Anda di halaman 1dari 16

NAMA : PUTRI NINDA RAMDANI

NIM : 1630311019

ANALISIS USAHA TANI BUAH MANGGA

A. Sumber-sumber Risiko Pada Usaha tani Buah Mangga

Risiko yang dihadapi oleh petani mangga akan mempengaruhi produktivitas dan
pendapatan usahatani buah mangga. Variasi yang terjadi dalam jumlah produksi pada
petani mangga di Kabupaten Indramayu menunjukan bahwa petani mangga menghadapi
adanya berbagai risiko dalam kegiatan produksi usahatani mangga.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerugian pada usahatani mangga yang


mereka jalankan disebabkan oleh kondisi alam yang sulit diprediksi dan tidak dapat
dikontrol, antara lain curah hujan, hama penyakit yang sulit diprediksi selain itu adanya
faktor-faktor kesalahan dari sumberdaya manusia (SDM) pun menjadi faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya risiko. Antara lain kesalahan dikarenakan pemberian pupuk yang
tidak sesuai dengan takaran, kerusakan fisik pada produk dikarenakan adanya kesalahan
dalam proses pemanenan, dan kerusakan fisik pada produk yang disebabkan adanya
kesalahan dalam proses pengepakan pada saat produk akan dipasarkan.

Selain faktor-faktor yang disebutkan di atas tersebut, penyebab kerugian pada


usahatani buah mangga tidak terbatas pada faktor alam serta kerusakan yang disebabkan
karena kesalahan SDM saja, akan tetapi juga disebabkan oleh karena adanya fluktuasi
harga output maupun input. Peningkatan harga input pada usahatani buah mangga
berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden, terjadi karena adanya peningkatan
harga tenaga kerja, adanya peningkatan harga pupuk, serta adanya peningkatan pada harga
obat-obat pertanian. Pada penelitian ini akan mengkaji mengenai besaran risiko
berdasarkan persepsi petani terhadap sumber-sumber risiko dan tingkat risiko, guna
menekan risiko pada usahatani buah mangga di Kabupaten Indramayu

B. Sumber-sumber Risiko Produksi Yang Disebabkan Oleh Alam

Faktor alam merupakan salah satu sumber risiko atau faktor penyebab kerugian
yang sulit untuk diatasi oleh petani hal ini disebabkan karena pada umumnya faktor alam
ini tidak dapat dikendalikan, diprediksi maupun dikontrol oleh petani, faktor risiko alam
ini datang begitu saja dan tidak dapat dicegah. Di Kabupaten Indramayu sendiri usaha
budidaya mangga masih sangat tergantung pada faktor alam seperti curah hujan,
temperatur udara, kelembaban udara, cahaya matahari dan lain-lain. Kenyataannya bahwa
usaha budidaya mangga yang ditekuni petani sangat tergantung pada faktor alam membuat
ketidakstabilan alam menjadi sumber-sumber atau faktor yang dapat menimbulkan
kerugian pada budidaya mangga di Kabupaten Indramayu menurut hasil wawancara
dengan beberapa petani responden, dapat diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah
dapat dilihat dari tabel 1 berikut.

Tabel 1 Persentase Risiko yang Disebabkan Oleh Faktor Alam

Sumber risiko yang Jumlah petani


Persentase (%)
disebabkan alam responden (orang)
Curah hujan 20 66
Hama 5 17
Penyakit 5 17
Total 30 100

a. Curah Hujan

Tabel di atas menjelaskan bahwa hasil wawancara bersama 30 responden sebaran


persepsi petani buah mangga di Kabupaten Indramayu berdasarkan faktor alam sebesar 66
persen menyatakan bahwa curah hujan merupakan faktor alam yang memberikan dampak
kerugian paling tinggi. Kondisi cuaca dan iklim menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan ketidakpastian dalam usaha budidaya buah mangga. Perubahan cuaca yang
drastis dan sulit diprediksi akan sangat mempengaruhi secara langsung terhadap
pertumbuhan buah yang diusahakan.
Terkait dengan perubahan cuaca yang sulit diprediksi, kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa petani mangga mengalami kesulitan untuk menanggulangi risiko
yang satu ini, secara teknis tanaman mangga akan berkembang baik disaat musim
kemarau, karena kebutuhan air akan lebih terkontrol. Curah hujan yang cocok bagi
perkembangan buah mangga ini berkisar antara 1000-2000 mm pertahun, karena
kekurangan atau kelebihan air akan berpengaruh terhadap produksi buah mangga. Dampak
negatif yang dapat dihasilkan karena curah hujan yang tinggi dan musim pancaroba antara
lain adalah bunga banyak berguguran terkena terpaan air hujan sehingga dapat dipastikan
jumlah produksi buah mangga akan berkurang. Timbulnya jamur pada buah sehingga buah
akan lebih cepat membusuk serta buah yang dihasilkan tidak mulus, dan pada umumnya
pada musim hujan serangan penyakit akan lebih banyak.
Sampai saat ini cara yang digunakan oleh petani responden masih sangat konvensional
yaitu dengan cara membungkus buah mangga dengan pelastik, dan penggunaan jerami
untuk mencegah erosi tanah. Terbatasnya teknologi yang digunakan petani responden
untuk meminimalisir dampak kerugian yang ditimbulkan oleh kondisi cuaca khususnya
musim hujan kurang maksimal karena mayoritas petani responden belum menemukan cara
yang tepat untuk meminimalisir dampak dari curah hujan yang tinggi tersebut.

b. Hama

Mangga merupakan buah yang sangat rawan terhadap serangan hama, menurut
hasil wawancara di lapangan, sebagaimana dapat dilihat pada tabel di atas menunjukan
nilai sebanyak 16 persen, nilai ini menunjukkan bahwa risiko yang disebabkan oleh hama
tidak terlalu besar dibandingkan dengan risiko yang disebabkan oleh curah hujan. Ada
beberapa jenis macam hama yang sering menyerang tanaman mangga milik petani
budidaya mangga di Kabupaten Indramayu adalah:
1. Kutu putih (Rastrococcus Spinosus), hama ini menghisap cairan sel dan umumnya
menyerang pada musim penghujan, pengendalian yamg dilakukan oleh para petani
adalah dengan cara pengendalian kultur teknis yaitu memotong cabang daun yang
terserang dan membakarnya. Sedangkan pengendalian secara kimiawi yang
dilakukan oleh petani adalah dengan cara memberikan insektisida berbahan aktif.
2. Ulat perusak daun (Ortega Melanopolaris Hamson) hama ini merusak daun dan
kadangkala pucuk muda, akibat serangan hama ini daun menjadi patah,layu dan
akhirnya mati, biasanya menyerang pada peralihan masim hujan dan musim
kemarau, yang dilakukan petani untuk meminimalisir hama ini adalah dengan cara
pengasapan dengan membakar sampah kering yang bagian atasnya ditutupi dengan
sampah basah agar dapat dihasilkan asap dan tidak sampai terbakar. Selain itu cara
meminimalisir hama ini adalah dengan melakukan penyemprotan dengan
menggunakan insektisida berbahan aktif.
3. Lalat buah (Dacus Dorsalis), akibat dari serangan hama ini adalah timbulnya titik
hitam pada kulit buah, titik-titik hitam tersebut akibat tusukan lalat buah, akibatnya
daging buah menjadi busuk dan pada akhirnya buah tidak dapat dipanen karena
rusak atau gugur, untuk meminimalkan hama ini petani melakukan pengendalian
secara kultur teknis yaitu mengumpulkan buah-buah yang terserang, baik yang
sudah jatuh maupun yang masih berada di pohon lalu ditimbun di dalam tanah,
selain itu petani meminimalisir hama ini dengan cara menanam tanaman
perangkap, yaitu menanam tanaman selasih disekeliling kebun.
4. Penggerek buah (Noorda Albizonalis Hampson) dampak dari serangan ini hampir
mirip dengan hama lalat buah bedanya hama penggerek buah biasa menyerang
pada saat buah sebesar bola pingpong, cara pemberantasan yang dilakukan oleh
petani pun sama seperti apa yang dilakukan terhadap hama lalat buah, selain yang
disebutkan diatas, petani juga melakukan pemberantasan hama dengan
pengendalian fisik yaitu dengan cara membungkus buah setelah buah mangga
sebesar bola pingpong dan dilakukan dengan pengendalian secara biologi yaitu
dengan memanfaatkan predator larva Rhynchium attrisium.
Pengendalian hama yang dilakukan banyak petani responden selama ini masih
terbatas pada penggunaan insektisida, sebagai langkah pencegahan dan penanggulangan
hama tanaman buah mangga. Penggunaan insektisida sebagai upaya pengendalian hama
memang dibenarkan, akan tetapi menurut Samsu (2011), pencegahan hama dengan
penyemprotan insektisida sering kali memboroskan biaya, terlebih harga insektisida yang
semakin hari kian tinggi. Disamping itu penggunaan insektisida maupun obat-obatan
pembasmi hama yang berlebihan akan merusak lingkungan dan tentu saja membuat hama
menjadi resisten terhadap insektisida tersebut. Pencegahan merupakan tindakan yang
paling efektif daripada mengobati, selain tidak menimbulkan efek samping, tindakan
pencegahan juga tidak memerlukan biaya yang terlalu besar. Pencegahan sebaiknya
dilakukan sebelum kegiatan pemeliharaan dimulai, oleh karena itu para petani setidaknya
harus memahami dan mengetahui daur hidup hamanya.

c. Penyakit

Begitu juga dengan penyakit, dari hasil wawancara dengan petani responden, factor
risiko yang disebabkan oleh penyakit tidak terlalu besar dengan risiko yang diakibatkan
oleh curah hujan, dapat dilihat dari tabel bahwa risiko yang disebabkan oleh penyakit
menurut pendapat petani responden sebesar 16 persen. Sesuai dengan pernyataan
sebelumnya bahwa, tanaman mangga sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit
pada setiap pertumbuhannya. Selain hama penyakit tanaman juga merupakan salah satu
sumber risiko dalam budidaya mangga ini, sehingga hal tersebut merupakan penyebab
tidak optimalnya produksi buah mangga yang dihasilkan. Penyakit yang sering menyerang
tanaman maupun buah mangga menurut kebanyakan petani responden pada umumnya
disebabkan oleh bakteri, virus, dan cendawan. Penyakit yang biasa menyerang
diungkapkan oleh petani antara lain penyakit layu benih menyerang tanaman pada saat
pembibitan akibat dari serangan penyakit ini antara lain daun menjadi lemah, lalu akan
mengering dan setelah itu mati dengan akar yang membusuk, cara pengendalian yang
dilakukan biasanya dengan penyemprotan fungisida, selain itu pengendalian yang biasa
dilakukan oleh petani adalah menjaga jarak antar tanam dalam polybag agar tidak terlalu
rapat, sehingga benih mendapat sinar matahari.
Penyakit embun jelaga merupakan jenis penyakit berikutnya yang sering
menyerang tanaman mangga di Kabupaten Indramayu. Akibat dari penyakit ini adalah
timbulnya lapisan tipis berwarna hitam pada permukaan daun dan ranting, selain dengan
penyemprotan fungisida hal lain yang biasanya dilakukan oleh petani untuk
menanggulangi penyakit ini dengan cara memotong cabang yang terinfeksi dan setelah itu
dilakukan pembakaran.
Selain kedua penyakit diatas penyakit kudis buah sering dialami oleh para petani
akibat dari penyakit ini adalah pada permukaan buah timbul struktur yang tidak beraturan
berwarna coklat seperti yang dijelaskan petani, dan setelah buah dipanen akan
meninggalkan bercak coklat yang keras dan mengering sehingga mengurangi tampilan
buahnya. Selain upaya pencegahan yang telah dijelaskan diatas, upaya lainnya yang
dilakukan untuk meminimalisir dampak kerugian yang disebabkan oleh infeksi penyakit
antara lain dengan cara pengolahan lahan secara baik dan benar, penyiangan, serta
pemberian obat-obatan secara teratur upaya-upaya tersebut merupakan upaya untuk
mencegah dan meminimalisir penyebaran penyakit.

d. Kerugian Yang Disebabkan Oleh Faktor Sumberdaya Manusia

Kerusakan produk dikarenakan kelalaian atau kesalahan SDM, merupakan salah


satu sumber risiko yang harus diperhatikan selain faktor alam. Keterampilan dan
pengetahuan tenaga kerja akan mempengaruhi secara langsung pada efektifitas dan efesiesi
usaha tani. Faktor ini merupakan salah satu penyebab yang mempengaruhi variasi
produktifitas. Tidak adanya standart operasional yang jelas dan baik dari penyuluh maupun
petani membuat kemungkinan terjadi penyimpangan yang semakin besar. Berdasarkan
fakta di lapangan dan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan petani responden
dapat dilihat pada tabel . Faktor kerugian yang disebabkan oleh kesalahan manusia terjadi
pada kegiatan pemanenan dan pengiriman hasil. Nilai persentasenya dapat dilihat pada
Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2 Persentase Risiko yang Disebabkan Oleh SDM

Risiko yang Jumlah petani


Persentase (%)
disebabkan oleh SDM responden (orang)

Kerusakan pada saat 17 57


pemanenan
Kerusakan pada saat 13 43
pengiriman hasil
Total 30 100

a. Kerusakan Pada Saat Pemanenan Buah

Dilihat dari tabel di atas persepsi petani terhadap risiko yang ditimbulkan pada saat
pemanenan buah sebesar 57 persen. Pemanenan merupakan tahapan paling penting dalam
seluruh kegiatan usahatani, kesalahan kecil yang dibiarkan akan berdampak besar untuk
kedepannya. Adapun upaya yang dilakukan oleh petani untuk meminimalisir dampak
kerugian yang diakibatkan kerusakan pada saat pemanenan adalah dengan menggunakan
tenaga kerja yang sudah sering bekerja sama dengan mereka, sudah terpercaya dalam hasil
kerjanya, dan merupakan orang-orang terdekat mereka. Pada dasarnya tidak ada tekhnik
khusus dalam pemanenan buah mangga ini tetapi ada hal-hal yang harus diperhatikan
seperti tangkai buah yang diikutkan, usahakan getah tidak mengotori buah serta peletakan
buah setelah dipetik, ini banyak sedikitnya akan mempengaruhi kondisi buah yang telah
dipanen.
Risiko kerusakan yang dihasilkan pada saat panen tersebut dapat dikatakan murni
disebabkan karena kelalaian individu, dan untuk meminimalisir hal ini, upaya petani buah
mangga adalah dengan menggunakan tenaga kerja yang sudah sering melakukan
pemanenan.

b. Kerusakan Pada Saat Pengiriman Hasil

Kerusakan yang ditimbulkan pada saat pengiriman hasil sebesar 43 persen.


Kerusakan produk pada tahap ini juga memiliki tingkat risiko yang tinggi, ini dikarenakan
sebagian petani mengangkut hasil panennya hanya dengan keranjang yang terbuat dari
bambu yang kemudian akan diangkut ke pengepul dengan menggunakan motor, pada
tahap ini sering kali produk yang telah dipanen ini mengalami berbagai benturan sehingga
menyebabkan buah mangga yang telah dipanen akan cepat mudah busuk, oleh karenanya
proses ini harus benar-benar diperhatikan, dan pada kenyataannya di lapangan proses ini
masih jauh dari kata baik, sedangkan para petani juga tidak dapat berbuat lebih. Upaya
yang mereka lakukan untuk meminimalisir terjadi kerusakan pada saat pengangkutan
adalah dengan memasang alas Koran debagian dasar keranjang bambu, pemasangan koran
sebagai alas ini adalah untuk meminimalisir benturan yang terjadi diperjalanan,
dikarenakan medan jalan yang dilalui menuju tempat pengepul tidak seluruhnya bagus.
Hal inilah yang menyebabkan tingginya kerusakan pada buah mangga dan mengakibatkan
tinggi juga risiko yang terjadi.

C. Sumber-sumber Risiko Harga

Berdasarkan survei yang dilakukan USDA (United State Department of Agricultur)


pada tahun 1996, risiko produksi dan risiko harga merupakan tipe risiko yang sering
dihadapi oleh petani. Risiko harga adalah jenis risiko yang ditimbulkan karena adanya
fluktuasi harga input dan harga output (Harwood,1999). Pada kasus petani buah mangga
sering ditemui risiko harga yang disebabkan oleh fluktuasi harga output, ini terjadi karena
para petani buah mangga tidak membuat perjanjian dengan para pembeli mengenai harga
yang akan diterima untuk buah mangga yang mereka hasilkan, karena pada kenyataannya
setiap petani buah mangga akan langsung menjual produknya kepada pembeli, dimana
apabila buah mangga yang dihasilkan bagus maka tingkat penerimaan petani akan naik,
tetapi jika kondisi buah mangganya terdapat cacat kemungkinan dipastikan harga yang
diterima para petani akan mengalami penurunan.
Berdasarkan hasil wawancara bersama pihak petani harga yang diterima untuk
buah mangga jenis gedong gincu dengan kondisi baik biasa dihargai oleh pengepul Rp
15000,- /Kg, sedangkan buah mangga gedong gincu dengan kualitas tidak terlalu baik
dihargai Rp10.000,- /Kg. Hal ini sebenarnya harus dijadikan sebagai acuan untuk para
petani agar supaya meningkatkan kualitas produksi buah mangga yang dihasilkan. Tabel
menunjukkan berapa besar nilai persentase dari faktor-faktor yang mempengaruhi harga
dapat dilihat pada Tabel 3 Persentase yang Disebabkan Oleh Kenaikan Harga dibawah ini.
Risiko yang disebabkan Jumlah petani
Persentase (%)
oleh faktor harga responden (orang)
Peningkatan harga obat- 15 33
obatan
Peningkatan harga 10 50
pupuk
Peningkatan harga upah 5 17
kerja
Total 30 100

a. Peningkatan Harga Obat-obatan


Peranan para penyuluh pertanian sangat dibutuhkan dalam melakukan
pembinaan manajemen produksi, hal tersebut akan sangat berguna bagi tingkat efisiensi
penggunaan input produksi. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani di lapangan,
peningkatan harga obat-obatan merupakan harga input yang cukup tinggi, yaitu sebesar 33
persen. Petani menganggap bahwa peningkatan harga obat-obatan ini banyak sedikitnya
dapat mengakibatkan kerugian. Hal tersebut dikarenakan upaya penanggulangan hama dan
penyakit yang dilakukan oleh petani buah mangga masih sangat bergantung kepada
penggunaan obat-obatan.
Kenaikan harga obat-obatan sebesar 33 persen. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya pada pembahasan hama dan penyakit, tanaman mangga merupakan tanaman
yang rentan terhadap hama dan penyakit setiap frase pertumbuhannya, kerugian yang
diderita akan sangat tinggi apabila obat-obatan hama dan penyakit tidak tersedia. Upaya
petani untuk meminimalisir dampak kerugian apabila terjadi peningkatan harga obat-
obatan yang terlalu tinggi adalah dengan cara mengurangi pengunaan obat-obatan dengan
risiko serangan hama dan penyakit akan lebih tinggi, dan tindakan pencegahan adalah
menjadi prioritas utama untuk meminimalisir dampak serangan hama dan penyakit. Selain
itu cara untuk meminimalisir pengunaan obat-obatan untuk memberantas hama dan
penyakit yang dilakukan oleh petani adalah pemberantasan hama dan penyakit dengan cara
pengendalian secara fisik, pengendalian secara kultur teknis, pengendalian secara biologi,
serta pengolahan lahan yang baik.

b. Peningkatan harga pupuk

Selain harga obat-obatan, harga pupuk merupakan komponen biaya yang dapat
memberikan dampak kerugian bagi pendapatan petani buah mangga. Pupuk merupakan
komponen input yang sangat penting dalam budidaya buah mangga, tujuannya untuk
meningkatkan produktivitas lahan. Menurut hasil wawancara dengan 30 orang petani
responden nilai peningkatan harga pupuk sebesar 50 persen. Jenis pupuk yang biasa
digunakan oleh para petani buah mangga adalah pupuk urea, KCL, TSP, NPK, dan pupuk
kandang atau kompos. Penggunaan pupuk sendiri bertujuan untuk memperkaya unsur-
unsur tanah yang berguna untuk pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu penggunaan pupuk
dalam kelangsungan usahatani buah mangga sangatlah penting. Maka, kenaikan harga
pupuk ini akan berdampak kepada penerimaan petani buah mangga itu sendiri.
Peningkatan harga pupuk dan obat-obatan merupakan biaya terbesar pada usahatani
buah mangga sehingga peningkatan harga pupuk dan obat-obatan dianggap berpotensi
memberikan dampak kerugian. Peningkatan harga obat-obatan merupakan faktor yang
dianggap berpotensi tinggi untuk merugikan petani, ini dikarenakan karena ketersedian
obat-obatan merupakan salah satu input yang sangat penting bagi kelangsungan
pertumbuhan maupun produksi mangga.

c. Peningkatan Harga Upah Kerja

Tenaga kerja merupakan sumberdaya yang paling penting dalam usahatani buah
mangga, karena dapat mempengaruhi efisiensi dan efektifitas, penggunaan tenaga kerja
yang terampil, berpendidikan serta berpengalaman sangat penting bagi kelangsungan
usahatani buah mangga guna mendukung kegiatan operasional didalam budidaya tersebut.
Pada kenyataannya yang terjadi di lapangan didapat bahwa ketersediaan tenaga kerja yang
terlatih, terdidik, dan berpengalaman sangatlah kurang dan biaya yang harus dikeluarkan
untuk membayarnya tentunya lebih mahal. Oleh karana itu petani buah mangga hanya
mengguanakan buruh tani yang ada disekitar lingkungan mereka atau bahkan tidak jarang
anggota keluarga yang dilibatkan dalam budidaya buah mangga, dengan alasan untuk
mengurangi pengeluaran. Sampai saat ini peran instansi yang terkait untuk meningkatkan
keterampilan sumberdaya sangatlah jarang dan hanya terbatas pada petaninya saja, belum
ada upaya pelatihan atau pendidikan yang dapat diikuti oleh masyarakat umum.
Peningkatan upah tenaga kerja sangat jarang terjadi, dalam satu tahun hanya satu
kali terjadi kenaikan upah tenaga kerja, penentuan upah tenaga kerja merupakan hasil
negosiasi antara petani pemilik lahan dengan buruh tani. Penentuannya didasarkan pada
harga pasaran atau harga yang umumnya dibayarkan petani pemilik lahan kepada buruh
tani. Upah yang biasa dibayarkan petani untuk tenaga kerja rata-rata sebesar Rp 50.000,-
per hari atau 8 jam kerja, tenaga kerja yang biasa dipekerjakan biasanya merupakan tenaga
kerja pria, ini dikarenakan jenis pekerjaan yang dikerjakan dianggap lebih banyak
memerlukan kemampuan fisik dan menguras tenaga.
Menurut hasil wawancara dengan responden, kenaikan upah tenaga kerja ini
menurut petani peningkatan upah tenaga kerja dianggap memberikan potensi yang sedang,
terbukti dari hasil wawancara menunjukkan persentase nilai sebesar 17 persen hal ini
dikarenakan peningkatan upah tenaga kerja di Kabupaten Indramayu jarang terjadi.
Frekuensi kejadiannya hanya satu kali dalam setahun, selain itu peningkatannya tidak
terlalu tinggi.
D. Penilaian Risiko Pada Usahatani Buah Mangga di Kabupaten Indramayu

Penilaian risiko yang dilakukan pada penelitian ini merupakan penilaian terhadap
kegiatan spesialisasi. Penilaian dilakukan hanya pada satu jenis tanaman saja, karena
mayoritas petani responden hanya mengusahakan budidaya buah mangga saja pada setiap
periode produksinya.

E. Analisis Pendapatan Usahatani Buah Mangga

Pendapatan yang diperoleh petani berasal dari penerimaan dikurangi biaya


produksi yang dikeluarkan selama periode produksi berlangsung. Penerimaan dihitung dari
total produksi dikalikan harga jual. Pengukuran keberhasilan pengusahaan usahatani
mangga dapat diukur dengan perolehan laba yang dihitung dengan menggunakan analisis
pendapatan. Pendapatan usahatani buah mangga dibagi menjadi pendapatan atas biaya
tunai dan pendapatan usaha tani atas biaya total. Biaya tunai adalah biaya yang
dikeluarkan petani dalam bentuk uang tunai untuk keperluan usahatani mangga dalam
suatu periode. Sedangkan biaya total adalah penjumlahan antara biaya tunai dan biaya
yang tidak diperhitungkan atau tidak tunai, biaya tidak tunai adalah biaya-biaya yang tidak
dikeluarkan secara tunai oleh petani sehingga masuk kedalam biaya yang diperhitungkan.
Pendapatan yang diperoleh petani berasal dari penerimaan dikurangi biaya produksi yang
dikeluarkan selama periode tertentu, penerimaan dihitung dari total produksi dikalikan
harga jual.

F. Pendapatan Usahatani Mangga Gedong Gincu Dan Mangga Cengkir

Penerimaan petani dari buah mangga jenis gedong gincu diperoleh dari total
produksi dikalikan dengan harga jual pada tingkat petani Rp15.000,00./Kg. Pendapatan
petani diperoleh berdasarkan atas jumlah produksi per 1000 m dengan rata-rata jumlah
pohon yang dimiliki yaitu sebanyak 20 pohon dikalikan dengan rata-rata produksi buah
perpohon kurang lebih sebanyak 50 kilogram dikalikan dengan harga penerimaan petani,
faktor yang mempengaruhi besarnya penerimaan petani tersebut yaitu volume produksi.
Menurut hasil wawancara dengan petani responden rata-rata jumlah produksi petani
responden sebanyak 50 kg per pohonnya. Jumlah penerimaan petani mangga responden
per 1000m adalah sebesar Rp 15.000.000,-. Sedangkan untuk jenis mangga cengkir sebesar
Rp 10.000,-/kg dikalikan dengan rata-rata produksi perpohon sebanyak 50 kilogram
sehingga jumlah yang diperoleh mencapai Rp 10.000.000,- Jumlah tersebut menjadi acuan
bagi para penyuluh agar supaya tetap dapat memberikan arahan-arahan dan masukan
kepada para petani budidaya mangga supaya dapat menambah hasil produksi serta
mendapatkan produksi yang berkualitas.

G. Pengeluaran Usahatani Buah Mangga

Pengeluaran usaha tani terdiri dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan atau
non tunai. Petani biasanya menganggap komponen-komponen biaya tidak tunai tersebut
bukanlah sebagai biaya atau pengeluaran, petani tidak memperhitungkan biaya tenaga
kerja keluarga yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan usaha tani. Oleh karena itu
pada penelitian ini hanya akan memperhitungkan biaya tunai untuk melihat tingkat variasi
komponen biaya secara langsung.
Biaya tunai merupakan biaya yang dikeluarkan petani selama kegiatan usahatani
berlangsung, mulai dari pengolahan lahan hingga pemasaran hasil. Biaya tunai usahatani
buah mangga terdiri dari biaya saprotan, dan tenaga kerja luar keluarga. Rincian biaya
yang dikeluarkan selama periode produksi budidaya buah mangga dapat dilihat dibawah
ini

Tabel 4 Biaya Usahatani Mangga Pada Musim Tanam Tahun 2010

Keterangan Nilai per 1000 meter Total biaya


A . biaya tunai
Obat-obatan dan 7500 Rp 750.000
pestisida
Pupuk anorganik:
- NPK
- Urea 3500 Rp 350.000
- Tsp 2500 Rp 250.000
- Kcl 2500 Rp 250.000
6500 Rp 650.000

Pupuk kandang 1000 Rp 1000.000


Tenaga kerja:
-pengolahan 50.000 x 5 Rp 250.000
-penanaman
-pemupukan 50.000 x 5 Rp 250.000
-pemberantasan 50.000 x 5 Rp 250.000
HPT
-pemangkasan 50.000 x 5 Rp 250.000
-panen serta pasca 50.000 x 5 Rp 250.000
panen

Bbm operasional 4500 Rp 450.000


Peralatan:
-pompa air Rp 2.500.000
-kored Rp 20.000
-galah Rp 20.000
-gunting Rp 10.000
-keranjang 10.000 x 10 Rp 100.000
Total biaya tunai Rp 6.950.000
B. biaya yang
diperhitungkan
Penyusutan Rp 1000.000
Total biaya yang Rp 1000.000
diperhitungkan
Total biaya Rp 7.950.000
usahatani

1. Biaya Pupuk dan Obat-obatan


Biaya pupuk dan obat-obatan merupakan komponen biaya tunai dalam struktur
biaya yang dikeluarkan petani mangga. Keterbatasan modal mempengaruhi masing-masing
petani dalam penggunaan pupuk dan obat-obatan. Petani dengan modal rendah akan
menggunakan pupuk dan obat-obatan dengan kualitas rendah dan jumlah yang sedikit.
Nilai biaya pupuk dan obat-obatan petani responden buah mangga sebesar Rp
2.350.000,- pupuk dan obat-obatan tersebut terdiri dari pupuk kandang, pupuk kimia, serta
obat-obatan yang digunakan oleh petani buah mangga di Kabupaten Indramayu. Tingkat
variasi penggunaan pupuk dan obat-obatan yang digunakan masih sangat tinggi, karena
penggunaan pupuk dan obat-obatan setiap petani berbeda-beda penggunaannya tergantug
ketersediaan modal, sehingga sudah dapat dipastikan tingkat variasi yang terjadi akan
tinggi. Ditambah lagi dengan keadaan musim yang tidak menentu, petani mengaku sulit
untuk memprediksi biaya penggunaan pupuk dan obat-obatan. Kendala utamanya adalah
hujan, karena air hujan dapat mencuci pupuk dan obat-obatan, sehingga intensitas
penggunaan pupuk dan obat-obatan lebih sering dilakukan, hal ini membuat efektifitas dan
efisiensi penggunaan pupuk dan obat-obatan sulit tercapai.
2. Upah Tenaga Kerja Luar Keluarga
Penggunaan tenaga kerja petani responden terdiri dari tenaga kerja luar keluarga
(TKLK) atau buruh tani dan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). TKLK termasuk dalam
komponen biaya tunai, sedangkan TKDK termasuk kedalam komponen biaya yang
diperhitungkan. Kebutuhan tenaga kerja usahatani buah mangga cenderung besar tenaga
kerja yang digunakan lebih banyak berasal dari luar keluarga, hal ini disebabkan karena
keterbatasan jumlah anggota keluarga yang berpartisipasi dalam pengelolaan usahatani
buah mangga.
Jumlah tenaga kerja yang biasa digunakan oleh petani mangga rata-rata berkisar
antara 25 orang dengan rincian 5 orang untuk pengolahan lahan, 5 orang pemupukan, 5
orang untuk proses pengendalian HPT, dan masing-masing 5 orang untuk pemangkasan
dan panen. Jumlah biaya yang dikeluarkan petani responden untuk upah tenaga kerja ini
termasuk biaya yang cukup besar yaitu sebesar Rp 1.250.000,- namun biaya ini tidak
terlalu menjadi risiko yang tinggi bagi para petani dikarenakan kenaikan upah tenaga kerja
yang tidak terlalu besar untuk kenaikan upah setiap tahunnya.

H. Analisis Perbandingan Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Buah Mangga

Berdasarkan hasil analisis usahatani yang telah dilakukan diperoleh komponen


penerimaan, biaya-biaya, pendapatan serta rasio R/C, nilai pendapatan petani diperoleh
dengan cara mengurangi penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan petani. Pendapatan
rata-rata usahatani buah mangga per seribu meter permusim panen yang dihitung adalah
pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai
diperoleh dengan cara mengurangi penerimaan total dengan biaya tunai, sedangkan
pendapatan total diperoleh dengan mengurangi penerimaan total dengan biaya total.
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, diperoleh penerimaan
rata-rata petani buah mangga per seribu meter adalah Rp 15.000.000,-dengan mengurai
penerimaan tersebut dengan biaya tunai yang dikeluarkan petani, maka diperoleh
pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 7.050.000,-. Dan untuk jenis mangga cengkir
diperoleh penerimaan rata-rata sebesar Rp 10.000.000 per seribu meter dikurangi biaya
usahatani buah mangga sebesar Rp 7.950.000,-maka diperoleh pendapatan atas biaya tunai
sebesar Rp 2.050.000,-. Biaya total merupakan penjumlahan antara biaya tunai usahatani
buah mangga dan biaya yang diperhitungkan atau tidak tunai, sedangkan biaya yang
diperhitungkan adalah biaya-biaya yang tidak dikeluarkan secara tunai oleh petani
sehingga masuk kedalam biaya yang diperhitungkan.
I. Analisis Risiko Produksi Buah Mangga

Risiko produksi akan mempengaruhi tingkat produktivitas yang dihasilkan. Dengan


demikian terjadinya fluktuasi dalam produktivitas yang dihasilkan petani menunjukkan
bahwa budidaya mangga yang diusahakan oleh petani menghadapi adanya risiko dalam
kegiatan produksi. Risiko yang terjadi pada budidaya buah mangga ini disebabkan oleh
kondisi alam yang tidak pasti serta hama dan penyakit yang sulit diprediksi. Risiko
produksi ini menyebabkan produktivitas buah mangga menjadi rendah sehingga
pendapatan petani akan semakin kecil.
Produksi buah mangga di Kabupaten Indramayu pada setiap kondisi dapat dilihat
dari produktivitasnya yang diperoleh dari data primer. Produktivitas tertinggi, normal, dan
terendah diperoleh berdasarkan pengalaman selama masa periode panen. Adanya kondisi
risiko produksi tersebut menyebabkan produktivitas buah mangga di Kabupaten
Indramayu berfluktuasi. Dalam hal ini akan dibahas risiko produksi buah mangga Gedong
Gincu dan buah mangga Cerngkir. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 5. Rata-rata Produktivitas dan Pendapatan Petani Dalam Memperoleh


Produktivitas Tertinggi, Normal, dan Terendah Tahun 2010

Komoditas Kondisi Peluang Produktivitas Pendapatan


Kg/m (Rp)

Mangga Tertinggi 0,3 50 7.050.000,-


Gedong Gincu

Normal 0,5 30 1.050.000,-

Terendah 0,2 10 -4.950.000,-

Mangga Tertinggi 0,4 50 2.050.000,-


Cengkir

Normal 0,4 45 1.050.000,-

Terendah 0,2 20 -3.950.000,-

Pada Tabel 5. menunjukkan kondisi produktivitas dan pendapatan masing-masing


komoditas pada kondisi tertinggi, normal dan, kondisi terendah. Dengan adanya
produktivitas dan pendapatan yang berubah-ubah maka peluang para petani memperoleh
produktivitas dan pendapatan tertinggi, terendah dan, normal dapat diamati dengan
mempertimbangkan periode waktu selama proses produksi berlangsung. Yang dimaksud
produktivitas dan pendapatan tertinggi adalah tingkat produktivitas dan pendapatan yang
paling tinggi yang pernah diperoleh selama mengusahakan bududaya buah mangga
tersebut. Sedangkan yang dimaksud produktivitas dan pendapatan terendah adalah tingkat
produktivitas dan pendapatan yang paling rendah yang pernah diperoleh oleh petani
selama periode budidaya berlangsung. Sementara itu produktivitas dan pendapatan normal
dalam kajian ini adalah produktivitas dan pendapatan yang sering diperoleh petani selama
mengusahakan komoditas tersebut. Produktivitas yang diharapkan oleh para petani yaitu
produktivitas tinggi karena akan dapat berimplikasi terhadap pendapatan yang akan
diperoleh oleh para petani.
Selain tingkat produktivitas dan pendapatan, pembahasan risiko ini juga
berhubungan dengan adanya peluang terjadinya suatu kejadian dan peluang, hal tersebut
dapat diukur seperti yang tertera pada Tabel 1. Dalam kegiatan usahatani, peluang
terjadinya suatu kejadian yaitu kejadian produktivitas tinggi, rendah, dan normal sangat
menentukan prodoktivitas yang diharapkan. Peluang ini diukur dari proporsi frekuensi atau
berapa kali petani pernah mencapai produktivitas tertinggi, terendah, dan normal selama
periode siklus produksi berlangsung. Tabel 5 menunjukkan bahwa angka peluang dari
tingkat produktivitas yang diperoleh petani dalam mengusahakan buah mangga ini sering
memperoleh produktivitas normal dibandingkan dengan produktivitas tinggi ataupun
rendah. Dalam hal ini terdapat faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya risiko
pada budidaya mangga, penyebab munculnya prodiktivitas tertinggi dan terendah
disebabkan karena adanya curah hujan, ketidakstabilan cuaca serta serangan hama yang
masih belum dapat diprediksi sebelumnya.

J. Penilaian Risiko Produksi Buah Mangga di Kabupaten Indramayu

Penilaian risiko produksi dilihat berdasarkan produktivitas dan pendapatan bersih


yang diperoleh dari budidaya buah mangga tersebut. Penilaian risiko produksi dapat
dihitung dengan menggunakan Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation.
Penilaian risiko produksi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 6. Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Produktivitas Tertinggi, Terendah dan,


Normal Tahun 2010
Coefficieny
Komoditas Variance Standar Deviation
Variation

Mangga Gedong Gincu 2,95 1,7 1,3

Mangga Cengkir 2,84 1,6 3,5

Berdasarkan Tabel 6. terlihat bahwa penilaian risiko berdasarkan produktivitas


diperoleh nilai variance dan coefficient variation diukur dari rasio standar deviasi dengan
ekspected return. Koefisien variasi dari mangga jenis Gedong Gincu sebesar 1,3 yang
artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 1,3 dan
koevisien variasi untuk jenis mangga cengkir sebesar 3,5 yang artinya setiap satu satuan
yang dihasilkan maka risiko yang akan dihadapi sebesar 3,5. Semakin besar nilai koefisien
variasi maka semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi. Maka tingkat risiko jenis
mangga cengkir lebih besar dibandingkan dengan tingkat risiko yang dihadapi oleh jenis
mangga gedong gincu. Standar deviasi yang diperoleh dari jumlah produksi adalah 42.62,
dan standar deviasi dari jumlah kepemilikan pohon sebesar 14.2.
Korelasi antara jumlah kepemilikan pohon dengan jumlah produksi sebesar 0.999
dengan P-Value 0.000 lebih kecil dari alpha 5 persen artinya ada korelasi antara jumlah
kepemilikan pohon dengan jumlah produksi. Maka tolak H0 yang artinya jumlah
kepemilikan pohon berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi. Dimana jumlah produksi
-55.6 ditambah dengan jumlah kepemilikan pohon sebanyak 29.94 yang artinya setiap
peningkatan jumlah kepemilikan lahan satu pohon mampu meningkatkan jumlah produksi
sebanyak 29.945 kilogram

Anda mungkin juga menyukai