Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemahaman Terhadap Judul
Merancang ulang sebuah Kawasan yang terdapat di kelurahan warakas, tepatnya
di sekitar Kawasan Jakarta International Stadium merupakan tempat yang sangat
tepat untuk di tata ulang berdasarkan peraturan tata guna lahan yang seharusnya
dijadikan lahan hijau menjadi lahan pemukiman warga. Kendati demikian,
wilayah ini merupakan pemukiman padat penduduk yang jauh dari kriteria
pemukiman sehat, aman, dan nyaman. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi
untuk perancangan dan perencanaan sebuah pemukiman yang layak huni ialah
sebagai berikut :
1. Struktur rumah yang kokoh
2. Luas rumah ideal
3. Sanitasi yang ada di rumah tersebut
4. Air bersih yang tersedia.
Dalam perancangan Kawasan sekitar JIS ini, maka diperlukan beberapa
perubahan dalam penataan pemukiman yang sudah ada menjadi pemukiman
terbarukan, diantaranya :
1. Penataan ulang ruang terbuka hijau
2. Pengelolaan air bersih
3. Pemasangan sistem drainase berkelanjutan
4. Penataan ulang pemukiman warga sesuai dengan Rencana Desain Tata
Ruang Pemerintah Daerah
5. Merujuk pada gaya arsitektur ekologis.

2.2 Studi Pustaka


2.2.1 Definisi Pemukiman
2.2.1.1 Pengertian Pemukiman Dan Perumahan
Di dalam undang undang yang mengatur tentang
pemukiman dan perumahan yaitu undang undang no 1 tahun
2011. Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang
terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang memiliki
sarana dan prasarana, utilitas, serta memiliki kegiatan penunjang
aktifitas penghuni di wilayahnya. Sedangkan perumahan adalah
kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik
perkotaan maupun pedesaan yang dilengkapi dengan prasarana,
sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah
yang layak huni.
Pemukiman menurut Hadi Sabari Yunus (1987) dalam
Wesnawa (2015:2) dapat diartikan sebagai bentukan baik buatan
manusia ataupun alami dengan segala kelengkapan manusia yang
digunakan sebagai individu maupun berkelompok untuk
bertempat tinggal baik sementara maupun tetap dalam rangka
menyelenggarakan kehidupannya. Sedangkan perumahan dikenal
dengan istilah housing yang berasal dari Bahasa inggris yang
memiliki arti kelompok rumah. Perumahan adalah kumpulan
rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan (menurut
Sadana 2014:19)
Menurut Sadana (2014:20) perbedaan nyata antara
permukiman dan perumahan terletak pada fungsinya. Pada
Kawasan permukiman, lingkungan memiliki fungsi ganda yaitu
sebagai tempat tinggal dan sekaligus tempat mencari nafkah bagi
Sebagian penghuninya. Pada perumahan, lingkungan hanya
berupa sekumpulan rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal
bagi para penghuninya. Dan hanya berfungsi sebagai tempat
tinggal, dan tidak merangkap sebagai tempat untuk mencari
nafkah.
2.2.1.2 Klasifikasi Dan Tipe Pemukiman
Menurut Lewis Munford (The Culture Of Cities, 1938),
mengemukakan 6 jenis kota berdasarkan tahap perkembangan
permukiman penduduk kota, diantaranya :
1. Eopolis, merupakan tahap perkembangan desa yang sudah
teratur dan masyarakatnya merupakan peralihan dari pola
kehidupan desa ke arah kehidupan kota.
2. Polis, merupakan suatu daerah kota yang penduduknya masih
mencirikan sifat agraris
3. Metropolis, merupakan suatu wilayah kota yang ditandai oleh
penduduknya Sebagian kehidupan ekonomi masyarakat ke
sektor industry
4. Megapolis, merupakan suatu wilayah perkotaan yang terdiri
dari beberapa kota metropolis yang menjadi satu sehingga
membentuk jalur perkotaan
5. Trynapolis merupakan suatu kota yang ditandai dengan
adanya kekacauan pelayanan umum, kemacetan lalu lintas,
dan tingkat kriminalitas yang tinggi
6. Necropolis, merupakan sebutan bagi kota mati yang mulai
ditinggalkan penduduknya.

2.2.1.3 Jenis Dan Tipe Tipe Rumah


Menurut Wesnawa (2015:32), tipe permukiman dapat dibedakan
menjadi 2 tipe, yaitu :
a. Tipe permukiman berdasarkan waktu hunian
Jika ditinjau dari waktu hunian, tipe permukiman dapat dibagi
menjadi dua yaitu permukiman sementara dan permukiman
permanen. Dimana tipe hunian sementara merupakan tipe
hunian yang hanya dapat dihuni untuk beberapa waktu seperti
contoh rumah tenda penduduk pengembara, kasus perumahan
peladang berpindah secara musiman, dan kasus peladang
dengan tergantung terhadap kesuburan tanah. Tipe permanen,
umumnya akan dibangun dan dihuni dalam jangka waktu
yang lama dan tidak terbatas. Contohnya bangunan fisik
rumah yang dibangun dengan sedemikian rupa agar pemilik
dapat merasa nyaman untuk bertempat tinggal.
b. Tipe permukiman berdasarkan karakteristik fisik dan nonfisik
Pemukiman memiliki struktur yang dinamis, setiap saat
dapat berubah dan pada setiap perubahan memiliki ciri khas
lingkungan dan perbedaan tanggapan. Hal ini dapat terjadi
dalam kasus permukiman yang besar karena perubahan akan
disertai oleh pertumbuhan.
Sebagai suatu permukiman yang menjadi semakin besar.
Maka sifat sifat mendasar dari sebuah permukiman akan
berubah seperti ukuran, bentuk, rencana, gaya bangunan,
fungsi, dan kepentingannya.

2.2.1.4 Aspek Perencanaan Rumah


Menurut Sadana, (2014:35-46), jenis dan tipe tipe rumah dibagi
menjadi beberapa jenis, yaitu :
a. Rumah Sederhana
Rumah sederhana merupakan tempat tinggal layak huni yang
harganya terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah
dan sedang. Dalam SNI 03 – 6981 – 2004, rumah sederhana
bukan rumah susun direncanakan untuk kediaman masyarakat
yang layak huni bagi kalangan yang berpenghasilan rendah
dan sedang.
Kapasitas rumah 3 jiwa Kapasitas rumah 4 jiwa
Kebutuhan
Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas
luas ruang
unit lahan lahan lahan unit lahan lahan lahan
per jiwa
rumah minimal ideal efektif rumah minimal ideal efektif
(dalam m2) 2 2 2 2 2 2 2
(m ) (m ) (m ) (m ) (m ) (m ) (m ) (m2)
Ambang
batas: 21,6 60,0 200 72–90 28,8 60,0 200 72-90
7,2
Indonesia :
9,0 27,0 60,0 200 72–90 36,0 60,0 200 72-90
Internasional
:12,0
36,0 60,0 - - 48,0 60,0 - -
Tabel …. Kebutuhan luas minimum bangunan dan lahan untuk rumah sederhana sehat
Sumber : dikembangkan dari keputusan mentri permukiman dan prasarana wilayah No 403/KPTS/2002
tentang pedoman teknis pembangunan rumah sehat sederhana.

Tipe rumah yang paling umum digunakan pada rumah


sederhana yaitu rumah gandeng, rumah kopel, dan rumah
deret.
• Rumah Gandeng atau Rumah Kopel
Tipe rumah ini merupakan dua buah rumah yang
bergandengan dan memiliki kapling terpisah. Pada tipe
rumah ini, salah satu bagian dinding bangunan induk akan
saling menyatu

Gambar …. Rumah Gandeng atau Rumah Kopel


Sumber : https://www.99.co/blog/indonesia/mengenal-rumah-kopel/
• Rumah Deret
Rumah deret merupakan kumpulan atau deretan beberapa
rumah yang bergandengan antara satu unit dengan unit
lainnya. Salah satu atau kedua dinding bangunan induknya
akan menyatu dengan dinding bangunan induk lainnya.

Gambar …. Rumah Deret


Sumber : Liputan 6.com

b. Rumah Sangat Sederhana


Rumah sangat sederhana merupakan jenis rumah yang
tidak bersusun dengan luas lantai 21 m2 sampai dengan 36
m2. Rumah sangat sederhana ini setidaknya harus memiliki
kamar mandi dan WC serta ruang serbaguna. Untuk
pembiayaan dalam pembangunan, rumah sangat sederhana ini
harus melakukan penekanan hingga sekitar setengah harga
bangunan rumah sederhana.
Rumah sangat sederhana memiliki denah berbentuk empat
persegi Panjang atapnya berbentuk pelana dengan kemiringan
yang disesuaikan dengan bahan penutup atap yang sangat
sederhana. Dengan pemilihan bata merah untuk dinding dan
kayu untuk pintu dan jendela, serta asbes gelombang atau
genteng tanah liat untuk penutup atap. Dalam kasusnya,
rumah sangat sederhana ini memiliki penetapan dalam luas
minimum ruang. Yaitu sebagai berikut :
- Ruang Serbaguna : 14,58 m2
- Dapur : 2,25 m2
- Kamar mandi / WC : 2,25 m2
- Teras / Selasar : 1,92 m2

Gambar …. Rumah Sangat Sederhana


Sumber : https://www.kanopitop.com/2020/05/konsep-24-interior-rumah-sangat.html

c. Rumah Maisonet
Rumah maisonet adalah suatu rumah kecil semacam
appartemen yang terdiri dari dua lantai atau lebih dengan
pintu masuk sendiri langsung dari luar. Maisonet juga
termasuk ke dalam rumah deret. Rumah maisonet berbeda
dengan apartemen atau rusun yang memiliki pintu utama
untuk keluar masuk Gedung. Setiap unit hunian dari rumah
maisonet ini memiliki pintu keluar dan masuk sendiri yang
langsung berhubungan dengan lingkungan luar. Maisonet
umumnya berada di Kawasan perkotaan yang hanya boleh
dibangun sebanyak maksimal 4 tingkat, dengan Panjang
maksimum 60 meter. Maisonet sangat berperan dalam
pemanfaatan lahan dan penghematan nya.

Gambar …. Rumah maisonet


Sumber : pinterest

d. Rumah Susun
Rumah susun atau kerap kali dikenal sebagai Rusun,
merupakan sebuah tipee apartemen dengan versi yang sangat
sederhana. Rumah susun merupakan kelompok rumah yang
dibangun sebagai bangunan Gedung bertingkat dengan suatu
lingkungan yang sangat fungsional yang disusun dalam arah
horizontal maupun vertical. Rumah susun dilengkapi dengan
bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama (SNI03-
7013-2004)
Banyaknya jumlah unit hunian dalam sebuah bangunan
rumah susun menjadikan setiap bangunannya termasuk
kedalam kategori lingkungan perumahan. Berbeda dengan
rumah yang dibangun di atas tanah, pada umumnya rusun
dibangun di sebuah lahan yang sempit dengan tujuan untuk
mewadahi aktifitas penghuni di dalamnya.
Untuk mendukung kondisi hidup bermasyarakat, penyediaan
fasilitas fasilitas di ruumah susun harus memenuhi
persyaratan sebagai beriikut :
- Memberi rasa aman dan nyaman serta memberi
ketenangan hidup bagi penghuninya
- Menumbuhkan kepemilikan rasa dan merubah kebiasaan
penghuni yang tidak sesuai dengan norma masyarakat
- Menunjang fungsi aktifitas penghuni yang paling pokok
sesuai dengan jenis keadaan linkungan di tempat rusun
dibangun
- Menampung fungsi fungsi yang berkaitan dengan
penyelenggaraan dan pengembangan aspek aspek
ekonomi dan sosial budaya
- Menggurangi kecenderungan untuk menggunakan fasilitas
lingkungan sebagai pemenuhan kebutuhan pribadi
maupun kelompok.
Perbedaan yang tegas antara rusun dengan rumah yang
dibangun di atas tanah ialah terdapat pada hunian rusun yang
menghadap ke koridor atau selasar yang digunakan bersama.
Dan tidak langsung menghadap ke halaman luar, rusun
memiliki kapasitas penghuni yang lebih banyak di dalam satu
bangunan Gedung bertingkat, serta rusun tidak memiliki hak
kepemilikan atas Gedung oleh satu orang.
Gambar …. Rumah Susun
Sumber : wartakota

2.2.2 Definisi Sustainable Urban Drainage


Secara sederhana, pengelolaan sistem drainase perkotaan yang
berkelanjutan (sustainable urban drainage) merupakan sebuah konsep
yang logis dan dinamis yang berarti bahwa terdapat interaksi antara
lingkungan lahan dan lingkungan air. Yang dalam interaksinya, tidak
hanya melibatkan air saja tetapi juga sedimen dan polutan lainnya yang
dapat berubah menurut ruang dan waktu.
Pembangunan sistem drainase perkotaan harus memperhatikan
fungsi drainase sebagai prasarana kota yang berdasar pada konsep
berwawasan lingkungan, yaitu konsep yang berkaitan dengan usaha
konservasi sumber daya air, yang pada prinsipnya mengendalikan air
hujan agar lebih banyak yang diresap ke dalam tanah sehingga
mengurangi jumlah limpasan.
Yang menjadi permasalahan utama pada pembangunan sistem
drainase kota yaitu masih terdapat prinsip prinsip kuno dimana para
pembangun menangani drainase dengan pradigma lama yaitu
mengalirkan air hujan yang berupa limpasan (run off) secepat cepatnya
ke penerima air terdekat. Permasalahan berikutnya yang masih ada
hingga saat ini ialah kurangnya penanganan yang mempertimbangkan
faktor lingkungan, sosial, ekonomi, dan budaya serta Kesehatan
lingkungan setempat.
Dengan permasalahan yang telah dijabarkan pada paragraph
sebelumnya, maka perlu adanya paradigma baru terkait penanganan
drainase pada era ini diantaranya adalah mengendalikan kelebihan air
permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air baku dan
kehidupan aquatic dengan meresapkan air permukaan sebanyak
banyaknya ke dalam tanah dengan mempertimbangkan konservasi air.

a. Tujuan Drainase dan Pengembangan Sumber Daya Air


Tujuan dari pembangunan drainase dan pengembangan sumber daya
air diantaranya adalah :
1. Menyediakan sumber air baku
2. Melindungi dan melestarikan lingkungan
• Konservasi tanah dan air
• Rainwater Harvesting
• Stormwater Pond,
• Artificial Aquifer, and Aquifer Injection,
• Bioretension and Filter STRP
• Peat Swamp Protection.
• Pembangunan berdampak rendah melalui “Stormwater
Better Design”

b. Manfaat Sustainable Urban Drainage


Beberapa manfaat dari pengembangan dan pembangunan sistem
drainase berkelanjutan, diantaranya :
1. Mereduksi run off
2. Memperkecil saluran atau mengurangi beban saluran eksisting
3. Meningkatkan kualitas air di badan air alamiah
c. Perencanaan Sustainable Urban Drainage
1. Prevention
Merupakan sebuah pencegahan untuk beberapa permasalahan dari
sistem drainase yang kurang baik.
• Don’t pave areas unnecessarily (Jangan membuka area aliran
air yang tidak diperlukan)
• Drain to lawns (Membuat aliran air yang datangnya dari atap
jatuh ke halaman yang terdapat rumput hidup)
• Prevent spills (Mencegah terjadinya pembuangan air
berlebihan)
• Road sweeping (Membersihkan genangan air yang ada di
jalan.)

2. Permeable Surfaces

Gambar … permeable pavements


Sumber : jurnal sustainable urban drainage
Menerapkan pemasangan lantai berpori bagi area yang rawan
terhadap genangan air. Contoh :
• Gravel areas (daerah yang terdapat banyak kerikil)
• Solid blocks (blok padat)
• Continuous pavement (daerah yang mengalami perkerasan
terus menerus)
• Porous blocks (blok berpori)

3. Filter Strips and Swales


Fitur permukaan vegetasi akan mengikuti drainase alami.
• Strips
Pada daerah dengan area tanah dapat dilakukan perawatan
dengan cukup mudah.
• Swales (sengkedan)
Melakukan pengangkutan, penahanan, serta perawatan pada
area yang mengalami sengkedan atau tanah miring.

4. Infiltration Devices

Gambar … infiltration devices


Sumber : jurnal sustainable urban drainage
Meningkatkan kualitas tanah alami untuk menyimpan atau
menguras air dengan cara melakukan :
• Perendaman (soak aways)
• Parit infiltrasi (infiltration trenches)
• Membuat cekungan resapan (infiltration basins)

5. Basins and Ponds


Menyimpan air di permukaan tanah sementara atau permanen
dengan menggunakan beberapa alat, yaitu :
• Bak tahanan (detention basins)
• Lahan basah (wetlands)
• Kolam retensi (retention ponds)

d. Rain Water Management


1.

Gambar … rainwater management


Sumber : jurnal sustainable urban drainage

2.

Gambar … rainwater management


Sumber : jurnal sustainable urban drainage
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian air
hujan dapat dilakukan dengan sistem penampungan dengan fungsi
utama nya yaitu sebagai pencegah terjadinya bencana banjir, serta
mereduksi jumlah aliran air hujan yang membawa polutan ke
badan air penerima.
e. Sistem Pengoperasian Bak Tampung
- On line
Tangki atau kolam detensi dibangun secara seri dengan jaringan
saluran drainase dan diatur dengan “flow control” pada bagian
outletnya

Gambar … storage tank on line


Sumber : jurnal sustainable urban drainage

- Off line
Tangki akan kolam detensi dibangun secara pararel dengan
jaringan saluran drainase. Yang kemudian akan dioperasikan
untuk menerima aliran yang telah diatur debitnya.

Gambar … storage tank off line


Sumber : jurnal sustainable urban drainage
f. Kesetimbangan Materi Kolam Penampung Fluktuasi Beban

Gambar … kolam penampung fluktuasi beban


Sumber : Sarwoko Mangkoedihardjo 12 maret 2011.

Faktor penentu perencanaan pendimensian tangki atau kolam detensi


untuk kejadian hujan tertentu dapat ditetapkan berdasarkan :
1. Kriteria desain aliran keluar (outflow)
a. Tidak lebih besar dari debit run off Kawasan sebelum terbangun
b. Disesuaikan dengan area Kawasan (8-12L/s.ha)
c. Kapasitas saluran atau badan air di bagian hilir
2. Hujan rencana
a. Untuk tangki kecil (PUH 1-2 s.d 5tahun)
b. Untuk area yang luas PUH yang besar
Dengan penentuan awal volume tampungan yaitu :
S = Vi – Vo
Dimana :
S = Volume tampungan (m3)
Vi = total volume inflow (m3)
Vo = total volume outflow (m3)

Dengan ketentuan kapasitas maksimum tampungan diperoleh dari


perbedaan terbesar antara kurva inflow dengan outflow
g. Menentukan Besaran kolam dari defisit maksimum dan surplus
maksimum
Cara menentukan besaran kolam dapat kita tinjau dari data saluran
drainase Kawasan setempat. sebagai contoh akan dibuatkan tabel
contoh :

Waktu Masukan Keluaran Akumulasi Akumulasi Selisih akumulasi


(jam) (m3) (m3) masukan (m3) keluaran (m3) (m3)
1 1 4 1 4 -3
2 1 4 2 8 -6
3 2 4 4 13 -9
4 3 4 7 17 -10
5 5 4 12 21 -9
6 6 4 18 25 -7
7 6 4 24 29 -5
8 6 4 30 33 -3
9 6 4 36 38 -2
10 6 4 42 42 0
11 5 4 47 46 1
12 5 4 52 50 2
13 4 4 56 54 2
14 5 4 61 58 3
15 5 4 66 63 4
16 5 4 71 67 4
17 5 4 76 71 5
18 5 4 81 75 6
19 5 4 86 79 7
20 4 4 90 83 7
21 3 4 93 88 5
22 3 4 96 92 4
23 2 4 98 96 2
24 2 4 100 100 0
100 100

Keterangan :
1. Pada tabel 1 ditetapkan keluaran kolam yang besar rata ratanya adalah rata rata
masukan (konstan)
2. Menghitung aliran akumulasi masuk dan aliran akumulasi keluar, yang kemudian
dilanjutkan dengan perhitungan selisih akumulasi aliran keluar dan aliran masuk,
sehingga didapatkan pada tabel kolom terakhir.
3. Sehingga dapat didapatkan volume kolam maksimal yaitu dengan
menambahkan nilai mutlak dari Defisit maksimum + surplus maksimum
Vk = 10 + 7 = 17m3

Fungsi kolam adalah mengubah aliran fluktuasi masukan menjadi aliran


konstan keluar, jadi kolam berfungsi sebagai penyetimbang aliran. Makna
dari penyetimbang aliran adalah harus diketahui waktu kejadian akumulasi
keluaran berbanding sama dengan kejadian akumulasi masukan atau dapat
disebut dengan waktu volume setimbang kolam. Pada tabel diatas dapat
terlihat bahwa waktu setimbang kolam pada jam ke 10 yaitu saat akumulasi
masukan tepat pada angka 42 dan akumulasi keluaran tepat di angka 42,
sehingga didapatkan selisih 0. Jadi disimpulkan bahwa waktu volume
setimbang kolam adalah 42m3 di jam 10.

h. Kendala Penerapan Sustainable Urban Drainage


Hal yang mempengaruhi kendala penerapan Sustainable Urban
Drainage, diantaranya adalah :
1. Kurangnya panduan desain (lack of design guidance)
2. Kurangnya biaya (costs involved)
3. Ketidakpastian operasi manajemen (operation and management
uncertainty)
4. Adopsi dan kepemilikan (adoption and ownership)

i. Kendala Dalam Perencanaan


Setiap perancangan pasti memiliki kendala yang akan
mempengaruhi sebuah desain maupun sebuah penerapan sistem,
kendala yang sangat mempengaruhi perencanaan sustainable urban
drainage ini ialah :
1. Lack of guidance (kurangnya bimbingan)
2. Lack of technical information (kurangnya informasi teknis)
3. Not wanting to be first (tidak mengutamakan)
4. Long term implications (implikasi jangka Panjang)
5. Missing or competing information (informasi yang hilang dalam
persaingan)
6. Difficult to retrofit (sulit untuk dipasang Kembali)

2.3 Teori
Teori Hamid Shirvani,1985.
Dalam teori urban desain menurut Hamid Shirvani (1985), terapat elemen
elemen yang meliputi :
a. Tata Guna Lahan (Land Use),
Elemen tata guna lahan dirancang dan dikembangkan dengan
kebijaksanaan kebijaksanaan tata guna lahan. Hal tersebut bertujuan untuk
menginteraksi antara rancangan dan kebijaksanaan bagi peruntukan fungsi
yang tepat pada areal tertentu. Kurangnya pemahaman mengenai
keanekaragaman peruntukan lahan yang berskala Kawasan, kegagalan dalam
mempertimbangkan faktor fisik, lingkungan alamiah, dan infrastruktur
merupakan masalah utama dalam rancangan tata guna lahan.
Yang menjadi pertimbangan utama dalam perancangan tata guna
lahan di masa mendatang ialah pengkombinasian penggunaan lahan dalam
suatu Kawasan kota untuk meningkatkan kota selama 24 jam, dan harus
memperhatikan sistematika perijinan dalam sebuah area atau wilayah,
hubungan fungsi kota, jumlah maksimum perijinan pembangunan lantai,
skala dan perkembangan kota sebagai pendorong perkembangan pada
Kawasan kota yang lebih spesifik.
b. Bentuk Dan Masa Bangunan (Building Formand Massing),
Berdasar kepada Long Beach Design Guidelines, penampilan dan
konfigurasi bangunan meliputi ketinggian skala, proporsi, material,
finishing, warna penerangan dan rancangan depan pertokoan.
Sedangkan menurut Spreiregen (1965), membuat sintesa mengenai
bentuk dan masa bangunan yang meliputi skala, berhubungan dengan
pandangan, sirkulasi, ukuran bangunan yang berdekatan. Ruang kota
merupakan elemen utama perancangan kota, skala dan rasa terlingkupi serta
macam ruang dan masa bangunan.
c. Sirkulasi Dan Parkir (Sirculation And Parking),
Sirkulasi dan parkir merupakan salah satu penyusun lingkungan yang
sangat bermanfaat bagi perancangan sebuah kota. Karena dapat
mengarahkan serta mengontrol pola aktivitas dan pengembangan dari suatu
kota. Dan memiliki pengaruh langsung terhadap kualitas lingkungan,
diantaranya ialah kelangsungan aktivitas komersial dan pengaruh visual pada
struktur dan bentuk fisik kota.
d. Ruang Terbuka (Open Space),
Elemen esensial yang sangat berpengaruh dalam perancangan sebuah
kota yaitu open space. Open space dapat mempengaruhi sebuah
perancangan. Dalam perancangan, open space harus terlihat integral dengan
perancangan kota. Open space dapat didefinisikan sebagai suatu bentang
lahan, bentuk bentuk lahan luas, dan ruang ruang yang digunakan untuk
rekreasi dalam Kawasan kota.
Elemen elemen ruang terbuka kota dapat meliputi :
a. Taman
b. Alun alun
c. Ruang ruang dan jalur hijau kota
d. Bangku
e. Tanaman
f. Kran air minum
g. Trotoar
h. Kios
i. Patung
j. Tempat sampah
e. Jalur Pedestrian (Pedestrian Way),
Jalur pedestrian merupakan jalur elemen penting dalam perancangan
sebuah kota, dimana jalur ini merupakan jalur yang sangat dibutuhkan dalam
keamanan pejalan kaki. Selain itu, jalur pedestrian dapat mengurangi
ketergantungan terhadap kendaraan dan dapat memperindah tatanan kota.
Dalam perancangan jalur pedestrian perlu diperhitungkan
keseimbangan antara jumlah pejalan kaki dan pemakai jalan serta
keseimbangan antara penggunaan jalur pedestrian guna mendukung ruang
ruang umum yang terdapat di sekitarnya. Faktor lain yang harus diperhatikan
berupa keselamatan dan ketersediaan ruang yang cukup bagi pejalan kaki
tersebut. Sedangkan kriteria sebagai bahan pertimbangan dalam perancangan
jalur pedestrian adalah kesesuaian, skala, material, perlengkapan perabot
jalan, dan pedagang eceran.
f. Aktivitas Pendukung (Activity Support),
Merupakan sebuah keterkaitan antara fasilitas ruang umum kota
dengan kegiatan yang berlangsung di dalamnya dengan tujuan menciptakan
kehidupan kota. Activity support dapat berperan sebagai komunitas agar
dapat menciptakan dialog atau kualitas ruang kota yang menerus antara
fungsi kegiatan yang satu dengan fungsi yang lainnya. Yang dapat sekaligus
memberikan image (citra visual) yang spesifik pada kawasan kota. Hal ini
dapat menghadirkan identitas serta karakteristik lokal yang meliputi seluruh
penggunaan dan yang membantu memperkuat ruang ruang umum kota yang
saling melengkapi sau dengan yang lainnya.
Pendukung aktifitas tidak hanya penyediaan plaza dan jalur
pedestrian saja, tetapi harus mempertimbangkan eelemen elemen
penggunaan secara fungsional sebuah kota yang membangkitkan aktifitas
dari wilayah itu sendiri.
g. Rambu Rambu (Signane), Dan
Long Beach Guidelines telah membagi 2 bagian komunitas rambu
rambu yakni secara langsung dan tidak langsung. Dari segi perancangan
kota, rambu rambu harus diatur untuk membentuk sebuah kesesuaian,
mengurangi kekacauan yang terjadi di jalanan kota, serta mengurangi
pengaruh visual yang negative.
h. Preservasi (Preservation).
Konsep tentang pemeliharaan kota harus memperhatikan beberapa
aspek, diantaranya bangunan bangunan tunggal, struktur dan gaya arsitektur,
hal yang berkaitan dengan kegunaan, umur bangunan atau kelayakan
bangunan.

2.4 Tinjauan Teoritis Tema Dan Konsep


2.4.1 Konsep Pendekatan Perencanaan Sistem Pengendalian Drainase Di
Kawasan Pemukiman
Pendekatan secara holistic dan green infrastruktur dapat diterapkan dalam
perancangan drainase berkelanjutan ini, agar pembangunan dapat berlanjut
tanpa menimbulkan degradasi sumber sumber alam dan lingkungan dalam
jangka Panjang dengan cara :
a. Mengakomodir berbagai kepentingan pihak pihak terkait,
b. Mempertahankan proses ekologi alamiah Kawasan dan sumber air
c. Desain yang dihasilkan memberikan kontribusi penting bagi
kesejahteraan masyarakat dan juga Kesehatan.
Dalam perencanaan drainase akan dilakukan pendekatan terhadap air
hujan yang selalu dipandang sebagai asset dan sumber daya yang bernilai
tinggi sehingga perlu dikelola dengan baik untuk kesejahteraan
masyarakat. Namun secara pandangan masyarakat tradisional air hujan
terpandang sebagai gangguan yang perlu segera dibuang secepatnya ke
sungai melalui sistem drainase.
2.4.2 Tujuan Perencanaan
Tujuan perencanaan sistem drainase berkelanjutan ini diantaranya ialah :
a. Memberikan keselamatan pada masyarakat
b. Mengendalikan erosi
c. Memberikan kontribusi terhadap Kesehatan dan kenyamanan
masyarakat
d. Meminimalisir dan mengontrol banjir
e. Memanfaatkan air hujan sebagai air yang dapat diolah Kembali
f. Mempertahankan proses ekologi alami
g. Mengoptimalkan lahan
h. Menambah keindahan landscape
i. Melindungi property

2.4.3 Strategi Perencanaan


Strategi perencanaan yang tepat dalam perancangan sistem drainase
berkelanjutan ini dapat dimulai dari masyarakat terdekat yang akan
menjadi sasaran utama untuk pemberian ijin. Strategi tersebut dapat
dilakukan dengan cara:
a. Sosialisasikan tentang pentingnya tanggung jawab bersama dengan
cara melibatkan seluruh masyarakat dalam proses perencanaan
perancangan.
b. Mengintegrasikan sistem drainase dan pengembangan sumber daya air
dengan tata ruang untuk mencapai pemaksimalan penggunaan lahan
c. Meminimalisir dampak pembangunan terhadap siklus air dan perluas
manfaat sistem dengan cara :
1. Mempertahankan proses alami ekosistem yang ada, kondisi
topografi, dan ciri ciri alamiah lainnya.
2. Melindungi sumber air permukaan dan air bawah tanah,
3. Mempertahankan keanekaragaman hayati yang ada
4. Meminimalisir aliran limpasan dengan cara mengalirkan air
limpasan dari daerah kedap air ke daerah lolos air.
5. Menyesuaikan desain bangunan dan infrastruktur lainnya agar
ramah lingkungan.

2.5 Tinjauan Teoritis Gaya Arsitektur


2.5.1 Pengertian Arsitektur Ekologis
Ekologi berasal dari penggabungan kata dalam Bahasa Yunani
‘oikos’ dan ‘logos’ yang memiliki arti ‘rumah tangga atau cara
bertempat tinggal’ dan ‘ilmu atau ilmiah’. Ekologi didefinisikan sebagai
ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dan lingkungan di sekitarnya.
Arsitektur ekologis mencerminkan adanya perhatian terhadap
lingkungan alam dan sumber alam yang terbatas. Secara umum,
arsitektur ekologis dapat diartikan sebagai penciptaan lingkungan yang
lebih sedikit mengkonsumsi dan lebih banyak menghasilkan kekayaan
alam.
Pada dasarnya, arsitektur tidak dapat terlepas dari sebuah dampak
perusakan lingkungan dari dampak pembangunan yang dilaksanakan
oleh perancang dan dampak material yang akan menjadi limbah tak
teruraikan secara singkat waktu. Namun kendati demikian, dengan
adanya arsitektur ekologis, maka pendapat dan penilaian dari sebuah
arsitektur yang tidak jauh dari perusakan lingkungan akan sedikit dapat
terelakan, dikarenakan arsitektur ekologis merupakan sebuah konsep
dimana perancang dan arsitek di tuntut untuk lebih memperhatikan
keseimbangan ekosistem dan meminimalisir kerusakan lingkungan
yang akan terjadi di Kawasan yang akan dibangun.
Arsitektur ekologis merupakan konsep arsitektur atau gaya
arsitektur yang sangat memperhatikan aspek iklim, rantai bahan, dan
masa pakai material bangunan. Prinsip utama arsitektur ekologis ialah
menghasilkan keselarasan antara manusia dengan makhluk hidup di
sekitarnya maupun lingkungan alamnya.

Gambar … pola pikir desain arsitektur ekologis


Sumber : frick,H(2007). Dasar dasar arsitektur ekologis. Yogyakarta: kanisius.

Arsitektur ekologis menekankan sebuah konsep ekosistem, yaitu


sebuah ekosistem yang berisi komponen lingkungan hidup harus dapat
dilihat secara terpadu sebagai komponen yang berkaitan dan saling
bergantung antara satu dengan yang lainnya. Dalam ekosistem dapat
saja terjadi peredaran, yaitu kondisi peralihan dari keadaan yang satu ke
keadaan lainnya secara berulang ulang seakan akan berbentuk sebuah
lingkaran kehidupan.
Ekosistem terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Kedua
komponen atau unsur ini masing masing memiliki pengaruh besar
terhadap keseimbangan, keselarasan dan keserasian di bumi.
Dasar ekologis terdiri dari komunitas (biosonos) dan Kawasan
alam (biotop). Komunitas dan Kawasan alam memiliki hubungan
timbal balik yang membentuk suatu sistem yang menciptakan suatu
kestabilan atau keseimbangan tertentu.
Ekosistem pada umumnya terdiri dari 4 komponen dasar yaitu :
1. Lingkungan abiotik
Lingkungan abiotik terdiri dari tanah, iklim, dan air. Tanah
merupakan media yang mengandung unsur hara dan memiliki
kapasitas atau kemampuan untuk menahan air dan
mengandung sifat kimia yang dapat diukur melalui pH. Iklim
mengandung suhu, kelembaban, angin, serta kandungan gas
atau partikel lainnya yang terbentuk. Sedangkan air memiliki
kandungan kandungan mineral yang sangat dibutuhkan oleh
makhluk hidup.
2. Organisme produsen
Organisme produsen terdiri atas tumbuhan hijau dan bakteri
yang memiliki klorofil dan berguna untuk membentuk bahan
bahan organic dengan menggunakan energi surya melalui
proses fotosintesis.
3. Organisme konsumen
Organisme konsumen tidak mampu membuat atau
membentuk bahan bahan organic dengan bantuan energi
surya maupun bahan anorganik lainnya. Organisme
konsumen sangat bergantung kepada organisme produsen
meupun organisme konsumen lainnya, contohnya adalah
manusia dan hewan.
4. Organisme perombak
Organisme perombak terdiri dari mikroorganisme yang dapat
menguraikan sisa sisa bahan organic dan anorganic yang
sudah membusuk. Organisme perombak terdiri dari bakteria
dan jamur. Fungsinya ialah sebagai pengurai dan membantu
pembusukan dari organisme yang telah mati atau dengan kata
lain organisme perombak ini berperan sebagai decomposer.
2.5.2 Unsur Unsur Pokok Arsitektur Ekologis
Udara, air, tanah, dan api dianggap sebagai unsur awal hubungan timbal
balik antara pemukiman dan lingkungan sekitar. Arsitektur ekologis
merupakan arsitektur yang sangat memperhatikan lingkungan sekitarnya.

2.5.3 Prinsip Desain Ekologi


Prinsip desain arsitektur ekologis mencakup beberapa hal, diantaranya :
• Pemahaman atas masyarakat lokal, terutama aspek sosial budaya
• Desain yang direncanakan mampu menjaga ekosistem yang ada di
dalamnya
• Meminimalisir pemakaian energi dan material
• Mengharmoniskan hubungan antara budaya dan alam
• Menjaga aspek lingkungan seperti tanah, tumbuhan, serta makhluk
hidup lain yang menjadi bagian dari alam.

2.5.4 Aspek Ekologi


Aspek ekologi yang sangat diperhatikan dalam pembangunan dan
perancangan sebuah rancang bangun dalam gaya arsitektur ekologis
adalah :
• Aspek structural dan konstruksi
• Aspek bahan bangunan
• Aspek sumber energi dan pemanfaatannya
• Aspek manajemen limbah
• Aspek ruang meliputi zonasi, tata ruang, serta memperhatikan
fungsinya.

2.5.5 Asas Pembangunan Arsitektur Ekologis


Asas asas pembangunan ekologis berkelanjutan dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu asas yang menciptakan keadaan ekologis berkelanjutan dan
asas yang menjawab tantangan oleh keadaan ekologis tidak
berkelanjutan. Di bawah ini merupakan 4 asas pembangunan ekologis
yang berkelanjutan, yaitu :
Menggunakan bahan baku alam yang
Asas 1
terbarukan
a. Meminimalisir penggunaan bahan
1
baku
Prinsip Prinsip
b. Menggunakan bahan baku terbarukan
c. Meningkatkan efisiensi
Asas 2 Menciptakan sistem energi terbarukan
a. Menggunakan energi surya
2
Prinsip Prinsip b. Menggunakan energi dengan bijak
c. Meminimalisir pemborosan
Mengolah barang yang tidak terpakai menjadi
Asas 3
barang layak pakai
a. Mengurangi pencemaran
3 b. Menggunakan bahan organic yang
Prinsip Prinsip dapat dikomposkan
c. Menggunakan dan mengolah bahan
yang dapat digunakan Kembali
Meningkatkan penyesuaian fungsional dan
Asas 4
keanekaragaman biologis
a. Memperhatikan rantai bahan dan
4 prinsip pencegahan
Prinsip Prinsip b. Menyediakan bahan yang cepat untuk
diproduksi Kembali secara alami
c. Melestarikan keragaman biologis
2.5.6 Cakupan Dan Sifat Arsitektur Ekologis
Arsitektur Ekologis bersifat holistis (berkeseluruhan). Yang
berarti arsitektur ekologis mengandung bagian bagian dari arsitektur
biologis yang memperhatikan Kesehatan penghuni dan lingkungan
sekitarnya. Arsitektur ekologis juga sangat memperhatikan beberapa
arsitektur lainnya diantaranya ialah arsitektur alternatif, arsitektur
matahari yang berkaitan dengan energi surya, arsitektur bionic yang
memperhatikan pembangunan alam serta pembangunan berkelanjutan.
Arsitektur ekologis menghasilkan keselarasan antara manusia dan
lingkungan alamnya. Arsitektur ekologis mengandung dimensi lain
seperti waktu, lingkungan alam, sosial budaya, ruang, serta Teknik
bangunan. Arsitektur ekologis juga merupakan arsitektur yang lebih
kompleks, padat, dan vital dibandingkan dengan arsitektur pada
umumnya.

2.5.7 Pedoman Desain Arsitektur Ekologis


Pedoman yang digunakan dalam mendesain sebuah Kawasan
menggunakan arsitektur ekologis diantaranya adalah :
1. Menciptakan Kawasan hijau sebagai paru paru di Kawasan tersebut
2. Memilih tapak bangunan yang jauh dari ganguan radiasi dan
geobiologis
3. Mempertimbangkan rantai bahan makanan
4. Menggunakan ventilasi alam dalam penyejukan udara di dalam
bangunan
5. Menghindari kelembaban tanah naik ke dalam konstruksi bangunan
6. Memilih lapisan permukaan dinding dan langit langit ruang yang
mampu untuk mengalirkan uap air
7. Mempertimbangkan proporsi ruang berdasarkan harmonical
8. Menjamin bangunan yang akan dibangun tidak akan menimbulkan
masalah pencemaran lingkungan
9. Menciptakan bangunan bebas hambatan sehingga dapat digunakan
oleh segala usia.
Pola perancangan dalam arsitektur ekologis selalu memanfaatkan
keadaan lingkungan sekitarnya, diantaranya adalah :
1. Intensitas energi yang digunakan dapat seminimal mungkin
2. Kulit bangunan yang digunakan dapat berfungsi sebagaimana
mestinya yaitu untuk melindungi dari sinarr matahari dan cuaca
ekstrem
3. Arah bangunan yang sesuai dengan orientasi timur – barat dan utara
– selatan untuk menerima cahaya namun tidak secara berlebih
4. Dinding yang digunakan harus dapat melindungi dari panas matahari
dan keadaan mendesak lainnya di lingkungan huni.

2.5.8 Membangun Pemukiman Ekologis Pada Iklim Tropis


Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis panas lembab,
dengan karakteristik yang dimiliki adalah curah hujan dan kelembaban
udara yang tinggi dengan suhu yang selalu tinggi. Angin sering bertiup
dari arah yang berlawanan pada musim hujan dan kemarau.
Secara garis besar, pemukiman yang berada di negara dengan
iklim tropis ini membutuhkan perlindungan terhadap radiasi matahari,
hujan, serangga, dan apabila pemukiman terdapat di pesisir pantai, maka
membutuhkan perlindungan terhadap angin keras.

2.5.9 Klasifikasi Bahan Bangunan Ekologis


Dalam proses pembangunan tidak dapat dipungkiri bahwa pada era
modern ini selalu membutuhkan kecanggihan teknologi masa kini.
Namun demikian, teknologi yang ekologis selalu mengutamakan
keseimbangan dan keselarasan antara teknologi dan lingkungan.
Penyusunan sistem struktur dan konstruksi bangunan dapat dirancang
dengan memperhatikan masa pakai bagian bagian bangunan, sehingga
dapat dibangun Kembali atau diubah beberapa bagian yang diperlukan.
Klasifikasi bahan bangunan dapat dikatakan ekologis jika memenuhi
syarat syarat sebagai berikut :
1. Eksploitasi dan pembuatan produk bahan bangunan menggunakan
energi seminimal mungkin
2. Penggunaan dan pemeliharaan bahan bangunan meminimalkan
dampak pencemaran lingkungan
3. Bahan bangunan berasal dari bahan alami sumber daya alam lokal
4. Harus dapat dikembalikan semula ke alam atau ke sumbernya.

Gambar … Tabel Masa Pakai Bahan Bangunan


Sumber : frick,H(2007). Dasar dasar arsitektur ekologis. Yogyakarta: kanisius.
2.6 Studi Banding
Kallang River – Bishan Park, Singapore

Gambar … Kallang River, Bisan Park, Singapore


Sumber : ciptakarya P2KH

Dengan Panjang sekitar 10 km, Kallang River berhasil dinobatkan


menjadi sungai terpanjang di Singapura. Pada tahun 1960 dan 1970 demi
menghindari banjir besar yang melanda, di sepanjang dinding sungai Kallang
dibangun kanal dan drainase beton.
Pada akhir tahun 2009, proyek Kallang River Bishan Park yang diinisiasi
oleh PUB (Public Utillities Board), berkolaborasi denggan National Park Board
Singapore untuk mengakomodir kebutuhan persediaan air dan manajemen banjir
serta menciptakan ruang terbuka bagi masyarakat dan alam melalui transformasi
kanal beton disepanjang sungai menjadi sungai alami melalui proses naturalisasi
sungai. Proyek ini adalah program dari ABC Waters (Active, Beauty. Clean
Waters), yang merupakan suatu inisiatif jangka Panjang untuk
mentransformasikan badan air sebagaimana fungsinya sebagai drainase dan
penyedia air menjadi sebuah ruang bagi masyarakat.
Gambar … Kallang River, Bisan Park, Singapore
Sumber : ciptakarya P2KH

Konsep rancangan yang digunakan adalah floodplain concept dimana


masyarakat dapat lebih dekat dengan air dan menikmati aktifitas rekreasi di
sepanjang pinggiran sungai Ketika kenaikan air sungai rendah dan Ketika
intensitas hujan tinggii, lahan di area taman yang berdekatan dengan sungai
memiliki fungsi ganda sebagai kanal penampung air yang mengalirkan air hujan
secara perlahan menuju hilir

Gambar … Bringing Kallang River,into Bisan Park, Singapore


Sumber : ciptakarya P2KH
Penggunaan Teknik bioengineering tanah untuk menstabilkan pinggiran
sungai merupakan Teknik pertama kali yang digunakan di singapura. Semula
dilakukan pengujian 10 teknik bioengineering tanah yang berbeda dan
penanaman berbagai varietas tanaman sepanjang 60 meter untuk penentuan
konstruksi awal. Sepanjang 2,7 km drainase kanal beton telah dilakukan
naturalisasi sungai dengan Panjang 3km yang berkelok di sepanjang Bishan
park. Dan sebesar 62 hektar ruang taman dirancang Kembali untuk dapat
mengakomodasi kedinamisan sistem sungai, yakni kenaikan air fluktuatif dan
juga menyediakan manfaat maksimum bagi pengguna tanaman.

Gambar … Teknik Bioengineering Kallang River, Bisan Park, Singapore


Sumber : ciptakarya P2KH
Pengelolaan air menggunakan
sistem pompa, dimana air hujan diserap
oleh lahan terbuka dan infiltrasi yang
dilakukan oleh vegetasi, untuk
selanjutnya dikumpulkan di reservoir,
lalu dipompa, dialirkan dan disaring
Gambar …pengelolaan menggunakan sistem oleh wetland dan vegetasinya. Untuk
pompa
selanjutnya dimanfaatkan Kembali.
Pengaliran menggunakan sungai buatan
berkelok (meander) yang juga menjadi
pelengkap tanaman. Penggunaan bebatuan pada
badan sungai membantu kecepatan sungai
menjadi lebih rendah sehingga besar
kemungkinan untuk sedikit partikel yang
terbawa aliran sungai menuju hilir sehingga
membantu proses penyaringan pada reservoir.
Selain itu, peningkatan kapasitas sungai dan
penurunan kecepatan aliran sungan juga
menambah fungsi untuk penanggulangan dan
perlindungan banjir di area sekitar lahan. Gambar …penambahan bebatuan di
pinggir sungai

Taman bermain yang dibangun


menggunakan bahan daur ulang yang
berasal dari kanal beton sungai yang
telah dihancurkan. Selain itu, ruang
terbaku hijau yang disediakan
menambah fungsi sebagai penunjang
aktifitas masyarakat dan pengunjung
untuk lebih dekat dengan air.
Gambar …taman bermain yang menggunakan
bahan daur ulang dari kanal sungai yang tidak
terpakai
Setelah dilakukan pemulihan terhadap Bishan Park, saat ini terdapat
peningkatan biodiversitas sebanyak 30% yaitu sebanyak 66 spesies tanaman liar,
59 spesies burung, dan 22 spesies capung yang teridentifikasi berada di Bishan
park. Proyek Bishan park telah diresmikan oleh pemerintah singapura pada
tahun 2012 dan telah dikunjungi sebanyak 3 juta pengunjung per tahun. Bishan
park merupakan sebuah inspirasi bagaimana suatu tanaman perkotaan mampu
berfungsi secara ekologis, menerapkan manajemen air yang baik, meningkatkan
biodiversitas, sebagai tempat rekreasi, dan dapat menumbuhkan hubungan fisik
dan emosional terhadap air serta meningkatkan tanggung jawab masyarakat
terhadap air dan lingkungan di sekitarnya.

Gambar …penampakan lingkungan Bishan Park, Singapore

Demi masa depan yang berkelanjutan, penting adanya penerapan


infrastruktur yang seimbang dan ramah lingkungan. Dimana penerapan
infrastruktur tersebut mampu membawa perubahan dalam pola perilaku
masyarakat dan dapat membuka lembaran kehidupan yang baru untuk lebih
banyak menerapkan ruang terbuka hijau yang ramah lingkungan dan
mengedepankan fungsi ekologis.

Anda mungkin juga menyukai