Anda di halaman 1dari 94

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN ASUPAN LEMAK

PADA KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS ASTAMBUL


MARTAPURA

Laporan Tugas Akhir guna memenuhi sebagai syarat untuk memperoleh Predikat
Ahli Madya Gizi

OLEH :

SITI NOOR ANNISA


NIM P07131117123

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
GIZI
2020
@ 2020
Hak Cipta ada pada penulis
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Asupan Lemak

pada penderita Hipertensi diwilayah Puskesmas Astambul Martapura” telah

disetujui untuk diajukan di hadapan Tim Penguji Tugas Akhir Jurusan Gizi

Politeknik Kesehatan Kemenkes Banjarmasin.

Banjarbaru, April 2020

Pembimbing

Yasir Farhat, SKM.,MPH


NIP. 197009281991031002
SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : Siti Noor Annisa


Nim : P07131117123
Angkatan : 2017

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan Tugas

Akhir saya yang berjudul :

”Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Asupan Lemak pada Kejadian

Hipertensi Lansia di Puskesmas Astambul Martapura”

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya

akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Banjarbaru, April 2020

(SITI NOOR ANNISA)


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Noor Annisa

Tempat Tanggal Lahir : Kandangan, 30 Juli 1999

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Brig Jend H.Hasan Basry Kandangan Hulu 3

Anak Ke : 4 dari 4 bersaudara

Nama Ayah : Syahril

Nama Ibu : Jamilah

Nama Saudara : 1. Abdurrahim

2. Muhammad Mahfuz Sya’bani

3. Siti Rukayah Apriana

Pendidikan Formal : 1. TK Kemala Bhayangkari, lulus tahun 2005

2. SDN Kandangan Kota 7, lulus tahun 2011

3. SMPN 2 Kandangan, lulus tahun 2014

4. SMAN 2 Kandangan, lulus tahun 2017

5. Terdaftar di Poltekkes Kemenkes Banjarmasin, sejak


tahun 2017

Demikian riwayat hidup saya buat dengan sebenar-benarnya dan dengan rasa
tanggung jawab.

Banjarbaru, April 2020

Siti Noor Annisa


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat

dan Karunia-Nya yang telah dilimpahkan sehingga laporan tugas akhir yang

berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Asupan Lemak pada

Kejadian Hipertensi diwilayah Puskesmas Astambul Martapura” dapat

diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan tugas akhir ini disusun dalam rangka

memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh predikat Ahli Madya Gizi di

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banjarmasin Jurusan Gizi.

Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, tidak lepas dari bimbingan dan

masukan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah memberikan bantuan baik dalam segi moril maupun

materil sehingga terwujudnya tugas akhir ini. Ucapan terima kasih juga

disampaikan kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. H. Mahpolah, M.Kes. selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Banjarmasin.

2. Ibu Rijanti Abdurrachim, DCN., M. Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan Banjarmasin.

3. Ibu Rusmini Yanti, SKM., MS.selaku Ketua Program Studi Diploma III Gizi

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banjarmasin.

4. Bapa Yasir Farhat, SKM.,MPH selaku pembimbing TA yang telah

memberikan saran dan dukungannya.

i
5. Seluruh dosen dan staf Jurusan Gizi yang telah memberikan dorongan dan

saran-saran untuk kelancaran laporan tugas akhir ini.

6. Kedua orang tua saya dan keluarga saya yang telah memberikan semangat,

doa restu, serta motivasi selama penulisan laporan tugas akhir ini ini.

7. Teman-teman mahasiswa dan mahasiswi Jurusan Gizi Semester 6 yang telah

banyak membantu.

8. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas

bantuannya sehingga laporan tugas akhir ini ini dapat terselesaikan dengan

baik.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna

dalam bembuatan laporan tugas akhir ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun demi kelancaran laporan tugas akhir

ini. Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi kita semua.

Amin.

Banjarbaru, April 2020

Penulis

ii
KEMENKES REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
GIZI
TAHUN 2020
ABSTRAK
Tugas Akhir
SITI NOOR ANNISA
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN ASUPAN LEMAK PADA
KEJADIAN HIPERTENSI LANSIA DI PUSKESMAS ASTAMBUL
MARTAPURA
(Yasir Farhat, SKM., MPH)
viii + 91 halaman ; 11 Tabel ; 2 Gambar ; 5 Lampiran
Hipertensi merupakan “silent killer” sehingga menyebabkan fenomena gunung
es. Prevalensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Kondisi patologis ini jika
tidak mendapatkan penanganan secara cepat dan secara dini maka akan memperberat
risiko. Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 34,1% . Kalimantan selatan merupakan
peringkat pertama se Indonesia dengan kasus hipertensi paling tertinggi sebanyak 44,1%.
Kabupaten Banjar menjadi peringkat ke 2 setelah Banjarmasin yang memiliki kasus
Hipertensi pada Lansia yang masih tinggi pada tahun 2018 yaitu sebanyak 34.620
penderita. Pada puskesmas Astambul kasus Hipertensi pada lansia pada tahun 2018
sebanyak 605 kasus. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui Gambaran Tingkat
Pengetahuan dan Asupan Lemak pada Kejadian Hipertensi Lansia di Puskesmas
Astambul .
Jenis penelitian ini bersifat observasional. Rancangan penelitian yaitu dengan
survei deskriptif. Populasi yaitu dengan jumlah 98 orang. Sampel yaitu dengan jumlah
yaitu 98 masyarakat lanjut usia di Puskesmas Astambul Martapura. Cara Pengambilan
data menggunakan data sekunder. Variabel yang diteliti adalah kejadian hipertensi,
tingkat pengetahuan dan asupan lemak. Analisis data menggunakan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian hipertensi pada lansia adalah
74,5% tekanan darah normal, sedangkan tingkat pengetahuan pada lansia adalah 75,5%
pengetahuan kurang, dan asupan lmak pada lansia adalah 68,4% memiliki asupan lemak
yang cukup.
Saran yang diberikan kepada lansia diharapkan dapat mempertahankan
asupan lemakya agar tetap stabil dan lebih memperhatikan atau mencari informasi
mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi penyakit hipertensi sehingga akan
meningkatkan upaya untuk pencegahan penyakit hipertensi.
Kata kunci : Hipertensi, Pengetahuan, Asupan Lemak
Kepustakaan : 65 (2002-2018)

iii
MINISTRY OF HEALTH INDONESIAN REPUBLIC
HEALTH POLYTECHNIC BANJARMASIN
DIPLOMA III PROGRAM
NUTRITION
YEAR 2020
ABSTRACT
Final Project
SITI NOOR ANNISA
A DESCRIPTION OF THE LEVEL OF KNOWLEDGE AND FAT INTAKE ON
THE INCIDENCE OF HYPERTENSION IN THE ELDERLY AT THE
PUSKESMAS ASTAMBUL MARTAPURA
(Yasir Farhat, SKM., MPH)
viii + 91 Pages + 11 Table + 2 Pictures + 5 Attachments
Hypertension is a "silent killer" that causes the phenomenon of the iceberg. The
prevalence of hypertension increases with age. This pathological condition if not getting
treatment quickly and early will aggravate the risk. The prevalence of hypertension in
Indonesia is 34.1%. South Kalimantan is ranked first in Indonesia with the highest cases
of hypertension as much as 44.1%. Banjar District ranks second after Banjarmasin which
has high cases of hypertension in the elderly in 2018 with 34,620 patients. In the
Astambul puskesmas there are 605 cases of hypertension in the elderly in 2018. The
purpose of this study was to determine the level of knowledge and fat intake in the
incidence of hypertension in the elderly at Puskesmas Astambul Martapura.
This type of research is observational. The research design is a descriptive
survey. The population is 98 people. The sample was 98 people at the Astambul
Martapura Health Center. Retrieval of data using secondary data. The variables studied
were the incidence of hypertension, level of knowledge and fat intake. Data analysis uses
descriptive analysis.
The results showed that the incidence of hypertension in the elderly was 74.5%
normal blood pressure, while the level of knowledge in the elderly was 75.5% lacking
knowledge, and the fat intake in the elderly was 68.4% having adequate fat intake.
Suggestions given to the elderly are expected to maintain their fat intake to
remain stable and pay more attention or seek information about the factors that influence
hypertension so that it will increase efforts to prevent hypertension.
Keywords: hypertension, knowledge, fat intake
Literature: 65 (2002-2018)

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN

HAK CIPTA

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

RIWAYAT HIDUP

KATA PENGANTAR................................................................................. ii
ABSTRAK................................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL........................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 5
B. Rumusan Masalah ............................................................. 6
C. Tujuan Penelitian............................................................... 6
1. Tujuan Umum.................................................................... 6
2. Tujuan Khusus................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian............................................................. 7
1. Bagi Mahasiswa................................................................. 7
2. Bagi Puskesmas ................................................................. 7
3. Bagi Peneliti lain................................................................ 7
E. Keaslian Penelitian............................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Lanjut Usia......................................................................... 8
1. Pengertian lanjut usia........................................................ 8
2. Batasan usia lanjut usia..................................................... 9
3. Klasifikasi lanjut usia........................................................ 9

v
4. Perubahan terjadi pad lanjut usia...................................... 12
5. Kebutuhan dasar lanjut usia.............................................. 13
B. Hipertensi........................................................................... 13
1. Pengertian hipertensi ......................................................... 14
2. Batasan hipertensi.............................................................. 14
3. Penyebab hipertensi........................................................... 16
4. Patofisiologi....................................................................... 16
5. Komplikasi hipertensi........................................................ 18
6. Pengobatan hipertensi........................................................ 18
7. Faktor risiko hipertensi...................................................... 23
C. Pengetahuan....................................................................... 23
1. Pengertian Pengetahuan.................................................... 24
2. Tingkat Pengetahuann....................................................... 26
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi Pengetahuan............ 28
4. Pengukuran Pengetahuan................................................... 28
D. Asupan............................................................................... 28
1. Lemak ............................................................................... 29
2. Metode Semi Quantitative Food Frequency
Quotionaire (SFFQ)........................................................... 32
E. Kerangka Teori.................................................................. 33
F. Kerangka Konsep............................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian................................................................... 35
B. Rancangan Penelitian......................................................... 35
C. Tempat dan Waktu Penelitian............................................ 35
D. Populasi dan Sampel.......................................................... 35
1. Populasi............................................................................. 35
2. Sampel............................................................................... 36
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.................... 36
1. Variabel Penelitian............................................................ 36
2. Definisi Operasional......................................................... 37

vi
F. Metode Pengumpulan Data................................................ 38
1. Jenis Data.......................................................................... 38
2. Cara Pengumpulan Data.................................................... 38
G. Pengolahan dan Analisis Data............................................ 39
1. Pengolahan Data............................................................... 39
2. Analisis Data..................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Responden .......................................... 41
1. Umur ................................................................................ 41
2. Jenis Kelamin.................................................................... 42
3. Pendidikan......................................................................... 42
B. Variabel Yang Diteliti...................................................... 43
1. Penderita Hipertensi.......................................................... 43
2. Tingkat Pengetahuan......................................................... 44
3. Asupan Lemak.................................................................. 45
BAB V PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden.................................................... 46
1. Umur................................................................................. 47
2. Jenis Kelamin.................................................................... 48
3. Pendidikan......................................................................... 49
B. Penderita Hipertensi........................................................... 51
C. Tingkat Pengetahuan.......................................................... 55
D. Asupan Lemak.................................................................... 57

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................... 56
B. Saran................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian......................................................................... 7
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII 2003.............................. 14
Tabel 3.1 Definisi Operasional...................................................................... 37
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan umur Kejadian
Hipertensi Lansia di Puskesmas Astambul Martapura................ 41
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin Kejadian
Hipertensi Lansia di Puskesmas Astambul Martapura................ 42
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan pendidikan Kejadian
Hipertensi Lansia di Puskesmas Astambul Martapura................ 42
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Kejadian
Hipertensi Lansia di Puskesmas Astambul Martapura................ 43
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan
pada Kejadian Hipertensi di Puskesmas Astambul Martapura.... 44
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan tabel silang tingkat
pengetahuan dan kejadian hipertensi di Puskesmas Astambul
Martapura. .................................................................................. 44
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Asupan Lemak pada
Kejadian Hipertensi di Puskesmas Astambul Martapura............ 45
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan tabel silang
asupan lemakdan kejadian hipertensi di Puskesmas Astambul
Martapura. .................................................................................. 45

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori......................................................................... 33


Gambar 2.2 Kerangka Konsep..................................................................... 34

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kartu Siap Ujian Tugas Akhir


Lampiran 2 Output SPSS
Lampiran 3 Master Tabel
Lampiran 4 Jadwal Penelitian
Lampiran 5 Anggaran Penelitian

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan “silent killer” sehingga menyebabkan

fenomena gunung es. Prevalensi hipertensi meningkat dengan

bertambahnya usia. Kondisi patologis ini jika tidak mendapatkan

penanganan secara cepat dan secara dini maka akan memperberat risiko

(Wahyuningsih,2013).

Hipertensi identik dengan peningkatan tekanan darah melebihi

batas normal (Sunardi, 2012). Seseorang dikatakan hipertensi jika hasil

pengukuran tekanan darah sistoliknya >140mmHg dan diastoliknya >90

mmHg (Hartono,2013).

Pada lanjut usia terjadi kemunduran fungsi tubuh dimana salah

satunya adalah kemunduran fungsi kerja pembuluh darah. Penyakit yang

sering dijumpai pada golongan lansia yang disebabkan karena kemunduran

fungsi kerja pembuluh darah yaitu salah satunya hipertensi atau tekanan

darah tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit

degenerative yang mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi.

Tekanan darah tinggi merupakan suatu penyakit akibat meningkatnya

tekanan darah arterial sistemik baik sistolik maupun diastolik (Arlita,

2014).

Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan pada kelompok

lansia. Sebagai hasil pembangunan yang pesat dewasa ini dapat

1
2

meningkatkan umur harapan hidup, sehingga jumlah lansia bertambah tiap

tahunnya, peningkatan usia tersebut sering diikuti dengan meningkatnya

penyakit degeneratif dan masalah kesehatan lain pada kelompok ini.

Hipertensi sebagai salah satu penyakit degeneratif yang sering dijumpai

pada kelompok lansia.

Semakin meningkatnya usia maka lebih beresiko terhadap

peningkatan tekanan darah terutama tekanan darah sistolik sedangkan

diastolik meningkat hanya sampai usia 55 tahun (Nurrahmani, 2011).

Laki-laki atau perempuan sama-sama memiliki kemungkinan beresiko

hipertensi. Namun, laki-laki lebih beresiko mengalami hipertensi

dibandingkan perempuan saat usia <45 tahun tetapi saat usia > 65 tahun

perempuan lebih beresiko mengalami hipertensi (Prasetyaningrum, 2014).

Seseorang yang kedua orang tua memiliki riwayat penyakit hipertensi

anaknya akan beresiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer

(essensial) yang terjadi karena pengaruh genetika (Sutanto, 2010).

Data WHO tahun 2011 menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972

juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan

perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Dari 972 juta pengidap

hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di

negara sedang berkembang, temasuk Indonesia (Andra,2007).

Data World Health Organization (WHO) 2015 menunjukkan

sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi. Artinya, 1 dari 3

orang di dunia terdiagnosis menderita hipertensi, hanya 36,8% di


3

antaranya yang minum obat. Jumlah penderita hipertensi di dunia terus

meningkat setiap tahunnya,diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5 miliar

orang yang terkena hipertensi. Diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 juta

orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional Tahun 2018

menyatakan rata-rata prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 34,1% .

Kalimantan selatan merupakan peringkat pertama se Indonesia dengan

kasus hipertensi paling tertinggi sebanyak 44,1%. Prevalensi tertinggi

kedua pada provinsi Jawa barat, diikuti provinsi Kalimantan Timur dan

Jawa tengah (Balitbangkes, 2018).

Prevalensi hipertensi di Provinsi Kalimantan Selatan sudah

mencapai 44,13%. Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan

Selatan tahun 2018 hipertensi merupakan penyakit terbanyak yang diderita

oleh masyarakat dengan jumlah penderita 203.483 orang (Dinkes Provinsi

Kal-Sel).

Sesuai Laporan Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan

Selatan 2018 menunjukkan hipertensi merupakan nomer 1 dari 10

penyakit terbesar. Prevalensi hipertensi tertinggi terdapat pada wilayah

Banjarmasin (57.257 penderita), Banjar (34.620 penderita) , Kotabaru

(15.376 penderita), Banjarbaru (14,727 penderita), Tanah Laut (13.715

penderita), Barito Kuala (12.968 penderita), HST (12.512 penderita), HSU

(10.780 penderita), Balangan (8.500 penderita), Tapin (7.769 penderita),


4

HSS (7.153 penderita), Tabalong (5.210 penderita), dan Tanah Bumbu

(2.896 penderita) (Dinkes Provinsi Kal-Sel).

Hasil rekapitulasi laporan usila Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar

bulan Januari sampai dengan Agustus 2018 dari 24 Puskesmas yang

termasuk dalam wilayah kerja Dinas kesehatan didapatkan untuk

puskesmas Astambul kunjungan lansia baru maupun lama yang berumur

45 tahun sampai dengan 59 tahun sebanyak 1676 orang dan lansia yang

mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi dan rendah sebanyak 605

orang atau 36,09%.

Sesuai hasil observasi atau pengamatan yang dilakukan di wilayah

kerja puskesmas Astambul terhadap kebiasaan makan didapatkan bahwa

kebanyakan masyarakat mengkonsumsi ikan kering atau asin dan makanan

yang dibuat dengan pangawet garam seperti manday (permentasi kulit

cempedak) serta kurang mengkonsumsi sayur dan buah. Tingkat

pendidikan kebanyakan hanya sekolah dasar dan pekerjaan kebanyakan

sebagai petani.

Hasil penelitian Jaeynisha Mathavan,dkk (2017) menunjukkan

Tingkat pengetahuan rendah pada responden lebih banyak ditemukan

(52,0%) dibandingkan tingkat pengetahuan tinggi pada responden

(48,0%). Pengetahuan responden dapat dipengaruhi oleh banyak

faktor, misalnya pengalaman, serta sarana informasi.

Locke dalam Ekarini, (2012) mengemukakan bahwa

pengetahuan tidak hanya didapat secara formal melainkan juga


5

melalui pengalaman. Selain itu pengetahuan juga didapat melalui sarana

informasi yang tersedia di rumah, seperti radio dan televisi. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga sehingga

penggunaan pancaindra terhadap suatu informasi sangat penting. Hasil

suatu studi sebelumnya menemukan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara tingkat pengetahuan dengan kontrol tekanan darah secara rutin. Hal

ini dikarenakan jika seseorang memiliki pengetahuan tentang penyakit

hipertensi seperti akibat dari penyakit tersebut jika tidak minum obat atau

tidak kontrol tekanan darah secara rutin maka akan mengakibatkan

komplikasi penyakit sehingga mereka meluangkan waktunya untuk

Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Sugiharto (2007) di

Kabupaten Karanganyar menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

antara konsumsi lemak dengan hipertensi dibuktikan dengan nilai p=0,024.

Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Fathina (2007) di Klinik Rawat

Jalan di RSU Kodia Semarang bahwa terdapat hubungan yang signifikan

(p=0,00) antara asupan lemak dengan hipertensi, asupan lemak dapat

meningkatkan kadar tekan darah diastolik dan sislotik.

Sesuai permasalahan diatas peneli tertarik untuk melakukkan

penelitian mengenai “Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Asupan Lemak

pada Kejadian Hipertensi Lansia di Puskesmas Astambul Martapura”


6

B. Rumusan Masalah

Sesuai latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah bagaimana gambaran tingkat pengetahuan dan asupan

lemak pada kejadian hipertensi lansia di Puskesmas Astambul Martapura.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan asupan lemak pada

kejadian hipertensi lansia di Puskesmas Astambul Martapura.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik lansia (umur, jenis kelamin, dan

pendidikan) di Puskesmas Astambul Martapura tahun.

b. Mengidentifikasi kejadian hipertensi lansia di Puskesmas Astambul

Martapura.

c. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan lansia di Puskesmas

Astambul Martapura.

d. Mendeskripsikan Asupan lemak di Puskesmas Astambul Martapura.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Lansia

Sebagai bahan masukan untuk lansia dalam upaya meningkatkan

kesehatan dan menambah ilmu pengetahuan dibidang kesehatan

khususnya pengetahuan tentang Hipertensi lansia.


7

2. Bagi Puskesmas Astambul Martapura

Dapat menginformasikan masalah hipertensi untuk mendorong

program kesehatan dan gizi diwilayah kerja puskesmas.

3. Bagi Peneliti Lain

Dapat dijadikan sebagai bahan panduan bagi peneliti lain untuk

mencari variabel yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia.

E. Keaslian Penelitian

Peneliti Judul Persamaan Perbedaan


Adinda Gambaran Variabel terikat : Tempat
mustika pengetahuan wanita Hipertensi, penelitian, waktu
andani, lanjut usia tentang Populasi penelitian penelitian, jumlah
2016 diet hipertensi di Lansia. Variabel sampel
panti bebas tingkat
Sosial tresna wredha pengetahuan
budi pertiwi
bandung.
Sri Faktor-Faktor yang Variabel terikat : Jenis penelitian,
Agustina, Berhubungan Hipertensi, Rancangan
dkk 2014 dengan Hipertensi Populasi penelitian penelitian, dan
Pada Lansia di Atas Lansia. Analisis data.
Umur 65 Tahun
8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia

1. Pengertian lanjut usia

Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lansia

apabila usianya 60 tahun ke atas,baik pria maupun wanita. Sedangkan

Departeman kesehatan RI menyebutkan seseorang dikatakan berusia

lanjut usia dimulai dari usia 55 tahun keatas. Menurut Badan

Kesehatan Dunia (WHO) usia lanjut dimulai dari usia 60 tahun.

(Kushariyadi, 2010; Indriana, 2012; Wallnce, 2007).

Lansia atau menua (menjadi tua) adalah suatu proses

menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur

dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas

(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang menyebabkan

penyakit degenerative misal, hipertensi, arterioklerosis, diabetes

mellitus dan kanker (Nurrahmani, 2012).

2. Batasan usia lanjut usia

Batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia dari

pendapat berbagai ahli yang di kutip dari Nugroho (2008) :

1) Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab I pasal 1

ayat II yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai

usia 60 tahun keatas”

8
9

2) Menurut WHO:

a) Usia pertengahan : 45-59 tahun

b) Lanjut usia : 60 – 74 tahun

c) Lanjut usia tua : 75- 90 tahun

d) Usia sangat tua : diatas 90 tahun (Kushariyadi, 2010).

3. Klasifikasi lanjut usia

Depkes RI (2003) mengklasifikasi lansia dalam kategori berikut :

1) Pralansia (prasenilis), seseorang yang berada pada usia antara 45-59

tahun.

2) Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun lebih.

3) Lansia yang beresiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau

lebih atau seseorang lansia yang berusia 60 tahun atau lebih yang

memiliki masalah kesehatan

4) Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan

atau melakukan kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa

5) Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya atau tidak bisa

mencari nafkah sehingga dalam kehidupannya bergantung pada

orang lain.

4. Perubahan terjadi pada lanjut usia

Menurut Mujahidullah (2012) dan Wallace (2007), beberapa

perubahan yang akan terjadi pada lansia diantaranya adalah perubahan

fisik,intlektual, dan keagamaan.


10

1) Perubahan fisik

a) Sel, saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalam

tubuh akan berubah, seperti jumlahnya yang menurun, ukuran

lebuh besar sehingga mekanisme perbaikan sel akan terganggu

dan proposi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati

beekurang.

b) Sistem persyarafan, keadaan system persyarafan pada lansia

akan mengalami perubahan, seperti mengecilnya syaraf panca

indra. Pada indra pendengaran akan terjadi gangguan

pendengaran seperti hilangnya kemampuan pendengaran pada

telinga. Pada indra penglihatan akan terjadi seperti kekeruhan

pada kornea, hilangnya daya akomodasi dan menurunnya lapang

pandang. Pada indra peraba akan terjadi seperti respon terhadap

nyeri menurun dan kelenjar keringat berkurang. Pada indra

pembau akan terjadinya seperti menurunnya kekuatan otot

pernafasan, sehingga kemampuan membau juga berkurang.

c) Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi menurunya

selara makan , seringnya terjadi konstipasi, menurunya produksi

air liur(Saliva) dan gerak peristaltic usus juga menurun.

d) Sistem genitourinaria, pada lansia ginjal akan mengalami

pengecilan sehingga aliran darah ke ginjal menurun.


11

e) Sistem musculoskeletal, pada lansia tulang akan kehilangan

cairan dan makin rapuh, keadaan tubuh akan lebih pendek,

persendian kaku dan tendon mengerut.

f) Sistem Kardiovaskuler, pada lansia jantung akan mengalami

pompa darah yang menurun , ukuran jantung secara kesuruhan

menurun dengan tidaknya penyakit klinis, denyut jantung

menurun , katup jantung pada lansia akan lebih tebal dan kaku

akibat dari akumulasi lipid. Tekanan darah sistolik meningkat

pada lansia kerana hilangnya distensibility arteri. Tekanan darah

diastolic tetap sama atau meningkat.

2) Perubahan intelektual

Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah

(2012), akibat proses penuaan juga akan terjadi kemunduran pada

kemampuan otak seperti perubahan intelegenita Quantion ( IQ)

yaitu fungsi otak kanan mengalami penurunan sehingga lansia akan

mengalami kesulitan dalam berkomunikasi nonverbal, pemecehan

masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah seseorang.

Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan , karena penurunan

kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk

menerima rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga

kemampuan untuk mengingat pada lansia juga menurun.


12

3) Perubahan keagamaan

Menurut Maslow dalam Mujahidin (2012), pada umumnya

lansia akan semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya, hal

tersebut bersangkutan dengan keadaan lansia yang akan

meninggalkan kehidupan dunia.

5. Kebutuhan dasar lanjut usia

Kebutuhan lanjut usia adalah kebutuhan manusia pada umumnya,

yaitu kebutuhan makan, perlindungan makan, perlindungan perawatan,

kesehatan dan kebutuhan sosial dalam mengadakan hubunagan dengan

orang lain, hubungan antar pribadi dalam keluarga, teman-teman

sebaya dan hubungan dengan organisasi-organisasi sosial, dengan

penjelasan sebagai berikut :

1) Kebutuhan utama

a. Kebutuhan fisiologi/biologis seperti, makanan yang bergizi,

seksual,pakaian, perumahan/tempat berteduh.

b. Kebutuhan ekonomi berupa penghasilan yang memadai.

c. Kebutuhan kesehatan fisik, mental, perawatan pengobatan.

d. Kebutuhan psikologis, berupa kasih sayang adanya tanggapan

dari orang lain, ketentraman, merasa berguna, memilki jati diri,

serta status yang jelas.

e. Kebutuhan sosial berupa peranan dalam hubungan-hubungan

dengan orang lain, hubungan pribadi dalam keluarga, teman-

teman dan organisasi sosial.


13

2) Kebutuhan sekunder

a. Kebutuhan dalam melakukan aktivitas.

b. Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi.

c. Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informai dan

pengetahuan.

d. Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status,

perlindungan hukum, partisipasi dan keterlibatan dalam

kegiatan di masyarakat dan Negara atau pemerintah.

e. Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual, seperti

memahami makna akan keberadaan diri sendiri di dunia dan

memahami hal-hal yang tidak diketahui/ diluar kehidupan

termasuk kematian.

B. Hipertensi

1. Pengertian hipertensi

Hipertensi adalah kelainan sistem sirkulasi darah

yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah diatas nilai

normal atau tekanan darah ≥140/90 mmHg. (Kemenkes.RI, 2014).

Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan

yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya

risiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung

dan kerusakan (Aisyiyah Nur Farida, 2012). Menurut American

Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas

20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5


14

juta jiwa, namun hampir sekitar 90 - 95% kasus tidak diketahui

penyebabnya. Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala

dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama

dengan gejala penyakit lainnya. Gejala penyakit hipertensi adalah

sakit kepala/rasa berat ditengkuk, mumet (vertigo), jantung

berdebar-debar, mudah Ielah, penglihatan kabur, telinga berdenging

(tinnitus), dan mimisan (Kemenkes.RI, 2014).

Menurut WHO, hipertensi didefinisikan sebagai keadaan

tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah

diastolik ≥90 mmHg. Menurut Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment on High Blood

Pressure (JNC VII) hipertensi diklasifikasikan seperti berikut :

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII 2003

Klasifikasi Darah Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah


(mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stage 1 140 – 159 90-99
Hipertensi Stage 2 ≥160 ≥100

2. Batasan Hipertensi

Berbagai macam batasan tingginya tekanan darah

yang dikatakan sebagai hipertensi. Batasan yang digunakan oleh

WHO adalah TDS > 160 mmHg atau TDD>95 mmHg. Berdasarkan

tingginya nilai tekanan darah, maka Hipertensi dibedakan menjadi :


15

1. Hipertensi ringan : TDD 90 – 110

2. Hipertensi sedang : TDD 110 – 130

3. Hipertensi berat : >130

Sesuai penjelasan diatas WHO menggunakan

tekanan diastolik dalam menentukan ada tidaknya Hipertensi.

Penentuan batasan hipertensi ini sangat penting karena perubahan

tingginya hipertensi sangat mempengaruhi perhitungan prevalensi

dalam populasi (Bustan, 2007).

Pudiastuti (2011) mengungkapkan, pada awalnya

diperkirakan bahwa kenaikan pada tekanan darah diastolik

merupakan suatu faktor yang lebih penting daripada peningkatan

sistolik, namun sekarang diketahui bahwa pada orang - orang

yang berumur 50 tahun lebih hipertensi sistolik mewakili suatu risiko

yang lebih besar.

3. Penyebab Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan :

1. Hipertensi Esensial

Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik),

walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti

kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar

90% penderita hipertensi (Kemenkes.RI, 2014).


16

2. Hipertensi Sekunder

Prevalensi hipertensi sekunder sekitar 5 - 8% dari seluruh

penderita hipertensi. Penyebab hipertensi sekunder yaitu ginjal

(hipertensi renal), penyakit endokrin dan obat.

4. Patofisiologi

Dimulai dengan arterosklerosis, gangguan struktur anatomi

pembuluh darah perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh

darah. Kekakuan pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan

kemungkinan pembesaran plaque yang menghambat gangguan

peredaran darah perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran darah

menyebabkan baban jantung bertambah berat yang akhirnya

dikompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang

memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem

sirkulasi (Bustan,2007).

5. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi yang terjadi bertahun - tahun tanpa ada upaya

untuk mengontrol bisa merusak berbagai organ vital tubuh yaitu, otak,

jantung, ginjal,mata, kaki

1. Otak

Secara patologi anatomi dalam otak kecil akan dijumpai

adanya odema, perdarahan kecil - kecil sampai infark kacil dan

nekrosis fibrinoid arteriod. Hipertensi yang tidak terkontrol bisa

mengakibatkan penyumbatan atau terputusnya pembuluh darah


17

pada pada otak. Tekanan darah tinggi secara signifikan

meningkatkan peluang untuk mengalami stroke. Faktanya, tekanan

darah tinggi adalah faktor risiko paling penting untuk stroke.

Ditaksir bahwa 70% dari semua stroke terjadi pada orang- orang

yang menderita tekanan.

2. Jantung

Selama bertahun - tahun, ketika arteri menyempit dan

menjadi kurang lentur sebagai akibat hipertensi, jantung semakin

sulit memompakan darah secara efisien ke seluruh tubuh. Beban

kerja yang meningkat akhirnya merusak jantung dan menghambat

kerja jantung, kemungkinan akan terjadi serangan jantung. Ini

terjadi jika arteri koronaria menyempit, kemudian darah

menggumpal. Kondisi ini berakibat pada bagian otot jantung yang

bergantung pada arteri koronaria mati.

3. Ginjal

Hipertensi yang tidak terkontrol juga bisa memperlemah

dan mempersempit pembuluh darah yang menyuplai ginjal. Hal ini

bisa menghambat ginjal untuk berfungsi secara normal.

4. Mata

Pembuluh darah pada mata akan terkena dampaknya, yang

terjadi adalah penebalan, penyempitan atau sobeknya pembuluh

darah pada mata. Kondisi tersebut bisa menyebabkan hilangnya

penglihatan.
18

5. Kaki

Pembuluh darah di kaki juga bisa rusak akibat dari

hipertensi yang tak terkontrol. Dampaknya, darah yang menuju

kaki menjadi kurang dan menimbulkan berbagai keluhan.

6. Pengobatan Hipertensi

Tujuan utama pengobatan penderita hipertensi adalah

tercapainya penurunan maksimum risiko total morbiditas dan

mortalitas kardiovaskuler. Hal ini memerlukan pengobatan semua

faktor risiko reversible yang ditemukan seperti merokok, peningkatan

kolesterol, diabetes mellitus dan pengobatan.

7. Faktor Risiko Hipertensi

Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian hipertensi dapat

dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor yang dapat dimodifikasi

dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi.

1. Faktor Yang Tidak Dapat Diubah atau Dikontrol

a. Umur

Semakin bertambahnya umur akan meningkatkan faktor

risiko hipertensi karena anatomi tubuh yang dimulai mengalami

perubahan, dimana arteri akan kehilangan kelenturan yang

mengakibatkan pembuluh darah menjadi kaku dan sempit

sehingga tekanan darah akan meningkat (Kemenkes RI, 2012).

Penelitian kasus control yang dilakukan di Kabupaten Rembang


19

menunjukkan bahwa faktor umur merupakan faktor risiko

hipertensi dengan OR=11,34 (Nurarima, 2012).

Demikian juga hasil penelitian yang dilakukan dikelurahan

motoboi kecil, Kecamatan Kotamobagu Selatan didapatkan nilai

OR= 5,263 analisis tersebut menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara umur dengan kejadian hipertensi, hal ini berarti

semakin bertambahnya umur maka peluang untuk terjadinya

hipertensi 5,263 kali dibandingkan usia yang lebih muda

(Dedullah Fardya Rilie Malonda S.H Nancy Joseph S.Baren

Woodford, 2013).

b. Jenis kelamin

Pria memiliki prevalensi sedikit lebih tinggi menderita

hipertensi bila dibandingkan wanita ( WHO, 2014). Hal itu

berlaku untuk umur dibawah 50 tahun, karena bila sudah

memasuki umur 50 tahun, wanita memiliki risiko yang lebih besar

untuk mengalami hipertensi daripada pria, yang disebabkan

karena menurunnya hormone estrogen yang berperan didalam

memberikan perlindungan terhadap penyakit jantung dan

pembuluh darah termasuk tekanan darah tinggi. Penelitian kasus

control yang melibatkan 106 responden di Kabupaten Rembang

menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki merupakan faktor

risiko terkena hipertensi dengan OR=3,051hal ini berarti laki-laki

berisiko terkena hipertensi 3,051 kali dibandingkan dengan


20

perempuan (Nurarima, 2012). Penelitian mengenai hipertensi juga

dilakukan di cikarang barat, 2012 mengenai faktor - faktor yang

berhubungan dengan tekanan darah di Puskesmas Telaga Murni

diperoleh nilai OR=1,81 secara statistik jenis kelamin tidak

berhubungan dengan kejadian hipertensi (Febby & Prayitno,

2013).

c. Genetik

Faktor keturunan memang memiliki peran yang besar

terhadap munculnya hipertensi. Dari 10 orang penderita hipertensi,

90% diantaranya terjadi karena mereka memiliki bakat atau gen

yang membawa munculnya hipertensi. Meski demikian, gen

tersebut dapat menjadikan seseorang menderita hipertensi karena

ada faktor pemicu eksternal yang lain. Trend yang sedang

berkembang saat ini, hipertensi mulai banyak ditemui pada usia

muda (Sutanto, 2010)

d. Riwayat keluarga

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan

menyebabkan keluarga tersebut mempunyai risiko menderita

hipertensi. Hipertensi dikaitkan pula dengan faktor riwayat

keluarga dimana bila ayah atau ibu mempunyai penyakit hipertensi

besar kemungkinan akan menurun kepada anak - anaknya dengan

perkiraan sebesar 30% dan bila baik ayah maupun ibu menderita

hipertensi maka anak - anaknya berisiko terkena hipertensi sebesar


21

50%. Risiko menderita hipertensi essensial semakin tinggi bila

baik ayah maupun ibu mengidap penyakit sebelumnya

(Widyningtyas,2009).

2. Faktor Yang Dapat Diubah atau Dikontrol

a. Obesitas

Timbulnya berbagai penyakit seperti obesitas biasanya

diikuti oleh keadaan antara lain hipertensi, diabetes melitus,

penyakit jantung seperti arterioklerosis, jantung koroner

(Pudiastuti,2011). Berat badan berlebihan merupakan suatu

bahaya terhadap kesehatan. Sebanyak 85% dari semua pengidap

diabetes dan 60% dari semua orang yang mengidap hipertensi

adalah orang-orang yang kelebihan berat badan. Penyebab

utama dari semua kelebihan berat badan adalah terlalu banyak.

b. Diabetes Melitus

Diabetes Melitus adalah gangguan kesehatan yang berupa

kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula

(glukosa) darah akibat kekurangan atau resistensi insulin

(Bustan,2007). Kadar gula yang tinggi dan berkepanjangn dapat

berakibat naiknya tekanan darah. Kadang tanda pertama yang

tampak pada penderita Diabetes Melitus adalah Hipertensi.

Konsentrasi gula yang tinggi dan konstan yang terserap dalam

aliran darah pada akhirnya tidak hanya menyebabkan Hipertensi


22

yang konstan, tetapi mungkin juga melemahkan kekuatan

pangkreas dalam menghasilkan insulin (Windyningtyas,2009)

c. Merokok

Rokok mengandung zat racun seperti tar, nikotin dan

karbon monoksida. Zat beracun tersebut akan menurunkan kadar

oksigen ke jantung, meningkatkan tekanan darah dan denyut nadi,

penurunan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik), peningkatan

gumpalan darah dan kerusakan endotel pembuluh darah coroner.

d. Konsumsi makanan Asin

Garam memiliki sifat mengikat cairan sehingga

mengkonsumsi garam dalam jumlah yang berlebihan secara terus -

menerus dapat berpengaruh secara langsung terhadap peningkatan

tekanan darah. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan

konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat, untuk

menormalkannya cairan intraseluler ditarik keluar, sehingga

volume cairan ekstraseluler meningkat menyebabkan

meningkatnya volume darah kemudian berdampak timbulnya

hipertensi.

e. Kurang olahraga

Kurangnya aktifitas fisik dapat menaikkan resiko tekanan

darah tinggi karena bertambahnya resiko untuk menjadi gemuk.

Orang yang kurang melakukan aktifitas cenderung mempunyai

detak jantung lebih cepat dan otot jantung harus bekerja lebih keras
23

pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus

memompa semakin besar pula kelakukan yang mendesak arteri

(Rohaendi, 2008).

f. Minum Alkohol

Alkohol dapat merusak jantung dan organ-organ lain,

termasuk pembuluh darah. Seseorang yang mempunyai kebiasaan

minum alkohol berlebih merupakan salah satu faktor resiko

penyakit hipertensi (Marliani, 2007).

g. Minum Kopi

Seseorang yang mempunyai kebiasaan minum kopi yang

didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75 – 200 mg kafein,

dimana dalam satu cangkir kopi tersebut berpotensi dapat

meningkatkan tekanan darah 5-10 mmHg.

h. Stress

Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer

dan curah jantung sehingga akan mensimulasi aktifitas saraf

simpatis. Hubungan stress dengan hipertensi yaitu melalui aktifitas

saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah

secara intermiten atau tidak menentu (Anggraini, 2009).

C. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang biasa diperoleh

dari panca indera. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang


24

maka semakin banyak sesuatu yang akan diamatinya tersebut. Selain

itu pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide konsep

dan pemahaman yang dimiliki manusia. Pengetahuan mencakup

penalaran dan pemahan manusia tentang segala sesuatu yang

mencakup praktek atau kemampuan dalam memecahkan persoalan

hidup yang belum dilakukan secara sistematis. Pengetahuan yang

baik dapat diperoleh dari beberapa faktor yaitu pengalaman dan

keterpaparan informasi. (Notoatmodjo, 2003)..

Pengetahuan menurut Reber (2010) dalam makna kolektifnya,

pengetahuan adalah kumpulan informasi yang dimiliki oleh seseorang

atau kelompok, atau budaya tertentu, sedangkan secara umum

pengetahuan menurut Reber (2010) adalah kelompok – kelompok

mental yang dihasilkan dari semua proses apapun, entah lahir dari

bawaan atau dicapai lewat pengalaman.

Berdasarkan beberapa definisi tentang pengetahuan dapat

disimpulkan bahwa pengetahuan adalah kumpulan informasi yang

didapat dari pengelaman atau sejak lahir yang menjadikan seseorang

itu tahu akan sesuatu. Proses tahu tersebut diperoleh dari proses

kenal, sadar, insaf, mngerti dan pandai.

2. Tingkat Pengetahuan

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan


25

tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu

yang spesifik, dan seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini

adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling redang. Kata

kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, mennyatakan dan sebagainya.

b) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramaikan dan sebagainya terhadap objek yang telah

dipelajari.

c) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagi kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi yang riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan

aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.


26

d) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi objek e dalam komponen-komponen tetapi masih di

dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

e) Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada.

f) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi

yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur

dapat kita sesuikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut.


27

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

a) Pengalaman

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari

pengalaman pribadi aupun dari pengalaman orang lain.

Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh

kebenaran suatu pengetahuan.

b) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam

pemberian respon terhadap sesuatu yang datangnya dari luar.

Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang

lebih rsional terhadap informasi yang dating an akan berpikir

sejauh mana keuntungan yang akan mereka dapatkan.

c) Paparan media massa atau informasi

Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik

berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat sehingga

seseorang yang lebih sering terpapar media assa (TV,radio,

majalah, dan lain-lain) akan memperoleh informasi yang lebih

banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar

informasi media massa.

d) Akses layanan kesehatan atau fasilitas kesehatan

Mudah atau sulitnya dalam mengakses layanan kesehatan

tentunya akan berpengaruh terhadap pengetahuan khususnya

dalam hal kesehatan. Pengukuran pengetahuan dapat dikaitkan


28

dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi

materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden

(Notoatmodjo, 2003).

D. Asupan

1. Lemak

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi,

yaitu faktor yang tidak dapat diubah dan dapat diubah. Faktor yang

tidak dapat diubah, yaitu umur, jenis kelamin, dan keturunan/faktor

genetik. Sedangkan, faktor yang dapat diubah, yaitu aktifitas fisik,

konsumsi lemak, status gizi, konsumsi natrium/garam, kebiasaan

merokok, kebiasaan konsumsi minuman beralkohol, dan stres.

Salah satu faktor penyebab hipertensi adalah asupan makanan.

Hal ini dikarenakan makanan mempunyai peranan yang berarti dalam

meningkatkan tekanan darah seperti konsumsi natrium yang

berlebihan, karbohidrat, protein dan lemak (Darmojo, 2001).

Konsumsi tinggi lemak dapat menyebabkan tekanan darah meningkat.

Konsumsi lemak yang berlebihan akan meningkatkan kadar kolesterol

dalam darah terutama kolesterol LDL dan akan tertimbun dalam

tubuh. Timbunan lemak yang disebabkan oleh kolesterol akan

menempel pada pembuluh darah yang lama-kelaman akan terbentuk

plaque. Terbentuknya plaque dapat menyebabkan penyumbatan

pembuluh darah atau aterosklerosis. Pembuluh darah yang terkena

aterosklerosis akan berkurang elastisitasnya dan aliran darah ke


29

seluruh tubuh akan terganggu serta dapat memicu meningkatnya

volume darah dan tekanan darah. Meningkatnya tekanan darah

tersebut dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi (Jansen, 2006).

Konsumsi lemak dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah

27% dari total energi dari energi total dan <6% adalah jenis lemak

jenuh (Karyadi,2002). Konsumsi lemak yang berlebih akan

meningkatkan kadar kolesterol dalam darah terutama kolesterol LDL.

Kolesterol akan menempel pada dinding pembuluh darah sehingga

akan terbentuk plaque yang lama-kelamaan akan menyumbat

pembuluh darah. Penyumbatan pembuluh darah disebut dengan

ateroklerosis. Pembuluh darah yang mengalami aterosklerosis akan

mengakibatkan resistensi dinding pembuluh darah meningkat yang

dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.

Meningkatnya tekanan darah secara terus-menerus akan

mengakibatkan hipertensi (Morrell, 2005).

2. Metode Semi quantitative Food Frequency Quotionaire (SFFQ)

Metode Semiquantitative Food Frequency Quotionaire sering

disingkat SFFQ adalah metode untuk mengetahui gambaran

kebiasaan asupan gizi individu pada kurun waktu tertentu

(hari,minggu, bulan dan tahun). Tujuan dari metode SFFQ adalah

untuk mengetahui rata-rata asupan zat gizi dalam sehari pada individu

(Par’i,2014).
30

Metode SFFQ hampir sama dengan metode FFQ (Food

Frequency Quotionaire), perbedaannya yaitu pada metode FFQ

peneliti tidak dapat mengetahui asupan zat gizi dalam sehari karena

metode FFQ hanya melihat kebiasaan makan tanpa menanyakan

seberapa besar yang dikonsumsi. Berbeda dengan metode SFFQ, pada

metode ini peneliti dapat mengetahui asupan zat gizi sehari, karena

pada metode SFFQ ditanyakan seberapa banyak yang dikonsumsi

dengan menggunakan indikator URT (Ukuran Rumah Tangga), dan

dari URT tersebut harus di konversikan ke dalam gram, sehingga

didapat asupan zat gizi (Fahmida & Dillon, 2007).

Sebelum melakukan wawancara pada individu dengan

menggunakan metode SFFQ , maka langkah yang harus dilakukan

sebelumnya adalah membuat form SFFQ yang bahan makanannya

disesuaikan dengan keadaan bahan makanan yang tersedia disuatu

tempat yang ingin diteliti.

Tahapan dalam pembuatan form SQ-FFQ adalah

mengelompokkan makanan sesuai jenis bahan makanan yang akan

diteliti dalam SFFQ, dengan cara :

1. Menemukan daftar bahan makanan dalam tabel daftar komposisi

bahan makanan (DKBM) atau melalui program software Nutri

Survey (NS) untuk item bahan makanan yang spesifik mengandung

zat gizi tertentu (zat gizi yang ingin diketahui) per 100 gr bahan

makanan.
31

2. Pilih semua daftar bahan makanan yang banyak dan tinggi

kandungan zat gizi tersebut.

3. Melakukan satu kali survey pendahuluan dengan melakukan

survey/recall 24 jam dalam komunitas tertentu untuk

mengidentifikasi sumber bahan makanan yang tersedia dan yang

umum dikonsumsi sesuai dengan lokasi penelitian dalam kaitannya

dengan sumber bahan makanan yang kaya akan sumber zat gizi

tertentu.

4. Menggunakan daftar DKBM atau NS sebagai dasar/pedoman

survey. Makanan yang tidak pernah atau tidak biasa dikonsumsi

(kurang dari 10% dari subjek) dikeluarkan dari daftar.

Beberapa kelebihan dalam penggunaan SFFQ ini adalah

bahwa SFFQ merupakan metode pengumpulan data yang

dikhususkan untuk mengetahui asupan zat gizi mikro secara

restrospektif, dimana dapat diketahui kisaran asupan zat gizi mikro

pada beberapa waktu sebelumnya (misal 1 bulan,3 bulan, 6 bulan

bahkan 1 tahun sebelumnya). Selain itu dengan SFFQ tidak hanya

mengetahui kebiasaan atau pola makan responden namun juga

dapat diketahui jumlah asupan zat gizi tersebut secara detail

(Fahmida & Dillon, 2007).

Selanjutnya apabila form sudah ditentukan, maka form

tersebut siap digunakan. Adapun prosedur penggunaan SFFQ

adalah:
32

1. Responden diwawancarai mengenai frekuensi mengkonsumsi

jenis makanan sumber zat gizi yang ingin diketahui, apakah

harian, mingguan, bulanan atau tahunan.

2. Responden diwawancarai mengenai ukuran rumah tangga dan

porsinya. Untuk memudahkan responden menjawab,

pewawancara menggunakan alat bantu gambar ukuran bahan

makanan.

3. Mengestimasi ukuran porsi yang dikonsumsi responden ke

dalam ukuran berat (gram).

4. Mengkonversi semua frekuensi daftar bahan makanan untuk

perhari.

5. Mengalikan frekuensi perhari dengan ukuran porsi (gram) untuk

mendapatkan berat yang dikonsumsi dalam gram/hari

6. Hitung semua daftar bahan makanan yang dikonsumsi

responden penelitian sesuai dengan yang terisi di dalam form.

7. Setelah semua bahan makanan diketahui berat yang dikonsumsi

dalam gram/hari, maka semua berat item dijumlahkan sehingga

diperoleh total asupan zat gizi dari subyek.

8. Cek dan teliti kembali untuk memastikan semua item bahan

makanan telah dihitung dan hasil penjumlahan berat (gr) bahan

makanan tidak terjadi kesalahan (Fahmida & Dillon, 2007).


33

E. Kerangka Teori

Usia

Jenis kelamin
Faktor yang tidak
dapat diubah atau
dikontrol Riwayat Keluarga

Genetik

Obesitas

Asupan Natrium

Asupan Lemak
Hipertensi
Pengetahuan

Kurang Olahraga
Faktor yang dapat
diubah atau
dikontrol Stress

Minum Kopi

Minum Alkohol

Konsumsi ikan asin

Merokok

Sumber : Sugiyono (2007) modifikasi

Gambar 2.1 Kerangka Teori


34

F. Kerangka Konsep

Tingkat Pengetahuan

Kejadian Hipertensi
Lansia

Asupan lemak

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat observasional deskriptif yaitu melakukan

pengamatan dan menggambarkan Tingkat Pengetahuan dan Asupan Lemak

pada Kejdian Hipertensi Lansia di Puskesmas Astambul Martapura.

B. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif yang

bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang

terjadi di dalam masyarakat (Notoatmodjo Soekidjo,2010). Dengan variabel

penelitian Tingkat Pengetahuan dan Asupan Lemak pada Kejadian Hipertensi

Lansia di Puskesmas Astambul Martapura.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Astambul Martapura dan waktu

penelitian bulan April 2020 .

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2010).

Populasi pada penelitian ini yaitu dengan jumlah 98 orang.

35
36

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi. (Notoatmodjo, 2010).

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah semua masyarakat

lanjut usia di Puskesmas Astambul Martapura

Jadi total jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 98 masyarakat

lanjut usia di Puskesmas Astambul Martapura.

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu

konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2010).

Variabel penelitian ini adalah kejadian hipertensi, tingkat

pengetahuan dan asupan lemak.

36
37

2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


1. Hipertensi Suatu kondisi saat Wawancara Kuesioner - Normal jika tekanan Nominal
tekanan darah berada darah <120/<80
pada nilai 140/90 - Hipertensi jika
ataulebih. tekanan darah
>140/>90
(JNC,VII)
2. Tingkat Pengetahuan adalah Memberikan Kuesioner - Baik : jika skor Ordinal
Pengetahuan sesuatu yang telah kuesioner yang jawaban
dipahami dan diketahui berisi pertanyaan pengetahuan ≥ 60%
masyarakat tentang - Kurang : jika skor
hipertensi. jawaban
pengetahuan <60%.
(Khomsan, A. 2006)
2. Asupan Lemak Asupan lemak adalah Wawancara FFQ Kuesioner - Rendah, jika Ordinal
jumlah dan jenis bahan Semi-Kuantitatif FFQ Semi konsumsi lemak
makanan sumber lemak kuantitatif ≤60gr / hari
yang dimakan setiap hari. - Tinggi jika
konsumsi lemak
>60gr / hari
(AKG,2019)
38

F. Metode Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak

langsung, yaitu:

1) Data kejadian hipertensi

2) Data tingkat pengetahuan

3) Data asupan lemak

2. Cara Pengumpulan Data

a. Data Sekunder

Data sekunder didapat dari studi dokumentasi tentang data

pengetahuan, data asupan lemak dan data kejadian hipertensi.

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Dalam suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu

langkah yang penting. Untuk memperoleh penyajian data sebagai hasil

yang berarti dan kesimpulan yang baik, diperlukan pengolahan data.

(Notoatmojo,2010).

a) Data kejadian hipertensi

Berdasarkan data dapat dikategorikan menjadi :

- Normal jika tekanan darah <120/<80

- Hipertensi jika tekanan darah >140/>90


39

b) Data asupan lemak

Asupan lemak dilihat dari frekuensi mengonsumsi bahan makanan

sumber lemak. Lanjut usia diwawancarai mengenai kebiasaan konsumsi

makanan sumber lemak dengan menggunakan kuesioner food frequency

Semi-Kuantitatif. Dapat dikategorikan menjadi :

- Rendah, jika konsumsi lemak ≤60gr / hari

- Tinggi jika konsumsi lemak >60gr / hari

c) Penilaian Pengetahuan

Tingkat pengetahuan remaja puteri dinilai dengan menggunakan

skala Guttman. Jika responden menjawab benar maka diberi nilai 1, jika

responden salah maka diberi nilai 0.

jumlahnilai benar
x 100 %
jumlah pertanyaan

Berdasarkan hasil persentase skor jawaban, tingkat pengetahuan

dikategorikan menurut Khomsan, A. (2006), yaitu sebagai berikut

dengan kategori :

- Baik apabila total skor yang didapat ≥ 60%.

- Kurang baik apabila total skor < 60%.

2. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif atau analisis

univariat. Analisis univariat adalah analisis yang menggambarkan suatu

data yang akan diolah baik sendiri maupun secara berkelompok (Riyanto,

2013).
40

Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran

distribusi frekuensi masing-masing variabel penelitian yang meliputi

gambaran tingkat pengetahuan dan asupan lemak pada kejadian hipertensi

lansia. Analisis dilakukan dengan memasukkan data ke masing-masing

tabel distribusi frekuensi dan dinarasikan secara deskriptif.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden maka

diperoleh data sebagai berikut :

1. Umur

Sesuai hasil pengumpulan data karakteristik responden, yaitu umur

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan umur


Kejadian Hipertensi Lansia di Puskesmas Astambul
Martapura
No. Kelompok Umur N %
1. 17 - 25 Tahun 1 1,0 %
2. 36 - 45 Tahun 10 10,2%
3. 46 - 55 Tahun 56 57,1%
4. 56 - 65 Tahun 31 31,6%
Total 98 100

Dari tabel tersebut diketahui bahwa lansia terbanyak pada rentang

umur 46 - 55 tahun yaitu 56 orang (57,1%).

2. Jenis Kelamin

Sesuai hasil pengumpulan data karakteristik responden, yaitu

umur dapat dilihat pada tabel berikut :


42

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan jenis


kelamin Kejadian Hipertensi Lansia di Puskesmas
Astambul Martapura
No. Kelompok Jenis Kelamin N %
1. Perempuan 57 58,2%
2. Laki – laki 41 41,8%
Total 98 100

Dari tabel tersebut diketahui bahwa jenis kelamin lansia

terbanyak pada perempuan yaitu 57 orang (58,2 %).

3. Pendidikan

Sesuai hasil pengumpulan data karakteristik responden, yaitu

pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan pendidikan


Kejadian Hipertensi Lansia di Puskesmas Astambul
Martapura
No. Pendidikan N %
1. SD/Sederajat 37 37,8%
2. SMP/Sederajat 15 15,3%
3. SMA/Sederajat 9 9,2%
4. Tidak sekolah 33 33,7%
5. S1 4 4,1%
Total 98 100

Sesuai table berikut diketahui bahwa lansia terbanyak pada

tingkat pendidikan SD/Sederajat yaitu 37 orang (37,8%).

B. Variabel yang diteliti


43

1. Kejadian Hipertensi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden

maka diperoleh data sebagai berikut :

Sesuai hasil pengumpulan data Kejadian hipertensi dapat dilihat

pada table berikut :

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Kejadian


Hipertensi Lansia di Puskesmas Astambul Martapura
No. Hipertensi N %
1. Normal 73 74,5%
2. Hipertensi 25 25,5 %
Total 98 100

Dari tabel tersebut diketahui bahwa tekanan darah pada lansia

menunjukkan banyak yang normal yaitu 73 orang (74,5%) dan yang

hipertensi 25 orang (25,5%)

2. Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden

maka diperoleh data sebagai berikut :

Sesuai hasil pengumpulan data tingkat pengetahuan dapat dilihat

pada tabel berikut :


44

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan tingkat


pengetahuan pada Kejadian Hipertensi di Puskesmas
Astambul Martapura.
No. Tingkat Pengetahuan N %
1. Baik 24 24,5%
2. Kurang 74 75,5%
Total 98 100

Sesuai tabel berikut diketahui hipertensi lansia terbanyak pada

tingkat pengetahuan kurang 74 orang (75,5%) dan tingkat pengetahuan

yang baik 24 orang (24,5%).

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan tabel silang


tingkat pengetahuan dan kejadian hipertensi di Puskesmas
Astambul Martapura.
No. Tingkat Tidak Hipertensi Hipertensi
Pengetahuan (Normal)
n % n %
1. Baik 15 20,5% 9 36%
2. Kurang 58 79,5% 16 64%
Jumlah 73 100% 25 100%

Sesuai tabel berikut diketahui pada tingkat pengetahuan lansia

yang mengalami hipertensi sebagian besar kurang (64%) begitu juga

pada lansia yang tidak hipertensi (normal) sebagian besar tingkat

pengetahuannya kurang (79,5%)

3. Asupan lemak

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden

maka diperoleh data sebagai berikut :


45

Sesuai hasil pengumpulan data asupan lemak dapat dilihat pada

table berikut :

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Asupan Lemak


pada Kejadian Hipertensi di Puskesmas Astambul
Martapura.
No. Asupan Lemak N %
1. Rendah 67 68,4%
2. Tinggi 31 31,6%
Total 98 100

Sesuai tabel berikut diketahui hipertensi lansia terbanyak pada

asupan lemak rendah 67 orang (68,4%) dan asupan lemak tinggi 31

orang (31,6%)

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan tabel silang


asupan lemak dan kejadian hipertensi di Puskesmas
Astambul Martapura.

No. Asupan Lemak Tidak Hipertensi Hipertensi


(Normal)
n % n %
1. Rendah 50 68,5% 17 68%
2. Tinggi 23 31,5% 8 32%
Jumlah 73 100% 25 100%

Sesuai tabel berikut diketahui pada asupan lemak lansia yang

mengalami hipertensi sebagian besar rendah (68%) begitu juga pada

lansia yang tidak hipertensi (normal) sebagian besar asupan lemak

rendah (68,5%)
BAB V

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

1. Umur

Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya

dipengaruhi oleh interaksi beragai faktor. Dengan bertambahnya usia,

maka tekanan darah juga akan meningkat. Umumnya seseorang akan

berisiko menderita hipertensi setelah usia 45 tahun. Serangan darah

tinggi baru muncul sekitar usia 40 tahun walaupun dapat terjadi pada

usia muda (Kumar, et al., 2005). Umur yang dijadikan patokan umur

lansia umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Di Indonesia batasan

lansia adalah 60 tahun ke atas (Nugroho, 2008). Durmin dalam Arisman

(2009) membagi lansia menjadi menjadi young elderly (60-75 tahun)

dan older elderly (75 tahun).

Pada penelitian ini didapatkan bahwa lansia penderita hipertensi

yang terbanyak berdasarkan tabel 4.1 yaitu pada lansia yang berumur

46 - 55 tahun. Menurut pendapat Wahyuningsih & Astuti, (2013) usia

stres, kebiasaan olahraga, usia, dan kegemukan adalah faktor yang

mempengaruhi hipertensi pada lanjut usia. Artinya dalam hal ini tidak

hanya usia yang menjadi prediktor dominan risiko hipertensi namun

46
47

faktor latihan, pola makan, obestitas menjadi faktor lain yang

berhubungan.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Dalimartha

(2008), bahwa penyakit hipertensi paling dominant pada kelompok

umur 31-55 tahun. Hal ini dikarenakan seiring bertambahnya usia,

tekanan darah akan cenderung meningkat. Penyakit hipertensi

umumnya berkembang pada saat umur seseorang mencapai paruh baya

yakni cenderung meningkat khususnya yang berusia lebih dari 40 tahun

bahkan pada usia lebih dari 60 tahun ke atas.

2. Jenis Kelamin

Pada umumnya risiko tekanan darah tinggi lebih tinggi pada laki-

laki daripada wanita, namun memasuki usia >45 tahun wanita

mempunyai risiko lebih tinggi dikarenakan wanita mulai memasuki usia

menopouse. Hal ini disebabkan terjadi penurunan produksi estrogen

yang akan berdampak pada kardiovaskuler dimana terjadi penurunan

elastisitas pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi oleh kelenturan

pembuluh darah dan perubahan hormonal maka dengan terjadinya

penurunan elastisitas pembuluh darah mengakibatkan terjadinya

aterosklerosis. Kondisi ini menyebabkan aliran darah terhambat dan

meningkatkan tekanan darah (Brown, 2007 didalam Susanti, 2017 ).

Sesuai hasil penelitian didapatkan bahwa lansia penderita

hipertensi terbanyak ada pada jenis kelamin perempuan yaitu 58,2%.

Dalam penelitian ini subjek yang banyak mengalami hipertensi adalah


48

perempuan. Menurut Singalingging (2011) rata-rata perempuan akan

mengalami peningkatan resiko tekanan darah tinggi (hipertensi) setelah

menopouse yaitu usia diatas 45 tahun. Perempuan yang belum

menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam

meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol

HDL rendah dan tingginya kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein)

mempengaruhi terjadinya proses aterosklerosis (Anggraini dkk, 2009).

Perempuan menopause merupakan kelompok yang rentan

terhadap kejadian hipertensi dan juga penyakit kardiovaskular lainnya.

Hal ini diperburuk lagi dengan kondisi menopause, yang umumnya

dimulai pada usia lansia awal, di mana pada usia tersebut individu akan

cenderung melakukan aktivitas fisik yang ringan, terjadinya perubahan

komposisi tubuh, dan penurunan beberapa fungsi organ-organ tubuh

seiring dengan bertambahnya usia (Widyaningrum, 2012)

3. Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat erat berkaitan dengan tingkat

pengetahuan seseorang. Menurut pendapat Ismawati (2013) yang

menyatakan bahwa pengetahuan sangat erat kaitannya dengan

pendidikan seseorang yang mana dengan pendidikan formalnya yang

tinggi bila dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya

lebih rendah. Namun, perlu ditekankan bahwa seseorang yang tingkat

pendidikannya rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.


49

Dari hasil penelitian berdasarkan tabel 4.3 didapatkan paling

banyak lansia penderita hipertensi memiliki pendidikan SD/Sederajat.

Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan darah

pada lansia karena tingkat pendidikan berpengaruh terhadap gaya hidup

seseorang yaitu seperti kebiasaan merokok, kebiasaan mengkonsumsi

alkohol, asupan makan, dan aktivitas fisik (Anggara dan Prayitno,

2013).

Tingkat pendidikan responden yang relatif rendah menyebabkan

kemampuan responden dalam memahami informasi tentang komplikasi

hipertensi menjadi kurang. Sadiman (2002) mengungkapkan bahwa

tingkat pendidikan berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam

memahami dan menelaah suatu informasi menjadi pengetahuan, hal

tersebut dikarenakan dalam pendidikan seseorang diajarkan tentang

memahami suatu informasi menjadi pengetahuan.

B. Kejadian Hipertensi

Peningkatan tekanan darah dianggap sebagai faktor risiko utama bagi

berkembangnya penyakit jantung dan berbagai penyakit vaskular pada

orang-orang yang telah lanjut usia. Hal ini disebabkan ketegangan yang

lebih tinggi dalam arteri sehingga menyebabkan hipertensi. Selain itu,

hipertensi pada lansia juga disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan, yang

lebih penting lagi, kemungkinan terjadinya peningkatan tekanan darah

tinggi karena bertambahnya usia lebih besar pada orang yang banyak
50

mengonsumsi makanan yang banyak mengandung garam (Widyaningrum S,

2012)

Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem

sirkulasi, Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi

homeostatis di dalam tubuh. Tekanan darah selalu diperlukan untuk daya

dorong mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena,

sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang menetap (Ibnu, 2006:

Anggara dan Nanang, 2013).

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa lansia

terbanyak adalah lansia yang tekanan darahnya normal yaitu sebanyak 73

orang (74,5%) , sedangkan yang hipertensi sebanyak 25 orang (25,5%). Dan

pada Menurut Mahmudah,dkk (2015) didalam penelitiannya menunjukkan

pada penelitian ini lebih banyak yang tidak hipertensi dibandingkan yang

hipertensi yaitu yang hipertensi 26,4% dan yang 73,6%, karena didalam

penelitiannya menyatakan bahwa hal ini terjadi karena adanya

ketidakseimbangan kadar tekanan darah pada responden. Hal ini dapat

dikarenakan responden selalu menjaga kadar tekanan darahnya dengan

mengatur pola makan seperti memperhatikan asupan natrium dan lemaknya

pun baik sehingga hal tersebut mengurangi lansia dari penyakit hipertensi.

Penelitian ini pun juga sejalan dengan Masfufah (2015) yang

dilakukkan di Desa Blulukan Kecamatan Colomadu, Kabupaten

Karanganyar. hasil penelitiannya menunjukkan lebih banyak tekanan darah

yang normal daripada tekanan darah yang tinggi yaitu 55,8% tekanan darah
51

normal dan 44,2% tekanan darah tinggi hal tersebut dikarenakan pada

penelitian ini asupan natrium dan asupan lemaknya baik, dan juga seperti

yang diketahui bahwa salah satu faktor yang mengakibatkan hipertensi

adalah seperti konsumsi natrium, konsumsi lemak, usia, riwayat keluarga,

dan adanya penyakit lain yang menyertainya (Nurkhalida, 2003).

Pada penelitian ini didapatkan hasil lebih banyak responden yanng

normal dibandingkan dengan responden yang hipertensi, hal ini bisa saja

disebabkan bahwa pada lansia kemungkinan masih menjaga pola makannya

seperti mengkonsumsi asupan natriumnya masih tergolong aman,

mengkonsumsi asupan lemaknya pun masih dalam batas aman, sehingga

masih banyak lansia yang jarang terkena hipertensi.

C. Tingkat Pengetahuan

Memberikan pengetahuan tentang kebiasaan hidup yang baik akan

terjadi peningkatan mutu pengetahuan dan perilaku kesehatan dalam diri

individu yang berdasarkan kesadaran dan kemauan individu yang

bersangkutan, pengetahuan seseorang akan bertambah dengan diperolehnya

informasi-informasi tertentu sehingga akan terjadi peningkatan

pengetahuan. Dengan peningkatan pengetahuan tersebut maka akan terjadi

peningkatan terhadap derajat kesehatan dalam diri individu yang

berdasarkan kesadaran dan kemauan individu untuk mencegah suatu

penyakit (Sarwono, 2006 didalam Manarung 2018) .

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa lansia

terbanyak adalah lansia yang pengetahuannya kurang yaitu sebanyak 74


52

orang (75,5%) , sedangkan yang pengetahuannya baik sebanyak 24 orang

(24,5%). Dan pada hasil penelitian tabel silang diketahui pada tingkat

pengetahuan lansia yang mengalami hipertensi sebagian besar kurang

(64%) begitu juga pada lansia yang tidak hipertensi (normal) sebagian besar

tingkat pengetahuannya kurang (79,5%).

Menurut pendapat Manarung (2018), penyebab kurangnya

pengetahuan lansia tentang pencegahan Hipertensi di Desa Gotting

Sidodadi Lansia tidak berusaha untuk memperoleh informasi – informasi

tentang cara pencegahan diare dan pada umumnya Lansia tidak begitu aktif

dalam kegiatan posyandu Lansia untuk mengikuti penyuluhan yang

berguna untuk menambah pengetahuan Lansia, serta kurangnya peran serta

keluarga dalam pemberian dukungan terhadap kesehatan pada lansia

terutama terhadap pencegahan hipertensi.

Dalam penelitian Wang & Vasan (2005) disebutkan bahwa

kurangnya pengetahuan pasien mengenai hipertensi menjadi salah satu

penyebab tidak terkontrolnya tekanan darah pasien. Berdasarkan hal

tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin meningkatnya pengetahuan

pasien tentang hipertensi akan mendorong seseorang untuk berperilaku

yang lebih baik dalam mengontrol hipertensi sehingga tekanan darahnya

tetap terkendali. Perilaku yang baik tersebut bisa diterapkan dengan

mengubah gaya hidup seperti membatasi makanan yang berlemak,

mengurangi makanan bergaram, tidak merokok, tidak mengkonsumsi

alkohol, olahraga yang teratur, dan menghindari stres. Pengetahuan pasien


53

mengenai hipertensi juga berpengaruh pada kepatuhan pasien dalam

melakukan pengobatan. (Hannys, 2018)

Menurut pendapat Sustrani et al (2005) yang menyatakan bahwa

pengetahuan dan kesadaran pasien mengenai tekanan darah memegang

peranan penting dalam kemampuan untuk mencapai kesuksesan

pengendalian tekanan darah pada hipertensi.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh Alexander et al (2003) yang

mengungkapkan bahwa pengetahuan dan kesadaran pasien mengenai

hipertensi merupakan faktor penting dalam mencapai kontrol tekanan

darah serta memainkan peranan penting dalam kemampuan mengontrol

hipertensi. Pengetahuan dan kesadaran pasien mengenai hipertensi

berhubungan secara signifikan dengan kepatuhan pengobatan hipertensi

(Al-Yahya et al, 2006).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan masih

banyak pasien hipertensi yang mempunyai pengetahuan kurang mengenai

penyakitnya. Untuk itu perlu dilakukan upaya pendidikan kesehatan

mengenai hipertensi kepada masyarakat melalui penyuluhan oleh tenaga

kesehatan guna meningkatkan pengetahuan pasien tentang hipertensi.

Pendidikan kesehatan merupakan usaha atau kegiatan untuk membantu

individu, kelompok, atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan

(perilaku) untuk mencapai kesehatan secara optimal (Notoatmodjo, 2007).

Perubahan sikap dalam kehidupan manusia menurut teori Bloom

dalam Notoatmodjo (2003) terjadi melalui tiga tahap. Tahap pertama


54

adalah pengetahuan yang merupakan hasil tahu setelah seseorang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat

pengetahuan yang dimiliki seseorang meliputi faktor pendidikan,

pengalaman, informasi, lingkungan dan budaya serta kondisi sosial

ekonomi seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Maryono (2009) mengatakan bahwa pengetahuan yang baik akan

mampu merubah gaya hidup dengan cara berhenti merokok sedini

mungkin, berolahraga secara teratur, perbaikan diet, hindari stres serta

hindari pola hidup tidak sehat.

Menurut Notoadmodjo (2012) pengetahuan dipengaruhi oleh

pendidikan, sumber informasi dan pengalaman. Pengetahuan responden

mayoritas dipengaruhi oleh faktor sumber informasi dan mayoritas tingkat

pendidikan responden. Hasil penelitian Rogers menyatakan bahwa

pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan

dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng

(Notoadmodjo, 2007).

Pengetahuan tidak hanya didapat secara formal melainkan juga

melalui pengalaman. Selain itu pengetahuan juga didapat melalui sarana

informasi yang tersedia di rumah, seperti radio dan televisi. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga sehingga


55

penggunaan pancaindra terhadap suatu informasi sangat penting. Hal ini

dikarenakan jika seseorang memiliki pengetahuan tentang penyakit

hipertensi seperti akibat dari penyakit tersebut jika tidak minum obat atau

tidak kontrol tekanan darah secara rutin maka akan mengakibatkan

komplikasi penyakit sehingga mereka meluangkan waktunya untuk

kontrol tekanan darah (Locke dalam Ekarini, 2012 didalam Jaeynisha

Mathavan, 2017).

D. Asupan Lemak

Konsumsi lemak yang berlebihan dapat menimbulkan risiko

hipertensi karena akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah.

Kolesterol tersebut akan melekat pada dinding pembuluh darah yang lama-

kelamaan pembuluh darah akan tersumbat diakibatkan adanya plaque dalam

darah yang disebut dengan aterosklerosis. Plaque yang terbentuk akan

mengakibatkan aliran darah menyempit sehingga volume darah dan tekanan

darah akan meningkat (Morrell, 2005).

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa lansia

terbanyak adalah lansia yang asupan lemaknya cukup yaitu sebanyak 67

orang (68,4%) , sedangkan yang asupan lemaknya tinggi sebanyak 31 orang

(31,6%). Dan pada hasil penelitian table silang diketahui pada asupan lemak

lansia yang mengalami hipertensi sebagian besar rendah (68%) begitu juga

pada lansia yang tidak hipertensi (normal) sebagian besar asupan lemak

rendah (68,5%)
56

Menurut pendapat Sarasaty (2011) dia berpendapat pada penelitian

yang ia lakukkan menunjukan tidak ada hubungan yang berarti, dikarenakan

ada faktor lain yang menyebabkan meningkatnya tekanan darah, seperti

konsumsi natrium, usia, riwayat keluarga, dan adanya penyakit lain yang

menyertainya (Nurkhalida, 2003).

Penelitian lain oleh Nurarima (2012) yang dilakukan di Desa

Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang juga menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan konsumsi lemak dengan peningkatan tekanan darah. Konsumsi

lemak jenuh yang berlebih dapat meningkatkan risiko aterosklerosis yang

dapat meningkatkan tekanan darah. Akibat penumpukan plak tersebut

terjadi peningkatan resistensi pada dinding pembuluh dan terjadi

penyempitan yang memicu peningkatan denyut jantung dan volume aliran

darah yang berakibat pada meningkatnya tekanan darah. Penurunan

konsumsi lemak jenuh yang bersumber dari hewan dan peningkatan

konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran,

bijibijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapatmenurunkan

tekanan darah.

Kemenkes RI (2012) menyatakan bahwa mengonsumsi bahan

makanan sumber lemak yang berlebihan dapat meningkatkan risiko

terjadinya penyakit hipertensi, hal ini menunjukkan bahwa konsumsi lemak

yang tidak berlebihan dapat membantu menurunkan risiko hipertensi. Hal

ini juga sejalan dengan Dauchet, et al. (2007) yang menyatakan bahwa

menurunkan konsumsi lemak, dapat membantu penurunan tekanan darah


57

Begitu juga pendapat dari Rita Ismuningsih (2013) menyatakan

berdasarkan hasil penelitian konsumsi lemak terhadap tekanan darah

menunjukkan bahwa dari 22 responden dengan asupan lemak baik sebanyak

17 responden memiliki tekanan darah terkendali. Hal ini disebabkan,

sebagian besar responden tidak melakukan olahraga (Ismano, 2013) dan

pembatasan asupan natrium yang kurang (Aliffian, 2013).

Secara teoritis makanan yang berlemak dapat meningkatkan risiko

hipertensi. Jenis lemak yang berbahaya terhadap peningkatan tekanan darah

adalah jenis lemak jenuh yang terdapat pada bahan pangan hewani. Hal ini

disebabkan lemak jenuh cenderung meningkatkan kadar kolesterol darah

dan trigliserida (Nugraheni, Suryandari, dan Aruben, 2008).

Konsumsi lemak responden termasuk dalam kategori cukup, hal ini

menunjukkan bahwa hipertensi pada lansia kemungkinan tidak disebabkan

oleh asupan lemak, karena lemak yang dikonsumsi responden masih dalam

batas aman. Hipertensi pada responden kemungkinan disebabkan oleh

perubahan sruktur dan fungsi dari pembuluh darah, dimana semakin

bertambah usia maka semakin mengalami penurunan fungsi. Pembuluh

darah akan semakin mengeras dan kaku serta tidak elastis sehingga

mempengaruhi tekanan darah.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Karakteristik lansia yang menderita hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Astambul Martapura adalah 57,1% berumur 46 - 55 tahun,

58,2% berjenis kelamin perempuan dan 37,8% berpendidikan

SD/sederajat.

2. Lansia yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Martapura

adalah 74,5% yang tekanan darahnya normal dan yang hipertensi 25,5%

3. Pengetahuan lansia tentang Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Astambul Martapura adalah 75,5% tingkat pengetahuan kurang dan

tingkat pengetahuan baik 24,5%

4. Asupan lemak lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul Martapura

adalah 68,4% yang asupan lemak rendah dan asupan lemak tinggi 31,6%

58
59

B. Saran

1. Bagi Lansia

Diharapkan kepada lansia dapat mempertahankan asupan lemakya

agar tetap stabil dan lebih memperhatikan atau mencari informasi

mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi penyakit hipertensi sehingga

akan meningkatkan upaya untuk pencegahan penyakit hipertensi.

2. Bagi puskesmas Astambul Martapura

Diharapkan dapat melakukan penyuluhan secara rutin kepada

masyarakat seperti penyuluhan terkait masalah hipertensi lansia, sehingga

akan meningkatkan pengetahuan lansia terhadap kejadian hiprtensi lansia

dan juga akan mendorong program kesehatan dan gizi diwilayah kerja

puskesmas.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menjadikan penelitian ini sebagai referensi dan

dapat melakukan penelitian dengan variabel yang berbeda.


DAFTAR PUSTAKA

Aliffian, I. 2013. Hubungan Asupan Natrium, Kalium, Magnesium terhadap


Tekanan Darah Penderita Hipertensi Rawat Jalan di RS PKU
Muhammadiyah Surakarta. Karya Tulis Ilmiah Surakarta Fakultas Ilmu
Kesehatan UMS.

Andra. 2006. Memilih Terapi Optimal Untuk Hipertensi

Arisman. 2009. Gizi Dalam Daur Hidup.Edisi II. Jakarta: EGC.

Aisyiyah Nur Farida. 2012. Faktor Risiko Hipertensi pada empat


Kabupaten/Kota dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi

Anggara, FHD., dan Prayitno, N. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012 .
Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes MH. Thamrin. Jakarta.
Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5(1):20-25.

Anggraini, dkk. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Hipertensi Pada Pasien yang berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas
Bangkinang Periode Januari 2009

Alexander M., Gordon N.P., Davis C.C., & Chen R.S., 2003. Patient Knowledge
and Awareness of Hypertension Is Suboptimal: Results From a Large Health
Maintenance Organization. The Journal of Clinical Hypertension. 5: 254-60.

Al-Yahya A.A., Al-Mehza A.M., & Al-Ghareeb., 2006. Comparison of


Compliance Versus Non- Compliance to Anty-hypertensive Agents in
Primary Health Care-An Area Based Study. Kuwait Medical Journal. 38:
28-32 http://www.kma.org.kw/KMJ/Issues/March2006/Original%206
Comparison%20of%20Complia.pdf.

Anggara, THD dan Nanang, P. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni Cikarang Barat Tahun 2012.
Jurnal Ilmiah Kesehatan.

Bustam. 2007 .Epidemiologi Penyakit Tidak Menular . Jakarta. PT Rineka Cipta.

Darmojo B. Mengamati Perjalanan Epidemiologi Hipertensi di Indonesia.


Jakarta: Pustaka Medika; 2001.

Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar, 2018. Data Hipertensi.

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, 2018. Data Hipertensi.


Dedullah Fardya Rilie Malonda S.H Nancy Joseph S.Baren Woodford. 2013.
Hubungan Antara Faktor Risiko Hipertensi Dengan Kejadian Hipertensi
Pada Masyarakat Di Kelurahan Motoboi Kecil Kecamatan Kotamobagu
Selatan Kota Kotamobagu.

Fathina, UA. 2007. Hubungan Asupan Sumber Lemak dan Indeks Massa Tubuh
(IMT) dengan Tekanan Darah Penderita Hipertensi. Skripsi Semarang
UNDIP.

Fahmida, U., Dillon, D. H. 2007. Nutritional Assesment. Universitas


Indonesia. Jakarta 76

Febby, A. D. H., & Prayitno, N. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni , Jurnal Ilmiah
Kesehatan, Vol.5 No.1; Jan 2013.

Hartono, A 2013, Edisi 2 terapi gizi dan diet rumah sakit, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Ismanto, I. 2013. Hubungan Kebiasaan Olahraga terhadap Tekanan Darah


Penderita Hipertensi Rawat Jalan di RS PKU Muhammadiyah Surakarta.
Karya Tulis Ilmiah Surakarta Fakultas Ilmu Kesehatan UMS.

I Made Sutaraga. 2017. Hipertensi Dan Penatalaksanaannya. Program Studi


Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Jansen Silalahi. 2006. Makanan Fungsional. Yogyakarta: Kanisius. h.118-24.

Jaeynisha Mathavan. Gde Ngurah Indraguna Pinatih.2017. Gambaran Tingkat


Pengetahuan Terhadap Hipertensi Dan Kepatuhan Minum Obat Pada
Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kintamani I, Bangli-Bali.
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas
Udayana.

JNC VII. 2003. The seventh report of the Joint National Committee
on prevention,detection,evaluation, and treatment of high blood pressure.
Hypertension, http://hyper.ahajournals.org/cgi/content/full/42/6/1206.

Kumar, V. Abbas, AK., sdan Fausto, N. 2005. Hypertensive Vascular Disease.


Dalam: Robin and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th edition.
Philadelpia: elsevier Saunders.

Kushariyadi, 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta:


Salemba Medika.

Kemenkes.RI. 2014. Pusdatin Hipertensi. Infodatin, (Hipertensi), Hal 1–7.


Mahmudah Solehatul, dkk. 2015. Hubungan gaya hidup dan pola makan Dengan
kejadian hipertensi pada lansia di Kelurahan sawangan baru Kota depok
tahun 2015. Program Studi S1 Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta.

Marliani L, S Tantan. 2007. 100 Questions & Answer Hipertensi. Jakarta: Elex
Media Komputindo

Mathavan Jaeynisha. 2017. Gambaran tingkat pengetahuan terhadap hipertensi


dan kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas kintamani I, Bangli-Bali. Program Studi Pendidikan Dokter.

Morrell. 2005. Kolesterol. Erlangga: Jakarta.

Mike Rahayu Susanti. 2017. Hubungan Asupan Natrium dan Kalium dengan
Tekanan Darah pada Lansia di Kelurahan Pajang. Fakultas ilmu kesehatan
Universitas muhammadiyah Surakarta.

Mujahidullah, Khalid. 2012. Keperawatan Geriatrik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Manarung Nixson. 2018. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Lansia Dengan


Pencegahan Hipertensi Di Desa Gotting Sidodadi Kabupaten Asahan

Masfufah Binti Rumi. 2015. Hubungan Asupan Lemak Dan Natrium Dengan
Tekanan Darah Pada Lansia Di Desa Blulukan Kecamatan Colomadu,
Kabupaten Karanganyar. Program studi ilmu gizi Fakultas ilmu kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Mahmudah Solehatul, dkk. 2015. Hubungan Gaya Hidup Dan Pola Makan
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Kelurahan Sawangan Baru.
Program Studi S1 Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta.

M. Ikhwan, dkk. 2013. Hubungan Faktor Pemicu Hipertensi dengan Kejadian


Hipertensi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal.

Maryono, D. 2009. Penyakit Jantung. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.

Nurrahmani, U 2011, Stop hipertensi, Familia, Yogyakarta.

Nurkhalida. 2003.Warta Kesehatan Masyarakat . Jakarta: Depkes RI.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta:


PT. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rienika Cipta.
Jakarta.
Notoatmodjo. S. 2010. Metode penelitian kesehatan. Renika Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rienika Cipta.


Jakarta
Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta : EGC.

Novitaningtyas Tri. 2014. Hubungan Karakteristik (Umur, Jenis Kelamin, Tingkat


Pendidikan) Dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia
Dikelurahan Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.
Program studi gizi Fakultas ilmu kesehatan Universitas muhammadiyah
Surakarta.

Nurarima, A. 2012. Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di Desa Kabongan


Kidul, Kabupaten Rembang, 1–26.

Prasetyaningrum, YI 2014, Hipertensi bukan untuk ditakuti, Fmedia (Imprint


AgroMedia Pustaka), Jakarta.

Pudiastuti.2011. Penyakit Pemicu stroke . Yogyakarta. Nuha Medika

Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018. Kementerian Kesehatan RI.


Jakarta.

Reber, S.A., Reber, S.E. 2010. Kamus Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rohaendi, (2008). Klasifikasi Hipertensi. Jakarta.

Sunardi, Y 2012, Sehat itu pilihan gaya hidup sehat tanpa repot, ANDI,
Yogyakarta.

Sheps. S.G. 2005. Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.
Jakarta.

Sustrani et al. 2005. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Sakinah Siwi Mulyani. 2019. Asuhan keperawatan lansia dengan hipertensi Di


panti tresna werdha nirwana puri Samarinda. Poltekkes Kemenkes
Kalimantan Timur.

Sutanto 2010, Cekal (cegah & tangkal) penyakit modern, ANDI, Yogyakarta.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.
Sugiharto, A. 2007. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat
(Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar). Tesis Semarang Universitas
Diponegoro.

Wahyuningsih, dkk. 2013. Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi pada Usia


Lanjut. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta.

Wahyuningsih. Endri Astuti. 2013. Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi pada


Usia Lanjut. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta.

Wang T.J., & Vasan R.S., 2005. Epidemiology of Uncontrolled Hypertension in


the United States. Journal of the American Heart Association. 112: 1651-62.
http://circ.ahajournals.org/cgi/content/ful l/circulationaha;112/11/1651.

Wallace, Meredith. 2007. Essentials of Gerontological Nursing. New York:


Springer Publishing Company

Windyningtyas, M. 2009. “Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada


Laki-Laki Dewasa Di Puskesmas Petang I Kabupaten Badung Tahun
2009” (skripsi). Denpasar: Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Udayana.

Widyaningrum S. Hubungan antara konsumsi makanan dengan kejadian


hipertensi pada lansia: Studi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember.
Skripsi. Jember: Bagian Gizi Kesmas FKM Universitas Jember, 2012.

WHO (2015), World Health Day 2015 : Measure your blood pressure, reduce
yourrisk.http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2013/world
_health_day_20 130403/ en/. Diunduh pada 2 April 2020.
LAMPIRAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
Jalan Haji Mistar Cokrokusumo No. 1A Banjarbaru 70714

Telp. (0511) 4773267 - 4780516 - 4781619 Fax (0511) 4772288

e-mail : poltekkes_banjarmasin@yahoo.co.id, kepeg_poltekesbjm@yahoo.co.id

Jurusan Kesling (0511) 4781131 ; Keperawatan (0511) 4772517 ; Kebidanan (0511) 3268018 ;

Gizi (0511) 4368621 : Keperawatan Gigi (0511) 4772721 ; Analis Kesehatan (0511) 4772718

PERNYATAAN SIAP UJIAN LAPORAN TUGAS AKHIR

Mahasiswa yang tersebut di bawah ini :

Nama : Siti Noor Annisa

NIM : P07131117123

Judul Proposal : Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Asupan Lemak pada

Kejadian Hipertensi Lansia di Puskesmas Astambul

Martapura

Dinyatakan siap untuk mengikuti ujian Laporan Tugas Akhir

Demikian surat ini dibuat agar dapat dipergunakan seperlunya.

Banjarbaru, April 2020

Pembimbing I

Yasir Farhat, SKM.,MPH


NIP.197009281991031002
OUTPUT SPSS

Statistics
Umur
N Valid 98
Missing 0

Umur
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 17-25 1 1.0 1.0 1.0
36-45 10 10.2 10.2 11.2
46-55 56 57.1 57.1 68.4
56-65 31 31.6 31.6 100.0
Total 98 100.0 100.0

Statistics
JenisKelamin
N Valid 98
Missing 0

Jenis Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki-Laki 41 41.8 41.8 41.8
Perempuan 57 58.2 58.2 100.0
Total 98 100.0 100.0
Pendidikan
N Valid 98
Missing 0

Pendidikan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak 33 33.7 33.7 33.7
Sekolah
SD 37 37.8 37.8 71.4
SMP 15 15.3 15.3 86.7
SMA 9 9.2 9.2 95.9
S1 4 4.1 4.1 100.0
Total 98 100.0 100.0

N Valid 98
Missing 0

Kategori TD
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Normal 73 74.5 74.5 74.5
Hipertensi 25 25.5 25.5 100.0
Total 98 100.0 100.0

Statistics
Tekanan Darah
N Valid 98
Missing 0
Tekanan Darah
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 100/70 5 5.1 5.1 5.1
100/80 6 6.1 6.1 11.2
100/90 2 2.0 2.0 13.3
110/70 2 2.0 2.0 15.3
110/80 11 11.2 11.2 26.5
110/82 1 1.0 1.0 27.6
110/90 1 1.0 1.0 28.6
120/70 2 2.0 2.0 30.6
120/80 21 21.4 21.4 52.0
120/90 6 6.1 6.1 58.2
130/80 7 7.1 7.1 65.3
130/90 5 5.1 5.1 70.4
135/80 1 1.0 1.0 71.4
140/80 2 2.0 2.0 73.5
140/90 9 9.2 9.2 82.7
150/100 1 1.0 1.0 83.7
150/80 1 1.0 1.0 84.7
150/90 2 2.0 2.0 86.7
160/100 1 1.0 1.0 87.8
160/80 1 1.0 1.0 88.8
160/90 3 3.1 3.1 91.8
160/99 1 1.0 1.0 92.9
163/80 1 1.0 1.0 93.9
180/100 2 2.0 2.0 95.9
180/90 1 1.0 1.0 96.9
90/70 1 1.0 1.0 98.0
90/80 2 2.0 2.0 100.0
Total 98 100.0 100.0
Statistics
Pengetahuan
N Valid 98
Missing 0

Pengetahuan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Baik 24 24.5 24.5 24.5
Kurang 74 75.5 75.5 100.0
Total 98 100.0 100.0

Statistics
Kategori Asupan Lemak
N Valid 98
Missing 0

Kategori Asupan Lemak


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Rendah 67 68.4 68.4 68.4
Tinggi 31 31.6 31.6 100.0
Total 98 100.0 100.0

Statistics
Asupan Lemak
N Valid 98
Missing 0

Asupan Lemak
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0.27 gr/hari 1 1.0 1.0 1.0
10 gr/hari 1 1.0 1.0 2.0
10,67 gr/hari 1 1.0 1.0 3.1
10.54 gr/hari 1 1.0 1.0 4.1
11 gr/hari 1 1.0 1.0 5.1
11,66 gr/hari 1 1.0 1.0 6.1
112 gr/hari 1 1.0 1.0 7.1
12 gr/hari 1 1.0 1.0 8.2
120.36 1 1.0 1.0 9.2
gr/hari
123 gr/hari 1 1.0 1.0 10.2
14.8 gr/hari 1 1.0 1.0 11.2
15 gr/hari 1 1.0 1.0 12.2
15,23 gr/hari 1 1.0 1.0 13.3
150 gr/hari 1 1.0 1.0 14.3
16 gr/hari 2 2.0 2.0 16.3
16.9 gr/hari 1 1.0 1.0 17.3
162 gr/hari 1 1.0 1.0 18.4
17,98 gr/hari 1 1.0 1.0 19.4
179 gr/hari 1 1.0 1.0 20.4
18 gr/hari 1 1.0 1.0 21.4
196 gr/hari 1 1.0 1.0 22.4
20.2 gr/hari 1 1.0 1.0 23.5
20.9 gr/hari 1 1.0 1.0 24.5
202.31 1 1.0 1.0 25.5
gr/hari
212 gr/hari 1 1.0 1.0 26.5
23,15 gr/hari 1 1.0 1.0 27.6
23,67 gr/hari 1 1.0 1.0 28.6
24 gr/hari 1 1.0 1.0 29.6
250,47 1 1.0 1.0 30.6
gr/hari
286 gr/hari 1 1.0 1.0 31.6
30 gr/hari 2 2.0 2.0 33.7
30.2 gr/hari 1 1.0 1.0 34.7
30.5 gr/hari 1 1.0 1.0 35.7
33,34 gr/hari 1 1.0 1.0 36.7
33,5 gr/hari 1 1.0 1.0 37.8
36 gr/hari 2 2.0 2.0 39.8
36.8 gr/hari 1 1.0 1.0 40.8
36.87 gr/hari 1 1.0 1.0 41.8
37 gr/hari 1 1.0 1.0 42.9
37.5 gr/hari 1 1.0 1.0 43.9
39 gr/hari 1 1.0 1.0 44.9
4,9 gr/hari 1 1.0 1.0 45.9
40 gr/hari 2 2.0 2.0 48.0
40,65 gr/hari 1 1.0 1.0 49.0
41.2 gr/hari 1 1.0 1.0 50.0
45.76 gr/hari 1 1.0 1.0 51.0
46,96 gr/hari 1 1.0 1.0 52.0
47 gr/hari 1 1.0 1.0 53.1
47,17 gr/hari 1 1.0 1.0 54.1
49 gr/hari 1 1.0 1.0 55.1
50,2 gr/hari 1 1.0 1.0 56.1
50.23 gr/hari 1 1.0 1.0 57.1
53 gr/hari 1 1.0 1.0 58.2
54,3 gr/hari 1 1.0 1.0 59.2
55.1 gr/hari 1 1.0 1.0 60.2
55.22 gr/hari 1 1.0 1.0 61.2
56 gr/hari 1 1.0 1.0 62.2
56.90 gr/hari 1 1.0 1.0 63.3
57 gr/hari 1 1.0 1.0 64.3
57,5 gr/hari 1 1.0 1.0 65.3
57,6 gr/hari 1 1.0 1.0 66.3
58,04 gr/hari 1 1.0 1.0 67.3
58.54 gr/hari 1 1.0 1.0 68.4
59.23 gr/hari 1 1.0 1.0 69.4
60,9 gr/hari 1 1.0 1.0 70.4
60,91 gr/hari 1 1.0 1.0 71.4
62,58 gr/hari 1 1.0 1.0 72.4
63 gr/hari 2 2.0 2.0 74.5
64.76 gr/hari 1 1.0 1.0 75.5
642 gr/hari 1 1.0 1.0 76.5
65 gr/hari 1 1.0 1.0 77.6
66 gr/hari 1 1.0 1.0 78.6
66,2 gr/hari 1 1.0 1.0 79.6
67 gr hari 1 1.0 1.0 80.6
67,58 gr/hari 1 1.0 1.0 81.6
67,98 gr/hari 1 1.0 1.0 82.7
67.14 gr/hari 1 1.0 1.0 83.7
69 gr/hari 1 1.0 1.0 84.7
70 gr/hari 1 1.0 1.0 85.7
71,11 gr/hari 1 1.0 1.0 86.7
72 gr/hari 1 1.0 1.0 87.8
75,1 gr/hari 1 1.0 1.0 88.8
76 gr/hari 2 2.0 2.0 90.8
78.9 gr/hari 1 1.0 1.0 91.8
8,46 gr/hari 1 1.0 1.0 92.9
84,47 gr/hari 1 1.0 1.0 93.9
85,23 gr/hari 1 1.0 1.0 94.9
87.12 gr/hari 1 1.0 1.0 95.9
88.7 gr/hari 1 1.0 1.0 96.9
90.4 gr/hari 1 1.0 1.0 98.0
93.85 gr/hari 1 1.0 1.0 99.0
98 gr/hari 1 1.0 1.0 100.0
Total 98 100.0 100.0

Pengetahuan * Kategori TD Crosstabulation


Kategori TD
Normal Hipertensi Total
Pengetahuan Baik Count 15 9 24
% within 62.5% 37.5% 100.0%
Pengetahuan
% within Kategori 20.5% 36.0% 24.5%
TD
% of Total 15.3% 9.2% 24.5%
Kurang Count 58 16 74
% within 78.4% 21.6% 100.0%
Pengetahuan
% within Kategori 79.5% 64.0% 75.5%
TD
% of Total 59.2% 16.3% 75.5%
Total Count 73 25 98
% within 74.5% 25.5% 100.0%
Pengetahuan
% within Kategori 100.0% 100.0% 100.0%
TD
% of Total 74.5% 25.5% 100.0%

Kategori Asupan Lemak * Kategori TD Crosstabulation


Kategori TD
Normal Hipertensi Total
Kategori Asupan Rendah Count 50 17 67
Lemak % within Kategori 74.6% 25.4% 100.0%
Asupan Lemak
% within Kategori TD 68.5% 68.0% 68.4%
% of Total 51.0% 17.3% 68.4%
Tinggi Count 23 8 31
% within Kategori 74.2% 25.8% 100.0%
Asupan Lemak
% within Kategori TD 31.5% 32.0% 31.6%
% of Total 23.5% 8.2% 31.6%
Total Count 73 25 98
% within Kategori 74.5% 25.5% 100.0%
Asupan Lemak
% within Kategori TD 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 74.5% 25.5% 100.0%
Nama Umur Jenis_Kelamin Pendidikan Tekanan_Darah Kategori_TD Pengetahuan Asupan_Lemak Kategori_Asupan_Lemak
AR 48 Laki-Laki SMP 135/80 Normal Kurang 47,17 gr/hari Rendah
SR 59 Perempuan Tidak Sekolah 130/80 Normal Kurang 24 gr/hari Rendah
MY 54 Laki-Laki SD 120/80 Normal Kurang 72 gr/hari Tinggi
AH 59 Laki-Laki SD 130/80 Normal Kurang 57,6 gr/hari Rendah
SM 59 Laki-Laki SMP 120/90 Normal Kurang 40,65 gr/hari Rendah
SS 57 Laki-Laki SD 130/90 Normal Kurang 33,5 gr/hari Rendah
MI 53 Laki-Laki SMP 120/80 Normal Kurang 75,1 gr/hari Tinggi
SH 59 Perempuan Tidak Sekolah 140/90 Hipertensi Kurang 40 gr/hari Rendah
AY 56 Laki-Laki Tidak Sekolah 120/80 Normal Kurang 46,96 gr/hari Rendah
SL 58 Perempuan Tidak Sekolah 140/90 Hipertensi Kurang 54,3 gr/hari Rendah
SR 51 Perempuan Tidak Sekolah 130/80 Normal Kurang 57,5 gr/hari Rendah
SK 54 Perempuan SD 160/100 Hipertensi Kurang 67,58 gr/hari Tinggi
JM 46 Laki-Laki SMP 110/80 Normal Kurang 58,04 gr/hari Rendah
BN 45 Perempuan SD 110/80 Normal Kurang 60,91 gr/hari Rendah
AR 48 Perempuan SMP 140/90 Hipertensi Kurang 23,15 gr/hari Rendah
MS 59 Laki-Laki Tidak Sekolah 120/80 Normal Kurang 88.7 gr/hari Tinggi
SA 55 Laki-Laki Tidak Sekolah 110/80 Normal Kurang 93.85 gr/hari Tinggi
AB 52 Perempuan Tidak Sekolah 120/90 Normal Kurang 37.5 gr/hari Rendah
BA 53 Laki-Laki Tidak Sekolah 110/80 Normal Kurang 67.14 gr/hari Tinggi
AS 50 Perempuan SMA 110/80 Normal Kurang 36.87 gr/hari Rendah
AN 50 Laki-Laki SMA 110/80 Normal Baik 58.54 gr/hari Rendah
AM 59 Laki-Laki Tidak Sekolah 160/80 Hipertensi Kurang 90.4 gr/hari Tinggi
SU 49 Perempuan Tidak Sekolah 120/80 Normal Kurang 30.2 gr/hari Rendah
AR 52 Perempuan Tidak Sekolah 140/90 Hipertensi Kurang 55.1 gr/hari Rendah
ZN 45 Laki-Laki SD 120/80 Normal Kurang 59.23 gr/hari Rendah
AY 50 Laki-Laki Tidak Sekolah 90/80 Normal Baik 56.90 gr/hari Rendah
HM 45 Laki-Laki SMA 100/70 Normal Kurang 50.23 gr/hari Rendah
MH 56 Laki-Laki Tidak Sekolah 120/80 Normal Kurang 78.9 gr/hari Tinggi
MT 50 Laki-Laki SD 180/100 Hipertensi Baik 30.5 gr/hari Rendah
NM 59 Perempuan Tidak Sekolah 100/70 Normal Kurang 87.12 gr/hari Tinggi
NF 59 Laki-Laki Tidak Sekolah 100/80 Normal Kurang 45.76 gr/hari Rendah
FA 55 Perempuan SD 100/90 Normal Baik 20.9 gr/hari Rendah
A 59 Perempuan Tidak Sekolah 110/82 Normal Kurang 16.9 gr/hari Rendah
SA 52 Perempuan SD 110/80 Normal Baik 14.8 gr/hari Rendah
MR 47 Perempuan SMA 130/90 Normal Baik 10.54 gr/hari Rendah
NH 58 Laki-Laki SD 120/90 Normal Kurang 16 gr/hari Rendah
FA 59 Laki-Laki SMP 140/90 Hipertensi Baik 15 gr/hari Rendah
JADWAL PENELITIAN

Tahun 2019/2020
No Kegiatan 1
9 10 11 1 2 3 4 5
2
1. Persiapan X X
a. Pengajuan Judul X
b. Persetujuan Judul X
c. Survei Pendahuluan X X
d. Penyusunan Proposal X X
e. Seminar Proposal X
f. Perbaikan X
2. Pelaksanaan TA X
a. Pengambilan Data X
b. Pengolahan Data X
c. Analisis Data X
3. Penyusunan TA X X X
4. Seminar TA X
5. Perbaikan TA X
Laporan Akhir dan
6. X
Penggandaan
ANGGARAN PENELITIAN

No Kegiatan Anggaran
1. Pembuatan Proposal Penelitian
a. Pembelian ATK Rp 100.000
b. Revisi Rp 50.000
c. Penggandaan/fotokopi Rp 100.000
d. Penjilidan Rp 100.000
2. Pengambilan Data
a. Fotokopi kuesioner Rp 100.000
b. Insentif responden Rp 500.000
c. Transportasi Rp 150.000
3. Pembuatan TA
a. Pengolahan dan analisis data Rp 100.000
b. Revisi Rp 50.000
c. Penggandaan/fotokopi Rp 100.000
d. Penjilidan Rp 100.000
e. Transport Rp 100.000
f. Lain-lain (biaya tak terduga) Rp 100.000
Total Rp 1.650.000

Anda mungkin juga menyukai