Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRATIKUM PERSIAPAN PANEN DAN PANEN

KELAPA SAWIT HAND POLLINATION

LAPORAN

Disusun Oleh :

ZAINI : A32202566 / GOLONGAN B

DOSEN PENGAMPU :
Ir. CHERRY TRIWIDIARTO, M.Si

Ir. SUGIYARTO, M.P

TEKNISI:
SYAHRUL MUNIR, S. ST

PROGRAM STUDI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER


2022
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guinenis Jacq) merupakan sumber minyak nabati yang sangat penting
disamping beberapa minyak nabati lainnya, seperti kelapa dalam, kacang-kacangan dan biji-
bijian lain (Lubis, 1992). Berdasarkan data Kementan (2013), perkiraan sementara luas lahan
kelapa sawit Indonesia sampai tahun 2012 sudah mencapai 9.074.621 ha yang tersebar di 22
provinsi, di mana terjadi peningkatan luas areal sebesar 0.91% dari tahun sebelumnya. Pada
tahun 2006 ekspor minyak sawit Indonesia mencapai 39.18% dari ekspor minyak sawit dunia
dan Malaysia sekitar 50.31%. Permasalahan dalam penyerbukan tanaman kelapa sawit yaitu
tanaman ini berumah satu sehingga dalam satu pohon terdapat bunga jantan dan bunga betina
yang terpisah rangkaiannya dan tidak bersamaan waktu pemasakannya. Dengan demikian
penyerbukan secara alami dari segi ekonomi kurang intensif karena jumlah buah yang dihasilkan
relatif rendah. Selain itu penyerbukan secara alami terganggu karena jumlah bunga jantan kurang
pada musim penghujan panjang. Oleh karena itu, solusi untuk mendapatkan tandan dengan
jumlah buah yang optimal harus dibantu dengan penyerbukan buatan (hand pollination).

1.2 Tujuan
1. Mengetahui hand pollination pada tanaman kelapa sawit.
2. Mendeskripsikan hand pollination pada tanaman kelapa sawit.
3. Mengidentifikasi hand pollination pada tanaman kelapa sawit.
BAB 2. TINJAUAN TEORI

Tanaman kelapa sawit merupakan tumbuhan berumah satu (monoecious). artinya bunga
jantan dan bunga betina berada pada satu pohon, tetapi tempatnya berbeda. Semua bakal
karangan bunga berisikan bakal bunga jantan dan betina, tetapi pada pertumbuhannya salah satu
jenis kelamin menjadi rudimenter dan berhenti tumbuh, sehingga yang berkembang hanya salah
satu jenis kelamin. Karangan bunga jantan dan betina pada satu pohon tidak matang bersamaan,
bunga betina membutuhkan serbuk sari dari pohon lain. Karena itu, ditinjau dari proses
penyerbukannya (polinasi), tanaman kelapa sawit menyerupai tanaman berumah dua (dioecious).
Bunga kelapa sawit majemuk, terdiri dari spikelet dan tersusun dalam infloresen berbentuk
spiral. Bunga jantan dan betina mempunyai ibu tangkai bunga (peduncle atau rachis) merupakan
struktur pendukung spikelet. Dari pangkal rachis muncul daun pelindung (spathes) yang
membungkus infloresen sampai athesis. Tanaman kelapa sawit umur 2-3 tahun sudah mulai
dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong
memanjang dan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan silang
(cross pollination). Artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari
pohon yang lain dengan perantara angin dan atau serangga penyerbuk (Sunarko, 2014 dalam
Gunanto). Waktu yang diperlukan untuk menjadi buah yang siap panen berkisar antara 5-6
bulan, mulai dari penyerbukan sampai buah matang. Warna buah tergantung varietas dan
umurnya. Secara anatomi buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian pertama
prikaprium yang terdiri dari epikaprium dan mesokaroium dan bagian ke dua adalah biji, terdiri
dari endokaprium, endosperm, dan lembaga atau embrio. Epikaprium ialah kulit buah yang keras
dan licin dan mesokaprium daging buah yang berserabut dan mengandung rendemen minyak
paling tinggi. Endokaprium merupakan tempurung berwarna hitam dan keras, endosperm atau
kernel merupakan penghasil minyak inti sawit dan lembaga atau embrio merupakan bakal
tanaman (Pahan, 2015)
BAB 3. METEDOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Pratikum dilaksanakan pada pagi hari dikebun koleksi tanaman kelapa sawit Politeknik
Negeri Jember

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah dodos atau sejenis alat tunas dan kebun / tanaman
kelapa sawit, bedak, penyaring, botol aplikasi, karung goni, bunga betina, bunga jantan,
serta buku BKPM sebagai pedoman.

3.3 Prosedur kerja

1. Membaca BKPM sebagai pedoman dan mengikuti instruksi dan prosedur.


2. Mahasiswa mengidentifikasi bunga jantan dan bunga betina.
3. Potong spinklet bungan jantan lalu digosok – gosok hingga keluar sebuknya.
4. Lalu saringlah dengan menggunakan penyaring.
5. Campurkanlah dengan bedak lalu isi kedalam botol.
6. Lalu disemprotkan ke bunga betina.
7. Setelah disungkup menggunakan karung goni.
BAB 4 PEMBAHASAN

Persiapan Bunga Betina dimulai dengan memilih pohon induk yang menghasilkan calon
bunga. Lalu, dibersihkan seludang pada calon bunga betina dari serabut dan kotoran lainnya.
Selanjutnya disemprot insektisida dan fungisida agar tidak terjadi kontaminasi.Pada bagian
tangkai tandan dibalut kapas dan disterilkan dengan insektisida dan fungisida sebelum disungkup
dengan kerondong persilangan.Bunga betina yang sudah masak siap untuk diserbuki jika warna
kepala putik menjadi kemerah merahan dan telah terbuka berlendir serta mengeluarkan bau.
Calon bungan jantan dibersihkan seperti persiapan bungan betina. Kerondong yang digunakan
untuk menyungkup bunga jantan berbeda dengan bunga betina. Tepung sari yang sudah masak
(warna tepung sari berubah menjadi kuning) dipanen (dipotong dari pangkal tangkai tandan
bunga dalam kondisi disungkup dan dikering-anginkan dalam suhu ruang selama satu hari.
Selanjutnya tepung sari dimasukkan dalam botol dilabeli dan disimpan dalam freezer. Sebagai
pengganti teppung sari digunakan bedak bayi. Penyerbukan yang dilakukan pada umumnya
sama, yang membedakan adalah campuran antara bedak bayi/polen dengan talk dan lamanya
penyerodongan tergantung kebiasaan masing-masing peneliti Prosedur penyerbukan adalah
sebagai berikut Bedak bayi dicampur dengan talk (1:8) dan dimasukkan dalam botol penyerbuk.
Selanjutnya disemprotkan ke bunga betina melalui lubang yang telah disediakan. Kerondong
dibuka setelah tiga minggu penyerbukan, bunga dibiarkan berkembang menjadi buah. Buah
dipanen apabila sudah masak fisiologis, berumur sekitar 6 bulan setelah persilangan (satu dua-
buah yang mudah lepas dari tandan), Dengan melakukan persilangan dan seleksi yang terus
menerus diharapkan dapat menghasilkan varietas kelapa sawit baru dengan kualitas dan kuantitas
yang lebih baik dari varietas yang sudah ada, keberhasilan persilangan kelapa sawit adalah 100%
menghasikan adalah 100% mengasilkan tandan buah jadi.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hand pollination adalah penyerbukan buatan bertujuan untuk memaksimalkan


penyerbukan sehingga kualitas buah yang di hasilkan menjadi lebih baik. Kegagalan
penyerbukan pada tanaman kelapa sawit sering disebabkan karena kurangnya populasi bunga
jantan dan serangga penyerbuk, serta kurang aktifnya serangga penyerbuk. Penyerbukan buatan
dilakukan secara efektif untuk tanaman yang pertumbuhannya terlambat atau dengan melakukan
pollination.
DAFTAR PUSTAKA

Pahan, Iyung. 2015. "Panduan lengkap kelapa sawit (manajemen agribisnis dari hulu ke
hilir)." Jakarta. Penebar Swadaya.

Gunanto, Gunanto. 2021."Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Binturung


Estate PT Paripurna Swakarsa Kotabaru, Kalimantan Selatan." Kalsel

Lubis, A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia Edisi ke-2

Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan

Silvia Nora, S. 2018. BUDIDAYATANAMAN KELAPA SAWIT. Jakarta: Kepala Pusat Pendidikan
Pertanian.

Spsks. 2016. MANAJEMEN PEMELIHARAANTANAMAN KELAPA SAWIT. SOP Agro, 1-26.

Anda mungkin juga menyukai