Anda di halaman 1dari 43

PEMBUKAAN LAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.

)
DI KEBUN BATANG TORU, PTPN III (Persero)
TAPANULI SELATAN, SUMATERA UTARA

MUHAMMAD RIZA FEBRIANO


A24070077

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pembukaan Lahan


Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Batang Toru, PTPN III (Persero)
Tapanuli Selatan, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis skripsi saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Muhammad Riza Febriano


NIM A24070077
ABSTRAK
MUHAMMAD RIZA FEBRIANO. Pembukaan Lahan Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Kebun Batang Toru, PTPN III (Persero) Tapanuli Selatan,
Sumatera Utara. Dibimbing oleh AGUS PURWITO dan ADE WACHJAR.

Tujuan magang adalah meningkatkan pengetahuan, mendapatkan


pengalaman kerja dan mempelajari aspek teknis dan manajemen pembukaan lahan
kelapa sawit. Kegiatan magang dilakukan di Kebun Batang Toru, PTPN III
(Persero), Tapanuli Selatan, Sumatera Utara dari bulan November 2011 sampai
dengan bulan Februari 2012. Data primer diperoleh langsung dari lapangan dengan
melakukan diskusi atau wawancara dengan mandor dan asisten divisi/lokasi serta
melalui pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder diperoleh dari data
laporan perusahaan atau catatan perusahaan. Hasil pengamatan selama magang
menunjukkan bahwa masalah utama dalam pembukaan lahan areal perluasan
kebun kelapa sawit di Kebun Batang Toru adalah karena pembukaan lahan
dilakukan di lahan basah gambut pantai. Hal ini berkaitan dengan tahapan proses
dan kapasitas kerja pembukaan lahan. Pengamatan di lapangan difokuskan pada
kegiatan pembukaan lahan yang meliputi beberapa parameter, yaitu: tahapan
kegiatan dalam pembukaan lahan dan teknik pembukaan lahan yang digunakan, hal
ini berkaitan dengan keadaan lahan, keadaan vegetasi, teknik pembukaan lahan,
dan kebutuhan alat serta time sheet pengamatan prestasi kerja alat yang diperoleh
dengan membandingkan standar kebun.
Pembukaan lahan untuk kelapa sawit di Kebun Batang Toru, PTPN III
(Persero) Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, sebagian besar (67%) berupa lahan
basah gambut pantai dengan kedalaman 1 – 2 m, sedangkan sebagian (33%) berupa
lahan kering dengan struktur tanah liat, pasir dan debu. Teknik pembukaan lahan
yang digunakan adalah cara mekanis penuh, tanpa bakar dan menerapkan kaidah
pembukaan lahan basah penerapan tata air dan teknik pembuatan jalan dengan
pemasangan gambangan dan secara keseluruhan dalam pengelolaan lahan yang
sebagian besar bergambut di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli
Selatan, menggunakan prosedur standar operasi untuk lahan gambut yang telah
dituangkan dalam Permentan No. 14 Tahun 2009. PT Perkebunan Nusantara III
(Persero). Dalam melakukan pembukaan lahan Kebun Batang Toru PTPN III
(Persero) bekerjasama dengan pihak ke-3 yang melakukan pembukaan lahan
dengan cara mekanis sehingga diperoleh hasil yang efisien. Pekerjaaan dilakukan
menggunakan alat mekanis excavator dengan satuan penggunaan alat berat dalam
jam kerja buldozer (BU) atau hari kerja traktor (HKT). Prestasi kerja rata-rata
1 HK = 0.83 ha/HKT (8 BU/hari), sehingga dalam menyelesaikan pekerjaan seluas
1 blok areal (30 ha) rata-rata membutuhkan 37 HKT kondisi normal tanpa
hambatan (cuaca, perbaikan alat, serta faktor teknis penghambat lainnya).

Kata kunci : kelapa sawit, lahan gambut, pembukaan lahan.


ABSTRACT

MUHAMMAD RIZA FEBRIANO. Land Clearing of Oil Palm (Elaeis guineensis


Jacq.) at Batang Toru Plantation, PTPN III (Persero) South Tapanuli, North
Sumatera. Supervised by AGUS PURWITO and ADE WACHJAR.

The internship was conducted at Batang Toru Plantation PTPN III (Persero),
South Tapanuli, North Sumatera from November 2011 until February 2012. The
purposes of the internship is improve knowledge, gain work experience and
studying the management aspects land clearing of oil palm, both technical and
managerial aspects. The primary data were obtained directly from the field by
doing discussions or interviews with the foreman and assistant division as well as
through direct observation in the field. The secondary data were obtained from the
company data or company records. Based on observation during the internship can
be conclude that the main issues in land clearing oil palm is conducting enterpasing
basically been done at wetlands, this is due to stage process and work capacity of
land clearing. Field observations focused on the land clearing activities which
includes several parameters : the stages of land clearing process and land clearing
techniques are used, it relates to land condition, the condition of vegetation, land
clearing techniques, equipment requirements and time sheet working that is
obtained by comparing a standard operation of PTPN III (Persero) Plantation.
PT Nusantara Plantation III (Persero) as plantation companies state-owned
enterprises (BUMN), which seeks to expand oil palm plantations owned. Total
land area of the concession rights of exploitation (HGU) plantation development
area Batang Toru PT PTPN III (Persero) Tapanuli District is an area of 1 500
hectares by Regents consent decree South Tapanuli. Status of the land is the
location permits a secondary forest and other land uses (APL). Entirely divided
into 2 locations and 5 work packages groups of land with an area of each location I
is 548.43 ha and 775.98 ha II locations. Land clearing palm oil (Elaeis guineensis
Jacq.) at Batang Toru Plantation, PTPN III (Persero), South Tapanuli, North
Sumatra with the general condition of the area is the 67% of them in the form of
coastal peatland with a depth of 1 – 2 m, while 33% of them are in dry area the
form of land with the structure of clay soil, sand and dust. Land clearing technique
used is fully mechanical engineering, non-burning and land clearing rules apply
wet application of water management and road construction with the installation
technique and overall gambangan in the management of most of peaty land in
Batang Toru, South Tapanuli District, using standard procedures operation for
peatland that has been poured in the No. Permentan. 14 of 2009. PTPN III
(Persero) to cooperate with 3rd party (three) conduct land clearing by mechanical
means to obtain efficient results. Occupation is conducted using a mechanical
excavator with an average achievement 1 HK = 0.83 ha/HKT (8 BU/day), resulting
in the complete work area 1 block area (30 ha) on average takes 37 HKT normal
conditions without a hitch (weather, appliance repair).

Key words: land clearing, oil palm, peatlands.


PEMBUKAAN LAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
DI KEBUN BATANG TORU, PTPN III (Persero)
TAPANULI SELATAN, SUMATERA UTARA

MUHAMMAD RIZA FEBRIANO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
Judul Skripsi : Pembukaan Lahan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun
Batang Toru, PTPN III (Persero) Tapanuli Selatan, Sumatera Utara
Nama : Muhammad Riza Febriano
NIM : A24070077

Disetujui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr Dr Ir Ade Wachjar, MS


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr


Ketua Departemen

Tanggal Lulus :
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini ditulis
berdasarkan hasil pelaksanaan magang yang dilakukan penulis bertempat di areal
pengembangan dan perluasan Kebun Batang Toru, PT Perkebunan Nusantara III
(Persero), Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, pada November 2011
sampai Februari 2012. Pelaksanaan magang ini berjudul Pembukaan Lahan Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Batang Toru, PTPN III (Persero),
Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
Terima kasih atas bantuan dan dukungan serta motivasi dari Dr Ir Agus
Purwito, MSc Agr selaku pembimbing utama, Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku
pembimbing anggota, Dr Eko Sulistyono selaku dosen penguji serta Dr Ir Maya
Melati, MS MSc selaku pembimbing akademik. Terima kasih atas bantuan dan
dukungan dari semua pihak terutama keluarga penulis Ayahanda Hayun Indra, SE
MM, Ibunda Siti Hawa, abang dan adik-adik (Awang, Ipah, Julio dan Ari).
Pimpinan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) yang sudah banyak membantu
dan bersedia menerima penulis untuk melaksanakan magang, terutama Manajer
Distrik Tapanuli Selatan PTPN III (Persero) Bapak Ir Rafael Sibagariang beserta
staf; Manajer Kebun Batang Toru Bapak Ir H Ellardi Siagian beserta staf; Asisten
Kepala Lokasi Areal Pengembangan Kebun Batang Toru Bapak Ir Hiras Gumanti
Tampubolon; Asisten 1 Bapak Bambang Hermanto, Asisten 2 Bapak
Ir Muhammad Siddik beserta seluruh mandor dan karyawan di lokasi magang,
yang banyak membimbing penulis selama melaksanakan hingga menyelasaikan
magang, Adinda Brawiwowati Harum Mardiah yang banyak memberikan
semangat dan perhatian; serta sahabat-sahabat seperjuangan (AGH 44 Bersatu,
Lawalata-IPB, Ipokers Serta HMI Cabang, HMI Komisariat Faperta Bogor) yang
tidak dapat penulis satu-persatu sebutkan.
Semoga karya ilmiah berupa skripsi ini bermanfaat.

Bogor, September 2013

M. Riza Febriano
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii


DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 2
Lahan dan Pembukaan Lahan 2
Lahan Basah 3
Karakteristik Lahan Gambut dan Upaya Konservasi
Setelah Pembukaan Lahan 4
METODE MAGANG 5
Tempat dan Waktu 5
Metode Pelaksanaan 5
Pengumpulan Data dan Informasi 5
Analisis Data dan Informasi 6
KONDISI UMUM PERKEBUNAN 6
Letak Geografis dan Administratif 6
Keadaan Iklim dan Tanah 6
Luas Areal Konsesi (HGU) dan Tata Guna Lahan 7
Keadaan Tanaman 8
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 8
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 8
Aspek Teknis 9
Persiapan Lahan 9
Pembukaan Lahan 12
Pembersihan Lahan 14
Kebutuhan dan Kapasitas Kerja Alat 14
Persiapan Tanam dan Penanaman 16
Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit 17
Aspek Manajerial 18
Asisten Kepala Kebun 18
Asisten Kebun 19
Kepala Tata Usaha (Krani I) 19
Mandor I 19
PEMBAHASAN 20
SIMPULAN DAN SARAN 23
Simpulan 23
Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN 25
DAFTAR TABEL
1. Tingkat produktivitas berdasarkan kelas kesesuaian lahan 7
2. Jenis dan luas sebaran tanah di areal pengembangan dan perluasan
Kebun Batang Toru PTPN III (Persero) 10
3. Nilai Dominasi Jenis (SDR) pada setiap tingkat pertumbuhan pada areal
pengembangan dan perluasan Kebun Batang Toru PTPN III (Persero) 11
4. Jumlah ketersediaan peralatan mekanis pekerjaan pembukaan lahan 15
5. Perhitungan kapasitas dan prestasi kerja alat dalam pengerjaan kegiatan
pembersihan lahan 15
6. Rekapitulasi rencana dan realisasi pekerjaan pembersihan lahan 16

DAFTAR GAMBAR
1. Peta rencana lokasi areal pengembangan dan perluasan Kebun Batang
Toru PT Perkebunan Nusantara III (Persero) 6
2. Survey dan pemetaan di areal pengembangan dan perluasan Kebun
Batang Toru, PTPN III (Persero) 9
3. Keadaan sistem lahan areal perluasan dan pengembangan Kebun Batang
Toru PTPN III (Persero) 10
4. Pemetaan tutupan vegetasi lahan di areal pengembangan dan perluasan
Kebun Batang Toru PTPN III (Persero) 11
5. Pemetaan paket pengerjaan pembangunan infrastruktur di areal
pengembangan dan perluasan Kebun Batang Toru, PTPN III (Persero) 12
6. Blok desain kebun dan jaringan parit/ drainase 12
7. Blok desain kebun dan jaringan infrastruktur jalan 13
8. Bagan alur proses pembersihan lahan 14

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jurnal harian kegiatan magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL), di


areal pengembangan dan perluasan Kebun Batang Toru, Muara Upu,
PTPN III (Persero) Distrik Tapanuli Selatan, Sumatera Utara 26
2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor, di areal
pengembangan dan perluasan Kebun Batang Toru, Muara Upu, PTPN III
(Persero) Distrik Tapanuli Selatan, Sumatera Utara 28
3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten, di areal
pengembangan dan perluasan Kebun Batang Toru, Muara Upu, PTPN III
(Persero) Distrik Tapanuli Selatan, Sumatera Utara 30
4. Lokasi dan peta wilayah kebun areal pengembangan dan perluasan Kebun
Batang Toru, Desa Muara Upu, PT Perkebunan Nusantara III (Persero),
Distrik Tapanuli Selatan 35
5. Curah hujan Kebun Batang Toru, Distrik Tapanuli Selatan, PT Perkebunan
Nusantara III (Persero) 36
6. Tata guna lahan areal konsesi areal pengembangan dan perluasan Kebun
Batang Toru, PT Perkebunan Nusantara III (Persero), Distrik Tapanuli
Selatan 37
7. Data pembibitan dan alokasi bibit di Main Nursery (MN), di areal
pengembangan dan perluasan Kebun Batang Toru, PT Perkebunan
Nusantara III (Persero), Distrik Tapanuli Selatan 38
8. Struktur organisasi Kebun Batang Toru, PTPN III (Persero), Distrik
Tapanuli Selatan, Sumatera Utara Tahun 2011/2012 39
9. Data pengerjaan pembangunan infrastruktur kebun areal pengembangan
dan perluasan Kebun Batang Toru PT Perkebunan Nusantara III
(Persero), Distrik Tapanuli Selatan 40
10. Data perhitungan kapasitas dan prestasi kerja alat pekerjaan pembersihan
lahan 41

RIWAYAT HIDUP 42
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) sebagai tanaman penghasil


minyak kelapa sawit (CPO -crude palm oil) dan inti kelapa sawit merupakan salah
satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non-
migas bagi Indonesia. Prospek komoditas minyak kelapa sawit yang cerah dalam
perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong para pengusaha perkebunan di
Indonesia untuk memacu perluasan areal perkebunan kelapa sawit. Daya tarik
penanaman kelapa sawit terletak pada keuntungan yang berlimpah karena kelapa
sawit masih merupakan andalan sumber minyak nabati dan bahan baku
agroindustri (Sastrosayono 2003). Prospek yang cerah dari produk-produk kelapa
sawit berdampak pada usaha perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit di
Indonesia pada saat ini untuk terus meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa
sawitnya serta berupaya untuk menambah/memperluas areal perkebunan kelapa
sawit yang dimilikinya. Hal tersebut juga dilakukan oleh PT Perkebunan
Nusantara III (Persero) sebagai perusahaan perkebunan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang berupaya untuk memperluas areal perkebunan kelapa sawit
yang dimilikinya. Keterbatasan lahan produktif menyebabkan ekstensifikasi
pertanian mengarah pada lahan-lahan marjinal. Lahan gambut adalah salah satu
jenis lahan marjinal yang dipilih, terutama oleh perkebunan besar, karena relatif
lebih jarang penduduknya sehingga kemungkinan konflik tata guna lahan relatif
kecil. Menurut Aini (2006), peningkatan produksi kelapa sawit tidak terlepas dari
perluasan areal tanaman perkebunan yang dilakukan, dan peningkatan luas areal
tersebut merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan produksi yang berkaitan
erat dengan semakin meningkatnya kebutuhan dunia terhadap kebutuhan minyak
nabati. Pembukaan lahan adalah serangkaian tindakan pembersihan lahan dari
vegetasi awal yang tidak diinginkan menjadi lahan yang bersih atau lahan siap
olah. Kondisi lahan tersebut masih membutuhkan serangkaian tindakan untuk
menjadikan lahan dalam kondisi siap tanam. Pekerjaan-pekerjaan atau tindakan
yang dilakukan dalam mengubah bentuk lahan dari kondisi siap olah menjadi
lahan dalam kondisi siap tanam dikatakan sebagai pekerjaan pengolahan dan
penyiapan lahan (Yanuar 1999).
Menurut Sosroatmodjo (1980), perluasan areal tanaman perkebunan terutama
dilakukan di luar Pulau Jawa. Dalam kaitannya dengan perluasan areal
pertanaman kelapa sawit tersebut, tindakan pembukaan lahan ataupun penyiapan
lahan/pengolahan tanah perlu dilakukan lebih dahulu, terutama pada kebun tua
dan lahan asli yang umumnya masih tertutup oleh berbagai macam vegetasi atau
tumbuhan liar seperti hutan, alang-alang, rumput-rumputan. Dengan
mempertimbangkan kondisi topografi atau terrain setempat, serta faktor-faktor
cuaca dan jenis tanah, maupun tujuan akhir rencana pemakaian lahan, biasanya
tindakan-tindakan pembukaan dan penyiapan lahan akan dilakukan melalui
berbagai tahapan pekerjaan teknis.
2

Tujuan

Kegiatan magang bertujuan meningkatkan wawasan pengetahuan dan


keterampilan serta untuk memperoleh pengalaman dalam pembukaan lahan
perkebunan kelapa sawit di lapangan. Selain aspek teknis kegiatan magang juga
bertujuan mempelajari dan memahami pengelolaan perkebunan pada berbagai
tingkat manajerial serta mempelajari permasalahan yang dihadapi dan mencari
alternatif pemecahan masalahnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) tergolong dalam famili palmae, ordo
Palmales, sub kelas Monocotyledonae, kelas Angiospermae, sub divisi
Pterropsida dan divisi Tracheophyta. Pohon kelapa sawit mulai memperlihatkan
pertumbuhan memanjang pada umur 4 tahun. Tinggi batang bertambah terus
selama hidupnya, tetapi menurut pertimbangan ekonomi biasanya dibatasi sampai
umur 25-30 tahun atau tinggi batang telah mencapai 10-11 m (Yahya, 1990).
Menurut Lubis (1992), tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada 12 oLU – 12
o
LS dengan ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut (dpl). Kelapa sawit
menghendaki iklim dengan curah hujan antara 1 800 – 4 000 mm per tahun dan
merata sepanjang tahun dengan suhu rata-rata 25 oC. Kelapa sawit merupakan
tanaman dataran rendah, meskipun dapat tumbuh pada ketinggian lebih dari 900
m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan kelapa sawit yaitu tanah dengan
solum dalam, pH 4.0-6.0 tetapi yang terbaik 5.0-5.5 tekstur ringan (pasir 20 -
60%, debu 10 - 40%, liat 20 – 50%) (Lubis 1992). Yahya (1990) menyatakan
tanah yang tidak banyak mengandung besi dan berdrainase baik sesuai untuk
pertumbuhan kelapa sawit. Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit
adalah lempung berdebu dan lempung liat berpasir dengan kedalaman efektif
tanah yang baik lebih dari 100 cm (Pusat Penelitian Kelapa Sawit 2003).

Lahan dan Pembukaan Lahan

Lahan merupakan bagian dari bentang alam yang mencakup lingkungan


fisik termasuk iklim, topografi, tanah, hidrologi, dan vegetasi yang semuanya
secara potensial berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Menurut Hardjowigeno
(1994) klasifikasi kesesuaian lahan adalah pengelompokan lahan berdasarkan
kesesuiannya untuk tujuan tertentu. Hasil perbandingan dari jenis penggunaan
lahan dengan kualitas lahan dikombinasikan dengan hasil analisis pemasukan-
pendapatan, biaya-manfaat, akibat pada lingkungan dan analisis sosial ekonomi
menghasilkan suatu klasifikasi yang menunjukkan kesesuaian masing-masing
satuan peta tanah (SPT) untuk jenis penggunaan tertentu. Klasifikasi kesesuaian
lahan merupakan survai komplit/lengkap terhadap seluruh sumberdaya, yaitu
iklim, tanah, air, jumlah penduduk, dan kondisi sosial ekonomi.
3

Menurut Sawit Watch (2008), pembukaan lahan kebun kelapa sawit sangat
berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran kebutuhan akan minyak kelapa
sawit dunia. Hingga saat ini perluasan areal kelapa sawit di Indonesia pada tahun
2000 – 2012 mencapai 9 074 621 ha dengan rataan 756 220 ha/tahun atau
meningkat 8% setiap tahunnya. Menurut Setyamidjaja (1991), perkebunan kelapa
sawit dapat dibangun di daerah bekas hutan primer, hutan sekunder, bekas
perkebunan tanaman yang lain (misalnya karet, kelapa, kopi, teh, dan lain-lain),
daerah bekas padang alang-alang/rawa maupun daerah marjinal/lahan basah.
Daerah tersebut tentunya mempunyai topografi yang sangat beragam : datar,
landai, bergelombang, berbukit-bukit. Dalam pelaksanaan pembukaan lahan yang
harus diperhatikan adalah terjaganya lapisan olah (top soil). Langkah pertama
dalam rangka penyediaan tempat pertanaman ialah pembukaan daerah tersebut.
Urutan pekerjaan dan alat yang digunakan serta teknik pelaksanaan untuk
membuka areal sangat bergantung pada keadaan lapangan. pembukaan lahan
dapat dilaksanakan secara mekanis, kimia maupun manual (Setyamidjaja 1991).

Lahan Basah

Lahan basah adalah wilayah-wilayah rawa, daratan rendah, gambut atau air,
baik alami atau buatan, permanen atau temporer, dengan air tenang atau mengalir,
tawar, payau atau asin, termasuk area laut dengan kedalaman air yang tidak
melebihi 6 meter pada saat air surut. Food and Agriculture Organization (FAO)
(2004), menetapkan tentang lahan basah, yaitu : daerah pesisir pantai dan riparian
yang berbatasan dengan lahan basah dapat dimasukkan dalam inventarisasi, begitu
pula pulau-pulau atau daerah laut yang memiliki kedalaman lebih dari 6 meter
pada saat air surut. Menurut Scott (1989), lahan basah di Asia terdiri atas
bermacam-macam jenis, berupa habitat alami dan buatan. Daerah inter-tidal dan
muara, seperti sungai, danau, dan pesisir. Sungai dan rawa yang terbentuk dari
genangan banjir, anak sungai dan danau dapat membentuk hutan rawa gambut,
hutan rawa air tawar, serta gambut dan lumpur.
Keterbatasan lahan produktif menyebabkan ekstensifikasi pertanian
mengarah pada lahan-lahan marjinal, lahan basah merupakan salah satu jenis
lahan yang tergolong lahan marjinal. Lahan gambut adalah salah satu jenis lahan
marjinal yang dipilih, terutama oleh perkebunan besar, karena relatif lebih jarang
penduduknya sehingga kemungkinan konflik tata guna lahan relatif kecil. Global
Peatlands Initiative (2002), lahan gambut mencakup 3% (sekitar 4 juta km2) dari
daratan bumi. Luas lahan gambut dunia yang berkisar 38 juta ha terdapat lebih
50% berada di Indonesia. Lahan gambut di Indonesia diperkirakan seluas 25.6 juta
ha, tersebar di Pulau Sumatera 8.9 juta ha (34.8%), Pulau Kalimantan 5.8 juta ha
(22.7%) dan Pulau Irian 10.9 juta ha (42.6%). Menurut Wetlands International
(2003), konsesi hak guna usaha (HGU) yang tersedia saat ini peruntukannya
terhadap luasan lahan basah di Indonesia seluas 27% berada di lahan gambut.
Konsesi ini terkonsentrasi lokasinya di Sumatra dan Kalimantan, konsesi
perkebunan kelapa sawit meliputi 14% dari total luasan lahan gambut, sedangkan
konsesi hutan tanaman industri mencakup 23% dari total luasan lahan gambut.
Total luasan perkebunan kelapa sawit di lahan gambut adalah seluas 28 009 km2
(2,8 juta hektar) yang tersebar di berbagai pulau di Indonesia.
4

Karakteristik Lahan Gambut dan Upaya Konservasi


Setelah Pembukaan Lahan

Driessen (1978) mendefinisikan bahwa gambut adalah tanah yang


mengandung bahan organik lebih besar daripada 65% (dari berat kering) dan
mempunyai ketebalan lebih dari 0.5 m. Lahan gambut adalah satu bagian dari
ekosistem lahan basah yang terbentuk akibat terakumulasinya bahan organik di
lantai hutan yang basah atau tergenang dalam satu periode yang panjang, yaitu
ribuan tahun. Secara umum dalam klasifikasi tanah, tanah gambut dikenal sebagai
organosol atau histosol. Berdasarkan tingkat kematangannya, gambut dibedakan
menjadi gambut mentah (fibrik), gambut setengah matang (hemik), gambut
matang (saprik). Gambut mentah (fibrik) adalah gambut yang belum melapuk,
bahan asalnya masih bisa dikenali, berwarna coklat, dan bila diremas >75%
seratnya masih tersisa. Gambut setengah matang (hemik) adalah gambut setengah
lapuk, sebagian bahan asalnya masih bisa dikenali, berwarma coklat, dan bila
diremas bahan seratnya 15 – 75%. Gambut matang (saprik) adalah gambut yang
sudah melapuk lanjut dan bahan asalnya tidak dikenali, berwarna coklat tua
sampai hitam, dan bila diremas kandungan seratnya < 15% terdekomposisi.
Pada perkebunan besar pembukaan lahan pada umumnya dilakukan dengan
cara mekanis menggunakan alat-alat berat, akan tetapi perkebunan swadaya
umumnya membuka hutan dengan cara manual. Menurut Fahmudin (2008),
beberapa cara dapat dilakukan dalam upaya konservasi lahan gambut, yaitu :
a. Semua bekas tebangan tidak boleh dibakar (zero burning). disamping adanya
peningkatan kandungan bahan organik dan anorganik sebagai akibat
pembusukan sisa-sisa tebangan secara alami.
b. Tanaman penutup tanah (cover crop) dan barisan tanaman (vetiver grass) yang
baik oleh tanaman kacangan penutup tanah yang tidak merugikan. Pada lahan
miring tanaman penutup tanah berguna untuk mencegah terjadinya erosi.
c. Pengelolaan tata kelola air; pembuatan parit (drainase), dam /tanggul, benteng,
teras, rorak (silt pits), tapak kuda (platform). Semakin dalam saluran drainase
semakin cepat terjadi penurunan permukaan (subsiden) dan dekomposisi
gambut sehingga ketebalan gambut akan cepat berkurang (bulk density) dan
daya sangganya (bearing capacity) terhadap air menjadi menurun akibat lahan
tidak dapat menyerap atau menyimpan air kembali (irreversible drying).
Upaya konservasi lahan setelah pembukaan lahan gambut merupakan aspek
penting dalam suatu areal perkebunan. selain meminimalkan aliran permukaan
dan erosi juga membantu pertumbuhan, pemeliharaan, dan panen yang efektif.
Konservasi lahan diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah dan memperlakukannya sesuai
dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Hal ini
disebabkan lahan gambut mempunyai karakteristik fisik dan kimia yang khas.
Karakteristik tersebut berhubungan dengan kontribusi lahan gambut dalam
menjaga kestabilan lingkungan, sehingga upaya konservasi lahan perlu dilakukan
dan diperhatikan melalui manajerial yang cermat dan serius. Konservasi lahan
tidaklah berarti penundaan penggunaan atau pelarangan penggunaan lahan
gambut, tetapi menyesuaikan macam penggunaannya dengan kemampuan lahan
dan memberikan perlakuan sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan, agar
lahan dapat berfungsi secara lestari (Harahap 2001).
5

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Batang Toru PTPN III (Persero),


Tapanuli Selatan, Sumatera Utara selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai bulan
November 2011 sampai dengan bulan Februari 2012.

Metode Pelaksanaan

Metode yang dilaksanakan selama kegiatan magang adalah praktik kerja


langsung di lapangan. Kegiatan yang dilakukan adalah seluruh jenis pekerjaan di
lapangan dan di kantor pada level manajerial yang diizinkan mulai dari
pendamping mandor dan pendamping asisten. Kegiatan aspek teknis yang
dilakukan selama menjadi karyawan harian lepas (KHL) berkaitan dengan teknis
budidaya diantaranya persiapan tanam dan penanaman kelapa sawit, pengendalian
gulma, pemupukan, pengendalian hama penyakit tanaman, pemeliharaan tanaman
belum menghasilkan (TBM). Setiap kegiatan selama menjadi KHL dilaporkan
dalam jurnal harian (Lampiran 1). Selama menjadi pendamping mandor dan
pendamping asisten penulis melaksanakan kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
pengorganisasian dan pengawasan kerja karyawan, apel pagi, melakukan diskusi,
mengumpulkan data kebun, membuat laporan harian, mingguan, bulanan serta
mengisi jurnal harian (Lampiran 2 dan 3). Metode yang dilakukan dalam
pembukaan lahan mengacu pada pedoman pemanfaatan lahan gambut untuk
budidaya kelapa sawit (Permentan No. 14 Tahun 2009), terdiri atas beberapa
tahapan, yaitu :
1. Persiapan lahan : perencanaan, kegiatan observasi, inventarisasi, dan
identifikasi lapangan (survey dan pemetaan, aspek operasional teknis lahan).
2. Teknik pembukaan lahan : teknik mekanis penuh, tanpa bakar (zero burning).
3. Pembersihan lahan : mengimas, menumbang, rencek/rumpuk (stacking).
4. Kapasitas kerja alat : time sheet pengamatan kerja alat, rekapitulasi rencana dan
realisasi pekerjaan alat mekanis (excavator).

Pengumpulan Data dan Informasi

Data dan informasi yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan di lapangan terhadap semua
kegiatan yang berlangsung di kebun. Pengamatan di lapangan difokuskan pada
kegiatan pembukaan lahan yang meliputi beberapa parameter, yaitu: tahapan
kegiatan dalam pembukaan lahan dan teknik pembukaan lahan yang digunakan,
hal ini berkaitan dengan keadaan lahan, keadaan vegetasi, teknik pembukaan
lahan, dan kebutuhan alat serta time sheet pengamatan prestasi kerja alat yang
diperoleh dengan membandingkan standar kebun. Data sekunder diperoleh dari
laporan manajemen (bulanan, semesteran, tahunan) arsip kantor Kebun Batang
Toru, kantor distrik manajer Tapanuli Selatan dan arsip kantor pusat PT
Perkebunan Nusantara III (Persero).
6

Analisis Data dan Informasi

Data primer dan data sekunder yang dihasilkan dianalisis secara kuantitatif
dengan mencari rata-rata dan persentase hasil pengamatan prestasi kerja di kebun,
lalu diuraikan secara deskriptif dengan membandingkan terhadap norma baku
yang berlaku pada perkebunan kelapa sawit dan standar yang telah ditetapkan
perusahaan.

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

Letak Geografis dan Administratif

Areal pengembangan Kebun Batang Toru PT Perkebunan Nusantara III


Distrik Tapanuli Selatan berlokasi di Desa Ampolu dan Desa Muara Upu,
Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Gambar 1
menunjukkan peta rencana lokasi areal pengembangan dan perluasan Adapun
letak dari lokasi pengembangan Kebun Batang Toru PT. Perkebunan Nusantara III
(Persero) secara geografis terletak pada koordinat 0º 58’35” - 2º 07’33” LU.
Secara administratif sebelah barat berbatasan dengan : Samudera Indonesia,
sebelah timur : Aek Kemuning, Aek Nabirong, sebelah selatan : Sungai Batang
Toru, sebelah utara : Sungai Garoga (Lampiran 4).

Gambar 1. Peta rencana lokasi areal pengembangan dan perluasan


Kebun Batang Toru PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
Sumber : Dokumen PTPN III (Persero), Kebun Batang Toru, Distrik Tapanuli
Selatan (2011

Keadaan Iklim dan Tanah

Berdasarkan data curah hujan tahunan di Kebun Batang Toru PT Perkebunan


Nusantara III Distrik Tapanuli Selatan dalam kurun waktu delapan tahun terakhir
(2004-2011) adalah 2 738 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 193 hari. Curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan Juni (rata-rata 346 mm), sedangkan curah hujan
terendah terjadi pada bulan September (rata-rata 110 mm). Rata–rata jumlah bulan
basah (BB) dan bulan kering (BK) yaitu 8.66 dan 2.22 bulan (Lampiran 5).
7

Menurut kelas iklim Schmidth-Ferguson, keadaan iklim di Kebun Batang


Toru termasuk dalam tipe iklim A, yaitu daerah sangat basah dengan vegetasi
hutan sekunder. Berdasarkan hasil analisis tanah yang dilakukan oleh Lembaga
Penelitian Universitas Sumatera Utara (LP-USU) pada tahun 2010, jenis tanah di
areal perluasan dan pengembangan Kebun Batang Toru Perkebunan Nusantara III
(Persero) tergolong ke dalam 3 (tiga) jenis tanah, yaitu Fluvisol atau Entisol,
Organosol yang setara dengan Histosol.a.
Tingkat kesesuaian lahan di lokasi areal pengembangan Kebun Batang Toru
termasuk pada tingkat kesesuaian lahan kelas S2 (agak sesuai dan tergolong
gambut tipis). Untuk itu proyeksi produktivitas kelapa sawit menggunakan
produktivitas lahan kelas kesuaian lahan S2 (KKL S2) yang dikeluarkan oleh
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tingkat produktivitas berdasarkan kelas kesesuaian lahan

KKL S1 KKL S2 KKL S3


Umur TBS RBT RJT TBS RBT RJT TBS RBT RJT/
(tahun) (Ton) (Kg) (Tandan/ (Ton) (Kg) (Tandan/ (Ton) (Kg) (Tandan/
pohon) pohon) pohon)
3 9.0 3.2 21.6 7.3 3.1 18.1 6.2 3.0 17.9
4 15.0 6.0 19.2 13.5 5.9 17.6 12.0 5.3 17.4
5 18.0 7.5 18.5 16.0 7.1 17.3 14.5 6.7 16.6
6 21.1 10.0 16.2 18.5 9.4 15.1 17.0 8.5 15.4
7 26.0 12.5 16.0 23.0 11.8 15.0 22.0 10.0 15.7
8 30.0 15.1 15.3 25.5 13.2 14.9 24.5 12.7 14.8
9 31.0 17.0 14.0 28.0 16.5 13.1 26.0 15.5 12.9
10 31.0 18.5 12.9 28.0 17.5 12.3 26.0 16.0 12.5
11 31.0 19.6 12.2 28.0 18.5 11.6 26.0 17.4 11.5
12 31.0 20.5 11.6 28,0 19.5 11.0 26.0 18.5 10.8
13 31.0 21.1 11.3 28.0 20.0 10.8 26.0 19.5 10.3
14 30.0 22.5 10.3 27.0 20.5 10.1 25.0 20.0 9.6
15 27.9 23.0 9.3 26.0 21.8 9.2 24.5 20.6 9.1
16 27.1 24.5 8.5 25.5 23.1 8.5 23.5 21.8 8.3
17 26.0 25.0 8.0 24.5 24.1 7.8 22.0 23.0 7.4
18 24.9 26.0 7.4 23.5 25.2 7.2 21.0 24.2 6.7
19 24.1 27.5 6.7 22.5 26.4 6.6 20.0 25.5 6.0
20 23.1 28.5 6.2 21.5 27.8 5.9 19.0 26.6 5.5
21 21.9 29.0 5.8 21.0 28.6 5.6 18.0 27.4 5.1
22 19.8 30.0 5.1 19.0 29.4 5.0 17.0 28.4 4.6
23 18.9 30.5 4.8 18.0 30.1 4.6 16.0 29.4 4.2
24 18.1 31.9 4.4 17.0 31.0 4.2 15.0 30.4 3.8
25 17.1 32.4 3.9 16.0 32.0 3.8 14.0 31.2 3.6
Jumlah 553.0 481.8 249.2 505.3 462.5 235.3 461.2 441.6 229.7
Rata-rata 24.0 20.9 10.8 22.0 20.1 10.2 20.1 19.2 10.0
Keterangan : TBS = tandan buah segar; RBT = rata-rata berat tandan;
RJT = rata-rata jumlah tandan
Sumber: PPKS (2010)

Luas Areal Konsesi (HGU) dan Tata Guna Lahan

Total luas areal konsesi hak guna usaha (HGU) areal pengembangan Kebun
Batang Toru adalah seluas 1 500 ha berdasarkan surat keputusan Bupati Tapanuli
Selatan. Status areal konsesi HGU lahan berupa hutan sekunder dan areal
8

penggunaan lain (APL). Luas penetapan areal pertanaman seluruhnya 1 324.81 ha


terbagi atas 2 (dua) lokasi dan 5 (lima) paket pengerjaan kelompok lahan dengan
luas Lokasi I adalah 548.83 ha dan Lokasi II 775.98 ha. Tata guna lahan tersebut
meliputi areal blok tanam 993.75 ha, areal emplasment 2.55 ha, jaringan jalan dan
parit 48.45 ha dan daerah okupasi lain (kawasan penyangga, areal cadangan)
seluas 279.56 ha (Lampiran 6).

Keadaan Tanaman

Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di areal pengembangan Kebun


Batang Toru PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Distrik Tapanuli Selatan
adalah varietas D x P Marihat (Tenera). Bibit yang digunakan berasal dari Pusat
Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Jarak tanam kelapa sawit di areal Kebun Batang
Toru yang digunakan adalah 9.09 m x 9.09 m x 9.09 m, rata-rata populasi
tanaman per hektar 143 pohon/ha dengan tata tanam segitiga sama sisi. Mengacu
pada jarak tanam tersebut, rata-rata populasi tanaman kelapa sawit per hektar di
Kebun Batang Toru adalah 143 pokok/ha. Jumlah bibit kelapa sawit dari bulan
Juni-September tahun 2010 tercatat 207 200 bibit. Pada saat melaksanakan
magang bulan November 2011- Februari 2012 jumlah tanaman baru telah
mencapai 105 776 pokok dengan tahun tanam 1-3 tahun (Lampiran 7). Luas areal
tanaman belum menghasilkan (TBM) tercatat telah mencapai 956.20 ha, dengan
rincian Lokasi I 365.35 ha dan Lokasi II 590.85 ha.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Areal pengembangan dan perluasan Kebun Batang Toru PTPN III (Persero),
Distrik Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, dipimpin oleh seorang asisten kepala
kebun (askep). Asisten kepala kebun (askep) ini bertanggung jawab langsung
kepada manajer/administratur kebun, kepala bidang tanaman, distrik manajer atas
seluruh kegiatan kebun yang dipimpinnya (Lampiran 8). Dalam kegiatan di areal
pengembangan Kebun Batang Toru ini , askep dibantu 2 (dua) orang asisten, yaitu
Asisten 1 membawahi bidang pembibitan, kerja lanjutan dan pemeliharaan, dan
Asisten 2 membawahi bidang tanaman, infrastruktur dan pembersihan lahan.
Setiap asisten bertanggung jawab atas keadaan pengerjaan di kebun areal
pengembangan. Setiap asisten dibantu oleh seorang Mandor I dan beberapa orang
mandor lapangan yang bertugas mengawasi kegiatan tenaga kerja di lapangan.
Setiap mandor lapangan mengawasi 2-20 tenaga kerja sesuai dengan jenis
pekerjaan.
Seluruh administrasi karyawan dan inventarisasi sarana dan prasarana
kebutuhan areal pengembangan kebun dipimpin oleh seorang kepala tata usaha
(KTU) atau Krani 1 (satu). Status tenaga kerja terdiri atas tenaga sendiri (TS) dan
tenaga luar (TL). Tenaga kerja terdiri atas karyawan bulanan tetap, karyawan
harian tetap, dan karyawan harian lepas. Peningkatan jenjang status seorang
karyawan dilakukan sesuai hasil evaluasi yang dilakukan pihak perusahaan
berdasarkan usulan dari atasannya. Sistem yang berlaku terhadap kontraktor alat
berat (pihak ketiga) adalah sistem kontrak borongan yang mekanismenya sudah
ditentukan berdasarkan aturan tender antara pihak PTPN III (Persero) dan
perusahaan-perusahaan alat berat yang bersangkutan.
9

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Persiapan Lahan

Survey dan pemetaan. Kegiatan dilakukan dua tahap, tahap awal dilakukan
oleh pihak kebun, pemerintah (BPN, instansi-instansi pemerintah terkait), dan
masyarakat sekitar. Tahap selanjutnya survey dan pemetaan dilakukan oleh pihak
kebun dan pihak rekanan/pemborong, seperti pada Gambar 2(a). Pelaksanaan
plotting dan blocking areal disesuaikan dengan peta BPN, diawali dari penentuan
titik ikat (koordinatnya) sebagai titik rujukan tanda alam/bentang alam yang tidak
mudah berubah karena situasi (misal cabang sungai, gunung/bukit, persimpangan
jalan, vegetasi hutan), diutamakan pada batas luar kebun, dengan Global
Positioning System (GPS), kompas, pita ukur (meter gulung), kamera. Sepanjang
batas luar sesuai dengan peta izin lokasi yang telah disiapkan dibuat jalur rintisan
selebar 1,5 m lalu diukur dan setiap jarak 50 - 100 m atau mengikuti titik
koordinat sesuai HGU dari BPN dipasangi patok.

(a). Pemetaan areal pengembangan dan perluasan (b). Penomoran blok kebun
Gambar 2. Survey dan pemetaan di areal pengembangan dan perluasan Kebun
Batang Toru, PTPN III (Persero)
Sumber : Kantor PTPN III (Persero) Kebun Batang Toru (Februari 2012)
Berdasarkan hasil survei dan pemetaan tersebut, selanjutnya digambarkan
desain kebun dan rencana kerja tahunan yang terdiri atas : pembukaan lahan,
pembangunan infrastruktur kebun, dan pembersihan lahan. Setelah itu tahap awal
proses pembukaan lahan dilakukan kegiatan merintis jalur/blocking area parit
batas areal kebun dan pembuatan patok titik pancang antar jalan utama/ main road
(MR) arah utara – selatan (U-S), serta jalan produksi/ collection road (CR) arah
timur – barat (T-B) dengan menggunakan theodolite. Panjang jalan utama adalah
1 000 m dan panjang jalan produksi adalah 300 m, sehingga diperoleh 30 ha/blok.
Gambar 2(b) menunjukkan pemetaan dan penomoran blok kebun ditentukan
berdasarkan batas jalan utama dan jalan produksi. Luas blok kebun bergantung
pada kondisi areal, luas dan penomoran setiap blok tidak harus 30 ha/blok.
10

Keadaan lahan. Bentuk wilayah dan keadaan lahan berdasarkan hasil


interpretasi kenampakan umum bentang alam, dapat dibedakan atas 6 (enam)
satuan bentuk wilayah yaitu: datar dengan lereng 0 - 5%, berombak dengan lereng
5 - 10%, bergelombang dengan lereng 10 - 15%, bergelombang agak berbukit
dengan lereng 15 - 20%, berbukit agak bergunung dengan lereng 20 - 25%, dan
bergunung dengan lereng > 25%. Ketinggian tempat berkisar antara 0 m – 10 m di
atas permukaan laut (dpl). Berdasarkan hasil interpretasi digitasi, areal
keseluruhan kebun termasuk dalam 5 (lima) sistem fisiografi yaitu : sistem
aluvial, sistem marine, sistem dataran, dan sistem perbukitan (Gambar 3).

Keterangan :
: MDW; Mendawai
(Lahan Gambut)
: PTG; Puting
(Dataran pantai, tanah entisol)
: KHY; Kahayan
(Estuarian/dataran riparian, tanah
asosiasi inceptisol dan entisol)
: BLI; Beliti
(Dataran banjir gambut, tanah
asosiasi inceptisol dan gambut)

Gambar 3. Keadaan sistem lahan areal pengembangan dan perluasan Kebun


Batang Toru PTPN III (Persero)
Sumber : Kantor PTPN III (Persero) Kebun Batang Toru (Februari 2012)

Pemetaan keseluruhan lahan yang telah dilokalisir untuk rencana areal


kebun, sebagian besar lahan tersebut terdiri atas beberapa jenis tanah, yaitu tanah
gambut, tanah pasir, liat dan tanah mineral. Berdasarkan jenis dan luas sebaran
tanah di arel pengembangan Kebun Batang Toru, struktur tanah di kebun secara
garis besar termasuk dalam 3 (tiga) jenis tanah, yaitu tanah mineral (Regosol)
yang setara dengan Fluvisol atau Inceptisol, tanah pasir, liat (Aluvial) yang setara
dengan Entisol, dan tanah gambut (Organosol) yang setara dengan Histosol
termasuk sungai dan rawa (Tabel 2).

Tabel 2. Jenis dan luas sebaran tanah di areal pengembangan dan


perluasan Kebun Batang Toru PTPN III (Persero)
No. Jenis Tanah Luas (ha) % Luas
1. Mineral (Inceptisol) 164.40 10.96
2. Pasir, liat (Entisol) 329.10 21.94
3. Gambut (termasuk sungai dan rawa) 1 006.50 67.10
Jumlah 1 500.00 100.00
Sumber : Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Utara (LP-USU) 2010
11

Keadaan vegetasi. Pertimbangan dasar dalam pembuatan desain kebun


adalah peta kondisi lahan dan topografi. Hasil survei dan pemetaan tutupan
vegetasi lahan berpengaruh terhadap alokasi efektif tingkat pertumbuhan vegetasi
areal per hektar yang mengacu pada persentase keadaan vegetasi/species dominant
ratio (SDR) di lahan areal pengembangan Kebun Batang Toru (Gambar 4).

Gambar 4. Pemetaan tutupan vegetasi lahan di areal pengembangan


dan perluasan Kebun Batang Toru PTPN III (Persero)
Sumber : Kantor PTPN III (Persero) Kebun Batang Toru (Februari 2012)

Berdasarkan hasil wawancara di lapangan diperoleh informasi izin penebangan


kayu (IPK) kebun seluas ± 1 500 ha dengan rincian ± 670 ha ditebang habis
berhutan dan ± 830 ha (49.41% total luas areal berhutan yang ditebang).
Berdasarkan nilai dominasi jenis/species dominant ratio (SDR) pada setiap
tingkat pertumbuhan, terlihat bahwa pada tingkat tiang didominasi oleh jenis pulai
(Alstonia sp.) dengan SDR sebesar 30.95% kemudian diikuti oleh jenis petai
(Parkia speciosa) dengan SDR sebesar 22.62% jenis kodominan (Tabel 3). Semua
jenis yang dijumpai pada tingkat tiang tersebar secara tidak merata. Pada tingkat
pohon dijumpai 13 jenis, yang paling dominan adalah jenis torop (Arthocarpus
elasticus) sebesar 22.76% dengan kerapatan sebesar 180 ind/ha.

Tabel 3. Nilai Dominasi Jenis (SDR) pada setiap tingkat pertumbuhan pada areal
pengembangan dan perluasan Kebun Batang Toru PTPN III (Persero)
Keterangan : K = kerapatan; KR = kerapatan relatif;
Batang Toru F = frekuensi; FR = frekuensi relatif;
SDR= nilai dominasi jenis

Sumber : Dokumen Kebun Batang Toru PTPN III (Persero) (2010)


12

Pembukaan Lahan

Teknik pembukaan lahan. Pengusahaan pembangunan kebun yang


sebagian besar lahan basah hingga bergambut di areal perluasan Kebun Batang
Toru, Distrik Tapanuli Selatan, Perusahaan PTPN III (Persero) menggunakan
prosedur standar operasi yang telah dituangkan dalam Permentan No. 14 Tahun
2009 dan operasional pembukaan lahan menggunakan teknik mekanis penuh dan
tanpa bakar (zero burning). Peraturan tersebut digunakan untuk pengelolaan
lahan gambut, sehingga diperlukan sistem drainase yang memadai mulai dari parit
primer, sekunder dan tersier yang berfungsi untuk mempertahankan ketinggian air
gambut agar tidak terjadi pengeringan yang dapat menimbulkan kebakaran dan
proses pelepasan CO2 yang cepat yang dapat menambah pemanasan global.
Ketinggian air pada parit kontrol dipertahankan 50-80 cm agar proses pelapukan
material organik gambut berjalan lambat yang berguna untuk mengurangi
percepatan penurunan permukaan tanah (subsiden) serta menjaga daya serap
kembali tanah untuk menyimpan air (irreversible drying).
Pembangunan infrastruktur kebun. Faktor yang sangat penting dilakukan
sebagai penyedia faktor produksi, karena bibit kelapa sawit tidak akan bisa
ditanam sebelum parit/drainase dan pembuatan sarana penghubung/jalan selesai.
Pembangunan infrastruktur di Kebun Batang Toru dikerjakan berdasarkan rencana
paket pengerjaan yang sudah ditetapkan perusahaan disesuaikan dengan realisasi
capaian progres pengerjaan di lapangan (Lampiran 9). Pembangunan infrastruktur
di Kebun Batang Toru dikerjakan berdasarkan pemetaan rencana paket pengerjaan
infrastuktur yang sudah ditetapkan perusahaan (Gambar 5).

Keterangan :
: Batas areal/lahan
: Jalan utama (MR)
: Jalan produksi (CR)
: Paket Areal 3
: Paket Areal 4
: Paket Areal 5

Gambar 5. Pemetaan paket pengerjaan pembangunan infrastruktur di areal


pengembangan dan perluasan Kebun Batang Toru, PTPN III (Persero)
Sumber : Kantor PTPN III (Persero) Kebun Batang Toru (Februari 2012)

(1) Pembuatan parit/drainase


Drainase yang baik pada lahan gambut adalah drainase yang tetap
mempertahankan batas air ktitis gambut (50 cm - 80 cm) dari permukaan tanah.
Pembuatan tanggul/bendungan merupakan bagian yang penting setelah pembuatan
parit drainase selesai di lahan gambut, untuk menyimpan dan menjaga cadangan
air serta menjaga tinggi permukaan air dari permukaan lahan. Pembuatan
parit/drainase dilakukan secara mekanis. Blok desain kebun untuk jaringan
13

parit/drainase terdiri atas tiga macam, yaitu : parit primer, parit sekunder, dan
parit tersier (Gambar 6). Parit primer (parit batas) dengan ukuran lebar 3 - 5 m,
kedalaman 2,5 - 3 m. Parit ini dibuat di bagian tepi kebun dimaksudkan sebagai
muara dari parit sekunder dan parit tersier di areal kebun. Parit sekunder dengan
ukuran lebar 2.5 m, kedalaman 2 m, dilakukan setelah pembuatan parit primer
yang berada pada kanan/kiri dari jalan produksi (CR). Parit tersier (tulang ikan)
dengan ukuran lebar 1 m dan kedalaman 1 m. Pembuatan parit tersier dikerjakan
setelah pembentukan parit primer dan sekunder selesai. Parit tersier dialirkan ke
parit sekunder, kemudian dari parit sekunder akan bermuara pada parit primer.

a.

Gambar 6. Blok desain kebun dan jaringan parit/ drainase


Sumber : Hasil pengamatan dan desain sketsa penulis (2012)

(2) Pembuatan badan jalan


Komposisi pembangunan infrastruktur badan jalan yaitu jalan utama (main
road) dan jalan produksi (collection road). Jalan utama (MR) yaitu jalan atau
akses yang menghubungkan kebun dengan luar kebun, atau antar afdeling dengan
kantor induk/perumahan karyawan (Gambar 7). Arah jalan utara ke selatan (U-S)
dengan ukuran lebar badan jalan 10 m. Jalan produksi (CR) yaitu jalan yang
berfungsi untuk transportasi hasil panen, kontrol dan batas blok. Arah jalan
produksi yaitu barat ke timur (B-T) dengan ukuran lebar 6 meter.

b.

Gambar 7. Blok desain kebun dan jaringan infrastruktur jalan


Sumber : Hasil pengamatan dan desain sketsa penulis (2012)

Pondasi badan jalan berasal dari tanah galian parit/drainase, sedangkan


perataan dan pemadatan menggunakan alat berat excavator, bulldozer, dan
compactor. Penyusunan kayu bulat (gambangan) berdiameter 15-20 cm terlebih
dahulu dilakukan dengan jarak 75% per interval antar gambangan, selanjutnya
ditimbun dan dipadatkan dengan 3 lapisan, yaitu tanah galian parit, pasir dan
tanah timbun setebal 20–30 cm hingga badan jalan cukup kokoh dan layak.
14

Pembersihan Lahan

Kegiatan pembersihan lahan memiliki tingkat kerumitan tertentu dalam


pengelolaan kebun kelapa sawit di lahan gambut. Kesulitan dalam melakukan
pembersihan lahan di lahan gambut adalah biaya investasi yang cukup mahal,
penggunaan alat berat (excavator) yang intensif dengan waktun yang relatif lama.
Selain itu, kondisi areal pada lahan basah/ gambut harus dilakukan tahap demi
tahap mengingat kondisi areal yang rentan terhadap aktivitas alat berat yang
beroperasi melakukan pembersihan lahan. Bagan alur pada Gambar 8
menunjukkan proses pengerjaan pembersihan lahan terdiri atas tiga tahapan yaitu :
pengimasan, penumbangan, dan perencekan/perumpukan (stacking).

1. Mengimas. Membabad/memotong semak belukar dan


pohon kecil berdiameter 10 cm, untuk mempermudah
penumbangan pohon besar.
2. Menumbang. Menebang/menumbang pohon berdiameter
>10 cm dengan gergaji mesin (chainsaw), pohon yang
masih tegak tetapi sudah mati tidak perlu ditumbang sampai
pada dilakukan perumpukan.
3. Rencek/rumpuk (stacking). Memotong dahan dan ranting kayu
yang telah ditumpuk agar dapat disusun hasil tebangan kayu ke
dalam jalur gawangan mati atau jalur antara dua baris tanaman.
mengumpulkan dan menumpuk hasil tebangan sebagai proses
memerun mekanis oleh excavator .

Gambar 8. Bagan alur proses pembersihan lahan

Pembersihan lahan menggunakan 2 (dua) alat berat mekanis excavator yang


beroperasi bersamaan pada blok yang sama akan sangat menguntungkan untuk
mengefisienkan waktu. Kegiatan pembersihan lahan dilakukan oleh beberapa
mesin untuk bekerja pada areal skala besar, sebab prestasi kerja alat mekanis
dalam pembersihan lahan rata-rata hanya mencapai 0.8-1.00 ha/hari pada lahan
gambut. Pembabatan/pengimasan dilakukan secara manual dan membutuhkan 3-5
pekerja/ha. Penumbangan dapat dilakukan secara manual atau mekanis,
menggunakan gergaji mesin (chainsaw). Pemerunan dan perencekan adalah
pekerjaan memotong dan mengumpulkan hasil tebangan kayu yang kemudian di
rumpuk dalam jalur gawangan mati atau jalur antara 2-4 baris tanaman.
Perumpukan (stacking) dikerjakan melintang dari utara – selatan (U-S) agar dapat
diterpa panas sinar matahari. Jarak antar rumpukan adalah 20 – 50 meter
tergantung kerapatan pohon yang ditumbang dan keadaan blok areal.

Kebutuhan dan Kapasitas Kerja Alat

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam kegiatan pembukaan lahan (land


clearing) adalah kebutuhan jumlah ketersediaan alat mekanis dan kapasitas kerja
jam operasional alat berat di lapangan, dalam mengerjakan setiap tahapan proses
pembersihan lahan (Tabel 4).
15

Tabel 4. Jumlah ketersediaan peralatan mekanis pekerjaan pembukaan lahan


No. Nama Alat Spesifikasi Alat Jumlah (unit)
1. Excavator Hitachi EX 200 5
Htachi EX 250 5
Komatsu PC 100 2
Komatsu PC 200 5
Kobelco SK 200 6
Sub Total 23
2. Buldozer D3C Series II 1
3. Compactor Sakai SV512D 1
4. Dam Truck Mitsubishi Fuso 12
Total 37
Sumber : Hasil Pengamatan (2011 dan 2012)

Komponen kapasitas kerja alat pembersihan lahan dihitung dari prestasi


kerja di lapangan pada setiap blok kerja, kemampuan rata-rata mengacu pada
kegiatan pembukaan lahan selama satu hari kerja atau satuan kerja alat 8 BU/hari
(Lampiran 10). Kapasitas dan prestasi kerja operasional alat mekanis (excavator)
dalam permbersihan lahan sangat dipengaruhi oleh spesifikasi alat mekanis yang
berpengaruh terhadap kondisi teknis operasional alat, keadaan lahan yang
berpengaruh terhadap capaian luas dalam pengerjaan pembersihan lahan, serta
jam kerja alat yang berpengaruh terhadap jumlah pemakaian bahan bakar minyak
dalam operasionalisasi alat (Tabel 5).

Tabel 5. Perhitungan kapasitas dan prestasi kerja alat dalam pengerjaan


kegiatan pembersihan lahan
Jam Kerja Alat Luas Bahan Bakar
Blok Norma Kerja
Kerja
Pembersihan Lahan Alat
Minyak
Awal Akhir Total (ha) (liter)
Spesifikasi alat PC 200
6 626 6 635 8 A16 0.80 220
6 635 6 641 8 A16/A17 0.90 250
6 641 6 647 8 A17 0.80
13 BU/ha 250
6 691 6 701 7 A17 0.80 225
Rata-rata 7.8 0.83 236
Spesifikasi alat EX 250
549 555 9 B18, B19 0.80 310
555 564 9 B18, B19 0.80 280
564 572 8 B18 0.80 210
572 579 7 B19 0.80 225
579 588 8 B18 0.80 240
588 596 9 B19 0.90 250
Rata-rata 8.1 0.81 259
Spesifikasi alat SK 200
472 479 7 C16, C17 0.60 310
479 485 8 C16 0.80 280
511 520 9 C17 1.00 300
520 527 7 C17 0.80 13 BU/ha 280
542 550 8 C17 0.90 300
560 569 9 C16, C17 0.80 275
569 578 9 C17 1.00 300
Rata-rata 8.1 0.84 256
∑Rata-rata 8.01 0.83 250
Sumber : Hasil Pengamatan (2011 dan 2012)
16

Berdasarkan data rekapitulasi rencana dan realisasi pekerjaan pembersihan


lahan (Tabel 6), menunjukkan capaian rencana dan realisasi mengimas dan
menumbang mencapai bobot rataan 96.86%, sedangkan tahapan rencek/rumpuk
(stacking) dan pembersihan jalur tanam masih harus mengejar target defisit
7.31%. Tahapan proses pembersihan lahan untuk penanaman kelapa sawit pada
lahan gambut memerlukan ketepatan tahapan pengerjaan yang terperinci tahap
demi tahap, membutuhkan peralatan mekanisasi yang intensif dengan waktu yang
realtif lama.

Tabel 6. Rekapitulasi rencana dan realisasi pekerjaan pembersihan lahan


Pembersihan Lahan
Satuan Rencana Realisasi Bobot (%)
s/d Februari 2012 = 1.324,81 ha
Mengimas ha 1 306.31 1 275.83 97.67
Menumbang ha 1 306.31 1 254.55 96.04
Rencek/rumpuk (stacking) ha 1 306.31 1 210.83 92.69
Sumber : Kantor PTPN III (Persero) Kebun Batang Toru (Februari 2012)

Persiapan Tanam dan Penanaman

Kegiatan persiapan tanam dan penanaman kelapa sawit merupa tahapan


kerja lanjutan dari sub-bagian terpisah yang diberlakukan oleh pihak manajerial di
areal pengembangan Kebun Batang Toru PT Perkebunan Nusantara III. Hal ini
dilakukan setelah proses pembukaan dan pembersihan lahan (land clearing) telah
selesai dikerjakan.
Pemancangan titik tanam. Kegiatan pemancangan titik tanam dilakukan
pertama sekali setelah proses pembukaan dan pembersihan lahan (land clearing)
telah selesai dikerjakan. Jarak dan arah barisan tanaman di dalam blok areal tanam
adalah utara ke selatan (U-T), pada keadaan tertentu arah barisan dapat
disesuaikan dengan topografi areal seperti pada areal terasan kontur. Jarak tanam
yang digunakan adalah 9.09 m x 9.09 m x 9.09 m , rata-rata populasi tanaman per
hektar 143 pohon/ha dengan pola tanam segitiga sama sisi. Proses pemancangan
harus lurus membentuk pola mata lima, sedangkan pemancangan pada lahan
miring (>5 %) dilakukan menurut garis kontur. Pemancangan di lahan dilakukan
dengan cara merentangkan kawat yang telah diberi tanda sesuai jarak yang telah
ditentukan. Tinggi pancang minimal 1 m dari atas permukaan tanah, oleh karena
itu diperlukan pancang yang lurus, kokoh dan mudah terlihat. Pemancangan titik
tanam pada pelaksanaan magang dilakukan dengan teknik manual, prestasi kerja
penulis 0.5 ha/HK sedangkan norma kerja 2 ha/HK. Pekerjaan ini dilakukan
dengan cara pembagian kerja secara kelompok.
Penanaman kelapa sawit. Penanaman bibit kelapa sawit dilakukan dengan
sistem borongan, dimulai dari pengangkutan bibit (langsir bibit) ke lokasi
penanaman, pembuatan lubang tanam, pengeceran bibit hingga penanaman. Upah
borongan untuk penanaman Rp 2 000 - Rp 2 500 /pohon bergantung pada kondisi
areal penanaman. Pengangkutan bibit dari pembibitan utama (main nursery) ke
lokasi penanaman dilakukan secara kontinyu pada musim tanam sesuai dengan
kebutuhan bibit. Target penanaman selama magang seluas 600 ha disesuaikan
dengan luas areal yang telah selesai proses pembukaan dan pembersihan lahan,
17

tetapi penanaman yang terealisasi hanya seluas ± 450 ha atau sekitar 64 350 bibit
yang ditanam di Lokasi I dan II. Alat angkut bibit yang digunakan adalah truk,
dengan kapasitas 200 - 300 bibit. Posisi bibit diletakkan di dekat lokasi
penanaman. Kegiatan penanaman pada pelaksanaan magang dilakukan dengan
teknik manual, prestasi kerja penulis 15 pokok/HK dengan norma kerja 30
pokok/HK. Pekerjaan penanaman bibit kelapa sawit dilakukan dengan cara
pembagian kerja secara kelompok.
Penanaman tanaman penutup tanah. Perlu tidaknya dilakukan
penanaman tanaman penutup tanah (cover crop) bergantung pada kondisi lahan,
Lahan yang sudah selesai dibersihkan selayaknya ditanami tanaman penutup tanah
dan segera ditanami kelapa sawit. Tujuannya adalah untuk menekan pertumbuhan
gulma terutama ilalang. Sedangkan untuk areal yang telah diberakan lebih dari 1
tahun dan ditumbuhi gulma pakis, maka sebelum ditanami tanaman penutup tanah
perlu dilakukan pemberantasan terhadap gulma tersebut secara khemis. Di Kebun
Batang Toru kegiatan penanaman tanaman penutup tanah selama kegiatan magang
tidak pernah dilakukan. Hal ini disebabkan bibit tanaman penutup tanah masih
dalam tahap penyemaian, akan tetapi di beberapa lokasi terlihat telah ditanami
tanaman penutup tanah terutama di areal terasan kontur dan beberapa blok areal
kebun.

Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit

Kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit merupakan sub-bagian


terpisah yang diberlakukan oleh pihak manajerial di areal pengembangan Kebun
Batang Toru PT Perkebunan Nusantara III (Persero). Hal ini dilakukan setelah
tahap persiapan tanam dan penanaman telah selesai dikerjakan. Kegiatan
pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, pengendalian gulma, konsolidasi
tanaman, dan inventarisasi pohon (raystaat).
Pemupukan tanaman. Salah satu ciri khas pemupukan di lahan gambut
adalah pemupukan dolomit pada lubang tanam, hal ini dilakukan untuk
menetralisir keasaman tanah. Areal pengembangan Kebun Batang Toru 30% dari
luas areal kebun berada di lahan gambut. Pemupukan dilaksanakan dengan rotasi
tiga bulan sekali, jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk Dolomit 500 g/pokok,
Rock Phosphat 250 g/pokok dan Urea 100 g/pokok. Pengaplikasian pupuk dengan
cara menebar pupuk pada piringan dengan jarak 0.5 - 1 m dari batang. Penebaran
pupuk tidak boleh menumpuk, diusahakan setipis mungkin dan merata. Akan
tetapi pada pelaksanaannya masih banyak yang menumpuk. Pemupukan tanaman
dilakukan dengan teknik manual, prestasi kerja penulis 100 pokok/HK atau sekitar
0.7ha/HK. Sedangkan norma kerja 300 pokok/HK atau sekitar 2.1ha/HK.
Pengendalian gulma. Kegiatan pengendalian gulma bertujuan untuk
menghilangkan persaingan antara tanaman kelapa sawit dengan gulma, dan
menjaga kebersihan lahan. pengendalian gulma dilakukan secara khemis dan
manual, bergantung pada jenis gulma pada blok areal kebun. Pengendalian gulma
secara manual, yaitu : perawatan gawangan, rawat piringan serta dongkel anak
kayu. Sedangkan, pengendalian gulma secara khemis antara lain penyemprotan
alang-alang yang berupa sheet/ blanket spraying, penyemprotan secara spot dan
wiping. Selain itu juga dialakukan perawatan piringan secara kimia. Pengedalian
gulma secara wiping diberikan terhadap gulma alang-alang (Imperata cylindrica).
18

Jenis gulma yang dominan adalah pakis kawat (Gleichemia linearis), krinyuh
(Cromolaena odorata) dan Clidemia hirta. Penyemprotan herbisida berbahan
aktif glifosat konsentrasi 60 - 70 ml/15 liter air dan paraquat konsentrasi 80 - 90
ml/15 liter air. Nozzle yang digunakan adalah nozzle V. Pengendalian gulma
khemis untuk luas lahan satu hektar membutuhkan 30 tanki (15 liter/tanki).
Pengendalian gulma pada pelaksanaan magang dilakukan dengan teknik manual
dan khemis, prestasi kerja penulis untuk pengendalian gulma secara manual 100
pokok/HK atau setara dengan 0.7 ha/HK, sedangkan norma kerja 300 pokok/HK
atau sekitar 2.1 ha/HK. Prestasi kerja penulis untuk pengendalian gulma secara
khemis 8 tangki/HK atau 0.26 ha/HK, sedangkan norma kerja 14 tangki/HK atau
sekitar 0.5 ha/HK.
Konsolidasi tanaman. Kegiatan konsolidasi tanaman bertujuan sebagai
pemeriksaan kondisi blok areal yang sudah selesai ditanam, dengan cara melihat
kembali (re-check) kekurangan pada bibit yang sudah ditanam di blok areal.
Kekurangan yang ditemukan selanjutnya diperbaiki, antara lain menegakkan
tanaman yang doyong/miring, menimbun dan memadatkan lubang tanam. Kegitan
konsolidasi tanaman bermanfaat juga untuk menginventarisasi kebutuhan bibit
untuk penyulaman bibit. Prestasi kerja penulis dalam kegiatan konsolidsasi
tanaman adalah 1 ha/HK, sedangkan norma kerja 2 ha/HK.
Inventarisasi pohon/ raystaat. Kegiatan inventarisasi pohon dilakukan
enam bulan setelah penanaman di lapangan. Kegiatan inventarisasi pohon
dikerjakan oleh mandor atau karyawan harian lepas yang telah berpengalaman.
Hal ini disebabkan kegiatan inventarisasi pohon memerlukan ketelitian dalam
menghitung populasi (sensus) tanaman di setiap blok areal. Sensus dilakukan
dengan memberi kode untuk setiap titik tanaman pada lembar kerja (form) sensus.
Kode huruf yang melambangkan tanaman mati (M), titik yang belum
ditanam/kosong (O), tanam hidup (X). Kegiatan sensus ini akan diperoleh
informasi mengenai populasi tanaman faktual di lapangan. Berdasarkan hasil
sensus tersebut dapat diketahui kebutuhan bibit yang diperlukan untuk
penyulaman. Prestasi kerja penulis dalam kegiatan inventarisasi pohon adalah
3 ha/HK, sedangkan norma kerja 2 ha/HK, sedangkan norma kerja 5 ha/HK.

Aspek Manajerial

Asisten Kepala Kebun


Asisten kepala (askep) kebun berperan membantu manajer kebun dalam
pengelolaan fungsi manejemen kebun serta memberdayakan pengalokasian
seluruh sumberdaya perusahaan secara optimal untuk mencapai sasaran unit.
Askep bertanggung jawab langsung kepada manajer kebun. Wewenang jabatan
askep meliputi : pembuatan keputusan yang bersifat rutin dan tidak prinsip serta
tidak bertentangan dengan aturan dan kebijaksanaan perusahaan, mengajukan
rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP) dan rencana kerja operasional (RKO),
serta mengambil keputusan dan menentukan kebijakan dalam pengelolaan areal
pengembangan sesuai ketentuan yang ditetapkan.
Manajerial kebun areal pengembangan Kebun Batang Toru PTPN III
(Persero) yang merupakan lokasi magang penulis, memiliki peran manajemen
19

khusus daripada unit kebun lainnya di lingkup PTPN III (Persero). Hal ini
disebabkan status kebun sebagai areal pengembangan dan perluasan dari kebun
induk unit Kebun Batang Toru Distrik Tapanuli Selatan, dan pertanggung
jawaban serta pelaksanaan teknis lapangan langsung berada di bawah kendali
penuh langsung asisten kepala kebun.

Asisten Kebun
Asisten kebun berperan membantu manajer dan asisten kepala dalam
melaksanakan pengelolaan areal pengembangan dengan melaksanakan fungsi
manejemen serta memberdayakan pengalokasian seluruh sumberdaya perusahaan
secara optimal untuk mencapai sasaran unit kebun. bertanggung jawab langsung
kepada asisten kepala. Jabatan asisten di areal pengembangan Kebun Batang Toru
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) terdiri atas dua orang asisten kebun,
yaitu : Asisten 1 membawahi bidang pembibitan, kerja lanjutan dan pemeliharaan,
dan Asisten 2 membawahi bidang tanaman, infrastruktur dan pembersihan lahan
(land clearing). Setiap asisten bertanggung jawab atas keadaan pengerjaan di
kebun areal pengembangan. Setiap asisten dibantu oleh seorang mandor I dan
beberapa orang mandor lapangan yang bertugas mengawasi kegiatan tenaga kerja
di lapangan. Setiap mandor lapangan mengawasi 2-20 tenaga kerja sesuai dengan
jenis pekerjaan.

Kepala Tata Usaha (Krani I)


Krani I berperan membantu asisten kepala mengelola bidang administrasi,
keuangan dan pergudangan, serta seluruh sarana-prasarana kebun areal
pengembangan. Fungsi manajerial krani I memberdayakan pengalokasian seluruh
sumberdaya perusahaan secara optimal untuk mencapai sasaran unit kebun.
KBeberapa peranan penting krani I, yaitu : mengajukan rencana kerja anggaran
perusahaan (RKAP) dan rencana kerja operasional (RKO), kewenangan untuk
melaksanakan tugas-tugas dan kebijakan yang telah ditetapkan kebun, melakukan
pengadaan barang dan jasa sesuai kewenangannya, mengajukan dan melakukan
pembayaran kepada Pihak ketiga sesuai kewenangannya, dan mengevaluasi sistem
penilaian karya karyawan. Seluruh administrasi karyawan dan inventarisasi sarana
dan prasarana kebutuhan areal pengembangan kebun dipimpin oleh seorang
kepala tata usaha (KTU) atau krani I, yaitu : progres pekerjaan, ketersediaan bibit,
administrasi kendaraan operasional kebun dan alat berat mekanis beserta operator-
operatornya, serta administrasi kapasitas ketersediaan penyimpanan gudang
kebun.

Mandor I
Mandor I merupakan mandor yang membawahi seluruh mandor di setiap
lokasi (divisi) areal pengembangan Kebun Batang Toru PT Perkebunan Nusantara
III (Persero). Setiap hari mandor I harus mendampingi asisten dalam apel pagi
pada pukul 05.30 WIB. Selain itu mandor I juga harus meminta, menerima dan
mencatat instruksi dari asisten terhadap rencana kerja setiap harinya. Peranan
mandor I sebagai kepala dari mandor-mandor sub-divisi mengharuskan untuk
mengontrol dan mengawasi pekerjaan pembukaan lahan, kerja lanjutan persiapan
20

tanam dan pemeliharaan, melaksanakan kap speksi sesuai jadwal, memeriksa hasil
pekerjaan mandor divisi, menyusun rencana kerja, perekerutan dan pembagian
tenaga kerja, mengatur cuti karyawan, serta melaksanakan tugas-tugas lainnya
yang diberikan atasan yang bersifat insidentil.
Jabatan mandor I di areal pengembangan Batang Toru PT Perkebunan
Nusantara III (Persero) terdiri atas dua orang mandor I. Hal ini disebabkan areal
kebun terdiri atas dua lokasi (divisi) dan dua asisten kebun. Mandor I juga
membawahi setiap mandor sub-devisi (mandor persiapan tanam dan penanaman,
mandor pemeliharaan, mandor penyemprotan dan pemupukan). Setiap mandor I
divisi dibantu oleh paling sedikit dua orang mandor sub-devisi. Mandor sub-
divisi bertugas mengawasi kegiatan tenaga kerja di lapangan bergantung pada
bidang pekerjaan mandor sub-divisi tersebut. Setiap mandor sub-divisi mengawasi
5-20 tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan dan jenis pekerjaan.

PEMBAHASAN

Kegiatan pembukaan lahan di areal pengembangan dan perluasan Kebun


Batang Toru PT Perkebunan Nusantara III (Persero), Distrik Tapanuli Selatan
dimulai sejak tahun 2010. Luas areal tanaman pada saat penulis menyelesaikan
kegiatan magang telah mencapai ±1 150 ha dari total target keseluruhan luas areal
tanaman 1 324.81 ha. Tahapan paling awal dalam pembukaan lahan (land
clearing) adalah survei dan pemetaan lahan (Gambar 2a). Tahapan ini dilakukan
untuk merencanakan kegiatan inventarisasi dan identifikasi (pemetaan lahan),
pendesainan kebun, serta penyusunan rencana kerja tahunan. Gambar 2b
menunjukkan pemetaan batas areal/lahan dan penomoran blok kebun utamanya
pada bidang perkebunan perlu dilaksanakan sebagai dasar untuk penyusunan
rencana kerja, yaitu meliputi sistem kerja (perencanaan dan pengorganisasian),
menentukan kebutuhan alat/tenaga kerja, dan menentukan kebutuhan biaya.
Kondisi lahan yang terdiri atas 67% lahan bergambut dengan 33% kombinasi
jenis tanah Entisol dan Inceptisol yang berada di sekitar sungai maupun rawa,
berpengaruh terhadap proses pembukaan lahan untuk memaksimalkan fungsi
lahan agar layak ditanami kelapa sawit (Tabel 2). Pertimbangan dasar dalam
kebun kelapa sawit adalah keadaan sistem lahan (Gambar 3), selain itu topografi
dan fisiografi hasil survei berpengaruh terhadap alokasi efektif areal per hektar.
Persentase keadaan nilai dominasi jenis vegetasi di lahan (Tabel 3), dapat
ditunjukkan berdasarkan hasil interpretasi digitasi pemetaan tutupan vegetasi
lahan (Gambar 4).
Areal pengembangan dan perluasan Kebun Batang Toru PT Perkebunan
Nusantara III (Persero) Distrik Tapanuli Selatan dalam pengusahaan lahan
sebagian besar bergambut. Teknik pembukaan lahan diperlukan menggunakan
prosedur standar operasi untuk lahan gambut yang telah dituangkan dalam
Permentan No. 14 Tahun 2009. Operasionalisasi pembukaan lahan menggunakan
teknik mekanis penuh dan tanpa bakar (zero burning). Dalam Permentan No.14
Tahun 2009 tentang pengelolaan lahan gambut untuk perkebunan sawit tersebut
dipersyaratkan bahwa lahan gambut tersebut tidak boleh dengan kedalaman lebih
21

dari 3 m dengan komposisi lahan yang kurang dari 3 m sebesar 70% dari total luas
areal konsesi. Analisis risiko terkait aspek teknis operasional pengelolaan lahan
kelapa sawit di lahan basah areal perluasan yang sebagian besar bergambut
membutuhkan teknik pembukaan lahan yang khusus sehingga akan mengurangi
risiko seperti kebakaran dan kerusakan lingkungan secara luas. Teknik
pembukaan dan pengelolaan lahan gambut yang benar mempengaruhi
keberhasilan pembangunan perkebunan kelapa sawit, mengingat lahan basah
merupakan lahan yang memerlukan biaya investasi besar dan penanganan khusus
dalam keberlangsungan pengelolaannya.
Tahapan pembangunan infrastuktur kebun belum dapat dilaksanakan
sebelum pekerjaan survei lahan (blocking area) diselesaikan, kegiatan blocking
setelah survei berguna bagi masyarakat pemilik lahan inclave dalam menentukan
kepemilikan masing-masing lahan sebelum diserahkan ke perusahaan, maupun
menentukan batas areal kebun yang berbatasan dengan areal lahan konsesi
perusahaan. Kegiatan pembangunan infrastruktur di areal pengembangan kebun
Batang Toru PTPN III (Persero) dilakukan secara kemitraan oleh pihak ketiga
selaku perusahaan pemborong. Seluruh pembangunan infrastruktur kebun harus
mengacu pada paket pengerjaan yang telah direncanakan setiap tahun oleh pihak
perusahaan (Gambar 5). Pembangunan infrastruktur saluran parit/drainase
(Gambar 6) merupakan aspek penting pada pembangunan kebun di lahan basah
(gambut). Hal ini bertujuan untuk mengatur dan mempertahankan tinggi
permukaan air tanah di areal blok tanam kelapa sawit. Pengaturan air pada saluran
parit drainase disesuaikan dengan kedalaman permukaan air tanah di lapangan
yang dipertahankan pada kedalaman 50 – 80 cm, untuk menjaga ketersediaan air
dan menghindari lahan mudah terbakar pada saat musim kering. Drainase batas
areal idealnya dibangun satu tahun sebelum pembukaan lahan.
Pembuatan desain dan pembangunan Infrastruktur jaringan jalan merupakan
sarana vital dalam perkebunan kelapa sawit. Jaringan jalan sebagai akses
penghubung untuk menunjang kebutuhan utama dari faktor produksi,
pengangkutan bahan bakar minyak, bibit, pupuk, dan tenaga kerja (Gambar 7).
Kendala utama pembangunan jalan pada lahan gambut adalah kondisi tanah yang
terlalu gembur, sehingga daya untuk menahan beban (bearing capacity) yang
cukup berat perlu dilakukan penyusunan gambangan kayu diameter 10 -15 cm
untuk meningkatkan daya tahan badan jalan. Lapisan permukaan badan jalan
dijaga tetap rata dan tidak boleh ada air menggenang di atas badan jalan.
Ketebalan badan jalan di timbun sebanyak 3 lapisan, yaitu tanah galian parit, pasir
dan tanah timbun (krokos) setebal 20–30 cm. Tanah yang baik untuk menimbun
adalah tanah yang mengandung liat cukup tinggi (40%) karena liat dapat
meningkatkan daya ikat antar agregat tanah. Bentuk dan kemiringan jalan
diupayakan dalam kondisi rata. Permukaan badan jalan harus terpelihara dengan
baik untuk menjamin pengeringan air di permukaan jalan dapat mengalirkan
kelebihan air menuju saluran parit/drainase.
Kesulitan dalam melakukan pembersihan lahan selain disebabkan biayanya
yang cukup mahal juga penggunaan alat berat (excavator) yang intensif dan
waktunya cukup lama. Pembersihan lahan pada kondisi areal lahan basah/gambut
harus dilakukan secara bertahap mengingat kondisi areal yang rentan terhadap
aktivitas excavator untuk beroperasi dalam melakukan tahapan proses
pembersihan lahan (Gambar 8). Alur proses pekerjaan pembersihan vegetasi pada
22

blok areal tanam yang ada di permukaan tanah dengan cara mengimas
menumbang, dan rencek/rumpuk (stacking). Pembersihan lahan secara mekanis
menggunakan alat-alat berat seperti excavator, buldozer. Pekerjaan dapat
dilakukan lebih cepat secara mekanisasi penuh dibandingkan secara manual.
Satuan penggunaan alat berat dalam jam kerja buldozer (BU) atau hari kerja
traktor (HKT). Operasi pembersihan lahan menggunakan excavator hidrolik
dengan track yang lebar dengan bantuan tatakan kayu. Penggunaan 2 (dua) mesin
yang beroperasi pada blok yang sama akan sangat menguntungkan karena dapat
saling membantu dan lebih efisien. Untuk bekerja pada blok tanam besar
dibutuhkan beberapa excavator, karena perencekan dan perumpukan dalam
pembersihan lahan di areal gambut merupakan proses yang lambat, prestasi kerja
alat berat (excavator) rata-rata hanya 0.83 - 1.00 ha/hari. Faktor yang
mempengaruhi dalam pembukaan lahan (land clearing) adalah kebutuhan jumlah
alat dan kapasitas kerja dari operasional alat di lapangan. Berdasarkan (Tabel 4),
alat mekanis excavator merupakan jenis alat berat mekanis yang memiliki
ketersediaan paling banyak (23 unit). Hal tersebut menunjukkan kebutuhan
operasional excavator sangat dibutuhkan dalam pembukaan lahan di areal
pengembangan dan perluasan Kebun Batang Toru, PT Perkebunan Nusantara III
(Persero) Distrik Tapanuli Selatan. Komponen kapasitas kerja alat dalam
pembukaan lahan dihitung berdasarkan prestasi kerja di lapangan pada setiap blok
kerja. Kemampuan prestasi rata-rata kerja alat pada kegiatan pembersihan lahan
selama satu hari kerja adalah 8 jam/hari. Pekerjaaan pembersihan lahan
berdasarkan (Tabel 5), menunjukkan seluruh sampel alat mekanis excavator
diperoleh prestasi rata-rata 1 HKT = 0.83 ha/hari (8 BU/hari) dengan norma kerja
13 BU/ha. Penyelesaian pekerjaan seluas 1 (satu) blok area tanam (30 ha) rata-rata
membutuhkan 37 hari kerja traktor (HKT) kondisi normal tanpa hambatan (cuaca,
perbaikan alat, serta faktor teknis penghambat lainnya).
Areal pengembangan dan perluasan Kebun Batang Toru 70% dari total luas
kebun merupakan lahan basah, rawa hingga gambut. Pembukaan lahan secara
mekanis, sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang berbanding lurus dengan
kondisi lahan yang akan dibersihkan rentan tergenang (anaerob). Lokasi areal
kebun yang berada di daerah hilir dan muara Sungai Batang Toru yang melewati
areal kebun berdampak pada realisasi kinerja pembersihan lahan. Data
rekapitulasi rencana dan realisasi pekerjaan pembersihan lahan (Tabel 6),
menunjukkan capaian rencana dan realisasi mengimas dan menumbang mencapai
bobot rataan 96.86%, sedangkan tahapan rencek/rumpuk (stacking) dan
pembersihan jalur tanam masih harus mengejar target defisit 7.31%. Tahapan
proses pembersihan lahan untuk penanaman kelapa sawit pada lahan gambut
memerlukan investasi besar dibandingkan pada lahan kering, sehingga ketepatan
tahapan pengerjaan yang terperinci (step by step) serta membutuhkan peralatan
mekanisasi yang intensif dengan waktu realtif lama.
23

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kegiatan magang yang berlangsung di areal pengembangan dan perluasan


Kebun Batang Toru, Muara Upu di Perkebunan Nusantara III (Persero) selama 3
(tiga) bulan memberikan banyak manfaat bagi penulis. Hasil magang dapat
meningkatkan keterampilan, wawasan, pengalaman dan kemampuan teknis
mengenai pengelolaan pembukaan dan pembangunan areal tanaman baru kelapa
sawit. Total luas konsesi hak guna usaha (HGU) areal pengembangan Kebun
Batang Toru seluruhnya 1 324.81 ha, terbagi atas 2 lokasi dan 5 paket pengerjaan
kelompok lahan dengan luas masing-masing lokasi I adalah 548.43 ha dan lokasi
II 775.98 ha. Kondisi umum lahan 70% merupakan berupa lahan gambut pantai
dengan kedalaman 1-2 m, sedangkan 30% nya merupakan lahan berupa tanah
dengan tekstur tanah liat, pasir dan debu. Teknik pembukaan lahan menggunakan
metode prosedur standar operasi untuk lahan gambut yang telah dituangkan dalam
Permentan No. 14 Tahun 2009 dan operasional pembukaan lahan menggunakan
teknik mekanis penuh (full mechanis) dan tanpa bakar (zero burning).
Pembukaan lahan untuk penanaman kelapa sawit pada lahan basah
memiliki tingkat kesulitan dalam melakukan pembersihan lahan, selain
disebabkan biayanya yang cukup mahal juga penggunaan alat berat (excavator)
yang intensif dengan waktu realtif lama. Karakteristik lahan basah jauh berbeda
dengan perlakuan pembukaan lahan kelapa sawit pada lahan kering, dan biaya
investasi pembangunan infrastruktur pada lahan basah/gambut mencapai dua kali
lipat dari biaya investasi pembukaan lahan pada lahan kering. Perusahaan PTPN
III (Persero) melakukan kerjasama dengan pihak ke-3 (tiga) melakukan
pembukaan lahan dengan cara mekanis sehingga didapatkan hasil yang efisien.
Pekerjaaan ini dilakukan menggunakan alat mekanis excavator dengan prestasi
kerja alat rata-rata 1 HK = 0.83 ha/HKT (8 BU/hari), sehingga dalam
menyelesaikan pekerjaan seluas 1 blok areal (30 ha) rata-rata membutuhkan 37
hari kerja traktor (HKT) kondisi normal tanpa hambatan (cuaca, perbaikan alat,
serta faktor teknis penghambat lainnya).

Saran

Penelitian yang lebih lanjut dan komprehensif perlu dilakukan untuk


mengevaluasi pengaruh pertumbuhan dan produktivitas tanaman setelah
pembukaan lahan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di proyek pengembangan
dan perluasan areal Kebun Batang Toru PTPN III (Persero), Tapanuli Selatan,
Provinsi Sumatera Utara ini. Hal ini disebabkan lahan basah mempunyai
karakteristik fisik dan kimia yang khas, karakteristik tersebut berhubungan dengan
kontribusi lahan basah dalam menjaga kestabilan lingkungan. Pengelolaan tata
kelola air dan antisipasi kebakaran lahan akibat penurunan permukaan (subsiden)
dan dekomposisi gambut (bulk density) dapat menyebabkan ketebalan gambut
akan cepat berkurang dan daya sangganya terhadap air menjadi menurun
(irreversible drying). Konversi lahan setelah pembukaan lahan perlu dilakukan
dan diperhatikan melalui manajerial yang cermat dan serius.
24

DAFTAR PUSTAKA

Aini SN. 2006. Pembukaan Lahan dan Persiapan Tanam Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) Perkebunan PT. Sentosa Mulia Bahagia, Kecamatan Bayung
Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. [Skripsi]. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor.
Driessen PM. 1978. Peat soils. pp: 763-779. In: IRRI. Soil and rice. IRRI. Los
Banos (PH).
Fahmudin. 2008. Lahan Gambut. Bogor (ID) : Balai Penelitian Tanah. 41 hal.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 2004. Digital Soil map of the World.
Washington (US).
[GPI] Global Peatland Initiative. 2002. World Peatland Map. Institute of Botany
and Landscape Ecology, Greifswald University. Greifswald (DE).
Harahap EM. 2001. Rehabilitasi Tanah Terdegradasi dengan Penanaman Kelapa
Sawit. Prosiding Masyarakat Konservasi Tanah dan Air (MKTI), Medan (ID).
Hardjowigeno S. 1994. Kesesuaian lahan untuk pengembangan pertanian, daerah
rekreasi dan bangunan., Makalah dalam pelatihan Survai Penggunaan Tanah
bagi Pegawai Badan Pertanahan Nasional. Bogor (ID).
Lubis AU. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat
Penelitian Perkebunan Marihat. Pematang Siantar (ID). 435 hal.
[Permentan] Peraturan Menteri Pertanian. 2009. Pedoman Pemanfaatan Lahan
Gambut untuk Budidaya Kelapa Sawit No. 14 Tahun 2009. Kementrian
Pertanian RI, Jakarta (ID).
[PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2003. Budidaya Kelapa Sawit, Kultur
Teknis Kelapa Sawit. Medan (ID).
Sawit Watch. 2008. Losing Ground the Human Rights Impact of Oil Palm
Expansion in Indonesia. Bogor (ID).
Scott DA. 1989. A Directory of Asian Wetlands. IUCN, Gland, Switzerland (CH),
and Cambridge, London (GB).
Setyamidjaja D. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta (ID). 62 hal.
Sosroatmodjo P. 1980. Pembukaan Lahan dan Pengolahan Tanah. Lembaga
Penunjang Pembangunan Nasional (LEPPENAS). Jakarta (ID). 170 hal.
Sastrosayono S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta
(ID). 65 hal.
Yahya S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). [Skripsi]. Bogor
(ID) : Institut Pertanian Bogor. 52 hal.
Yanuar F. 1999. Persiapan Lahan dan Penanaman Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Kebun Inti II PT. Pinago Utama, Kabupaten Musi
Banyuasin, Sumatera Selatan. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Wetlands International. 2003. Maps of peatland distribution and carbon content in
Sumatera, 1990-2002. Bogor (ID).
Lampiran 4. Lokasi dan peta wilayah kebun areal pengembangan dan
perluasan Kebun Batang Toru, Desa Muara Upu, PTPN III
(Persero), Distrik Tapanuli Selatan
Lampiran 6. Tata guna lahan areal konsesi areal pengembangan dan perluasan
Kebun Batang Toru, PT Perkebunan Nusantara III (Persero), Distrik
Tapanuli Selatan

Luas Areal Tanaman (ha)


Paket Areal Selisih
Eks- Jumlah
Loka Renca Lain- +/-
Pengerja Lingku
si na (ha) Blok Bibitan Jumlah lain p (7+8)
(ha)
an Terasan
Tanam (Main (4+5+6) (ha) (9-3)
Nursery)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
I 270.72 233.25 - - 233.25 22.20 255.45 -15.27
1
II 278.11 132.10 19.05 18.50 169.65 123.23 292.88 +14.77
Jumlah I+II 548.83 365.35 19.05 18.50 402.9 145.43 548.33 -0.50
III 335.00 326.40 - - 326.40 50.13 376.53 +41.53
2 IV 208.50 187.05 - - 187.05 28.70 215.75 +7.25
V 232.48 77.40 - - 77.40 106.30 183.70 -48.78
Jumlah III+IV+V 775.98 590.85 - - 590.85 185.13 775.98 -
Total 1 324.81 956.20 19.05 18.50 993.75 330.56 1 324.31 -0.50
Sumber : Dokumen PTPN III (Persero), Kebun Batang Toru, Distrik Tapanuli Selatan (2011)

Keterangan :
Areal lain-lain seluas 330.56 ha
Lokasi I terdiri dari : 145.43 ha
Perumahan dan kantor (emplasment) 2.55 ha
Jaringan jalan kebun (jalan baru) 19.15 ha
Sungai dan parit 1.45 ha
Bukit Simulakanjing 73.12 ha
Areal cadangan 49.16 ha
Lokasi II terdiri dari : 185.13 ha
Jaringan jalan kebun (jalan baru) 27.85 ha
Rawa tergenang 7.25 ha
Areal cadangan 150.03 ha
Lampiran 9. Data pengerjaan pembangunan infrastruktur kebun areal
pengembangan dan perluasan Kebun Batang Toru, PT Perkebunan
Nusantara III (Persero), Distrik Tapanuli Selatan
Paket Rencana Realisasi Selisih
Lokasi Uraian Pekerjaan
Pengerjaan (m) (m) +/- (m)
1 II Membuat parit tersier (1x1x1m) 86 142 83 225 - 2 917
Membuat jalan utama (10 m) 2 707 1 800 - 907
Membuat jalan produksi (6 m) 8 934 9 677 + 743
Membuat parit (2,5x2,5x2m) 11 641 10 316 - 1 325
Membuat parit batas (3x3x2,5m) 3 390 5 290 + 1 900
2 II Membuat parit tersier (1x1x1m) 62 573 61 540 - 1 033
Membuat teras mekanis 73 692 20 892 - 52 800
Membuat jalan utama (10 m) 2 081 1 700 - 381
Membuat jalan produksi (6 m) 8 078 6 792 - 1 286
Membuat parit primer (2,5x2,5x2m) 7 519 8 492 + 973
Membuat parit primer (3x3x2,5m) 5 100 4 545 - 555
Membuat jalan penghubung 3 700 3 700 -
Membuat parit sekunder 1 800 1 500 - 300
Membuat parit tersier (1x1x1m) 8 125 4 597 - 3 528
3 III Membuat parit tersier(1x1x1m) 105 762 98 400 -7 362
Membuat jalan utama (10 m) 3 350 3 474 + 124
Membuat jalan produksi (6 m) 11 055 10 974 - 81
Membuat parit primer (2,5x2,5x2m) 14 405 13 278 - 1 127
Membuat parit batas (3x3x2,5m) 7 980 5 780 - 2 200
4 IV Membuat parit tersier (1x1x1m) 65 825 55 843 - 9 982
Membuat jalan utama (10 m) 2 085 1 930 - 155
Membuat jalan produksi (6 m) 6 880 7 059 + 179
Membuat parit primer (2,5x2,5x2m) 8 965 8 983 + 18
Membuat parit batas (3x3x2,5m) 3 530 2 308 - 1 222
5 V Membuat parit tersier (1x1x1m) 73 393 33 500 - 39 893
Membuat jalan utama (10 m) 2 325 1 200 - 1 125
Membuat jalan produksi (6 m) 7 672 4 723 - 2 949
Membuat parit primer (2,5x2,5x2m) 9 997 8 023 - 1 974
Membuat parit batas (3x3x2,5m) 3 936 1 368 - 2 568
Membuat jalan penghubung 2 100 2 100 -
Sumber : PTPN III (Persero), Kebun Batang Toru, Distrik Tapanuli Selatan (2011)

Keterangan :
Membuat parit tersier (1x1x1m) 337 105 m
Membuat teras mekanis 73 692 m
Membuat jalan utama (10 m) 12 548 m
Membuat jalan produksi (6 m) 42 619 m
Membuat parit primer (2,5x2,5x2m) 52 527 m
Membuat parit batas (3x3x2,5m) 23 936 m
Membuat jalan penghubung 5 800 m
Membuat parit sekunder 1 800 m
Lampiran 10. Data perhitungan kapasitas dan prestasi kerja alat pekerjaan
pembersihan lahan (land clearing)

Jenis Bahan
Hour Meter Norma
Tanggal
Blok Pekerjaan Kerja
Bakar
Keterangan
Kerja Pembersihan Minyak
Awal Akhir Total Alat
Lahan (ha) (liter)
Kode Alat K-109
08-Nop 6 626 6 635 8 A16 0.80 220
09-Nop 6 635 6 641 8 A16/A17 0.90 250 Hujan, areal
tergenang,
10-Nop 6 641 6 641 -- -- -- 13 --
Rolling ke
11-Nop 6 641 6 641 -- -- -- BU/ha -- Basecamp
Hujan, areal
12-Nop 6 641 6 647 8 A17 0.80 250 tergenang,
13-Nop 6 691 6 701 7 A17 0.80 225 Perbaikan

Rata-rata 7.8 0.83 236

Kode Alat Hex. 111


15-Jan 537 544 8 B18 0.80 280
16-Jan 542 549 7 B18 0.80 275
17-Jan 549 555 9 B18, B19 0.80 310
18-Jan 555 564 9 B18, B19 0.80 13 280
19-Jan 564 572 8 B18 0.80 BU/ha 210
20-Jan 572 579 7 B19 0.80 225
22-Jan 579 588 8 B18 0.80 240
23-Jan 588 596 9 B19 0.90 250
Rata-rata 8.1 0.81 259

Kode Alat Hex. 116


03-Feb 472 479 7 D16, D17 0.60 310
04-Feb 479 485 8 D16 0.80 280
05-Feb 511 520 9 D17 1.00 300
13
11-Feb 520 527 7 D17 0.80 280
BU/Ha
12-Feb 542 550 8 D17 0.90 300
13-Feb 560 569 9 D16, D17 0.80 275
14-Feb 569 578 9 D17 1.00 300
Rata-rata 8.1 0.84 256

∑Rata-rata 8.01 0.83 250


Sumber : Aspek pengamatan khusus (2011 dan 2012)
Keterangan :
13 BU/ha = Norma /hari kerja traktor (HKT)
K-109 = Kobelco SK200, nomor alat 109
Hex.111 = Hitachi EX200, nomor alat 111
Hex.116 = Hitachi EX250, nomor alat 116
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal


25 Februari 1989. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara pasangan
Bapak Hayun Indra dan Ibu Siti Hawa. Pendidikan dasar penulis diselesaikan
pada tahun 2001 di SDN 83 Medan. Pendidikan Menengah Pertama diselesaikan
pada tahun 2004 di SMPN 18 Medan dan Pendidikan Menengah Atas diselesaikan
pada tahun 2007 di SMA Panca Budi Medan. Tahun 2007 penulis mendapatkan
kesempatan untuk menimba ilmu di Institut Pertanian Bogor dan diterima sebagai
mahasiswa pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk (USMI).
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai organisasi mahasiswa
baik organisasi mahasiswa daerah, internal maupun eksternal kampus. Tahun
2007-2013 penulis aktif sebagai pengurus organisasi pencinta alam Lawalata-IPB
dan menjabat sebagai ketua umum pada periode 2010-2011. Tahun 2008 penulis
aktif sebagai pengurus organisasi mahasiswa daerah (OMDA) ikatan mahasiswa
muslim asal medan (IMMAM). Selain itu penulis juga aktif di organisasi eksternal
kampus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), sejak tahun 2008 penulis aktif
sebagai pengurus HMI Cabang Bogor Komisariat Fakultas Pertanian dan pada
periode 2009-2012 penulis menjabat sebagai Ketua Bidang Perguruan Tinggi dan
Kemasyarakatan Kepemudaan dan Sekretaris Umum. Tahun 2012-2013 penulis
aktif pula sebagai pengurus HMI Cabang Bogor menjabat Ketua Bidang
Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi.
Kegiatan maupun karya-karya diberbagai bidang pun penulis sering ikuti,
berturut-turut pada tahun 2010 dan 2011 penulis berhasil menjadi salah satu
nominasi terbaik pada kegiatan Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM-M)
pengabdian masyarakat dan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) Carrier
Development Alumi Affair (CDA) IPB. Sampai saat ini penulis aktif menjadi
Training of Trainer (TOT) di CDA IPB. Karya monumental yang pernah
ditorehkan penulis pada tahun 2011 menjadi delegasi putra/i terbaik bangsa
mengharumkan nama organisasi Lawalata-IPB dan Almamater IPB, yang sukses
sebagai kelompok mahasiswa pertama di dunia yang mengeksplorasi gua terbesar
di dunia situs warisan dunia (world nature heritage) Phong Nha Ke Bang National
Park, Quang Binh, Vietnam.

Anda mungkin juga menyukai