Anda di halaman 1dari 95

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP

PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER KE 3


TENTANG PEMBERIAN KOLOSTRUM
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BULILI PALU

Proposal Penelitian

Oleh
Aida Fitriana
NIM PO7124319119

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
DIV KEBIDANAN PALU
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................ iii


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Promosi Kesehatan
1. Pengertian .................................................................................. 9
2. Strategi Promosi Kesehatan....................................................... 9
3. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan........................................... 10
4. Sasaran Promosi Kesehatan....................................................... 11
5. Metode dan Media Promosi kesehatan...................................... 12
B. Konsep Dasar Tentang Penyuluhan
1. Pengertian................................................................................... 15
2. Tujuan Penyuluhan.................................................................... 15
3. Tempat Penyuluhan.................................................................... 15
4. Metode Penyuluhan.................................................................... 16
C. Tinjauan Umum Pengetahuan.......................................................... 17
1. Pengertian .................................................................................. 17
2. Jenis Pengetahuan...................................................................... 18
3. Tingkat Pengetahuan.................................................................. 19
4. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan................................. 21
D. Konsep Kehamilan Trimester ke 3
1. Pengertian................................................................................... 22
2. Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan Trimester ke 3.............. 24
3. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil........................................................ 26
4. Pendidikan Kesehatan Ibu Hamil............................................... 30
E. Tinjauan Tentang Kolostrum
1. Pengertian................................................................................... 37
2. Kandungan Kolostrum............................................................... 38
3. Pembentukan Kolostrum............................................................ 39
4. Refleks – Refleks yang Berperan dalam Pembentukan Kolostrum 40
5. Manfaat Kolostrum.................................................................... 42
6. Aspek Kekebalan Tubuh Pada Kolostrum................................. 43
7. Hal Penting dari Kolostrum....................................................... 45
F. Tinjauan Tentang Tehnik Menyusui yang Benar
1. Pengertian................................................................................... 47
2. Tujuan........................................................................................ 47
3. Langka- langka Menyusui yang Benar...................................... 47
4. Posisi Dan Perlekatan Menyusui Yang Benar.......................... 50

iii
iv

G. Kerangka Pikir................................................................................. 55
H. Hipotesis…....................................................................................... 56
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian.............................................................. 57
B. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................... 58
C. Populasi dan Sampel........................................................................ 58
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.................................. 60
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 62
F. Pengolaan Data................................................................................. 63
G. Analisa Data..................................................................................... 63
H. Penyajian Data.................................................................................. 64
I. Etika Penelitian................................................................................ 65

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kolostrum merupakan cairan susu kental berwarna kekuning-

kuningan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu. Jumlahnya tidak

terlalu banyak tetapi kaya akan gizi dan sangat baik bagi bayi. Kolostrum

mengandung karoten dan vitamin A yang sangat tinggi (Yuli, 2015)

Kolostrum mampu melapisi usus bayi dan melindunginya dari bakteri

serta sanggup mencukupi kebutuhan nutrisi bayi pada hari pertama

kelahirannya.Selanjutnya, secara berangsur-angsur produksi kolostrum

berkurang saat air susu keluar pada hari ketiga sampai kelima (Prasetyono,

2012).

Pemberian ASI eksklusif dimulai dengan pemberian kolostrum.Tetapi

karena kurangnya pengetahuan ibu atau karena kepercayaan yang salah,

kolostrum tidak diberikan kepada bayi. Air susu pertama (kolostrum)

sengaja diperah dan dibuang. Kepercayaan ituperlu diluruskan karena

kolostrum seharusnya tidak dibuang sia-sia akan tetapi disusukankepada

bayi (Proverawati, 2010)

Masalah lain yang sering dijumpai adalah kebiasaan yang dilakukan

oleh ibu dalam menyusui bayinya yaitu membuang kolostrum karena

dianggap menyebabkan sakit perut, oleh karena itu sebelum susu matur

(ASI) keluar, bayi diberi makanan pengganti seperti air gula dan madu.

Akibat dari kurangnya pemahaman tersebut, maka merugikan kesehatan

bayi itu sendiri (Sukari, 2014)

1
2

Untuk itu melalui program promosi kesehatan baik yang baru

melahirkan pertama kali maupun lebih dari satu kali akan mengerti tentang

manfaat kolostrum, karena meskipun Ibu yang sudah pernah melahirkan

belum tentu mengerti apa itu cairan kolostrum, pentingnya manfaat

kolostrum serta dampak bagi bayi apabila tidak segera diberi

kolostrum.Faktor pengetahuan, pendidikan, dan sumber informasi dapat

menyebabkan ibu tidak memberikan ASI pertamanya (kolostrum) kepada

bayi baru lahir.

Program Inisiasi Menyusui Dini adalah suatu program pemberian ASI

Eksklusif secara langsung kepada bayi setelah lahir. Hal ini sangat

dibutuhkan, karena bayi setelah lahir langsung mendapat asupan gizi dari

kolostrum.Pemberian kolostrum secara dini juga sangat bermanfaat bagi

ibu, terutama untuk merangsang kelancaran ASI. Pertumbuhan dan

perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang

diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung didalam

ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan

pertumbuhan sampai usia sekitar enam bulan. Setelah itu ASI hanya

berfungsi sebagai sumber protein, vitamin dan mineral utama untuk bayi.

Data pemantauan status gizi di Indonesia pada 2017 menunjukkan

cakupan pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan pertama oleh ibu

kepada bayinya masih sangat rendah yakni 35,7%. Artinya ada sekitar 65%

bayi yang tidak mendapatkan ASI secara eksklusif selama 6 bulan pertama

lahir. Angka ini masih jauh dari target cakupan ASI eksklusif pada 2019
3

yang ditetapkan oleh WHO maupun Kementerian Kesehatan yaitu 50%

(Profil Kesehatan Indonesia, 2018)

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan adalah

penurunan angka kematian bayi dan peningkatan status gizi masyarakat,

dengan ASI ekslusif mendapatkan banyak keuntungan salah satunya

kecukupan gizi, karena ASI mengandung nutrisi yang tepat untuk

kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan bayi, salah satunya dalam

perkembangan otak bayi. Bayi yang diberi kesempatan untuk menyusui dini

lebih berhasil menyusui eksklusif dan memiliki kesempatan untuk

menghisap kolostrum yang dapat yang dapat meningkatkan daya tahan

tubuh bayi.

Manfaat kolostrum sendiri sebagai pembersih selaput usus BBL

sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan, mengandung

protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga dapat memberikan

perlindungan tubuh terhadap infeksi dan antibodi sehingga mampu

melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu

sampai 6 bulan (Walyani, 2017).

Untuk meningkatkan keberhasilan pemberian kolostrum pada bayi,

maka upaya pemerintah dalam mendukung pemberian ASI pada saat bayi

baru lahir adalah dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Program Inisiasi

Menyusui Dini adalah suatu program pemberian ASI eksklusif secara

langsung kepada bayi setelah lahir. Peran bidan juga sangat penting dalam

menangani masalah tersebut. Upaya preventif bidan yang dapat dilakukan

dalam pemberian ASI ekslusif mulai dari ibu pertama melahirkan dan
4

memberikan kolostrum pada bayinya yaitu dengan memberikan

pengetahuan pada ibu penting hal tersebut bagi pertumbuhan perkembangan

pada bayinya.

Menurut Siti Muniroh (2017) dari hasil penelitian tentang gambaran

pengetahuan ibu hamil tentang pemberian kolostrum pada bayi baru lahir

di BPM Umi Salamah Kabupaten Jombang menunjukan bahwa

pengetahuan kurang sebanyak (46,7%) , pengetahuan cukup sebanyak

(14%) pengetahuan baik (23,3%), sedangkan menurut penelitian Kristy

Mellya Putri (2018) tentang hubungan pengetahuan , sikap dan dukungan

keluarga terhadap pemberian kolostrum di RSIA Annisa Kota Jambi

sebanyak (47,6%) tidak memberikan kolostrum dengan dukungan keluarga

yang kurang baik dan sebanyak (40,5%) memberikan kolostrum dengan

dukungan keluarga yang baik. Dalam penelitian lainnya yang dilakukan

oleh Siti Sulaimah (2019) tentang analisis faktor yang berhubungan dengan

pemberiankolostrum pada bayi baru lahir , diketahui sebagian besar tidak

memberikan kolostrum, yaitu sebanyak (63,2%), dengan pengetahuan

kurang baik sebanyak (78,9%), sikap positif (57,9%) dengan dukungan

suami negative (50,5%), ada penyakit (65,3%) , peran Petugas Kesehatan

(69,5%) dan media informasi (56,8%).

Kehamilan trimester 3 adalah kehamilan dengan usia 27-40 minggu,

masa ini merupakan suatu yang lebih berorientasi pada realitas untuk

menjadi orang tua yang menanti kelahiran anak dimana ikatan antara orang

tua dan janin yang berkembang pada trimester ini (Manuaba, 2016).
5

Dalam hal ini waktu yang tepat memberikan gambaran tentang

peranan untuk mempersiapkan pemberian ASI eksklusif agar pada saat

kelahiran ibu benar-benar memberikan ASI pada bayinya, terutama

kolostrum (Salma, 2016).

Pada tahun 2018, secara nasional persentase bayi baru lahir yang

mendapat IMD yaitu sebesar 71,17%. Angka ini telah melampaui target

Renstra tahun 2018 yaitu sebesar 47,0%, namun dari seluruh provinsi di

Indonesia ada 3 provinsi yang masih rendah diantaranya Maluku sebesar

23,18%, Sulawesi Tengah sebesar 30,37% dan Sulawesi Utara sebesar

37,70%, (Profil Kesehatan Indonesia, 2018).

Cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif tahun 2018 secara

nasional sebesar 68,74%.Persentase tertinggi cakupan pemberian ASI

eksklusif terdapat pada Provinsi Jawa Barat (90,79%), dan terendah di

Provinsi Gorontalo (30,71%). Sebanyak enam provinsi yang belum

mencapai target Renstra tahun 2018, yaitu terdiri dari Provinsi DKI Jakarta

(45,29%), Jawa Tengah (45,21%), Banten (39,32%), Sulawesi

Utara(38,36%), Riau (35,01%) dan yang terakhir Provinsi Gorontalo

(30,71%). Sedangkan pada Provinsi Sulawesi Tengah telah mencapai target

yang ditetapkan oleh renstra yaitu sebesar (57,7%) (Profil Kesehatan

Indonesia, 2018).

Provinsi Sulawesi Tengah terdiri dari 12 Kabupaten dan 1 kota

madya. Secara rata-rata persentase cakupan pemberian ASI eksklusif di

Provinsi Sulawesi Tengah dari tahun 2017-2018 mengalami trend kenaikan


6

yang tidak terlalu signifikan dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2017

sebesar (56,6%) meningkat menjadi (57,7%) pada tahun 2018. Berdasarkan

laporan pengelola program Kabupaten/Kota tahun 2018 cakupan rata-rata

tertinggi berada di Kabupaten Parigi Moutong sebesar (80,1%) . Cakupan

terendah ada pada Kabupaten Buol sebesar (39,5%) dan Kabupaten

Morowali Utara sebesar (43,8%). Kota Palu menduduki urutan ke empat

yaitu sebesar (59,9%) setelah Kabupaten Donggala (62,4%) dan Kabupaten

Morowali (61,8%). (Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 2018).

Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Palu terdiri dari 13

Puskesmas, cakupan ASI tertinggi terdapat di Puskesmas Sangurara yaitu

sebesar (73,39%), Puskesmas Tipo (73,15%) dan Puskesmas Mabelopura

(72,27%). Cakupan ASI terendah terdapat di Puskesmas Nosarara (38,89%)

dan Puskesmas Bulili (36,25 %) (Dinas Kesehatan Kota Palu, 2018).

Puskesmas Bulili merupakan salah satu puskesmas dengan

cakupan pemberian ASI Eksklusif paling rendah yang berada di kota palu

yaitu sebesar 36,25 % dari 112 bayi (Dinas Kesehatan Kota palu, 2018)

Puskemas Bulili memiliki dua wilayah kerja, dimana setiap

wilayah kerja melakukan kelas ibu hamil pada setiap bulannya. Saat

melakukan wawancara pada salah satu bidan di Puskesmas Bulili diperoleh

informasi selain cakupan ASI ekslusif tahun 2019 masih rendah sebesar

39,6% dari 111 bayi dan sebagian ibu yang tidak memberikan kolostrum

pada bayinya karena beranggapan kolostrum ialah ASI basi yang tidak baik
7

untuk diberikan pada bayinya dan menyusui membuat putting lecet dan

nyeri, sehingga muncul masalah yang menyebabkan ibu enggan menyusui.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk

memilih penelitian mengenai “pengaruh promosi kesehatan terhadap

pengetahuan ibu hamil trimester ke 3 tentang pemberian kolostrum di

wilayah kerja Puskesmas Bulili”.

B. Rumusan Masalah

“Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dibuat rumusan

masalah “Apakah ada pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan

ibu hamil trimester ke 3 tentang pemberian kolostrum di wilayah kerja

Puskesmas Bulili” ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh promosi

kesehatan terhadap pengetahuan ibu hamil trimester ke 3 tentang

pemberian kolostrum di wilayah kerja Puskesmas Bulili.

2. Tujuan Khusus

a Mengetahui pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan

ibu hamil trimester ke 3 tentang pemberian kolostrum di wilayah

kerja Puskesmas Bulili.

b Mengetahui perbedaan pengetahuan ibu hamil trimester ke 3

sebelum diberikan penyuluhan kesehatan dan setelah diberikan

penyuluhan di wilayah kerja Puskesmas Bulili.


8

c Mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap

pengetahuan dan pengaplikasian pemberian kolostrum pada saat

pasca melahirkan di wilayah kerja Puskesmas Bulili.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat menjelaskan pengaruh promosi

kesehatan terhadap pengetahuan ibu hamil trimester ke 3 tentang

pemberian kolostrum di wilayah kerja Puskesmas Bulili dan diharapkan

menjadi landasan dalam pengembangan evidence based.

2. Manfaat Praktis

a Bagi Puskesmas Bulili

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi mengenai

pengetahuan ibu hamil trimester ke 3 tentang pemberian kolostrum

sebagai upaya meningkatkan cakupan ASI Eksklusif.

b Bagi InstansiPendidikanPoliteknik Kesehatan Palu

Sebagai bahan bacaan dan sumber referensi bagi mahasiswa

Poltekkes Kemenkes Palu khusunya mahasiswa kebidanan serta

sumber rujukan untuk penelitian selanjutnya

c Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan memberi pengalamn dan menambah

wawasan peneliti dalam penerapan ilmu yang telah didapatkan

selama perkuliahan.
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Promosi Kesehatan

1. Pengertian

Menurut WHO, Promosi Kesehatan adalah  proses yang

memungkinkan orang untuk meningkatkan kontrol atas faktor-faktor

penentu kesehatan dan dengan demikian meningkatkan kesehatan

mereka. Promosi kesehatan berarti : Membangun kebijakan publik yang

sehat menciptakan lingkungan yang mendukung, memperkuat aksi

komunitas, mengembangkan keterampilan pribadi, dan

mengorientasikan layanan kesehatan. 

Program promosi kesehatan dan pencegahan penyakit fokus pada

menjaga orang sehat.Promosi kesehatan melibatkan dan

memberdayakan individu dan masyarakat untuk terlibat dalam perilaku

sehat, dan membuat perubahan yang mengurangi risiko pengembangan

penyakit kronis dan morbiditas lainnya (Syafrudin, 2013).

2. Strategi Promosi Kesehatan(Notoadmojo, 2010)

a Advokasi

Advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau

penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat,

sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan

yang kita inginkan. 

9
10

b Bina Suasana

Upaya untuk menciptakan suasana kondusif untuk menunjang

pembangunan kesehatan, sehingga masyarakat, terdorong

melakukan prilaku hidup sehat

c Gerakan Masyarakat

Memandirikan masyarakat secara proaktif mempraktikan.

3. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan

Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan

kesehatan menurut Notoatmodjo (2010), meliputi :

a Promosi kesehatan pada tingkat promotif.

Sasaran promosi kesehatan pada tingkat pelayanan promotif

adalahpada kelompok orang sehat, dengan tujuan agar mereka

mampumeningkatkan kesehatannya.

b Promosi kesehatan pada tingkat preventif.

Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini selain pada orang yang

sehat juga bagi kelompok yang beresiko. Misalnya, ibu hamil,

paraperokok, para pekerja seks, keturunan diabetes dan sebagainya.

Tujuan utama dari promosi kesehatan pada tingkat ini adalah untuk

mencegah kelompok-kelompok tersebut agar tidak jatuh sakit

(primary prevention)

c Promosi kesehatan pada tingkat kuratif.

Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini adalah para penderita

penyakit, terutama yang menderita penyakit kronis seperti asma,


11

diabetes mellitus, tuberculosis, hipertensi dan sebagainya. Tujuan

dari promosi kesehatan pada tingkat ini agar kelompok ini mampu

mencegah penyakit tersebut tidak menjadi lebih parah (secondary

prevention).

d Promosi kesehatan pada tingkat rehabilitatif.

Sasaran pokok pada promosi kesehatan tingkat ini adalah pada

kelompok penderita atau pasien yang baru sembuh dari

suatupenyakit.Tujuan utama promosi kesehatan pada tingkat ini

adalahmengurangi kecacatan seminimal mungkin. Dengan kata

lain, promosi kesehatan pada tahap ini adalah pemulihan dan

mencegah kecacatan akibat dari suatu penyakit (tertiary

prevention)

4. Sasaran Promosi Kesehatan(Subaris, 2016).

a Sasaran primer

Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya

pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan

kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi kepala

keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui

untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk

kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan

terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan

masyarakat (empow-erment).
12

b Sasaran sekunder

Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya.

Disebut sasaran sekunder karena dengan memberikan pendidikan

kesehatan pada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya

kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan pada

masyarakat disekitarnya. Disamping itu dengan perilaku sehat para

tokoh masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan yang

diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan memberikan contoh

atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya

promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran sekunder ini

adalah sejalan dengan strategi dukungan sosial (social support).

c Sasaran tersier

Para pembuat keputusan atau penentuan kebijakan baik ditingkat

pusat, maupun daerah adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan

dengan kebijakan – kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan

oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para

tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat

umum (sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan

kepada sasaran tersier ini sejalan dengan strategi advokasi.

5. Metode dan Media Promosi Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2007) dalam bukunya promosi kesehatan

dan ilmu perilaku promosi kesehatan, terdapat beberapa metode

pendidikan dan media promosi kesehatan yang biasa digunakan antara

lain :
13

a Metode pendidikan individual, merupakan metode pendidikan

yang bersifat perorangan diantaranya: bimbingan atau penyuluhan,

dan wawancara

b Metode pendidikan kelompok, dalam metode ini harus diingat

bahwa jumlah populasi yang akan ditujukan haruslah

dipertimbangkan. Untuk itu dapat dibagi menjadi kelompok besar

dan kelompok kecil serta kelompok massa. Apabila peserta lebih

dari 15 orang maka dapat dimaksudkan kelompok besar, dimana

dapat menggunakan metode ceramah dan seminar. Sedangkan

disebut kelompok kecil apabila jumlah kurang dari 15 orang dapat

menggunakan metode diskusi kelompok, curah pendapat, bola

salju, kelompok kecil, serta memainkan peran. Apabila

menggunakan metode pendidikan massa ditujukan kepada

masyarakat ataupun khalayak yang luas dapat berupa ceramah

umum, pesawat televisi, radio, tulisan-tulisan majalah atau koran,

dan lain sebagainya.

Selanjutnya dalam media yang digunakan menurut Notoatmodjo

(2007) terdapat 3 macam media, antara lain :

a Media bantu lihat (visual) yang berguna dalam menstimulasi

indra mata pada waktu terjadinya proses pendidikan. Dimana

media bantu lihat ini dibagi menjadi 2 yaitu media yang

diproyeksikan misalnya slide, film, film strip dan sebagainya,

sedangkan media yang tidak diproyeksikan misalnya peta,

buku, leaflet, bagan dan lain sebagainya.


14

b Media bantu dengar (audio) dimana merangsang indra

pendengaran sewaktu terdapat proses penyampaian, misalnya

radio, piring hitam, pita suara

c Media lihat-dengar seperti televisi, video cassete dan lain

6. Metode Ceramah

Ceramah adalah salah satu cara menerangkan atau menjelaskan

suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok

pendengar yang disertai diskusi dan tanya jawab, serta dibantu oleh

beberapa alat peraga yang diperlukan.

7. Media Leaflet

Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan

kalimat kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-

gambar yang sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat.

Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang suatu

masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah

tangga,gambaran tentang diare dan penecegahannya, dan lain-lain.

Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-

pertemuandilakukan seperti pertemuan posyandu, kunjungan rumah,

dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan

sederhana di tempat cetak seperti di photo-copy (Kemenkes, 2016).


15

B. Konsep Dasar Tentang Penyuluhan

1. Pengertian

Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku dikalangan

masyarakat agar mereka tahu, mau dan mampu melakukan perubahan

demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan atau keuntungan dan

perbaikan kesejahteraannya (Subejo, 2010). Pengertian penyuluhan

kesehatan sama dengan pendidikan kesehatan masyarakat (Public Health

Education), yaitu suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan

kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan

bahwa dengan adanya pesan tersebut atau individu dapat memperoleh

pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.

2. Tujuan Penyuluhan

Tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara

individu, kelompok maupun masyarakat Universitas Sumatera Utara

untuk meningkatkan kesadaran akan nilai kesehatan sehingga dengan

sadar mau mengubah perilakunya menjadi perilaku hidup sehat

(Munajaya, 2004).

3. Tempat Penyuluhan

Penyelenggaraan penyuluhan kesehatan dapat dilakukan di berbagai

tempat menurut Effendy (1998) diantaranya adalah :

a Di dalam institusi pelayanan Dapat dilakukan di Rumah Sakit,

Puskesmas, Rumah Bersalin, klinik dan sebagainya, yang dapat

diberikan secara langsung kepada individu maupun kelompok


16

mengenai penyakit, perawatan, pencegahan penyakit dan

sebagainya.Tetapi dapat juga diberikan secara tidak langsung

misalnya poster, gambar-gambar, flanfelt, dan sebagainya.

b Di masyarakat

Penyuluhan kesehatan di masyarakat dapat dilakukan melalui

pendekatan edukatif terhadap keluarga dan masyarakat binaan

secara menyeluruh dan terorganisasi sesuai dengan masalah

kesehatan dan keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat.Agar

penyuluhan kesehatan di masyarakat dapat mencapai hasil yang

diharapkan diperlukan perencanaan yang matang dan terarah sesuai

dengan tujuan program penyuluhan kesehatan masyarakat

berdasarkan kebutuhan kesehatan masyarakat setempat.

Penyuluhan kesehatan masyarakat di masyarakat biasanya

berkaitan dengan pembinaan wilayah binaan puskesmas atau oleh

karena kejadian yang luar biasa seperti wabah dan lain sebagainya.

4. Metode Penyuluhan

Menurut Notoatmodjo (2011), metode penyuluhan dibagi menjadi

tiga, yaitu:

1) Metode individual; penyuluhan disampaikan pada individu, misalnya

melakukan kunjungan rumah.

2) Metode kelompok

a Kelompok besar

Apabila jumlah peserta penyuluhan lebih dari 20 orang, maka

metode yang digunakan adalah ceramah dan seminar.Ceramah

adalah suatu metode penyampaian pesan kesehatan secara lisan


17

dan disertai dengan tanya-jawa. Ceramah dapat disampaikan

untuk sasaran dengan tingkat pendidikan tinggi maupun rendah.

Seminar merupakan penyampaian informasi oleh seorang ahli di

bidang tertentu. Metode ini cocok untuk sasaran kelompok

dengan tingkat pendidikan menengah ke atas.

b Kelompok kecil

Apabila jumlah peserta penyuluhan kurang dari 20 orang, maka

disebut kelompok kecil. Metode yang dapat digunakan untuk

kelompok kecil antara lain, diskusi kelompok, curah pendapat

(brain storming), bola salju (snow balling), kelompok kecil-kecil

(bruzz group), role play (memainkan peran), permainan simulasi

(simulation game)

3) Metode penyuluhan massa (public)

Penyuluhan masa dapat dilakukan pada saat pesta rakyat atau acara

kesenian tradisional, penyuluhan ini juga dapat dilakukan dengan

cara pemasangan spanduk atau poster di tempat yang ramai atau

biasa dikunjungi banyak orang seperti balai desa atau posyandu.

C. Tinjauan Umum Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan (knowledge) adalah hal - hal yang kita ketahui tentang

kebenaran yang ada di sekitar kita tanpa harus menguji kebenarannya,

yang didapat melalui pengamatan yang lebih mendalam (Wasis, 2008).

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang

sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia,

apa alam dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).


18

2. Jenis Pengetahuan antara lain (Nasir dkk., 2011) :

a. Pengetahuan Biasa

Disebut juga Knowledge of the man in the street atau ordinary

knowledge atau common sense knowledge.Pengetahuan seperti ini

memiliki inti kebenaran yang bersifat subjektif, artinya sangat

terikat pada subjek yang mengenal atau pengetahuan bersifat

normal atau tidak ada penyimpangan.

b. Pengetahuan Ilmiah

Pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas dengan

menerapkan metodologis yang khas pula, artinya metodologi yang

telah mendapatkan kesepakatan diantara para ahli sejenis,

maksudnya kandungan kebenaran dari jenis pengetahuan selalu

mendapatkan revisi, yaitu selalu diperkaya dengan hasil penemuan

yang paling mutakhir.

c. Pengetahuan Filsafat

Sejenis pengetahuan yang pendekatannya melalui metodologi

pemikiran filsafat yang bersifat mendasar dan menyeluruh dengan

model pemikiran yang analistis, kritis dan spekulatif.Maksudnya

nilai kebenaran yang terkantung jenis pengetahuan filsafat selalu

merupakan pendapat yang selalu melekat pada pandangan filsafat

dari seorang pemikir filsafat.

d. Pengetahuan Agama

Jenis pengetahuan yang terkandung dalam pengetahuan

agama.Artinya pernyataan dalam suatu agama selalu dihampiri oleh

keyakinan yang telah di tentukan.


19

3. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) ada 6 tingkatan pengetahuan yaitu:

a. Tahu (Know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya.Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima.Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah. Kata kerja yang untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan. Contoh: dapat menyebutkan apa itu

aborsi.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang telah dipelajari.Misalnya dapat menjelaskan

mengapa aborsi dapat terjadi.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).


20

Aplikasi dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau

situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik

dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat

menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem

solving cyclel) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus

yang diberikan.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya

satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan

kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

Misalnya, dapat menyebutkan macam-macam aborsi dan

perbedaanya.

e. Sintesis (Syinthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formualsi-

formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan


21

sebaiknya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah

ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek.Penelitian-penelitian

itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

4. Menurut Notoadmojo (2010), faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang antara lain:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses mengubah sikap dan

tatalaku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

b. Media

Media secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat

yang sangat luas misalnya televisi, radio, koran, dan majalah.

c. Informasi

Sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang

menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan.

d. Sosial budaya dan ekonomi

Sosial berarti berkenaan dengan masyarakat artinya perlu

adanya komunikasi dalam usaha pembangunan.

e. Lingkungan
22

Jika seseorang berada sekitar orang yang berpendidikan

maka pengetahuan yang dimiliki seseorang akan berbeda dengan

orang yang berada di sekitar orang pengangguran dan orang

berpendidikan.

f. Pengalaman

Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman yang bisa

membuat hidup seseorang itu menjadi lebih baik.Memiliki

pengalaman yang banyak berbanding lurus dengan peningkatan

pengetahuan pada seseorang.

g. Usia

Pada umumnya semakin dewasa seseorang maka tingkat

pengetahuan sesorang semakin meningkat.Pengukuran

pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian dan responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

diketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-

tingkatan diatas.

D. Konsep Kehamilan Trimester ke 3

1. Pengertian

Kehamilan adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi sampai

lahirnya janin.Kehamilan trimester 3 yaitu periode 3 bulan terakhir

kehamilan yang dimulai pada minggu ke-28 sampai minggu ke-40

(Mansjoer, 2009).
23

Pada wanita hamil trimester 3 akan mengalami perubahan

Fisiologis dan psikologis yang disebut sebagai periode penantian.

Menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya, wanita hamil

tidak sabar untuk segera melihat bayinya. Saat ini juga merupakan

waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orang

tua seperti terpusatnya perhatian pada kelahiran bayi (Mandriwati,dkk,

2017)

Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ke tiga, wanita mungkin

merasa cemas terhadap kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri.

Seperti :apakah nanti bayinya lahir abnormal, membayangkan nyeri,

kehilangan kendali saat persalinan, apakah dapat bersalin normal,

apakah akan mengalami cedera pada vagina saat persalinan. Ibu juga

mengalami proses duka lain ketika ibu mengantisipasi hilangnya

perhatian dan hak istimewa khusus yang dirasakan selama hamil,

perpisahan terhadap janin dalam kandungan yang tidak dapat dihindari,

perasaan kehilangan karena uterusnya akan menjadi kosong secara tiba-

tiba. Umumnya ibu dapat menjadi lebihbergantung pada orang lain dan

lebih menutup diri karena perasaan rentannya yang merupakan gejala

depresi ringan.

Menjelang akhir kehamilan ibu akan semakin mengalami ketidak

nyamanan fisik seperti rasa canggung, jelek, berantakan dan

memerlukan dukungan yang kuat dan konsisten dari suami dan

keluarga. Dan pada pertengahan trimester ke tiga, hasrat seksual ibu

menurun, dan perlu adanya komunikasi jujur yang dengan suaminya


24

terutama dalam menentukan posisi dan kenyamanan dalam hubungan

seks (Hutahaean, 2013).

2. Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan Trimester 3

Menurut Prawiroharjo (2014), Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan

Trimester 3 yaitu :

a Uterus, Uterus mulai menekan kearah tulang belakang, menekan

vena kava dan aorta sehingga aliran darah tertekan. Pada akhir

kehamilan sering terjadi kontraksi uterus yang disebut his palsu

(braxton hicks). Itmus uteri menjadi bagian korpus dan

berkembang menjadi segmen bawah rahim yang lebih lebar dan

tipis, servik menjadi lunak sekali danlebih mudah dimasuki dengan

satu jari pada akhir kehamilan.

b Sirlukasi Darah dan Sistem Respirasi Volume darah meningkat

25% dengan puncak pada kehamilan 32 minggu diikuti pompa

jantung meningkat 30%. Ibu hamil sering mengeluh sesak nafas

akibat pembesaran uterus yang semakin mendesak kearah

diafragma.

c Traktus digestivus. Ibu hamil dapat mengalami nyeri ulu hati dan

regurgitasi karena terjadi tekanan keatas uterus. Sedangkan

pelebaran pembuluh darah pada rectum, bisa terjadi.Traktus

urinarius. Bila kepala janin mulai turun ke PAP, maka ibu hamil

akan kembali mengeluh sering kencing.

d Sistem muskulus skeletal. Membesarnya uterus sendi pelvik pada

saat hamil sedikit bergerak untuk mengkompensasi perubahan


25

bahu lebih tertarik ke belakang, lebih melengkung, sendi tulang

belakang lebih lentur sehingga mengakibatnya nyeri punggung

e Kulit, terdapat striae gravidarum, mengeluh gatal, kelenjar sebacea

lebih aktif.Berat badan akan mengalami kenaikan sekitar 5,5 kg

f Metabolisme

Perubahan metabolisme seperti terjadi kenaikan metabolisme

basalsebesar 15-20% dari semula, terutama pada trimester ketiga,

penurunankeseimbangan asam basa dari 155 mEq per liter menjadi

145 mEq perliter akibat hemodelusi darah dan kebutuhan mineral

yang diperlukanjanin. Kebutuhan protein wanita hamil makin

tinggi untuk pertumbuhandan perkembangan janin, perkembangan

organ kehamilan, dan persiapanlaktasi. Dalam makanan diperlukan

protein tinggi sekitar 0,5 g/kg beratbadan atau sebutir telur ayam

sehari. Kebutuhan kalori didapat darikarbohidrat, lemak dan

protein. Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamilseperti : kalsium

1,5 gram setiap hari dan 30-40 gram untuk pembentukantulang

janin, Fosfor rata-rata 2 gram dalam sehari, Zat besi 800 mg

atau30-50 mg per hari dan air yang cukup

g Perubahan Kardiovaskuler. Volume darah total ibu hamil

meningkat 30- 50%, yaitu kombinasi antara plasma 75% dan sel

darah merah 33% darinilai sebelum hamil. Peningkatan volume

darah mengalami puncaknya pada pertenahan kehamilan dan

berakhir pada usia kehamilan 32 minggu, setelah itu relative stabil


26

3. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil

a Kebutuhan Nutrisi

Pada saat ibu harus makan makanan yang mengandung nilai gizi

bermutu tinggi meskipun tidak berarti makanan yang mahal.Gizi

pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori perhari, ibu

hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang mengandung

protein, zat besi dan minum cukup cairan (menu seimbang).

 Kalori

Di Indonesia kebutuhan kalori untuk orang tidak hamil adalah

2000 Kkal, sedang untuk orang hamil dan menyusui masing –

masing adalah 2300 dan 2800 Kkal.Kalori dipergunakan untuk

produksi energi. Bila kurang energi akan diambil dari

pembakaran protein yang mestinya dipakai untuk pertumbuhan.

Zat pembngunan dan zat pengatur seperti lauk pauk, sayuran

dan buah- buahan berwarna. Pada trimester ketiga, janin

mengalami pertumbuhan dan perkembangan janin yang pesat

ini terjadi pada 20 minggu terakhir kehamilan. Umumnya nafsu

makan ibu sangat baik dan ibu sangat merasa lapar.

 Protein

Protein sangat dibutuhkan untuk perkembangan buah

kehamilan yaitu untuk pertumbuhan janin, uterus plasenta,

selain itu untuk ibu penting untuk pertumbuhan payudara dan

kenaikan sirkulasi ibu (protein plasma, hemoglobin, dan lain –


27

lain). Bila wanita tidak hamil, konsumsi protein yang ideal

adalah 0,9 gram/kg BB/hari tetapi selama kehamilan

dibutuhkan tambahan protein hingga 30 gram/hari. Protein

yang dianjurkan adalah protein hewani seperti daging, susu,

telur, keju dan ikan karena mereka mengandung komposisi

asam amino yang lengkap. Susu dan produk susu disamping

sebagai sumber protein adalah juga kaya dengan kalsium.

 Mineral

Pada prinsipnya semua mineral dapat terpenuhi dengan makan

makanan sehari – hari yaitu nuah – buahan , sayur – sayuran

dan susu. Hanya besi yang tidak terpenuhi dengan makan

sehari – hari. Kebutuhan akan besi pada pertengahan kedua

kehamilan kira – kira 17 mg/hari. Untuk memenuhi kebutuhan

ini dibutuhkan suplemen besi 30 mg sebagai ferosus,

ferofumarat atau feroglukonat perhari pada kehamilan kembar

atau pada wanita yang sedikit anemia dibutuhkan 60-100

gr/hari. Kebutuhan kalsium umumnya terpenuhi dengan minum

susu. Satu liter susu sapi mengandung kira – kira 0,9 gram

kalsium,. Bila ibu hamil tidak dapat minum susu, suplemen

kalsium dapat diberikan dengan dosis 1 gram perhari. Pada

umumnya dokter selalu member suplemen mineral dan vitamin

prenatal untuk mencegah kemungkinan terjadinya defisiensi.


28

 Vitamin

Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makan sayur dan

buah – buahan , tetapi dapat pula diberikan ekstra vitamin.

Pemberian asam folat terbukti mencegah kecacatan pada bayi.

b Eliminasi

Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan

eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kemih .konstipasi

terjadi karena adanya pengaruh hormone progesterone yang

mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah satunya otot usus.

Selain itu, desakan oleh pembesaran janin juga menyebabkan

bertambahnya kontipasi.Tindakan pencegahan yang dapat

dilakukan adalah dengan mengkonsumsi makanan tinggi serat dan

banyak minum air putih.

c Istirahat

Dengan adanya perubahan fisik pada ibu hamil, salah satunya berat

pada perut sehingga terjadi perubahan sikap tubuh, tidak jarang ibu

akan mengalami kelelahan, oleh karena itu istirahat dan tidur

sangat penting untuk ibu hamil. Pada trimester akhir kehamilan

sering diiringi dengan bertambahnya ukuran janin, sehingga

terkadang ibu kesulitan untuk menentukan posisi yang paling baik

dan nyaman untuk tidur. Posisi tidur yang dianjurkan pada ibu

hamil adalah miring ke kiri, kaki kiri lurus, kaki kanan sedikit

menekuk dan diganjal dengan bantal dan untuk mengurangi rasa


29

nyeri pada perut, ganjal dengan bantal pada perut bawah sebelah

kiri.

d Aktifitas

Seorang wanita boleh mengerjakan aktivitas sehari hari asal hal

tersebut tidak memberikan gangguan rasa tidak enak. Bagi wanita

pekerja ia boleh tetap masuk kantor sampai menjelang partus.

e Persiapan Laktasi

Persiapan menyusui pada kehamilan merupakan hal yang penting

karena dengan persiapan dini ibu akan lebih baik dan siap untuk

menyusui bayinya. Untuk itu ibu hamil sebaiknya masuk dalam

kelas “bimbingan persiapan menyusui”(BPM). Suatu pusat

pelayanan kesehatan (RS, RB, Puskesmas) harus mempunyai

kebijakan yang berkenaan dengan pelayanan ibu hamil yang

menunjang keberhasilan menyusui. Pelayanan pada BPM terdiri

dari penyuluhan tentang keunggulan ASI, manfaat rawat gabung,

perawatan putting susu, perawatan bayi, gizi ibu hamil dan

menyusui, keluarga berencana.

f Personal Hygine

Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan

sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk

mengeluarkan banyak keringat, menjagakebersihan diri terutama

lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genetalia) dengan

cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan. Kebersihan gigi dan


30

mulut , perlu mendapat perhatian karena seringkali mudah terjadi

gigi berlubang, terutama pada ibu yang kekurangan kalsium. Rasa

mual selama hamil dapat mengakibatkan perburukan hygiene

mulut dan dapat menimbulkan karies gigi.

g Pakaian

Meskipun pakaian bukan merupakan hal yang berakibat langsung

terhadap kesejahteraan ibu dan janin, namun perlu kiranya jika

tetap dipertimbangkan beberapa aspek kenyamanan dalam

berpakaian. Pemakaian pakaian dan kelengkapannya yang kurang

tepat akan mengakibatkan beberapa ketidaknyamanan yang akan

mengganggu fisik dan psikologis ibu.

h Seksual

Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak

ada riwayat penyakit seperti. :

1) Sering abortus dan kelahiran premature.

2) Perdarahan pervaginam.

3) Koitus harus dilakukan dengan hati – hati terutama pada

minggu terakhir kehamilan.

4) Bila ketuban sudah pecah, koitus dilarang karena dapat

menyebabkan infeksi janin intrauteri.

4. Pendidikan Kesehatan Pada ibu Hamil Trimester III

I. Yang dihindari ibu selama hamil

a Kerja berat
31

b Merokok atau terpapar asap rokok

c Minum Minuman bersoda, beralkohol dan jamu

d Tidur terlentang >10menit pada masa kehamilan tua

e Ibu hamil minum obat tanpa resep dokter

f Stress Berlebihan

II. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester 3

Tanda Bahaya Kehamilan Trimester 3 (29 – 42 minggu)

a Perdarahan Pervaginam

Pada akhir kehamilan perdarahan yang tidak normal

adalah merah, banyak dan kadang-kadang tidak disertai dengan

rasa nyeri.Perdarahan semacam ini berarti plasenta

previa.Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta

berimplantasi pada tempat yang abnormal yaitu segmen bawah

rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri

interna. Penyebab lain adalah solusio plasenta dimana keadaan

plasenta yang letaknya normal, terlepas dari perlekatannya

sebelum janin lahir, biasanya dihitung sejak kehamilan 28

minggu.

b Sakit Kepala Yang Hebat

Sakit kepala selama kehamilan adalah umum, seringkali

merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan.

Sakit kepala yang menunjukkan masalah yang serius adalah

sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan


32

beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat

tersebut, ibu mungkin mengalami penglihatan yang kabur.Sakit

kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-

eklampsia.

c Penglihatan Kabur

Penglihatan menjadi kabur atau berbayang dapat

disebabkan oleh sakit kepala yang hebat, sehingga terjadi

oedema pada otak dan meningkatkan resistensi otak yang

mempengaruhi sistem saraf pusat, yang dapat menimbulkan

kelainan serebral (nyeri kepala, kejang), dan gangguan

penglihatan.Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat

menjadi tanda pre-eklampsia. Masalah visual yang

mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah

perubahan visual yang mendadak, misalnya penglihatan kabur

atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot), berkunang-

kunang.Selain itu adanya skotama, diplopia dan ambiliopia

merupakan tanda-tanda yang menujukkan adanya preeklampsia

berat yang mengarah pada eklampsia. Hal ini disebabkan adanya

perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks

cerebri atau didalam retina (oedema retina dan spasme

pembuluh darah).

d Bengkak di muka atau tangan


33

Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak

yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan

biasanya hilang setelah beristirahat atau meletakkannya lebih

tinggi. Bengkak dapat menunjukkan adanya masalah serius jika

muncul pada permukaan muka dan tangan, tidak hilang setelah

beristirahat, dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini

bisa merupakan pertanda pre-eklampsia.

e Janin Kurang Bergerak Seperti Biasa

Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 3 kali dalam

1 jam). Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5

atau ke-6. Jika bayi tidak bergerak seperti biasa dinamakan

IUFD (Intra Uterine Fetal Death). IUFD adalah tidak adanya

tanda-tanda kehidupan janin didalam kandungan.Beberapa ibu

dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur

gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3

kali dalam 1 jam jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu

makan dan minum dengan baik

f Pengeluaran Cairan Pervaginam (Ketuban Pecah Dini)

Yang dimaksud cairan di sini adalah air ketuban. Ketuban

yang pecah pada kehamilan aterm dan disertai dengan

munculnya tanda-tanda persalinan adalah normal. Pecahnya

ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu

satu jam belum dimulainya tanda-tanda persalinan ini disebut


34

ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan

langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim sehingga

memudahkan terjadinya infeksi. Makin lama periode laten

(waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi rahim),

makin besar kemungkinan kejadian kesakitan dan kematian ibu

atau janin dalam rahim

g Kejang

Pada umumnya kejang didahului oleh makin

memburuknya keadaan dan terjadinya gejala-gejala sakit kepala,

mual, nyeri ulu hati sehingga muntah.Bila semakin berat,

penglihatan semakin kabur, kesadaran menurun kemudian

kejang. Kejang dalam kehamilan dapat merupakan gejala dari

eklampsia

h Selaput kelopak mata pucat

Merupakan salah satu tanda anemia.Anemia dalam

kehamilan adalah kondisi ibu dengan keadaan hemoglobin di

bawah 11 gr% pada trimester 3. Anemia dalam kehamilan

disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tak

jarang keduanya saling berinteraksi. Anemia pada Trimester 3

dapat menyebabkan perdarahan pada waktu persalinan dan

nifas, BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah yaitu kurang dari 2500

gram) (Saifuddin, 2010)

i Demam Tinggi
35

Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam

kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat

merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan.Demam

dapat disebabkan oleh infeksi dalam kehamilan yaitu masuknya

mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh wanita hamil yang

kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau gejala–gejala

penyakit. Pada infeksi berat dapat terjadi demam dan gangguan

fungsi organ vital. Infeksi dapat terjadi selama kehamilan,

persalinan dan masa nifas (Pusdiknakes, 2016).

III. Cara Menyusui Bayi

Cara menyusui yang benar:

a Susu bayi sesering mungkin, semau bayi, paling sedikit 8 kali

sehari

b Bila bayi tidur lebih dari 3 jam, bangunkan lalui susui

c Susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah kepayudara

sisi yang lain

d Bila bayi sudah kenyang, tapi payudara masih terasa

penuh/kencang, perlu dikososngkan dengan diperah untuk

disimpan. Hal ini agar payudara tetap memproduksi ASI yang

cukup.
36

Gambar 2.1 Cara Menyusui Bayi

IV. Keluarga Berencana

KB Pasca persalinan adalah pemanfaatan atau penggunaan alat

kontrasepsi langsung sesudah melahirkan sampai 6 minggu/ 42 hari

sesudah melahirkan.Prinsip pemilihan metode kontrasepsi yang

digunakan tidak mengganggu produksi ASI.

Mengapa perlu ikut ber KB?

 Mengatur jarak dan mencegah kehamilan agar tidak terlalu

rapat (minimal 2 tahun setelah melahirkan)

 Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan

 Menjaga dan meningkatkan kesehatan ibu, bayi, dan balita

 Ibu memiliki waktu dan perhatian yang cukup untuk dirinya

sendiri , anak dan keluarga

Metode kontrasepsi jangka panjang:

a Metode Operasi Wanita (MOW) , Metode Operasi Pria

(MOP)

b Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/Spiral, jangka

waktu penggunaan bisa sampai 10 tahun


37

c Implan (alat kontrasepsi bawah kulit) jangka waktu

penggunaan 3 tahun

Metode kontrasepsi jangka pendek:

a Suntik, terdapat 2 jenis suntikan yaitu suntikan 1 bulan dan

suntikan 3 bulan. Untuk ibu menyusui , tidak disarankan

menggunakan suntikan 1 bulan, karena akan mengganggu

produksi ASI

b Pil KB

c Kondom

2.2 Alat Kontrasepsi

E. Tinjauan Tentang Kolostrum

1. Pengertian

Kolostrum merupakan, cairan piscous kental dengan

warnakekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan susu yang matur.

Kolostrum juga dikenal dengan cairan emas yang encer berwarna


38

kuning atau dapat pula jernih dan menyurupai darah dari pada susu,

sebab mengandung sel hidup menyerupai sel darah putih yang dapat

membunuh kuman penyakit, oleh karena itu kolostrum harus diberikan

pada bayi (Yuli,2015).

Kolostrum diproduksi sejak kira-kira minggu ke-16 kehamilan

dan siap untuk menyongsong kelahiran.Kolostrum ini berkembang

menjadi ASI yang matang/matur pada sekitar tiga sampai empat hari

setelah persalinan.kolostrum merupakan suatu cairan kental berwarna

kuning yang sangat pekat, tetapi terdapat dalam volume yang kecil pada

hari – hari awal kehidupan (Pollard, 2016).

2. Kandungan kolostrum

Kolostrum penuh dengan zat antibody (zat pertahanan tubuh

untuk melawan zat asing yang masuk ke dalam tubuh) dan

immunoglobulin (zat kekebalan tubuh untuk melawan infeksi penyakit).

Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari

susu matang (mature). Zat kekebalan yang terdapat pada ASI akan

melindungi bayi dari penyakit diare (Yuli, 2015),

Kandungan dari kolostrum antara lain:

a Protein : 8,5%

b Lemak : 2,5%

c Karbohidarat : 3,5%

d Garam dan Mineral : 0,4%

e Air : 85,1%
39

f Vitamin A,B,C,D,E, dan vitamin K dalam jumlah yang sangat

sedikit.

g Leukosit (sel darah putih)

h Sisa epitel yang mati.

Kekebalan bayi akan bertambah dengan adanya kandungan zat-

zat dan vitamin yang terdapat pada air susu ibu tersebut, serta volume

kolostrum yang meningkat dan ditambah dengan adanya isapan bayi

baru lahir secara terus menerus. Hal ini yang mengharuskan bayi segera

setelah lahir ditempelkan ke payudara ibu, agar bayi dapat sesering

mungkin menyusui (Walyani, 2017)

Kandungan kolostrum inilah yang tidak diketahui ibu sehingga

banyak ibu dimasa setelah persalinan tidak memberikan kolostrum

kepada bayi baru lahir karena pengetahuan tentang kandungan

kolostrum itu tidak ada.

3. Pembentukan kolostrum

Tubuh ibu mulai memproduksi kolostrum pada saat usia

kehamilan tiga sampai empat bulan. Tapi umumnya para ibu tidak

memproduksinya kecuali saat ASI ini bocor sedikit menjelang akhir

kehamilan.

Pada tiga sampai empat bulan kehamilan, prolaktin dari

adenohipofise (hipofiseanterior) mulai merangsang kelenjar air susu

untuk menghasilkan kolostrum.


40

Pada masa ini pengeluaran kolostrum masih dihambat oleh

estrogen dan progesterone, tetapi jumlah prolaktin meningkat hanya

aktivitas dalam pembuatan kolostrum yang ditekan.

Sedangkan pada trimester kedua kehamilan, laktogen plasenta

mulai merangsang pembuatan kolostrum. Keaktifan dari rangsangan

hormon-hormon terhadap pengeluaran air susu telah didemonstrasikan

kebenarannya bahwaseorang ibu yang melahirkan bayi berumur empat

bulan dimana bayinya meninggal tetap keluar kolostrum.

Banyak wanita usia reproduktif ketika ia melahirkan seorang anak

tidak mengerti dan memahami bagaimana pembentukan kolostrum yang

sebenarnya sehingga dari ketidaktahuan ibu tentang pembentukan

kolostrum ia akhirnya terpengaruh untuk tidak segera memberikan

kolostrum pada bayinya (Yuli, 2015).

4. Refleks-refleks yang berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran

air susu (Pollard, 2016).

Pada seorang ibu yang menyusui dikenal dua refleks yangmasing-

masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu,yaitu :

a Refleks prolaktin

Seperti yang telah dijelaskan bahwa menjelang akhir

kehamilan terutama hormon prolaktin memegang peranan untuk

membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena

aktifitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesterone yang

kadarnya memang tinggi.Setelah melahirkan berhubung lepasnya

plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum, maka estrogen


41

dan progesterone sangat berkurang. Ditambah lagi dengan hisapan

bayi yang merangsang ujung-ujung syaraf sensorik yang berfungsi

sebagai reseptor mekanik..

Rangsangan ini berlanjut ke hypothalamus yang akan

menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi

prolaktin dan sebaliknya, merangsang adenohypofise(Hipofise

Anterio ) sehingga keluar prolaktin.

Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi

membuat air susu. Pada ibu menyusui kadar prolaktin akan normal

tiga bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak sedangkan

pada ibu yang tidak menyusui kadar prolaktin akan normal pada

minggu kedua sampai ketiga.

b Refleks Let Down

Bersaman dengan pembentukan prolaktin adenohypofise,

rangsangan yang berasal dari hisapan bayi ada yang dilanjutkan ke

neurohypofise (Hypofise posterior) yang kemudian mengeluarkan

oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel miopitel. Hisapan

bayi memicu pelepasan dari alveolus mamma melalui duktus ke

sinus laktiferus dimana ia akan disimpan. Pada saat bayi

menghisap, ASI di dalam sinus akan tertekan keluar kemulut bayi.

Pelepasan dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menangis atau

sekedar memikirkan tentang bayinya (Pusdiknakes, 2003).


42

Ibu-ibu setelah melahirkan belum mengetahui tentang

reflek yang terjadi yang berhubungan dengan pemberian kolostrum

nantinya, sehingga ibu tidak memberikan kolostrum tersebut secara

nyata pada bayi baru lahir.

5. Manfaat Kolostrum

Kolostrum sangat penting bagi pertahanan tubuh bayi karena

kolostrum merupakan imunisasi pertama bagi bayi.

Manfaat kolostrum antara lain (Yuli, 2016) :

a Membantu mengeluarkan mekonium dari usus bayi karena

kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang

membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru

lahir segera bersih dan siap menerima ASI.

b Melindungi bayi dari diare karena kolostrum mengandung zat

kekebalan tubuh 10-17 kali lebih banyak dibandingkan susu

matang.

c Melawan zat asing yang masuk ke tubuh bayi

d Melawan infeksi penyakit oleh zat-zat kekebalan tubuh

e Menghalangi saluran pencernaan menghidrolisis (menguraikan)

protein

f Mengeluarkan kelebihan bilirubin sehingga bayi tidak mengalami

jaundice (kuning) dimana kolostrum mempunyai efek laktasif

(Pencahar)

g Berperan dalam gerak peristaltik usus (gerakan mendorong

makanan)

h Menjaga keseimbangan cairan sel


43

i Merangsang produksi susu matang (mature)

j Mencegah perkembangan kuman-kuman pathogen.

6. Aspek kekebalan Tubuh Pada kolostrum

Aspek-aspek kekebalan tubuh pada kolostrum antara lain (Yuli,

2016) :

a Immunoglobin

Fraksi protein dari kolostrum mengandung antibody yang

serupa dengan antibody yang terdapat di dalam darah ibu dan yang

melindungi terhadap penyakit karena bakteri dan virus yang pernah

diderita ibu atau yang telah memberikan immunitas pada

ibu.Immunoglobulin ini bekerja setempat dalam saluran usus dan

dapat juga diserap melalui dinding usus dalam system sirkulasi

bayi.Yang termasuk dalam antibody ini adalah IgA, IgB, IgM, IgD,

dan IgE.

b Laktoferin Laktoferin merupakan protein yang mempunyai afinitas

yang tinggi terhadap zat besi. Bersamaan dengan salah satu

immunoglobulin (IgA), laktoferin mengambil zat besi yang

diperlukan untuk perkembangan kuman E.coli, stafilokokus dan

ragi. Kadar yang paling tinggi dalam kolostrum adalah 7 hari hari

pertama postpartum. Efek immunologis laktoferin akan hilang

apabila makanan bayi ditambah zat besi.

c Lisosom Bersama dengan IgA mempunyai fungsi anti bakteri dan

juga menghambat pertumbuhan berbagai macam-macam virus.


44

Kadar lisosom dalam kolostrum dan ASI lebih besar dibandingkan

dalam air susu sapi.

d Faktor antitripsin. Enzim tripsin berada di saluran usus dan

fungsinya adalah untuk memecah protein, maka antitripsin di

dalam kolostrum akan menghambat kerja tripsin.

e Faktor bifidus Lactobacilli ada di dalam usus bayi yang

membutuhkan gula yang mengandung nitrogen, yaitu faktor

bifidus. Faktor bifidus berfungsi mencegah pertumbuhan

organisme yang tidak diinginkan, seperti E.coli, dan ini hanya

terdapat di dalam kolostrum dan ASI.

f Lipase Berfungsi sebagai zat anti virus.

g Anti stafilokokus Berfungsi melindungi bayi terhadap bakteri

stafilokokus

h Laktoferoksidase Berfungsi membunuh streptokokus

i Komponen komplemen Mengandung komplemen C3 dan C4 yang

berfungsi sebagai faktor pertahanan.

j Sel-sel fagositosis Dapat melakukan fagositosis terutama terhadap

stafilokokus, E.coli dan candida albican.

Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya bayi

belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna.

Faktor – faktor pelindung ini semua ada di dalam ASI yang mature

maupun di dalam kolostrum.


45

Kolostrum mengandung anti kekebalan tidak menjadi suatu

hal yang utama pada ibu-ibu setelah melahirkan. Kebanyakan

mereka tidak segera memberikan kolostrum karena menganggap

kolostrum bukanlah pengaruh yang terpenting buat masa depan

bayi mereka. Serta akibat dari pengetahuan yang serba terbatas

sehingga mereka tidak mampu mencerna makanan dari pemberian

kolostrum.

7. Empat belas hal terpenting dari kolostrum

Kolostrum adalah anugerah yang tak ternilai harganya dari Tuhan

yang khusus diberikan untuk si kecil tercinta. Beberapa fakta

menunjukkan mengapa kolostrum harus diberikan kepada bayi baru

lahir, diantaranya ada dalam 14 hal terpenting dari kolostrum:

1) Kolostrum (sering disebut ASI jolong) adalah ASI pertama yang

diproduksi payudara ibu selama hamil.

2) Kolostrum adalah air susu yang keluar sejak ibu melahirkan sampai

usia bayi 4-7 hari. Bisa berupa cairan bening atau kuning keemasan

kental. Jumlah kolostrum memang sedikit (150-300 cc per hari)

namun hebat dalam kemampuan, sehingga diibaratkan “bensin

beroktan tinggi”. Susu special ini rendah lemak namun tinggi

karbohidrat dan protein

3) Komposisi kolostrum berbeda dengan ASI yang keluar pada hari

ke 4-7 sampai hari ke-10 – 14 kelahiran (ASI transisi) dan juga

berbeda dengan ASI yang keluar setelah hari ke-14 (ASI matang).
46

4) Kolostrum full antibody dan immunoglobulin. Kolostrum

mengandung sejumlah besar sel-sel hidup sehingga kolostrum bisa

dianggap vaksin alami pertama yang 100% aman.

5) Kolostrum mengandung zat kekebalan tubuh 10-17 kali lebih

banyak dibandingkan susu matang yang berfungsi melindungi bayi

dari diare dan infeksi.

6) Kolostrum juga mengandung leukosit atau sel darah putih dalam

jumlah tinggi yang dapat menghancurkan bakteri dan virus

penyebab penyakit.

7) Kolostrum mengandung mineral lebih tinggi, terutama potassium,

sodium, dan klorida yang berfungsi dalam gerak peristaltic usus

dan menjaga keseimbangan cairan sel.

8) Kolostrum mengandung vitamin yang larut dalam lemak serta

mengandung zat yang dapat menghalangi saluran pencernaan

menghidrolisis protein, sehingga zat anti infeksi yang umumnya

terdiri dari protein tidak akan rusak.

9) Kolostrum sangat mudah dan merupakan makanan pertama yang

sempurna bagi bayi.

10) Kolostrum mempunyai efek laktasif (pencahar) sehingga

membantu bayi mengeluarkan mekonium dan bilirubin yang

berlebihan agar bayi tidak mengalami jaundice (kuning).

11) Kolostrum mempunyai peran special dalam saluran pencernaan

bayi baru lahir yang masih sangat permeable. Kolostrum menutup

lubang-lubang penyerapan itu dengan cara mengecat dinding


47

saluran pencernaan sehingga sebagian besar zat-zat asing dapat

dicegah untuk membuat alergi atau penyakit.

12) Kolostrum dihasilkan saat pertahanan bayi paling rendah. Sehingga

dikatakan tidak ada pengganti untuk kolostrum.

13) Penghisapan kolostrum akan merangsang produksi ASI matang.

14) Jika kolostrum dapat diperdagangkan secara komersial dengan

kandungan immunoglobulin dan antibody didalamnya maka harga

kolostrum mencapai 80 dolar per 30 cc (Pollard, 2016).

F. Teknik Menyusui Yang Benar

1. Pengertian

Teknik menyusui yang benar adalah suatu cara pemberian ASI

yang dilakukan oleh seorang ibu kepada bayinya, demi mencukupi

kebutuhan nutrisi bayi tersebut (Walyani, 2017). Teknik menyusui yang

benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan

posisi ibu dan bayi dengan benar (Mulyani, 2013) .

2. Tujuan

Tujuan menyusui yang benar adalah untuk merangsang produksi

susu dan memperkuat refleks menghisap bayi. Jadi, Teknik Menyusui

Yang Benar adalah cara memberikan ASIkepada bayi dengan posisi ibu

yang benar, sehingga memudahkan bayi untukuntuk menyusui.

3. Langkah – langkah menyusui yang benar (Walyani, 2017)


48

Gambar 2.3 Teknik Menyusui yang Benar

a Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan

pada putting dan sekitar kelang payudara. Cara ini mempunyai

manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban putting

susu.

b Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara.

1) Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik

menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak

menggantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.

2) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan,

kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh

menengadah,dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).

3) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang

satu didepan.

4) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap

payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).


49

5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

6) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.

c Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain

menipang dibawah, jangan menekan putting susu.

d Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek)

dengan cara :

1) Menyentuh pipi dengan putting susu atau,

2) Menyentuh sisi mulut bayi.

e Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan

ke payudara ibu serta areola payudara dimasukkan ke mulut bayi

1) Usahakan sebagian besar kalang payudra dapat masuk ke

mulut bayi, sehingga putting susu berada di bawah langit –

langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat

penampungan ASI yang terletak di bawah kalang payudara.

Posisi salah, yaitu apabila bayi hanya menghisap pada

putting susu saja, akan mengakibatkan masukan ASI yang

tidak adekuat dan putting lecet.

2) Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang

atau disangga

f Melepas isapan bayi

Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong,

sebaiknya diganti menyusui pada payudara yang lain.Cara melepas

isapan bayi :
50

1) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui

sudut mulut

2) Dagu bayi ditekan kebawah.

g Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum

terkosongkan (yang dihisap terakhir). 8) Setelah selesai menyusui,

ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan

areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya.

h Menyendawakan bayi

Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari

lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh) setelah menyusu.

Cara menyendawakan bayi

1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu

kemudian punggungnya ditepuk perlahan - lahan.

2) Dengan cara menelengkupkan bayi diatas pangkuan ibu,

lalu usap - usap punggung bayi sampai bayi bersendawa.

4. Posisi dan Pelekatan Menyusui yang Benar

Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan

duduk, berdiri atau berbaring.

Gambar 2.4. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar


51

Gambar 2.5 Posisi menyusui sambil duduk yang benar Gambar

Gambar 2.6 Posisi menyusui sambil rebahan yang benar

Langkah –langkah menyusui yang benar

1. Cuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun.

2. Peras sedikit ASI dan oleskan disekitar puting .

3. Duduk dan berbaring sesuai posisi yang nyaman untuk ibu. jangan hanya

leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus dan hadapkan

bayi kedada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan putting susu,

biarkan bibir bayi menyentuh putting susu ibu dan tunggu sampai terbuka

lebar .

4. Segera dekatkan bayi kepayudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah

bayi terletak dibawah puting susu. Cara meletakan mulut bayi dengan
52

benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar

dan bibir bayi membuka lebar.

5. Bayi disusui secara bergantian dari payudara sebelah kiri lalu kesebelah

kanan sampai bayi merasa kenyang.

6. Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi dibersihkan

dengan lap bersih yang telah direndam dengan air hangat.

7. Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawakan dulu supaya udara yang

terhisap bisa keluar.

8. Bila kedua payudara masih ada sisa ASI tahan puting susu dengan kain

supaya ASI berhenti keluar.

Gambar 2.7 Cara meletakan bayi

Gambar 2.8 Cara memegang payudara


53

Gambar 2.9 Cara merangsang mulut bayi

Gambar 2.10 Perlekatan benar

Gambar 2.9 Perlekatan salah


54

Cara Pengamatan Teknik Menyusui yang benar Menyusui dengan teknik

yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan asi tidak

keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjut nya atau

bayi enggan menyusui.

Apabila bayi telah menyusui dengan benar, maka akan memperlihatkan

tanda-tanda sebagai berikut:

1. Bayi tampak tenang.

2. Badan bayi menempel pada perut ibu.

3. Mulut bayi terbuka lebar.

4. Dagu bayi menemel pada payudar ibu.

5. Sebagian aerola masuk ke dalam mulut bayi, aerola bawah lebih banyak

yang masuk.

6. Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu.

7. Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin aerola ( tidak hanya putting

saja),lingkar aerola atas terlihat lebih banyak bila dibandingkan dengan

lingkar aerola bawah.

8. Lidah bayi menopang putting dan aerola bagian bawah .

9. Bibir bawah bayi melengkung keluar.

10. Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan.

11. Puting susu tidak terasa nyeri.

12. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

13. Kepala bayi agak menengadah.


55

14. Bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang disertai

dengan berhenti sesaat.

G. Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah gambaran alur pikir peneliti dan memberikan

penjelasan kepada orang lain (Arikunto, 2010). Kerangka berpikir yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pengaruh promosi kesehatan

terhadap pengetahuan ibu hamuil trimester 3 tentang pemberian kolostrum

di wilayah kerja Puskesmas Bulili yang akan digunakan dalam penelitian

ini adalah.

Variable Independen Variabel Dependen

Pengetahuan ibu hamil


Promosi trimester 3 tentang
Kesehatan Pemberian Kolostrum

Gambar 2.10 Skema Kerangka Pikir

Kolostrum merupakan cairan putih kekuningan yang keluar dari hari

pertama sampai tiga hari pasca persalinan.

H. Hipotesis

Hipotesis di dalam penelitian adalah jawaban sementara penelitian yang

kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut berdasarkan fakta

atau data yang terkumpul (Rizki & Nawangwulan, 2018).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Hipotesis kerja / alternative


56

Ada pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan ibu hamil

trimester ke 3 teantang pemberian kolostrumdi wilayah kerja

Puskesmas Bulili.

2. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak ada pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan ibu

hamil trimester ke 3 tentang pemberian kolostrum di wilayah kerja

Puskesmas Bulili.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian digunakan adalah jenis penelitian Pre Eksperimen

dengan rancangan One Group Pretest-Posttest Design.Penelitian ini

mengungkapkan hubungan seabab akibat dengan melibatkan satu kelompok

subjek.Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian

diobservasi lagi setelah intervensi.Rancangan ini tidak menggunakan

kelompok pembanding (kontrol), tetapi dilakukan observasi pertama (pretest)

yang memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah

adanya eksperimen.

Tabel 3.1 Bentuk Rancangan Penelitian

Subjek Pre-Test Perlakuan Post-Test

K O1 X O2

Keterangan:

K : Subjek (Ibu Hamil Trimester 3)

O1 : Pre-test tentang pengetahuan pemberiankolostrum yang

diberikanpada ibu hamil trimester 3 (Usia Kehamilan 36-40

minggu)

X : Perlakuan (promosi kesehatan melalui penyuluhan yang

diberikanpada ibu hamil trimester 3 (Usia Kehamilan 36-40

minggu) tentang pemberian kolostrum selama 30 menit)

57
58

O2 : Post_test diberikan pada ibu pasca persalinan untuk melihat

pengaplikasianya

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakn di wilayah kerja Puskesmas Bulili dari

bulan Desember 2019 – Juni 2020.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang

diteliti (Rizki & Nawangwulan,2017).

Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh ibu hamil trimester ke-3

(Usia kehamilan 36-40 mg) di wilayah kerja Puskesmas Bulili dengan

jumlah seluruhnya 44 orang.

2. Sampel

Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari suatu populasi

atau bagian dari populasi yang menjadi objek suatu penelitian (Rizki dan

Nawangwulan, 2018).

Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus slovin yaitu:

N
n= 2
1+ N ( d )

n = Besar sampel

N = Besar populasi

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,12).

Hasil perhitungan besar sampel


59

N
n=
1+ N (d ²)

44
n=
1+ 44(0,1²)

44
n=
1+ 44( 0,01)

164
n=
1+0,44

44
n= =30,5 orang
1,44

Berdasarkan perhitungan didapatkan jumlah sampel yang digunakan

untuk penelitian sebanyak 30 ibu hamil trimester ke 3.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Proportionate Stratified Sampling yaitu pengambilan sampel dengan

cara melakukan pertimbangan anatara jumlah anggota populasi

berdasarkan strata kelurahan, dimana digunakan bila populasi berstrata

secara proposional.

Adapun rumusnya sebagai berikut :

Total sampel
n= × jumla h populasi( Kelurahan)
Total Populasi

30
Kelurahan Birobuli Selatan = ×22=15 Responden
44

30
Kelurahan Petobo = ×22=15 Responden
44
60

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel didasarkan pada

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri atau sifat

populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

a Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau cirri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel.

1) Ibu hamil trimester ke 3 (umur kehamilan 36-40 minggu)

2) Ibu yang tidak memiliki komplikasi pada saat kehamilan

3) Ibu yang melakukan pemeriksaan di wilayah kerja Puskesmas

Bulili

4) Dapat membaca dan menulis dengan baik

b Kriteria eksklusi

1) Ibu hamil yang tidak bersedia menjadi responden

2) Ibu hamil dengan persalinan komplikasi

3) Ibu hamil yang berpindah domisili

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu

konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2010).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah promosi

kesehatan yang dilakukan dengan memberikan informasi kepada ibu


61

hamil trimester 3 tentang pemberian colostrumsebagai variable bebas

(independent), dan pengetahuan atau segala seuatu yang diketahui ibu

hamil trimester ke 3 tentang pemberian kolostrum sebagai variable terikat

(dependent).

2. Definisi Operasional

Definisi Operasional merupakan batasan tentang variabel yang diamati,

dan biasanya tergantung pada tujuan penelitian (Hikmawati, 2018).

a. Promosi Kesehatan

Kegiatan yang dilakukan peneliti untuk memberikan informasi

penyuluhan kepada ibu hamil trimesrter ke 3 tentang pemberian

kolostrum dengan metode ceramah.Metode ceramah merupakan

salah satu metode untuk menjelaskan suatu gagasan, pengertian

atau pesan secara lisan kepada kelompok pendengar yang sekaligus

dengan adanya diskusi dan Tanya jawab antara pendengar dan

penyuluh, serta dibantu oleh beberapa alat peraga yang diperlukan.

Penyuluhan dilaksanakan pada bulan Juni 2020. Media

penyuluhan menggunakan leaflet.

b. Pengetahuan

Pengetahuan : Hasil dari tahu yang di dapat dari proses

pembelajaran responden tentang pemberian

kolostrum

Alat ukur : Kuesioner

Cara ukur : Pengisian kuesioner

Skala ukur : Ordinal


62

Hasil ukur :

1. Pengetahuan sebelum penyuluhan

a Baik bila presentase jawaban 76-100%

b Cukup bila presentase jawaban <76%

2. Pengetahuan sesudah penyuluhan

a Baik bila presentase jawaban 76-100%

b Cukup bila responden jika presentase

jawaban <76%

E. Teknik Pengumpulan Data

a. Data primer

Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data, dimana Alat ukur

yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, yaitu data yang

diperoleh langsung dari responden untuk pretest dan post test dengan

cara membagikan kuesioner kepada ibu hamil trimester ke 3. Kuesioner

adalah daftar pernyataan yang sudah tersusun sesuai dengan data yang

diperlukan untuk penelitian.

Pada variabel pengetahuan menggunakan skala Gutman dengan

alternatif jawaban dalam bentuk benar atau salah, untuk pernyataan

bersifat positif, bila jawaban benar skor 1 dan jawaban salah skor 0.

Untuk peryataan yang bersifat negatif bila jawaban benar skor 0 dan

jawaban salah skor 1.

Rumus yang digunakan untuk mengukur presentase dari jawaban

yang di dapat dari kuesioner menurut Arikunto (2013), yaitu


63

Jumlah nilai yang benar


Presentase = X 100%
jumlah soal

Adapun pernyataan bersifat positif pada variabel pengetahuan

terdapat pada nomor 1, 3, 5, 6, 7, 8, 12, 15 dan pernyataan bersifat

negatif terdapat pada nomor 2, 4, 9, 10, 11, 13, 14.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari laporan data

Puskesmas Bulili, Dinas Kesehatan Kota Palu, Dinas Kesehatan Provinsi

Sulawesi Tengah dan data Kementrian Kesehatan.

F. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahap yaitu (Notoatmodjo,

2010):

1. Editing yaitu memeriksa kelengkapan data dan kesempurnaan

2. Coding yaitu pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukan

data

3. Data Entry atau Processing yakni jawaban-jawaban dari masing-

masing responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf)

dimasukkan ke dalam program atau “software” komputer.

4. Cleaning yaitu membersihkan data, melihat kemungkinan dan

kesalahan, ketidaklengkapan dan sebagainya.

G. Analisis Data

1. Analisis univariat

Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis yang digunakan

untuk menentukan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang

diteliti dengan rumus (Mochfoedz, 2010):


64

f
P= ×100 %
n

Ket :

P = Presentase/Proporsi

f = Jumlah Jawaban dari setiap alternatif.

n = Jumlah responden.

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variable yang di duga

berhubungan atau berkolerasi. Analisi bivariat digunakan untuk

mengetahui pengaruh variable independen yaitu promosi kesehatan

terhadap variable dependen yaitu pengetahuan ibu tentang pemberian

kolostrum

Analisis data penelitian ini menggunakan uji statistik non parametrik

yaitu wilcoxon terdapat beberapa syarat yaitu :

a . Skala pengukuran variable berupa skala variable kategorik

b . Distribusi sebaran data normal/tidak normal

c . Varians data kelompok berpasangan

Pengujian hipotesi dilakukan melalui system komputerisasi dengan

menggunakan uji wilcoxon dimana Ha diterima jika p value<0,05 dan Ha

ditolak jika p value>0,05.

H. Penyajian Data

Penyajian data dalam bentuk tabel distribusi, serta narasi untuk

memudahkan dalam menganalisa.


65

I. Etika Penelitian

Penelitian ini tidak memiliki resiko berbahaya terhadap

responden.Penelitian yang menggunakan subjek manusia tidak boleh

bertentangan dengan etika, hal-hal yang perlu dituliskan dalam penelitian

meliputi:

a Self determination, yaitu responden diberikan kebebasan untuk

menetukan apakah bersedia atau tidak menjadi responden untuk

mengikuti kegiatan penelitian secara sukarela setelah mendapatkan

secara jelas tentang manfaat san prosedur pengambilan data. Apabila

responden setuju, maka responden diminta untuk mengisi lembar

persetujuan (informed consend) dan mendatanganinya, dan sebaliknya

apabila responden tidak bersedia, maka peneliti tetap menghormati hak

responden.

b Privacy, yaitu peneliti tetap menjaga kerahasiaan semua informasi yang

telah diberikan oleh responden dan hanya digunakan untuk kepentingan

penelitian. Informasi yang diberikan oleh responden tidak diketahui oleh

orang lain sehingga responden dapat secara bebas untuk menentukan

pilihan jawaban dari kuesioner tanpa takut di intimidasi oleh pihak lain.

c Confidentiality (kerahasian), yaitu informasi yang telah dikumpulkan

dari responden dijamin kerahasiannya oleh peneliti. Responden

diberikan jaminan bahwa data yang diberikan tidak akan berdampak

terhadap karir dan pekerjaan. Data yang sudah diperoleh oleh peneliti

disimpan dan dipergunakan hanya untuk pelaporan penelitian.


66

d Protection from discomfort, yaitu responden bebas dari rasa tidak

nyaman selama pengambilan data berlangsung. Untuk mengantisipasi

hal ini, peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian, tenik

pengambilan data dan lamanya pengisian kuesioner sebelum

pengambilan data berlangsung sehingga pada saat penelitian, seluruh

responden diharapkan tidak ada yang mengeluh tentang

ketidaknyamanan selama pengambilan data berlangsung.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2010.Manajemen Penelitian. PT Rineka Cipta: Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. Riset Kesehatan Dasar


2010. Kementerian Kesehatan RI: Jakarta.

Benson, R.C.&Pernol, M.L. 2009. Buku Saku Obstetri & Ginekologi. EGC:
Jakarta.

Buku KIA, 2016 ‘Buku Kia 20_03 2016’

DinasKesehatan,P.S.T.(2018)‘PROFILKESEHATAN SULAWESI
TENGAH,2018’.

Hermawanto, H. 2010. Menyiapkan Karya Tulis Ilmiah. TIM: Jakarta.

Hutahean, S. 2013. Perawatan Antenatal. Salemba Medika : Jakarta

Karwati, Pujiati, D dan Mujiwati, S. 2011. Asuhan Kebidanan Komunitas. TIM:


Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018) Profil Kesehatan Indonesia

Machfoedz, I. 2010. Statika Deskriptif (Bidang Kesehatan, Keperawatan,


Kebidanan dan Kedokteran). Fitramaya: Yogyakarta.

Mandriwati, dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Kehamilan Berbasis Kompetensi.


EGC: Jakarta

Maryunani, A & Yulianingsih. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam


Kebidanan. TIM: Jakarta.

Maryunani, A . 2009. Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal Terpadu. TIM:


Jakarta

Manuaba, I.A., Manuaba, I.B.G & Manuaba, I.B.G. 2008.Gawat Darurat Obstetri
Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial. EGC: Jakarta.

, , 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. EGC: Jakarta.


Nasir, A.,Muhith, A. & Ideputri, M. E. 2011.Buku Ajar Metodologi Penelitian
Kesehatan. Nuha Medika: Yogyakarta.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan.Rineka Cipta: Jakarta.

, 2010. Promosi Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.

, 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.

Nugroho, T. 2011. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan.Medikal


Book: Yogyakarta.

Pollard, M. 2016. ASI (Asuhan Berbasis Bukti). EGC: Jakarta

Prasetyono, Dwi Sunar.2012. Buku Pintar ASI Eksklusif (Pengalaman, Praktik,


dan Kemanfaatan-Kemanfaatannya). Diva Press: Jogjakarta

Proverawati, Atikah. Kapita Selekta ASI dan Menyusui.Yogyakarta. Nuha


Medika; 2010

Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:


Jakarta.

Rizki & Nawangwulan. 2017. Metode Penelitian Kesehatan. Indomedia Pustaka:


Sidoarjo

Rukiyah, A.Y & Yulianti, L.Y. 2010.Asuhan Kebidanan IV Patologi. TIM:


Jakarta.

Saifuddin, 2010.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.

Standar Poltekes Depkes Palu, T. P., 2008. Pedoman Penulisan Proposal Dan
Karya Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan Depkes: Palu.

Suharti, S. 2011. “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kolostrum


dengan Perilaku Pemberian Kolostrum Di Rumah Sakit Bhayangkara
Polda DIY Yogyakarta” Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa STIKES Alma
Ata, Yogyakarta.

Sukari, N., Rompas, S. and Bataha, Y. (2014) ‘Gambaran Pengetahuan Ibu


Postpartum Tentang Kolostrum Di Puskesmas Bahu Manado’, Jurnal
Keperawatan UNSRAT, 2(2), p. 109668.

Syafrudin,Damayanti, A. D. & Delmaifanis. 2011. Himpunan Penyuluhan


Kesehatan. Trans Info Media: Jakarta.
Tiran, D. 2006. Kamus Saku Bidan. EGC: Jakarta.

Wasis, 2008. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. EGC: Jakarta.

Walyani, S. 2017. Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Menyusui.PB : Yogyakarta

Widyastuti, Y., Rahmawati, A. & Purnamaningrum, Y. K. 2010. Kesehatan


Reproduksi. Fitramaya: Yogyakarta

Yuli, R. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.Trans Info Media: Jakarta
KEMENTRIAN KESEHATAN R.I
POLITEKNIK KESEHATAN PALU
JURUSAN KEBIDANAN
Jl. Thalua Konci No. 19 Mamboro Telp. (0451)491451
PALU UTARA SULAWESI TENGAH

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Responden yang saya hormati,


Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Aida Fitriana


Nim : PO7124319119

Adalah mahasiswa politeknik kesehatan palu jurusan kebidanan yang akan

melakukan penelitian, di Wilayah kerja Puskesmas Bulili dengan judul penelitian

“Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil Trimester

Ke 3 Tentang Pemberian Kolostrum Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulili”

”Saya mohon kesediaan anda untuk mengisi kuesioner dan menjawab

peryataan dengan sejujur-jujurnya serta menandatangani lembar persetujuan.

Jawaban akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan

penelitian.

Atas bantuan dan partisipasinya diucapkan terima kasih.

Palu, 2020
Peneliti

AIDA FITRIANA
NIM: PO7124319 119
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian dan penyusunan


skripsi, yang dilaksanakan oleh :

Nama : Aida Fitriana

Nim : PO7124319119

Alamat : Jln. Ahmad Yani No. 19 Palu

Judul : Pengaruh Promosi kesehatan terhadap pengetahuan ibu


hamil trimester ke 3 tentang pemberian kolostrum di
wilayah kerja Puskesmas Bulili

Berdasarkan penjelasan yang telah diberikan oleh peneliti, bersama ini saya
menyatakan tidak keberatan untuk menjadi responden dana akan memberikan
jawaban yang sebenar-benarnya.

Demikian pernyataan ini saya buat tanpa adanya paksa dan tekanan dari peneliti.

Palu, 2020

Responden Mahasiswa

Aida Fitriana

KUESIONER
PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN
IBU HAMIL

TRIMESTER KE 3 TENTANG PEMBERIAN KOLOSTRUM

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULILI PALU

A. Data Demografi Responden

1. Nama (Inisial) :

2. Umur : Tahun

3. Pekerjaan :

4. Pendidikan :

□ SD □ SLTP □ SLTA

□ Diploma □ S1

□ Lain-lain ......................................

5. Anak ke :

6. Sosial Ekonomi :

□ ≤ Rp.1.450.000,-

□ Rp.1.450.000 s/d Rp.2.000.000,-

□ Rp.2.000.000 s/d Rp. 2.500.000,-

□ Rp.2.500.000 s/d Rp. 3.000.000,-

□ ≥ Rp.3.000.000,-

B. Kuesioner Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Kolostrum

Petunjuk pengisian :

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda check (√)


pada kolom B (benar) jika menurut saudara adalah benar dan pada kolom
S (salah) jika menurut saudara adalah salah.

No Pernyataan B S
1. Cairan berwarna kekuningan yang keluar pertama kali
dari payudara setelah melahirkan disebut kolostrum
(susu jolong).

2. Kolostrum (susu jolong) sebaiknya dibuang karena


kotor.

3. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik.

4. ASI yang berwarna kuning dan berwarna putih


kandungan gizinya adalah sama.

5. Kolostrum keluar sejak hari pertama hingga hari ke


empat setelah melahirkan.

6. Kolostrum mengandung protein (gizi) lebih banyak


jika dibandingkan dengan ASI.

7. Kolostrum jika diberikan pada bayi dapat


meningkatkan daya tahan tubuh dan kekebalan alamiah
pada bayi.

8. Kolostrum juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh


terhadap penyakit diare.

9. Ibu menyusui sebaiknya memberikan kolostrum


dengan terjadwal.

10 Ibu menyusui sebaiknya makan lebih sedikit dari


. sebelum hamil supaya tidak gemuk.

11 Dengan memberikan kolostrum akan memberikan


. perlindungan pada enam bulan pertama kehidupan
bayi.

12 Setelah bayi lahir hendaknya segera diberi kolostrum.


.

13 Manfaat kolostrum sebagai pelancar atau pembersih


. usus bayi.

14 Kolostrum bisa mencegah alergi dalam tubuh bayi.


.

15 Kolostrum mengandung protein yang baik bagi bayi.


.

Suharti : 2011
SAP TENTANG KOLOSTRUM

Satuan Acara Penyuluhan

(Sap)

Pokok Bahasan             : Penyuluhan Kesehatan Tentang Kolostrum

Sub Pokok Bahasan      : Manfaat Pemberian Kolostrum dan Teknik Menyusui

yang Benar

Waktu                           : 30 menit

Tempat                          : Wilayah Kerja Puskesmas Bulili

Sasaran                          : Ibu Hamil trimester 3 (umur kehamilan 36-40 minggu)

I. Latar Belakang

            Kolostrum atau jolong berasal dari bahasa latin “Kolostrum” adalah jenis

susu yang dihasilkan oleh kelenjar susu dalam tahap akhir kehamilan dan

beberapa hari setelah kelahiran bayi. Kolostrum manusia warnanya kekuningan

dan kental.Kolostrum penting bagi bayi mamalia (termasuk manusia) karena

mengandung banyak gizi dan zat-zat pertahanan tubuh.Kolostrum (igg)

mengandung banyak karbohidrat, protein, antibodi dan sedikit lemak (yang sulit

dicerna bayi).Bayi memiliki sistem pencernaan kecil, dan kolostrum memberinya

gizi dalam konsentrasi tinggi.Kolostrum juga mengandung zat yang

mempermudah bayi buang air besar pertamakali yang disebut meconium.Hal ini

membersihkannya dari bilirubin, yaitu sel darah merah yang mati yang diproduksi

ketika kelahiran (Vita, 2018).


            Who (World Health Organization) merekomendasikan pada ibu di seluruh

dunia untuk menyusui secara eksklusif pada bayinya dalam 6 bulan pertama

setelah lahir untuk mencapai pertumbuhan yang optimal, perkembangan dan

kesehatan (who, 2011).

Pada tahun 2018, secara nasional persentase bayi baru lahir yang mendapat

imd yaitu sebesar 71,17%. Angka ini telah melampaui target renstra tahun 2018

yaitu sebesar 47,0%, namun dari seluruh provinsi di indonesia ada 3 provinsi yang

masih rendah diantaranya maluku sebesar 23,18%,sulawesi tengah sebesar

30,37% dan sulawesi utara sebesar 37,70%, (Profil Kesehatan Indonesia, 2018).

II. Tujuan

1. Tujuan Umum

            Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan ibu hamil trimester 3  di

Wilayah Puskesmas Bulili dapat  mengetahui lebih dalam lagi tentang kolostrum.

2. Tujuan Instruksional Khusus

      Setelah Mengikuti Penyuluhan Kesehatan Tentang Kolostrum Maka

Diharapkan Ibu Hamil Trimester Ke 3 Dapat:

a Menjelaskan Pengetian  Kolostrum

b Menjelaskan Kandungan  Kolostrum

c Menjelaskan Manfaat  Kolostrum

d Menjelaskan Kapan Waktu Terbaik Kolostrum Diberikan

III. Materi

1. Pengetian  Kolostrum

2. Kandungan  Kolostrum
3. Manfaat  Kolostrum

4. Kapan Waktu Terbaik Kolostrum Diberikan

5. Teknik Menyusui yang benar

IV. Strategi Pelaksanaan

1.  Persiapan

a Survey Karakter Dan Lokasi Sasaran

b Koordinasi Dengan Pihak Kelurahan Dan Bidan

c Menyiapkan Alat Dan Bahan

2. Pelaksanaan

No Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Media Metode


dan Alat Penyuluhan
Penyulu
han
1. Pendahuluan a. Memberikan salam a Menjawab salam Ceramah
(5 menit) dan perkenalan

b. Menjelaskan
kontrak waktu yang b Memperhatikan
dibutuhkan Ceramah

c. Apersepsi kepada
ibu
c Memberikan
tanggapan dan Ceramah
pendapat
2. Penyajian Menjelaskan materi Memperhatikan, Leaflet Ceramah dan
(20 menit) penyuluhan secara memberi tanggapan dan Diskusi
berurutan dan teratur pendapat
Materi I :
a Pengertian
Kolostrum
b Kandungan
Kolostrum
c Manfaat
Kolostrum
d Kapan waktu
terbaik
memberikannya
e Teknik Menyusui
yang Benar
3. Penutup (5 a Memberikan Memberikan tanggapan Diskusi dan
menit)
pertanyaan kepada dan pertanyaan Ceramah
ibu tentang materi
yang telah
disampaikan

b Menyimpulkan
materi yang telah Memperhatikan dan
disampaikan memberikan respon

c Menutup materi
dengan ucapan
salam dan Menjawab salam
terimakasih

V. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Evaluasi :
a Prosedur : Post Test
b Bentuk : Kuesioner
c Jenis Pernyataan : Mengenai pengertian kolostrum, kandungan,
manfaat dan waktu pemberian kolostrum.

VI. Media Dan Alat Penyuluhan


Alat dan bahan peraga:
1. Satuan Acara Penyuluhan
2. Leaflet

MATERI
KOLOSTRUM

A. Pengertian Kolostrum

Kolostrum atau jolong berasal dari bahasa latin “colostrum” adalah

jenis susu yang dihasilkan oleh kelenjar susu dalam tahap akhir kehamilan dan

beberapa hari setelah kelahiran bayi. Kolostrum manusia warnanya

kekuningan dan kental.Kolostrum penting bagi bayi mamalia (termasuk

manusia) karena mengandung banyak gizi dan zat-zat pertahanan

tubuh.Kolostrum (igg) mengandung banyak karbohidrat, protein, antibodi dan

sedikit lemak (yang sulit dicerna bayi).Bayi memiliki sistem pencernaan kecil,

dan kolostrum memberinya gizi dalam konsentrasi tinggi.Kolostrum juga

mengandung zat yang mempermudah bayi buang air besar pertamakali yang

disebut meconium.Hal ini membersihkannya dari bilirubin, yaitu sel darah

merah yang mati yang diproduksi ketika kelahiran (Vita, 2018).

B. Kandungan Kolostrum

Kolostrum penuh dengan zat antibody ( zat pertahana tubuh untuk

melawan zat asing yang masuk ) dan immunoglabilin ( zat kekebalan tubuh

untuk melawan infeksi penyakit). Kolostrum mengandung zat kekebalan 10

-17 kali lebih banyak dari susu matang (mature). Zat kekebalan yang

terdapat pada ASI akan melindungi bayi dari penyakit diare. Kandungan dari

kolostrum antara lain:

a Protein: 8,5 %

b  Lemak: 2,5%
c Karbohidrat: 3,5%

d Garam dan mineral : 0,4%

e Air: 85,1%

f Vitamin A,B,C,D,E dan vitamin K dalam jumlah yang sangat sedikit.

g Leukosit ( sel darah putih)

            Kekebalan bayi akan bertambah dengan adanya kandungan zat – zat dan

vitamin yang terdapat pada air susu ibu tersebut, serta volume kolostrun yang

meningkat dan ditambah dengan adanya isapan bayi baru lahir secara terus

menerus. Hal ini yang mengharuskan bayi segera setelah lahir ditempelkan ke

payudara ibu, agar bayi dapat sesering mungkin menyusui.

            Kandungan kolostrum inilah yang tidak diketahui oleh ibu sehingga

banyak ibu dimasa setelah persalinan tidak memberikan kolostrum pada bayinya

karena pengetahuan tentang kolostrunm itu tidak ada.

C. Manfaat Kolostrum

1. Kolostrum berkhasiat khusus untuk bayi dan komposisinya mirip

dengan nutrisi yang diterima bayi selama di dalam rahim.

2. Kolostrum bermanfaat untuk mengenyangkan bayi pada hari-hari

pertama hidupnya

3. Seperti imunisasi, kolostrum memberi antibodi kepada bayi

(perlindungan terhadap penyakit yang sudah pernah dialami sang ibu

sebelumnya).

4. Kolostrum juga mengandung sedikit efek pencahar untuk menyiapkan

dan membersihkan sistem pencernaan bayi dari mekonium.


5. Kolostrum juga mengurangi konsentrasi bilirubin (yang menyebabkan

bayi kuning) sehingga bayi lebih terhindar dari jaundice.Kolostrum

juga membantu pembentukan bakteri yang bagus untuk pencernaan

D. Kapan Kolostrum Diberikan 

Manfaat penting kolostrum dengan semua kandungan zat yang

berfungsi vital untuk kehidupan awal dari bayi, maka penting juga

mengetahui kapan susu kolostrum diberikan pada bayi. Sel telur (ovum)

setelah dibuahi oleh sperma menjadi zygot kemudian menjadi janin di

dalam rahim ibu, sudah memperoleh nutrisi makanan dan oksigen melalui

plasenta.

Setelah lahir bayi tidak lagi memperoleh makanan dari plasenta.

Maka kolostrum menjadi sumber makanan utama bagi bayi pada awal

kehidupan bayi. Oleh karenanya, kolostrum sebaiknya sesegera mungkin

setelah bayi lahir dan maksimal pemberian kolostrum 4 jam setelah bayi

lahir.Mengapa pemberian kolostrum sebaiknya kurang dari 4 jam pada

awal kelahiran? Keterlambatan pemberian kolostrum akan memperbesar

resiko kematian untuk bayi. Hal ini disebabkan karena kemampuan

absorbsi usus bayi terhadap immunoglobulin semakin menurun seiring

dengan lamanya rentang waktu dari kelahiran. Jadi, semakin lama usus

bayi semakin sulit untuk menyerap Immunoglobulin.Pada 9 jam post

partus(setelah melahirkan) sekitar 50% Immunoglobulin dapat diserap dan

pada 12 jam setelah kelahiran usus hanya mampu menyerap sekitar 30%

Immunoglobulin.
E. Materi Teknik Menyusui yang benar

1. Pengertian Teknik Menyusui yang benar

Teknik menyusui yang benar adalah suatu cara pemberian

ASI yang dilakukan oleh seorang ibu kepada bayinya, demi

mencukupi kebutuhan nutrisi bayi tersebut (Walyani, 2017).

Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada

bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar

(Mulyani, 2013) .

2. Tujuan menyusui yang benar adalah untuk merangsang produksi

susu dan memperkuat refleks menghisap bayi. Jadi, Teknik

Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi

dengan posisi ibu yang benar, sehingga memudahkan bayi untuk

untuk menyusui.

3. Posisi dan Pelekatan Menyusui Terdapat berbagai macam posisi

menyusui.

Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan

duduk, berdiri atau berbaring.


Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar

Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar Gambar

Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar

Langkah –langkah menyusui yang benar

9. Cuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun.

10. Peras sedikit ASI dan oleskan disekitar puting .

11. Duduk dan berbaring sesuai posisi yang nyaman untuk ibu. jangan hanya

leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus dan hadapkan

bayi kedada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan putting susu,
biarkan bibir bayi menyentuh putting susu ibu dan tunggu sampai terbuka

lebar .

12. Segera dekatkan bayi kepayudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah

bayi terletak dibawah puting susu. Cara meletakan mulut bayi dengan

benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar

dan bibir bayi membuka lebar.

13. Bayi disusui secara bergantian dari payudara sebelah kiri lalu kesebelah

kanan sampai bayi merasa kenyang.

14. Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi dibersihkan

dengan lap bersih yang telah direndam dengan air hangat.

15. Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawakan dulu supaya udara yang

terhisap bisa keluar.

16. Bila kedua payudara masih ada sisa ASI tahan puting susu dengan kain

supaya ASI berhenti keluar.

Gambar 4. Cara meletakan bayi


Gambar 5. Cara memegang payudara

Gambar 6. Cara merangsang mulut bayi

Gambar 7. Perlekatan benar


Gambar 8. Perlekatan salah

Cara Pengamatan Teknik Menyusui yang benar Menyusui dengan teknik

yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan asi tidak

keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjut nya atau

bayi enggan menyusui.

Apabila bayi telah menyusui dengan benar, maka akan memperlihatkan

tanda-tanda sebagai berikut:

15. Bayi tampak tenang.

16. Badan bayi menempel pada perut ibu.

17. Mulut bayi terbuka lebar.

18. Dagu bayi menemel pada payudar ibu.

19. Sebagian aerola masuk ke dalam mulut bayi, aerola bawah lebih banyak

yang masuk.

20. Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu.


21. Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin aerola ( tidak hanya putting

saja),lingkar aerola atas terlihat lebih banyak bila dibandingkan dengan

lingkar aerola bawah.

22. Lidah bayi menopang putting dan aerola bagian bawah .

23. Bibir bawah bayi melengkung keluar.

24. Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan.

25. Puting susu tidak terasa nyeri.

26. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

27. Kepala bayi agak menengadah.

28. Bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang disertai

dengan berhenti sesaat.


LEMBAR OBSERVASI

Petunjuk pengisian:

1. Berilah tanda chek list (√) pada kolom ya atau tidak.

2. Lembar observasi diisi peneliti atau kolektor data.

No. Aspek Yang Diobservasi Penilaian


Ya Tidak
1. Ibu menyusui bayi setelah lahir (IMD)

Ibu memberikan kolostrum

2. Ibu membersihkan puting sebelum


Menyusui

3. Badan bayi menempel pada perut ibu

4. Mulut bayi terbuka lebar.

5. Dagu bayi menemel pada payudar ibu.

6. Sebagian aerola masuk ke dalam mulut


bayi, aerola bawah lebih banyak yang
masuk.

7. Hidung bayi mendekati dan kadang-


kadang menyentuh payudara ibu.

8. Mulut bayi mencakup sebanyak


mungkin aerola (tidak hanya putting
saja), lingkar aerola atas terlihat lebih
banyak bila dibandingkan dengan
lingkar aerola bawah.

Lidah bayi menopang putting dan aerola


9. bagian bawah .

10. Bibir bawah bayi melengkung keluar.

11. Bayi tampak menghisap kuat dengan


irama perlahan.
12. Puting susu tidak terasa nyeri.

13. Telinga dan lengan bayi terletak pada


satu garis lurus.

14. Kepala bayi agak menengadah.


Bayi menghisap kuat dan dalam secara
perlahan dan kadang disertai dengan
berhenti sesaat

Anda mungkin juga menyukai