEBUTUHAN PASAR. E-Journal WIDYA Eksakta. Volume 1 Nomor 1
Juli-Desember 2013

Mariana, B. D., Sugiyatno, A. 2013. KERAGAMAN MORFOLOGI DAN


GENETIK LENGKENG DI JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR.
Informatika Pertanian, Vol. 22 No.2, Desember 2013 : 95 – 102

Mismawarni, D. 2014. PENGARUH MEDIA TANAM DAN KEDALAMAN


TANAM TERHADAP VIABILITAS BENIH LENGKENG
(Nephelium longan L.). Skripsi. PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
19

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR


MEULABOH ACEH BARAT.

Rasullah, F. F. 2014. Respon Pertumbuhan Tunas Kultur Meristem Apikal


Tanaman Tebu (Saccharum officinarum) Varietas NXI 1-3 secara in viro
pada Media MS dengan Penambahan Arginin dan Glutamin. JURNAL
SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520

Sitinjak, R. 2010. Pemanfaatan Meristem Dalam Kultur Jaringan. Akademia vol 14,
nomor 4. Tahun 2010

Tamura, M. D., Setyobudo, L., Heddy, S. 2015. Variasi Kultivar Kelengkeng


(Nephellium longan L.) Unggulan Di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten
malang. Jurnal Produksi Tanaman, Volume 3, Nomor 7, Oktober 2015, hlm.
535 – 541

Theresia, P., Aris, M., Mursal. 2007. Pemacuan Pembungaan Tanaman Lengkeng
(Euphoria longana Lam.) untuk Produksi Buah di Luar Musim. Biosfera 24
(2). Hal 54-64.

Tseng, H., Wu, W., Huang, H., Wu, M. 2014. Antimicrobial Activities of Various
Fractions of Longan (Dimocarpus longan Lour. Fen Ke) Seed Extract.
International Journal of Food Science and Nutrition, Vol.65(5): 589-593.

Usman, M. 2004. Sukses Membuahkan Lengkeng dalam Pot. Agromedia Pustaka,


Jakarta Selatan. Hal 74

Wahyuni, S. N., Santosa. 2019. IMPLEMENTASI METODE FORWARD


CHAINING UNTUK MENDETEKSI PENYAKIT PADA TANAMAN
KELENGKENG. Jurnal Mantik Penusa. Volume 3, No. 1.1, Agustus 2019

Widiastika, W. 2011. Perbanyakan Tanaman Kelengkeng (Dinocarpus longan L.)


Dengan Teknik Okulasi. Tugas Akhir. Program Diploma III. Fakultas
Pertanian. Universitas Sebelas maret Surakarta.
20

LAMPIRAN
21
22

ACC OUTLINE

Anda mungkin juga menyukai