Anda di halaman 1dari 72

KAJIAN

FISKAL
REGIONAL

TRIWULAN III
2021

Pengarah : Bayu Andy Prasetya | Penangggung Jawab : Agung Mulyono |


Koordinator : Rian Andriono | Anggota : Posma Amando Siagian |
Kanwil Ditjen Perbendaharaan
Alif Fahrudin | Affan Gustiawan Saputra | Rasyd Hardiansyah Provinsi Papua Barat
...development is about transforming the lives of people,
not just transforming economies....

(Joseph E. Stiglitz, 2006)

Triwulan III 2021 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat
T
KATA PENGANTAR

he
reasurer
Segala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas karunia dan limpahan rahmat-Nya, Sebagai branch dari economics yang melakukan
kami dapat menyusun Kajian Fiskal Regional (KFR) studi proses pembangunan pada negara-negara
Provinsi Papua Barat Triwulan III Tahun 2021. yang berpendapatan rendah (low-income
Penyusunan KFR yang merupakan bagian dari tugas countries), development economics memfokuskan
pokok dan fungsi Kantor Wilayah Ditjen pada studi economic development, economic
Perbendaharaan (Treasury Regional Office) ini, growth, dan structural change, dan lebih jauh lagi,
setidaknya melibatkan Development Economics juga menempatkan fokus studi pada
sebagai field study yang digunakan dalam kependudukan dari sudut pandang kesehatan
merekonstruksi metodologi sebagai pendekatan (health), pendidikan (education), lapangan
akademik dalam melakukan kajian kebijakan pekerjaan (job opportunity), baik di sektor publik
ekonomi pembangunan suatu region. maupun private dengan pendekatan quantitative
analysis, qualitative analysis dan mixed method
Pengembangan budaya akademik dalam antara keduanya. Dalam prakteknya, untuk
memahami fenomena pembangunan, dengan merancang (to devise) pembangunan ekonomi,
meletakkan basis research-based policy, pada development economics mempertimbangkan faktor
dasarnya merupakan bagian dari budaya kerja sosial, budaya, legal, dan politik.
organisasi modern. Dengan melakukan Kajian Fiskal Regional (Regional Fiscal Analysis) ini
pendalaman permasalahan melalui riset, merupakan studi perkembangan ekonomi
diharapkan akan diperoleh suatu solusi yang pembangunan dari sudut pandang kebijakan fiskal
seimbang, objective dan komprehensif dalam untuk wilayah Provinsi Papua Barat. Variabel
pengambilan putusan. Perkembangan utama yang digunakan untuk melakukan analisis
pembangunan dan industrialisasi pada negara- pembangunan adalah dengan melakukan studi
negara maju (developed countries) mempengaruhi deskriptif kuantitatif atas data penerimaan dan
kajian akademik yang direpresentasikan dengan pengeluaran negara. Dalam studi ini outlooks
kurikulum universitas yang mengarah tema-tema pembangunan dalam satu triwulan dengan
research spesifik, semisal urban economics, memperhatikan indikator-indikator pertumbuhan
environment economics, industrial economics, ekonomi (consumption, investment, government
transportation economics, logistic economics, expenditure, net export) dan dampak yang timbul,
regional economics, dll. Kajian development seperti indeks pembangunan manusia (human
economics kurang menjadi fokus utama, karena era development index), pemerataan pendapatan
tersebut telah dilalui dan menjadi bagian dari (income equality), penanggulangan kemiskinan
sejarah panjang dialektika pembangunan (poverty alleviation), pengurangan pengangguran
(development dialectics) negara-negara maju. (unemployment reduction) dan lain-lain.

i Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan III 2021
KATA PENGANTAR

Pada saat yang bersamaan, indikator makro


ekonomi tersebut disandingkan dengan beberapa
perspektif yang merupakan constraint
pembangunan, antara lain: 1). Aspek budaya
(culture aspect) sebagai contoh adalah eksistensi
hak ulayat dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan, 2). Aspek sosial kemasyarakatan
(sosiological aspect), sebagai contoh kerentanan
sosial (social vulnerability) yang membuat
stabilitas masyarakat terganggu, 3). Aspek politik
(political aspect), sebagai contoh pelaksanaan
otonomi khusus (special autonomy) yang belum
menunjukkan dampak positif terhadap
pertumbuhan pembangunan, 4). Aspek geografis
(geographical aspect), sebagai contoh kondisi
geografi yang belum terintegrasi secara
infrastruktur.

Dengan keterbatasan yang ada, kami menyadari


bahwa dalam penyusunan kajian ini masih
terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran,
masukan dan kritik yang bersifat membangun
untuk perbaikan ke arah yang lebih baik.
Akhirnya, kami berharap semoga kajian ini dapat
memberikan manfaat kepada semua pihak serta
dapat menjadi tambahan pengetahuan dan
wawasan bagi pembaca semuanya.

Manokwari, 10 November 2021


Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Provinsi Papua Barat

Bayu Andy Prasetya

Kajian Fiskal Regional ii


Triwulan III 2021
Provinsi Papua Barat
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ i D. Tantangan Kebijakan .................................... 29


DAFTAR ISI..................................................................................... iii PELUANG INVESTASI DAERAH:
DAFTAR TABEL .............................................................................iv INDUSTRI PENGALENGAN IKAN TUNA ..............29
DAFTAR GRAFIK ...........................................................................vi A. Identifikasi Peluang Investasi ...................30
B. Informasi Pasar ................................................33
DAFTAR GAMBAR ..................................................................... viii
C. Analisis Kelayakan Usaha ............................33
RINGKASAN EKSEKUTIF .......................................................viiii
D. Faktor Pendukung dan Penghambat ......40
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL .......... 1
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI ...................42
A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
A. SIMPULAN .................................................................42
(PDRB)........................................................................... 1
B. REKOMENDASI .......................................................44
1. Nilai PDRB............................................................. 2
2. Pertumbuhan PDRB ........................................ 2 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ x
B. NERACA PERDAGANGAN LAMPIRAN ..................................................................................... xii
INTERNASIONAL ..................................................... 3
C. INFLASI ......................................................................... 3
D. NILAI TUKAR PETANI ............................................ 5
E. INDIKATOR KESEJAHTERAAN ........................... 5
1. Tingkat Kemiskinan.......................................... 5
2. Tingkat Ketimpangan ...................................... 6
3. Tingkat Pengangguran .................................... 6

BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL ................................ 7


A. PELAKSANAAN APBN............................................. 7
1. Pendapatan Negara .......................................... 7
2. Belanja Negara .................................................... 8
3. Prognosis Realisasi APBN ........................... 11
4. Capaian Output APBN ................................... 12
B. PELAKSANAAN APBD.......................................... 14
1. Pendapatan Daerah ....................................... 14
2. Pendapatan Transfer .................................... 16
3. Lain-lain Pendapatan Daerah
yang Sah .............................................................. 17
4. Belanja Daerah................................................. 17
5. Prognosis Realisasi APBD ........................... 17
C. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
KONSOLIDASIAN ................................................... 18
1. Pendapatan Konsolidasian .......................... 19
2. Belanja Konsolidasian.................................... 20

BAB III ANALISIS TEMATIK ............................................... 21


PERAN FISKAL UNTUK KESEJAHTERAAN
PETANI DAN NELAYAN: ANALISIS
NTP DAN NTN................................................................. 21
A. Peningkatan Kesejahteraan Petani dan
Nelayan .............................................................. 23
B. Kebijakan Pemerintah .................................. 23
C. Sinkronasi Pembangunan Pertanian dan
Perikanan ........................................................... 28

iii Kajian Fiskal Regional


Triwulan III 2021
Provinsi Papua Barat
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Papua Barat Tabel 2.12 Pagu Pendapatan dan Belanja
Sisi Permintaan Triwulan III 2021* Konsolidasian di Papua Barat s.d
(persen) ........................................................... 2 Triwulan III Tahun 2021
(miliar Rp) ....................................................18
Tabel 1.2 Inflasi Triwulanan (qtq) dan Tahunan
(yoy) Papua Barat Menurut Kelompok Tabel 2.13 Realisasi Pendapatan dan Belanja
Pengeluaran Tahun 2021 (persen) ..... 4 Konsolidasian di Papua Barat s.d
Triwulan III Tahun 2021
Tabel 1.3 Nilai Tukar Petani (qtq) Papua Barat (miliar Rp) ....................................................19
Menurut Subsektor Tahun 2021
(persen) .......................................................... 5 Tabel 2.14 Kontribusi Belanja Pemerintah
terhadap Perekonomian Papua Barat
Tabel 2.1 Pagu dan Realisasi APBN s.d Triwulan s.d Triwulan III 2021 ...............................20
III di Papua Barat Tahun 2020-2021
(miliar Rp) ...................................................... 7 Tabel 3.1 Struktur Tenaga Kerja Sektor
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Tabel 2.2 Penyaluran KUR dan UMi di Papua di Papua Barat Tahun 2021
Barat per Skema s.d Triwulan III 2021 (orang) ...........................................................22
(miliar Rp, nasabah) ................................ 11
Tabel 3.2 Hasil Produksi Sektor Pertanian,
Tabel 2.3 Penyaluran KUR dan UMi di Papua Kehutanan dan Perikanan di Papua
Barat per Penyalur s.d Triwulan III Barat Tahun 2020 (ton) .........................23
2021 (miliar Rp, nasabah) .................... 11
Tabel 3.3 Capaian Output APBN Sektor
Tabel 2.4 Prognosis Realisasi APBN Papua Barat Pertanian s.d Triwulan III 2021 ........ 24
s.d Triwulan IV 2021 ............................... 12
Tabel 3.4 Capaian Output APBN Sektor
Tabel 2.5 Capaian Output Bidang Infrastruktur Perikanan s.d Triwulan III 2021 ....... 25
s.d Triwulan III 2021............................... 12
Tabel 3.5 Capaian Output APBN Infrastruktur
Tabel 2.6 Capaian Output Bidang Kesehatan s.d Bidang Pertanian/Perikanan s.d
Triwulan III 2021 ..................................... 13 Triwulan III 2021 ......................................25

Tabel 2.7 Capaian Output Bidang Pendidikan s.d Tabel 3.6 Capaian Output DAK Fisik Bidang
Triwulan III 2021 ..................................... 12 Pertanian Papua Barat s.d Triwulan III
2021 ................................................................26
Tabel 2.8 Capaian Output Bidang Perlindungan
Sosial s.d Triwulan III 2021 ................. 12 Tabel 3.7 Capaian Output DAK Fisik Bidang
Perikanan Papua Barat s.d Triwulan
Tabel 2.9 Capaian Output Bidang UMKM s.d
III 2021 ..........................................................26
Triwulan III 2021 ..................................... 12
Tabel 3.8 Capaian Output Dana Desa Bidang
Tabel 2.10 Pagu dan Realisasi APBD s.d Triwulan
Pertanian Papua Barat s.d Triwulan III
III di Papua Barat Tahun 2020-2021
2021 ................................................................26
(miliar Rp) ................................................... 14
Tabel 3.9 Capaian Output Dana Desa Bidang
Tabel 2.11 Prognosis Realisasi APBD Seluruh
Perikanan Papua Barat s.d Triwulan
Pemerintah Daerah Papua Barat s.d
III 2021 ..........................................................26
Triwulan IV 2021 (milliar Rp) ............ 18

Kajian Fiskal Regional iv


Triwulan III 2021
Provinsi Papua Barat
DAFTAR TABEL

Tabel 3.10 Penyaluran KUR Bidang Pertanian dan Tabel 3.17 Analisis Matrisk SWOT Daya Saing
Perikanan Papua Barat s.d Triwulan pada Industri Pengalengan Ikan Tuna
III 2021 .......................................................... 27 di KEK Sorong .............................................34

Tabel 3.11 Capaian Output APBD Bidang Tabel 3.18 Peluang Investasi di dalam KEK
Pertanian dan Perikanan di Papua Sorong ............................................................37
Barat s.d Triwulan III 2021 .................. 27
Tabel 3.19 Estimasi CAPEX Pengalengan Ikan
Tabel 3.12 Komposisi Penggunaan Dana Tuna ................................................................37
Pembangunan Pertanian dan
Perikanan Papua Barat s.d Triwulan Tabel 3.20 Estimasi OPEX Pengalengan
III 2021 (juta Rp, persen)...................... 28 Ikan Tuna ......................................................37

Tabel 3.13 Hasil Produksi Ikan Tuna di Papua Tabel 3.21 Estimasi OPEX Pengalengan
Barat Tahun 2018-2020 ........................ 30 Ikan Tuna Lanjutan ..................................38

Tabel 3.14 Struktur Permintaan dan Penawaran Tabel 3.22 Estimasi Biaya Pabrik Pengalengan
Berdasarkan Sektor Ekonomi Tuna ................................................................38
Terbesar Provinsi Papua Barat Tahun
Tabel 3.23 Total Estimasi Pendapatan Ikan Tuna
2014 (juta Rp) ............................................ 31
Kaleng.............................................................38
Tabel 3.15 Angka Pengganda 10 Sektor Ekonomi
Tabel 3.24 Penilaian Kelayakan Keuangan...........39
Provinsi Papua Barat Tahun 2020
Metode Modified RAS .............................. 31
Tabel 3.25 Daftar Mitigasi Risiko ..............................40
Tabel 3.16 Nilai Keterkaitan Antar Sektor
Ekonomi Provinsi Papua Barat Tahun
2020 Metode Modified RAS .................. 32

v Kajian Fiskal Regional


Triwulan III 2021
Provinsi Papua Barat
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Kontribusi Komponen Pembentuk Grafik 2.5 Komposisi Alokasi TKDD Papua Barat
PDRB Papua Barat Sisi Permintaan Tahun 2021 (persen) ..............................10
Triwulan III 2021 (persen) ..................... 2
Grafik 2.6 Pagu Realisasi dan Pertumbuhan
Grafik 1.2 Perkembangan Pertumbuhan TKDD Papua Barat s.d. Triwulan III
Ekonomi Papua Barat dan Nasional 2021 (miliar Rp, persen) .......................10
s.d. Triwulan III 2021
(yoy, persen) .................................................. 2 Grafik 2.7 Jumlah Penyaluran KUR dan Debitur
per Kab/Kota di Papua Barat s.d
Grafik 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Triwulan III 2021
Ekonomi Papua Barat s.d. Triwulan III (miliar Rp, debitur) ..................................10
2021 (yoy, persen) ...................................... 3
Grafik 2.8 Target dan Realisasi PAD s.d Triwulan
Grafik 1.4 Perkembangan Nilai Ekspor - Impor III APBD di Papua Barat Tahun 2019-
Papua Barat s.d Agustus 2021 (US$ 2021 (miliar Rp) ........................................15
Juta) ................................................................... 3
Grafik 2.9 Pagu Realisasi dan Pertumbuhan per
Grafik 1.5 Nilai Tukar Petani (mtm) Papua Barat Jenis PAD APBD di Papua Barat s.d
Tahun 2019-2021........................................ 5 Triwulan III 2021
(miliar Rp, persen) ...................................15
Grafik 1.6 Perkembangan Tingkat Kemiskinan
Papua Barat Papua dan Nasional Grafik 2.10 Realisasi Pajak Daerah per Pemda di
Tahun 2019 - 2021 (persen) .................. 5 Papua Barat s.d Triwulan III 2021
(miliar Rp) ....................................................15
Grafik 1.7 Perkembangan Gini Ratio Papua Barat
Papua dan Nasional Tahun 2018 - Grafik 2.11 Realisasi Retribusi Daerah per Pemda
2021................................................................... 6 di Papua Barat s.d Triwulan III 2021
(juta Rp) ........................................................15
Grafik 1.8 Perkembangan Jumlah dan Tingkat
Pengangguran Terbuka Papua Barat Grafik 2.12 Realisasi Lain-Lain PAD yang Sah
Tahun 2016 - 2021 (jiwa, persen) ....... 6 per Pemda di Papua Barat s.d
Triwulan III 2021 (miliar Rp)..............16
Grafik 2.1 Penerimaan Pajak dan Tax Ratio per
Kab/Kota di Papua Barat s.d Triwulan Grafik 2.13 Pagu Realisasi dan Pertumbuhan
III 2021 (miliar Rp, persen) ................... 8 Pendapatan Transfer APBD di Papua
Barat s.d Triwulan III Tahun 2021
Grafik 2.2 Target, Realisasi dan Pertumbuhan (miliar Rp, persen) ...................................16
per Jenis Pajak di Papua Barat s.d
Triwulan III 2021 Grafik 2.14 Komposisi Alokasi Belanja Pemerintah
(miliar Rp, persen) ...................................... 8 Daerah di Papua Barat Tahun 2021
(persen) .........................................................16
Grafik 2.3 Komposisi Pagu Belanja Pemerintah
Pusat di Papua Barat Tahun 2021 Grafik 2.15 Realisasi dan Pertumbuhan Belanja
(persen) ........................................................... 9 Konsolidasian Papua Barat per Jenis
s.d Triwulan III 2021 (miliar Rp) .......17
Grafik 2.4 Pagu Realisasi dan Pertumbuhan
Belanja Pemerintah Pusat di Papua Grafik 3.1 Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar
Barat s.d. Triwulan III 2021 Nelayan (mtm) Papua Barat Tahun
(miliar Rp, persen) ...................................... 9 2019-2021....................................................21

Kajian Fiskal Regional vi


Triwulan III 2021
Provinsi Papua Barat
DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.2 Distribusi PDRB (ADHK) Empat Sektor Grafik 3.3 Nilai Tukar Nelayan (mtm) Papua
Utama di Papua Barat Tahun Barat Tahun 2018-2021 ........................32
2019-2021 (persen) ................................ 22

vii Kajian Fiskal Regional


Triwulan III 2021
Provinsi Papua Barat
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Pembentukan Indeks Gambar 3.3 Diamond Cluster Model Porter................... 19
NTP/NTN ............................................................21

Gambar 3.2 Analisis Pohon Industri Ikan ......................19

Kajian Fiskal Regional viii


Triwulan III 2021
Provinsi Papua Barat
RINGKASAN EKSEKUTIF

ANALISIS EKONOMI REGIONAL mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah


pusat dan menciptakan sumber pembiayaan
lainnya.
Pada periode triwulan III 2021, berbagai kebijakan
penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi, Hingga berakhirnya triwulan III 2021, pendapatan
serta tren kenaikan permintaan dan harga APBN di Papua Barat mampu terealisasi 50,02
komoditas di pasar internasional belum mampu persen atau sebesar Rp1.629,27 miliar. Besaran
mendorong kinerja ekonomi Papua Barat sehingga realisasi tersebut tumbuh 22,73 persen. Sementara
terkontraksi -1,76 persen (yoy) dengan angka PDRB realisasi belanja APBN mencapai Rp14.574,87
sebesar Rp21.074,132 miliar. Dari sisi permintaan, miliar atau tumbuh negatif -25,35 persen, sebagian
konsumsi RT tumbuh 1,72 persen (yoy) sebagai besar disebabkan oleh rendahnya besaran realisasi
akibat dari mobilitas masyarakat yang kembali TKDD yang turun -42,47 persen. Dengan
normal, sedangkan kinerja ekspor menurun -9,33 membandingkan antara realisasi pendapatan dan
persen (yoy) karena volume ekspor gas alam yan belanja APBN maka sampai dengan triwulan III
turun. Pada sisi penawaran, sektor yang memiliki 2021 terdapat defisit anggaran sebesar -Rp12.945,6
kontribusi tertinggi adalah sektor industri miliar.
pengolahan yang tumbuh negatif pada angka -8,83
Sepanjang tahun 2021 jumlah penyaluran KUR di
persen (yoy), sedangkan sektor pertambangan
Papua Barat telah mencapai Rp718,35 miliar
penggalian terkontraksi -1,61 persen (yoy).
diberikan kepada 16.137 debitur dengan sebagian
Nilai net ekspor triwulan III 2021 mencapai besar debitur (48,06 persen) berada di lapangan
US$1.474,37 juta atau tumbuh 17,84 persen. usaha perdagangan. Kota Sorong menjadi daerah
Sementara itu, laju inflasi mencapai -0,65 persen dengan jumlah penyaluran KUR terbesar senilai
(qtq) dan 3,46 (yoy). Dari sisi kesejahteraan, terjadi Rp218,61 milar kepada 4.876 debitur. Penyaluran
peningkatan kualitas hidup masyarakat di Papua UMi hingga akhir triwulan III 2021 tercatat
Barat yang tercermin dari turunnya nilai gini ratio mencapai Rp875,22 juta untuk 137 debitur.
menjadi 0,380 dan pengangguran yang juga Penyaluran UMi di Papua Barat hanya dilakukan
menurun menjadi 5,84 persen atau tersedia oleh PT Pegadaian dengan sebagian besar debitur
lapangan pekerjaan baru bagi ±24.331 orang. Meski (72 debitur) berkedudukan di Kab. Sorong.
demikian, tingkat kemiskinan mengalami
Total realisasi pendapatan APBD di Papua Barat
peningkatan menjadi sebesar 21,84 persen dengan
hingga berakhirnya triwulan III 2021 mencapai
bertambah ±10,49 ribu jiwa seiring turunnya
Rp9.458,28 miliar atau turun -46,6 persen
volume ekonomi akibat pandemi.
dibandingkan tahun sebelumnya. Pada belanja
APBD, realisasi yang tercatat menurun -28,95
ANALISIS FISKAL REGIONAL
persen menjadi Rp8.724,95 miliar yang sebagian
besar disebabkan oleh keterlambatan dalam
Target pendapatan APBN Papua Barat tahun 2021 memulai kegiatan selain pandemi yang membuat
ditetapkan Rp3.257,39 miliar atau naik 22,73 kurang efektifnya pekerjaan. Tingkat realisasi
persen. Pertumbuhan didasari oleh asumsi akan pendapatan transfer APBD mencapai 45,94 persen
kembali pulihnya volume lalu-lintas orang dan atau tumbuh negatif (-46,52 persen, yoy).
barang antar wilayah, serta adanya penambahan Rendahnya tingkat realisasi disebabkan oleh
objek dan dasar pengenaan pajak baru. Pada perubahan mekanisme dan ketentuan dalam
belanja APBN, terjadi kondisi sebaliknya dengan pengelolaan DAK Fisik dan Dana Desa masih
alokasi yang turun -2,40 persen menjadi membutuhkan penyesuaian untuk dapat dipenuhi
Rp26.312,62 miliar. Penurunan alokasi belanja oleh OPD penanggungjawab.
dipengaruhi oleh penurunan pada TKDD sebesar -
Realisasi pendapatan konsolidasian pemerintah
14,67 persen menjadi Rp16.916,77 miliar.
(pusat dan daerah) hingga triwulan III 2021 sebesar
Penurunan alokasi TKDD diharapkan dapat
Rp2.303,0 miliar atau turun -40,05 persen. Dari

ix Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan III 2021
RINGKASAN EKSEKUTIF

jumlah tersebut 79,76 persen merupakan sebesar Rp27,17 miliar, sedangkan pertanian
pendapatan pemerintah pusat (APBN). Pada sebesar Rp25,62 miliar.
pendapatan bukan pajak yang termasuk
Selain APBN dan DFDD, dana APBD juga
didalamnya pendapatan transfer, didominasi
dimanfaatkan untuk membiayai pelaksanaan
(90,35 persen) oleh pendapatan antar pemerintah
kebijakan sektor pertanian dan perikanan, serta
daerah dan bantuan keuangan (APBD). Realisasi
pembangunan infrastruktur pendukung sebesar
pendapatan perpajakan konsolidasian tercatat
Rp136,67miliar. Sebagian besar penggunaan APBD
Rp1.775,19 miliar, sedangkan pada pendapatan
difokuskan pada sektor perikanan sebesar Rp40,1
bukan pajak sebesar Rp516,22 miliar. Pada belanja
miliar dibandingkan dengan sektor pertanian
dan transfer konsolidasian, besaran realisasi
sebesar Rp18,12 miliar.
mencapai Rp15.975,32 miliar dengan realisasi
belanja pemerintah dan transfer masing-masing Potensi sumber daya alam yang cukup besar di
mencapai Rp14.912,45 miliar dan Rp1.062,87 Papua Barat selain migas adalah sektor kelautan
miliar. dan perikanan dengan kondisi 62,96 persen
wilayah Kab/Kota berbatasan dengan laut. Peluang
ANALISIS TEMATIK
usaha di sektor perikanan, khususnya produk tuna
kaleng tercatat relatif besar untuk memenuhi
Sepanjang tiga tahun terakhir, angka NTP dan NTN permintaan ekspor. Hasil analisis pra studi
(mtm) Papua Barat berada pada tren yang menunjukkan bahwa pengalengan akan
menurun. Oleh karena itu, angka NTP/NTN yang meningkatkan kualitas produk ikan tuna karena
defisit atau tidak memberikan imbal balik yang standar penggunaan ikan dalam kaleng yang tinggi
cukup dari biaya produksi yang telah dikeluarkan, sebagai syarat teknis dan kesehatan hasil olahan.
perlu ditindaklanjuti dengan intervensi kebijakan Berdasarkan aspek kelayakan usaha pengalengan
yang akan menjaga keberlangsungan usaha ikan tuna menggunakan perhitungan pada skenario
pertanian dan perikanan sebagai sektor dengan moderat menghasilkan nilai IRR 27,58 persen; NPV
tenaga kerja terbanyak (32,4 persen). Kebijakan Rp321.438.026.504,-; BCR 1,26 persen; dan PBP 6,8
tersebut dilaksanakan dalam kerangka NTP/NTN tahun. Oleh karena itu investasi pabrik pengalengan
menggunakan pendekatan dari sisi pembentuk ikan tuna dinyatakan layak secara finansial.
besaran indeks harga yang diterima (It).
Keberadaan KEK Sorong memberikan keunggulan
Selama tahun 2021, dana APBN berupa belanja K/L menjadi bagian dari simpul lalu lintas kegiatan
yang telah digunakan dalam usaha peningkatan perdagangan dan transportasi (darat, laut, udara)
kesejahteraan petani dan nelayan melalui capaian yang mempunyai potensi sebagai pintu gerbang ke
output program pertanian dan perikanan sebesar kawasan-kawasan internasional dan mempunyai
Rp386,32 miliar. Penggunaan dana terbesar yakni potensi untuk mendorong daerah sekitarnya pada
untuk pembangunan infrastruktur pendukung skala regional. Dengan dicanangkannya KEK Sorong
sebesar Rp349,88 miliar sedangkan program utama sebagai prioritas nasional untuk pembangunan
pertanian sebesar Rp26,29 miliar dan perikanan kawasan timur Indonesia, dan pengembangan
sebesar Rp10,15 miliar. Pembiayaan sektor sektor perikanan yang menjadi kebijakan jangka
pertanian dan perikanan juga dilakukan dengan menengah Papua Barat akan memberikan
memanfaatkan dana tambahan dalam bentuk DAK kemudahan dan dukungan dalam pembangunan
Fisik dan Dana Desa (DFDD). Dana DFDD tahun industri.
2021 yang telah digunakan mewujudkan output
pertanian dan perikanan sebesar Rp52,79 miliar,
terdiri dari DAK Fisik sebesar Rp10,98 miliar dan
Rp41,81 miliar berupa Dana Desa. Penggunaan
DFDD terbesar adalah pembiayaan perikanan

Kajian Fiskal Regional x


Triwulan III 2021
Provinsi Papua Barat
Analisis
Ekonomi Regional

#DJPbKawalAPBN
Indikator
Ekonomi Regional

-1,76% 21,07 T $ 1.474,37 Jt


Pertumbuhan PDRB ADHK Net Ekspor

3,14% 12,99T -0,73


Pertumbuhan PDRB Inflasi (yoy)
Non Migas Non Migas

21,84% 5,84% 0,380


Tingkat Tingkat Gini Ratio
Kemiskinan Pengangguran

219,07 Rb 29,9 Rb 100,9


Penduduk Jumlah Nilai Tukar
Miskin Pengangguran Petani

#DJPbKawalAPBN
BAB I ANALISIS EKONOMI REGIONAL

S
etelah sempat penuh dengan terbukti menurunkan produksi dan pendapatan
kekhawatiran bahwa gelombang baru masyarakat jika diterapkan secara menyeluruh.
Covid-19 dapat berlanjut semakin lama Selain itu, keberlanjutan program PEN, insentif
dan mengancam perekonomian global pajak, dan pengenaan diskon, serta pembebasan
hingga akhir tahun 2021, perlahan namun pasti tarif terhadap beberapa objek pajak diharapkan
kurva kasus baru telah kembali melandai, meski dapat mendorong naiknya permintaan domestik,
bukan berarti bahwa pandemi telah usai. Hal ini baik konsumsi rumah tangga maupun investasi.
tidak terlepas dari pelaksanaan vaknisasi dan
Pada tataran regional Papua Barat, momentum
penerapan protokol kesehatan di Amerika dan
pemulihan dari sisi masyarakat berusaha
Eropa yang relatif berhasil mengendalikan
dipertahankan dengan pelaksanaan program PEN
perluasan virus, sehingga mampu membuat
dan optimalisasi pengeluaran pemerintah yang
mobilitas kembali longgar. Sementara pada negara-
diharapkan mampu mencegah turunnya
negara di Asia, terkecuali China, berbagai
perekonomian dan kemiskinan yang lebih dalam.
permasalahan dalam vaksinasi dan rendahnya
Pengeluaran pemerintah terbukti menjadi tumpuan
kepatuhan masyarakat terhadap penerapan
utama dikala ekspor tidak menimbulkan multiplier
protokol kesehatan berdampak pada masih
effect sebagaimana yang diharapkan. Meski
tingginya jumlah pasien dan kematian akibat Covid-
demikian, ancaman pandemi yang belum usai
19 yang seiring mutasi virus yang berbahaya.
membuat pemerintah tingkat regional masih
Di Indonesia, luasnya wilayah, terbatasnya fasilitas menerapkan PPKM. Dengan kasus positif yang
dan rendahnya kesadaran masyarakat, menjadi hingga triwulan III 2021 telah mencapai 2,1 persen
tantangan pelaksanaan vaksinasi yang hingga dari populasi dan kematian sebanyak 354 orang,
berakhirnya triwulan III 2021 masih relatif rendah pandemi di Papua Barat masih akan membutuhkan
(46,15 persen) jika dibandingkan dengan target kebijakan penanggulangan dalam waktu yang lebih
penerima, meskipun jumlah penerima menjadi panjang untuk dapat terselesaikan.
salah satu yang terbesar di dunia (96,1 juta).
Pada periode triwulan III 2021, berbagai kebijakan
Kondisi tersebut telah mendorong Pemerintah
penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi,
kembali menetapkan kebijakan pembatasan sosial
serta tren kenaikan permintaan dan harga
(PPKM) untuk dapat menekan penyebaran, meski
komoditas di pasar internasional mendorong
di sisi lain akan turut menekan perekonomian. Pada
kinerja ekonomi nasional hingga tumbuh sebesar
akhirnya, kebijakan penanganan pandemi mampu
3,51 persen (yoy). Sementara di regional Papua
menunjukkan keberhasilannya dengan positivity
Barat, ekspor gas alam (LNG) masih menjadi
dan death rate yang jauh menurun, Atas capaian ini
komoditas utama dan kembali mendominasi
pula, Indonesia dianggap menjadi salah satu negara
ekonomi domestik meski mengalami penurunan
yang berhasil menangani pandemi.
volume karena kendala teknis (kilang). Seiring
Dari aspek ekonomi, kembali naiknya volume produksi LNG yang terkontraksi meskipun terjadi
produksi di negara-negara maju yang ditandai kenaikan harga komoditas dan krisis sumber energi
dengan kenaikan harga komoditas, menunjukkan (bahan bakar) di beberapa negara maju, membuat
bahwa saat ini pemulihan sedang berjalan. Dengan perekonomian Papua Barat tumbuh negatif sebesar
tetap waspada terhadap varian baru virus yang -1,76 persen (yoy).
tidak dapat diperkirakan, sejumlah negara maju
A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
telah menunjukkan angka indikator makroekonomi
(PDRB)
yang baik. Demikian halnya Indonesia yang
berupaya memberikan respons melalui kebijakan
yang diharapkan mampu menciptakan sentimen A.1 Nilai PDRB
positif dan konsisten dalam upaya penanganan PDRB Papua Barat pada triwulan III 2021 mampu
pandemi. Kebijakan pembatasan sosial dilakukan mencapai angka sebesar Rp21.074,13 miliar. Dari
dalam skala mikro dan bertingkat karena telah nilai tersebut, postur perekonomian Papua Barat

1 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan III 2021
BAB I ANALISIS EKONOMI REGIONAL

didominasi oleh dua sektor lapangan usaha yaitu Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi hanya
industri pengolahan dengan perkiraan kontribusi didorong oleh konsumsi RT yang tumbuh positif
sebesar 24,82 persen dan pertambangan 1,72 persen (yoy) sebagai akibat dari mobilitas
penggalian yang mengandalkan raw material masyarakat yang kembali normal. Sementara
resource (LNG) sebesar 17,66 persen. Kondisi kinerja ekspor sebagai kontributor utama PDRB
tersebut sebagai konsekuensi dari kepemilikan atas tumbuh negatif -9,33 persen (yoy) karena volume
cadangan gas alam yang besar dan menjadi ekspor gas alam dari Kilang LNG Tangguh secara
kontributor terbesar ekspor LNG nasional. Adapun kumulatif menurun (-3,12 persen, ctc)
dari sisi permintaan, porsi terbesar PDRB berasal dibandingkan tahun sebelumnya. Demikian halnya
dari konsumsi (RT dan LNPRT) sebesar 32,18 dengan konsumsi pemerintah yang melambat -7,75
persen, serta ekspor sebesar 26,63 persen. persen (yoy) meski telah didorong melalui
Grafik 1.1 kebijakan akserasi belanja. Belanja pemerintah
Kontribusi Komponen Pembentuk PDRB Papua Barat Sisi yang diharapkan menjadi komitmen seluruh
Permintaan Triwulan III 2021 (persen)
PMTB, eleman pemerintah, mengalami ketimpangan
23.75%
Ekspor dengan masifnya belanja pemerintah pusat tidak
26.63%
diimbangi dengan belanja pemerintah daerah yang
Pengeluaran hingga dua pertiga tahun anggaran berjalan
Pemerintah,
18.24%
memiliki realisasi yang relatif kecil (≤40 persen).
Tabel 1.1
Impor, Laju Pertumbuhan PDRB Papua Barat
0.80% Sisi Permintaan Triwulan III 2021 (persen)
Sumber
Komponen YoY QtQ CtC Pertimbuhan
Konsumsi RT LNPRT (yoy)
32.18%
Konsumsi RT 1.72 -0.59 0.95 0.47
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah) Konsumsi LNPRT -6.85 0.94 -2.62 -0.06

Konsumsi Pemerintah -7.75 10.95 -1.56 -1.17


A.2 Pertumbuhan PDRB
PMTB -11.63 9.79 -8.13 -2.18
Perekonomian Papua Barat triwulan III 2021
tumbuh negatif pada level -1,76 persen (yoy). Pada Ekspor -9.33 -0.89 -7.07 -5.35

periode yang sama tahun 2020 ketika pandemi Impor -70.83 -55.39 -62.45 -1.61
mulai terasa dampak buruknya, perekonomian PDRB -1.76 2.80 -0.88 -
Papua Barat juga terkontraksi (-3,16 persen, yoy). PDRB Non Migas 3.14 0.34 0.65 -
Meski demikian, perekonomian mengalami Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)
perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya
Sementara itu, pada sisi penawaran, sektor yang
dengan tumbuh positif sebesar 2,8 persen (qtq).
memiliki kontribusi tertinggi terhadap PDRB, yaitu
Grafik 1.2 sektor industri pengolahan tumbuh negatif pada
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Papua Barat
dan Nasional s.d. Triwulan III 2021 (yoy, persen) angka -8,83 persen (yoy), sedangkan sektor
12
pertambangan penggalian terkontraksi -1,61
9
8.27 persen (yoy). Adanya kenaikan permintaan dan
7.07
harga komoditas di pasar internasional, seiring
5.07 5.05 5.02 5.29
6 kondisi pandemi yang mereda dan gangguan
2.93 4.97 0.72
pasokan energi di beberapa negara, tidak diimbangi
3
-0.49 2.97
1.47 3.51 dengan volume produksi yang menurun -0,64
-0.25
-1.76
persen (ctc) karena permasalahan kilang LNG yang
0 -3.16 -2.19
belum usai. Alhasil, kinerja sektor pertambangan
Tw I 19

Tw II 19

Tw III 19

Tw IV 19

Tw I 20

Tw II 20

Tw III 20

Tw IV 20

Tw I 21

Tw II 21

Tw III 21

-3 penggalian yang menurun turut berdampak pada


-0.74 -2.39 kinerja industri pengolahan yang ±13 persen
-3.49
-6 -5.32 -5.21
diantaranya bergerak diseputar migas. Meski
Pabar Nasional

Sumber: BPS RI dan BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)

Kajian Fiskal Regional 2


Triwulan III 2021 Provinsi Papua Barat
BAB I ANALISIS EKONOMI REGIONAL

demikian, kinerja industri pengolahan tersebut semakin ditingkatkan melalui penggunaan belanja
masih lebih baik dari triwulan kedua tahun 2021, pemerintah. Melalui optimalisasi belanja
dengan tumbuh 6,25 persen (qtq) atau terbesar di pemerintah pada sektor-sektor padat karya, upaya
antara 17 sektor lapangan usaha. menjaga ketahanan pangan agar mampu diakses
masyarakat miskin dan rentan, serta peningkatan
Grafik 1.3
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Papua Barat volume kegiatan ekonomi dan mendukung daya
s.d. Triwulan III 2021 (yoy, persen) tahan dunia usaha agar tidak terpukul semakin
12
8.27 dalam sehingga cepat melakukan proses pemulihan
6.97 6.96 dapat dilakukan.
8 6.23 5.62 5.79

5.29 3.29 3.14 B. NERACA PERDAGANGAN INTERNASIONAL


4
2.93 1.47
-0.25 0.72
0 -0.48 -2.17 -1.76
-3.16 Selama tahun 2021, nilai net ekspor Papua Barat
TwI-19

Tw2-19

Tw3-19

Tw4-19

TwI-20

Tw2-20

Tw3-20

Tw4-20

Tw1-21

Tw2-21

Tw3-21
-4
tercatat sebesar US$1.474,37 juta atau tumbuh
-2.39
-5.21 -4.37 17,84 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
-5.98
-7.04
-8 Adanya net ekspor bernilai positif dihasilkan oleh
PDRB Non Migas PDRB
capaian ekspor Papua Barat yang didominasi (98
Sumber: BPS RI dan BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)
persen) oleh gas alam dengan permintaan terbesar
Sejak pandemi melanda, laju pertumbuhan PDRB dari China. Adapun komoditas ekspor lainnya
Non Migas Papua Barat bernilai jauh lebih kecil berupa perhiasan/ permata, kayu, barang dari kayu,
dibandingkan PDRB. Akan tetapi, laju pertumbuhan garam, belerang, kapur (semen), ikan, udang,
tersebut dalam kurun waktu dua triwulan terakhir daging, ikan olahan, sabun dan preparat pembersih
kembali tercatat lebih tinggi. PDRB Non Migas pada (2 persen dari total ekspor) tidak memberikan
triwulan III 2021 tumbuh positif 3,14 persen (yoy) banyak pengaruh. Selama tahun 2021, total ekspor
dengan nilai mencapai Rp12.997,85 miliar. Hal Papua Barat mencapai US$1.494,14 juta atau
tersebut mengindikasikan bahwa sejak kinerja meningkat sebesar 13,72 persen dibandingkan
ekspor yang turun dimasa pandemi, sembilan bulan pertama di tahun 2020.
Grafik 1.4
perekonomian dapat tetap tumbuh tanpa Perkembangan Nilai Ekspor - Impor Papua Barat
bergantung pada hasil pertambangan s.d September 2021 (US$ Juta)
6 5.89 225
penggalian dan sektor disekitarnya yang 194.33 197.11 187.92
205.76 5.27
sangat rentan oleh faktor eksternal. Oleh 4.87
156.61 162.63 172.27
3.27 4.44
karena itu, adanya fokus pada sektor-sektor 130.28 146.49
4 150
diluar migas, seperti sektor pertanian, 131.07 2.92 149.01
3.14 140.13
kehutanan dan perikanan melalui berbagai 132.82
120.37 123.65
program PEN (padat karya), serta sektor 2 75
1.56
perdagangan (subsidi bunga, subsidi upah
BPUM) telah berdampak langsung terhadap 0.48 0.52
0.11 0.46 - 0.03
pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat 0.22
0 0
Jul-20

Aug-20

Sep-20

Oct-20

Nov-20

Dec-20

Jan-21

Feb-21

Mar-21

Apr-21

May-21

Jun-21

Jul-21

Aug-21

Sep-21

sekaligus berpengaruh positif terhadap laju


pertumbuhan.
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah) Impor Ekspor
Sektor pertanian, kehutanan, perikanan pada
Terjadinya peningkatan permintaan gas alam pada
triwulan III 2021 mampu tumbuh 6,99 persen (yoy).
triwulan ini, khususnya sejak pandemi mereda,
Angka tersebut menunjukkan bahwa sektor-sektor
ditambah dengan krisis kelangkaan sumber energi
yang menyerap banyak tenaga kerja dan memilki
di China, Amerika, Inggris dan India membuat harga
dampak multiplier effect yang besar dapat menjadi
komoditas migas dalam tren peningkatan. Kondisi
sumber pertumbuhan. Besarnya kontribusi
ini telah meningkatkan besaran nilai ekspor jika
terhadap laju pertumbuhan tersebut, dapat

3 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan III 2021
BAB I ANALISIS EKONOMI REGIONAL

dibandingkan periode yang sama tahun mengalami kenaikan permintaan namun pasokan
sebelumnya. Meski demikian, tingginya permintaan terbatas karena curah hujan yang tinggi telah
tidak mampu dipenuhi dengan kapasitas dan menurunkan volume hasil tangkapan. Sedangkan
volume produksi yang berkurang karena kelompok transportasi mengalami lonjakan
permasalahan teknis. Sementara itu, tolal nilai permintaan seiring berkurangnya kasus positif
impor Papua Barat mencapai US$ 19,77 juta atau Covid-19 membuat masyarakat kembali melakukan
turun -68,5 persen dari periode yang sama tahun perjalanan antar wilayah.
sebelumnya. Impor terbesar umumnya berupa
Pada triwulan III 2021, permintaan pada komponen
mesin/peralatan listrik diikuti oleh golongan
administered price menurun karena keengganan
mesin/pesawat mekanik.
melakukan perjalanan lintas pulau seiring aktivitas
C. INFLASI ekonomi lokal dan kegiatan pemerintahan yang
pulih. Tidak seperti triwulan sebelumnya ketika
masih tertahan kehati-hatian dalam beraktivitas,
Laju inflasi Papua Barat bulanan selama triwulan III
masyarakat telah kembali bekerja sehingga
2021 relatif terkendali, meskipun cenderung
kelompok bahan makanan utama (ikan dan sayur)
bergerak turun (deflasi) sebagai dampak dari
memiliki pasokan berlimpah. Aktivitas ekonomi
meredanya pandemi yang kembali melonggarkan
dan berwisata yang kembali bergeliat menodorong
mobilitas dan meningkatkan kegiatan produksi
naiknya permintaan kelompok makanan jadi
masyarakat. Pada periode triwulan pertama tahun
(warung). Khusus untuk kelompok sandang, laju
2021, inflasi yang kecil (1,22 persen, yoy) terjadi
inflasi inti (core inflation) relatif terkendali.
sebagai pengaruh dari komponen
Tabel 1.2
bahan makanan yang kelebihan Inflasi Bulanan (mtm) Papua Barat Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun 2021 (persen)
pasokan, serta turunnya permintaan Kelompok Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep
pada komponen transportasi karena Umum 0.20 -0.46 0.78 0.08 1.05 1.09 1.05 -0.97 -0.73
berkurangnya volume perjalanan Bahan Makanan 2.44 -0.51 1.93 -0.69 1.94 2.98 2.50 -1.96 -1.50
antar wilayah. Faktor liburan awal Makanan Jadi,
tahun dan kebijakan larangan Minuman, Rokok, 0.04 0.07 0.02 0.70 0.00 0.21 0.57 0.07 0.43
dan Tembakau
berpergian lintas pulau juga turut Perumahan, Air,
Listrik, Gas, dan 0.10 -0.04 0.05 0.40 -0.03 0.01 0.06 0.00 0.02
berdampak pada naiknya konsumsi Bahan Bakar
dan komponen transportasi yang Sandang -0.25 1.04 0.45 0.17 0.66 -0.14 1.70 -0.85 -1.67
terkontraksi. Di akhir triwulan
Kesehatan -0.06 0.00 0.15 0.04 0.23 -0.78 -1.13 -0.71 -0.89
pertama, pasokan bahan makanan
Pendidikan,
seperti telur, ikan, daging ayam, Rekreasi dan 1.06 -0.01 -0.79 2.32 0.53 1.51 0.07 0.37 -1.18
daging sapi dan sayur-sayuran yang Olahraga
Transpor dan
berkurang mendorong pergerakan Komunikasi dan -5.73 -3.16 0.30 2.01 2.27 0.28 0.40 -2.13 -0.51
Jasa Keuangan
inflasi seiring permintaan yang naik
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)
akibat mobilitas yang kembali
longgar. Secara umum, tingkat inflasi Papua Barat sepanjang
tahun 2021 masih terkendali pada tingkat ≤2
Memasuki triwulan kedua, peningkatan konsumsi
persen (mtm) dan ≤5 persen (yoy). Adanya
masyarakat dalam momen hari besar Islam,
kesigapan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID)
mendorong terjadinya inflasi (2,5 persen, yoy) pada
yang melakukan pengawasan distribusi mampu
komponen volatile food. Kenaikan permintaan juga
mencegah penimbunan barang dan permainan
terjadi pada komponen administered price,
harga selama pandemi. Selain itu, TPID juga
meskipun terdapat larangan bepergian bagi ASN.
berhasil menjaga ketersediaan barang dengan
Kondisi yang sama kembali terjadi di akhir triwulan
melakukan operasi pasar agar dapat membentuk
kedua, dengan sebagian besar disebabkan oleh
stabilitas harga.
komoditas ikan (tuna, mumar, cakalang) yang

Kajian Fiskal Regional 4


Triwulan III 2021 Provinsi Papua Barat
BAB I ANALISIS EKONOMI REGIONAL

D. NILAI TUKAR PETANI kerja Papua Barat berada oleh sektor pertanian,
perkebunan dan perikanan sehingga rendahnya
NTP dapat membawa pada terciptanya penduduk
NTP (qtq) Papua Barat pada triwulan III 2021
miskin baru. Oleh karena itu, dibutuhkan intervensi
menunjukkan adanya perbaikan dengan tercatat
kebijakan diantaranya melalui subsidi input untuk
lebih besar dibandingkan triwulan sebelumnya,
menurunkan biaya produksi, kebijakan penetapan
didorong oleh naiknya permintaan akibat konsumsi
harga dan menjaga pasokan agar bahan pangan
masyarakat yang meningkat. Kenaikan konsumsi
tetap terjangkau masyarakat namun mampu
tersebut mampu dipenuhi oleh hasil produksi
memberikan imbal balik yang cukup bagi
pertanian, perkebunan dan perikanan lokal yang
peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan.
cukup berlimpah.
E. INDIKATOR KESEJAHTERAAN
Grafik 1.5
Nilai Tukar Petani (mtm) Papua Barat
Tahun 2019-2021 (persen)
104 103.58 E.1 Tingkat Kemiskinan
103
Sebagaimana terjadi pada sebagian besar daerah di
102.12 wilayah Pulau Papua, Papua Barat dihadapkan pada
102 101.79
101.04 masalah kemiskinan yang cukup pelik dengan
100.63 tingkat kemiskinan terbesar kedua setelah Papua.
101
Sejak pandemi dimulai, jumlah penduduk miskin
100
100.08
Papua Barat terhitung bertambah ±10,49 ribu jiwa.
99.86
99 Sampai dengan bulan Maret 2021, sebanyak 219,07
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec ribu jiwa termasuk dalam kategori miskin. Padahal
2019 2020 2021
pada bulan yang sama tahun sebelumnya, jumlah
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)
penduduk miskin mencapai 208,58 ribu jiwa.
NTP yang konsisten surplus menunjukkan bahwa Kondisi ini menunjukkan bahwa kinerja
intensitas impor bahan pangan di Papua Barat perekonomian yang menurun karena pandemi
cukup rendah. Namun demikian, sepanjang masa menambah beban sehari-hari masyarakat sehingga
terjadinya pandemi, NTP (mtm) yang cenderung menciptakan kemiskinan baru serta memperburuk
berada pada nilai lebih kecil dari sebelumnya harus kemiskinan yang sudah ada. Di sisi lain, upaya
diwaspadai. Sementara itu, subsektor perikanan, pencegahan pemburukan dengan program padat
pembudidaya ikan, dan nelayan menjadi subsektor karya dan bantuan sosial masih belum optimal
dengan nilai tukar yang defisit (<100) sepanjang dalam meningkatkan kemampuan penduduk untuk
tahun 2021 atau jauh lebih kecil dari target bertahan dari dampak buruk turunnya ekonomi,
(112,09) yang ditetapkan dalam RPJMD. Hal ini khususnya pedesaaan sebagai tempat 87,21 persen
disebabkan karena sebagian besar serapan tenaga
Grafik 1.6
Tabel 1.3 Perkembangan Tingkat Kemiskinan Papua Barat Papua dan
Nilai Tukar Petani (qtq) Papua Barat Nasional Tahun 2019 - 2021 (persen)
Menurut Subsektor Tahun 2021 (persen)
30 27.53
Subsektor Tw I Tw II Tw III 26.55 26.64 26.8 26.86

NTP 101.34 100.19 100.90 22.17 21.51 21.37 21.7 21.84


Tanaman Pangan (NTPP) 103.27 102.92 103.13 20

Holtikultura (NTPH) 101.65 98.77 100.20


Tanaman Perkebunan Rakyat 10.19 10.14
105.19 103.16 104.37 9.41 9.22 9.78
(NTPR) 10
Peternakan (NTPT) 104.66 104.55 105.97
Perikanan (NTNP) 93.43 94.92 93.57
Pembudidaya Ikan (NTPi) 98.38 99.88 99.26 0
2019-I 2019-II 2020-I 2020-II 2021-I
Nelayan (NTN) 93.20 94.68 93.61
Pabar Nasional Papua
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)
Sumber: BPS RI dan BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)

5 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan III 2021
BAB I ANALISIS EKONOMI REGIONAL

dari jumlah penduduk miskin berada dan jauh dari dorongan konsumsi pemerintah melalui beberapa
jangkauan program bantuan pemerintah. proyek konstruksi (jalan, jembatan, drainase, dam,
bendungan) yang melibatkan masyarakat di
E.2 Tingkat Ketimpangan beberapa kabupaten, serta kembali bergeliatnya
Tingkat distribusi pendapatan Papua Barat dalam mobilitas yang mendorong kenaikan volume
kurun waktu empat tahun terakhir bergerak dalam kegiatan ekonomi dan transaksi perdagangan
tren yang menurun. Terlepas dari keberadaan mampu menyediakan tambahan lapangan
pandemi, penurunan tingkat ketimpangan dapat pekerjaan bagi ±24.331 orang.
terjadi karena pendapatan seluruh lapisan Grafik 1.8
masyarakat, utamanya sektor informal mengalami Perkembangan Jumlah dan Tingkat Pengangguran Terbuka
Papua Barat Tahun 2016 - 2021 (jiwa, persen)
penurunan sehingga memperkecil tingkat 600,000 7.00
6.80
ketimpangan distribusi pendapatan. Selain itu, 29,985
500,000 29,991 33,501
adanya program perlindungan sosial yang 28,972
6.60

digulirkan selama masa pandemi, setidaknya 400,000 6.45 6.43


mampu memperkuat ketahanan masyarakat miskin 6.20

agar tidak jatuh semakin dalam. Jika dibandingkan 300,000 5.84


dengan wilayah Papua, gini ratio Papua Barat yang 459,350 483,681 5.80
200,000 419,948 436,714
lebih rendah juga menunjukkan kondisi
5.40
infrastruktur kesehatan, tingkat pendidikan dan 100,000

kesejahteraan masyarakat yang lebih merata.


- 5.00
Grafik 1.7 2018 2019 2020 2021
Perkembangan Gini Ratio Papua Barat Papua dan Nasional
Tahun 2018 - 2021 Penduduk Bekerja Pengangguran Tingkat Pengangguran
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)
0.40 0.398 0.398
0.395 Kondisi tersebut menunjukkan bahwa progam
0.391
0.391 padat karya pemerintah mampu menekan
0.39 bertambahnya jumlah dan tingkat pengangguran di
0.384 0.384
Papua Barat. Meski demikian, upaya meredam
0.381
0.381 0.38 0.382
0.380 dampak pandemi bagi ekonomi agar tidak semakin
0.38
meluas tetap harus konsisten dilaksanakan dengan
mengoptimalisasi program stimulus berupa
0.37 penyaluran subsidi seperti kartu sembako, kartu
2018 2019 2020 2021 prakerja, dan lainnya, ditambah dengan percepatan
Papua Barat Nasional Papua dan perluasan stimulus kredit lanjutan kepada
Sumber: BPS RI dan BPS Provinsi Papua Barat (data diolah) sektor riil. Melalui pengembangan sektor riil yang
E.3 Tingkat Pengangguran besar dan bersentuhan langsung dengan kegiatan
Pada bulan Agustus 2021 tingkat pengangguran ekonomi di masyarakat, rebound ekonomi level
Papua Barat tercatat sebesar 5,84 persen dari domestik tidak membutuhkan waktu yang lama.
angkatan kerja yang tersedia, atau lebih kecil dari Selain itu, pemerintah daerah harus mampu
pengangguran nasional sebesar 6,49 persen. berfungsi sebagai penggerak konsumsi yang lebih
Tingkat pengangguran tersebut mengalami tinggi, dan mendorong kembalinya sektor lapangan
penurunan (-0,79 persen) jika dibandingkan usaha yang menyerap banyak tenaga kerja lokal
dengan periode sebelumnya (Agustus 2020). untuk menekan kerusakan ekonomi yang tercipta
Kondisi ketenagakerjaan di Papua Barat mengalami sepanjang pandemi melalui penggunaan APBD yang
perbaikan dengan cukup banyaknya tenaga kerja cepat, efektif dan efisien.
terserap di sektor industri pengolahan yang
mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada tahun
2021. Selain itu, peningkatan permintaan dengan

Kajian Fiskal Regional 6


Triwulan III 2021 Provinsi Papua Barat
Analisis
Fiskal Regional

#DJPbKawalAPBN
APBN
#UangKita

Pendapatan Belanja
1.425,23 Miliar 5.569,78 Miliar
Perpajakan Belanja Pemerintah Pusat
+7,82% +43,92%

204,04 Miliar 9.005,10 Miliar


PNBP Tranfer ke Daerah dan
-3,38% Dana Desa
-42,47%

Pembiayaan
Kredit Usaha Rakyat Ultra Mikro (UMi)
Tersalur

718,35 Miliar 875,22 Juta


16.137 Debitur kepada

137 Debitur

APBD
#UangKitaJuga

10,37 T
Pendapatan
-41,46% 9,34 T --23,92%
Belanja
636,46 Miliar 3.301,04 Miliar 2.244,28 Miliar
Pendapatan Belanja Pegawai Belanja Barang
Asli Daerah Realisasi (63,51%) Realisasi (39,07%)

9,70 Miliar
Pendapatan 1.725,14 Miliar 213,34 Miliar
Transfer Belanja Modal Belanja Bantuan Sosial
Realisasi (33,81%) Realisasi (64,99%)
34,98 Miliar
Pendapatan Lain-lain
yang sah

#DJPbKawalAPBN
BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL

A. PELAKSANAAN APBN akhir tahun 2020 mendorong kenaikan permintaan


terhadap komoditas internasional seperti minyak
dan gas bumi sehingga mempengaruhi naiknya
A.1 Pendapatan Negara
target penerimaan pajak (22,65 persen, yoy).
Terlepas dari keberadaan pandemi dan kondisi
perekonomian yang belum pulih, target pendapatan A.1.1 Penerimaan Perpajakan
negara di Papua Barat tahun 2021 ditetapkan lebih Penerimaan perpajakan di Papua Barat hanya
besar 22,73 persen dibandingkan tahun berasal dari penerimaan pajak dalam negeri yang
sebelumnya. Kenaikan target tersebut sebagian terdiri atas penerimaan Pajak Penghasilan (PPh
besar dipengaruhi oleh pertumbuhan komponen Non Migas), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak
PNBP (23,6 persen, yoy) yang didasari oleh asumsi Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi
bahwa jasa pelayanan kebandarudaraan dan dan Bangunan (PBB), dan Pajak Lainnya. Hingga
kepelabuhanan sebagai sumber utama penerimaan triwulan III 2021 penerimaan perpajakan telah
akan mengalami peningkatan dengan kembali mencapai Rp1.425,23 miliar atau meningkat 7,82
pulihnya volume lalu-lintas orang dan barang antar persen (yoy). Pada periode ini, daerah yang
wilayah. Sementara kebijakan insentif pajak dalam memiliki penerimaan pajak terbesar adalah Kota
bentuk pembebasan dan diskon perpajakan pada Sorong, Kab. Manokwari dan Kab. Teluk Bintuni.
barang tertentu, diperkirakan akan berdampak Sebagai pusat perekonomian di Papua Barat, Kota
pada penerimaan karena adanya penambahan Sorong dan Kab. Manokwari merupakan daerah
objek dan dasar pengenaan pajak baru. Selain itu, paling maju sehingga banyak potensi penerimaan
pemulihan ekonomi China serta beberapa negara- pajak yang diperoleh dari kedua daerah tersebut.
negara maju lainnya yang pesat dan tampak sejak Adapun Kab. Teluk Bintuni merupakan salah satu
Tabel 2.1 daerah penghasil gas alam terbesar
Pagu dan Realisasi APBN s.d Triwulan III
di Papua Barat Tahun 2020-2021 (miliar Rp)
dalam skala nasional.

Tahun 2020 Tahun 2021 Growth (%) Sementara itu, daerah-daerah lain
Uraian
Pagu Real % Pagu Real % Pagu Real di Papua Barat sampai dengan
A. PENDAPATAN
NEGARA
2,654.10 1,532.99 57.76 3,257.39 1,629.27 50.02 22.73 6.28 triwulan III 2021 memiliki
I. PENERIMAAN
2,654.10 1,532.99 57.76 3,257.39 1,629.27 50.02 22.73 6.28 penerimaan pajak relatif kecil. Kab.
DALAM NEGERI
1. Penerimaan
2,416.77 1,321.80 54.69 2,964.06 1,425.23 48.08 22.65 7.82
Pegunungan Arfak sebagai wilayah
Pajak
2. PNBP 237.33 211.19 88.98 293.33 204.04 69.56 23.60 -3.38
pemekaran baru, belum
II. HIBAH - - - - - - - - mempunyai sumber pajak potensial
B. BELANJA NEGARA 26,960.79 19,523.56 72.41 26,312.62 14,574.87 55.39 -2.40 -25.35 di daerahnya dan masih banyak
I. BELANJA
PEMERINTAH 7,252.10 3,870.03 53.36 9,495.85 5,569.78 58.65 30.94 43.92 bergantung pada Kab. Manokwari
PUSAT
sebagai daerah terdekat dalam
1. Belanja
2,103.17 1,404.64 66.79 2,380.87 1,531.83 64.34 13.20 9.05
Pegawai perdagangan, sehingga sebagian
2. Belanja Barang 2,949.53 1,448.78 49.12 2,689.24 1,704.08 63.37 -8.82 17.62
besar penerimaan pajak berasal
3. Belanja Modal 2,181.68 1,008.41 46.22 4,404.95 2,326.78 52.82 101.91 130.74
4. Belanja Bansos 5.11 3.92 76.79 4.95 3.85 77.81 -3.08 -1.81 dari pengeluaran pemerintah. Oleh
5. Belanja Lain 12.60 4.28 33.96 15.84 3.24 20.45 25.66 -24.33 karena itu, tingginya tax ratio pada
II. TRANSFER KE
DAERAH DAN 19,708.69 15,653.53 79.42 16,816.77 9,005.10 53.55 -14.67 -42.47
wilayah ini disebabkan karena
DANA DESA lapangan usaha utama yang
1. Transfer ke
18,166.70 14,474.10 79.67 15,265.27 8,079.54 52.93 -15.97 -44.18
Daerah menjadi objek pajak adalah sektor
a. Dana
Perimbangan
13,898.63 11,232.47 80.82 10,983.49 6,779.20 61.72 -20.97 -39.65 administrasi pemerintahan. Kondisi
1) DBH 4,133.01 2,996.83 72.51 905.06 723.98 79.99 -78.10 -75.84 yang sama juga terjadi pada Kab.
2) DAU 7,571.53 6,350.40 83.87 7,727.23 5,103.44 66.04 2.06 -19.64
Tambraw yang merupakan daerah
3) DAK 2,194.09 1,885.25 85.92 2,351.20 951.78 40.48 7.16 -49.51
b. DID dan Otsus 4,268.07 3,241.62 75.95 4,281.78 1,300.34 30.37 0.32 -59.89
relatif tertinggal dalam industri dan
2. Dana Desa 1,541.98 1,179.43 76.49 1,551.50 925.56 59.66 0.62 -21.52 perdagangan, memiliki jumlah
C. SURPLUS DEFISIT -24,306.68 -17,990.57 74.01 -23,055.23 -12,945.60 56.15 -5.15 -28.04 wajib pajak badan usaha yang
D. PEMBIAYAAN - - - - - - - -
sedikit, serta penduduk yang
Sumber: OM SPAN, KPP Pratama Manokwari dan KPP Pratama Sorong (data diolah)

7 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan III 2021
BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL

banyak bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara dan A.1.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
sektor informal dengan upah yang rendah. PNBP merupakan seluruh penerimaan pemerintah
Grafik 2.1 pusat yang bukan berasal dari penerimaan
Penerimaan Pajak dan Tax Ratio per Kab/Kota di Papua Barat perpajakan. Realisasi PNBP di Papua Barat sampai
s.d Triwulan III 2021 (miliar Rp, persen)
500 6.00 dengan triwulan III 2021 mencapai Rp204,04 miliar
420.67 5.50
4.74
400 398.77
4.80 atau 69,56 persen dari target. Besaran realisasi
4.00 tersebut turun -3,38 persen dibandingkan tahun
300
236.92 sebelumnya. Kontribusi terbesar dari realisasi
3.04
200
1.83
2.13
1.81 PNBP, berasal dari pendapatan jasa kepelabuhanan
1.23 2.16 2.00
102.54 50.47 1.43 sebesar Rp58,51 miliar dengan penerimaan
100 82.37 1.48
24.26
13.13 10.02
0.92 1.09 30.42 24.09 terbesar berasal dari kegiatan bongkar muat dan
10.65 8.18
0 0.00
sandar di Pelabuhan Teluk Bintuni, jasa fasilitas
Sorong

Sorsel
Manokwari

Tl Wondama

Maybrat

Peg Arfak
Tl Bintuni

Fak Fak

Kaimana

Mansel
Kota Sorong

Raja Ampat

Tambrauw
kesehatan sebesar Rp24,1 miliar dengan
penerimaan berasal dari layanan testing Covid-19,
Realisasi Tax Ratio serta jasa kebandarudaraan Rp21,29 miliar dengan
Sumber: KPP Manokwari dan KPP Sorong (data diolah)
penerimaan terbesar berasal dari aktivitas Bandara
Berdasarkan jenisnya, hingga berakhirnya triwulan DEO Sorong. Besarnya pendapatan ketiga jasa
III 2021 realisasi penerimaan pajak terbesar adalah tersebut menunjukkan bahwa ekonomi Papua
PPh Non Migas mencapai Rp449,8 miliar, dengan Barat tetap berjalan di tengah pandemi meskipun
kontribusi terbesar yaitu PPh Pasal 21 mencapai mengalami penurunan volume kegiatannya.
Rp244,33 miliar. Kemudian realisasi penerimaan
A.2 Belanja Negara
pajak terbesar kedua yaitu PPN dan PPnBM sebesar
Pada belanja negara di Papua Barat tahun 2021,
412,87 miliar dengan kontribusi terbesar yaitu PPN
terjadi penurunan alokasi sebesar -2,40 persen
Dalam Negeri mencapai Rp388,93 miliar. Adanya
dibandingkan tahun sebelumnya. Meski demikian,
pemanfaatan berbagai insentif berupa fasilitas
dalam komponen belanja negara tersebut
pajak (PPh UMKM, PPh impor, pengurangan
penurunan merupakan andil dari Transfer ke
angsuran PPh, PPH 22 dalam negeri, serta
Daerah dan Dana Desa (TKDD) yang berkurang
pemberian restitusi) yang disertai adanya
signifikan sebesar -14,67 persen (yoy) sebagaimana
penambahan objek melalui ekstensifikasi pajak,
yang terjadi selama dua tahun terakhir, sedangkan
utamanya di wilayah yang menjadi pusat ekonomi,
belanja pemerintah pusat konsisten mengalami
mengakibatkan tumbuhnya realisasi perpajakan
peningkatan. Turunnya alokasi belanja TKDD
meski di tengah pandemi. Namun demikian, angka
diharapkan dapat memberi motivasi pemerintah
tax ratio pada Kota Sorong sebagai pusat utama
daerah dalam menciptakan creative financing
perekonomian menunjukkan adanya potensi pajak
seperti pinjaman daerah atau kerja sama antar
untuk dapat tumbuh lebih besar lagi, utamanya
daerah, untuk mewujudkan pencapaian target
pada sektor perdagangan.
pembangunan di masa pandemi sebagaimana
Grafik 2.2
Target, Realisasi dan Pertumbuhan per Jenis Pajak di Papua termuat dalam RPJMD dan RKPD.
Barat s.d Triwulan III 2021 (miliar Rp, persen)
1,800
1,623.91
160 Pada alokasi belanja pemerintah pusat tahun 2021
136.22
1,500 yang dilaksanakan dalam bentuk belanja K/L oleh
1,227.99 120 309 satuan kerja besarnya alokasi pada belanja
1,200
tersebut merupakan konsekuensi pembiayaan
900 59.76 80
685.59 676.51 untuk penanganan pandemi dan pemulihan
600 ekonomi yang masih berlangsung. Dalam rincian
40
300
4.45 alokasi belanja pemerintah pusat, besaran belanja
83.78
6.64 19.03 33.79 19.33 pegawai dan belanja modal mengalami kenaikan.
0 0
PPh Non Migas PPN dan PPnBM PBB dan BPHTB Pajak Lainnya Adanya peningkatan jumlah PNS tahun 2021
Target Realisasi Growth (yoy) berakibat pada naiknya pagu belanja pegawai.
Sumber: KPP Manokwari dan KPP Sorong (data diolah)

Kajian Fiskal Regional 8


Triwulan III 2021 Provinsi Papua Barat
BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL

Selain itu, penambahan penerima THR PNS tahun terwujud karena adanya pembangunan beberapa
2021 yang meliputi keseluruhan ASN, atau tidak proyek infrastruktur berupa pembangunan jalan
seperti tahun sebelumnya ikut andil dalam dan drainase di Kab. Teluk Bintuni, Kab/Kota
penambahan pagu belanja tersebut. Sorong, Kab. Manokwari, Kab. Maybrat, dan Kab.
Fakfak, serta pembangunan Bandara Siboru (Kab.
Sementara itu, peningkatan pagu belanja modal
Fakfak) yang telah berjalan kembali setelah sempat
yang cukup signifikan disebabkan oleh perannya
terhenti akibat pandemi.
sebagai salah satu instrumen utama untuk
Grafik 2.4
menggerakkan roda ekonomi, menambah Pagu Realisasi dan Pertumbuhan Belanja Pemerintah Pusat
di Papua Barat s.d. Triwulan III 2021 (miliar Rp, persen)
perolehan aset produktif, serta mendorong
5,000 160
investasi untuk menyokong pertumbuhan ekonomi 4,404.9
130.74
di masa pandemi. Belanja modal di Papua Barat 4,000 120

digunakan untuk melanjutkan pembangunan dan


3,000 2,689.2 80
penyelesaian proyek-proyek infrastruktur yang 2,380.9
17.62 2,326.8
9.05
seperti jalan trans papua, jalan lintas perbatasan, 2,000
1,531.8 1,704.1 40

dan jaringan air pipa-sanitasi yang sempat terhenti -1.81


1,000 -24.33 0
dan mengalami realokasi di tahun sebelumnya.
5.0 3.9 15.8 3.2
Sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan 0 -40
Belanja Belanja Belanja Modal Belanja Belanja Lain-
ekonomi, belanja pemerintah dapat dijadikan Pegawai Barang Bansos lain
sebagai alat ungkit dalam bentuk stimulus fiskal. Pagu Realisasi Growth (yoy)
Kebijakan pelaksanaan belanja APBN pada K/L Sumber: OM SPAN (data diolah)

diprioritaskan dengan mengakselerasi belanja Berdasarkan target realisasi, capaian tingkat


modal yang menjadi sumber dana utama dalam serapan belanja pemerintah pusat yang masih
pembangunan infrastruktur di wilayah Papua berada dibawah 60 persen (58,65 persen)
Barat, untuk meningkatkan konektifitas dan menunjukkan adanya permasalahan pada hampir
kapasitas daerah yang sekaligus dapat mendorong semua K/L. Kementerian PUPR sebagai K/L yang
pemulihan dengan skema padat karya. memiliki alokasi terbesar 39,89 persen (Rp3,62
triliun) dari total alokasi seluruh K/L, memiliki
A.2.1 Belanja Pemerintah Pusat
tingkat realisasi 59,1 persen. Sedangkan
Besaran realisasi belanja pemerintah pusat sampai
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebagai
dengan berakhirnya triwulan III 2021 sebesar
K/L dengan alokasi terkecil (Rp614,52 juta)
Rp5.569,78 milliar mengalami kenaikan 43,92
memiliki tingkat realisasi sebesar 47,07 persen
persen dibandingkan periode yang sama tahun
(Rp220,63 juta).
sebelumnya. Khusus untuk belanja modal, realisasi
yang tumbuh pesat (130,74 persen, yoy) dapat Permasalahan pada rendahnya realisasi
diantaranya disebabkan oleh keterbatasan SDM
Grafik 2.3
Komposisi Pagu Belanja Pemerintah Pusat di Papua Barat (menjalani karantina) dan kurangnya koordinasi
Tahun 2021 (persen) selama pandemi, sehingga mengalami
keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatan dan
Belanja Barang Belanja Modal
28.3% 46.4% penyelesaian pembayaran. Selain itu, status lahan
tanah yang masih belum selesai dihibahkan/belum
dibebaskan (sengketa) seperti pada proyek
bandara, lelang yang terpusat dan perubahan
kotrak menjadi multi years sehingga perlu
penyesuaian pagu, membuat pelaksanaan kontrak
menjadi terlambat. Ditambah lagi dengan adanya
Belanja Pegawai
Bansos + Belanja Lainnya gangguan pada penyelesaian pekerjaan fisik karena
25.1%
0.2%
cuaca buruk, penyedia barang dan/atau jasa lokal
Sumber: OM SPAN (data diolah)
yang tidak sesuai kualifikasi, serta pembayaran

9 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan III 2021
BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL

termin kontrak pekerjaan yang baru dapat APIP yang menunggu kelengkapan seluruh bidang
dilakukan di akhir tahun anggaran. Atas berbagai kegiatan DAK Fisik agar review dapat dilakukan
permasalahan tersebut, upaya pemberian sekaligus, membuat pelaksanaan menjadi tertunda
sosialisasi, dan edukasi, secara lebih intensif dalam pada hampir semua Pemerintah Daerah. Khusus
melakukan percepatan kegiatan, agar tidak dalam dua tahun terakhir, pandemi yang berakibat
mengalami penumpukan belanja di akhir tahun pada pemberlakuan pembatasan sosial dalam skala
menjadi mutlak diperlukan. mikro berakibat pada kurang efektifnya pekerjaan.
Grafik 2.6
A.2.2 Transfer ke Daerah dan Dana Desa Pagu Realisasi dan Pertumbuhan TKDD Papua Barat
(TKDD) 9,000
s.d. Triwulan III 2021 (miliar Rp, persen) 20

Alokasi TKDD yang diperuntukkan bagi seluruh 7,727.2 0.62


-19.64 0
pemerintah daerah di Papua Barat pada tahun 2021
6,000
ditetapkan turun -14,67 persen dari tahun 5,103.4
-20
4,281.8
sebelumnya. Dari total alokasi, penurunan hanya -49.51
-40
terjadi pada Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana 3,000 2,351.2 -59.89
Insentif Daerah (DID). Namun demikian, penurunan -75.84
1,300.3
1,551.5
905.1 724.0 951.8 925.6 -60
DBH yang cukup besar (-78,1 persen, yoy)
berpengaruh terhadap keseluruhan alokasi. 0 -80
Dana Alokasi Dana Bagi Dana Alokasi Dana DID Dana Desa
Komponen terbesar dari TKDD adalah DAU (40,3 Umum Hasil Khusus Otsus

persen) yang digunakan sebagian besar untuk Pagu Realisasi Growth (yoy)

membiayai pelaksanaan tata kelola pemerintahan, Sumber: OM SPAN (data diolah)

dan khusus di masa pandemi diperuntukkan juga Sementara itu, rendahnya realisasi Dana Otsus
bagi dukungan program vaksinasi dan pemberian hingga berakhirnya triwulan III 2021 (30,37
insentif tenaga kesehatan. persen) merupakan akumulasi dari keterlambatan
pengajuan pencairan. pemerintah provinsi
Grafik 2.5
Komposisi Alokasi TKDD Papua Barat Tahun 2021 (persen) menunggu kelengkapan berkas dari semua
pemerintah daerah sebelum dapat menyampaikan
Dana DID Otsus Dana Desa
25.5% 9.2% laporan. Adanya keterlambatan tersebut pada
akhirnya membuat penetapan dan pembagian Dana
Dana Alokasi Otsus yang 90 persennya dikelola oleh Pemerintah
Khusus 14.0%
Kabupaten/Kota turut mengalami penundaan.

A.2.3 Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)


dan Ultra Mikro (UMi)
Dana Bagi Hasil
Dana Alokasi Sepanjang tahun 2021 jumlah penyaluran KUR di
5.4%
Umum 45.9%
Papua Barat telah mencapai Rp718,35 miliar yang
Grafik 2.7
Sumber: OM SPAN (data diolah) Jumlah Penyaluran KUR dan Debitur per Kab/Kota di Papua
Barat s.d Triwulan III 2021 (miliar Rp, debitur)
250 6,000
Hingga berakhirnya triwulan III 2021, realisasi 218.61 4,876
TKDD di Papua Barat tercatat mencapai Rp9.005,1 200 195.04 5,000

miliar (53,55 persen). Pada masing-masing 3,892


4,000
150
komponen TKDD, tingkat realisasi tertinggi adalah
1,685 3,000
DBH (79,99 persen), sedangkan DAK dan Dana 100 1,047
76.82 1,552
Otsus memiliki tingkat realisasi yang rendah. 850 923 2,000
56.10 52.07 454 603
50 36.21
Rendahnya serapan DAK, sebagian besar 36.94 20.63 201
17 1,000
14.266.47 2.64 34 3
disebabkan oleh permasalahan yang terjadi pada 0 -
Tl Wondama
Manokwari

Kaimana

Tambrauw
Kota Sorong

Sorsel

Maybrat
Tl Bintuni

Fakfak

Mansel
Raja Ampat

Peg. Arfak
Sorong

proses pengelolaan DAK Fisik. Adanya


keterlambatan lelang karena banyak kantor OPD
yang tersisolasi, serta proses pemeriksaaan oleh Sumber: Sistem Informasi Kredit Program - SIKP (data diolah)

Kajian Fiskal Regional 10


Triwulan III 2021 Provinsi Papua Barat
BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL

diberikan kepada 16.137 debitur. Daerah dengan dibandingkan non-bank. Selain itu, sebaran kantor
jumlah debitur KUR terbesar yaitu Kota Sorong dan layanan yang sedikit dan daya penetrasi yang
Kab. Manokwari. Besarnya capaian pada kedua rendah dari agen penyalur membuat volume
wilayah tersebut mengindikasikan persebaran penyaluran UMi jauh lebih kecil jika dibandingkan
penerima KUR yang tidak merata dengan sebagian dengan KUR.
besar berada di daerah yang perekonomiannya Tabel 2.3
Penyaluran KUR dan UMi di Papua Barat
relatif lebih maju. per Penyalur s.d Triwulan III 2021
Penyaluran Outstanding
Jika melihat penyaluran KUR berdasarkan sektor, Nama Bank Debitur
(miliar Rp) (miliar Rp)
sebagian besar debitur KUR (48,06 persen) berada BRI (KUR) 14,309 522.49 436.62
di lapangan usaha perdagangan. KUR terbukti BNI (KUR) 749 128.01 115.62
mampu meningkatkan nilai usaha, dalam bentuk Bank Mandiri (KUR) 618 43.84 38.37
kenaikan omzet, penambahan jumlah tenaga BPD Papua (KUR) 455 23.89 18.85
kerja/pegawai, serta kapasitas usaha yang semakin Bank Syariah Mandiri (KUR) 5 0.07 0.06
besar, khususnya bagi usaha perdagangan skala Bank BRI Syariah (KUR) 1 0.05 0.00
kecil dan sedang. Melihat kondisi tersebut, perlu PT Pegadaian (UMi) 137 0.88 -
perluasan jangkauan ke sektor lainnya yang lebih Sumber: Sistem Informasi Kredit Program – SIKP (data diolah)

berdampak besar seperti sektor perikanan sebagai Sementara pada penyaluran KUR, terdapat enam
salah satu sektor dengan potensi hasil yang lembaga perbankan yang berhasil menjaring
melimpah, tenaga kerja besar, dan menjadi mata debitur. BRI menjadi bank penyalur terbesar baik
pencaharian utama banyak penduduk. Selain itu, dari sisi jumlah debitur maupun jumlah kredit yang
perluasan kepada sektor produktif tersebut akan disalurkan. Besarnya penyaluran yang dilakukan
lebih cepat dalam menggerakkan roda oleh BRI dibandingkan bank lainnya sebagai akibat
perekonomian Papua Barat karena berdampak dari upaya intensifikasi dalam mempromosikan
langsung pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari KUR melalui para Marketing Analisis dan Mikro
masyarakat. (Mantri), serta banyaknya cabang dan kantor kas di
Tabel 2.2 wilayah Papua Barat.
Penyaluran KUR dan UMi di Papua Barat
per Skema s.d Triwulan III 2021
A.3 Prognosis Realisasi APBN
Penyaluran Outstanding
Skema Debitur
(miliar Rp) (miliar Rp) Hingga berakhirnya tahun 2021, terdapat beberapa
Kecil 1,216 293.65 258.40 faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi
Mikro 11,642 398.50 331.43 capaian pelaksanaan APBN di Papua Barat yaitu:
Supermi 3,279 26.21 19.70
 Perekonomian global sedang dalam fase
Total KUR 16,137 718.35 609.52
pemulihan seiring kembali naiknya permintaan
UMi 137 0.88 -
dan tren harga komoditas yang meningkat,
Sumber: Sistem Informasi Kredit Program – SIKP (data diolah)
sehingga dapat mempengaruhi ketercapaian
Berbeda dengan KUR, penyaluran UMi hingga akhir realisasi pendapatan;
triwulan III 2021 tercatat jauh lebih kecil, mencapai  Risiko resesi akibat gelombang baru pandemi
Rp875,22 juta untuk 137 debitur. Penyaluran UMi masih harus diwaspadai, selama program
di Papua Barat hanya dilakukan oleh PT Pegadaian, vaksinasi yang belum merata dapat mengancam
dengan sebagian besar debitur (72 debitur) kelangsungan kegiatan ekonomi dan mobilitas
berkedudukan di Kab. Sorong. Tidak adanya masyakarat yang saat ini melonggar;
realisasi penyaluran dari lembaga penyalur lainnya  Penyesuaian APBN melalui refocusing/realokasi
sebagian besar disebabkan oleh preferensi dimungkinkan kembali terjadi sebagaimana
masyarakat yang lebih memilih KUR skema sebelumnya sebagai langkah penanggulangan
Supermi dengan alasan kemudahan akses dampak buruk terhadap pendapatan
mendapatkan pembiayaan, serta kedekatan yang masyarakat dan produksi, serta permintaan
telah lama terjalin dengan dari lembaga perbankan

11 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan III 2021
BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL

konsumsi domestik maupun investasi yang miskin dan rentan miskin. Khusus untuk belanja
masih belum mengalami peningkatan berarti; yang dipandang perlu atau menjadi prioritas
 Penyesuaian terhadap pelaksanaan belanja pembangunan tetap diwujudkan agar tetap
akibat penerapan kebijakan penanggulangan menghasilkan output yang berkualitas (strategis),
pandemi akan berpengaruh terhadap capaian serta mendorong percepatan pembangunan dan
output prioritas nasional, kecuali pada bidang peningkatan kualitas SDM (pendidikan dan
kesehatan seperti untuk stunting, ibu bayi, untuk kesehatan) meskipun dalam kondisi pandemi.
penyakit menular dan endemik seperti TBC HIV, Tabel 2.5
Capaian Output Bidang Infrastruktur s.d Triwulan III 2021
DBD, Malaria serta penanganan Covid-19; Realisasi Volume
 Akselerasi seluruh belanja pemerintah dan Uraian
(miliar Rp) % Capaian
pelaksanaan program PEN tetap akan menjadi Sarana Jalan 1,003.56 50.25% 996 Km
alat utama dalam menggerakkan perekonomian Sarana Jembatan 248.26 57.45% 7,742 m
melalui peningkatan konsumsi. Sarana Pelabuhan 56.21 63.37% 281 Paket
 Pemulihan ekonomi Papua Barat akan Sarana Bandara 202.79 43.76% 14 Paket
membutuhkan lebih banyak waktu mengingat Sarana Sekolah 9.86 38.80% 23 Unit
kapasitas SDM relatif kurang memadai dan
Jaringan Irigasi 133.21 66.10% 17 Unit
pelaksanaan vaksinasi yang lambat sehingga
Sarana SDA 208.81 70.74% 213 Km
membuat kebijakan pemerintah dalam
Jaringan Sungai 0.41 28.93% 1 Lokasi
penanganan pandemi tidak dapat dilaksanakan
Sarana Hankam 88.09 73.86% 108 Unit
secara optimal.
Sarana Pengendalian
2.03 90.87% 7 Unit
Tabel 2.4 Bencana
Prognosis Realisasi APBN Papua Barat s.d Triwulan IV 2021 Pembangunan Rumah
41.43 19.50% 601 Unit
Prognosis Realisasi Bantuan
s.d. Triw IV Perumahan dan
Pagu 38.20 83.17% 2,844 KK
Uraian Pemukiman
(miliar Rp)
Rp (miliar) % Jaringan Air Minum 43.97 66.59% 3,889 SR

Pendapatan APBN 3,257.39 3,192.24 ±98 Jaringan Pipa 39.91 58.95% 1,487 m²

Belanja APBN 26,312.62 24,996.99 ±95 Pembangunan Kawasan 22.07 61.48% 20 Hektar
Surplus Defisit (21,804.75) Sumber:OM SPAN(data diolah)

Sumber: OM SPAN, KPP Pratama Manokwari dan Sorong (data diolah)


Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu
prioritas utama dalam belanja APBN di Papua Barat.
Berdasarkan tren beberapa tahun terakhir,
Kebijakan ini didasari oleh keyakinan bahwa untuk
ditambah konsistensi upaya pemulihan ekonomi
mendorong iklim investasi, penyediaan
yang terdampak pandemi melalui akselerasi
infrastruktur dasar mempunyai peranan yang
belanja pemerintah, serta faktor-faktor yang
sangat penting dalam peningkatan daya saing dan
mempengaruhi capaian APBN di Papua Barat, maka
efisiensi sistem logistik, serta pemerataan
tingkat realisasi pendapatan diperkirakan mampu
pembangunan. Hal ini ditunjukkan dengan naiknya
mencapai ±98 persen, sedangkan belanja APBN
alokasi belanja modal infrastruktur. Alokasi ini
mencapai ±95 persen. Alhasil, pelaksanaan APBN di
digunakan agar tetap dapat menghasilkan output
Papua Barat tahun 2021 diperkirakan akan
strategis infrastruktur Papua Barat dalam rangka
menimbulkan defisit sebesar –Rp21.804,75 miliar.
mendorong pertumbuhan ekonomi.
A.4 Capaian Output APBN
Selain bidang infrastruktur untuk percepatan
Pada tahun 2021, Belanja Pemerintah Pusat
pembangunan, prioritas utama lainnya untuk
(Belanja K/L) berperan sebagai instrumen utama
peningkatan kualitas SDM adalah bidang kesehatan.
untuk menstimulasi perekonomian agar segera
Pandemi yang saat ini telah menjadi ancaman tetap
pulih. Sejalan dengan hal tersebut, desain kebijakan
membuat fokus utama belanja adalah penanganan
belanja didasarkan pada belanja yang dapat segera
Covid-19. Namun demikian, peningkatan derajat
meningkatkan konsumsi, produksi dan volume jual
kesehatan dan status gizi masyarakat tetap menjadi
beli dengan tetap menjaga daya beli masyarakat

Kajian Fiskal Regional 12


Triwulan III 2021 Provinsi Papua Barat
BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL

prioritas. Hal tersebut dilakukan melalui berbagai social cost dalam pembangunan yang dilaksanakan
upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat Pemerintah. Oleh karena itu Pendidikan tetap
yang didukung dengan perlindungan finansial, serta menjadi salah satu prioritas belanja pemerintah
pemeratan pelayanan kesehatan. pusat dalam kondisi apapun.
Tabel 2.6 Tabel 2.8
Capaian Output Bidang Kesehatan s.d Triwulan III 2021 Capaian Output Bidang Perlindungan Sosial s.d Triwulan III 2021
Realisasi Volume Realisasi
Uraian Volume
Capaian Uraian
(miliar Rp) % (miliar Rp) % Capaian

Sarana Kesehatan 5.80 49.00% 19 Paket Pembinaan Lembaga 0.04 55.17% 1 Lembaga
Pembinaan Kesehatan Fasilitasi Perlinsos
0.14 30.06% 483 Kelompok 1.27 66.52% 2,500 Orang
Kelompok Masyarakat Masyarakat
Pembinaan Kesehatan Badan
1.33 56.33% 45 Lokasi Fasilitasi Badan Usaha 0.04 98.12% 3
Lembaga Usaha
Pembinaan Kesehatan
0.09 71.26% 249 Orang Bantuan Keluarga 1.31 42.31% 1 Keluarga
Masyarakat
Fasilitasi dan Pembinaan Bantuan Kebencanaan 0.11 71.42% 36 Orang
0.50 22.23% 38 Wilayah
Pemda
Fasilitasi Pemerintah
Pengawasan dan 0.08 44.81% 13 Desa/Kel
0.04 48.96% 2 Orang Desa
Pengendalian Kesmas
Sumber:OM SPAN(data diolah)
Diklat Tenaga Kesehatan 2.58 77.09% 1,039 Orang
Selama masa pandemi, perwujudan prioritas
Pelayanan Kesehatan 3.79 49.60% 1,281 Layanan
pembangunan dibarengi dengan upaya pemulihan
Standarisasi SDM 6.37 57.98% 2,278 Orang
Sosialisasi Penyakit
ekonomi. Upaya tersebut, secara khusus dilakukan
0.11 48.54% 27 Orang
Menular dengan memanfaatkan sumber daya dan
Standarisasi Unit
Kesehatan
0.69 62.92% 1 Lab kemampuan yang ada untuk menjaga daya beli
Sumber:OM SPAN(data diolah) masyarakat dan memberikan jaring pengaman
sosial khususnya bagi masyarakat miskin dan
Prioritas selanjutnya sebagai bagian dari
rentan miskin dalam memenuhi kebutuhan sehari-
peningkatan kualitas SDM adalah bidang
hari. Di tengah pandemi yang masih belum usai,
pendidikan. Pelaksanaan berbagai program bidang
pelaksanaan kegiatan bidang perlindungan sosial
pendidikan diharapkan dapat meningkatkan
dan UMKM secara tepat dan akurat diharapkan
produktivitas, inovasi, dan daya saing sumber daya
mampu menjaga aktivitas ekonomi dan
manusia. Dalam jangka panjang, pendidikan yang
mencegahnya dari pemburukan lebih lanjut serta
berkualitas juga diharapkan dapat memutus rantai
meminimalkan terjadinya dampak sosial.
kemiskinan antar-generasi serta meminimalkan
Tabel 2.9
Tabel 2.7 Capaian Output Bidang UMKM s.d Triwulan III 2021
Capaian Output Bidang Pendidikan s.d Triwulan III 2021
Realisasi Volume
Realisasi Volume Uraian
Uraian (miliar Rp) % Capaian
(miliar Rp) % Capaian
Pembinaan Koperasi 0.02 13.44% 12 Koperasi
Bantuan Lembaga PAUD,
8.96 34.78% 18 Lembaga
SD, SMP, SMA, PT Fasilitasi UMKM 0.14 43.30% 2 Wilayah
Bantuan Siswa
Sumber:OM SPAN(data diolah)
Pendidikan Dasar dan 6.22 51.94% 4,944 Orang
Menengah
Sepanjang tahun 2021 berjalan, berbagai output
Bantuan Siswa
3.55 68.35% 412 Orang
Pendidikan Tinggi telah mampu diwujudkan dengan tingkat capaian
Bantuan Peralatan /
Sarana
0.30 99.94% 3 Unit yang beragam dan cenderung rendah,
Fasilitasi Kelompok
1.18 66.76% 41
Kel. Permasalahan utama yang dihadapi selain
Masyarakat Masy
keberadaan pandemi, diantaranya adalah kondisi
Fasilitasi Lembaga 1.58 36.60% 559 Lembaga
geografis dan cuaca buruk, keterbatasan jumlah
Fasilitasi Masyarakat 2.39 70.06% 309 Orang
penyedia barang dan jasa yang sesuai kualifikasi,
Fasilitasi Masyarakat 0.13 70.46% 1 Wilayah
Pendidikan dan Pelatihan
serta kapasitas SDM pengelola belanja yang belum
32.96 60.46% 5,696 Orang
Tenaga Pendidik memadai. Namun demikian, berbagai keterbatasan
Layanan Pendidikan
Menengah/Tinggi/Vokasi
39.21 44.88% 7,834 Orang tersebut selalu berupaya diatasi oleh semua K/L
Prasarana Pendidikan 34.87 24.91% 198 Paket untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Sumber:OM SPAN(data diolah)

13 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan III 2021
BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL

B. PELAKSANAAN APBD semakin kreatif dalam menciptakan pembiayaan


alternatif agar tetap mampu mewujudkan target
pembangunan sembari tetap fokus dalam
B.1 Pendapatan Daerah
penanganan pandemi dan mendorong pemulihan
Secara total, target pendapatan APBD tahun 2021
ekonomi. Hingga akhir periode triwulan III 2021,
seluruh pemerintah daerah di Papua Barat
tingkat realisasi pendapatan APBD di Papua Barat
mengalami penurunan -17,11 persen dari tahun
mampu mencapai 50,13 persen (Rp10.367,98
sebelumnya. Penurunan tersebut sebagian besar
miliar) dari target. Jika dibandingkan dengan
disebabkan oleh pendapatan transfer yang berasal
besaran realisasi tahun 2020, pendapatan APBD
dari pemerintah pusat mengalami pengurangan
tumbuh negatif -41,46 persen. Kondisi negatif
sebagaimana yang terjadi selama dua tahun
tersebut dipengaruhi oleh realisasi pendapatan
terakhir, sebagai konsekuensi dari pandemi yang
transfer sebagai kontributor utama pendapatan
telah berdampak negatif pada keuangan negara. Di
daerah yang menurun (-41,25 persen, yoy) akibat
sisi lain, pemerintah daerah diharapkan dapat
keterlambatan pengajuan pencairan dan
Tabel 2.10 penyampaian laporan
Pagu dan Realisasi APBD s.d Triwulan III
di Papua Barat Tahun 2020-2021 (miliar Rp)
penggunaan oleh pemerintah
daerah.
Tahun 2020 Tahun 2021 Growth (%)
Uraian
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Real B.1.1 Pendapatan Asli
PENDAPATAN 24,954.60 17,710.67 70.97 20,683.68 10,367.98 50.13 -17.11 -41.46 Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah
(PAD)
1,102.71 704.73 63.91 1,314.10 636.46 48.43 19.17 -9.69 PAD merupakan pendapatan
Pajak Daerah 537.11 308.95 57.52 752.11 347.07 46.15 40.03 12.34 yang diperoleh daerah yang
Retribusi Daerah 124.39 24.98 20.08 159.22 26.92 16.91 28.00 7.79 dipungut berdasarkan
Hasil Pengelolaan KD
yang Dipisahkan
49.08 34.94 71.19 42.51 40.50 95.26 -13.38 15.91 peraturan daerah sesuai
Lain PAD yang Sah 392.14 335.86 85.65 360.26 221.97 61.61 -8.13 -33.91 dengan peraturan perundang-
Pendapatan Transfer 22,000.07 16,505.92 75.03 19,212.60 9,696.54 50.47 -12.67 -41.25 undangan. Komponen PAD
Dana Bagi Hasil 3,361.88 3,207.24 95.40 989.56 834.76 84.36 -70.57 -73.97 terdiri dari pajak daerah,
Dana Alokasi Umum 7,680.16 6,465.78 84.19 7,671.19 5,685.48 74.11 -0.12 -12.07
retribusi daerah, hasil
Dana Alokasi Khusus 2,258.06 1,481.73 65.62 2,310.15 727.56 31.49 2.31 -50.90
Dana Desa 695.43 523.89 75.33 1,431.19 174.81 12.21 105.80 -66.63
pengelolaan kekayaan daerah
Dana Insesntif Daerah 119.28 101.36 84.98 191.52 95.76 50.00 60.57 -5.52 yang dipisahkan, dan lain-lain
Dana Otsus 7,333.73 4,206.22 57.35 5,485.97 1,777.96 32.41 -25.20 -57.73 PAD yang sah. Target PAD
DBH Pajak dari Provinsi
494.05 241.47 48.88 346.09 140.16 40.50 -29.95 -41.96 seluruh pemerintah daerah
dan PD Lainnya
Bankeu dari Provinsi
Papua Barat tahun 2021
57.48 278.24 484.03 786.93 260.04 33.04 1,268.97 -6.54
atau PD Lainnya ditetapkan naik 19,17 persen
Lain-Lain PD Yang Sah 1,851.82 500.02 27.00 156.98 34.98 22.29 -91.52 -93.00
dari tahun sebelumnya.
Pendapatan Hibah 147.97 0.76 0.51 74.03 27.10 36.60 -49.97 3,463.85
Besaran PAD dalam postur
Pendapatan Lainnya 1,703.85 499.26 29.30 82.95 7.89 9.51 -95.13 -98.42
BELANJA DAN APBD merupakan indikator
29,538.00 12,280.54 41.58 22,330.43 9,342.67 41.84 -24.40 -23.92
TRANSFER
kemandirian daerah. Oleh
Belanja Pegawai 5,824.18 2,876.23 49.38 5,197.26 3,301.04 63.51 -10.76 14.77
Belanja Bunga 69.90 56.79 81.24 44.27 30.50 68.90 -36.66 -46.29
karena itu, adanya kenaikan
Belanja Subsidi 26.88 20.35 75.72 9.99 6.17 61.78 -62.84 -69.68 pada target PAD tersebut
Belanja Hibah 2,052.12 1,202.99 58.62 1,751.82 653.51 37.30 -14.63 -45.68 menunjukkan bahwa setiap
Belanja Bantuan Sosial 582.84 570.29 97.85 328.27 213.34 64.99 -43.68 -62.59
tahunnya pemerintah daerah
Belanja Tidak Terduga 988.44 178.33 18.04 189.61 105.81 55.80 -80.82 -40.67
di Papua Barat selalu
Belanja Barang dan Jasa 6,346.09 2,955.12 46.57 5,744.31 2,244.28 39.07 -9.48 -24.05
Belanja Modal 6,551.32 1,630.47 24.89 5,101.83 1,725.14 33.81 -22.13 5.81 berupaya meningkatkan
Transfer Bankeu 7,096.24 2,789.98 39.32 3,963.06 1,062.87 26.82 -44.15 -61.90 derajat kemandiriannya.
SURPLUS (DEFISIT) -4,583.40 5,430.13 - -1,646.75 1,025.31 - - -
PEMBIAYAAN 4,558.23 2,935.16 - 1,018.05 1,472.82 - - -
Sampai dengan triwulan III
SiLPA (SiKPA) -25.17 8,365.28 - -628.70 2,498.13 - - - 2021, nilai realisasi PAD
Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah) seluruh pemerintah daerah di

Triwulan III 2021


Kajian Fiskal Regional 14
Provinsi Papua Barat
BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL

Grafik 2.8
Grafik 2.10
Target dan Realisasi PAD s.d Triwulan III
Realisasi Pajak Daerah per Pemda di Papua Barat
APBD di Papua Barat Tahun 2019-2021 (miliar Rp)
s.d Triwulan III 2021 (miliar Rp)
280 252.37
636.46
2021
1,314.10
210

704.73
2020 140
1,102.72

599.46 70
2019 31.58 30.90
1,203.11 4.33 8.61 1.65 0.53 0.47 0.91 2.05 1.31 1.35 0.16 0.01
0
0.00 300.00 600.00 900.00 1,200.00 1,500.00

Fakfak

Sorong

Sorsel
Manokwari

Tl Wondama
Tl Bintuni

Kaimana

Maybrat

Pegaf
Mansel
Provinsi

Kota Sorong

Tambraw
Raja Ampat
Realisasi Target
Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)

Papua Barat mengalami penurunan -9,69 persen Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)
(yoy). Dengan besaran yang mencapai Rp636,46
pajak bahan bakar kendaraan bermotor dan bea
miliar, pemerintah daerah hanya mampu
balik nama (BBN) kendaraan bermotor. Hal yang
mewujudkan 48,43 persen dari target PAD. Jika
sama juga terjadi pada Kab. Manokwari dan Kota
dibandingkan periode yang sama tahun 2020,
Sorong sebagai pusat perekonomian yang memiliki
turunnya besaran dan tingkat realisasi PAD
banyak penduduk, dan sektor jasa transportasi
sebagian besar disebabkan oleh rendahnya realisasi
lokal antar wilayah yang berkembang.
lain-lain PAD yang sah akibat berkurangnya
pendapatan bunga dan komisi dari penempatan B.1.2 Retribusi Daerah
dana Pemda di Bank. Meski demikian, realisasi PAD Pendapatan yang berasal dari retribusi daerah pada
di triwulan III 2021 mampu tumbuh 90,28 persen seluruh pemerintah daerah di Papua Barat hingga
(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, seiring berakhirnya triwulan III 2021 secara total
kembali longgarnya mobilitas masyarakat. mencapai Rp26,92 miliar. Pemerintah daerah
Grafik 2.9 dengan realisasi penerimaan retribusi daerah
Pagu Realisasi dan Pertumbuhan per Jenis PAD APBD di
Papua Barat s.d Triwulan III 2021 (miliar Rp, persen) terbesar yaitu Kota Sorong yang mencapai Rp11,66
800 752.11 20

15.91
miliar. Selain retribusi daerah, Kota Sorong juga
12.34 menjadi wilayah dengan pajak daerah terbesar
600
7.79 0 setelah Pemerintah Provinsi dan Kab. Manokwari.
347.07 360.26 Besarnya pendapatan tersebut merupakan hasil
400
dari sektor migas, industri, perdagangan dan
221.97 -20
159.22 pariwisata yang menjadi unggulan.
200
Grafik 2.11
26.92 42.51 40.50 Realisasi Retribusi Daerah per Pemda di Papua Barat
-33.91
s.d Triwulan III 2021 (juta Rp)
0 -40
Pajak Daerah Retribusi Daerah Kekayaan Daerah Lain-lain PAD
Dipisahkan yang Sah Pegaf 141.68
Pagu Realisasi Growth (yoy) Mansel 84.91
Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah) Tambraw 90.00
Maybrat 40.10
B.1.1.1 Pajak Daerah Kaimana 4,936.74
Penerimaan pajak daerah pada seluruh pemerintah Tl Wondama 328.85
daerah Papua Barat sampai dengan triwulan III Tl Bintuni 468.85
Sorsel 36.90
2021 mampu terealisasi sebesar Rp347,04 miliar.
Raja Ampat 1,606.25
Pemerintah daerah yang memiliki realisasi Kota Sorong 11,659.06
penerimaan pajak daerah terbesar adalah Sorong 992.10
Pemerintah Provinsi Papua Barat yang mencapai Fakfak 1,391.89
Manokwari 1,407.85
Rp252,37 miliar. Kontribusi terbesar dari Provinsi 3,736.12
penerimaan tersebut berasal dari penerimaan 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000
Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)

15 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan III 2021
BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL

B.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah B.2 Pendapatan Transfer


yang Dipisahkan Dari total target pendapatan transfer seluruh
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang pemerintah daerah Papua Barat dari pemerintah
dipisahkan seluruh pemerintah daerah di Papua pusat tahun 2021, porsi terbesar dimiliki oleh DAU
Barat hingga akhir periode triwulan III 2021 naik sebesar 58,63 persen kemudian Dana Penyesuaian
15,91 persen (yoy) dengan realisasi sebesar Rp40,5 dan Otsus 18,34 persen. Kondisi tersebut
miliar. Peningkatan terjadi akibat nilai bagian laba mengindikasikan masih tingginya ketergantungan
atas penyertaan modal pada BUMN/BUMD yang pemerintah daerah, terlebih di masa pandemi.
diterima Pemda, naikl dari tahun sebelumnya. Keadaan ini patut diwaspadai mengingat
Tercatat sebanyak 11 dari 14 Pemda yang memiliki pengalaman sebagian besar daerah akan lebih
realisasi dengan Kab. Teluk Bintuni menjadi yang memilih status quo. Oleh karena itu, pemerintah
terbesar. Dari hasil bagian laba yang dibagikan pusat secara bertahap mengurangi alokasi dana
kepada Pemda (dividen) atas penyertaan modal transfer sebagaimana yang terjadi pada beberapa
pada BUMN (LNG Tangguh), Kab. Teluk Bintuni tahun terakhir agar pemerintah daerah semakin
mendapatkan pendapatan sebesar Rp4,93 miliar. kreatif dalam menciptakan pembiayaan alternatif
atau mengoptimalkan pendapatan asli daerahnya.
B.1.4 Lain-Lain PAD yang Sah
Grafik 2.13
Berdasarkan data realisasi APBD sampai dengan Pagu Realisasi dan Pertumbuhan Pendapatan Transfer APBD di
triwulan III 2021, penerimaan lain-lain PAD yang Papua Barat s.d Triwulan III Tahun 2021 (miliar Rp, persen)
9,000 0
-5.52
sah seluruh pemerintah daerah di Papua Barat 7,671.19
-12.07
tercatat sebesar Rp221,97 miliar atau tumbuh -20
negatif -33,91 persen (yoy). Turunnya jenis PAD 6,000 5,685.48 5,485.97

tersebut, disebabkan oleh pendapatan bunga, -40


denda dan komisi atas hasil pemanfaatan atau -50.90
3,000 -57.73
pendayagunaan kekayaan daerah dalam bentuk 2,310.15 1,777.96
-60
1,431.19
penempatan dana di Bank yang jauh menurun 989.56 834.76 727.56 -66.63
-73.97 174.81 191.5295.76
dibandingkan periode yang sama tahun 0 -80
sebelumnya. Daerah yang memiliki realisasi DBH DAU DAK Dana Desa DID Dana Otsus
Pagu Realisasi Growth (yoy)
tertinggi penerimaan lain-lain PAD yang sah yaitu
Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)
Pemerintah Provinsi yang mencapai Rp76,15 miliar
dan sebagian besar berasal dari hasil kerja sama Hingga berakhirnya triwulan III 2021 tingkat
daerah dengan pemda lainnya/pihak ketiga. realisasi pendapatan transfer mencapai 50,47
persen dari total pagu atau tumbuh negatif (-41,25
Grafik 2.12 persen, yoy). Dari keseluruhan pendapatan, tingkat
Realisasi Lain-Lain PAD yang Sah per Pemda di Papua Barat
s.d Triwulan III 2021 (miliar Rp) realisasi tertinggi adalah DBH dan DAU. Dana Desa
dan DAK menjadi komponen dengan tingkat
Pegaf 2.49
Mansel 7.57 serapan terendah. Rendahnya tingkat realisasi ini
Tambraw 1.53 disebabkan oleh perubahan ketentuan dalam
Maybrat 55.30 pengelolaan DAK Fisik yang melibatkan Aparat
Kaimana 7.54
Pengawas Internal Pemerintah (APIP) pemerintah
Tl Wondama 7.03
Tl Bintuni 17.09
daerah dalam review di awal kegiatan dan atas
Sorsel 4.14 laporan tahun sebelumnya masih membutuhkan
Raja Ampat 0.90 penyesuaian bagi OPD penanggungjawab. Pada
Kota Sorong 13.42
Dana Desa, mekanisme penyaluran yang baru bisa
Sorong 6.30
dilakukan setelah penyampaian laporan
Fakfak 16.16
Manokwari 6.34 76.15
penyaluran sebelumnya menjadi penghambat
Provinsi dalam realisasi. Pada realisasi Dana Otsus sebesar
0 20 40 60 80 Rp1.777,96 miliar, kontribusi komponen Dana
Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)

Triwulan III 2021


Kajian Fiskal Regional 16
Provinsi Papua Barat
BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL

Tambahan Infrastruktur (DTI) tercatat sebesar jika dibandingkan dengan capaian realisasi pada
29,93 persen atau Rp532,18 miliar. belanja APBN disebabkan oleh terlambatnya
pelaksanaan berbagai kegiatan dan terkendala
B.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
pandemi.
Total realisasi lain-lain pendapatan daerah yang sah
Grafik 2.15
seluruh wilayah di Papua Barat sampai dengan Pagu Realisasi dan Pertumbuhan per Jenis Belanja APBD di
triwulan III 2021 mencapai Rp34,98 miliar. Hanya Papua Barat s.d Triwulan III 2021 (miliar Rp, persen)
7,000 40
enam pemerintah daerah yang memilki realisasi
6,000 5,744.31 14.77
komponen pendapatan tersebut, yaitu Kab. 5,197.26 5,101.83 20

Manokwari (Rp12,80 miliar), Kab. Teluk Bintuni 5,000 5.81


0
(Rp10,37 miliar), Kab. Kaimana (Rp7,89 miliar), 4,000
-24.05 3,301.04
-20
Kab. Maybrat (Rp2,71 miliar), Pemerintah Provinsi 3,000
2,244.28
(Rp1,21 miliar), dan Kab. Manokwari Selatan 1,725.14
1,995.69 -40
2,000 -45.42
(Rp2,25 juta). Adapun semua pendapatan tersebut -62.59
796.00 -60
1,000
berasal dari pendapatan hibah dari Pemda lainnya 328.27
213.34
dan Badan/Lembaga/Organisasi Dalam Negeri. 0 -80
Belanja Belanja Belanja Belanja Belanja
Barang Pegawai Modal Bansos Lainnya
B.4 Belanja Daerah
Pagu Realisasi Growth (yoy)
Pada APBD di Papua Barat tahun 2021, alokasi
Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)
belanja ditetapkan sebesar Rp22.330,43 miliar atau
turun -24,40 persen (yoy). Adanya penurunan yang Pertumbuhan negatif yang terjadi pada besaran
terjadi pada semua jenis belanja, disebabkan oleh realisasi di sebagian besar belanja (kecuali belanja
alokasi pendapatan transfer yang menurun pegawai dan modal), sebagian besar penyebabnya
sehingga membuat pemerintah daerah melakukan adalah keterlambatan dalam memulai kegiatan.
penyesuaian terhadap alokasi belanja. Hal ini Diawali dengan terlambatnya penetapan APBD
dikarenakan pendapatan transfer masih menjadi (paling cepat bulan maret), dan keterlambatan
sumber utama dalam APBD, sedangkan PAD penetapan juknis sebagai dasar pelaksanaan
memiliki kontribusi yang rendah. Berdasarkan kegiatan, hingga terlembatnya penetapan pejabat
jenisnya, belanja daerah dengan porsi terbesar struktural, pejabat perbendaharaan, hingga
adalah belanja barang dengan kontribusi 31,4 pengelola keuangan. Khusus dalam dua tahun
persen sedangkan belanja modal mencapai 27,8 terakhir, pandemi yang berakibat pada
persen pemberlakuan pembatasan sosial meski dalam
Grafik 2.14 skala mikro berakibat pada kurang efektifnya
Komposisi Alokasi Belanja APBD
di Papua Barat Tahun 2021 (persen) pekerjaan. Banyaknya ASN Pemda yang harus
Belanja Pegawai
dikarantina membuat banyak kegiatan menjadi
Belanja Barang
31.3% 28.3% tertunda karena ASN tersebut tidak memiliki
pengganti.

Belanja Lainnya B.5 Prognosis Realisasi APBD


10.9%
Sampai dengan akhir tahun anggaran 2021,
terdapat beberapa faktor yang diperkirakan dapat
Belanja Bansos
Belanja Modal mempengaruhi pencapaian realisasi APBD di Papua
27.8%
1.8%
Barat, yaitu:
 Perekonomian regional diperkirakan dapat
Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)
pulih dengan kembali longgarnya mobilitas
Sementara itu, hingga akhir periode triwulan III manusia dan naiknya volume kegiatan ekonomi
2021 tingkat realisasi belanja APBD tercatat meskipun perkembangan pelaksanaan
mencapai 41,84 persen dari alokasi (Rp9.342,67 vaksinasi cenderung lambat, serta kepatuhan
miliar). Masih rendahnya realisasi belanja tersebut terhadap protokol kesehatan yang rendah;

17 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan III 2021
BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL

 Pemerintah pusat dimungkinkan untuk Tabel 2.11


Prognosis Realisasi APBD Seluruh Pemerintah Daerah Papua Barat
melakukan penyesuaian APBN sebagai upaya s.d Triwulan IV 2021 (milliar Rp)
mitigasi risiko resesi sehingga akan berdampak
Perkiraan
pada perubahan besaran dana TKDD yang Pagu s.d. Tw III 2021
Uraian s.d. Tw IV 2021
(miliar Rp)
dapat mempengaruhi APBD secara Realisasi % Realisasi %
Pendapatan
keseluruhan, mengingat masih tingginya 20,683.68 10,367.98 50.13 19,649.49 ±95
Daerah
ketergantungan terhadap dana transfer; Belanja dan
22,330.43 9,342.67 41.84 20,097.38 ±90
 Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) relatif Transfer Daerah
Surplus/Defisit 1,025.31 -447.89
rendah dari target yang ditetapkan. Oleh
Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)
karena itu pemerintah daerah akan mendorong
aktivitas wisata dan keseharian masyarakat
tahun anggaran 2021 hanya akan mencapai ±95
dalam memanfaatkan sarana prasarana, serta
persen. Sementara itu, mobilitas masyarakat dan
layanan pemerintah daerah sebagai upaya
volume kegiatan ekonomi yang kembali longgar,
peningkatan PAD;
membuat perkiraan realisasi belanja daerah tahun
 Pemerintah daerah dimungkinkan untuk
2021 mampu mencapai ±90 persen. Dengan
melakukan realokasi dan refocusing pada
demikian, pada akhir tahun anggaran diperkirakan
belanja barang/jasa dan belanja modal, serta
terjadi defisit anggaran sebesar -Rp447,89 miliar
belanja lainnya yang belum terserap dengan
pada APBD di Papua Barat.
memperhitungkan upaya pemulihan ekonomi
melalui akselerasi belanja; C. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
 Tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap KONSOLIDASIAN
sumber daya alam sebagai produk utama
ekspor akan mengancam capaian pertumbuhan
Pada tahun 2021, target pendapatan dan alokasi
ekonomi karena naiknya permintaan di pasar
belanja konsolidasian Papua Barat mengalami
komoditi internasional belum dapat
penurunan sebagaimana APBD yang dipengaruhi
seluruhnya dipenuhi akibat kendala teknis
oleh pendapatan dan belanja transfer. Adapun
yang masih belum usai sepenuhnya;
target pendapatan perpajakan ditetapkan
 Adanya ketentuan yang mewajibkan
meningkat dengan asumsi terjadinya perbaikan
pengalokasian belanja dalam rangka
perekonomian seiring kelonggaran mobilitas dan
pencegahan/penanganan Covid-19 dan upaya
berbagai insentif pemulihan, meski masih memiliki
pemulihan ekonomi akan menunda
kontribusi yang relatif kecil terhadap belanja.
pelaksanaan program prioritas nasional yang
Alhasil, defisit kosolidasian diperkirakan mencapai
menggunakan APBD sebagai dana
–Rp24.995,31 miliar. Sampai dengan triwulan III
pendamping;
2021, realisasi pendapatan konsolidasian tercatat
 Keterlambatan pengadaan dan pelaksanaan
sebesar Rp1.775,19 miliar atau tumbuh 0,04
kegiatan akibat kebijakan pembatasan
Tabel 2.12
(PPKM) yang diterapkan akan Pagu Pendapatan dan Belanja Konsolidasian
berpengaruh terhadap capaian kinerja di Papua Barat Tahun 2021 (miliar Rp)

RKPD dan RPJMD. 2020 2021 Growth


Uraian
Konsolidasi Pusat Daerah Konsolidasi (%, yoy)
Berdasarkan tren realisasi APBD di Papua Pendapatan 11,395.22 3,257.39 20,683.68 6,830.97 -40.05

Barat dalam beberapa tahun terakhir dan Perpajakan 3,501.17 2,964.06 752.11 3,716.17 6.14
Pendapatan Bukan
faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi 7,746.08 293.33 19,857.54 3,040.77 -60.74
Pajak
pendapatan dan belanja daerah, serta Hibah 147.97 - 74.03 74.03 -49.97
Belanja 39,033.85 26,312.62 22,330.43 31,826.28 -18.46
timbulnya permasalahan berkaitan dengan
Belanja Pemerintah 31,937.61 9,495.85 18,367.36 27,863.21 -12.76
pandemi maka perkiraan realisasi Transfer 7,096.24 16,816.77 3,963.06 3,963.06 -44.15
pendapatan daerah seluruh pemerintah Surplus/Defisit -27,638.63 -26,312.62 -1,646.75 -24,995.31 -9.56
daerah di Papua Barat hingga berakhirnya Pembiayaan 4,558.23 - 1,018.05 1,018.05 -77.67
SiLPA (SiKPA) -23,080.40 - -628.70 -23,977.26 3.89
Sumber: OM-SPAN, SIKD, KPP Manokwari dan KPP Sorong (data diolah)

Triwulan III 2021


Kajian Fiskal Regional 18
Provinsi Papua Barat
BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL

persen, didorong oleh kenaikan penerimaan pajak Realisasi tersebut merupakan kontribusi besar dari
pemerintah pusat dan pajak daerah. Sedangkan APBN melalui penerimaan perpajakan sebesar
pada belanja konsolidasian, turunnya realisasi (- 61,89 persen dan pendapatan bukan pajak sebesar
38,84 persen) mempengaruhi terjadinya defisit 11,49 persen dari keseluruhan pendapatan
yang lebih kecil -45,14 persen dari periode yang konsolidasian. Sementara kontribusi APBD melalui
sama tahun sebelumnya. pajak daerah, pendapatan bukan pajak dan hibah
Tabel 2.13 hanya sebesar 26,62 persen (Rp613,06 miliar).
Realisasi Pendapatan dan Belanja Konsolidasian di Papua Barat
s.d Triwulan III Tahun 2021 (miliar Rp)
C.1.2 Analisis Perubahan
2020 2021 Growth
Uraian Bila dibandingkan periode yang sama tahun
Konsolidasi Pusat Daerah Konsolidasi (%, yoy)
Pendapatan 3,136.28 1,629.27 9,678.83 2,303.00 -26.57 sebelumnya, hingga akhir periode triwulan III
Perpajakan 1,774.47 1,425.23 347.07 1,775.19 0.04
2021 realisasi pendapatan pajak konsolidasian
Pendapatan
1,361.04 204.04 9,304.66 516.22 -62.07
Bukan Pajak mengalami pertumbuhan 0,04 persen.
Hibah 0.76 - 27.1 11.59 1425.00
Sebagian besar kenaikan terjadi pada
Belanja 26,122.18 14,574.87 9.342,67 15,975.32 -38.84
Belanja
pendapatan pajak pemerintah pusat. Adanya
22,134.90 5,569.78 8,279.80 14,912.45 -32.63
Pemerintah pemanfaatan insentif berupa pemberian
Transfer 3,987.28 9,005.10 1,062.87 1,062.87 -73.34
fasilitas pajak yang disertai adanya
Surplus/Defisit -22,985.90 -12,945.60 336.16 -12,609.45 -45.14
Pembiayaan 2,840.36 - 1,472.82 1,472.82 -48.15 penambahan objek dan dasar pengenaan pajak
SiLPA (SiKPA) -20,145.54 - 1,808.98 -11,136.63 -44.72 baru, mampu memberikan dampak positif bagi
Sumber: OM-SPAN, SIKD, KPP Manokwari dan KPP Sorong (data diolah) pertumbuhan realisasi pendapatan perpajakan
pemerintah pusat. Demikian halnya dengan
C.1 Pendapatan Konsolidasian
pendapatan pemerintah daerah yang sedikit
C.1.1 Analisis Proporsi dan Perbandingan
terdorong oleh kembalinya aktivitas ekonomi,
Pendapatan konsolidasian Papua Barat terdiri dari
keseharian masyarakat dalam menggunakan
pendapatan perpajakan, pendapatan bukan pajak
layanan pemerintah, dan kegiatan pelayanan
dan hibah. Proporsi pendapatan perpajakan
pemerintah yang kembali beroperasi.
menjadi yang paling besar terhadap keseluruhan
pendapatan 54,4 persen dengan sebagian besar Sementara itu, terjadi penurunan realisasi
(79,76 persen) berupa perpajakan pemerintah pendapatan bukan pajak konsolidasian yang cukup
pusat (APBN). Pada pendapatan bukan pajak yang besar mencapai -62,07 persen. Hal ini disebabkan
termasuk didalamnya pendapatan transfer, oleh terjadinya penurunan volume aktivitas
didominasi (90,35 persen) oleh pendapatan antar sehingga menurunkan kontribusi pendapatan jasa
pemerintah daerah dan bantuan keuangan (APBD). kepelabuhanan dari kegiatan bongkar muat dan
sandar di Kab. Teluk Bintuni, serta kontribusi jasa
Penentuan angka target pendapatan didasarkan
kebandarudaraan dari aktivitas penerbangan di
pada asumsi bahwa kondisi perekonomian pada
Kota Sorong. Untuk pendapatan transfer, turunnya
tahun 2021 akan mengalami perbaikan melalui
besaran dana transfer dari pemerintah pusat
berbagai insetif dan volume kegiatan ekonomi yang
membuat kemampuan pemerintah daerah dalam
kembali melonggar meskipun masih terdapat
membantu (transfer) daerah lainnya mengalami
ketidakpastian. Selain itu, tren kenaikan harga dan
penurunan. Di sisi lain, keterbatasan penerimaan
permintaan komoditas internasional seperti
pajak daerah membuat ketergantungan pemerintah
minyak dan gas bumi yang perlahan meningkat
daerah terhadap dana transfer semakin meningkat.
khususnya dari negara-negara yang berhasil
menekan pandemi turut mempengaruhi naiknya C.1.3 Analisis Kontribusi Pendapatan
target pendapatan perpajakan. Terhadap Perekonomian Daerah
Pada periode triwulan III 2021, PDRB Papua Barat
Hingga berakhirnya triwulan III 2021, realisasi
sebesar Rp21.074,13 miliar dengan pertumbuhan
pendapatan konsolidasian mampu mencapai nilai
ekonomi sebesar -1,76 persen (yoy). Sementara itu
Rp1.775,19 miliar atau 47,77 persen dari target.
pada periode yang sama, realisasi pendapatan

19 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan III 2021
BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL

konsolidasian mengalami pertumbuhan negatif C.2.2 Analisis Perubahan


sebesar -26,57 persen. Berdasarkan besarnya Alokasi belanja pemerintah konsolidasian tahun
perbedaan antara angka pertumbuhan ekonomi 2021 turun -18,46 persen dibandingkan tahun
dan penurunan pendapatan yaitu sebesar 28,33 sebelumnya. Penurunan alokasi tersebut
persen [ -26,57 - (-1,76) ], mengindikasikan bahwa disebabkan oleh dana transfer dari pemerintah
pada triwulan III 2021 penerimaan pendapatan pusat dan antar pemerintah daerah, yang jauh lebih
masih mengalami shock sebagai konsekuensi dari kecil, serta penyesuaian belanja pemerintah
perekonomian yang tertahan pandemi, dan sedang (refocusing/realokasi) untuk membiayai program
diupayakan untuk pulih melalui pemanfaatan dan kegiatan Satker Kementerian Negara/Lembaga
berbagai potensi yang dimiliki. dan belanja Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
dalam rangka mengatasi perkembangan pandemi
C.2 Belanja Konsolidasian
Covid-19 dan memulihkan ekonomi di masing-
C.2.1 Analisis Proporsi dan Perbandingan
masing daerah yang memerlukan penanganan
Belanja konsolidasian Papua Barat terdiri dari
secara cepat dengan anggaran yang memadai.
belanja pemerintah dan transfer konsolidasian.
Proporsi alokasi belanja konsolidasian terbesar C.2.3 Analisis Kontribusi Belanja Pemerintah
tahun 2021 yaitu belanja pemerintah mencapai Terhadap Perekonomian Daerah
93,35 persen, sedangkan proporsi belanja transfer Nilai output suatu daerah diwujudkan dalam
mencapai 6,65 persen. Hngga berakhirnya triwulan bentuk PDRB. Kontribusi pemerintah terhadap
III 2021, realisasi belanja konsolidasian sebesar PDRB dilihat dari sisi belanja, dihitung dengan cara
Rp15.975,32 miliar atau 50,2 persen dari perkiraan membandingkan nilai belanja pemerintah terhadap
pagu. Dari nilai tersebut, realisasi belanja PDRB. Sedangkan jika dilihat dari sisi investasi,
pemerintah dan transfer masing-masing mencapai kontribusi pemerintah terhadap PDRB dihitung
Rp14.912,45 miliar (53,52 persen) dan Rp1.062,87 dengan cara membandingkan nilai belanja modal
miliar (26,82 persen dari perkiraan pagu transfer). terhadap PDRB.
Tabel 2.14
Jika dilihat per jenis belanja hingga triwulan III Kontribusi Belanja Pemerintah terhadap Perekonomian
2021, tingkat realisasi belanja konsolidasian Papua Barat s.d Triwulan III 2021
Uraian Realisasi
tertinggi adalah belanja bansos mencapai 65,18
Belanja Pemerintah (miliar Rp) 15,975.32
persen. Sementara itu realisasi belanja modal dan
Belanja Modal (miliar Rp) 4,051.92
barang belum optimal, karena baru mencapai 42,62
persen dan 46,82 persen, sehingga diperlukan PDRB 2021 (miliar Rp) 63,043.95
Kontribusi Pengeluaran Pemerintah terhadap
akselerasi pada 3 bulan terakhir khususnya belanja PDRB (persen)
25.34
pemerintah daerah. Adanya belanja pemerintah Kontribusi Belanja Modal terhadap PDRB (persen) 6.43
yang masif akan berdampak langsung pada Sumber: OM-SPAN, SIKD, BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)

kenaikan permintaan dan volume produksi


Sampai dengan triwulan III 2021, kontribusi
sehingga dapat mempercepat pemulihan ekonomi.
Grafik 2.15 belanja pemerintah konsolidasian terhadap PDRB
Realisasi dan Pertumbuhan Belanja Konsolidasian Papua Papua Barat sebesar Rp15.975,32 miliar/
Barat per Jenis s.d Triwulan III 2021 (miliar Rp)
Rp63.043,95 milliar = 25,34 persen. Kontribusi
10,000 9,506.78 60
8,433.55 53.55 investasi pemerintah melalui belanja modal
40
8,000 7,578.13 terhadap PDRB sebesar Rp4.051,92 miliar/
20
12.89 Rp63.043,95 miliar = 6,43 persen. Kondisi tersebut
6,000 0
4,832.86 menunjukan bahwa belanja pemerintah, baik
4,051.92
3,948.36 -20
4,000 -45.36 pemerintah pusat dan daerah memiliki kontribusi
-10.34 -62.18
2,011.53 -40
yang cukup signifikan (>5 persen) terhadap
2,000
799.24-60
333.22
217.19
perekonomian Papua Barat.
0 -80
Belanja Belanja Belanja Belanja Belanja
Pegawai Barang Modal Bansos Lain-Lain
Pagu Realisasi Growth (%,yoy)

Sumber: OM-SPAN dan SIKD (data diolah)

Triwulan III 2021


Kajian Fiskal Regional 20
Provinsi Papua Barat
Analisis Tematik
Nilai Tukar Petani/Nelayan
Analisis Peluang Investasi Daerah

#DJPbKawalAPBN
Analisis
Program untuk NilaI Tukar Petani dan Nelayan

APBN
Pertanian Perikanan Infrastuktur Pendukung
26,29 M 10,15 M 349,88 M

DAK Fisik Dana Desa


Pertanian Perikanan Pertanian Perikanan
3,86 M 7,12 M 21,76 M 20,05 M

APBD
DAU, DAK Non Fisik, Otsus
Pertanian Perikanan Infrastuktur Pendukung
18,12 M 40,10 M 78,45 M

Industri Pengalengan Ikan Tuna

NPV IRR
321,44 Miliar 27,58%

PBP BCR
6,8 Tahun 1,26%

#DJPbKawalAPBN
BAB III ANALISIS TEMATIK

PERAN FISKAL UNTUK KESEJAHTERAAN kemampuan pendapatan yang diterima


PETANI DAN NELAYAN: ANALISIS NTP DAN NTN petani/nelayan dari hasil produksinya untuk dapat
ditukar dengan sarana pemenuhan kebutuhan.
Peningkatan kesejahteraan identik dengan naiknya
Peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan
pendapatan untuk memperbaiki kemampuan
telah dan diyakini tetap menjadi prioritas
konsumsi. Dengan demikian peningkatan
pembangunan selama ini meski bukan menjadi
kesejahteraan dapat ditempuh melalui upaya untuk
yang utama. Kondisi ini sejalan dengan arahan yang
meningkatkan pendapatan dan atau meningkatkan
selalu tertuang dalam rencana pembangunan baik
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan rumah
itu di ditingkat nasional maupun regional. Indikator
tangga sehari-hari dalam menjalani hidup.
pencapaian sasaran peningkatan kesejahteraan
petani dan nelayan tercermin dari peningkatan Grafik 3.1
Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Nelayan (mtm)
pendapatan, penurunan tingkat pengangguran, Papua Barat Tahun 2019-2021
dan perbaikan kualitas hidup. Langkah- 105 103.58
101.04
langkah perbaikan kesejahteraan petani dan
nelayan tersebut dituangkan dan dilaksanakan 100
melalui sejumlah kebijakan dan program 100.05
sektor pertanian dan perikanan. 93.36
95

Kebijakan sektor pertanian dan perikanan


(laut dan darat) pada dasarnya adalah 90

serangkaian tindakan yang telah, sedang dan


akan dilaksanakan oleh pemerintah untuk NTP NTN
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)
mencapai tujuan pembangunan. Tujuan
tersebut adalah memajukan pertanian dan
Sepanjang tiga tahun terakhir, angka NTP dan NTN
perikanan, mengusahakannya agar menjadi lebih
(mtm) Papua Barat berada pada tren yang
produktif dan efisien serta dapat meningkatkan
menurun. Angka NTP mencapai titik tertinggi pada
tingkat penghidupan/kesejahteraan petani dan
bulan Agustus 2019, setelah itu menunjukkan
nelayan. Ukuran keberhasilan tujuan didasarkan
penurunan dan jauh lebih kecil dari target (112,09)
kepada konsep angka Nilai Tukar Petani (NTP) dan
yang ditetapkan dalam RPJMD tahun 2021,
Nilai Tukar Nelayan (NTN) sebagai indikator
meskipun selalu berada pada kondisi surplus
kesejahteraan. Konsep NTP/NTN mengacu kepada
(>100). Keadaan surplus ini dapat berarti bahwa
kemampuan daya beli petani dan nelayan, yaitu

Gambar 3.1
Kerangka Pembentukan Indeks NTP/NTN
Kebijakan Bahan makanan
Produksi Bahan makanan
Kebijakan
jadi
subsidi harga
Konsumsi Perumahan
pangan,
Rumah Tangga Sandang
perumahan,
Kesehatan
Subsektor: Pendidikan
kesehatan
NTP
Tanaman Transportasi
NTN
Komoditas: Pangan
Tanaman Holtikultura
Indeks harga
Pangan Perkebunan
yang dibayar
Holtikultura Peternakan (Ib)
Perkebunan Perikanan
Bibit
Peternakan Penangkapan Pupuk,
Indeks harga
Perikanan umum yang diterima pestisida, pakan
Penangkapan (It) Sewa lahan,
Kebijakan
laut Biaya Produksi pajak
subsidi BBM
dan Barang Transportasi
nelayan,
Modal komunikasi
pupuk, UMR
Penambahan
barang modal
Kebijakan Upah buruh
Harga tani

21 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan III 2021
BAB III ANALISIS TEMATIK

hasil produksi dihargai lebih besar dari harga Dari seluruh angkatan kerja di Papua Barat yang
konsumsi dan biaya produksi yang dibutuhkan bekerja atau bukan pengangguran, sebanyak 32,4
petani. Di sisi lain, angka surplus yang tidak terlalu persen bekerja di lapangan usaha pertanian,
tinggi juga menunjukkan adanya keseimbangan kehutanan dan perikanan. Jumlah tenaga kerja
antara harga jual dan pasokan dengan hasil sektor tersebut menjadi yang terbesar dalam
produksi lokal Papua Barat yang mampu memenuhi struktur tenaga kerja diantara 17 sektor/lapangan
permintaan masyarakat sehingga tidak dibutuhkan usaha lainnya. Kontribusi dari tenaga kerja ini
impor bahan pangan dari wilayah lain. mampu menempatkan pertanian, kehutanan, dan
perikanan menjadi sektor terbesar keempat dalam
Kondisi yang berbeda terjadi pada angka NTN
PDRB Papua Barat. Pada masa pandemi, sektor
dengan konsisten berada pada nilai defisit (<100)
tersebut juga mampu memberikan dorongan
setelah mencapai angka tertinggi pada bulan
terhadap laju pertumbuhan dengan tetap tumbuh
Januari 2019. Perbedaan nilai yang signifikan pada
positif dikala sektor besar lainnya terkontraksi,
dua angka indeks ini diperkirakan terjadi karena
serta menjadi tumpuan PDRB diluar pertambangan
harga jual (daya tawar) hasil perikanan cenderung
dan penggalian, serta industri di seputar migas.
rendah akibat pasokan yang melimpah. Ikan
darat/budidaya mudah dikembangkan dan tidak Grafik 3.2
Distribusi PDRB (ADHK) Empat Sektor Utama di Papua Barat
menjadi preferensi konsumsi masyarakat yang Tahun 2019-2021 (persen)
lebih memilih ikan laut, sedangkan harga ikan 35
laut cukup rendah karena mudah ditangkap oleh
32.35
31.80
masyarakat mengingat wilayah perairan Papua 28
Barat yang luas dan kaya ikan. 19.55
21 18.97
Jika mencermati laju angka NTP/NTN, terlihat
bahwa semenjak terjadinya pandemi, NTP/ NTN 14 13.81 12.03

Papua Barat tidak pernah berada kembali pada 9.37

nilai tertinggi. Dalam dua tahun terakhir (2020- 7


10.34

2021) angka NTP/NTN tercatat lebih kecil dari Tw1-19 Tw2-19 Tw3-19 Tw4-19 Tw1-20 Tw2-20 Tw3-20 Tw4-20 Tw1-21 Tw2-21

sebelumnya (2019). Hal ini patut diwaspadai Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Konstruksi
karena sebagian besar serapan tenaga kerja
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)
Papua Barat berada oleh sektor pertanian,
kehutanan dan perikanan sehingga rendahnya NTP Peran penting pertanian dan perikanan bagi
dan NTN dapat membawa pada terciptanya masyarakat Papua Barat perlu di optimalkan
penduduk miskin baru. dengan menjadikannya fokus utama untuk
Tabel 3.1 pemulihan ekonomi ketika sektor lainnya (ekspor,
Struktur Tenaga Kerja Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
di Papua Barat Tahun 2021 (orang) industri, konstruksi) sangat terpengaruh faktor
Tingkat
eksternal. Oleh karena itu, angka NTP/NTN yang
Kelompok Jumlah Jumlah
Pendidikan defisit atau tidak memberikan imbal balik yang
Berusaha sendiri 32,881 SD 83,526 cukup dari biaya produksi yang telah dikeluarkan
Berusaha dibantu buruh perlu ditindaklanjuti dengan intervensi kebijakan
tidak tetap/buruh tidak 49,802 SMP 28,137 yang akan menjaga keberlangsungan usaha
dibayar
Berusaha dibantu buruh pertanian dan perikanan. Rendahnya pendidikan
1,990 SMA 31,684
tetap/buruh dibayar
sebagian besar petani dan nelayan sehingga belum
Buruh/Karyawan/Pegawai 10,074 PT 5,498
mampu memberikan nilai tambah dari hasil
Pekerja bebas 2,708 - - pertanian/perikanan atau dengan mudah beralih ke
Pekerja keluarga/tak sektor lainnya jika gagal panen, serta hasil produksi
51,390 - -
dibayar
Jumlah 148,845 yang tidak cukup banyak, menjadikan para tenaga
kerja di sektor tersebut rentan terhadap
Jumlah Bekerja 459,350
kemiskinan.
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)

Kajian Fiskal Regional 22


Triwulan III 2021
Provinsi Papua Barat
BAB III ANALISIS TEMATIK

A. Peningkatan Kesejahteraan Petani dan penduduk miskin yang bekerja sebagai


Nelayan petani/nelayan di pedesaan masih terhitung besar.
Sektor pertanian dan perikanan konsisten menjadi
Produksi pertanian dan perikanan telah tumbuh
motor penggerak perekonomian yang berawal dari
secara signifikan baik nasional maupun regional,
pedesaan sepanjang masa sebelum dan sesudah
namun kesejahteraan petani/nelayan belum dapat
pandemi. Pertanian dan perikanan akan selalu
meningkatkan secara signifikan. Hal ini disebabkan
menjadi tumpuan lapangan usaha dari sebagian
antara lain karena umumnya harga yang diterima
besar masyarakat dikala hasil produksinya sangat
petani/nelayan dan yang dibayar konsumen relatif
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan bahan
masih rendah, berkaitan dengan rendahnya daya
makanan. Meski demikian, laju pertumbuhan
tawar. Banyak faktor yang mempengaruhi rendah
produksi yang cenderung rendah tidak cukup
nilai tawar tersebut, seperti kesetaraan
memberi kontribusi berarti dalam penurunan
kelembagaan dalam pasar, infrastruktur, serta
tingkat kemiskinan.
kualitas produk dan lainnya. Dalam pandangan
Terdapat banyak fungsi dari kinerja sektor yang bersifat positif, kondisi demikian
pertanian dan perikanan, diantaranya mencakup menunjukkan bahwa masih ada peluang
aspek produksi, peningkatan kesejahteraan atau meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan
penanggulangan kemiskinan, dan kelestarian secara keseluruhan melalui perbaikan dan
lingkungan. Dalam aspek produksi, pertanian dan mengatasi kendala- kendala yang ada.
perikanan berperan dalam menghasilkan bahan
B. Kebijakan Pemerintah
pangan pokok, bahan baku industri domestik,
Sebagai wilayah agraris dan maritim, jumlah
bahan pakan, bio energi, dan produksi untuk
masyarakat Papua Barat yang terlibat dalam
ekspor. Pada aspek kesejahteraan, sektor pertanian
kegiatan sektor pertanian/perikanan relatif besar
dan perikanan merupakan sumber lapangan kerja
sehingga upaya peningkatan kesejahteraan akan
dan pendapatan, serta pembentuk kapital yang
selalu menjadi priotitas meski bukan yang utama.
berperan besar dalam penanggulangan kemiskinan.
Hal ini dibuktikan dengan keberadaan kebijakan
Sementara dari aspek kelestarian lingkungan
pertanian dan perikanan dalam rencana jangka
melalui perannya dalam menciptakan alam yang
panjang pembangunan baik itu di ditingkat nasional
hijau dan menciptakan keseimbangan lingkungan,
maupun regional. Kebijakan ini diwujudkan dalam
menghindari erosi, dan pengurangan polusi.
berbagai program yang dijalankan oleh pemerintah
Berbagai kebijakan dan program sektor pertanian pusat melalui Kementerian/Lembaga dan
dan perikanan dalam pengelolaan keuangan negara pemerintah daerah melalui OPD yang bertanggung
(APBN dan APBD) ditujukan untuk memaksimalkan jawab terhadap perkembangan sektor tersebut.
multifungsi yang dimiliki. Berbagai kebijakan dan Sektor pertanian dan perikanan Papua Barat
program pemerintah seperti: penyediaan Tabel 3.2
infrastruktur produksi (irigasi, jalan usahatani); Hasil Produksi Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
di Papua Barat Tahun 2020 (ton)
pemberian berbagai bantuan, insentif dan subsidi
sarana produksi (benih, pupuk, kapal, keramba) Komoditas Jumlah Komoditas Jumlah
dan subsidi harga (BBM harga nelayan), dukungan
Perikanan Laut 144,038 Jagung 2,264
penyuluhan dalam usahatani dan perikanan, serta
Perikanan Darat 568 Kedelai 1,439
pembinaan teknologi panen/tangkap dan
pascapanen/ pascatangkap dilakukan demi tujuan Padi 25.897 Kangkung 20,695

akhir kesejahteraan. Sepanjang perhitungan NTP Cabai Besar 4,081 Pisang 166,429

dan NTN (tahun dasar 2012) keadaan sektor Cabai Rawit 11,229 Melon 1,433
pertanian dan perikanan perlahan mengalami Bayam 9,424 Semangka 4,290
perubahan yang positif bagi masyarakat desa Kangkung 20,695 Durian 15,969
(tani/nelayan), meskipun belum mampu
Kubis 1,078
memecahkan masalah kemiskinan. Jumlah
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)

23 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan III 2021
BAB III ANALISIS TEMATIK

Tabel 3.3
mempunyai potensi besar dalam perekonomian Capaian Output APBN Sektor Pertanian s.d Triwulan III 2021
Realisasi Volume
regional dengan potensi pertanian mencakup Uraian
Capaian
(juta Rp) %
wilayah yang luas dengan keragaman kondisi Pengolahan tanaman
182.85 9.49 1 Unit
perkebunan
agroekosistem dan potensi besar laut untuk
Pemasaran hortikultura 24.00 100.00 1 Unit
dikembangkan. Dalam konsep angka NTP/NTN
Pascapanen tanaman
341.81 17.16 9 Unit
yang diusahakan agar tidak defisit atau tidak pangan
memberikan imbal balik yang cukup dari biaya Kebun sumber benih
113.00 28.49 9 Unit
tanaman perkebunan
produksi, adanya intervensi kebijakan akan
Kawasan sagu 1,250.00 93.44 187 Unit
menjaga keberlangsungan usaha pertanian dan Ternak unggas dan aneka
1,341.00 40.56 6 Kelompok
perikanan. Kebijakan tersebut dilaksanakan ternak
Sertifikat Benih padi 323.46 74.84 150 Produk
dalam kerangka NTP/NTN menggunakan
Sertifikat benih
pendekatan dari sisi pembentuk besaran indeks 128.31 65.50 67 Unit
hortikultura
harga yang diterima (It). Sertifikasi unit usaha 252.90 81.45 2 Lembaga
Pertanian keluarga 792.39 88.25 4 Kelompok
B.1 Belanja Pemerintah Pusat Penerapan PHT 60.40 67.11 1 Kelompok
Pada tahun 2021, kebijakan nasional (RPJMN Pekarangan pangan lestari 2,535.34 90.62 27 Kelompok
2019-2024) untuk pembangunan sektor Pangan yang terdistribusi 90.00 100.00 45 Ton
pertanian adalah mewujudkan ketahanan Optimasi lahan 7,401.50 82.78 12 Km2
Optimalisasi reproduksi 1,767.65 68.67 805 Kelompok
pangan berlandaskan kedaulatan dan
Verifikasi dan Validasi
kemandirian pangan. Kebijakan tersebut Penerima Pupuk 172.12 54.90 7 Layanan
dilaksanakan dengan strategi memperkuat Bersubsidi
Keamanan dan Mutu
ketahanan pangan dan meningkatkan daya Pangan Segar
253.59 100.00 12 Bulan
saing pertanian, pengembangan sumber daya Kawasan ubi jalar 900.00 100.00 300 Unit
pertanian yang ada, menjamin ketersediaan Kawasan padi kaya gizi
2,165.00 100.00 2,000 Unit
(biofortifikasi)
sarana dan prasarana produksi pertanian,
Kawasan bawang merah 196.89 93.76 28 Ha
meningkatkan kualitas SDM pertanian, serta Kawasan aneka cabai 314.61 53.46 27 Ha
meningkatkan kesejahteraan petani. Sementara Pendataan penerima
799.57 65.81 3,687 Orang
untuk pembangunan sektor perikanan adalah pupuk bersubsidi
Diversifikasi pangan 192.10 69.49 1 Lokasi
mewujudkan penerapan perikanan
Benih sumber padi 83.70 62.84 10,997 Unit
berkelanjutan dengan strategi menjaga Benih sumber jagung 20.65 46.93 939 Unit
keseimbangan antara konservasi dan Benih sumber aneka umbi 24.80 68.13 13,626 Unit
pemanfaatan sumberdaya laut secara Benih sumber aneka
11.00 50.00 500 Unit
kacang
bertanggungjawab. Kebijakan perikanan
Benih sebar
dilaksanakan dengan basis spasial mengikuti umbi/rimpang 444.00 100.00 1 Unit
deliniasi geografis, sebagai upaya peningkatan hortikultura
Asuransi pertanian 15.00 53.50 1 Unit
kesejahteraan nelayan dan masyarakat pesisir.
Asuransi pertanian 18.82 67.12 1 Unit
B.1.1 Belanja K/L dalam APBN Areal pengendalian opt
1,310.25 66.96 17 Unit
tanaman pangan
Pelaksanaan kebijakan pertanian dan perikanan
Area penyaluran benih
249.38 100.00 950 Unit
di Papua Barat tahun 2021 melalui belanja padi
Kementerian Negara/Lembaga (K/L) atau yang Area penyaluran benih
1,271.10 100.00 2,017 Unit
jagung
bersumber dari dana APBN dilaksanakan oleh
Area pengendalian OPT
72.93 26.28 17 Unit
satuan kerja (satker) di bawah Kementerian Hortikultura
Pertanian (Kementan) dan Kementerian Benih Padi 50.79 63.15 3 Ton
Benih Tanaman Pangan
Kelautan dan Perikanan (KKP). Khusus untuk Lainnya
96.78 88.03 4 Ton
pembangunan infrastruktur pendukung Benih Tanaman Buah 10.06 50.32 2,516 Batang
pertanian/perikanan dilakukan melalui kinerja Benih Tanaman
103.93 79.95 7,195 Pohon
Perkebunan Lainnya
satker di bawah Kementerian PUPR.
Diseminasi Teknologi
904.77 66.23 1 Unit
Pertanian
Sumber:OM SPAN (data diolah)

Kajian Fiskal Regional 24


Triwulan III 2021
Provinsi Papua Barat
BAB III ANALISIS TEMATIK

Tabel 3.4 Besaran dana yang ditujukan untuk peningkatan


Capaian Output APBN Sektor Perikanan s.d Triwulan III 2021
Realisasi Volume produktivitas petani Papua Barat teralokasi
Uraian
(juta Rp) % Capaian sebanyak 36,21 persen dari keseluruhan dana
Sertifikasi CPIB pada suplier
hasil perikanan
31.80 94.80 5 Sertifikat satker Kementan. Pada satker KKP, alokasi dana
Sarana Pengujian Mutu 24.98 99.92 1 Lokasi untuk mewujudkan output bagi nelayan teralokasi
Sertifikasi dan pengawasan
130.02 88.60 11 Bulan 30,62 persen dari total dana KKP. Hingga
mutu hasil perikanan
berakhirnya triwulan III 2021, pelaksanaan
Kampanye Gemarikan 75.35 66.15 1 Promosi
Pengawasan mutu hasil kebijakan oleh satker Kementan dan KKP telah
perikanan di wilayah RI 21.88 36.46 1 Lokasi mampu mewujudkan berbagai output yang
yang diawasi mutunya
ditargetkan. Di luar kegiatan manajemen/
Unit Usaha Perikanan
3.79 31.62 1 Unit
Biosecurity kelembagaan unit satker, output pertanian telah
Sertifikasi CBIB yang memanfaatkan dana APBN sebesar Rp26,29 miliar
17.50 100.00 10 Lembaga
diterbitkan
dengan tingkat realisasi mencapai 66,87 persen
Sampel Survaillance
8.60 19.35 3 sampel
Penyakit Ikan yang diuji dari alokasi. Sementara pada kebijakan perikanan,
Peta Lokasi Sebaran Jenis capaian output tercatat memiliki total realisasi
26.97 99.87 2 Lokasi
Ikan yang Dilarang
Peta Lokasi Sebaran HPIK 61.49 100.00 5 Lokasi
senilai Rp10,15 miliar atau 61,87 persen dari
Sertifikasi karantina ekspor, alokasi diluar kegiatan operasional satker. Dalam
154.55 97.59 12 Bulan
impor dan domestik rangka peningkatan volume produksi dan
Peningkatan kapasitas
Kelompok Usaha Bersama
22.30 100.00 30 Kelompok perluasan pasar hasil, pembangunan juga harus
Kelompok Masyarakat didukung oleh penciptaan sarana dan prasarana
Pengawas membantu 87.75 100.00 18 Kelompok infrastruktur. Kementerian PUPR mampu
pengawasan SDKP
Fasilitasi Kapal perikanan 16.00 100.00 50 Layanan merealisasikan dana senilai Rp349,88 miliar dalam
Fasilitasi Kampung nelayan 49.15 100.00 2 Kelompok berbagai output seperti, jaringan irigasi,
Konservasi perpompaan, perpipaan dan embung pertanian
Keanekaragaman Hayati 10.36 48.62 1 Lokasi
Laut untuk mendorong peningkatan tersebut.
Kelompok Masyarakat
Penggerak Konservasi
571.44 99.94 4 Kelompok Selain upaya yang fokus pada produktivitas,
Pemanfaatan peningkatan kesejahteraan oleh satker Kementan
Keanekaragaman Hayati 428.13 77.27 2 Jenis dan KKP juga dilaksanakan beriringan dengan
Perairan
Pendidikan Vokasi KP 5,164.13 61.59 403 Orang
upaya peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan
Penerapan Ilmu / Teknologi dan teknologi bagi petani/nelayan. Melalui
52.32 62.44 1 Kelompok
Pendidikan Tinggi peningkatan tersebut, penyelenggaraan pertanian
Prasarana Pendidikan
Tinggi KP
2,816.42 54.52 1 Unit dan perikanan akan lebih berkualitas, efisien, dan
Sumber:OM SPAN (data diolah) berdaya saing, serta makin memacu terciptanya
Fokus utama dari pelaksanaan kebijakan melalui kreativitas dan inovasi. Kegiatan penelitian dan
satker di setiap K/L penanggung jawab adalah pengembangan dilakukan bersama-sama dengan
memperkuat ketahanan pangan dan meningkatkan
Tabel 3.5
kesejahteraan petani/nelayan dengan peningkatan Capaian Output APBN Infrastruktur Bidang Pertanian/Perikanan
s.d Triwulan III 2021
produktivitas dan penyediaan infrastruktur. Hal ini
Realisasi
menjadi penting karena pendapatan Uraian
(juta Rp) %
petani/nelayan secara langsung ditentukan oleh Jaringan Irigasi Tersier 3,915.00 96.67
besarnya produksi yang dihasilkan dan Irigasi Perpompaan
1,402.00 99.57
Menengah Wilayah Timur
kemampuan memasarkannya. Selain itu, adanya Irigasi Perpompaan Besar
1,400.50 84.88
peningkatan pendapatan akan semakin Wilayah Timur
memperbesar kapasitas usaha pertanian dan Irigasi Perpipaan 492.00 98.40
Embung Pertanian 648.00 90.00
perikanan, serta mendorong tumbuhnya usaha-
Jaringan Sumber Daya Air 208,810.18 70.74
usaha baru yang akan menjaga keberlangsungan Sarana SDA dan Irigasi 133,212.16 66.10
sektor. Sumber:OM SPAN (data diolah)

25 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan III 2021
BAB III ANALISIS TEMATIK

petani/nelayan untuk menciptakan benih unggul, Dana DAK Fisik digunakan oleh Pemerintah Daerah
cara-cara produksi/tangkap yang menghasilkan dengan peruntukan yang sudah ditetapkan sebagai
produk berkualitas dan layak ekspor. syarat tahapan penyaluran sedangkan Dana Desa
langsung disalurkan kepada Desa penerima. Oleh
B.1.2 Belanja DAK Fisik dan Dana Desa
karena itu, penggunaan DFDD tersebut dilakukan
Selain berasal dari alokasi rutin APBN, pembiayaan
seoptimal mungkin untuk keperluan pertanian dan
pembangunan sektor pertanian dan perikanan juga
perikanan serta dukungan bagi keduanya.
memanfaatkan dana tambahan dalam bentuk DAK
Tabel 3.8
Fisik dan Dana Desa (DFDD). Penggunaan dana
Capaian Output Dana Desa Bidang Pertanian
tersebut dilakukan melalui: (1) DAK Fisik bidang Papua Barat s.d Triwulan III 2021

Tabel 3.6 Realisasi Volume


Uraian
Capaian Output DAK Fisik Bidang Pertanian (juta Rp) Capaian
Papua Barat s.d Triwulan III 2021 Jalan usaha tani 666.05 1,300 Meter
Realisasi Volume Rehabilitasi/peningkatan/pengerasan
Uraian 128.83 400 Meter
(juta Rp) Capaian jalan usaha tani
Irigasi air tanah (dangkal/dalam) 558.13 2 Unit Alat produksi dan pengolahan
5,069.92 944 Unit
Pembangunan embung 546.13 5 Unit pertanian

Pembangunan jalan produksi 114.00 0.4 km Alat produksi dan pengolahan


969.37 1,193 Unit
peternakan
Pembangunan jalan usaha tani 247.00 1.3 km
Pembangunan lumbung desa 397.10 3 Unit
Pembangunan sumber air dangkal
57.00 0.5 Unit Pengelolaan dan pemeliharaan
(damparit) 14,495.05 1,060 Paket
lumbung desa
Penyediaan peralatan
121.11 0.3 Paket Pelatihan teknologi tepat guna untuk
pengolahan/penyimpanan benih 37.57 40 Orang
pertanian/peternakan
Penyediaan peralatan produksi 219.75 0.4 Paket
Sumber:OM SPAN (data diolah)
Penyediaan sarana keinformasian 275.50 4.8 Paket
Penyediaan sarana laboratorium Sampai dengan akhir periode triwulan III 2021,
308.75 0.8 Paket
benih
capaian DAK Fisik bidang pertanian telah terealisasi
Penyediaan sarana pengairan di
kebun percobaan
380.00 0.5 Paket Rp3,86 miliar dalam bentuk jaringan irigasi,
Penyediaan sarana perbenihan 201.88 0.8 Paket pembangunan embung, jalan, renovasi gudang,
Renovasi gudang benih 308.65 65 m² penyediaan peralatan, dan lainnya. Pembangunan
Renovasi laboratorium 118.75 125 m² irigasi air tanah menjadi output dengan realisasi
Renovasi lantai jemur 237.38 81.75 m²
terbesar (Rp558,13 juta). Pada DAK Fisik bidang
Renovasi ruang penyimpanan benih 166.25 112.5 m²
Sumber:OM SPAN (data diolah) perikanan, output yang total terealisasi sebesar
Rp7,12 miliar diantaranya berupa alat
Pertanian, Kelautan dan Perikanan, Irigasi,
laboratorium perairan, alat penangkap ikan, sarana
Transportasi Laut/Perairan, Transportasi
budidaya air tawar, dan lainnya dengan penyediaan
Perdesaan, dan Jalan; dan (2) Dana Desa yang
perahu/kapal penangkap ikan menjadi output
digunakan oleh kampung (desa) untuk bidang
dengan realisasi terbesar (Rp5,18 miliar).
pertanian dan perikanan.
Tabel 3.7 Tabel 3.9
Capaian Output DAK Fisik Bidang Perikanan Capaian Output Dana Desa Bidang Perikanan
Papua Barat s.d Triwulan III 2021 Papua Barat s.d Triwulan III 2021
Realisasi Volume Realisasi Volume
Uraian Uraian
(juta Rp) Capaian (juta Rp) Capaian
Alat laboratorium lingkungan perairan 80.86 0.50 Paket Pemeliharaan pelabuhan perikanan
104.23 1 Unit
Alat penangkapan ikan ramah sungai/kecil milik Desa
396.19 12.90 Paket
lingkungan Rehabilitasi/peningkatan karamba
Pembangunan/rehabilitasi sarpras (darat/laut) dan kolam perikanan 59.89 5 Unit
139.19 0.30 Paket darat milik Desa
unit pembenihan rakyat
Perahu/kapal penangkap ikan 5,180.62 34.02 Paket Kolam perikanan darat milik Desa 244.46 16 Unit
Rehabilitasi sarana budidaya ikan 150.55 20.00 m² Pelabuhan perikanan sungai/kecil
150.70 1 Unit
milik Desa
Sarana dan prasarana budidaya ikan
1,037.88 14.00 Paket Bantuan perikanan (bibit/pakan/dst) 19,255.12 1,217 Paket
air tawar
Sarana pendukung kegiatan Pelatihan teknologi tepat guna untuk
134.60 27.00 Unit 233.45 94 Orang
penangkapan ikan perikanan darat/nelayan
Sumber:OM SPAN (data diolah) Sumber:OM SPAN (data diolah)

Kajian Fiskal Regional 26


Triwulan III 2021
Provinsi Papua Barat
BAB III ANALISIS TEMATIK

Tabel 3.11
Sementara pada Dana Desa, tidak jauh berbeda Capaian Output APBD Bidang Pertanian dan Perikanan
di Papua Barat s.d Triwulan III 2021
dengan capaian output yang besar. Dana Desa
Realisasi Volume
bidang pertanian sebagian besar penggunaannya Uraian
(juta Rp) Capaian
adalah untuk pengelolaan dan pemeliharaan Infrastruktur Bidang Pertanian dan Perikanan
lumbung desa (Rp14,5 miliar) dari total realisasi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Permukaan 10,300.00 3 Paket
Rp21,76 miliar. Pada bidang perikanan, Dana Desa Operasi dan Pemeliharaan Jaringan
1,000.00 1 Paket
Irigasi Permukaan
dibagikan kepada masyarakat desa dalam bentuk Pembangunan Seawall dan Bangunan
36,900.00 29 Paket
bantuan perikanan (bibit/pakan) sehingga Pengaman Pantai Lainnya

menjadikanya realisasi output terbesar (Rp19,26 Pembangunan Sumur Air Tanah untuk
500.00 3 Paket
Air Baku
miliar) dari total Rp20,04 miliar. Normalisasi/Restorasi Sungai 29,750.00 31 Paket
Sarana dan Prasarana Pelabuhan
B.1.3 Pembiayaan KUR Petani dan Nelayan Perikanan
15,916.85 16 Paket

Sebagai sebuah program pemerintah pusat, KUR Sektor Perikanan

bertujuan untuk memperkuat kemampuan Pengelolaan Kawasan Konservasi di


4,105.00 9 Kegiatan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
permodalan pelaku UMKM perorangan dan/atau Rehabilitasi Wilayah Perairan Pesisir
325.00 1 Kegiatan
kelompok usaha, yang memiliki usaha feasible dan Pulau-Pulau Kecil
tetapi belum bankable. KUR memiliki skema yang Pelibatan Masyarakat dalam
Pengelolaan Pesisir dan Pulau-Pulau 169.45 1 Kegiatan
dikhususkan bagi petani dan nelayan. Strategi ini Kecil
sangat penting karena pada dasarnya, pemasalahan Penyediaan Data dan Informasi Sumber
600.00 3 Kegiatan
Daya Ikan
utama yang selalu dirasakan petani/nelayan dan
Penjaminan Ketersediaan Sarana Usaha
11,930.89 2,000 Unit
menjadi faktor utama penghambat dalam Perikanan Tangkap
menaikkan pendapatan petani/nelayan adalah Izin Usaha Perikanan Tangkap Kapal 10
400.00 1 Kegiatan
GT-30 GT
sulitnya memperoleh modal untuk pengembangan Data dan Informasi Pembudidayaan
400.00 3 Kegiatan
skala usaha dan teknologinya. Pemerintah bisa Ikan Laut
mengalokasikan dana yang lebih besar untuk Sarana dan Prasarana Pembudidayaan
2,407.50 22 Paket
IkanLaut
memberikan modal kepada para petani/nelayan, Sarana Pembudidayaan Ikan di Air
600.00 1 Kawasan
dikerenakan masih tingginya keengganan bank Payau dan Air Tawar
untuk menyediakan modal bagi usaha Pengelolaan Kesehatan Ikan dan
100.00 12 Bulan
Lingkungan Budidaya
pertanian/perikanan. Pembinaan dan Pemantauan
200.00 12 Bulan
Pembudidayaan Ikan
Tabel 3.10
Penyaluran KUR Bidang Pertanian dan Perikanan Pengawasan Pemanfaatan Ruang Laut
1,150.00 3 Unit
Papua Barat s.d Triwulan III 2021 sampai dengan 12 Mil
Debitur Penyaluran Outstanding Penumbuhan dan Pengembangan
Sektor Kelompok Masyarakat Pengawas 800.00 4 Unit
(orang) (juta Rp) (juta Rp)
(POKMASWAS)
Pertanian, perburuan
1,761 61,292.06 53,028.85 Izin Usaha Pemasaran dan Pengolahan
dan kehutanan 100.00 1 Dokumen
Hasil Perikanan
Perikanan 940 30,387.50 25,534.12
Data dan Informasi Usaha Pemasaran
Sumber:SIKP-KUR(data diolah) 100.00 1 Dokumen
dan Pengolahan Hasil Perikanan

Penyaluran KUR untuk petani dan nelayan di Papua Fasilitasi Mutu dan Keamanan Hasil
200.00 1 Kegiatan
Perikanan
Barat sepanjang tahun 2021, memiliki angka Sistem Informasi Manajemen Logistik
600.00 3 Kegiatan
capaian yang relatif rendah. Sebagian besar debitur Ikan

KUR berasal dari lapangan usaha perdagangan Sektor Pertanian

(48,06 persen), hanya sebesar 10,91 persen debitur Pengawasan Sebaran Pupuk, Pestisida,
Alsintan, dan Sarana Pendukung 3,905.00 2 Paket
KUR adalah petani, dan 5,83 persen adalah nelayan Pertanian
dari keseluruhan 16.137 debitur. Kondisi ini Pengawasan Mutu, Penyediaan dan
5,042.35 53 Ha
Peredaran Benih/Bibit Hortikultura
menunjukkan bahwa KUR masih kurang
Pengawasan Mutu, Penyediaan dan
dimanfaatkan oleh para petani/nelayan dalam Peredaran Benih/Bibit Tanaman 4,567.65 300 Ha
Pangan
mengembangkan skala usaha atau meningkatkan
Pengawasan Mutu, Penyediaan dan
hasil produksi/ tangkapan. 4,600.00 105 Ha
Peredaran Benih/Bibit Perkebunan
Sumber:Bappeda Provinsi dan Kab/Kota diPapua barat(data diolah)

27 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan III 2021
BAB III ANALISIS TEMATIK

B.2 Belanja Pemerintah Daerah bidang yaitu pertanian (Rp18,12 miliar), perikanan
Kebijakan pembangunan sektor pertanian dan (Rp40,10 miliar) dan infrastruktur pendukung
perikanan dalam RKPD Papua Barat tahun 2021 (Rp78,45 miliar). Penggunaan dana tersebut bagian
disusun dengan memperhatikan masukan dari terbesarnya (Rp36,9 miliar) diperuntukkan bagi
rencana pembangunan nasional dan kebutuhan pembangunan infrastruktur berupa seawall untuk
akan kegiatan yang dibuat berdasarkan hasil mencegah abrasi dan menjaga ekosistem laut.
analisis terhadap situasi sektor pertanian dan realisasi besar lainnya adalah untuk sarana dan
perikanan. RKPD sebagai pedoman dalam prasarana pelabuhan (Rp15,92 miliar) dan
penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA), penjaminan ketersediaan sarana usaha perikanan
Prioritas dan Pagu Anggaran Sementara (PPAS), tangkap sebesar Rp11,93 miliar.
dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
C. Sinkronasi Pembangunan Pertanian dan
(APBD) menjadi jaminan pelaksanaan
Perikanan
program/kegiatan terkait dengan pertanian dan
Kebijakan dalam rangka pembangunan sektor
perikanan menggunakan dana yang bersumber dari
pertanian dan perikanan yang berasal dari APBN
APBD. Program-program tersebut dilaksanakan
dan APBD dalam berbagai skema merupakan salah
dengan target capaian yang ditetapkan dalam
satu bentuk sinkronisasi kebijakan antara pusat
RPKD.
dan daerah. Adanya sinkronisasi ini diharapkan
Prioritas pertanian dan perikanan sebagai semakin mengakselerasi peningkatan
kombinasi dari kegiatan yang multi sektor kesejahteraan petani dan nelayan, sekaligus
dilaksanakan oleh OPD-OPD dengan menggunakan mendorong pembangunan infrastruktur. Namun
alokasi dana yang berasal dari Otonomi Khusus demikian dominasi dana APBN masih terasa dan
(Otsus) dan DAK Non Fisik Ketahanan Pangan pemda tidak sanggup jika harus menyediakan
Pertanian sesuai dengan DPA yang telah ditetapkan. alokasi yang nantinya akan mengurangi pendanaan
Kegiatan pembangunan pertanian dan perikanan kegiatan daerah. Selain itu, pertimbangan
diselaraskan dengan kegiatan yang akan keterbatasan kapasitas fiskal daerah dikhawatirkan
dilaksanakan oleh satker K/L yang berlokasi di akan berdampak pada gaji PNS karena alokasi
kabupaten/kota. Dinas Tanaman Pangan, terbesar dana APBD dialokasikan untuk belanja
Hortikultura dan Perkebunan memastikan pegawai. Oleh karena itu, pada kegiatan
terpenuhinya sumber daya yang mendukung infrastruktur lebih banyak menunggu pelaksanaan
peningkatan kesejahteraan petani dan Dinas proyek pemerintah pusat. Fokus Pemerintah
Kelautan dan Perikanan memastikan upaya Daerah adalah pembangunan sektor perikanan
perbaikan kehidupan nelayan terlaksana. yang dianggap lebih sesuai dengan kondisi
Sedangkan Bappeda berperan dalam koordinasi geografis dan kapasitas wilayah Papua Barat.
untuk menciptakan lingkungan yang mendukung Sejauh ini, pelaksanaan kebijakan selama tahun
kebijakan pertanian dan perikanan dengan 2021 di Papua Barat dengan kombinasi sumber
menyelaraskan kebijakan seluruh OPD. pembiayaan yang ada, mencapai Rp575,78 miliar.

Dana APBD di Provinsi Papua Barat pada


tahun 2021 dimanfaatkan untuk keperluan Tabel 3.12
Komposisi Penggunaan Dana Pembangunan Pertanian dan Perikanan
pembangunan ketahanan pangan, menjaga Papua Barat s.d Triwulan III 2021 (juta Rp, persen)
ketersediaan sarana prasarana produksi Sumber Dana Pertanian Perikanan
Infratsruktur
Kontribusi
Pendukung
pertanian, meningkatkan produktivitas
APBN 26,286.44 10,151.19 349,879.85 67.09
petani, serta menjaga keseimbangan
DAK Fisik 3,860.27 7,119.87 - 1.91
antara konservasi dan pemanfaatan
Dana Desa 21,763.90 20,047.85 - 7.26
sumberdaya laut secara
APBD
bertanggungjawab. Selama tahun 2021 18,115.00 40,104.69 78,450.00 23.74
(DAU, DAK Non Fisik, Otsus)
tercatat penggunaan dana sebesar Jumlah 70,025.60 77,423.60 428,329.85 100.00
Rp136,67 miliar untuk kegiatan pada tiga Sumber: Sumber: Bappeda dan OMSPAN (data diolah)

Kajian Fiskal Regional 28


Triwulan III 2021
Provinsi Papua Barat
BAB III ANALISIS TEMATIK

D. Tantangan Kebijakan  Pelaksanaan belanja infrastruktur yang lambat


Pelaksanaan kebijakan sektor pertanian dan membuat kondisi infrastruktur pertanian tidak
perikanan sejauh ini dapat berjalan lancar diantara memadai, sarana jalan yang tidak mendukung
keberadaan pandemi yang masih belum usai, pengembangan pertanian/perikanan dalam hal
melalui optimalisasi penggunaan dana untuk adopsi teknologi, pemanfaatan mekanisasi dan
mencapai output yang ditargetkan. Pada masa pemasaran secara efisien. Dalam aspek
mendatang, berbagai tantangan masih harus infrastruktur irigasi, jaringan irigasi yang ada
dihadapi dalam pelaksanaan program-program sudah tua dan kurang pemeliharaan, sehingga
pertanian dan perikanan, diantaranya: tingkat efisiensinya rendah. Oleh karena itu,
pembangunan jaringan irigasi baru menjadi
 Berbagai keterbatasan fasilitas infrastruktur,
sebuah kebutuhan yang harus diperhitungkan.
kapasitas kesehatan, kesenjangan, kondisi
 Pemerataan akses petani terhadap pupuk
alam, serta faktor sosial budaya masyarakat
bersubsidi, serta fasilitas pendukung
Papua Barat menyebabkan penanganan
pemasaran produk, misalnya cold storage
pandemi Covid-19 yang masih berlangsung
untuk produk segar, gudang, tempat
menjadi permasalahan yang kompleks dan
pengolahan, dan lainnya.
tantangan besar bagi kelancaran pelaksanaan
 Penyediaan lahan pertanian baru untuk
kebijakan pertanian dan perikanan. Namun
mengatasi rendahnya ketersediaan lahan
demikian, kebijakan tetap harus dilaksanakan
pertanian pangan, sekaligus memberikan
dengan berbagai penyesuaian terhadap
kepastian status tanah puntuk pengembangan
kondisi.
lahan pertanian (status tanah adat/tanah
 Koordinasi dan sinergi, baik antar-K/L, antar
ulayat).
pemerintah kabupaten/kota, antara
 Penyediaan BBM yang cukup dengan harga
pemerintah kabupaten/kota dan provinsi,
resmi yang ditetapkan pemerintah (HET)
maupun antara pemerintah pusat dan daerah
menjadi kebutuhan utama nelayan dengan
yang masih perlu ditingkatkan. Berbagai
skala usaha kecil. Seringkali harga BBM di atas
program yang masih bersifat sektoral dan
harga eceran teringgi (HET) yang resmi, akibat
kewilayahan perlu ditingkatkan sinerginya
kelangkaan BBM atau jauhnya letak stasiun
sehingga dapat sepenuhnya saling mendukung
pengisian bahan bakar yang resmi dari tempat
dalam akselerasi pembangunan sektor
pendaratan ikan.
pertanian dan perikanan di daerah secara
keseluruhan. PELUANG INVESTASI DAERAH:
 Kualitas, cakupan, dan sasaran pelaksanaan INDUSTRI PENGALENGAN IKAN TUNA
program pertanian dan perikanan masih perlu
ditingkatkan. Keterbatasan fasilitator program
Secara geografis, Papua Barat terletak di antara 0º-
di lapangan baik dalam hal kualitas maupun
4.3º Lintang Selatan dan 129.2º-135.2º Bujur
kuantitas, sebaran penduduk yang luas, belum
Timur. Dengan luas wilayah daratan mencapai
adanya mekanisme untuk memastikan
102.955,15 km², berpenduduk ±1.134.068 jiwa, dan
ketercapaian output, serta lemahnya
beribukota di Kab. Manokwari, Papua Barat yang
monitoring dan evaluasi baik itu dari
berjuluk “Bumi Kasuari” memiliki 13
pemerintah kabupaten/kota, pemerintah
kabupaten/kota yang terdiri dari Kab. Fakfak, Kab.
provinsi, maupun pemerintah pusat
Kaimana, Kab. Teluk Wondama, Kab. Teluk Bintuni,
menyebabkan implementasi program menjadi
Kab. Manokwari, Kab. Sorong Selatan, Kab. Sorong,
tidak maksimal.
Kab. Raja Ampat, Kab. Tambrauw, Kab. Maybrat,
 Pemerataan akses petani dan nelayan kepada
Kab. Manokwari Selatan, dan Kab. Pegunungan
layanan kesehatan, pendidikan dasar
Arfak, serta Kota Sorong. Kabupaten dengan
menengah, air bersih, dan sanitasi untuk
wilayah terluas di Provinsi Papua Barat adalah Kab.
meningkatkan kualitas hidup petani/nelayan.
Teluk Bintuni dengan luasan mencapai 20,24

29 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan III 2021
BAB III ANALISIS TEMATIK

persen dari luas wilayah provinsi (20.840,83 km²) lebih disebabkan oleh shock permintaan ekspor
sedangkan Kota Sorong menjadi wilayah dengan selama pandemi. Besarnya potensi ikan tuna, dapat
luasan terkecil 0,68 persen (656,64 km²). dilihat secara sederhana dengan nilai jualnya yang
mencapai ±Rp30 ribu/kg ditingkat nelayan
Papua Barat sebagai sebuah provinsi merupakan
sehingga berpotensi memberikan omzet senilai
wilayah pemekaran dengan posisi geografis yang
±Rp2.131,56 miliar ( tahun 2019).
strategis di Indonesia bahkan di dunia. Posisi
Tabel 3.13
penting ini dalam konteks kekayaan
Hasil Produksi Ikan Tuna di Papua Barat
keanekaragaman hayati laut dunia. Wilayah Papua Tahun 2018-2020
Barat khususnya Kab. Sorong, Kota Sorong dan Kab. Nilai
Volume
Raja Ampat terletak di pusat segitiga karang dunia Tahun
(ton) (Rp)
(coral triangle) yang merupakan lokasi dengan 2018 11.494 440,85
keanekaragaman hayati laut terkaya di dunia
2019 55.418 2.131,56
dengan berbagai jenis kekayaan laut baik spesies
2020 23.622 1.099,14
ikan, moluska, dan hewan karang. Selain posisi
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)
tersebut, letak Papua Barat yang berbatasan
langsung dengan negara di wilayah pasifik menjadi Namun demikian, terdapat permasalahan yang
penting sebagai penanda kedaulatan Indonesia baik selalu melekat dalam pengelolaan tuna. Salah
dalam aspek pertahanan maupun pemanfaatan satunya adalah masa simpan atau daya tahan ikan
sumberdaya kelautan di ZEE Indonesia. Sebagai tuna yang relatif rendah. Ikan tuna merupakan
konsekuensi dari keberadaan faktor alam dan sumber makanan yang mudah membusuk
berbagai hasilnya yang sangat mempengaruhi (perishable food), sehingga dalam pengolahannya
kehidupan masyarakat, terdapat beberapa perlu dilakukan dengan cara yang cepat dan tepat
komoditas yang dapat dijadikan unggulan dan agar menghasilkan tuna yang konsisten bermutu
sangat potensial untuk dikembangkan. baik dan bertahan lama, serta nutrisi yang tidak
berkurang. Selain itu, produk perikanan tangkap
Wilayah laut yang luas di Papua Barat menjadi
laut umumnya masih dipasarkan dalam bentuk
peluang untuk pengembangan sektor perikanan.
segar (54,89 persen), dan hanya sebagian kecil yang
Tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan saat
diolah terutama menggunakan proses pengolahan
ini terhitung masih sangat rendah dibandingkan
modern, sehingga pengembangan industri
potensi yang tersedia, terutama di Wilayah
pengolahan ikan menjadi kegiatan bisnis yang perlu
Pengelolaan Perikanan (WPP) No. 714, 715, 717,
dikembangkan (RKPD Provinsi Papua Barat Tahun
dan 718 (RPJMD Provinsi Papua Barat 2017-2022).
2021). Dalam rangka memberikan nilai lebih
Padahal potensi perikanan tersedia di sepanjang
terhadap hasil tangkapan yang melimpah dan
timur laut Seram dan utara laut Arafuru, yang salah
memperpanjang masa simpan produk untuk
satunya dalam bentuk ikan tuna. Melimpahnya ikan
penjualan yang lebih luas (ekspor), hingga akhirnya
tuna di Papua Barat dapat memberikan berbagai
menjadi sarana yang mampu meningkatkan
manfaat positif jika dikembangkan dengan optimal.
kesejahteraan nelayan dan masyarakat maka dapat
Ikan tuna yang menjadi target nelayan di perairan
dilakukan dengan memanfaatan teknologi
Papua Barat umumnya terdiri dari tuna mata besar
pengalengan ikan.
(thunnus obesus), albakora (thunnus alalunga), dan
madidihang (thunnus albacores). Dalam satu tahun A. Identifikasi Peluang Investasi
(2019) hasil tangkapan nelayan tercatat mampu Tidak dapat dipungkiri, potensi sumber daya alam
mencapai 55,41 ribu ton. Angka tersebut yang cukup besar di Papua Barat selain migas
diwujudkan melalui usaha penangkapan dengan adalah sektor kelautan dan perikanan dengan
peralatan yang relatif sederhana dan belum kondisi 62,96 persen wilayah Kab/Kota berbatasan
memanfaatkan peralatan berteknologi tinggi. dengan laut. Oleh karena itu, hasil perikanan
Meskipun sepanjang tahun 2020 hasil tangkapan diharapkan mampu menempatkan sektor tersebut
sempat mengalami penurunan, tetapi hal tersebut sebagai sektor andalan yang mampu berontribusi

Kajian Fiskal Regional 30


Triwulan III 2021
Provinsi Papua Barat
BAB III ANALISIS TEMATIK

lebih besar terhadap PDRB. Melalui pengelolaan pengolahan terpadu (klaster) di bidang perikanan
dan pemanfaatan sumber daya kelautan secara yang diperkirakan memiliki prospek yang baik
terfokus, sistematis, terencana, dan dengan untuk dikembangkan sebagai sumber PAD dan
pendekatan agribisnis serta memperhatikan penyerap tenaga kerja yang besar.
terpeliharanya daya dukung ekosistem perairan Tabel 3.14
dan stok sumber daya hayati agar mampu Struktur Permintaan dan Penawaran Berdasarkan Sektor
Ekonomi Terbesar Provinsi Papua Barat Tahun 2014 (juta Rp)
menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar
Kode Permintaan/
sehingga berkontribusi lebih terhadap indikator Sektor
I-O Penawaran
kesejahteraan dan ekonomi daerah secara 15 Industri Pengolahan Migas 37.054.834
berkelanjutan. 14 Pertambangan dan Penggalian 14.354.088
23 Konstruksi 8.346.502
Sebagaimana uraian RPJMD Provinsi Papua Barat
21 Industri Lainnya 6.908.640
Tahun 2017-2022, pembangunan Papua Barat 17 Industri Makanan dan Minuman 4.647.288
dilakukan berdasarkan 4 struktur ruang wilayah 37 Administrasi Pemerintahan dan 4.419.085
dengan Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) 2 Jaminan Sosial
yang meliputi wilayah-wilayah di bagian barat laut 25 Perdagangan 4.102.431
11 Perikanan 2.039.327
menjadi simpul transportasi dan gerbang utama
34 Keuangan 1.994.373
lalu lintas perdagangan antar wilayah. Pada wilayah
38 Jasa Pendidikan 1.968.256
tersebut, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)
menjadi sentra utama dengan keberadaan sarana
Besarnya peran sektor perikanan terhadap
dan prasarana pendukung industri yang lengkap.
ekonomi Papua Barat, dan tingginya potensi sektor
KEK Sorong ditetapkan melalui Peraturan dalam menghasilkan dampak pengganda juga
Pemerintah Nomor 31 Tahun 2016 sebagai didukung oleh hasil analisis menggunakan
Kawasan Ekonomi Khusus pertama di tanah Papua. pendekatan Input-Output Model (I-O Model). Melalui
Penetapan KEK Sorong diharapkan dapat menjadi updating terhadap I-O Model Papua Barat tahun
pusat pertumbuhan ekonomi baru di timur 2014 dengan 10 klasifikasi sektor ekonomi terbesar
Indonesia yang turut sejalan dengan salah satu menggunakan metode modified RAS (Ratio
prinsip Nawacita, yakni membangun Indonesia dari Allocation System) sesuai kondisi Papua Barat yang
pinggiran. Berlokasi di Distrik Mayamuk, KEK relatif tertinggal dalam pemanfaatan teknologi dan
Sorong dibangun di atas lahan seluas 523,7 Ha dan kemajuan wilayah yang cenderung lambat
secara strategis berada pada jalur lintasan dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia, sektor
perdagangan internasional Asia Pasifik dan
Tabel 3.15
Australia. Angka Pengganda 10 Sektor Ekonomi Provinsi Papua Barat
Tahun 2020 Metode Modified RAS
Kemanfaatan KEK Sorong ditandai dengan makin
bertambahnya industri yang memberikan dampak Sektor Output Income Employment

terhadap pembentukan nilai tambah berupa Industri Pengolahan Migas 1.7085 0.2001 0.0010
peningkatan pendapatan daerah dan output PDRB. Pertambangan dan
1.1740 0.1675 0.0005
Penggalian
Pengembangan KEK dilakukan pada kawasan yang
Konstruksi 1.1747 0.4002 0.0035
memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi Industri Lainnya 1.1711 0.3232 0.1509
sehingga dapat berfungsi untuk menampung Industri Makanan dan
1.1185 0.2932 0.0773
kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan Minuman
ekonomi lainnya yang memiliki nilai ekonomi tinggi Administrasi Pemerintahan
1.0000 0.7160 0.0100
dan Jaminan Sosial
dan daya saing internasional. Sesuai dengan
Perdagangan 1.3108 0.2851 0.0280
dokumen RPJMD, salah satu sasaran pembangunan Perikanan 1.4130 0.2118 0.0819
daerah (Urusan Bidang Kelautan dan Perikanan) Keuangan 1.1052 0.3053 0.0022
adalah upaya pengembangan sektor perikanan Jasa Pendidikan 1.3490 0.8161 0.0171
yang dilakukan melalui pembangunan industri Sumber: Aplikasi I-O PAU UGM-Bappenas (data diolah)

31 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan III 2021
BAB III ANALISIS TEMATIK

perikanan terbukti memberikan dampak dari setiap memiliki daya jual yang tinggi dan cepat
perubahan variabel eksogennya (permintaan akhir) dibandingkan dengan menjual langsung kepada
terhadap penciptaan output atau total nilai masyarakat sehingga dapat memberikan imbal
produksi dari semua sektor ekonomi yang balik yang lebih besar. Salah satu yang menjadi
diperlukan untuk memenuhi permintaan. indikator adanya perbaikan kesejahteraan bagi
Tabel 3.16 masyarakat yang bermata pencaharian di sektor
Nilai Keterkaitan Antar Sektor Ekonomi Provinsi perikanan adalah Nilai Tukar Nelayan (NTN) yang
Papua Barat Tahun 2020 Metode Modified RAS
surplus.
Sektor Backward Forward Grafik 3.3
Nilai Tukar Nelayan (mtm) Papua Barat
Industri Pengolahan Migas 1.7085 1.1473
Tahun 2018-2021
Pertambangan dan 1.1740 1.5108 105 104.35
Penggalian
Konstruksi 1.1747 1.1622 100
Industri Lainnya 1.1711 2.1455 100
Industri Makanan dan 1.1185 1.7820
Minuman 99.13
95
Administrasi Pemerintahan 1.0000 1.2450
dan Jaminan Sosial 94.85
Perdagangan 1.3108 1.0000 90
Perikanan 1.4130 1.2054
Keuangan 1.1052 1.4824
85
Jasa Pendidikan 1.3490 1.1832
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Sumber: Aplikasi I-O PAU UGM-Bappenas (data diolah)
2018 2019 2020 2021
Berdasarkan hasil perhitungan, sektor yang Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)
memiliki nilai pengganda output terbesar adalah
Tren NTN selama tiga tahun terakhir di Papua Barat
industri pengolahan migas dengan nilai sebesar
cenderung turun dengan nilai yang konsisten defisit
1.7085. Di sisi lain, sektor perikanan menjadi sektor
(<100). Adanya nilai tukar defisit tersebut
terbesar kedua di antara sektor lainnya dengan
diperkirakan terjadi karena harga jual (daya tawar)
angka pengganda output sebesar 1.4130 dan nilai
hasil perikanan cenderung rendah akibat pasokan
income 0.2118, sekaligus menjadi pengganda
yang melimpah. Harga ikan laut dalam bentuk segar
tenaga kerja terbesar kedua sebesar 0,0819. Hasil
tergolong rendah karena mudah ditangkap oleh
ini dapat diartikan bahwa apabila dalam proses
masyarakat mengingat wilayah perairan Papua
pembangunan ekonomi lebih mengutamakan pada
Barat yang cukup luas dan kaya akan sumber daya
pertumbuhan yang mantap, fokus pembangunan
ikan. Nilai NTN yang rendah selama tiga tahun
selain industri pengolahan migas berada pada
terakhir patut diwaspadai dikarenakan sebagian
sektor perikanan dikarenakan memiliki pengganda
besar serapan tenaga kerja di Papua Barat berada di
output terbesar. Selain itu, sektor perikanan juga
sektor perikanan sehingga dapat membawa
dapat dijadikan unggulan karena memiliki daya
dampak pada peningkatan kemiskinan. Jumlah
penyebaran (backward linkages) terbesar (1,4130).
tenaga kerja pada sektor perikanan (lapangan
Identifikasi atas perikanan sebagai sektor yang usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan)
berpotensi dan unggul dapat diwujudkan dengan menjadi yang terbesar dalam struktur tenaga kerja
memanfaatkan hasil komoditas utama (tuna) dan di antara sektor atau lapangan usaha lainnya di
memberikannya nilai lebih melalui usaha Papua Barat.
pengalengan. Selain menitikberatkan pada nilai
Dengan adanya pembangunan industri
dari produk, di sisi lain pengalengan tuna akan turut
pengalengan ikan tuna, diharapkan mampu
memajukan sektor perikanan secara keseluruhan
meningkatkan nilai produksi perikanan, menaikkan
dengan, meningkatkan pendapatan nelayan dan
pendapatan nelayan, menyerap tenaga kerja baru
memperbaiki tingkat penghidupan atau
yang bermuara pada perbaikan nilai indikator
kesejahteraan. Hasil tangkapan nelayan akan

Kajian Fiskal Regional 32


Triwulan III 2021
Provinsi Papua Barat
BAB III ANALISIS TEMATIK

kesejahteraan dan perekonomian regional secara membuka peluang ekspor hasil perikanan ke Eropa
berkelanjutan. Selain manfaat tersebut, dan Amerika Serikat.
pembangunan industri juga akan menghasilkan
Berdasarkan aspek tersebut, perkembangan
keuntungan usaha bagi pihak yang terlibat.
permintaan dan penawaran khususnya dalam
Keterlibatan pemerintah melalui investasi langsung
proyeksi produksi industri pengolahan
sebagaimana ketentuan dalam PP Nomor 63 Tahun
pengalengan ikan tuna di Papua Barat diharapkan
2019 tentang Investasi Pemerintah akan memiliki
mampu bersaing dengan menjadi penyedia
peran penting bagi peningkatan pendapatan daerah
terbesar bagi ekspor Indonesia. Upaya tersebut
terlebih di masa pandemi Covid-19. Permintaan
direalisasikan melalui pembangunan industri
global untuk produk tuna (canned) di masa
pengalengan, dengan memperhatikan Peraturan
pendemi mengalami kenaikan setelah sempat
Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
terguncang seiring keterbatasan mobilitas manusia,
Indonesia Nomor 2/Permen-KP/2019 tentang
sehingga diharapkan produk sektor perikanan
Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
dapat dioptimalkan.
Bidang Pengolahan Ikan Tuna dan memenuhi
B. Informasi Pasar persyaratan sesuai Perpres Nomor 44 Tahun 2016
Proyeksi kebutuhan investasi berupa kelayakan tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan
usaha pengalengan ikan tuna dimulai dengan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di
proses pengolahan dan pengawetan ikan tuna yang Bidang Penanaman Modal. Pembangunan industri
dikemas secara hermetis dan kemudian disterilkan dilakukan dengan skema modal dalam negeri
dengan berat 170 gram, spesifikasi kemasan kaleng sepenuhnya (100 persen) dan telah mendapatkan
yang digunakan adalah Ø 301 x 205 ketebalan 0,5 izin khusus dari Kementerian Kelautan dan
mm, lapisan luar terbuat dari bahan gold, dan Perikanan mengenai alokasi sumber daya ikan dan
lapisan dalam dari aluminium. Sebelum melakukan titik koordinat daerah penangkapan ikan.
proses pengalengan ikan tuna, diperlukan Perwujudan industri penolahan (pengalengan)
pengujian karakteristik yang meliputi pengujian tuna akan semakin dipermudah dengan dukungan
thermal, pengujian proksimat, pengujian fasilitas KEK Sorong sebagai sentra produksi
mikrobiologi, dan pengujian cemaran logam guna perikanan yang semakin menarik minat investasi
menjamin mutu ikan tuna kaleng untuk dipasarkan swasta dan mampu menyerap lebih banyak tenaga
sesuai dengan syarat kualitas yang ditetapkan kerja lokal.
negara tujuan ekspor.
C. Analisis Kelayakan Usaha
Peluang usaha di sektor perikanan, khususnya C.1 Pra Studi Kelayakan
produk tuna kaleng tercatat relatif besar untuk Dalam rangka memperoleh besaran peluang
memenuhi permintaan ekspor. Kinerja ekspor tuna investasi pengalengan ikan tuna, dapat
kaleng Indonesia tahun 2019 mencapai volume menggunakan metode pra studi kelayakan usaha.
115,6 ribu metric ton (MT) atau senilai US$ 410,9 Setiap peluang yang dihasilkan oleh analisis
juta. Ekspor tuna kaleng sedikit menurun di tahun menggunakan berbagai metode, kemudian
2020 dengan volume 103,8 ribu MT atau senilai US$ didalami dan ditindaklanjuti dengan studi
339,8 juta. Meski mengalami penurunan karena kelayakan yang bersifat awal (pra-studi) agar
pandemi dan harga yang menyesuaikan produk mendapatkan gambaran perkiraan seberapa besar
pesaing, namun kinerja ekspor tetap menunjukkan investasi yang diperlukan. Pra studi kelayakan
nilai positif dengan menjadi supplier terbesar kedua memiliki toleransi 10-15 persen dari nilai proyek/
di dunia, setelah Thailand. Adapun tujuan atau investasi, atau hanya merupakan perhitungan
pangsa pasar utama produk adalah negara-negara investasi dengan perkiraan kasar.
Asia Pasifik khususnya Jepang, Hongkong, Cina, dan
C.1.1 Analisis SWOT
Taiwan. Adanya sertifikasi Marine Stewardship
Semua industri memiliki kekuatan dan kelemahan
Council (MSC) yang telah didapatkan Indonesia dan
dalam area fungsional bisnis, yang dapat digunakan
kerjasama yang terjalin dengan EFTA akan

33 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan III 2021
BAB III ANALISIS TEMATIK

sebagai dasar untuk penetapan tujuan dan strategi. e. Adanya dukungan pemerintah terkait
Pada suatu wilayah dimungkinkan memiliki pengembangan pemasaran tuna.
beberapa potensi investasi, namun tidak semua
2. Kelemahan (Weakness)
potensi tersebut dapat menjadi peluang investasi.
a. Rendahnya pengawasan kualitas mutu.
Oleh karena itu, analisis SWOT dapat digunakan
b. Kualitas/kapasitas tenaga kerja yang belum
sebagai alat untuk menilai apakah potensi investasi
memadai.
pengalengan ikan tuna dapat dikerucutkan menjadi
c. Rendahnya sistem penanganan hasil.
peluang investasi atau tidak. Hasil analisis SWOT
d. Infrastruktur yang kurang memadai.
terkait produksi pengalengan ikan tuna, dapat
e. Ketergantungan terhadap harga dunia.
diuraikan sebagai berikut:
f. Rendahnya pengawasan perairan.
1. Kekuatan (Strength)
3. Peluang (Opportunity)
a. Papua Barat memiliki laut yang luas dan
a. Adanya perkembangan teknologi budidaya.
menjadi jalur utama migrasi ikan tuna.
b. Pangsa pasar yang masih luas.
b. Daerah penangkapan ikan tuna yang masih
c. Adanya tren from red meat to white meat.
berstatus under exploied (UE) atau daerah
d. Adanya organisasi manajemen perikanan
yang belum dimanfaatkan secara maksimal
regional.
dan sangat potensial.
e. Konsepsi investasi pemerintah di daerah
c. Kuantitas tenaga kerja yang memadai.
yang diatur dalam PP Nomor 63 Tahun 2019.
d. Adanya hubungan baik dengan negara tujuan
ekspor (China, Jepang, Taiwan).

Tabel 3.17
Analisis Matrisk SWOT Daya Saing pada Industri Pengalengan Ikan Tuna di KEK Sorong
Opportunities (O) Threats (T)
1. Adanya perkembangan teknologi 1. Peningkatan kekuatan tawar pembeli.
budidaya. 2. Peningkatan teknologi budidaya pesaing.
2. Pangsa pasar yang masih luas. 3. Adanya hambatan tarif dan non tarif
Eksternal 3. Adanya tren from read meat to white 4. Krisis ekonomi yang bersifat nasional
meat. maupun global.
4. Adanya organisasi manajemen perikanan 5. Illegal Unreported and Unregulated Fishing.
regional.
5. Konsepsi investasi pemerintah di daerah
Internal yang diatur dalam PP Nomor 63 Tahun
2019.
Strengths (S) Strategi SO Strategi ST
1. Provinsi Papua Barat memiliki laut yang 1. Meningkatkan produksi ikan tuna 1. Meningkatkan mutu ikan yang dihasilkan
luas dan posisi penangkapan ikan tuna a. Memberikan pinjaman modal kepada a. Sosialisasi tentang mutu kepada nelayan
yang baik. nelayan. oleh pemerintah setempat dan
2. Daerah penangkapan ikan tuna yang masih b. Menerapkan teknologi budidaya ikan perusahaan eksportir.
berstatus under exploied (UE). tuna melalui lembaga riset. b. Peningkatan peran lembaga pengawasan
3. Kuantitas tenaga kerja yang memadai. 2. Memperluas pasar mutu dan perbaikan SDM-nya.
4. Adanya hubungan baik dengan negara a. Menambah tujuan ekspor.
tujuan ekspor terkait produksi tuna. b. Mendaftar sebagai anggota lembaga yang
5. Adanya dukungan pemerintah terkait menangani masalah tuna.
pengembangan pemasaran tuna.
Weakness (W) Strategi WO Strategi WT
1. Rendahnya pengawasan kualitas mutu. 1. Melakukan kerja sama dengan pihak asing 1. Memperbaiki sarana dan prasarana KEK
2. Kualitas tenaga kerja yang belum 2. Melakukan pembenahan manajemen Sorong yang mendukung produksi ikan
memadai. industri ikan tuna dalam kaleng tuna dalam kaleng.
3. Rendahnya sistem penanganan hasil. a. Melakukan pelatihan terhadap a. Membenahi sistem transportasi.
4. Infrastruktur yang kurang memadai. karyawan. b. Penyediaan sarana pendukung.
5. Ketergantungan terhadap harga dunia. b. Meningkatkan teknologi peralatan yang 2. Menjaga kondisi perekonomian nasional
5. Rendahnya pengawasan perairan. digunakan. yang mendukung komoditas ikan tuna di
Papua Barat

Kajian Fiskal Regional 34


Triwulan III 2021
Provinsi Papua Barat
BAB III ANALISIS TEMATIK

Gambar 3.2
Analisis Pohon Industri Ikan

Ikan

Ikan Hidup Ikan Utuh Ikan Olahan


Ikan Ikan Asap Ikan Pindang Ikan Asin Ikan Kering Lainnya
Kaleng

Ikan Segar Ikan Beku Ekstrak Kecap Tepung Minyak


Fillet
(Fresh Fish) (Frozen Fish) Ikan Ikan Ikan Ikan

4. Ancaman (Treat) tinggi dan tahan lama jika dikemas dalam bentuk
a. Peningkatan kekuatan tawar pembeli. kaleng. Pengalengan akan meningkatkan kualitas
b. Peningkatan teknologi budidaya dan tingkat produk karena standar penggunaan ikan yang
efisiensi pesaing. tinggi (high quality control) sebagai syarat teknis
c. Adanya hambatan tarif dan non tarif dan kesehatan hasil olahan. Pemenuhan berbagai
d. Krisis ekonomi akibat pandemi ketentuan tersebut dilakukan untuk memberikan
mempengaruhi permintaan global. identitas dan citra produk yang baik dan
e. Illegal Unreported and Unregulated Fishing membedakannya dengan pesaing, serta sebagai
strategi untuk pemasaran yang lebih luas
C.1.2 Analisis Pohon Industri
sebagaimana dijelaskan Porter Diamond Model
Analisis pohon industri atau rantai nilai dapat
dalam empat faktor, yaitu (1) faktor input
dilakukan dengan pendekatan klaster sebagai
(factor/input condition) yang terdiri dari human
upaya untuk mengelompokkan industri inti yang
resource, capital resource, physical infrastructure,
saling berhubungan, baik industri pendukung
information infrastructure, scientific and
(supporting industries), industri terkait (related
technological infrastructure, administrative
industries), jasa penunjang, infrastruktur ekonomi,
infrastructure, dan sumber daya alam; (2) kondisi
informasi, teknologi, sumber daya alam, serta
permintaan (demand) condition); (3) industri
lembaga terkait. Kluster juga merupakan cara untuk
pendukung dan terkait (related and supporting
mengatur beberapa aktivitas pengembangan
industries); serta (4) strategi perusahaan dan
ekonomi.
pesaing (context for firm and strategy).
Analisis pohon industri terhadap
Gambar 3.3
peluang investasi pengalengan ikan Diamond Cluster Model Porter
dilakukan dengan mengidentifikasi
rantai nilai yang belum ada atau belum
banyak pelaku berkecimpung di
industri/bisnis sebagaimana pada
potensi pengolahan ikan secara umum.
Dapat digambarkan bahwa rata-rata
pengolahan ikan di Indonesia dijual
dalam bentuk ikan segar (fresh), beku
(frozen), fillet, maupun yang termasuk
dalam kategori lainnya (ekstrak, kecap,
tepung, minyak). Di samping itu,
sebagai salah satu komoditas hasil
tangkap terbesar di sektor perikanan,
ikan tuna yang merupakan perishable
food akan memiliki nilai jual yang

35 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan III 2021
BAB III ANALISIS TEMATIK

C.1.3 Analisis Aspek Teknis Gambar 3.4


Berdasarkan latar belakang, analisis Infografis KEK Sorong
SWOT dan analisis pohon industri,
maka prakiraan dan pengolahan
produksi pengembangan ikan tuna
dalam kaleng di Papua Barat dapat
dilaksanakan di KEK Sorong yang
merupakan kawasan dengan
berbagai fasilitas dan menjadi sentra
produksi perikanan.

KEK Sorong yang terletak di Selat


Sele memberikan keunggulan
geoekonomi yaitu potensi di sektor
Sumber:KEK Sorong
perikanan dan perhubungan laut.
Lokasi tersebut juga sangat strategis untuk Peluang investasi pada basis kegiatan industri
pengembangan industri logistik, agro industri serta tersebut menjadi awal dan tolok ukur proyeksi
pertambangan. KEK Sorong diproyeksikan mampu penyerapan investasi dan tenaga kerja di Papua
menarik investasi sebesar Rp32,2 triliun dan dapat Barat untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
menyerap sebanyak 15.024 orang tenaga kerja produksi.
hingga tahun 2025. Dampak positif yang
Terdapat tiga zona yang dijadikan sebagai peluang
diharapkan dengan adanya KEK adalah terjadinya
investasi di KEK Sorong hingga saat ini.
peningkatan ekspor, peningkatan penanaman
Berdasarkan tiga zona tersebut, prospek ke depan
modal, pertumbuhan industri, diversifikasi
terkait dengan zona industri, KEK Sorong juga
produksi, penciptaan lapangan kerja, dan
sangat berpotensi menjadi sentra produksi
meningkatnya kualitas SDM melalui peningkatan
perikanan yang dapat dijadikan sebagai salah satu
keahlian dan transfer teknologi (Sihaloho dan
kelayakan usaha pengalengan ikan dengan
Muna, 2016).
menempatkan ikan tuna yang merupakan
Adanya daya dukung infrastruktur di dalam KEK komoditas utama atau unggulan lokalitas di Papua
Sorong akan meningkatkan peluang investasi yang Barat menjadi input utama untuk diberdayakan
telah diproyeksikan. Berdasarkan
Gambar 3.5
data yang disajikan oleh Dewan
Infrastruktur KEK Sorong
Nasional Kawasan Ekonomi
Khusus Republik Indonesia,
infrastruktur dalam KEK Sorong
terdiri dari gerbang dan jalan
utama kawasan, pembangunan
kanal utama, pembangkit listrik
PLN yang mencapai 50 megawatt,
kantor administrator dan BUPP,
pelabuhan Arar, serta jaringan air
bersih dengan kecepatan 5 liter
per detik. Berdasarkan potensi
yang dimiliki, KEK Sorong
dikembangkan dengan basis
kegiatan industri galangan kapal,
agro industri, industri
pertambangan dan logistik. Sumber:KEK Sorong

Kajian Fiskal Regional 36


Triwulan III 2021
Provinsi Papua Barat
BAB III ANALISIS TEMATIK

Tabel 3.18 2. Tenaga kerja sebanyak 149 orang.


Peluang Investasi di dalam KEK Sorong 3. Perhitungan biaya investasi usaha.
Zona Zona Zona Pengolahan
Logistik Industri Ekspor C.2.2 Estimasi CAPEX (Capital Expenditure)
Industri Biaya modal (capital expenditure – capex) adalah
Pergudangan Pengolahan Kelapa Petrokimia
Sawit
biaya total yang diperlukan untuk modal awal
Industri usaha/proyek. Biaya modal digunakan untuk
Trade Center Kilang Minyak
Pengolahan Sagu meningkatkan kinerja dan keuntungan
Industri
Open Storage Yard Pembangkit Listrik usaha/proyek. Pada perhitungan biaya modal juga
Pengolahan Ikan
Fuel Station - - diperlukan estimasi terkait venture initiation cost
Instalasi yang merupakan pembelian aset intangible yang
Pengolahan Air - -
Bersih terdiri dari biaya pembelian lisence (K3, ISO,
Instalasi HACCP, BPOM, MUI, training SDM, perijinan dan
Pengolahan Air - -
studi kelayakan).
Limbah
Public Transport Tabel 3.19
- - Estimasi CAPEX Pengalengan Ikan Tuna
Station
Sumber:KEK Sorong (data diolah) Nominal
Jenis Biaya
(Rp)
melalui investasi dan dikelola secara konsisten Bangunan dan Prasarana 260,600,000,000
menjadi produk ikan dalam kaleng. Akan tetapi, Mesin dan Fasilitas
10,567,727,078
dalam menjalankan industri tersebut, dibutuhkan Produksi

infrastruktur yang memadai dan saluran distribusi Peralatan Kantor 1,000,000,000

yang harus dibentuk sebelum memulai bisnis. Oleh Venture Initiation Cost 2,625,000,000
karena itu, diperlukan berbagai rekomendasi dan Total 274,792,727,078
tindak lanjut terkait analisis teknis salah satunya
percepatan pengembangan jalur distribusi dan
C.2.3 Estimasi OPEX (Operational Expenditure)
ketersediaan infrastruktur yang perlu ditingkatkan
Biaya operasional atau modal kerja (operational
dengan memperhatikan high dan low-impact untuk
expenditure–opex) adalah biaya yang dikeluarkan
jangka pendek maupun jangka panjang terkait
ketika investasi/proyek sudah beroperasi. Biaya
keberlangsungan industri pengalengan ikan tuna di
operasional digunakan untuk mendukung kegiatan
KEK Sorong.
operasional usaha. Biaya bahan baku utama
C.2 Analisis Aspek Biaya Tabel 3.20
C.2.1 Perhitungan Teknoekonomi Estimasi OPEX Pengalengan Ikan Tuna
Perhitungan teknoekonomi dilakukan dengan Nominal per Tahun
Jenis Biaya
(Rp)
melakukan kalkulasi biaya investasi (kebutuhan Biaya bahan baku 810,000,000,000
alat), biaya tetap (depresiasi alat dan tenaga kerja), Biaya bahan penunjang (garam) 39,502,350,000
dan biaya variabel (bahan, utilitas, pengemasan, Biaya bahan penunjang (minyak
599,400,000
bahan bakar dan production management). kedelai)
Keuntungan dihitung dari selisih total pendapatan Biaya maintenance (4% dari nilai
10,886,709,083
perolehan aset)
dan total biaya produksi. Perhitungan Benefit Cost Biaya utilitas (listrik, air, dan solar) 30,135,151,183
Ratio dilakukan dengan menghitung pendapatan Biaya kaleng kemasan 470,880,900,000
total dibagi dengan total biaya produksi. Untuk Biaya label dan kardus 8,410,500,000
mengetahui potensi pengembangan usaha
Biaya tenaga kerja langsung 5,768,000,000
pengalengan ikan tuna, dilakukan analisis
Biaya tenaga kerja tidak langsung 6,587,000,000
kelayakan usaha dengan menggunakan beberapa
Biaya sewa lahan 25 tahun 500,000,000
asumsi di antaranya: Biaya pemasaran (15% dari
66,133,538,250
pendapatan penjualan di tahun 1)
1. Kapasitas produksi per hari sebesar 100 ton Biaya penjualan (5% dari pendapatan
yang menghasilkan 448.458 kaleng. 198,400,614,750
penjualan)
TOTAL OPEX 1,647,804,163,266

37 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan III 2021
BAB III ANALISIS TEMATIK

Tabel 3.21 Tabel 3.22


Estimasi OPEX Pengalengan Ikan Tuna Lanjutan Total Estimasi Biaya Pabrik Pengalengan Tuna
Kebutuhan/ Estimasi Working Capital Nilai (Rp)
Nama
Hari (Rp) Kebutuhan
100 ton/hari 30,000 ton/ Biaya Tenaga Kerja 12,355,000,000
Bahan Baku Tuna
@Rp27,000 tahun
Biaya Bahan Baku 1,329,326,550,000
Bahan penunjang 444 kg/hari 133,200 kg/
garam @Rp4,500 tahun Biaya Overhead 57,910,101,162
Bahan penunjang 9.081 kg/hari 1,724,300 kg/
Total Working Capital 339,591,651,162
minyak @ Rp22,909 tahun
Kebutuhan 448.458 pcs/hari 134,537,400 pcs/ Fixed Investment Cost 272,167,727,078
kemasan kaleng @Rp3,500 tahun
Venture Initiation Cost 2,625,000,000
Kebutuhan 9.345 karton/hari
2,803,500 pcs
kemasan kardus @Rp3,000 Total Project Cost (TPC) 1,674,384,378,239

merupakan biaya pembelian ikan tuna mentah peningkatan harga di tahun selanjutnya sebesar
dengan estimasi harga Rp27.000,- per kg sebanyak Rp2.000,- per kaleng per tahun. Estimasi total
100 ton per hari, dengan waktu operasi 300 hari produksi ikan tuna kaleng sebesar 448.458 kaleng
selama setahun. Asumsi kebutuhan ikan tuna per tahun dengan proporsi masing-masing sebesar
mentah adalah 30.000 ton untuk 300 hari atau 55 : 45 persen, maka diperoleh estimasi pendapatan
selama setahun dengan total kebutuhan tenaga sebesar Rp2.034,88 miliar.
kerja (operasional, administrasi dan manajemen) Tabel 3.23
sebanyak 149 orang sebagai dasar perhitungan Total Estimasi Pendapatan Ikan Tuna Kaleng
OPEX. Nominal
Jenis Produk
(Rp)
C.3 Analisis Kelayakan Keuangan/Investasi Tuna kaleng dalam larutan
998,939,700,000
minyak
Analisis kelayakan usaha dapat dipahami sebagai
Tuna kaleng dalam larutan
tindakan yang dilakukan untuk mengetahui 1,035,938,400,000
garam
prospek dari suatu proyek investasi yang Total 2,034,878,100,000
mendasari pengambilan keputusan diterima atau
ditolaknya investasi tersebut. Analisis tersebut C.3.3 Cash Flow
bertujuan untuk menghasilkan tingkat Aliran kas (cash flow) merupakan sejumlah uang
pengembalian yang diharapkan di masa kas yang keluar dan yang masuk sebagai akibat
mendatang. Artinya, tidak ada investor yang mau adanya dari aktivitas perusahaan, aliran out flow
mengalami kerugian bahkan kehilangan dana atau selain terdiri dari biaya operasional dan biaya
modal yang telah ditanamkan pada instrumen umum perusahaan juga terdapat beban depresiasi
tertentu. dan amortisasi perusahaan, beban bunga pinjaman
akibat struktur permodalan yang dipakai yaitu 40
C.3.1 Biaya Investasi
persen merupakan modal sendiri (gabungan dari
Sistem produksi pengalengan ikan tuna bersifat
beberapa Pemerintah Daerah) sebesar
make a order, sehingga utilitas pabrik tidak selalu
Rp669.753.751.296,- dan 60 persen berupa hutang
berproduksi sampai kapasitas maksimal 100
jangka panjang atau modal perbankan atau dapat
persen dengan biaya investasi terdiri dari
berasal dari swasta, sebesar Rp1.004.630.626.944,-
pembelian aset baik yang tangible ataupun
dengan estimasi bunga sebesar 10 persen serta
intangible ditambah dengan working capital selama
modal sendiri dengan estimasi besar cost capital 8
satu tahun.
persen, sementara risk premium yang ditetapkan
C.3.2 Estimasi Pendapatan adalah 4 persen. Aliran kas masuk (inflow) terdiri
Pendapatan diperoleh dari hasil penjualan per dari estimasi pendapatan penjualan produk selama
kaleng dalam larutan garam dan minyak dengan 10 tahun dengan asumsi peningkatan harga 2.000/
masing-masing harga jual adalah Rp14.000,- dan tahunnya. Proyeksi arus kas dimaksudkan untuk
Rp16.500,- di tahun pertama dengan asumsi mengetahui nilai aliran kas bersih dalam laporan

Kajian Fiskal Regional 38


Triwulan III 2021
Provinsi Papua Barat
BAB III ANALISIS TEMATIK

keuangan. Perhitungan cash flow menggunakan R1 = Tingkat bunga pertama


skema moderat dengan asumsi berproduksi 70 R2 = Tingkat bunga kedua
persen dari kapasitas terpasang, sementara untuk PV = Nilai saat ini (present value)
skema pesimis dan optimis masing-masing
C.3.6 Payback Period – PBP
berproduksi 50 persen dan 80 persen dari kapasitas
PBP mengukur kecepatan pengembalian investasi.
terpasang. Hasil perhitungan aliran kas skema
Satuan ukuran yang dihasilkan bukan dalam bentuk
moderat terdapat pada lampiran.
persentase ataupun rupiah, melainkan waktu. Jika
C.3.4 Net Present Value - NPV nilai PBP lebih cepat atau singkat dari yang
NPV dinilai dari keuntungan bersih yang diperoleh disyaratkan, artinya investasi memiliki kelayakan.
di akhir pengerjaan suatu proyek atau investasi. Sebaliknya, apabila nilai PBP lebih lambat atau lama
Keuntungan bersih tersebut dihitung dari selisih berarti mengindikasikan tidak layaknya suatu
nilai investasi sekarang dengan aliran kas bersih investasi.
yang diharapkan dari proyek atau investasi di masa (𝑎𝑎 − 𝑏𝑏)
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 = 𝑛𝑛 + × 1 𝑡𝑡𝑡𝑡ℎ𝑢𝑢𝑢𝑢
yang akan datang atau pada periode tertentu. Jika (𝑐𝑐 − 𝑏𝑏)
NPV0 > NPV1, maka investasi atau proyek dinilai n = Tahun terakhir di mana jumlah arus kas belum
tidak layak karena berisiko mengalami kerugian. bisa menutup investasi awal
Jika NPV0 < NPV1, maka investasi atau proyek a = Jumlah investasi awal
dinilai layak karena berpotensi menghasilkan b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n
keuntungan. Jika NPV0 = NPV1, maka investasi atau c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun n+1
proyek dinilai tidak layak karena tidak
C.3.7 Profitability Index – PI
menghasilkan keuntungan.
PI mengukur layak tidaknya suatu investasi dari
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 = 𝚺𝚺𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷 − 𝐴𝐴0
indeks keuntungannya dengan membandingkan
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 = (𝑃𝑃𝑃𝑃1 + 𝑃𝑃𝑃𝑃2 + ⋯ ) − 𝐴𝐴0
antara nilai sekarang seluruh penerimaan kas
𝑃𝑃𝑃𝑃 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 × 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑
bersih dengan nilai sekarang investasi. Suatu
𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 = 1/(1 + 𝑟𝑟)𝑡𝑡
investasi disebut layak menurut metode ini apabila
NPV = Nilai Bersih saat ini
nilai PI lebih besar dari 1, karena dinilai
PV = Nilai saat ini (Present Value)
menguntungkan. Sebaliknya, jika nilai PI lebih kecil
NCF = Aliran kas
dari 1, artinya tidak menguntungkan sehingga
A0 = Investasi pada awal tahun
investasi tersebut tidak layak.
r = Biaya modal 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
t = Periode waktu investasi/proyek 𝑃𝑃𝑃𝑃 =
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖
C.3.5 Internal Rate of Return – IRR Berdasarkan indikator tersebut di atas maka
IRR mengukur kelayakan suatu investasi investasi pabrik pengolahan tuna kaleng layak
berdasarkan tingkat suku bunga yang dapat dilakukan di mana nilai IRR lebih tinggi dari suku
menjadikan jumlah nilai sekarang keuntungan yang bunga yang disyaratkan, waktu pengembalian
diharapkan sama dengan jumlah nilai relatif singkat dan nilai NPV positif > 0.
sekarang dari biaya modal (NPV = 0). Tabel 3.24
Penilaian Kelayakan Keuangan
Dalam metode ini, time value of money
Parameter Pesimis Moderat Optimis
telah diperhitungkan sehingga arus kas
yang diterima telah didiskontokan atas IRR 11,80% 27,58% 68,66%
dasar biaya modal atau tingkat bunga NPV -55,859,043,150 321,438,026,504 1,896,291,808.108
yang diterapkan. Suatu investasi
BCR 0,67 1,26 3,2
dikatakan layak, jika nilai FIRR yang
PBP >10 tahun 6,7 tahun 3,3 tahun
dihasilkan lebih besar dari tingkat bunga
Judgement Kapasitas Kapasitas Kapasitas
yang diterapkan, dan sebaliknya.
produksi rata- produksi rata- produksi rata-
(𝑃𝑃𝑃𝑃1 − 𝑃𝑃𝑃𝑃0) rata/tahun 55% rata/tahun 70% rata/tahun 85%
𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹 = 𝑅𝑅1 + × (𝑅𝑅1 − 𝑅𝑅2)
(𝑃𝑃𝑃𝑃1 − 𝑃𝑃𝑃𝑃2)

39 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan III 2021
BAB III ANALISIS TEMATIK

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Tabel 3.25


D.1 Analisis Sensitivitas Daftar Mitigasi Risiko
Analisis sensitivitas merupakan analisis finansial Jenis Risiko Penjelasan Risiko
dari suatu proyek yang sering didasarkan pada
Permintaan Target produksi tidak tercapai akibat
kejadian yang tidak tentu dikemudian hari dan demand yang tinggi
konsekuensi dari adanya data yang tidak akurat. Lahan Lahan under utilized
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui Pembebasan lahan tidak maksimal
parameter pokok yang diperkirakan mempunyai Perizinan Permasalahan dalam izin pendirian
pabrik
pengaruh signifikan terhadap kelayakan investasi. Permasalahan dalam perizinan bahan
Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa: baku
1. Bila harga barang baku naik sebanyak 15 Implementasi Tidak ada fasilitas air bersih
persen maka harga jual naik 10 persen dan Infrastruktur Sering terjadi blackout
Pendukung Distribusi barang dan jasa tidak lancar
akan mengurangi profit sebesar 7 persen.
Implementasi Tidak ada fasilitas air bersih
2. Jika harga bahan baku turun sebanyak 10 Kawasan Industri Sering terjadi blackout
persen, harga jual tetap dan akan Distribusi barang dan jasa tidak lancar
meningkatkan profit sebesar 14 persen. Desain Proyek Desain kawasan industri tidak dapat
3. Jika harga jual turun 10 persen harga baku diterapkan
Potensi perusakan lingkungan
tetap, maka akan mengurangi profit sebesar
Regulasi Politik Perbedaan kepentingan antara
18 persen. stakeholders
Kondisi ini menunjukkan bahwa perubahan Isu keamanan akibat konflik sosial
margin sangat sensitif dengan harga bahan baku Pembiayaan dan Nilai Kendala pendanaan dalam
dan harga jual produk. Tukar Mata Uang pembangunan kawasan industri
Konstruksi Konstruksi bangunan tidak sesuai
D.2 Analisis Risiko dengan kondisi alam
Status atau level risiko diperoleh dari hubungan Operasional Harga pembelian ikan melambung tinggi
Bahan baku ikan tidak tersedia
antara kemungkinan (frekuensi atau probabilitas
Harga bahan baku tidak stabil
kemunculan) dan dampak (besaran efek) jika Cara penanganan bahan baku yang tidak
risiko terjadi. Risiko pada industri pengalengan baik
ikan tuna si dalam KEK Sorong dapat dirumuskan Terlambatnya proses produksi ikan yang
dalam 12 poin risiko dengan prioritas berdasarkan diolah
Produk yang dihasilkan tidak sesuai
nilai ETD (Effectiveness to Difficulty Rasio) adalah standar
desain saluran distribusi yang terintegrasi dan Potensi kecelakaan kerja
efektif, keterbatasan kapasitas pelabuhan ARAR Biaya produksi tinggi
(KEK Sorong), pembangunan jalan darat secara Kerusakan produk selama perjalanan
Biaya transportasi mahal
masif, pengadaan peralatan loading unloading di
Keterlambatan pengiriman produk
sepanjang saluran distribusi, dan pembuatan Lalu lintas terlambat
integrasi antar moda transportasi. Force Majeure dan Konflik lahan dengan masyarakat
Lingkungan Hilangnya keanekaragaman hayati
D.3 Faktor Pendukung
Perubahan iklim
1. Ketenagakerjaan Kualitas udara yang kurang baik
Dari seluruh angkatan kerja di Papua Barat Banjir
yang bekerja atau bukan pengangguran Kerusakan terumbu karang
(459.350 orang), sebanyak 32,4 persen Sumber Material Keberlanjutan dari ketersediaan bahan
baku tidak kontinu
(148.845 orang) bekerja di lapangan usaha
pertanian, kehutanan dan perikanan. Jumlah
pengetahuan dalam perikanan tangkap. Adanya
tenaga kerja sektor tersebut menjadi yang
industri pengalengan ikan akan memberikan
terbesar dalam struktur tenaga kerja diantara
dampak bagi kenaikan pendapatan nelayan
17 sektor/lapangan usaha lainnya sehingga
melalui penyediaan hasil tangkapan untuk
banyak yang memiliki pengalaman dan

Kajian Fiskal Regional 40


Triwulan III 2021
Provinsi Papua Barat
BAB III ANALISIS TEMATIK

bahan baku. Selain itu, industri akan menyerap menengah Papua Barat akan memberikan
tenaga kerja dan mendorong industri/usaha kemudahan dan dukungan dalam pembangunan
pendukung lainnya, dikarenakan dari industri. Berbagai fasilitas teknis dan insentif di
keseluruhan angkatan kerja, jumlah dalam KEK Sorong akan menarik minat investor,
pengangguran di Kab. Sorong, dan Kota Sorong baik dalam maupun luar negeri untuk
sebagai wilayah aglomerasi KEK Sorong tercatat memajukan industri perikanan dan membangun
sebesar 13.585 orang atau 40,55 persen dari proses integrasi hulu-hilir.
total yang telah terdaftar sebagai pencari kerja
D.4 Faktor Penghambat
di Papua Barat.
1. Isu Sosial
2. Sarana dan Prasarana Keberadaan KEK Sorong menimbulkan isu
Sebagai wilayah utama lalu lintas pedagangan negatif mengenai kurangnya keterlibatan Orang
antar pulau, Kab. Sorong dan Kota Sorong telah Asli Papua (OAP), baik itu warga setempat,
memiliki struktur jaringan transportasi laut tenaga kerja OAP, maupun nelayan tradisional.
dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa Permasalahan ini perlu ditindaklanjuti dengan
kategori: meningkatkan keterlibatan OAP karena
a. KEK Sorong menjadi bagian dari simpul lalu berpotensi menimbulkan penolakan dan
lintas kegiatan perdagangan dan transportasi ancaman keamanan. Selain itu, pembelian bahan
(darat, laut, udara) yang mempunyai potensi baku produksi harus diutamakan untuk hasil
sebagai pintu gerbang ke kawasan-kawasan tangkapan nelayan OAP yang tergabung dalam
internasional dan mempunyai potensi untuk kelompok pemberdayaan masyarakat agar
mendorong daerah sekitarnya pada skala nelayan tradisional tidak merasa tersingkirkan
regional dengan adanya industrialisasi sektor perikanan.
b. Tersedia jaringan pelayaran perinstis yang
2. Kawasan Rawan Bencana
melayani sebagian besar pelabuhan lokal dan
Wilayah Papua Barat berpotensi terhadap
jaringan pelayaran rakyat lokal dengan rute
gempa tektonik dan kemungkinan diikuti oleh
pelayaran yang relatif lebih bebas dan
gelombang tsunami. Terdapat sejumlah lipatan
melayani hampir semua pelabuhan di Papua
dan sesar naik sebagai akibat dari interaksi
Barat.
(tubrukan) antara kedua lempeng tektonik,
Terdapat 2 pelabuhan besar (Arar dan Sorong)
seperti Sesar Sorong (SFZ) yang berada di bawah
dan 1 pangkalan pendaratan ikan (PPI Katapop)
KEK Sorong. Kenyataan menunjukkan bahwa
dengan banyak armada kapal yang melayani
hampir setiap bulan terjadi beberapa kali
transportasi laut manusia dan barang antar
gempa. Kabupaten/kota dengan risiko tinggi
pulau, yaitu speedboat, kapal kayu, kapal cepat,
untuk gempa bumi salah satunya adalah Kab.
kapal cepat berukuran besar >100 GT, dan kapal
Sorong Selatan, Sorong, Raja Ampat, dan Kota
kargo/peti kemas. Di Kota Sorong juga terdapat
Sorong. Sementara itu, wilayah dengan kelas
bandara utama Papua Barat, yaitu Bandara
risiko bencana tsunami tinggi adalah Kab.
Dominique E. Osok sebagai bandara kelas I yang
Sorong. Menurut Indeks Risiko Bencana
melayani rute penerbangan nasional dan
Indonesia, Papua Barat secara keseluruhan
internasional. Sebagai akses darat juga telah
termasuk provinsi dengan kelas risiko bencana
dibangun jalan nasional yang menjadi
multi ancaman kategori tinggi. Dengan kelas
penghubung Kota Sorong-KEK Sorong-Kab.
risiko bencana yang tinggi, kapasitas daerah
Sorong.
dalam penanggulangan bencana masih dalam
3. Dukungan Pemerintah
kapasitas sedang.
Dengan dicanangkannya KEK Sorong sebagai
prioritas nasional untuk pembangunan kawasan
timur Indonesia, dan pengembangan sektor
perikanan yang menjadi kebijakan jangka

41 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan III 2021
Simpulan
Rekomendasi

#DJPbKawalAPBN
#DJPbKawalAPBN
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN Rp14.574,87 miliar atau tumbuh negatif -25,35


persen, sebagian besar disebabkan oleh
Berdasarkan pembahasan dan analisis seperti yang rendahnya realisasi TKDD yang turun -42,47
telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil persen.
kesimpulan sebagai berikut: 6. Realisasi penerimaan perpajakan pemerintah
pusat di Papua Barat sampai dengan triwulan
1. Kinerja perekonomian Papua Barat selama
III 2021 meningkat 7,82 persen menjadi
triwulan III 2021 diperkirakan mengalami
Rp1.425,23 miliar, sedangkan realisasi
peningkatan seiring kembali longgarnya
pendapatan bukan pajak mencapai Rp204,04
mobilitas dan aktivitas masyarakat. Kenaikan
miliar atau turun -3,38 persen.
volume ekonomi ini diperkirakan akan
7. Adanya pemanfaatan berbagai insentif berupa
berdampak pada pertumbuhan ekonomi pada
pemberian fasilitas pajak yang disertai adanya
level 0,37 persen (yoy). PDRB (ADHK)
penambahan objek dan dasar pengenaan pajak
diperkirakan sebesar Rp15.443,02 miliar, dan
baru, utamanya di wilayah yang menjadi pusat
inflasi yang terkendali pada angka 3,46 persen
ekonomi, mengakibatkan tumbuhnya realisasi
(yoy) dan -0,65 persen (qtq), serta ekspor
perpajakan meski di tengah pandemi.
mampu tumbuh 18,10 persen.
8. Besaran realisasi belanja pemerintah pusat
2. Tingkat kesejahteraan penduduk di Papua
sampai dengan berakhirnya triwulan III 2021
Barat pada triwulan III 2021 menunjukan
sebesar Rp5.569,78 milliar mengalami
perbaikan. Hal ini terlihat dari tingkat
kenaikan 43,92 persen dibandingkan periode
pengangguran yang turun menjadi 6,18 persen
yang sama tahun sebelumnya. Khusus untuk
atau berkurang ±3200 orang, disertai dengan
belanja modal, realisasi yang tumbuh pesat
nilai gini ratio yang juga menurun menjadi
(130,74 persen, yoy) dapat terwujud karena
0,380, Meski demikian, tingkat kemiskinan naik
adanya pembangunan beberapa proyek
menjadi 21,84 persen atau bertambah ±10,49
infrastruktur berupa pembangunan jalan dan
ribu jiwa.
drainase serta pembangunan bandara yang
3. Target pendapatan APBN Papua Barat tahun
telah berjalan kembali setelah sempat terhenti
2021 ditetapkan naik 22,73 persen
akibat pandemi.
dibandingkan target tahun 2020 didasari oleh
9. Komponen terbesar dari TKDD yang diterima
asumsi akan kembali pulihnya volume lalu-
Papua Barat adalah DAU (40,3 persen) yang
lintas orang dan barang antar wilayah, serta
digunakan untuk membiayai pelaksanaan tata
adanya penambahan objek dan dasar
kelola pemerintahan, dan khusus di masa
pengenaan pajak baru
pandemi diperuntukkan juga bagi dukungan
4. Dari aspek belanja APBN terjadi kondisi
program vaksinasi dan pemberian insentif
sebaliknya dengan alokasi yang tumbuh negatif
tenaga kesehatan.
-2,40 persen. Turunnya alokasi belanja
10. Terlepas dari keberadaan pandemi, beberapa
dipengaruhi oleh penurunan pada TKDD
output strategis APBN tercatat memiliki
sebesar -14,67 persen menjadi Rp16.916,77
realisasi yang cukup besar, seperti
miliar. Penurunan alokasi TKDD diharapkan
pembangunan dan preservasi ±996 Km jalan
dapat mengurangi ketergantungan terhadap
(Rp1.003,56 miliar), jembatan sepanjang
pemerintah pusat dan menciptakan sumber
±7.742 meter (Rp248,26 miliar), serta
pembiayaan lainnya.
rehabilitasi sarana pendidikan sebanyak ±23
5. Hingga berakhirnya triwulan III 2021,
unit (Rp9,86 miliar). Selain itu, bantuan siswa
pendapatan APBN di Papua Barat mampu
dikdasmen telah tersalurkan kepada 4944
terealisasi 50,02 persen atau sebesar
siswa dan bantuan siswa PT kepada 412
Rp1.629,27 miliar. Besaran realisasi tersebut
mahasiswa. Sementara pada bidang kesehatan,
tumbuh 22,73 persen dari tahun sebelumnya.
penyediaan sarana kesehatan telah terealisasi
Sementara realisasi belanja APBN mencapai

Kajian Fiskal Regional 42


Triwulan III 2021
Provinsi Papua Barat
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Rp5,8 miliar, penyediaan layanan Rp3,79 16. Sepanjang tahun 2019-2021, angka NTP dan
miliar, dan standarisasi SDM sebagai upaya NTN (mtm) Papua Barat berada pada tren yang
peningkatan kualitas nakes sebanyak Rp6,37 menurun. Angka NTP mencapai titik tertinggi
miliar. pada tahun 2019, setelah itu angka
11. Sebagaimana tren pelaksanaan APBN beberapa menunjukkan penurunan meskipun selalu
tahun terakhir, ditambah konsistensi upaya berada pada kondisi surplus (>100). Berbeda
pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi dengan angka NTN yang konsisten berada pada
melalui akselerasi belanja, serta faktor-faktor nilai defisit (<100). Sejak terjadinya pandemi,
yang mempengaruhi capaian APBN di Papua NTP/ NTN Papua Barat tidak pernah berada
Barat, maka tingkat realisasi pendapatan kembali pada nilai tertinggi.
diperkirakan mampu mencapai ±98 persen, 17. Kebijakan pembangunan sektor pertanian dan
sedangkan belanja APBN mencapai ±95 persen. perikanan Papua Barat dilakukan dalam
12. Target pendapatan APBD di Papua Barat kerangka NTP/NTN menggunakan pendekatan
mengalami penurunan -17,11 persen dari dari sisi pembentuk besaran indeks harga yang
tahun sebelumnya menjadi Rp20.683,68, diterima (It). Selama tahun 2021, usaha
sebagian besar disebabkan oleh turunnya peningkatan sektor pertanian dan perikanan di
pendapatan transfer dari pemerintah pusat. Papua Barat dengan dana dari APBN dan APBD
Demikian halnya alokasi belanja APBD di Papua telah terealisasi Rp575,78 miliar.
Barat yang turun -24,4 persen menjadi 18. Potensi sumber daya alam yang cukup besar di
Rp22.330,43 miliar. Papua Barat selain migas adalah sektor
13. Total realisasi pendapatan APBD di Papua kelautan dan perikanan dengan kondisi 62,96
Barat hingga berakhirnya triwulan III 2021 persen wilayah Kab/Kota berbatasan dengan
mencapai Rp9.458,28 miliar atau turun -46,6 laut. Peluang usaha di sektor perikanan,
persen dibandingkan tahun 2020. Dari aspek khususnya produk tuna kaleng tercatat relatif
belanja, realisasi yang tercatat menurun -28,95 besar untuk memenuhi permintaan ekspor.
persen menjadi Rp8.724,95 miliar sebagian Kinerja ekspor tuna kaleng Indonesia memiliki
besar penyebabnya adalah keterlambatan volume mencapai 115,6 ribu MT atau senilai
dalam memulai kegiatan. US$ 410,9 juta. Berdasarkan aspek pasar, hasil
14. Tingkat realisasi pendapatan transfer APBD di ikan tuna tangkap relaitf tidak terpengaruh
Papua Barat mencapai 45,94 persen dari total dengan adanya pandemi. Di samping itu,
pagu atau tumbuh negatif (-46,52 persen, yoy). volume ikan tuna hasil tangkapan sebagai
Rendahnya tingkat realisasi disebabkan oleh bahan baku ikan kaleng banyak tersedia di
perubahan ketentuan dalam pengelolaan DAK perairan Papua Barat.
Fisik yang melibatkan Aparat Pengawas 19. Hasil analisis pra studi menunjukkan bahwa
Internal Pemerintah (APIP) pemerintah daerah pengalengan akan meningkatkan kualitas
dalam review di awal kegiatan dan atas laporan produk ikan tuna karena standar penggunaan
tahun sebelumnya masih membutuhkan ikan dalam kaleng yang tinggi sebagai syarat
penyesuaian bagi OPD penanggungjawab. teknis dan kesehatan hasil olahan. Berdasarkan
15. Realisasi APBD di Papua Barat di tahun 2021 aspek kelayakan usaha pengalengan ikan tuna
diperkirakan hanya akan mencapai ±95 persen. menggunakan perhitungan pada skenario
Sementara itu, mobilitas masyarakat dan moderat menghasilkan nilai IRR 27,58 persen;
volume kegiatan ekonomi yang kembali NPV Rp321.438.026.504,-; BCR 1,26 persen;
longgar, membuat perkiraan realisasi belanja dan PBP 6,8 tahun. Oleh karena itu investasi
daerah mampu mencapai ±90 persen. Dengan pabrik pengalengan ikan tuna dinyatakan layak
demikian, diperkirakan terjadi defisit anggaran secara finansial.
di tahun 2021 sebesar -Rp447,89 miliar. 20. Keberadaan KEK Sorong memberikan
keunggulan menjadi bagian dari simpul lalu

43 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan III 2021
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI

lintas kegiatan perdagangan dan transportasi yang banyak bekerja di sektor pertanian,
(darat, laut, udara) yang mempunyai potensi perkebunan dan perikanan, serta sektor-sektor
sebagai pintu gerbang ke kawasan-kawasan informal lainnya.
internasional dan mempunyai potensi untuk 4. Meskipun penanganan pandemi dan pemulihan
mendorong daerah sekitarnya pada skala masih menjadi kebijakan utama, namun
regional. Dengan dicanangkannya KEK Sorong pemerintah tetap perlu memprioritaskan
sebagai prioritas nasional untuk pembangunan peningkatan kualitas ekonomi melalui
kawasan timur Indonesia, dan pengembangan penyediaan sarana infrastruktur yang layak
sektor perikanan yang menjadi kebijakan dan memadai di daerah pedesaan dan remote
jangka menengah Papua Barat akan area terutama sarana pendidikan, kesehatan
memberikan kemudahan dan dukungan dalam dan transportasi beserta tenaga pendidikan
pembangunan industri. dan kesehatan yang handal di bidangnya. Selain
akan memberikan dampak perekonomian
B. REKOMENDASI
dalam jangka panjang, perwujudan prioritas
tersebut akan mengurangi pengangguran
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan di atas,
dalam jangka pendek apabila proyek
beberapa rekomendasi yang diajukan diantaranya:
dilaksanakan dengan skema padat karya.
1. Pandemi masih belum usai meskipun kurva 5. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu
kasus positif dan kematian melandai, sehingga melakukan akselerasi dalam pelaksanaan
masih diperlukan kewaspadaan akan seluruh belanja karena belanja pemerintah
datangnya gelombang baru seiring mutasi virus akan menjadi alat utama dalam menggerakkan
yang tidak pernah berhenti dan pelaksanaan perekonomian melalui peningkatan konsumsi.
vaksinasi yang terkendala keterbatasan sarana 6. Realisasi belanja infrastruktur yang lambat,
dan kapasitas kesehatan, serta rendahnya baik itu yang bersumber dari APBN (DAK Fisik)
kepatuhan masyarakat. Oleh karena itu, maupun APBD, perlu dioptimalisasi dengan
pemerintah pusat dan daerah harus responsif percepatan karena kondisi infrastruktur yang
dalam menghadapi perubahan keadaan dengan tidak memadai akan menghambat
menyiapkan kebijakan secara cepat. produktivitas pemasaran hasil usaha
2. Upaya pemulihan dari pemerintah pusat dan masyarakat. Di sisi lain, adanya belanja
pemerintah daerah perlu diawali dengan infrastruktur yang padat karya akan dapat
penyelesaian masalah kesehatan baik itu mengurangi pengangguran dengan segera.
pencegahan perluasan, penanggulangan, 7. Pemerintah daerah di Papua Barat perlu
maupun pengobatan secara konsisten terlebih mengoptimalisasi anggaran belanja wajib
dahulu agar memberikan keyakinan, dan melalui pelaksanaan program yang efektif dan
harapan kepada masyarakat untuk tetap dapat efisien, serta memiliki sinergi dengan
menjalankan kesehariannya dengan berbagai pemerintah pusat berupa kegiatan pengadaan,
penyesuaian/adaptasi yang dilakukan. pembangunan dan pemeliharaan sarana
3. Sebagai komponen utama pemulihan ekonomi, prasarana pendidikan dan kesehatan yang
pengeluaran pemerintah di Papua Barat harus saling melengkapi dan tidak ada duplikasi,
lebih difokuskan ke daerah pedesaan dan serta lebih awal sehingga dapat selesai pada
remote area. Hal ini didasarkan fakta bahwa 90 satu tahun anggaran dan segera mengatasi
persen dari 219,07 ribu jiwa penduduk miskin segala keterbatasan.
di Papua Barat sebagian besar berada di daerah 8. Pemerintah daerah harus meningkatkan
pedesaan yang terpencil. Berbagai sektor yang kualitas belanja daerah (quality of spending)
mendapatkan stimulus pemulihan (non yang berorientasikan kepada hasil dan manfaat
bantuan sosial) sebagian besarnya tercurah ke yang dirasakan oleh publik. Caranya dengan
daerah perkotaan sehingga manfaatnya belum melakukan perencanaan anggaran yang baik
banyak dinikmati oleh penduduk pedesaan

Kajian Fiskal Regional 44


Triwulan III 2021
Provinsi Papua Barat
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI

dan tepat waktu, membuat prioritas belanja informasi untuk basis data dan pelayanan;
dan melaksanakannya dengan disiplin yang (2) membangun organisasi pemungutan
tinggi sesuai prinsip ekonomis, efektif dan pajak yang handal dan (3) menyusun
efisien. Untuk mendukung kualitas dari belanja Standar Operasional Prosedur (SOP)
daerah, pengeluaran pemeritah daerah juga pemungutan dan pelayanan;
harus dilakukan secara transparan dan e. Meningkatkan kapasitas sumber daya
akuntabel. manusia melalui: (1) pelaksanaan dan
9. Sebagai upaya peningkatan kesejahteraan penambahan jumlah diklat penilaian,
petani dan nelayan sebagai profesi dari penagihan dan pemeriksaan; (2)
sebagian besar tenaga kerja di Papua Barat, pelaksanaan kerjasama dengan pemerintah
pemerintah daerah perlu melakukan daerah lain yang sukses dalam pemungutan
pemerataan akses petani terhadap pupuk pajak daerah.
bersubsidi, bibit gratis, serta fasilitas 11. Berdasarkan kontribusi sektoral terhadap
pendukung pemasaran produk, misalnya cold perekonomian, diantara kebijakan dan strategi
storage untuk produk segar, gudang, tempat pemulihan serta pengembangan sektoral yang
pengolahan, dan lainnya. Pemerintah daerah dapat ditempuh pemerintah daerah di Papua
juga perlu meningkatkan ketersediaan lahan Barat diantaranya:
pertanian baru untuk mengatasi terbatasnya a. Apabila dalam proses pemulihan lebih
lahan pertanian pangan, sekaligus memberikan mengutamakan pertumbuhan ekonomi
kepastian status tanah puntuk pengembangan yang positif, sebaiknya pemerintah daerah
lahan pertanian (status tanah adat/tanah di Papua Barat lebih fokus untuk
ulayat). Pada sektor perikanan, pemerintah mendorong pertambangan dan pengalian,
daerah perlu memastikan ketersediaan BBM serta industri pengolahan migas
yang cukup dengan harga resmi yang dikarenakan besarnya kontribusi terhadap
ditetapkan pemerintah dan mudah diakses PDRB.
nelayan. b. Apabila sasaran utama dari proses
10. Berdasarkan perhitungan potensi pajak pemulihan adalah peningkatan pendapatan
daerah, diantara kebijakan dan strategi per kapita masyarakat, maka kebijakan
pemerintah daerah di Papua Barat untuk pemerintah daerah di Papua Barat
meningkatkan penerimaan pajak daerah yaitu: sebaiknya lebih fokus untuk mendorong
a. Meningkatkan basis data melalui: (1) sektor pertanian dan perikanan
pendataan ulang wajib pajak dan objek dikarenakan memiliki tenaga kerja
pajak, (2) peningkatan koordinasi internal terbanyak.
pemerintah daerah terutama kepada c. Apabila fokus pemulihan ekonomi regional
badan/dinas perizinan daerah dan (3) adalah peningkatan kesempatan kerja,
pemanfaatan data pihak ketiga seperti BPN maka kebijakan pemerintah daerah di
setempat untuk penerimaan PBB; Papua Barat sebaiknya lebih
b. Melakukan kerjasama dan koordinasi mengutamakan industri lainnya dan
dengan kantor pelayanan pajak dan kantor industri makanan-minuman karena
pelayanan kekayaan negara dan lelang memiliki multiplier effect yang besar dengan
setempat dalam penilaian dan penagihan menjadi pendorong bagi perkembangan
pajak daerah; usaha lainnya (penyedia bahan baku,
c. Melakukan koordinasi dengan aparat transportasi, jasa-jasa, konstruksi,
kepolisan, Kejaksaan, BPK dan BPKP perdagangan skala kecil).
setempat dalam pemeriksaan pajak daerah; 12. Pemerintah daerah perlu untuk lebih terlibat
d. Melakukan modernisasi sistem dan tata kola dalam program penanganan pandemi dan
dengan cara: (1) memanfaatkan teknologi pemulihan ekonomi sesuai dengan kapasitas

45 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan III 2021
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI

dan kemampuan keuangan, serta potensi yang


dimiliki. Hal ini karena kebijakan pemerintah
pusat yang lebih luas dan umum, harus
dibarengi dengan kebijakan pemerintah daerah
yang lebih khusus dan terarah.
13. Pemerintah daerah perlu mengoptimalisasi
pelaksanaan program pemulihan ekonomi
melalui: (1) peningkatan koordinasi dan
sinergi, baik itu antar pemerintah kabupaten/
kota, antara pemerintah kabupaten/kota dan
provinsi, maupun dengan pemerintah pusat;
(2) peningkatan kualitas, cakupan, dan sasaran
pelaksanaan program dengan menambah
tenaga kesehatan berbasis masyarakat di
lapangan; (3) pelaksanaan monitoring dan
evaluasi rutin baik itu dari tingkat kabupaten/
kota, pemerintah provinsi untuk menjaga
tingkat ketercapaian sasaran program,
dampaknya bagi masyarakat, serta tingkat
keberlanjutannya di masa depan.
14. Dengan dicanangkannya KEK Sorong sebagai
prioritas nasional untuk pembangunan
kawasan timur Indonesia. Pemerintah perlu
memberikan beragam fasilitas teknis dan
insentif di dalam KEK Sorong yang akan
menarik minat investor, baik dalam maupun
luar negeri untuk memajukan industri dan
membangun proses integrasi hulu-hilir.
15. Pemerintah perlu meningkatkan keterlibatan
Orang Asli Papua (OAP) dalam pelaksanaan
berbagai program untuk menciptakan
penerimaan masyarakat dan mencegah
timbulnya ancaman keamanan terhadap
pembangunan Selain itu, keterlibatan OAP
merupakan bagian dari pemberdayaan
masyarakat dalam rangka percepatan
pembangunan ekonomi, peningkatan
kesejahteraan dan kemajuan masyarakat di
Papua Barat.

Kajian Fiskal Regional 46


Triwulan III 2021
Provinsi Papua Barat
Halaman ini sengaja dikosongkan

Kajian Fiskal Regional


Triwulan III 2021
Provinsi Papua Barat
DAFTAR PUSTAKA

Arini dan Subekti, Sri. (2019). Canning Process Kartikasari, Vetty. (2021). Kajian Finansial
Lemuru Fish (Sardinella longiceps) in CV. Industri Pengalengan Ikan di Papua Barat.
Pasific Harvest, Banyuwangi, East Jawa. Journal of Industrial View Vol. 03 Ed 1, pp.
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 8 43-52.
Ed 2, pp. 56-65.
Khan, S. (2015). Impact of sources of finance on
Berry, A., Rodriguez, E., and Sandee, H. (2001). the growth of SMEs: evidence from Pakistan.
Small and Medium Enterprise Dynamics In Decision, Vol. 42 No. 1, pp. 3-10.
Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic
Studies, Volume 3, Issue 3, 2001, pp. 363- Krugman, P., & Wells R. (2011). Economics-
84. Second Edition. London: Worth Publishers.

Berry, A., Rodriguez, E., and Sandee, H. (2002). Mankiw, Gregory N. (2013). Macroeconomi-
Firm and Group Dynamics in the Small and eight edition. London: Worth Publisher.
Medium Enterprise Sector in Indonesia.
Small Business Economics, 18, pp. 141-61. Prud’homme, R. (1995). On the Dangers of
Decentralization. Research Observer. 10th,
Blanchard, Oliver. (2006). Macroeconomics– 201-220.
forth edition. New Jersey: Prentice Hall.
Ravallion, Martin. (1995). Growth and Poverty:
Bourletidis, K., & Triantafyllopoulos, Y. (2014). Evidence for Developing Countries in The
SMEs Survival in Time of Crisis: Strategies, 1990s. Economics Letters. Vol. 48 (June):
Tactics and Commercial Success Stories. 411-417.
Procedia - Social and Behavioral Sciences,
Vol. 148, pp. 639-644. Seyoum, B. (2009). Export-Import Theory,
Practices, and Procedures -Second Edition.
Cahya, Indry Nilam. (2010). Analisis Daya Saing New York: Routledge.
Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional.
Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Sudirman. (2013). Pengembangan Usaha
Bogor: IPB. Penangkapan Ikan Tuna di Kota Sorong
Papua Barat. Jurnal Airaka Vol. 02, pp. 11-
Chittithaworn, C., Islam, A., Keawchana, T. & 19.
Yusuf, D. H. (2011). Factors Affecting
Business Success of Small & Medium Sulaefi. (2011). Kinerja Bisnis Agroindustri
Enterprises (SMEs) in Thailand. Asian Social Pengolahan Ikan di Jawa Timur. JBTI Vol. II
Science, Vol. 7 No. 5, pp. 180-190. Ed 1, pp. 74-87.

Davey, K. 2003. Fiscal Decentralization (dikutip Todaro, Michael P. & Stephen C. Smith. (2003).
secara online pada 2 Agustus 2019 dari: Economic Development- Eigth Edition,
http://unpan1.un.org/intradoc/groups/pu London: Pearson Education Limited.
blic/documents/UNTC/UNPAN017650.pdf
Wengel, J., & Rodriguez, E. (2006). SME export
Funabashi, G. (2013). Small and Medium performance in Indonesia after the crisis.
Enterprises under the Global Economic Small Business Economics, Vol. 26 No. 1, pp.
Crisis: Evidence from Indonesia. Asian 25-37.
Institute of Management Working Paper
14-012. Wurarah, Rully N. dan Awom, Sarce B. (2020).
Analisis Pendapatan Regional Kawasan
Herawati, Ervika Rahayu Novita, dkk. (2020). Ekonomi Khusus Wilayah Papua Barat.
Feasibility Study and Chemical- Journal of Fiscal and Regional Economy
Microbiological Characteristics of Canned Studies (JFRES) Vol. 3 Ed 2, pp. 1-10.
Catfish. Jurnal Riset Teknologi Ind.ustri Vol.
14 Ed 2, pp. 156-166. Peraturan
UU No. 22 Tahun 1999 sebagaimana direvisi
Inanga, E. L. & Wusu, D. (2004). Financial menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Resource Base of Sub-national Governments Pemerintahan Daerah.
and Fiscal Decentralization in Ghana.
African Development Review 16 Ed 1, pp. UU No. 25 Tahun 1999 sebagaimana direvisi
72. menjadi UU No. 33 Tahun 2004 tentang

Kajian Fiskal Regional x


Triwulan III 2021
Provinsi Papua Barat
DAFTAR PUSTAKA

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah PMK Nomor 247/PMK.07/2015 tentang Tata


Pusat dan Pemerintah Daerah. Cara Pengalokasian, Penyaluran,
Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi
UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Dana Desa.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Peraturan Menteri Keuangan Nomor


Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran 112/PMK.07/2017 tentang Perubahan
Pendapatan Dan Belanja Negara. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 Transfer ke Daerah dan Dana Desa.
tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Permendes Nomor 4 Tahun 2017 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perubahan Atas Peraturan Menteri Desa
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Indonesia Nomor 22 Tahun
Perpres Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar 2016 tentang Penetapan Prioritas
Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Penggunaan Dana Desa Tahun 2017.
Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di
Bidang Penanaman Modal Peraturan Direktur Utama Pusat Investasi
Pemerintah Nomor PER-05/IP/2020
Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2020 tentang Tata Cara Pemberian Relaksasi
Tentang Perubahan Atas Peraturan Bagi Penerima Pembiayaan Ultra Mikro
Presiden Nomor 54 Tahun 2020 tentang Terdampak Pandemi Corona Virus Disease
Perubahan Postur dan Rincian Anggaran 2019 (Covid-19).
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2020.

xi Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2021


Provinsi Papua Barat
Triwulan III 2021
Keterangan
Aliran Kas Industri Pengalengan Ikan Tuna Skema Moderat (Rp)

Total Cash Inflow


Pra Operasi 1 2 3 4 5

Cash Inflow
669,753,751,296
1,004,630,626,944
Modal Sendiri
Kredit Bank
Pendapatan Penjualan 651,160,992,000 694,212,960,000 737,264,928,000 780,316,896,000 823,368,864,000

Total Cash Inflow 1,674,384,378,239 651,160,992,000 694,212,960,000 737,264,928,000 780,316,896,000 823,368,864,000


Cash Outflow
Fixed Investment
Venture Initiation Cost
272,167,727,078
2,625,000,000
Biaya Produksi – Depresiasi –
418,251,347,523 294,103,998,141 295,464,885,763 311,318,874,643 328,122,831,012
Amortisasi
Biaya Operasi 136,819,198,400 145,758,942,000 154,715,153,100 163,688,655,075 172,680,312,469
Biaya Bunga 90,416,756,425 81,375,080,782 72,333,405,140 63,291,729,407 54,250,053,855
Pajak -74,816,808,380 18,855,835,939 30,566,666,699 36,793,920,717 42,613,391,578

Total Cash Outflow 274,792,727,078 671,133,556,662 640,556,919,557 653,543,173,396 675,556,242,627 698,129,651,607


Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman 100,463,062,694 100,463,062,694 100,463,062,694 100,463,062,694 100,463,062,694

Net Cash Flow 1,399,591,651,162 -19,972,564,662 53,656,040,443 83,721,754,604 104,760,653,373 125,239,212,393


Saldo Awal Kas
Saldo Akhir Kas 1,399,591,651,162 1,379,619,086,499 1,433,275,126,942 1,516,996,881,547 1,621,757,534,920 1,746,996,747,313
0 1,399,591,651,162 1,379,619,086,499 1,433,275,126,942 1,516,996,881,547 1,621,757,534,920

Tahun
Keterangan
Pra Operasi 1 2 3 4 5
Fixed Investment
Venture Initiation Cost
-272,167,727,078

Provinsi Papua Barat


Kajian Fiskal Regional
LAMPIRAN

-2,625,000,000
Net Cashflow dari Operasi -19,972,564,662 53,656,040,443 83,721,754,604 104,760,653,373 125,239,212,393

xii
CASH FLOW -274,792,727,078 -19,972,564,662 53,656,040,443 83,721,754,604 104,760,653,373 125,239,212,393
Nilai sisa
Halaman ini sengaja dikosongkan

Kajian Fiskal Regional


Triwulan III 2021
Provinsi Papua Barat
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Provinsi Papua Barat
Gedung Keuangan Negara (GKN) Manokwari
Komplek Perkantoran Pemerintahan Provinsi Papua Barat
Jl. Brigjen Marinir (Purn) Abraham O. Atururi, Kelurahan Anday, Arfai, Kab. Manokwari
Telepon (0986) 214122 - Faksimili (0986) 214124
e-mail: kanwildjpbn.papuabarat@gmail.com
website: djpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/papuabarat

Anda mungkin juga menyukai