SKRIPSI
Diajukan Sebagai
Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Keperawatan
Oleh :
MUTIA SEPTI AFLIS
Nim: 1614201060
1
UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN NERS
Skripsi, Mei 2020
Gambaran Pola Komunikasi Guru Pada Anak Tuna Grahita Sedang di SLB
Kota Bukittinggi
ABSTRAK
Anak tuna grahita adalah anak yang memiliki intelegensi yang berada dibawah
rata-rata yang disertai dengan hambatan dalam perkembangan seperti,
ketidakmampuan dalam berkomunikasi. Maka dari itu, anak mendapat
pembelajaran di sekolah luar biasa, dimana guru mengajar dengan melakukan
komunikasi per anak atau individu. Jumlah murid tuna grahita sedang di SLB
Karakter Mandiri sebanyak 15 orang. Dimana SLB Karakter Mandiri menempati
urutan ke 3 dengan jumlah murid tuna grahita terbanyak. Tujuan penelitian ini
untuk mengeksplorasi bagaimana pola komunikasi guru pada anak tuna grahita
sedang. Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan
pennelitian diambil secara purposive sampling yang berjumlah 6 orang guru SLB
yang khusus mengajar anak tuna grahita di SLB Karakter Mandiri. Data diolah
dan dianalisi menggunakan metode Creswell. Hasil penelitian lahirlah beberapa
tema yaitu, menggunakan komunikasi verbal, menggunakan komunikasi non
verbal, kurangnya partisipasi orang tua dalam mendidik anak tuna grahita,
menggunakan komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi,
meningkatkan kemampuan bina diri anak tuna grahita, koping guru terhadap anak.
Dapat disimpulkan bahwa guru sudah menggunakan komunikasi yang baik pada
anak tuna grahita yaitu dengan menggunakan komunikasi antar pribadi.
Diharapkan guru dapat mempertahankan dan meningkatkan komunikasi yang baik
dengan anak agar adanya feedback dan pesan dapat tersampaikan pada anak tuna
grahita.
Daftar Bacaan : 36
Kata kunci : Pola Komunikasi Guru
2
FORT DE KOCK UNIVERSITY BUKITTINGGI
NURSING AND NURSE PROFESSION EDUCATION PROGRAM
RESEARCH, MAY 2020
3
KATA PENGANTAR
Assalamua´laikum Wr,Wb
kekuatan, pikiran yang jernih dan keterbukaan hati, sehingga penulis dapat
Bukittinggi”. Penulisan proposal ini merupakan salah satu syarat yang harus
arahan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang tulus terutama kepada yang terhormat Ibu
Ns. Wenny Lazdia S.Kep, M.A.N, selaku pembimbing I dan Ibu Ns. Cory
4i
3. IbuAria Wahyuni, M.Kep, Ns. Sp.Kep.MB, selaku ketua Program
Bukittinggi.
5. Dan teristimewa dalam hidup penulis, papa dan mama tercinta telah
skripsi ini.
Penulis
5 ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK
ABSTRACT
KATAPENGANTAR...................................................................................... I
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL........................................................................................... v
DAFTAR SKEMA.......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan masalah.................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian................................................................................. 7
E. Ruang Lingkup...................................................................................... 8
6
F. Tema 6: Koping guru terhadap anak tuna grahita............................... 92
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................
B. Saran................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
7
Nomor Tabel Halaman
2.1................................................................................................................. 10
2.2................................................................................................................. 10
2.3................................................................................................................. 11
2.4................................................................................................................. 12
DAFTAR SKEMA
8
Nomor Skema Halaman
2.1. Kerangka Teori.................................................................................. 44
4.1. Tema 1 : Menggunakan komunikasi verbal...................................... 59
tuna grahita.............................................................................................. 66
vi
DAFTAR LAMPIRAN
9
Lampiran 1 : Surat Izin Pengambilan Data Awal
vii
10
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak tuna grahita adalah anak yang memiliki intelegensi yang berada
yang muncul dalam masa perkembangan. Anak tuna grahita atau dikenal juga
program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak tuna
2013).
Tuna grahita di bagi atas 4 bagian yaitu, tuna grahita ringan, tuna
grahita sedang, tuna grahita berat dan tuna grahita sangat berat. Tuna grahita
berat yaitu memiliki IQ 20-34, sedangkan tuna grahita sangat berat memiliki
optimal yaitu kognitif yang merupakan tahap perkembangan otak yang belum
psikomotorik yang menyangkut keadaan fisik dan perilaku dari anak tuna
1
Menurut Bank Dunia dan badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2014,
tercatat sebanyak 785 juta orang mengalami gangguan mental dan fisik.
diperkirakan sekitar 500 juta orang di dunia mengalami kecacatan dan 80%
2015, di Kota Padang terdapat 36 Sekolah Luar Biasa (SLB) dengan 2 SLB
milik pemerintah dan 34 milik swasta dengan jumlah anak 1535 orang. Jumlah
berkebutuhan khusus lainnya dengan jumlah anak yaitu 1001 orang (Gustiva,
2016).
diantaranya 1 SLB Negeri dan 5 SLB milik swasta. SLB di Kota Bukittinggi
meliputi, SLBN 1 Bukittinggi dengan jumlah siswa SLB tuna grahita sedang
sedang sebanyak 2 orang, SLB Autisma YPPA Bukittinggi jumlah siswa tuna
7 orang, SLB Permata Bunda Bukittinggi dengan jumlah murid tuna grahita
2
sedang sebanyak 7 orang, dan SLB Al Azhar Bukittinggi dengan jumlah murid
tuna grahita sedang sebanyak 28 orang (Laporan Data Tahun 2019 Dinas
retardasi mental dapat dilatih (trainable). Pada kelompok ini anak memiliki
mempunyai masalah dalam bahasa dan pengucapan, kelainan pada sensori dan
signifikan terjadi pada anak dengan tuna grahita sedang yaitu kesulitan dalam
merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sangat penting dalam proses
komunikasi antarpribadi yang baik antara guru dengan siswa tuna grahita akan
2018).
3
Pada dasarnya seorang guru adalah seorang komunikator. Proses
berkomunikasi dengan baik, jika guru sudah menjadi komunikator yang baik
dukung dengan guru yangmemiliki kapasitas dan kabilitas yang baik. Guru
pelajaran(Rifaldi, 2012).
kepercayaan diri dan anak akan kesulitan dalam berinteraksi dalam kehidupan
sehari-hari. Kedua, dampak terhadap keluarga yaitu orang tua tidak tahu
4
bagaimana cara merawat dan mendidik anak yang lahir dengan tuna grahita
dalam pembelajaran bagi anak tuna grahita yang dilakukan oleh guru dan
pelajar tuna grahita bersifat pasif. Dalam interaksi yang terjalin, guru yang
pelajar tuna grahita. Selain itu dalam melakukan komunikasi terdapat gangguan
wawancara kepada guru mengenai anak tuna grahita sedang. Dari hasil
observasi ditemukan bahwa komunikasi antara guru dan pelajar tuna grahita
tidak efektif. Sebagai contoh pada saat anak melakukan keributan, guru
menegur dengan nada yang tinggi dan ekspresi wajah yang terlihat marah dan
guru harus memiliki komunikasi yang baik dengan anak, terutama dengan anak
berkebutuhan khusus.
5
Dan berdasarkan hasil wawancara kepada guru SLB ditemukan bahwa
hambatan yang paling signifikan terjadi pada anak tuna grahita yaitu
kemampuan komunikasi anak yang lemah. Dimana pada kondisi itu anak sulit
grahita juga memiliki perilaku enderung tidak bisa diam atau disebut juga
dengan hiperaktif. Dan anak tuna grahita sedang juga memiliki hambatan
tuna grahita sedang yang dibawah rata-rata normal sehingga mereka tidak
B. Rumusan Masalah
yang baik dengan siswa khususnya anak tuna grahita sedang, karena tujuan
dari komunikasi itu sendiri yaitu untuk menjalin hubungan yang akrab dan
6
C. Tujuan Penelitian
Bukittinggi.
D. Manfaat Penelitian
komunikasi yang baik dan efektif bagi siswa tuna grahita dalam proses
keperawatan melalui komunikasi yang baik dan tepat pada anak tuna
grahita sedang.
keperawatan.
3. Bagi Institusi
didik tentang Pola Komunikasi Pada Anak Tuna Grahita Sedang di SLB
Kota Bukittinggi.
7
4. Bagi Peneliti
E. Ruang Lingkup
Bukittinggi satu SLB negeri dan lima SLB swasta. Dimana siswa dengan
Anak Tuna Grahita Sedang di SLB Kota Bukittinggi” data peneliti dapat
suara (recorder).
8
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
retardasi mental. Menurut WHO (dikutip dari Menkes 1990), retardasi mental
Toback C), mengatakan retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai
terdapat fungsi intelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam
tahun.
dibawah 70. Anak ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena
cara berpikirnya yang terlalu sederhana, daya tangkap dan daya ingatnya
9
lemah, demikian pula dengan pengertian bahasa dan perhitungannya juga
Quotient):
Pada retardasi mental tipe klinik ini mudah dideteksi sejak dini, karena
10
adalah kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan terus
menerus dan kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi atau
rendah. Orang tua anak penderita retardasi mental tipe ini cepat
anaknya.
Biasanya, kelainan ini baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan
normal, sehingga tipe ini disebut juga retardasi enam jam, karena
normal lainnya. Para orang tua anak pada tipe ini mengetahui kalau
Derajat AAMR
Ringan (IQ) 55 – 69
Sedang (IQ) 40 – 54
Berat (IQ) 25 – 39
11
d) Klasifikasi berdasarkan pendidikan dan bimbingan
c. Etiologi
1) Non – Organik
b. Faktor sosiokultural
d. Penelantaran anak
2) Organik
a) Faktor prakonsepsi
neurocutaneous)
12
b) Faktor Pranatal
dan lainnya)
c. Disfungsi plasenta
d. Ibu malnutrisi
d. Toksemia gravidarum
e. Disfungsi plasenta
f. Ibu malnutrisi
c) Faktor Perinatal
a. Sangat prematur
d. Meningitis
d) Faktor pascanatal
13
d. CVA (Cerebrovaskular accident)
f. Metabolik
g. Gizi buruk
n. Infeksi
o. Meningitis, ensefalitis
misalnya keracunan logam berat yang subklinik dalam jangka waktu yang
pada anak – anak dikota dari golongan sosial ekonomi rendah. Infeksi
sitomegalovirus juga lebih banyak terdapat pada ibu – ibu dari golongan
sosial ekonomi rendah. Demikian puka dengan kurang gizi, baik pada ibu
14
hamil maupun pada anaknya setelah dapat mempengaruhi pertumbuhan
d. Epidemiologi
sumber daya manusia, tentunya mereka tidak bisa dimanfaatkan, karena 0,1 %
sepanjang hidupnya.
retardasi mental ringan adalah 0,9 – 2,7 %, sedangkan retardasi mental sedang,
berat dan sangat berat secara bersama – sama adalah sekitar 0,3 – 0,4%
(Alimul, 2005).
e. Gejala Klinis
15
e) Preschool (3 – 5 tahun) : keterlambatan atau kesulitan bicara; masalah
sebagai berikut :
Kebanyakan dari mereka ini termasuk dalam tipe sosial budaya, dan
diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini
termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bisa
sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal
hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal.
mereka ini mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan
16
3) Retardasi mental berat
diagnosis mudah ditegakkan secara dini, karena selain adanya gejala fisik
yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak
bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih higiene
dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih
sepanjang hidupnya.
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik, diagnosis dini
mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas.
f. Diagnosis
retardasi mental merupakan bagian dari suatu sindrom. Dikatakan GGD, bila
pada sektor perkembangan adaptif dan bahasa. Pada anak yang didiagnosis
17
dilakukan tes IQ untuk memastikan adanya retardasi mental (Soetjiningsih,
2014)
berikut :
retardasi mentaal, tetapi intelegensi tidak bisa dites dengan tes standar.
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Kariotipe kromosom
18
c. Terdapat beberapa kelainan kongenital
d. Genitalia abn
2) EEG (Elektroensefalogram)
Imaging)
b. Tuberosklerosis
d. Kejang lokal
4) Urin mukopolisakarida
a. Kiposis
d. Hepatosplenomegali
e. Kornea keruh
f. Gangguan pendengaran
a. Katarak
b. Hepatomegali
c. Kejang
19
6) Serum asam amino atau asam organik
b. Gagal tumbuh
e. Mikrosefali
h. Penatalaksanaan
dan sangat individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak setiap anak
rancangan suatu strategi pendekatan bagi setap anak secara individual untuk
keadaan anaknya, dan apa yang diharapkan dari terapi yang diberikan.
mengenai keadaan anaknya. Bila orang tua belum dapat menerima keadaan
diperlukan kerjasama yang baik antara guru dengan orang tuanya, agar tidak
dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian, agar anak
penerangan, agar anak tidak diejek atau dikucilkan. Disamping itu masyarakat
20
perlu diberikan penerangan tentang retardasi mental, agar mereka dapat
untuk golongan retardasi mental ringan, dan yang mampu latih untuk anak
dengan retardasi mental sedang. Sekolah khusus untuk anak retardasi mental
B. Konsep Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
terbentuk dari dua akar kata : “com” (bahasa latin :”cum”) berarti “dengan”
atau “bersama dengan”; dan “unio” (bahasa latin : “union”) berarti “bersatu
dengan”. Jadi komunikasi dapat diartikan “union with” (bersatu dengan) atau
kepercayaan diri kita dengan anak. Melalui komunikasi akan terjalin rasa
percaya, rasa kasih sayang, dan selanjutnya anak akan merasa memiliki suatu
21
sebagai kebutuhan khusus anak yang dapat dipenuhi dengan cara komunikasi
ini dianggap berhasil oleh para guru dalam proses belajar. Dengan komunikasi
antar pribadi ini guru lebih muda mengetahui kekurangan dan kelemahan dari
siswa down singrom sehingga materi atau pelajaran yang diberikan, dapat
diberikan secara keseluruhan maka materi yang diberikan sulit untuk diterima
22
3. Komponen Dalam Komunikasi
(informasi), penerus pesan, pesan itu sendiri, media dan umpan balik.
1) Pengirim pesan
2) Penerima pesan
3) Pesan
4) Media
23
5) Umpan Balik
4. Fungsi Komunikasi
5. Persuasi (mempengaruhi
komunikasi yaitu :
1. Mengetahui
2. Menambah pengetahuan
3. Mewajibkan-melarang
4. Menikmati
yakni diantaranya :
24
1) Fungsi Menjelaskan
ingin disampaikan. Informasi itu sendiri adalah materi pelaran yang sudah
Fungsi ini hampir sama dengan fungsi yang pertama. Bedanya terletak
dari isi dan sumber informasi yang disampaikan. Dalam fungsi menjual
gagsan isi dan sumber informasi berasal dari diri penyaji itu sendiri, yang
3) Fungsi Pembelajaran
penerima informasi atau pengguna media itu sendiri, baik yang berkaitan
25
dengan kebutuhan, minat dan bakat, serta kemampuan dasar penerima
4) Fungsi Administratif
waktu dan tempat pembelajaran, dan lain sebagainya (W. Sanjaya, 2012)
berupa proses pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem saraf.
seseorang akan menimbang terkait untung rugi atas usul yang disampaikan
komunikator.
dan perasaan oleh seseorang kepada orang lain agar mengetahui, mengerti,
26
dialogis berupa percakapan. Komunikasi interpersonal dampaknya dapat
c. Komunikasi kelompok
6. Konteks Komunikasi
a. Komunikasi Antarpribadi
komunikasi yang dilakukan oleh 2 atau 3 orang dengan jarak fisik diantara
mereka yang sangat dekat, bertatap muka atau berrmedia dengan sifat
umpan balik yang berlangsung cepat, adaptasi pesan bersifat khusus, serta
b. Komunikasi Kelompok
27
adaptasi pesan berifat khusus, tujuan/ maksud komunikasi tidak
berstruktur.
c. Komunikasi Organisasi
d. Komunikasi Publik
7. Model Komunikasi
a. Modele Lasswell
yang sangat populer yaitu, “Who says what in which channel to whom
3) On what channel : melalui apa pesan itu disampaikan/ media atau alat
28
Disamping itu model ini juga model yang bersifat linear; artinya
pesan. Ada dua hal yang menjadi kelemahan komunikasi model ini.
pesan. Inilah pentingnya umpan balik atau feedback untuk melihat apakah
29
Berdasarkan uraian diatas, maka komponen-komponen komunikasi
maksud atau pesan yang ada dalam benaknya menjadi simbol – simbol :
suara, tulisan, gerakan tubuh dan bentuk lainnya untuk dapat dikirimkan
kepada komunikan.
penglihatan, penciuman, rabaan dan rasa. Oleh sebab itu manusia dapat
mengirimkan pesan secara tertulis melalui surat, papan tulis atau buku, dan
lain sebagainya.
komunikasi.
30
5) Penerima pesan atau komunikan
sasaran komunikasi.
baik proses komunikasi dapat berjalan sesuai dengan sasaran dan tujuan
yang ada. Menurut Egan tahun 1995 dikutip Kozier dan Erb tahun 1983
31
dilakukan dalam komunikasi baik secara verbal maupun non verbal yang
dapat meliputi :
a. Sikap berhadapan
berkomunikasi.
sedikit kearah klien. cara ini dilakukan agar komunikasi berjalan sesuai
d. Sikap terbuka
beberapa sikap yang ada, masih ada bebarapa sikap nonverbal selama
32
komunikasi seperti : gerakan mata, ekspesi muka dan sentuhan
(Soetjiningsih, 2014)
b) Bercerita
Melalui cara ini pesan yang disampaikan kepada anak dapat mudah
diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita
gambar.
c) Memfasilitasi
ekspresi anak atau respon nak terhadap pesan dapat diterima. Dalam
33
d) Biblioterapi
pendapat anak.
g) Penggunaan skala
perasaan sakitnya.
h) Menulis
pada anak yang jengkel, marah dan diam. Cara ini dapat dilakukan
34
i) Menggambar
j) Bermain
secara efektif terdiri dari komunikator, komunikan, media yaitu alat untuk
b. Pesan yang disampaikan oleh pengirim dapat disetujui oleh penerima dan
c. Tidak ada hambatan yang berarti untuk melakukan apa yang seharusnya
35
Menurut Effendy (2008) komunikasi dikatakan tidak efektif apabila:
a) Perbedaan persepsi
b) Reaksi emosional
d) Kecurigaan
a. Status effect
b. Semantic Problems
c. Perceptual distorsion
Cara pandang yang sempit pada diri sendiri dan perbedaan cara berpikir
d. Cultural Differences
e. Physical Distraction
g. No Feedback
Tidak ada respon atau tanggapan dari penerima pesan (Wisman, 2017)
36
11. Faktor Yang Mempengaruhi Penyampaian Komunikasi Efektif Pada
a) Gangguan Bahasa
umum terjadi. Hal ini karena komunikan tidak mengerti bahasa yang
dengan baik.
b) Gangguan Bicara
emosional dalam beraktifitas ini akan sulit untuk diajak berinteraksi oleh
lingkungan sekitarnya.
c) Gangguan Suara
berinteraksi dengannya.
d) Gangguan Irama
37
dengan sangat cepat yang mengakibatkan artikulasi dari kata yang
e) Gangguan Lingkungan
f) Gangguan Persepsi
agar persepsi yang diterima oleh anak merupakan persepsi yang sama
terjadi. Hal ini bisa terjadi karena karena masing-masing orang memiliki
latar belakang budaya yang berbeda dengan orang lainnya. Hal serupa juga
2018).
38
12. Peran Guru Dalam Media Pembelajaran
antara guru dan siswa di tempat dan waktu yang telah ditentukan melalui
kegiatan tatap muka (face to face). Dalam konteks ini peran guru adalah
39
d. Guru sebagai direktur
pelajaran tertentu.
menunjukkan jalan keluar atau apa yang harus dilakukan siswa untuk
2012)
secara efektif. Pengertian metode adalah suatu cara yang digunakan untuk
melakukan sesuatu hal. Metode komunikasi serinf kali dikenal dengan teknik
diharapkan setiap orang dapat secara efektif melakukan komunikasi satu sama
40
Menurut Effendy (2006) metode komunikasi terdiri atas :
a. Komunikasi informatif
b. Komunikasi persuasif
kesadaran sendiri.
c. Komunikasi instruktif/koersif
agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai
yaitu:
a) Communication (Komunikasi)
d) Prompts (Mendorong)
41
C. Konsep Pola Komunikasi
sistem, cara atau bentuk (struktur) yang tetap dimana pola dapat dikatakan
contoh atau cetakan. Dalam Kamus Ilmiah Populer “pola” diartikan sebagai
gambaran tentang sebuah proses yang terjadi dalam sebuah kejadian sehingga
antara dua orang atau lebih dalam proses penyampaian dan penerimaan pesan,
dimana akan terjadi proses interaksi yang akan menimbulkan respon satu sama
lain. Dan proses penyampaian dan penerima dengan cara yang tepat akan
2003):
media, tanpa ada umpan balik dari komunikan dalam hal ini komunikan
2. Pola Komunikasi dua arah atau timbal balik (Two way traffic
42
Namun pada hakekatnya yang memulai percakapan adalah komunikator
langsung.
3. Pola Komunikasi multi arah yaitu proses komunikasi terjadi dalam satu
43
E. Kerangka Teori
Tuna Grahita
1. Ketidakmampuan 1. Ringan
perawatan diri 2. Sedang
2. Hambatan dalam 3. Berat
berbahasa 4. Sangat Berat
3. Hiperaktif
4. Kesulitan dalam
berkomunikasi Pendidikan di Sekolah
Luar Biasa
Guru
Hambatan
Pola Komunikasi
Komunikasi
1. Komunikasi
Efektif : Pesan dapat Intrapersonal
diterima dan ada umpan 2. Komunikasi
balik Interpersonal
Tidak efektif : Tidak ada 3. Komunikasi
umpan balik Kelompok
44
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
C. Partisipan Penelitian
Jumlah partisipan yang diambil sampai data yang diperoleh sudah saturasi.
45
Untuk memenuhi persyaratan studi ini kriteria untuk partisipan
sebagai berikut:
Bukittinggi
unsur paksaan dalam penelitian ini dan partisipan dapat keluar jika terdapat
unsur ketidaknyamanan.
46
D. Instrumen Penelitian
terbuka untuk menggali data sesuai degan tujuan peneliti, catatan dilapangan
pendokumentasian.
Guna mendapatkan data yang akurat dan kredibel, dalam penelitian ini
1. Wawancara (Interview)
note).
47
2. Alat Pengumpulan Data
mempermudah pendokumentasian.
dengan generalisasi (yang berarti validitas eksternal atau hasil penelitian yang
dapat diterapkan pada setting, orang, atau sampel yang baru) dalam penelitian
2010).
48
1. Mengecek hasil transkrip untuk memastikan tidak adanya kesalahan
oleh peneliti lain dengan kode-kode yang telah dibuat sendiri. Sisi lain
1. Tahap Persiapan
49
pengecekan catatan lapangan yang digunakan untuk mencatat
2. Tahap Pelaksanaan
sudah dibuat.
kedalam catatan lapangan (field note). Isi field note meliputi prilaku non
50
3. Tahap Terminasi
H. Analisis Data
1. Penyusunan Transkrip
diteliti.
51
2. Pembuatan Kategori
3. Formulasi Tema
kumpulkan dalam satu unit data/ informasi yang lebih besar, yang disebut
4. Deskripsi Tekstural
5. Deskripsi Struktural
6. Deskripsi Lengkap
52
I. Keabsahan Data
suatu data yang di hasilkan dari studi kualitatif menjelaskan derajat atau
nilai kebenaran dari data yang di hasilkan termasuk proses analisis data
aplikasikan dan di alihkan pada keadaan atau konteks lain atau kelompok
3. Dependendabilitas (Ketergantungan)
reliabilitas dari studi kualitatif adalah bagaimana studi yang sama dapat
metode yang sama, partisipan yang sama, dalam korteks yang sama.
53
Dengan kata lain, dependabilitas mempertanyakan tentang
4. Konfirmabilitas
pada peneliti kuantitatif, namun tidak persis sama arti dari keduanya.
elemen-elemen penelitiannya.
J. Etika Penelitian
2014).
54
Partisipan memiliki hak otonomi untuk menentukan keputusannya
dalam tempat khusus. Hasil rekaman diberi kode partisipan tampa nama
(hak anonymity).
ingin diketahui oleh orang lain. Jika partisipan merasa tidak nyaman
55
dari proses penelitian kapanpun ia inginkan. Hal ini dilakukan peneliti
from discomfort).
Prinsip ini juga menyatakan bahwa partisipan memiliki hak untuk diberi
56
Hak bebas dari ketidaknyamanan atau bebas dari bahaya (free from
dapat mengalami stres dan rasa takut, dan secara sosial dapat mngalami
Hak ini memberikan semua partisipan hak yang sama untuk dipilih
57
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik partisipan
Tabel 4.1
Karakteristik partisipan
tentang gambaran pola komunikasi guru pada anak tuna grahita sedang.
58
B. Analisis Tema
1. Kita tu ngomong
lembut (P1,2)
2. Ngomong dengan
suara yang pelan
(P6) Bahasa lembut
3. Kalau anak tuna
grahita ko wak
lembut mangecek
(P4)
Skema 4.1
59
Berdasarkan hasil dari wawancara di peroleh informasi bahwa
eeh kayak yang kak bilang tadi tu ee cepat sini dulu ndak bisa kayak gitu
tinggi” (P6)
digunakan harus bernada lembut, tidak bisa menggunakan nada atau suara
““harus ado kato perintah, jadi harus aktif supaya ada komunikasi
sama dia kan”(P3) (Harus ada kata perintah, jadi harus aktif supaya ada
60
“Kalau anak tu mada jan wak karehan bana, cuma tegas se”(P4)
“Ndak buliah wak kareh samo anak do, tapi harus dengan kalimat
tegas”(P5) (Tidak boleh keras sama anak, tapi harus dengan kalimat
tegas)
perintah pada anak agar komunikasi dapat tersampaikan dengan baik, dan
tuna grahita sedang ni harus kita angkat terus, kalau segala sesuatu tu
semangat”(P3)
partisipan:
bingung”(P2)
61
“Kalimat yang digunakan harus efektif saat berkomunikasi”(P6)
lembut, kata perintah dan kalimat sanjungan dan bahasa sederhana pada
62
2. Tema 2: Menggunakan Komunikasi Non Verbal
1. Pendekatan dengan
sentuhan (P1,2,5)
2. Anak ini kan butuh Sentuhan
kasih sayang (P3)
3. Anak ndak ngarati
wak rosok
pungguangnyo (P4)
Menggunakan
Komunikasi Non
Verbal
Skema: 4.2
63
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa partisipan
tuna grahita salah satunya melalui komunikasi non verbal. Yang terbagi
“Cuma kalau untuk diapain kali nggak yang udah besar, kecuali
“Kalau kita tidak paham apa mau anak, kita suruh anak menunjuk
apa yang dia maksud”(P1)
64
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
dengan anak. Dimana dua hal tersebut termasuk ke dalam komunikasi non
hal yang sangat penting dilakukan dalam berkomunikasi dengan anak tuna
dengan anak.
65
3. Tema 3: Kurangnya Partisipasi Orang Tua dalam Mendidik Anak
Tuna grahita
Kata KunciKategoriTema
Skema 4.3
grahita
66
Keterlibatan orang tua dan anggota keluarga dalam mendidik anak
Kategori pertama yang muncul adalah keterlibatan orang tua. Dari hasil
wawancara di ketahui bahwa ada orang tua yang berperan aktif terhadap
perkembangan anak dan ada yang tidak aktif. Hal ini sesuai dengan
dirumah”(P1)
ndak bisa, peran orang tua sangat penting”(P5) (Orang tua tidak pernah
mengarahkan anak, makanya anak tida bisa, peran orang tua sangat
penting)
anggota keluarga yang bersikap acuh kepada anak tuna grahita. Hal ini
67
“kakaknyo cuek se ka manga, adiaknyo diam se dirumah”(P1)
orang tua anggota keluarga lain serta lingkungan sekitar juga berbengaruh
orang tua yang peduli dan mau mengajak anak berinteraksi saat dirumah.
68
4. Tema 4: Melakukan Komunikasi Interpersonal/Antar Pribadi
Pada Anak Tuna Grahita
1. Komunikasi saat
pembelajaran tidak bisa
disamakan dengan anak Komunikasi
normal, tidak bisa Multiarah
sekaligus bersama (P1-6)
Skema: 4.4
69
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa partisipan
anak tu diam se”(P1,2) (kalau anak sedang tidak mood, kita berbicara
merespons”(P3)
baliak ka anak tu”(P4) (kalau anak tidak paham sama yang disampaikan
“kalau anak tidak mood tidak bisa kita paksakan, kita tanya anak
maunya apa”(P5,6)
partisipan anak ada feedback saat dilakukan komunikasi dua arah. Saat
70
“kadang-kadang pas baraja anak ko ndak amuah mancaliak wak
saat belajar anak tidak mau melihat, jadi diarahkan wajahnya agar fokus)
anak-satu anak)
kemampuan anak)
71
“komunikasi yang dilakukan secara bersama tidak efektif
dilakukan pada anak tuna grahita, karena memang hambatan anak yang
tidak efektif digunakan pada anak tuna grahita, karena kemampuan tiap-
bersamaan. Dan komunikasi akan terjadi satu arah apabila hanya guru
72
5. Tema 5. Meningkatkan kemampuan bina diri anak tuna grahita
1. Medianya harus
komplit (P1)
2. Media yang digunakan
biasanya gambar dan
video (P2,3,4) Bantuan
3. Tidak bisa menjelaskan media
dengan abstrak saja
(P5,6)
Skema: 4.5
73
Meningkatkan kemampuan bina diri anak tuna grahita. Kategori pertama
diajarkan bagaimana bina dirinya sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan
kita arahkan”(P2)
dirinya sendiri)
anak termasuk mengajarkan dalam hal bina diri, agar anak menjadi paham
didapatkan:
74
“kalau anak tuna grahita sedang ko akak maajaannyo lebih ke
maksud dari bina diri ini yaitu bagaimana anak mampu melakukan
75
6. Tema 6: Koping Guru Terhadap Anak Tuna Grahita
Skema 4.6
76
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa partisipan
dimiliki oleh anak. Yang terbagi ke dalam dua kategori, kategori pertama
hambatan anak kita tidak boleh marah, tidak boleh emosi, soalnya anak tau
“Kalau cara kakak meredakan emosi, pergi kak keluar dulu untuk
“kita ngajarkan dari hati makanya nggak ada rasa kesal. Soalnya
anak tu dari awal kita udah tau, dan anak tu juga nggak ada bikin
kesal”(P3)
dilihatkan ke anak”
“Ndak buliah berang do, beko anak takuik ndak amuah baraja
samo akak do”(P6) (Tidak boleh marah, nanti anak takut tidak mau belajar
sama kakak)
infromasi bahwa partisipan harus bersikap sabar pada anak saat merasa
77
“kalau kesal pernah, tapi ndak berlarut ka anak berkebutuhan
khusus ko wak harus sabar”(P1,4) (kalau kesal pernah, tapi tidak berlarut
“kesal tidak boleh harus sabar, karena mereka itu anak luar
biasa”(P6)
grahita, karena anak ini memiliki perasaan yang sangat sensitif. Jika
78
79
BAB V
PEMBAHASAN
verbal yang meliputi: bahasa yang lembut, kata perintah, bahasa sederhana
kata, entah lisan maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai
fakta, data dan informasi. Dalam komunikasi verbal itu bahasa memegang
peranan penting. Media yang dipakai yaitu bahasa. Karena, bahasa mampu
kemampuan bahasa dan bicara pada seorang anak normal mungkin tidak
menemui kesulitan. Namun, tidak demikian dengan anak tuna grahita apa
yang dapat dilakukan anak normal sulit diikuti oleh anak tuna grahita
79
berbahasa pada anak tuna grahita khususnya tuna grahita sedang sangat
dengan anak pada umumnya, kosa kata atau kalimat yang digunakan
pemilihan kata yang tidak bertele-tele lebih banyak digunakan guru saat
terjalin dengan baik. Bahasa yang digunakan yaitu dengan bahasa yang
sederhana dan tidak berbelit, apabila anak tidak mengerti maka guru
mencari alternative lain agar anak memahami apa yang disampaikan. Guru
disesuaikan dengan bahasa ibu atau bahasa biasa yang digunakan anak
dirumah sehari-hari. Guru yang mengajar anak dengan tuna grahita tentu
80
B. Tema 2 : Menggunakan Komunikasi Non Verbal
komunikasi non verbal partisipan pada anak tuna grahita yaitu pendekatan
kepada orang lain yang dapat dilakukan dengan bahasa, suara, isyarat
dengan baik dan jelas oleh komunikannya (Nadya, 2019). Pada anak tuna
komunikasi non verbal pada anak tuna grahita salah satunya yaitu dengan
81
Hal ini sejalan dengan penelitian (Mulia, 2015), yang berjudul
berkomunikasi dengan anak tuna grahita. Karena gerakan tubuh ini dapat
tuna grahita.
82
C. Tema 3: Kurangnya Partisipasi Orang Tua dalam Mendidik Anak
Tuna grahita
informasi bahwa partisipasi orang tua sangat penting dalam mendidik anak
tuna grahita. Namun ada sebagai orang tua yang bersikap acuh kepada anak
anggota keluarga yang lain seperti kakak dan adik juga harus aktif untuk
suatu hal yang sangat vital. Pendidikan yang diterima oleh seorang anak,
diawali dari para orang tuanya. Namun demikian saat ini belum sepenuhnya
disadari oleh para orang tua betapa pentingnya peran orang tua dalam
pendidikan anak. Terlebih lagi peran orang tua terhadap pendidikan anak
demikian anak tuna grahita ini memiliki kemampuan yang dapat dioptimalkan
83
kemampuan anak tuna grahita ini sangat tergantung pada peran dan dukungan
Hal ini sejalan dengan penelitian (Vera, 2019), yang berjudul Peran
Orang tua dan Guru dalam Mendidik Anak Tunagrahita. Hasil penelitiannya
adalah adapun peran orang tua dirumah yaitu dengan mendidik anak-anak
tuna grahita seperti saudaranya yang lain, kalau ada tugas di sekolah suka
orang tua termasuk pada anak tuna grahita. Sikap orang tua cenderung tidak
banyak hal, disamping karena adanya factor ketidak pahaman orang tua
pendidikan orang tua, factor lainnya ketika orang tua secara sadar dan sengaja
maksimal dan anak dapat tumbuh secara baik dan aktif walaupun tidak seperti
84
D. Tema 4: Melakukan Komunikasi Interpersonal
proses antara orang yang satu dengan orang yang lain yang saling
merupakan suatu kegiatan yang melibatkan dua orang yang saling bertatap
komunikasi yang hanya ada dua orang, seperti guru dan muridnya. Dapat
informasi, pikiran dan sikap tertentu antara dua orang atau lebih yang terjadi
Hal ini sejalan dengan penelitian (Sondakh, 2017), yang berjudul Pola
85
materi atau pelajaran yang diberikan, dapat disesuaikan dengan kebutuhan
siswa. Metode pengajaran yang digunakan oleh guru yaitu individual, hal
tersebut karena keterbatasan yang dimiliki oleh anak tuna grahita yang
antarpribadi yang terjadi antara guru dengan murid tuna grahita dapat terjadi
satu arah ketika murid tuna grahita tidak tertarik dengan materi pembelajaran,
namun dapat menjadik dua arah ketika murid tuna grahita tertarik dengan
materi pembelajaran.
tidak dilakukan secara individu maka tidak akan efektif. Proses pembelajaran
komunikasi bisa digunakan ke seluruh arah. Namun tidak pada anak tuna
tertarik maka akan terjadi feedback, jika anak tidak tertarik maka komunikasi
86
E. Tema 5: Meningkatkan kemampuan bina diri anak tuna grahita
bahwa, tujuan dari pembelajaran pada anak tuna grahita yaitu lebih
mengarahkan anak pada keterampilan, anak tidak bisa dipaksakan untuk terus
sehari-hari dikenal dengan istilah bina diri dalam dunia pendidikan anak
didik dalam melakukan bina diri untuk dirinya sendiri. Pembelajaran bina diri
pediserta didik dalam melakukan bina diri untuk kebutuhan dirinya sendiri
sehingga tidak sepenuhnya membebani orang lain. Dalam program bina diri
ini terdapat berbagai aspek yang harus dikuasai dan dimiliki anak tuna grahita,
sehingga anak dapat hidup dengan wajar sesuai dengan fungsi kemandirian
antara lain: merawat diri, mengurus diri, menolong diri, berkomunikasi dan
87
Hal ini sejalan dengan penelitian (Tjasmini, 2014), yang berjudul
Tuna Grahita. Hasil penelitian mengemukakan bina diri harus diajarkan secara
terus-menerus agar mereka menjadi paham bahwa bina diri itu sangat penting.
Bina diri berarti usaha membangun diri individu baik sebagai individu
Menurut asumsi peneliti, kemampuan bina diri anak tuna grahita itu
melakukan aktivitas secara mandiri, maka anak tidak akan bisa dan
bergantung dengan orang lain. Pembelajaran bina diri ini bertujuan untuk
mampu untuk mengurus dirinya sendiri. Bina diri harus diajarkan secara terus-
88
F. Koping Guru Terhadap Anak Tuna Grahita
berlaku kasar dan keras pada anak, karena anak tuna grahita itu memiliki sifat
dalam kondisi penuh stres. Berbagai strategi koping bisa dilakukan dan
apakah usaha koping mereka berhasil atau tidak dalam menghadapi stres.
(Joko, 2016).
beberapa factor, seperti guru, murid, kurikulum dan fasilitas. Berperan sebagai
guru merupakan tantangan karena disatu pihak guru di tuntut untuk ramah,
pihak guru dituntut untuk memberikan tugas dan mendorong siswa untuk
Sekolah Luar Biasa. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa guru sekolah luar
89
biasa dituntut untuk memiliki kesabaran yang tinggi, kesehatan fisik dan
mengajar satu per satu siswanya dengan penuh kesabaran. Tanpa adanya
kemampuan untuk bertahan dengan kondisi sulit, mengajar bisa menjadi hal
luar biasa memiliki kemampuan yang kontrol emosi yang baik. Dimana guru
harus bersikap lembut dan ramah pada anak. Guru tidak boleh marah dengan
cara membentak atau kasar kepada anak, karena itu dapat melukai hati anak.
Guru dituntut untuk mampu mendidik anak dengan sabar, karena jika sempat
melontarkan kata yang tidak baik maka anak akan selalu mengingat apa yang
telah disampaikan. Dan anak tuna grahita tahu mana seseorang yang benar-
benar tulus menyayanginya. Maka dari itu kesabaran sangatlah penting dalam
mendidik anak tuna grahita, karena kita tidak bisa memaksakan anak harus
berbuat sesuai yang kita mau karena factor keterbatasan yang dimiliki oleh
90
91
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
dirumah.
91
4. Semua partisipan menggunakan komunikasi interpersonal atau
orang lain.
dilakukan agar tidak merasa kesal pada anak. Sabar juga menjadi
berkomunikasi.
B. Saran
1. Bagi Partisipan
92
2. Bagi Profesi Keperawatan
Agar melakukan penelitian lebih lanjut, lebih luas dan lebih dalam
93
DAFTAR PUSTAKA
Medika.
Khoir, S. (2014). Pola Komunikasi Guru dan Murid di Sekolah Luar Biasa.
Belajar.
1–16.
Group.
Kedokteran EGC.
1–14.
Gustiva. (2016). Meningkatkan Motorik Halus Bagi Anak Tuna Grahita Sedang.
5, 69–77.
94
Laili, F. (2013). Komunikasi bagi anak berkebutuhan khusus. 1, 163–189.
tunagrahita SLB.
Di SLB C.
Mirnawati. (2016). Pembelajaran Bina Diri bagi Anak Tuna Grahita di Sekolah.
1–9.
Berkebutuhan Khusus.
95
Nadya, K. (2019). Pola Komunikasi Komunitas Suara Hati Dalam Kegiatan
Luar Biasa.
satu s. VI(1).
Tongam, I. (2017). Peran Guru Terhadap Anak Penyandang Tuna Grahita. 4(2),
1–13.
Vera, O. (2019). Peran Orangtua dan Guru Dalam Mrndidik Anak Tuna Grahita.
6, 1–13.
96
97
98
99
Lampiran 4
Dengan hormat,
Bukittinggi, 2020
Peneliti
100
Lampiran 5
LEMBAR PERSETUUAN RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Bukittinggi, ..............2020
Responden
(.......................................)
101
Lampiran 6
Nama : ....................................................
Umur : ....................................................
Pekerjaan : ...............................................
Alamat : ...................................................
Pendidikan : ..............................................
Pengalaman : ..............................................
102
Lampiran 7
PEDOMAN WAWANCARA
A. Petunjuk Umum
d. Jawaban tidak ada yang benar atau salah, karena wawancar ini untuk
kepentingan peneliti dan tidak ada penilaian.
103
e. Semua pendapat, pengalaman, saran dan komentar akan dijamin
kerahasiannya.
3. Penutup
104
Lampiran 8
Identitas Informan :
Nama :
No. Telp/Hp :
Usia :
Tingkat pendidikan :
Waktu wawancara :
Pertanyaan :
105
1