NIM : 1630311019
Risiko yang dihadapi oleh petani mangga akan mempengaruhi produktivitas dan
pendapatan usahatani buah mangga. Variasi yang terjadi dalam jumlah produksi pada
petani mangga di Kabupaten Indramayu menunjukan bahwa petani mangga menghadapi
adanya berbagai risiko dalam kegiatan produksi usahatani mangga.
Faktor alam merupakan salah satu sumber risiko atau faktor penyebab kerugian
yang sulit untuk diatasi oleh petani hal ini disebabkan karena pada umumnya faktor alam
ini tidak dapat dikendalikan, diprediksi maupun dikontrol oleh petani, faktor risiko alam
ini datang begitu saja dan tidak dapat dicegah. Di Kabupaten Indramayu sendiri usaha
budidaya mangga masih sangat tergantung pada faktor alam seperti curah hujan,
temperatur udara, kelembaban udara, cahaya matahari dan lain-lain. Kenyataannya bahwa
usaha budidaya mangga yang ditekuni petani sangat tergantung pada faktor alam membuat
ketidakstabilan alam menjadi sumber-sumber atau faktor yang dapat menimbulkan
kerugian pada budidaya mangga di Kabupaten Indramayu menurut hasil wawancara
dengan beberapa petani responden, dapat diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah
dapat dilihat dari tabel 1 berikut.
a. Curah Hujan
b. Hama
Mangga merupakan buah yang sangat rawan terhadap serangan hama, menurut
hasil wawancara di lapangan, sebagaimana dapat dilihat pada tabel di atas menunjukan
nilai sebanyak 16 persen, nilai ini menunjukkan bahwa risiko yang disebabkan oleh hama
tidak terlalu besar dibandingkan dengan risiko yang disebabkan oleh curah hujan. Ada
beberapa jenis macam hama yang sering menyerang tanaman mangga milik petani
budidaya mangga di Kabupaten Indramayu adalah:
1. Kutu putih (Rastrococcus Spinosus), hama ini menghisap cairan sel dan umumnya
menyerang pada musim penghujan, pengendalian yamg dilakukan oleh para petani
adalah dengan cara pengendalian kultur teknis yaitu memotong cabang daun yang
terserang dan membakarnya. Sedangkan pengendalian secara kimiawi yang
dilakukan oleh petani adalah dengan cara memberikan insektisida berbahan aktif.
2. Ulat perusak daun (Ortega Melanopolaris Hamson) hama ini merusak daun dan
kadangkala pucuk muda, akibat serangan hama ini daun menjadi patah,layu dan
akhirnya mati, biasanya menyerang pada peralihan masim hujan dan musim
kemarau, yang dilakukan petani untuk meminimalisir hama ini adalah dengan cara
pengasapan dengan membakar sampah kering yang bagian atasnya ditutupi dengan
sampah basah agar dapat dihasilkan asap dan tidak sampai terbakar. Selain itu cara
meminimalisir hama ini adalah dengan melakukan penyemprotan dengan
menggunakan insektisida berbahan aktif.
3. Lalat buah (Dacus Dorsalis), akibat dari serangan hama ini adalah timbulnya titik
hitam pada kulit buah, titik-titik hitam tersebut akibat tusukan lalat buah, akibatnya
daging buah menjadi busuk dan pada akhirnya buah tidak dapat dipanen karena
rusak atau gugur, untuk meminimalkan hama ini petani melakukan pengendalian
secara kultur teknis yaitu mengumpulkan buah-buah yang terserang, baik yang
sudah jatuh maupun yang masih berada di pohon lalu ditimbun di dalam tanah,
selain itu petani meminimalisir hama ini dengan cara menanam tanaman
perangkap, yaitu menanam tanaman selasih disekeliling kebun.
4. Penggerek buah (Noorda Albizonalis Hampson) dampak dari serangan ini hampir
mirip dengan hama lalat buah bedanya hama penggerek buah biasa menyerang
pada saat buah sebesar bola pingpong, cara pemberantasan yang dilakukan oleh
petani pun sama seperti apa yang dilakukan terhadap hama lalat buah, selain yang
disebutkan diatas, petani juga melakukan pemberantasan hama dengan
pengendalian fisik yaitu dengan cara membungkus buah setelah buah mangga
sebesar bola pingpong dan dilakukan dengan pengendalian secara biologi yaitu
dengan memanfaatkan predator larva Rhynchium attrisium.
Pengendalian hama yang dilakukan banyak petani responden selama ini masih
terbatas pada penggunaan insektisida, sebagai langkah pencegahan dan penanggulangan
hama tanaman buah mangga. Penggunaan insektisida sebagai upaya pengendalian hama
memang dibenarkan, akan tetapi menurut Samsu (2011), pencegahan hama dengan
penyemprotan insektisida sering kali memboroskan biaya, terlebih harga insektisida yang
semakin hari kian tinggi. Disamping itu penggunaan insektisida maupun obat-obatan
pembasmi hama yang berlebihan akan merusak lingkungan dan tentu saja membuat hama
menjadi resisten terhadap insektisida tersebut. Pencegahan merupakan tindakan yang
paling efektif daripada mengobati, selain tidak menimbulkan efek samping, tindakan
pencegahan juga tidak memerlukan biaya yang terlalu besar. Pencegahan sebaiknya
dilakukan sebelum kegiatan pemeliharaan dimulai, oleh karena itu para petani setidaknya
harus memahami dan mengetahui daur hidup hamanya.
c. Penyakit
Begitu juga dengan penyakit, dari hasil wawancara dengan petani responden, factor
risiko yang disebabkan oleh penyakit tidak terlalu besar dengan risiko yang diakibatkan
oleh curah hujan, dapat dilihat dari tabel bahwa risiko yang disebabkan oleh penyakit
menurut pendapat petani responden sebesar 16 persen. Sesuai dengan pernyataan
sebelumnya bahwa, tanaman mangga sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit
pada setiap pertumbuhannya. Selain hama penyakit tanaman juga merupakan salah satu
sumber risiko dalam budidaya mangga ini, sehingga hal tersebut merupakan penyebab
tidak optimalnya produksi buah mangga yang dihasilkan. Penyakit yang sering menyerang
tanaman maupun buah mangga menurut kebanyakan petani responden pada umumnya
disebabkan oleh bakteri, virus, dan cendawan. Penyakit yang biasa menyerang
diungkapkan oleh petani antara lain penyakit layu benih menyerang tanaman pada saat
pembibitan akibat dari serangan penyakit ini antara lain daun menjadi lemah, lalu akan
mengering dan setelah itu mati dengan akar yang membusuk, cara pengendalian yang
dilakukan biasanya dengan penyemprotan fungisida, selain itu pengendalian yang biasa
dilakukan oleh petani adalah menjaga jarak antar tanam dalam polybag agar tidak terlalu
rapat, sehingga benih mendapat sinar matahari.
Penyakit embun jelaga merupakan jenis penyakit berikutnya yang sering
menyerang tanaman mangga di Kabupaten Indramayu. Akibat dari penyakit ini adalah
timbulnya lapisan tipis berwarna hitam pada permukaan daun dan ranting, selain dengan
penyemprotan fungisida hal lain yang biasanya dilakukan oleh petani untuk
menanggulangi penyakit ini dengan cara memotong cabang yang terinfeksi dan setelah itu
dilakukan pembakaran.
Selain kedua penyakit diatas penyakit kudis buah sering dialami oleh para petani
akibat dari penyakit ini adalah pada permukaan buah timbul struktur yang tidak beraturan
berwarna coklat seperti yang dijelaskan petani, dan setelah buah dipanen akan
meninggalkan bercak coklat yang keras dan mengering sehingga mengurangi tampilan
buahnya. Selain upaya pencegahan yang telah dijelaskan diatas, upaya lainnya yang
dilakukan untuk meminimalisir dampak kerugian yang disebabkan oleh infeksi penyakit
antara lain dengan cara pengolahan lahan secara baik dan benar, penyiangan, serta
pemberian obat-obatan secara teratur upaya-upaya tersebut merupakan upaya untuk
mencegah dan meminimalisir penyebaran penyakit.
Dilihat dari tabel di atas persepsi petani terhadap risiko yang ditimbulkan pada saat
pemanenan buah sebesar 57 persen. Pemanenan merupakan tahapan paling penting dalam
seluruh kegiatan usahatani, kesalahan kecil yang dibiarkan akan berdampak besar untuk
kedepannya. Adapun upaya yang dilakukan oleh petani untuk meminimalisir dampak
kerugian yang diakibatkan kerusakan pada saat pemanenan adalah dengan menggunakan
tenaga kerja yang sudah sering bekerja sama dengan mereka, sudah terpercaya dalam hasil
kerjanya, dan merupakan orang-orang terdekat mereka. Pada dasarnya tidak ada tekhnik
khusus dalam pemanenan buah mangga ini tetapi ada hal-hal yang harus diperhatikan
seperti tangkai buah yang diikutkan, usahakan getah tidak mengotori buah serta peletakan
buah setelah dipetik, ini banyak sedikitnya akan mempengaruhi kondisi buah yang telah
dipanen.
Risiko kerusakan yang dihasilkan pada saat panen tersebut dapat dikatakan murni
disebabkan karena kelalaian individu, dan untuk meminimalisir hal ini, upaya petani buah
mangga adalah dengan menggunakan tenaga kerja yang sudah sering melakukan
pemanenan.
Selain harga obat-obatan, harga pupuk merupakan komponen biaya yang dapat
memberikan dampak kerugian bagi pendapatan petani buah mangga. Pupuk merupakan
komponen input yang sangat penting dalam budidaya buah mangga, tujuannya untuk
meningkatkan produktivitas lahan. Menurut hasil wawancara dengan 30 orang petani
responden nilai peningkatan harga pupuk sebesar 50 persen. Jenis pupuk yang biasa
digunakan oleh para petani buah mangga adalah pupuk urea, KCL, TSP, NPK, dan pupuk
kandang atau kompos. Penggunaan pupuk sendiri bertujuan untuk memperkaya unsur-
unsur tanah yang berguna untuk pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu penggunaan pupuk
dalam kelangsungan usahatani buah mangga sangatlah penting. Maka, kenaikan harga
pupuk ini akan berdampak kepada penerimaan petani buah mangga itu sendiri.
Peningkatan harga pupuk dan obat-obatan merupakan biaya terbesar pada usahatani
buah mangga sehingga peningkatan harga pupuk dan obat-obatan dianggap berpotensi
memberikan dampak kerugian. Peningkatan harga obat-obatan merupakan faktor yang
dianggap berpotensi tinggi untuk merugikan petani, ini dikarenakan karena ketersedian
obat-obatan merupakan salah satu input yang sangat penting bagi kelangsungan
pertumbuhan maupun produksi mangga.
Tenaga kerja merupakan sumberdaya yang paling penting dalam usahatani buah
mangga, karena dapat mempengaruhi efisiensi dan efektifitas, penggunaan tenaga kerja
yang terampil, berpendidikan serta berpengalaman sangat penting bagi kelangsungan
usahatani buah mangga guna mendukung kegiatan operasional didalam budidaya tersebut.
Pada kenyataannya yang terjadi di lapangan didapat bahwa ketersediaan tenaga kerja yang
terlatih, terdidik, dan berpengalaman sangatlah kurang dan biaya yang harus dikeluarkan
untuk membayarnya tentunya lebih mahal. Oleh karana itu petani buah mangga hanya
mengguanakan buruh tani yang ada disekitar lingkungan mereka atau bahkan tidak jarang
anggota keluarga yang dilibatkan dalam budidaya buah mangga, dengan alasan untuk
mengurangi pengeluaran. Sampai saat ini peran instansi yang terkait untuk meningkatkan
keterampilan sumberdaya sangatlah jarang dan hanya terbatas pada petaninya saja, belum
ada upaya pelatihan atau pendidikan yang dapat diikuti oleh masyarakat umum.
Peningkatan upah tenaga kerja sangat jarang terjadi, dalam satu tahun hanya satu
kali terjadi kenaikan upah tenaga kerja, penentuan upah tenaga kerja merupakan hasil
negosiasi antara petani pemilik lahan dengan buruh tani. Penentuannya didasarkan pada
harga pasaran atau harga yang umumnya dibayarkan petani pemilik lahan kepada buruh
tani. Upah yang biasa dibayarkan petani untuk tenaga kerja rata-rata sebesar Rp 50.000,-
per hari atau 8 jam kerja, tenaga kerja yang biasa dipekerjakan biasanya merupakan tenaga
kerja pria, ini dikarenakan jenis pekerjaan yang dikerjakan dianggap lebih banyak
memerlukan kemampuan fisik dan menguras tenaga.
Menurut hasil wawancara dengan responden, kenaikan upah tenaga kerja ini
menurut petani peningkatan upah tenaga kerja dianggap memberikan potensi yang sedang,
terbukti dari hasil wawancara menunjukkan persentase nilai sebesar 17 persen hal ini
dikarenakan peningkatan upah tenaga kerja di Kabupaten Indramayu jarang terjadi.
Frekuensi kejadiannya hanya satu kali dalam setahun, selain itu peningkatannya tidak
terlalu tinggi.
D. Penilaian Risiko Pada Usahatani Buah Mangga di Kabupaten Indramayu
Penilaian risiko yang dilakukan pada penelitian ini merupakan penilaian terhadap
kegiatan spesialisasi. Penilaian dilakukan hanya pada satu jenis tanaman saja, karena
mayoritas petani responden hanya mengusahakan budidaya buah mangga saja pada setiap
periode produksinya.
Penerimaan petani dari buah mangga jenis gedong gincu diperoleh dari total
produksi dikalikan dengan harga jual pada tingkat petani Rp15.000,00./Kg. Pendapatan
petani diperoleh berdasarkan atas jumlah produksi per 1000 m dengan rata-rata jumlah
pohon yang dimiliki yaitu sebanyak 20 pohon dikalikan dengan rata-rata produksi buah
perpohon kurang lebih sebanyak 50 kilogram dikalikan dengan harga penerimaan petani,
faktor yang mempengaruhi besarnya penerimaan petani tersebut yaitu volume produksi.
Menurut hasil wawancara dengan petani responden rata-rata jumlah produksi petani
responden sebanyak 50 kg per pohonnya. Jumlah penerimaan petani mangga responden
per 1000m adalah sebesar Rp 15.000.000,-. Sedangkan untuk jenis mangga cengkir sebesar
Rp 10.000,-/kg dikalikan dengan rata-rata produksi perpohon sebanyak 50 kilogram
sehingga jumlah yang diperoleh mencapai Rp 10.000.000,- Jumlah tersebut menjadi acuan
bagi para penyuluh agar supaya tetap dapat memberikan arahan-arahan dan masukan
kepada para petani budidaya mangga supaya dapat menambah hasil produksi serta
mendapatkan produksi yang berkualitas.
Pengeluaran usaha tani terdiri dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan atau
non tunai. Petani biasanya menganggap komponen-komponen biaya tidak tunai tersebut
bukanlah sebagai biaya atau pengeluaran, petani tidak memperhitungkan biaya tenaga
kerja keluarga yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan usaha tani. Oleh karena itu
pada penelitian ini hanya akan memperhitungkan biaya tunai untuk melihat tingkat variasi
komponen biaya secara langsung.
Biaya tunai merupakan biaya yang dikeluarkan petani selama kegiatan usahatani
berlangsung, mulai dari pengolahan lahan hingga pemasaran hasil. Biaya tunai usahatani
buah mangga terdiri dari biaya saprotan, dan tenaga kerja luar keluarga. Rincian biaya
yang dikeluarkan selama periode produksi budidaya buah mangga dapat dilihat dibawah
ini