Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan
sarana pembinaan keluarga. Selain sebagai pelindung terhadap gangguan alam
dan makhluk lainnya, rumah juga berperan sebagai pusat pendidikan keluarga,
proses budaya, penyiapan generasi muda dan lain-lain. Sehingga tidak berlebihan
apabila dikatakan bahwa kualitas sumber daya manusia juga dapat dipengaruhi
dari kualitas perumahan.
Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia setelah sandang dan pangan. Oleh
sebab itu, menempati perumahan dan permukiman yang layak, aman dan nyaman
adalah hak setiap orang. Sasaran yang harus dicapai untuk mendapatkan hunian
yang berkualitas (pada hunian berkepadatan menengah dan rumah tunggal): 4
Menumbuhkan rasa kepemilikan, keamanan dan konsistensi dengan pola
penggunaan yang wajar dan dapat diprediksi.
Merespon perubahan daur hidup hunian dan komunitas
Menumbuhkan kebanggaan dan berkontribusi dalam pembentukan wajah
dan karakter lingkungan.
Perancanaan dan Perancangan harus peka terhadap visi masa depan dari
komunitas
11
layak dihuni dan harganya terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah dan
sedang, berupa bangunan yang luas lantai dan luas kavelingnya memadai dengan
jumlah penghuni serta memenuhi persyaratan kesehatan rumah tinggal.
Rumah Sederhana adalah tempat kediaman yang layak dihuni dan harganya
terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah dan sedang. Luas kapling
ideal, dalam arti memenuhi kebutuhan luas lahan untuk bangunan sederhana sehat
baik sebelum maupun setelah dikembangkan.
Secara garis besar perhitungan luas bangunan tempat tinggal dan luas kapling
ideal yang memenuhi persyaratan kesehatan, keamanan dan kenyamanan
bangunan seperti berikut:
5
Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat
12
Dari hasil perhitungan diatas didapat luas bangunan awal adalah 21 m2
dengan pertimbangan dapat dikembangkan menjadi 36 m2 bahkan pada
kondisi tertentu dimungkinkan memenuhi standar ruang internasional.
13
1 ruang tidur yang memenuhi persyaratan keamanan dengan bagian-
bagiannya tertutup oleh dinding dan atap serta memiliki pencahayaan yang
cukup berdasarkan perhitungan serta ventilasi cukup dan terlindung dari
cuaca. Bagian ini merupakan ruang yang utuh sesuai dengan fungsi
utamanya.
1 ruang serbaguna merupakan ruang kelengkapan rumah dimana di
dalamnya dilakukan interaksi antara keluarga dan dapat melakukan
aktivitas-aktivitas lainnya. Ruang ini terbentuk dari kolom, lantai dan atap,
tanpa dinding sehingga merupakan ruang terbuka namun masih memenuhi
persyaratan minimal untuk menjalankan fungsi awal dalam sebuah rumah
sebelum dikembangkan.
1 kamar mandi/kakus/cuci merupakan bagian dari ruang servis yang sangat
menentukan apakah rumah tersebut dapat berfungsi maksimal atau tidak,
khususnya untuk kegiatan mandi cuci dan kakus.
Kebutuhan dasar minimal suatu rumah yang harus selalu dipenuhi dalam
perancangan hunian adalah:
1. Atap yang rapat dan tidak bocor
2. Lantai yang kering dan mudah dibersihkan
3. Penyediaan air bersih yang cukup
4. Pembuangan air kotor yang baik dan memenuhi persyaratan
kesehatan
14
5. Pencahayaan alami yang cukup
6. Udara bersih yang cukup melalui pengaturan sirkulasi udara
sesuai dengan kebutuhan
15
- Closet jongkok kakus beserta leher angsanya 1 unit
- Bak air mandi fibre/plastik 1 unit
- Disiapkan instalasi diluar sumber sumur pompa tangan 1 unit
Gambar II.2 Pola pertumbuhan RIT menuju Rs Sehat-2 pada kondisi lahan dengan harga
tinggi, yang membentuk aturan rumah deret dengan ukuran lebar minimal lahan 6.00 m
dengan luas lahan efektif 72 m2 dan luas lahan ideal 200 m2.
Sumber: Pedoman Pembangunan Rumah Sederhana Sehat, Kepmen Kimpraswil, 1991
A. Pondasi
Secara umum sistem pondasi yang memikul beban kurang dari dua ton
(beban kecil), yang biasa digunakan untuk rumah sederhana dapat
dikelompokan kedalam tiga sistem pondasi, yaitu: pondasi langsung;
pondasi setempat; dan pondasi tidak langsung. Sistem pondasi yang
digunakan pada Rumah Inti Tumbuh (RIT) dan pengembangannya
dalam hal ini Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat) ini adalah sistem
pondasi setempat dari bahan pasangan batu kali atau pasangan beton
16
tanpa tulangan dan sistem pondasi tidak langsung dari bahan kayu ulin
atau galam.
B. Dinding
Untuk dinding papan harus dipasang pada kerangka yang kokoh, untuk
kerangka dinding digunakan kayu berukuran 5/7 dengan jarak
maksimum 100 cm. Kayu yang digunakan baik untuk papan dan balok
adalah kayu kelas kuat dan awet II. Apabila untuk kerangka digunakan
kayu balok berukuran 5/10 atau yang banyak beredar dipasaran dengan
ukuran sepadan. Jarak tiang rangka kurang lebih 150 cm. Papan yang
digunakan dengan ketebalan minimal 2 cm setelah diserut dan
sambungan dibuat alur lidah atau sambungan lainnya yang menjamin
kerapatan.
17
Kolom dikategorikan berdasarkan panjangnya, yaitu:
Kolom pendek adalah elemen struktur kolom yang mempunyai nilai
perbandingan antara panjangnya dengan dimensi penampang
melintang relatif kecil. Kapasitas pikul-beban kolom tidak bergantung
pada panjang kolom dan apabila mngalami beban berlebihan,
kegagalannya berupa kegagalan material. Dengan demikian kapasitas
pikul-beban batas bergantung pada kekuatan material yang
digunakan.
Kegagalannya berupa hancurnya material.
Kolom panjang. Pada kolom panjang, kapasitas pikul-beban untuk
elemen struktur kolom terebut adalah besar beban yang menyebabkan
kolom tersebut mengalami tekuk awal. Struktur yang telah mengalami
tekuk tidak mempunyai kemampuan layan lagi.
Kolom panjang (beban lebih kecil dari beban tekuk): kolom berada
dalam keseimbangan stabil. Apabila kolom mengalami deformasi
kecil, dapat kembali ke konfigurasi semula apabila bebannya
dihilangkan.
Kolom panjang (beban = beban tekuk); apabila beban pada kolom
mengalami deformasi dari konfigurasi linier, maka akan tetap pada
konfigurasi baru (tidak kembali ke konfigurasi linier). Beban tekuk
adalah beban maksimum yang dapat dipikul oleh kolom. Sedangkan
pada kolom panjang dengan beban lebih besar daripada beban tekuk
kritis, kolom berada dalam keseimbangan tak stabil. Kolom akan
terus berdeformasi pada beban konstan sampai akhirnya runtuh.
Kondisi ujung sangat mempengaruhi besar beban kritis. Apabila
kedua kolom identik, hanya berbeda kondisi ujungnya, maka kolom
yang mempunyai ujung jepit dapat memikul beban lebih besar
daripada kolom berujung sendi.
18
5/10 atau yang banyak beredar di pasaran dengan ukuran sepadan.
Panjang sekur maksimum 50 cm. Pada balok yang terletak sederhana,
maka titik hubung tidak menahan rotasi, hanya gaya vertikal yang dapat
disalurkan oleh titik hubung. Sedangkan pada sistem rangka, karena
balok secara kaku dihubungkan dengan kolom, maka kolom dapat
menahan rotasi ujung-ujung balok. Dengan demikian momen dan gaya
dapat disalurkan oleh hubungan kaku seperti ini.
D. Kuda-kuda
19
Setiap elemen tersebut secara khas dianggap tergabung pada titik hubung
sendi (titiknya memperbolehkan elemen strukturnya berotasi secara
bebas, tetapi tidak dapat bertranslasi ke arah manapun. Dengan demikian
titik tumpu tersebut tidak dapat memberi tahanan momen, tetapi dapat
memberi tahanan gaya pada arah manapun). Batang-batang disusun
sedemikian rupa sehingga semua beban dan reaksi hanya terjadi pada
titik hubungan tersebut.
Setiap deformasi yang terjadi pada struktur stabil adalah minor dan
diasosiasikan dengan perubahan panjang batang yang diakibatkan oleh
gaya yang timbul di dalam batang sebagai akibat dari beban eksternal.
Selain itu, sudut yang terbentuk di antara dua batang tidak berubah
apabila struktur stabil tersebut dibebani. Hal ini sangat bertentangan
dengan bentuk tidak stabil, yang sudut di antara dua batangnya berubah
sangat besar. Juga jelas bahwa gaya eksternal menyebabkan timbulnya
gaya pada batang-batang struktur bentuk stabil. Gaya-gaya yang timbul
pada struktur tersebut adalah tarik atau tekan. Tidak ada lentur pada
struktur tersebut.
Untuk rangka batang yang hanya memikul beban vertikal, pada batang
tepi atas umumnya timbul gaya tekan, dan pada batang tepi bawah
umumnya timbul gaya tarik. Gaya tarik atau tekan ini dapat timbul pada
setiap batang, yang mungkin saja terjadi pola berganti-ganti tarik dan
tekan.
Hal yang sangat penting pada rangka batang adalah, struktur tersebut
hanya dibebani oleh beban-beban terpusat. Apabila beban-beban tersebut
bekerja langsung pada batang, maka akan timbul tegangan lentur pada
batang tersebut, selain juga tegangan aksial tekan atau tarik yang umum
ada pada rangka batang. Sebagai akibatnya, desain batang tersebut
menjadi rumit, dan efisiensi keseluruhan batang menjadi berkurang.
20
II.1.3 Metoda pelaksanaan pembangunan
21
kuda ini sangat sederhana, yaitu menggunakan sistem
kosntruksi kuda-kuda papan paku, dimana sistem ini hanya
menggunakan sambungan klam
Gambar II.5 Pekerjaan pembesian untuk kerangka bangunan dari beton bertulang, pemasangan
kusen pintu, dan pekerjaan pasangan dinding
Sumber: Petunjuk Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat, Kepmen Kimpraswil, 1991
22
Gambar II.6 Pemasangan kuda-kuda serta gording kayu
Sumber: Petunjuk Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat, Kepmen Kimpraswil, 1991
23
Gambar II.8 Pekerjaan finishing
Sumber: Petunjuk Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat, Kepmen Kimpraswil, 1991
Gambar II.9 Pekerjaan sambungan tulangan sloof untuk pembangunan ruang-ruang pertumbuhan
pada RIT
Sumber: Petunjuk Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat, Kepmen Kimpraswil, 1991
24
5. Untuk pengembangan pada ring balok; luruskan stek yang telah
disediakan pada ring balok kemudian lakukan penyambungan
tulangan lama dan baru seperti yang dilakukan pada balok sloof.
Gambar II.10 Pekerjaan sambungan tulangan ring balok untuk pembangunan ruang-ruang
pertumbuhan pada RIT
Sumber: Petunjuk Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat, Kepmen Kimpraswil, 1991
Kriteria dasar rumah tahan gempa yang utama dan perlu diketahui adalah bentuk
denah. Denah yang baik haruslah simetris, sehingga strukturnya seimbang dengan
25
sumbu bangunan. Gambar di bawah ini memperlihatkan beberapa perlakuan
terhadap bentuk denah bangunan yang disarankan 6
Keterangan:
Denah bangunan yang terlalu panjang harus dipisahkan (Gambar 1.a)
Denah berbentuk L harus dipisahkan (Gambar 1.b)
Denah berbentuk U harus dipisahkan (Gambar 1.C)
Supaya suatu bangunan dapat menahan gempa, gaya inersia gempa harus dapat
disalurkan dari tiap-tiap elemen struktur kepada struktur utama gaya honisontal
yang kemudian memindahkan gaya-gaya ini ke pondasi dan ke tanah. Adalah
sangat penting bahwa struktur utama penahan gaya horizontal itu bersifat kenyal.
Karena jika kekuatan elastis dilampaui, maka keruntuhan getas yang tiba-tiba
tidak akan terjadi, tetapi pada beberapa tempat tertentu terjadi leleh terlebih dulu.
Oleh karena itu, dari segi struktur bangunan, seluruh bagian bangunan harus
merupakan satu kesatuan, dengan jalan elemen-elemen bangunan tersebut diikat
ke segala arah sehingga membentuk satu unit yang kaku. Dengan demikian,
bangunan mempunyai jalur lintasan gaya yang cukup untuk dapat menahan gaya
gempa horizontal.
6
http://www.pu.go.id/publik/bencana/gempa/gempa%20tsunami4.htm
26
Bangunan tembok:
o Dinding bata harus kuat dengan kolom,sloof, ring balok dari beton
atau kayu
Bangunan kayu :
Gambar II.12 Setiap elemen bangunan diikat dan menjadi satu kesatuan pada bangunan tahan
gempa
Sumber: http://www.pu.go.id
Selain kedua kriteria di atas, kriteria yang harus dipenuhi juga adalah bahan
bangunan harus seringan mungkin. Hal ini dikarenakan besarnya beban inersia
gempa adalah sebanding dengan berat bahan bangunan. Sebagai contoh penutup
atap genteng diatas kuda-kuda kayu menghasilkan beban gempa horisontal
sebesar 3 x beban gempa yang dihasilkan oleh penutup atap seng diatas kuda-kuda
27
kayu. Sama halnya dengan pasangan dinding bata menghasiIkan beban gempa
sebesar 15 x beban gempa yang dihasilkan oleh dinding kayu.
Bentuk Sistem Bangunan Produksi Industri (SBPI) ini adalah bentuk yang
sebenarnya dari industrialisasi, dimana proses membangun seluruhnya
diindustrikan. Menurut pengertiannya, industrialisasi bangunan tidak saja
menyangkut cara-cara tertentu saja, tetapi juga keseluruhan proses membangun
dari tahapan perancangan sampai dengan pelaksanaannya.
SBPI bisa dibagi menjadi dua generasi besar yang terutama berbeda berdasarkan: 7
Pihak pengambil inisiatif (sektor demand atau sektor supply)
Metoda dalam melaksanakan jumlah besar melalui standardisasi
(industrialisasi tertutup atau terbuka)
7
Tri Yuwono, Sistem Bangunan Produksi Industri di Atas Air, Skripsi, Departemen Arsitektur
ITB, Bandung , (1987).
28
Pihak kedua ini melaksanakan pekerjaan bangunan.
Kedua pihak ini membentuk hubungan:
MEANS E N D
alat tujuan
29
Para arsitek membutuhkan suatu pendekatan konseptual baru yng
memungkinkan melihat metoda SBPI sebagai suatu fungsi dan aktifitas
desain juga.
Bagian-bagian
Bangunan bangunan Pemasangan di 1 versi
tipikal Yang khusus dalam site
Pemilihan tingkat prefabrikasi sebesar ruangan (di Eropa barat) dan “cell”
(di Amerika), mempunyai konsekuensi dalam bidang perdagangan:
Mengikut sertakan perusahaan-perusahaan yang “capital intensive”.
Besarnya elemen bangunan itu membatasi radius pelayanan pabrik,
sehinga dicapai suatu jumlah produksi besar untuk suatu area terbatas.
Untuk bersaing dengan industri bangunan “rationalized traditional”
harus memperhitungkan persyaratan-persyaratan ekonomis tertentu.
30
C. Industrialisasi Terbuka (Generasi kedua bangunan ter-industri)
Sasarannya adalah dalam pendekatan pemilihan tingkat prefabrikasi “Kit
of Parts Approach”, “Catalogue Approach”. Bisa dibuat skema berikut:
Berbagai Bagian-bagian
jenis/tipe standar yang bisa Pemasangan di banyak
bangunan diterapkan secara dalam site versi
bebas
31
Dalam pendekatan terbuka, perlu diadakan terlebih dulu “kesepakatan”
antara para peodusen sebelum berbagai jenis bangunan dapat dibentuk dari
sejumlah bagian bangunan. Di sini muncul istilah “system Building”.
Kesepakatan itu menyangkut:
Koordinasi dimensional: perlu untuk sistem dimensi yang berlaku
umum.
joints : antara berbagai bagian bangunan, pada tingkat morfologis
(bentuk joint) dan toleransi ketepatan produksi dan pemasangan.
Kualitas: kelas-kelas kualitas dan penampilan
32
peranan Arsitek sebagai penerjemah pemakai kebutuhan perorangan
semakin berkurang atau bahkan mungkin hilang. (Formula Package
Deal). Inisiatif oleh industri (Industry-Sponsored systems), umumnya
selalu Building-Systems tertutup.
2. Inisiatif oleh pihak pemakai:
Dengan standardisasi rangka-rangka struktur, dimensi, bahan, dan
sebagainya, dengan pengelompokan per sub sistem (rangka,
komponen) dan aturan-aturan koordinasi, CLASP (Inggris:
Consortium of Local authorities School Programmes) berhasil
mewujudkan suatu building systems terbuka yang menarik. Banyak
contoh lain untuk mengambil inisiatif yang mungkin dilakukan (untuk
bangunan lain: Rumah sakit, Universitas). Inisiatif oleh users (Client
Sponsored Systems) pada dasarnya building-system terbuka, dengan
syarat dan kesepakatan:
Dimensi sistematik
joints: morfologi, toleransi
Standar kualitas : fungsional dan teknis.
33
Gambar II.13 Produk dapat dipisahkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan poin
kostumisasi (Mintzberg dkk. 1998)
Sumber: Svensson
Sistem bangunan berbagai dimensi, yaitu frame, panel, cell modular dan
berbagai macam kinerja komponenisasi, telah terkenal di US sebagai
hasil industrialisasi dari industri konstruksi perumahan. Masing-masing
sistem bangunan tersebut memiliki karakteristik yang akan
34
mempengaruhi desain komponen, fabrikasi, perakitan, dan fleksibilitas
desain arsitektur untuk menciptakan lingkungan hunian yang nyaman.
Penjelasan lebih lanjut mengenai tipe-tipe sistem tersebut adalah sebagai
berikut:
35
2. sistem panel lebar (large panel system): panel lantai maupun
dinding yang lebar dapat bervariasi dalam ukuran. Berat masing-
masing panel sekitar 10 ton atau lebih, sehingga memerlukan alat
berat untuk merakit bangunan. Pada saat yang sama, pekerja di
lapangan relatif dapat dikurangi jika dibanding sistem panel
kecil, karena jumlah panel dan sambungan yang lebih sedikit.
Untuk memperoleh keuntungan yang optimal, fleksibilitas
arsitektural pasca produksi harus direncanakan terlebih dahulu.
Sistem ini sudah pasti lebih berat (dengan menggunakan sistem beton
bertulang yang normal), jika dibandingkan dengan komponen-komponen
pada sistem panel lebar. Berat modul beton pada Expo ’67’ Habitat
rancangan Moshe Safdie sekitar 80-95 ton, sedangkan pada Habitat
Puerto Rico seberat 22 ton. Sistem ini membutuhkan alat berat khusus
untuk perakitan. Sebagai tambahan, modul yang besar memiliki batasan
dari segi transportasi, baik dalam jumlah komponen yang dapat dikirim
dalam 1 moda maupun batasan dimensi dari modul tersebut.
36
Di sisi lain pekerjaan di lapangan berkurang. Perakitan bangunan yang
besar dapat dengan mudah diselesaikan hanya dalam waktu setengah
dari waktu konvensional (atau lebih cepat).
37
II.4.2 Konsep Pembangunan Massal
38
II.4.3 Elemenisasi, Komponenisasi, dan Pre-fabrikasi
8
Nicolas S.Y. Yeung, Albert P.C. Chan, & Daniel W.M. Chan, Application of Prefabrication in
Construction – A New Research Agenda for Reform by CII-HK
9
Ibid.
39
Material yang tebuang menjadi lebih sedikit karena material yang
cacat pun lebih sedikit
40
II.5 Membangun Pada Konteks Pasca Bencana
Dari hasil observasi, kualitas konstruksi bangunan dinilai baik, dan aman
secara seismik. Kualitas yang baik diperoleh dari ketaatan dalam mematuhi
peraturan (building codes) dari pemerintah. Karena masyarakat telah terbiasa
dengan material utama, serta penggunaan desain vernakular (sudah umum di
masyarakat), maka proyek dengan bantuan pembiayaan dari pemerintah ini
lebih sesuai dengan karakter serta tradisi setempat. Namun resiko dari proyek
ini timbul apabila pemilik tidak memiliki kemampuan untuk mengatur
pembangunan rumahnya, sehingga kualitas pekerjaan menjadi rendah, dan
dana yang diberikan tidak dapat dimanfaatkan dengan baik.
41
berperan sebagai fasilitator, memberikan tambahan bantuan material dan
bantuan teknis, namun tetap sesuai dengan kerangka kerja pemerintah. Di
Gujarat, proses rekonstruksi dengan pendekatan ini dilakukan di 7 desa, di
Rapar Taluka, distrik Kachch.
42
Sekitar 36 % pemilik rumah tidak puas dengan kualitas material yang
digunakan. Hal ini menjadi signifikan, melihat bahwa dengan pendekatan
swakelola, pemilik lebih merasa puas (100%). Namun hal ini seringkali
disebabkan karena jarak dan lokasi desa yang sulit diakses, sehinggakinerja
dari kontraktor menurun.
10
Barenstein, J., D.,Housing Reconstruction in Post-Earthquake Gujarat: A Comparative
Analysis, Network Paper no .54, Humanitarian Practice Network at Overseas Development
Institute, London, Maret 2006
43
Masyarakat paling merasa tidak puas dengan rekonstruksi yang menggunakan
metode the contractor-driven approach ex nihilo (CODEN), atau rekonstruksi
yang dilaksanakan oleh kontraktor profesional, di mana seluruh desa dibangun
kembali pada tapak yang berbeda.
Ironisnya, proyek yang memakan biaya paling besar justru mendapat apresiasi
rendah dari masyarakat. Studi ini memberikan bukti empiris bahwa perkembangan
tren bantuan pembiayaan untuk rekonstruksi rumah swakelola sangatlah mungkin
untuk diterapkan baik dari segi sosial, pembiayaan, maupun segi teknis.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam konteks pemberdayaan masyarakat dan potensi
lokal, dengan pemberian bantuan pembiayaan dan teknis saja, masyarakat
memiliki kapasitas dalam membangun rumah yang dapat merespon kebutuhan
mereka. Respon yang terjadi jauh lebih baik jika dibandingkan dengan rumah
yang diberikan langsung oleh agensi (LSM atau pemberi bantuan non-
pemerintah).
Studi ini juga membuktikan lebih jelas adanya resiko dari rekonstruksi yang
sepenuhnya dilakukan oleh kontraktor, yaitu: tidak fleksibel, tidak sensitif
terhadap budaya, kesalahan dalam mengadaptasi kondisi lokal, tendensi untuk
44
memperkenalkan material baru yang tidak sesuai dengan iklim setempat, dan sulit
untuk perawatan maupun pengembangan.
Dari proses pembangunan dan rekonstruksi yang terjadi di negara lain, kita dapat
mengambil pelajaran diantaranya:
11
http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/Publication/280016-
1106130305439/reconstruction_notes.pdf
45
Memberlakukan struktur pemerintahan yang berkelanjutan secepatnya,
serta meningkatkan kapasitasnya.
46
Gambar II.18 Pelaksanaan Rekonstruksi di D.I. Yogyakarta (2007); pembangunan oleh
masyarakat memungkinkan rumah dapat dihuni walaupun belum selesai sepenuhnya (kiri);
bantuan langsung dari NGO (kanan).
(a)
(b)
(c)
Gambar II.19 Pelaksanaan Rekonstruksi di Pangandaran, (a) Rumah Nelayan Ramah
Bencana, bantuan Dinas Perikanan & Kelautan, Kecamatan Sidamulih Pangandaran
(Desember 2006), (b)Rumah sementara bantuan langsung, Kecamatan Pangandaran
(November 2006), (c)Rekonstruksi dengan partisipasi masyarakat kecamatan Parigi,
Pangandaran, Desember 2006.
47
Tabel II.1 Perbandingan Rekonstruksi Pasca Bencana Antara 3 Daerah Yang
Terkena Bencana Di Indonesia
(Aceh, Pangandaran, Yogyakarta)
Keterangan:
ODA: The Owner-Driven Approach, SHA: The Subsidiary Housing Approach, PHA: The
Participatory Housing Approach, CODIS: The Contractor-Driven Approach In-Situ , CODEN:
The Contractor-Driven Approach Ex-Nihilo
12
http://www.wikipedia.com
48
Terdapat beberapa kecenderungan yang terjadi pada pelaksanaan
rekonstruksi pasca bencana. Yang pertama adalah pendekatan
rekonstruksi dengan cara memberikan bantuan rumah langsung (dengan
metode konstruksi massal yang dilaksanakan oleh kontraktor) lebih
efisien apabila dilihat dari penggunaan material. Namun di sisi lain,
kurangnya partisipasi masyarakat menyebabkan rendahnya rasa
kepemilikan. Pelaksanaan rekonstruksi pun menjadi lebih lama,
tergantung pada konsolidasi tanah dan proses pengadaan (procurement).
Kontrol terhadap kualitas pun menjadi sangat rendah, karena kurangnya
sumber daya dan pengawasan.
49
serta kajian teori di atas, disimpulkan bahwa beberapa faktor yang
mempengaruhi kecepatan rekonstruksi hunian pasca bencana adalah 13 :
1. Evaluasi yang tepat terhadap jenis bencana dan kondisi yang menjadi
konsekuensinya
RISHA, atau Rumah Instan Sederhana Sehat, adalah suatu teknologi konstruksi
sistem pracetak untuk bangunan sederhana atau Rumah Sederhana Sehat (RSH).
Teknologi ini telah diperkenalkan di Aceh pasca tsunami 2004 untuk membangun
hunian, infrastruktur, dan fasilitas umum.
Kelebihan RISHA:
13
Larasati D., dkk, A Comparative Study To Evaluate Efficiency Of Housing Reconstruction In
Disaster Areas In Indonesia, Focus of Study: Nangroe Aceh Darussalam, DI Yogyakarta, West
Java, prosiding seminar URDI, Yogyakarta 9-10 Juli 2007.
50
c. Setiap komponen memiliki tingkat fleksibel untuk perubahan maupun
pengembangan
Esensi dari teknologi sistem Risha adalah sistem ukuran dan modul
komponen-komponen yang dapat digunakan dalam pembentukan ruang.
Secara umum, komponen terbagi 2 kelompok, yaitu komponen struktur
(panel & simpul) serta komponen pengisi (partisi, kamar mandi, atap,
lantai).
51
Ukuran modul yang dimiliki adalah 1.20 m dengan tebal komponen 10
cm dan lebar struktur 30 cm. sehingga ruang yang dapat terbentuk
merupakan perpaduan dari ukuran 1,2 m dan 30 cm
A. Sistem Sambungan
52
B. Panel Struktur
Terdiri dari panel struktur 1 (p1), panel struktur 2 (p2), dan simpul.
C. Panel Partisi
Terdiri dari rangka yang terbuat dari bahan berbasis kayu, baja,
atau alumunium yang ditutup dengan bahan panel lembaran kedap
air dan cuaca. Partisi-partisi tersebut terdiri dari partisi masif, dan
partisi pintu-jendela.
53
D. Kamar Mandi
E. Atap
E. Lantai
54
II.6.2 Tahap Perakitan RISHA
55
1
2 3 4
Gambar II.28 Pengembangan Risha sesuai dengan pengembangan RIT menjadi RsS
Sumber: Arif Sabarudin, Membangun Risha, 2002
56
Gambar II.29 Pembangunan Risha
Sumber: Arif Sabarudin, Membangun Risha, 2002
Agar masyarakat korban bencana bisa mendapatkan hunian yang layak dan
berkualitas, maka rumah yang dibangun harus sesuai dengan peraturan yang telah
dikeluarkan oleh kementrian Kimpraswil Republik Indonesia, yaitu rumah dengan
tipe RSS. Sistem struktur rangka maupun dinding pendukung merupakan sistem
struktur yang paling efisien untuk rumah sederhana. Metode membangun
sederhana harus dapat dikembangkan sehingga konstruksi diterapkan di daerah
manapun dengan pekerja tidak terlatih dalam jumlah minimal.
57
Dengan desain rumah yang benar, maka rasa kepemilikan, keamanan dan
konsistensi dapat dirasakan oleh masyarakat. Hunian tersebut juga harus dapat
merespon perubahan daur hidup hunian dan komunitas. Rumah yang baik pun
dapat menumbuhkan kebanggaan dan berkontribusi dalam pembentukan wajah
dan karakter lingkungan, sehingga perancanaan dan perancangannya harus peka
terhadap visi masa depan dari komunitas.
Untuk wilayah Indonesia yang rawan terhadap berbagai macam bencana, terutama
gempa bumi, maka kriteria bangunan yang tahan gempa pun harus dipenuhi dan
disosialisasikan pada masyarakat. 3 kriteria bangunan tahan gempa tersebut
adalah denah yang simetris, bangunan yang diikat ke segala arah sehingga
menjadi satu kesatuan yang kaku, serta material yang ringan.
Beberapa hal yang dapat dipelajari dan menjadi catatan adalah sebagai berikut:
58
Hal ini menunjukan bahwa jumlah komponen yang sedikit akan
mempermudah baik proses fabrikasi maupun perakitan di lapangan,
sehingga akan mempercepat masa konstruksi.
o Perakitan komponen-komponen
o Industri cetakan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari sebagai hasil analisis dari
pengamatan lapangan serta kajian di atas adalah:
59
Berdasarkan tahapan pembangunan seperti yang digambarkan pada
diagram Handler, maka pada kondisi pasca bencana, tahapan yang dapat
dilakukan dengan pelibatan masyarakat dan menjadi fokus dalam
penelitian ini adalah tahap desain hingga konstruksi. Tahap procurement
diasumsikan sebagai tahap yang mendapat bantuan dari pemerintah atau
pemberi bantuan.
D/E
FS P C B
Design /
Feasibility Study Procurement Construction Bionomic
Engineering
Feed back Feed back
Feed back
Feed back
60
Material lain yang mudah ditemukan adalah batu dan batako. Perlakuan
khusus terhadap material tersebut akan memberikan nilai lebih pada
kualitas rumah.
61
Tabel II.3 Tabel Komponen Bangunan untuk Rumah Inti Tumbuh dan
Pengembangannya
KETERANGAN /
SISTEM BANGUNAN KOMPONEN JENIS MATERIAL
GAMBAR
pasangan
beton
62
panel panel kecil gypsum
2 DIMENSI (small
panel)
beton ringan
Panel kayu/
plywood
beton ringan
Panel kayu/
plywood
Tabel II.4 Tabel Waktu dan Uraian Pekerjaan Yang Diperlukan Untuk
Membangun Satu Unit Rumah Inti (RIT-1, tembok)
Sumber: diolah dari Kepmen Kimpraswil, Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sederhana
(Tembok), 1991
63
Tabel II.5 Tabel Kriteria Ketahanan Gempa & Tsunami
Denah berbentuk L
harus dipisahkan
Denah berbentuk U
harus dipisahkan
64
ANTISIPASI Sistem split core (5x lebih Posisi tegak lurus
TSUNAMI kuat disbanding struktur terhadap garis pantai,
(UNTUK tradisional sehingga kuat dan
RUMAH DI dapat berfungsi
DAERAH sebagai pemecah
PANTAI) gelombang
Lantai Dinaikkan
(panggung), untk
mengantisipasi air
pasang
65
rumah sederhana tahan gempa
Kubika
Rangka l
(sloof, kolom
, balok,
Dinding pen
66