Anda di halaman 1dari 17

Daftar Isi

Daftar Isi..................................................................................................................................i

Daftar Tabel............................................................................................................................ii

I. PENDAHULUAN...............................................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................................1

B. Tujuan.............................................................................................................................1

II. PROSES PRODUKSI........................................................................................................2

A. Persiapan........................................................................................................................2

B. Penanaman......................................................................................................................2

C. Pemupukan.....................................................................................................................2

D. Pemeliharaan..................................................................................................................3

E. Pengairan........................................................................................................................3

F. Penyakit Dan Hama.........................................................................................................4

G. Panen..............................................................................................................................4

III. HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................................5

A. Identitas Petani...............................................................................................................5

B. Biaya Usahatani Tanaman Jagung..................................................................................8

C. Penerimaan Usahatani Tanaman Jagung......................................................................10

D. Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Tanaman Jagung...........................................11

E. Kelayakan Usahatani Tanaman Jagung........................................................................12

KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................................17

A. Kesimpulan...................................................................................................................17

B. Saran.............................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................18
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam membangun ketahanan pangan
Indonesia, karena hasil pertanian merupakan penyedia kebutuhan konsumsi bagi seluruh
masyarakat Indonesia. Pada sector pertanian, berdasarkan waktu budidyanya tanaman dapat
dibedakan menjadi tanaman semusim dan tanaman tahunan. Umumnya petani di Indonesia
menanam tanaman semusim karena jangka waktu budidaya yang relative singkat dan biaya
budidaya yang kecil. Salah satu contoh tanaman semusim adalah tanaman jagung.
Jagung adalah salah satu komoditas utama yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat di
Indonesia, juga merupakan salah satu tanaman pangan mengambil peran dalam pembangunan
sektor pertanian. Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting dan
terbanyak ditanam selain gandum dan padi. Beberapa manfaat jagung diantaranya
meningkatkan kesehatan penglihatan, meningkatkan daya ingat, mencegah masalah jantung,
mencegah kanker paru-paru, meningkatkan kekuatan tulang, meningkatkan sistem kekebalan
tubuh, mengatasi anemia, dan menurunkan kolesterol.
B. Tujuan
1. Mengetahui proses produksi usahatani tanaman jagung
2. Mengetahui biaya dan pendapatan usahatani tanaman jagung
3. Mengetahui kelayakan usahatani tanaman jagung

II. PROSES PRODUKSI


A. Persiapan
Tanaman jagung memerlukan aerasi dan drainase yang baik sehingga perlu penggemburan
tanah. Pada umumnya persiapan lahan untuk tanaman jagung dilakukan dengan cara dibajak
sedalam 15-20 cm, diikuti dengan penggaruan tanah sampai rata.
Ketika mempersiapkan lahan, sebaiknya tanah jangan terlampau basah tetapi cukup lembab sehingga
mudah dikerjakan dan tidak lengket. Untuk jenis tanah berat dengan kelebihan, perlu dibuatkan
saluran drainase.

B. Penanaman
Pada saat penanaman tanah harus cukup lembab tetapi tidak becek. Jarak tanaman harus
diusahakan teratur agar ruang tumbuh tanaman seragam dan pemeliharaan tanaman mudah.
Beberapa varietas mempunyai populasi optimum yang berbeda. Populasi optimum dari
beberapa varietas yang telah beredar dipasaran sekitar 50.000 tanaman/ha Jagung dapat
ditanam dengan menggunakan jarak tanam 100 cm x 40 cm dengan dua tanaman perlubang
atau 100 cm x 20 cm dengan satu tanaman perlubang atau 75 cm x 25 cm dengan satu
tanaman perlubang. Lubang dibuat sedalam 3-5 cm menggunkan tugal, setiap lubang diisi 2-3
biji jagung kemudian lubang ditutup dengan tanah.
C. Pemupukan
Dari semua unsur hara yang diperlukan tanaman yang paling banyak diserap tanaman adalah
unsur Nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Nitrogen dibutuhkan tanaman jagung selama
masa pertumbuhan sampai pematangan biji. Tanaman ini menghendaki tersedianya nitrogen
secara terus menerus pada semua stadia pertumbuhan sampai pembentukan biji. Kekurangan
nitrogen dalam tanaman walaupun pada stadia permulaan akan menurunkan hasil.
Tanaman jagung membutuhkan pasokan unsur P sampai stadia lanjut, khususnya saat
tanaman masih muda. Gejala kekurangan fosfat akan terlihat sebelum tanaman setinggi lutut.
Sejumlah besar kalium diambil tanaman sejak tanaman setinggi lutut sampai selesai
pembungaan.
D. Pemeliharaan
Tindakan pemeliharaan yang dilakukan antara lain penyulaman, penjarangan, penyiangan,
pembubuan dan pemangkasan daun. Penyulaman dapat dilakukan dengan penyulaman bibit
sekitar 1 minggu. Penjarangan tanaman dilakukan 2-3 minggu setelah tanam. Tanaman yang
sehat dan tegap terus di pelihara sehingga diperoleh populasi tanaman yang diinginkan.
Penurunan hasil yang disebabkan oleh persaingan gulma sangat beragam sesuai dengan jenis
tanaman, jenis lahan, populasi dan jenis gulma serta faktor budidaya lainnya. Periode kritis
persaingan tanaman dan gulma terjadi sejak tanam sampai seperempat atau sepertiga dari
daur hidup tanaman tersebut.
Agar tidak merugi, lahan jagung harus bebas dari gulma. Penyiangan dilakukan pada umur 15
hari setelah tanam dan harus dijaga jangan sampai menganggu atau merusak akar tanaman.
Penyiangan kedua dilakukan sekaligus dengan pembubuan pada waktu pemupukan kedua.
Pembubuan selain untuk memperkokoh batang juga untuk memperbaiki drainase dan
mempermudah pengairan.
Tindakan pemeliharaan lainnya yaitu pemangkasan daun.Daun jagung segar dapat digunakan
sebagai makanan ternak. Dari hasil penelitian pemangkasan seluruh daun pada fase
kemasakan tidak menurunkan hasil secara nyata karena pada fase itu biji telah terisi penuh.
E. Pengairan
Air sangat diperlukan pada saat penanaman, pembungaan (45-55 hari sesudah tanam) dan
pengisian biji (60-80 hari setelah tanam). Pada masa pertumbuhan kebutuhan airnya tidak
begitu tinggi dibandingkan dengan waktu berbunga yang membutuhkan air terbanyak. Pada
masa berbunga ini waktu hujan pendek diselingi dengan matahari jauh lebih baik dari pada
huja terus menerus.
Pengairan sangat penting untuk mencegah tanaman jagung agar tidak layu. Pengairan yang
terlambat mengakibatkan daun layu. Daerah dengan curah hujan yang tinggi, pengairan
melalui air hujan dapat mencukupi. Pengairan juga dapat dilakukan dengan mengalirkan air
melalui parit diantara barisan jagung atau menggunakan pompa air bila kesulitan air.

F. Penyakit Dan Hama


Tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan biji. Beberapa jenis hama dan
penyakit tanaman jagung yang sering merusak dan menggangu pertumbuhan jagung dan
mempengaruhi produktivitas antara lain :
Hama tanaman jagung, macam-macamnya : hama lundi, lalat bibit, ulat tanah, ulat daun,
penggerek batang, ulat tentara, ulat tongkol.
Penyakit tanaman jagung, macam-macamnya : bulai, cendawan, bercak ungu, karat. Sebelum
terjadinya serangan hama dan penyakit pada tanaman jagung tersebut maka dapat
dilaksanakan langkah-langkah pencegahan dengan cara:
- Penggunaan varietas bibit yang resisten
- Penggunaan teknik-teknik agronomi
- Penggunaan desinfektan pada benih yang akan ditanam
- Pemeliharaan dan pemanfaatan musuh-musuh alami
G. Panen

Umur panen jagung umumnya sudah cukup masak dan siap dipanen pada umur 7 minggu
setelah berbunga. Pemanenan dilakukan apabila jagung cukup tua yaitu bila kulit jagung
sudah kuning. Pemeriksaan dikebun dapat dilakukan dengan menekankan kuku ibu jari pada
bijinya, bila tidak membekas jagung dapat segera dipanen.
Jagung yang dipanen prematur butirannya keriput dan setelah dikeringkan akan menghasilkan
butir pecah atau butirnya rusak setelah proses pemipilan. Apabila dipanen lewat waktunya
juga akan banyak butiran jagung yang rusak. Pemanenan sebaiknya dilakukan saat tidak
turun hujan sehingga pengeringan dapat segera dilakukan. Umumya jagung dipanen dalam
keadaan tongkol berkelobot (berkulit).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Petani
1. Identitas Petani Sampel

Responden penelitian ini adalah beberapa petani di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman
yang berjumlah 4 orang. Untuk mendapatkan gambaran secara lebih jelas mengenai
responden, berikut dideskripsikan identitas responden menurut kelompok jenis kelamin,
umur, pendidikan terakhir pekerjaan sampingan.
No Uraian Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Jenis Kelamin
3 75
Laki-laki
1 25
Perempuan

2 Umur (tahun) 1 25
<15 3 75
15 – 55
>55

3 Pendidikan:
Tidak sekolah
Sekolah Dasar
SMP 1 25
SMA 1 25
PT 2 50

4 Pekerjaan sampingan
Pedagang
Buruh tani 1 25
Tidak Bekerja 3 75

Berdasarkan data pada tabel di 1, diketahui bahwa sebagian besar responden


yaitu sebanyak 3 (75%) adalah laki-laki. Sebanyak 1 (25%) adalah perempuan.
Artinya adalah kebanyakan petani merupakan seorang laki-laki, dan hanya sedikit
perempuan yang berprofesi sebagai petani.

Menurut tabel 1 juga dapat diketahui bahwa responden berusia antara 1555
tahun sebanyak 1 (25%), dan responden berusia lebih dari 55 tahun adalah sebanyak 3
(75%). Dengan demikian maka sebagian besar responden adalah berusia lebih dari 55
tahun. Hal ini berarti bahwa sebagian besar petani berada pada kelompok umur yang
produktif hanya saja hamper mendekati umur tidak produktif. Dalam membidangi
pekerjaan sebagai petani, masih sedikit pekerja yang berada di umur sangat produktif
(15-55). Kelompok usia produktif menurut Badan Pusat Statistik Tahun 2019 adalah
angkatan kerja yang berada rentang usia antara 15 sampai dengan 64 tahun.

Berdasarkan tingkat pendidikan, dari data diatas dapat dilihat bahwasanya dari
4 responden tidak ada petani yang memiliki pendidikan di Perguruan Tinggi.
Semuanya hanya berpendidikan SD, SMP, SLTA. Hal ini menunjukan bahwa
karakteristik pendidikan petani hanya sampai SLTA dikarenakan kebanyakan petani
masih memiliki pemikiran bahwa terjun di dunia pertanian hanyalah sebagai the way
of life, bukan sebagai sektor bisnis dan yang lainnya yang membutuhkan keahlian atau
pendidikan khusus.
Menurut data tabel 1, kebanyakan petani (75%) tidak memiliki pekerjaan lain
atau hanya bekerja sebagai petani. Terdapat 1 (25%) yang memiliki pekerjaan
sampingan, yaitu sebagai buruh tani. Buruh tani adalah petani yang bekerja di ladang
atau sawah orang lain. Sedangkan petani adalah orang yang bekerja di ladang atau
sawah sendiri. Dapat disimpulkan bahwa kebanyakan petani tidak memiliki pekerjaan
lain, hanya sebagai petani.

2. Identitas Anggota Keluarga Petani Sampel

Selain identitas petani, identitas anggota keluarga petani pun sama pentingnya,
karena data ini dapat mempengaruhi beban tanggungan petani dalam memenuhi
kebutuhan anggota keluarganya. Data identitas anggota keluarga petani sampel ini
didapat dari hasil wawancara dengan responden (petani) itu sendiri. Untuk
mendapatkan gambaran secara lebih jelas mengenai responden, berikut dideskripsikan
identitas responden menurut kelompok jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir
pekerjaan sampingan.

Tabel 2 Identitas Anggota Keluarga Petani Sampel


NO Uraian Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Jenis Kelamin
3 27,3
Laki-laki
8 72,7
Perempuan

2 Umur (tahun)
1 9,1
<15
9 81,8
15 – 55
1 9,1
>55

3 Pendidikan:
Tidak sekolah 1 9,1

Sekolah Dasar - 0
SMP 2 18,2
SMA 5 45,4
PT 3 27,3

4 Pekerjaan : Petani 2 18,2


Pedagang 1 9,1
Tidak Bekerja 5 45,4
Lain-lain 3 27,3

Berdasarkan data identitas anggita keluarga petani sampel diatas, dapat dilihat
bahwa cukup banyak anggota keluarga yang ditanggung petani. Berdasarkan jenis
kelamin, sebanyak 8 orang (72,7%) anggota keluarga yang ditanggung adalah
perempuan. Sisanya yaitu sebanyak 3 orang (27,3%) adalah berjenis kelamin laki-laki.
Sedangkan berdasarkan umur, terdapat paling banyak, 9 orang (81,8%) yang berusia
antara 15-55 tahun tanggungan petani sampel yang kami wawancarai. Sisanya adalah
sebanyak 1 orang yang berusia dibawah 15 tahun dan 1 orang berusia lebih dari 55
tahun.

Menurut tabel 2 diatas, dapat diketahui, dari segi pendidikan hampir semua
anggota tanggungan petani berada pada masa sekolah atau pelajar, sehingga petani
memiliki tanggungan lebih dalam membiayai sekolah anggota keluarganya. Diantara
anggota keluarga petani yang terbanyak adalah berpendidikan SMA yaitu sebanyak 5
orang (45,4%) yang lainnya yaitu berpendidkan Perguruan Tinggi sebanyak 3 orang
(27,3%), SMP 2 (18,2%), dan tidak sekolah sebanyak 1 orang (9,1%).

Sedangkan berdasarkan pekerjaan anggota keluarga petani, sebanyak 5 orang


(45,4%) anggota keluarga petani tidak bekerja. Jumlah anggota yang tidak bekerja
adalah jumlah yang terbanyak dari jenis pekerjaan lainnya. Hal ini menunjukkan
bahwa tanggungan petani terbilang cukup besar karena presentase identitas anggota
keluarga petani yang tidak bekerja adalah yang terbanyak. Sedangkan untuk anggota
petani yang bekerja sebagai pedagang yaitu 1 orang (9,1%), petani sebanyak 2 orang
(18,2%), dan lain-lain sebanyak 3 orang (27,3%).

B. Biaya Usahatani Tanaman Jagung


1. Biaya Eksplisit
Dalam setiap usaha atau produksi pasti akan membutuhkan biaya, seperti halnya pada
produksi komoditas jagung mebutuhkan biaya eksplisit. Biaya eksplisit sendiri adalah
biaya yang nyata di keluarkan di dalam proses budidaya dalam hal ini yaitu
dikeluarkan oleh petani. Biaya eksplisit meliputi biaya sarana produksi, tenaga kerja
luar keluarga, penyusutan alat, biaya bunga pinjaman dan biaya Lain-lain.
Tabel 3 Biaya Eksplisit Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019
N
Uraian Biaya (Rp) Persentase (%)
o
1 Benih Rp 655.000 38,77
Pupuk Urea Rp 301.925 17,87
2
Pupuk Ponska Rp 142.500 8,43
Obat Belalang (tokador) Rp 1.562,50 0,09
Obat Ulet (Prevathon) Rp 10.500 0,62
3
Obat Daun (Bandasil B) Rp 350 0,02
Pestisida Pertilon Rp 6.000 0,35
4 Tenaga Kerja Luar Keluarga Rp 468.571 27,74
5 Penyusutan Alat Rp 103.000 6,11
6 Biaya lain-lain - 0
Jumlah Rp 1.689.408,5 100

Dari hasil data diatas dapat kita ketahui terdapat beberapa biaya eksplisit yang
harus dikeluarkan, biaya tersebut adalah biaya usahatani dari proses pengolahan lahan
hingga panen. Benih yang digunakan oleh setiap petani berbeda-beda, rata-rata harga
benih yang digunakan adalah Rp 63.750 per kg.

Terdapat dua jenis pupuk yang termasuk dalam biaya eksplisit yang digunakan
petani yaitu pupuk urea dan ponska. Untuk masing-masing harga pupuk yaitu pupuk
urea seharga Rp 1.975 per kg dan pupuk ponska seharga Rp 1.813 per kg. Semua
petani menggunakan kedua pupuk tersebut. Dalam proses pemupukan petani
melakukan pemupukan sebanyak tiga kali selama musim tanam.

Untuk mengatasi hama dan penyakit, petani menggunakan beberapa jenis


pestisida yaitu obat penghilang belalang, obat penghilang ulat, obat nutrisi daun, dan
pestisida pertilon. Petani satu dan dua tidak menggunakan pestisida apapun.

Petani tiga hanya menggunakan pestisida obat penghilang ulet dan pestisida pertilon.
Petani keempat menggunakan tiga pestisida yaitu pestisida penghilang belalang,
penghilang ulat dan pestisida nutrisi daun.
Pada tenaga kerja, hanya petani satu yang menggunakan tenaga kerja luar
keluarga di semua kegiatan, mulai dari pengolahan lahan sampai pada panen. Petani
dua hanya menggubakan tenaga kerja luar keluarga pada saat penolahan lahan,
selainnya hanya dilakukan oleh peilik lahannya saja. Petani tiga dan empat
menggunakan tenaga kerja luar keluarga pada saat kegiatan pengolahan lahan dan
panen.

Alat-alat yang dimiliki oleh petani diantaranya adalah cangkul, handsprayer


dan sabit. Alat cangkul hanya dimiliki oleh petani satu, dua, dan empat. Petani tiga
dan empat memiliki alat handsprayer. Dan alat sabit dimiliki oleh semua petani.

2.Biaya implisit
Selain biaya eksplisit, juga terdapat biaya implisit dalam usaha tani. Biaya
implisit sendiri adalah biaya yang tidak benar-benar nyata secara fisik dikeluarkan.
Biaya impisit juga dapat diartikan sebagai nilai dari input milik sendiri atau keluarga
yang digunakan dalam proses produksi. Biaya implisit meliputi sewa lahan, tenaga
kerja dalam keluarga, bunga modal sendiri, dan biaya lain yang secara nyata tidak
dikeluarkan oleh petani.

Tabel 4 Biaya Implisit Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019
N
Uraian Biaya (Rp) Persentase (%)
o
1 Sewa Lahan Rp 3.750.000 89,13
2 Tenaga Kerja Dalam Keluarga Rp 206.518 4,90
3 Bunga Modal Sendiri Rp 50.682 1,20
4 Biaya Pupuk Kandang Rp 200.000 4,77

Jumlah Rp 4.207.200 100


Selain biaya eksplisit, terdapat juga biaya implisit yang dikeluarkan oleh
petani selama proses budidaya. Para petani menggunakan lahannya sendiri dalam
budidaya jagung. Pada petani satu meggunakan tenaga kerja luar keluarga secara
keseluruhan sehingga tidak ada tenaga kerja dalam keluarga yang dilibatkan dalam
proses budidaya.
Pada petani dua menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dalam proses
pengolahan tanah, pemeliharaan serta pemberantasan hama dan penyakit. Untuk
petani tiga dan empat keseluruhan proses nya dari persemaian hingga pasca panen
menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Selanjutnya yaitu biaya bunga modal
sendiri, bunga modal sendiri diporelah dari perhitunga jumlah biaya eksplisit dikali
dengan suku bunga pinjaman, kemudian dikali permusim tanam bawang merah. Jika
dibandingkan dengan biaya eksplisit, biaya implisit yang dikeluarkan oleh petani jauh
lebih kecil.

C. Penerimaan Usahatani Tanaman Jagung

Setiap usaha tani selalu membutuhkan perhitungan penerimaan dari hasil


usahanya sebagai gambaran awal seberapa banyak penerimaan yang didapatkan.
Penerimaan sendiri adalah perkalian anatra jumlah produksi yang diperoleh dengan
harga jual (Rahim dan Hstuti, 2007). Sehingga diketahui rumus sebagai berikut:

TR = P x Q Keterangan :

TR = Total Revenue (penerimaan total)


P = Price (harga)
Q = Produksi
Dalam hasil produksi biasanya dapat dipengaruhi dari baik atau tidaknya
pertumbuhan komoditas yang diusahakan. Mengingat usaha tani sangat dipengaruhi
oleh keadaan alam yang terkadang tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Selain itu,
luas lahan juga jelas menjadi pengarauh terhadap jumlah produksi yang dihasilkan.

Tabel 5 Penerimaan Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019

N
Uraian Jumlah o

1 Produksi (kg) 2.506,25


2 Harga (Rp) 3.475
3 Penerimaan (Rp) 8.975.000
Dari data diatas dapat diketahui hasil produksi dari luas lahan 6.000m2 yaitu
sebesar 2.506,25 Kg.

Harga pembelian jagung khususnya di daerah Kacamatan Ngemplak ditingkat petani,


yaitu rata-rata Rp 3.475/kg, sehingga diperoleh penerimaan Rp 8.975.000. Peneriman
tersebut merupakan hasil awal yang diperoleh petani sebelum dikurangi dengan biaya-
biaya yang sudah dikeluarkan selama proses usahatani.

D. Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Tanaman Jagung


Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan,
dalam pendapatan biaya yang dimaksud adalah biaya eksplisit. Sehingga diperoleh
rumus sebagai berikut;

NR = TR – TEC
Keterangan :
NR = Net Revenue (Pendapatan)
TEC = Total Explicit Cost (Biaya Eksplisit)
Setelah pendapatan diperlukan juga untuk mengetahui keuntungan dari sebuah usaha
tani. Kuntungan adalah selisih antara penerimaan total dengan semua biaya yaitu
biaya eksplisit dan implisit. Sehingga diperoeh rumus sebagai berikut;

Profit = TR – TC

Keterangan :
TR = Total Revenue (Penerimaan Total)
TC = total Cost (Biaya Total)
Hasil perhitungan dari pendapatan jika diperoleh nilai positif belum tentu nilai dari
keuntungan juga positif, karena keuntungan sudah dikurangi dengan semua biaya sedangkan
pendapatan hanya dikurangi biaya eksplisit.Sehingga, keuntungan dari sebuah usaha memang
dominan rendah.

Tabel 6 Pendapatan dan Keuntungan Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019

No Uraian Jumlah
1 Penerimaan (Rp)
8.975.000
2 Biaya Eksplisit (Rp) 1.689.409

3 Biaya Implisit (Rp) 4.207.200

4 Pendapatan (Rp 7.285.591

5 Keuntungan (Rp) 3.078.391

Dari data diatas dapat diketahui hasil pendapatan diperoleh dari penerimaan
yang terdiri dari jumlah produksi dikalikan dengan harga/kg, untuk biaya eksplisit
yang dikeluarkan yaitu biaya benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja luar keluarga,
penyusutan alat, biaya lain-lain, serta bunga modal pinjaman. Sehingga diperoleh
pendapatan petani dari perhitungan penerimaan dikurangi dengan biaya eksplisit.

Selanjutnya yaitu biaya implisit yang terdiri dari biaya sewa lahan milik
sendiri, biaya tenaga kerja dalam keluarga, dan biaya bunga modal sendiri, serta biaya
pupuk kandang. Sehingga diperoleh keuntungan dari perhitungan penerimaan
dikurangi dengan semua biaya baik eksplisit maupun implisit. Dapat kita ketahui
bahwa petani tidak mengalami kerugian dalam menjalankan usahatani jagung.

E. Kelayakan Usahatani Tanaman Jagung


Kelayakan usahatani merupakan kegiatan yang dilakukan terhadap suatu usaha
untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha tersebut dijalankan. Menurut Soekartawi
(1987) usahatani yaitu setiap kombinasi yang tersusun (organisasi) dari alam, kerja,
dan modal yang ditunjukan kepada produksi di lapangan pertanian. Sesuai dengan
batasannya, pada setiap usahatani selalu ada unsur lahan atau tanah pertanian yang
mewakili alam. Ada unsur tenaga kerja yang bertumpu pada anggota keluarga petani
dan unsur modal yang beraneka ragam jenisnya. Kelayakan usahatani dapat diketahui
melalui analisis perhitungan R/C ratio, produktivitas tenaga kerja, produktivitas lahan,
dan produktivitas modal.

1. R/C
R/C ratio merupakan alat analisa untuk mengukur biaya dari suatu produksi.
Analisis R/C ratio merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total
biaya. Semakin besar hasil R/C, maka semakin besar pula keuntungan yang diterima
oleh petani dari usahatani tersebut.

Kriteria:
R/C Ratio > 1, usahatani layak dikembangkan
R/C Ratio < 1, usahatani tidak layak dikembangkan
R/C Ratio = 1, usahatani impas
Perhitungan R/C ratio usahatani jagung di Kecamatan Ngemplak tahun 2019:

Tabel 7 R/C Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019

N Uraian Nilai o

1 Penerimaan (Rp) 8.975.000


2 Biaya Eksplisit (Rp) 1.689.409
3 Biaya Implisit (Rp) 4.207.200
4 R/C 1,52

Berdasarkan tabel 5. dapat diketahui R/C Kecamatan Sanden sebesar, artinya


setiap petani mengeluarkan Rp 1 untuk dana usahatani, maka petani tersebut akan
memperoleh keuntungan sebesar Rp. 1,52. Dengan demikian, usahatani bawang
merah layak diusahakan.

2. Produktivitas lahan
Menurut Nurmala, dkk (2012), produktivitas lahan adalah kemampuan tanah
untuk menghasilkan produksi tanaman tertentu dalam keadaan pengolahan tanah
tertentu. Produktivitas merupakan perwujudan dari keseluruhan faktorfaktor (tanah
dan non tanah) yang berpengaruh terhadap hasil tanaman yang lebih berdasarkan pada
pertimbangan ekonomi.

Analisis kelayakan usahatani berdasarkan produktivitas lahan merupakan hasil


dari total pendapatan yang telah dikurangi dengan nilai tenaga kerja dalam keluarga
dan bunga modal sendiri dibagi dengan luas lahan.

Apabila dari hasil perhitungan produktivitas lahan lebih besar dari sewa lahan,
maka usahatani tersebut layak diusahakan, sedangkan apabila produktivitas lahan
lebih kecil dari sewa lahan maka, usahatani tidak layak diusahakan.

Tabel 8 Produktivitas Lahan Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019
No Uraian Nilai
1 Pendapatan (Rp) 7.285.591
2 Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (Rp) 468.571
3 Bunga Modal Sendiri(Rp) 50.682
4 Luas Lahan (m2) 6.000
5 Produktivitas Lahan (Rp/m2) 1.127,723

Berdasarkan tabel 6. dapat diketahui produktivitas lahan Kecamatan Ngemplak


sebesar Rp 1.127,723/m2, artinya produktivitas lahan dikatakan layak dikarenakan
lebih dari sewa lahan daerah setempat sebesar Rp 625/m2.

3. Produktivitas tenaga kerja


Menurut Sumitro Djojohadikusumo (1987), tenaga kerja adalah semua orang
yang mau ataupun bersedia dan memiliki kesanggupan untuk bekerja, termasuk
mereka yang menganggur meskipun mau dan mampu untuk bekerja, akan tetapi
terpaksa menganggur karena tidak adanya kesempatan kerja.

Analisis kelayakan usahatani berdasarkan produktivitas tenaga kerja


merupakan hasil dari total pendapatan dikurangi dengan nilai sewa lahan milik sendiri
dan bunga modal sendiri dibagi dengan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga
(Rp/HKSP).

Perhitungan produktivitas tenaga kerja usahatani jagung di Kabupaten Sleman tahun


2019:

Tabel 9 Produktivitas Tenaga Kerja Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019

N Uraian Nilai
o

1 Pendapatan (Rp) 7.285.591


2 Sewa Lahan Sendiri (Rp) 3.750.000
3 Bunga Modal Sendiri(Rp) 50.682
4 Jumlah TKDK (HKO) 2
5 Produktivitas Tenaga Kerja (Rp/HKO) 1.742.454,5
Berdasarkan table 9, dapat diketahui produktivitas tenaga kerja usahatani
jagung sebesar Rp 1.742.454,5/HKO. Dari hasil perhitungan tersebut, dapat diketahui
pula, bahwa produktivitas tenaga kerja lebih besar dari pada upah buruh setempat,
yaitu Rp 90.000/HKO. Dengan demikian, usahatani jagung dinyatakan layak
diusahakan, serta petani dapat mengelola lahannya sendiri.

4. Produkitivitas modal
Soeharjo dan Patong (1973), menyatakan bahwa modal merupakan suatu
barang-barang bernilai ekonomis yang digunakan untuk menghasilkan tambahan
kekayaan atau untuk meningkatkan produksi. Tanpa memiliki modal, suatu usahatani
tidak akan dapat berjalan walaupun syarat-syarat lain sudah dipenuhi. Dalam hal ini,
jumlah modal kerja yang dimiliki menjadi penentu skala usahatani yang dilaksanakan.

Perhitungan produktivitas modal usahatani Jagung di kabupaten Sleman pada


tahun 2019

Tabel 10 Produktivitas Modal Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019
No Uraian Nilai

1 Pendapatan (Rp) 7.285.591


2 Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga(Rp) 206.518
3 Sewa Lahan Sendiri (Rp) 3.750.000
4 Biaya Eksplisit (Rp) 1.689.409

5 Produktivitas Modal (%) 197,05

Berdasarkan tabel 10, dapat diketahui produktivitas modal Kabupaten Sleman


sebesar 197,05%, sedangkan suku bunga pinjaman dari bank daerah setempat adalah
sebesar 7% pertahun. Dalam hal ini, produktivitas modal lebih besar dari pada bunga
modal pinjaman, sehingga usahatani Jagung sangat layak diusahakan dan apabila
mengajukan pinjaman pada bank maka akan didanai karena memiliki produktivitas
modal yang lebih besar dari pada suku bunga oinjaman daerah setempat.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan pada usahatani jagung di Kabupaten
Sleman, D.I Yogyakarta, dapat diketahui bahwa petani yang menjadi responden
mengeluarkan biaya implisit rata-rata sebesar Rp 4.207.200 dan biaya eksplisit
sebesar Rp 1.689.409 untik luas lahan rata-rata sebesar 6.000m². Kemudian, petani
memperoleh penerimaan sebesar Rp 8.975.000 dalam satu musim tanam, pada
pendapatan petani memperoleh Rp 7.285.591, sehingga keuntungan yang diperoleh
sebesar Rp 3.078.390.
Dari hasil analisis kelayakan usahatani jagung di Kabupaten Sleman D.I
Yogyakarta, dinyatakan layak berdasarkan perhitungan R/C ratio, produktivitas tenaga
kerja, produktivitas lahan, dan produktivitas modal yang dimiliki oleh usahatani
tersebut.

B. Saran
Dari hasil pembahasan dan kesimpulan yang didapatkan maka kami sarankan
untuk pelaku usahatani jagung agar melanjutkan dan mengembangkan usahatani
tersebut. Hal ini karena hasil analisis kelayakan menunjukkan usahatani jagung sangat
menguntungkan.

Selain itu disarankan juga agar para pelaku usahatani dapat melakukan
inovasi-inovasi baru dalam proses produksi. Hal ini juga untuk meningkatkan kualitas
produksi jagung yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E., & Yudono, P. (2003). KERAGAAN STABILITAS HASIL BAWANG
MERAH THE PERFORMANCE OF YIELD STABILITY OF SHALLOT. Ilmu
Pertanian, 10(2), 1-10. Diakses melalui
http://www.agrisci.ugm.ac.id/vol10_2/1_erlin_bwmrh.pdf, pada tanggal 21 Mei
2019, pukul 12.33 WIB.

Suminah, S., & Setyawan, A. D. (2002). Induksi poliploidi bawang merah (Allium
ascalonicum L.) dengan pemberian kolkisin. Biodiversitas, 3(1), 174-180.
Diakses melalui http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D0301/D030102.pdf, pada
tanggal 21 Mei 2019, pukul 21.00 WIB.

Napitupulu, D., & Winarto, L. (2010). Pengaruh pemberian pupuk N dan K terhadap
pertumbuhan dan produksi bawang merah. Jurnal Hortikultura, 20(1).
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jhort/article/viewFile/749/57 3,
pada tanggal 21 Mei 2019, pukul 21.05 WIB.

Elisabeth, D. W., Santoso, M., & Herlina, N. (2013). Pengaruh Pemberian berbagai
Komposisi Bahan Organik pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah
(Allium ascalonicum L.). Jurnal Produksi Tanaman, 1(3). Diakses melalui
file:///C:/Users/user/Downloads/27-78-1-PB.pdf , pada tanggal 21 Mei 2019,
pukul 21.12 WIB.

Irfan, M. (2013). Respon Bawang Merah (Allium ascalonicum L) Terhadap Zat


Pengatur Tumbuh dan Unsur Hara. Jurnal Agroteknologi, 3(2), 35-40.
Diakses melalui
http://ejournal.uinsuska.ac.id/index.php/agroteknologi/article/viewFile/86/76,
pada tanggal 21
Mei 2019, pukul 21.15 WIB

Anda mungkin juga menyukai