PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Motivasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, motivasi terdiri dari dua kata,
yaitu motif dan aksi. Motif sendiri memiliki arti sebab-sebab yang menjadi
dorongan tindakan seseorang; dasar pikiran atau pendapat; sesuatu yang jadi
pokok. Sedangkan aksi memiliki arti gerakan; perkumpulan politik; tindakan;
sikap (gerak-gerik, tingkah laku) yang dibuat-buat.
Menurut Lilik Reza (Motivator Training), motivasi terdiri dari dua kata,
yaitu motive (alasan) dan action (beraksi). Jika digabungkan, maka akan diperoleh
pengertian: alasan untuk beraksi atau mengerjakan sesuatu.
2
organisme manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri
manusia), penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling, afeksi (rasa kasih
sayang; perasaan-perasaan dan emosi yang lunak) seseorang. Dalam hal
ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan
emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal
ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi
memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena
terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.
Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.
Dengan ketiga elemen diatas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu
sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu
perubahan energy yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut pada
persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak
atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan kebutuhan,
kebutuhan atau keinginan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu alasan atau dorongan
yang bisa berupa kata-kata, motivation training, keyakinan dari dalam diri sendiri,
pengaturan mindset, dan atau keadaan yang mendesak untuk dapat melakukan
atau menghasilkan sesuatu, dan untuk memperoleh semangat untuk tetap terus
bekerja.
3
Manusia akan memiliki semangat juang yang tinggi jika mendapat dorongan dan
kesadaran dari dalam dirinya sendiri. Tetapi semangat juang itu akan bertambah
tinggi jika mendapat tarikan dari luar, seperti dorongan semangat dari keluarga,
teman, atau yang lainnya.
4
B. Berbagai Pandangan Tentang Motivasi Dalam Organisasi
1. Model Tradisional
Kemudian para teoritis seperti McGregor dan Maslow, dan para peneliti
seperti Argyris dan Likert, melontarkan kritik kepada model hubungan
5
manusiawi, dan mengemukakan pendekatan yang lebih “sophisticated” untuk
memanfaatkan para karyawan. Model ini menyatakan bahwa para karyawan
dimotivasi oleh banyak factor – tidak hanya uang atau keinginan untuk mencapai
kepuasan, tetapi juga kebutuhan untuk berprestasi dan memperoleh pekerjaan
yang berarti. Mereka beralasan bahwa kebanyakan orang telah dimotivasi untuk
melakukan pekerjaan secara baik dan bahwa mereka tidak secara otomatis melihat
pekerjaan sebagai sesuatu yang tidak dapat menyenangkan. Mereka
mengemukakan bahwa para karyawan lebih menyukai pemenuhan kepuasan dari
suatu prestasi kerja yang baik. Jadi, para karyawan dapat diberi tanggung jawab
yang lebih besar untuk pembuatan keputusan-keputusan dan pelaksanaan tugas-
tugas.
6
penelitian dan teori utama mengenai motivasi karyawan. Khususnya, kita akan
berfokus pada tiga pendekatan hubungan antar manusia di lingkungan kerja yang
mencerminkan kronologi pemikiran dasar dalam bidang itu: (1) teori klasik dan
manajemen ilmiah, (2) teori perilaku, (3) teori motivasi kontemporer.
1. Teori Klasik
7
meningkatkan produktivitas, mereka ingin mengamati hubungan antara perubahan
lingkungan fisik dan keluaran (output) para pekerja.
8
Para manajer yang menganut Teori X cenderung percaya bahwa bisa
ditebak orang-orang itu malas dan tidak mau bekerja sama dan oleh karenanya
harus dihukum atau diberi imbalan (rewards) agar mereka menjadi produktif. Para
manajer yang menganut Teori Y cenderung percaya bahwa orang-orang
sesungguhnya energik, berorientasi ke perkembangan, memotivasi diri sendiri,
dan tertarik untuk menjadi produktif.
9
Menurut Maslow, kebutuhan merupakan hal yang bertingkat-tingkat
karena kebutuhan tingkatan rendah harus sudah dipenuhi sebelum seseorang
mencoba memuaskan kebutuhan yang tingkatannya lebih tinggi.
10
Menurut Teori Dua Faktor (two-factors theory), factor-faktor higienis
mempengaruhi motivasi dan kepuasan hanya jika factor itu tidak dapat atau gagal
memenuhi harapan-harapan. Contohnya, para pekerja akan menjadi tidak puas
bila mereka percaya bahwa mereka berada didalam kondisi tempat kerja yang
menyedihkan. Akan tetapi, bila kondisi tempat kerjanya membaik, mereka tidak
harus menjadi puas, mereka hanya merasa tidak puas. Sebaliknya, apabila para
pekerja tidak menerima pengakuan atas pekerjaan yang sukses, mereka
mengalami ketidak-puasan. Bila mereka diberi pengakuan, mereka kemungkinan
besar menjadi lebih puas.
11
Oleh karenanya, teori itu menyatakan bahwa para manajer harus mengikuti
pendekatan dua langkah dalam meningkatkan motivasi. Pertama, mereka harus
memastikan bahwa factor higienis—kondisi tempat kerja, kebijakan yang
dinyatakandengan jelas—dapat diterima dengan baik. Praktek itu akan
mengakibatkan tidak adanya rasa ketidak-puasan. Kemudian mereka harus
menawarkan factor motivasi—pengakuan, tanggung jawab tambahan—sebagai
cara untuk meningkatkan kepuasan dan motivasi.
d. Teori Pengharapan
12
tidak akan mencukupi; barangkali ia sadar imbalannya pantas diberikan kepada
seseorang yang mempunyai tingkatan senioritas yang lebih tinggi.
e. Teori Kesetaraan
13
dengan perlakuan organisasi terhadap orang-orang lain. Pendekatan itu
beranggapan bahwa orang-orang memulai dengan menganalisis masukan atau
input (apa yang mereka sumbangkan ke pekerjaan mereka berupa waktu, usaha,
pendidikan, pengalaman, dan sebagainya) dibandingkan dengan keluaran atau
output (apa yang mereka dapatkan: gaji, fasilitas, pengakuan, keamanan).
Hasilnya adalah nisbah sumbangan (contribution)terhadap perolehan (return).
Kemudian mereka membandingkan nisbah mereka sendiri dengan nisbah
karyawan-karyawan lainnya.
14
BAB III
A. Kesimpulan
B. Penutup
15
DAFTAR PUSTAKA
16