FISKAL
REGIONAL
TRIWULAN I
2021
Kata
Segala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang
Pengantar
Maha Esa atas karunia dan limpahan rahmat-Nya,
kami dapat menyusun Kajian Fiskal Regional (KFR)
Provinsi Papua Barat Triwulan I Tahun 2021.
Penyusunan KFR yang merupakan bagian dari tugas
pokok dan fungsi Kantor Wilayah Ditjen
Perbendaharaan (Treasury Regional Office) ini,
setidaknya melibatkan Development Economics
sebagai field study yang digunakan dalam
merekonstruksi metodologi sebagai pendekatan
akademik dalam melakukan kajian kebijakan
ekonomi pembangunan suatu region.
analysis, qualitative analysis dan mixed method berharap semoga kajian ini dapat memberikan
antara keduanya. Dalam prakteknya, untuk manfaat kepada semua pihak serta dapat menjadi
merancang (to devise) pembangunan ekonomi, tambahan pengetahuan dan wawasan bagi
development economics mempertimbangkan faktor pembaca semuanya.
sosial, budaya, legal, dan politik.
Manokwari, 10 Mei 2021
Kajian Fiskal Regional (Regional Fiscal Analysis) ini Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
merupakan studi perkembangan ekonomi Perbendaharaan Provinsi Papua Barat
pembangunan dari sudut pandang kebijakan fiskal
untuk wilayah Provinsi Papua Barat. Variabel
utama yang digunakan untuk melakukan analisis
pembangunan adalah dengan melakukan studi
deskriptif kuantitatif atas data penerimaan dan Moch. Ali Hanafiah
pengeluaran negara. Dalam studi ini outlooks
pembangunan dalam satu triwulan dengan
memperhatikan indikator-indikator pertumbuhan
ekonomi (consumption, investment, government
expenditure, net export) dan dampak yang timbul,
seperti indeks pembangunan manusia (human
development index), pemerataan pendapatan
(income equality), penanggulangan kemiskinan
(poverty alleviation), pengurangan pengangguran
(unemployment reduction) dan lain-lain.
Tabel 1.1 Inflasi Bulanan (mtm) Papua Barat Tabel 3.1 Pagu dan Realisasi APBD Seluruh
Menurut Kelompok Pengeluaran s.d Pemda Papua Barat s.d Triwulan I
Triwulan I 2021 (persen) ........................ 3 2020 dan Triwulan I 2021
(miliar Rupiah)...........................................12
Tabel 1.2 Nilai Tukar Petani (mtm) Papua Barat
Menurut Subsektor s.d Triwulan I Tabel 3.2 Prognosis Realisasi APBD Seluruh
2021 (persen) ............................................... 4 Pemerintah Daerah Papua Barat
s.d Triwulan IV Tahun 2021 .................16
Tabel 2.1 Pagu dan Realisasi APBN Papua Barat
s.d Triwulan I 2020 dan Triwulan I Tabel 4.1 Pagu dan Realisasi Pendapatan dan
2021 (miliar Rupiah) ................................. 6 Belanja Konsolidasian Papua Barat
s.d Triwulan I 2021
Tabel 2.2 Penyaluran KUR di Papua Barat per (miliar Rupiah).......................................... 17
Skema s.d Triwulan I 2021 ................... 10
Tabel 4.2 Kontribusi Belanja Pemerintah
Tabel 2.3 Penyaluran KUR di Papua Barat per Terhadap Perekonomian Papua Barat
Sektor s.d Triwulan I 2021 ................... 10 s.d Triwulan I 2021 ..................................19
Tabel 2.4 Penyaluran KUR di Papua Barat per Tabel 5.1 Perkembangan Realisasi Nilai
Penyalur s.d Triwulan I 2021 .............. 11 Investasi di Provinsi Papua Barat
Tahun 2018-2020 .....................................20
Tabel 2.5 Prognosis Realisasi APBN Papua
Barat s.d Triwulan IV 2021 .................. 11 Tabel 5.2 Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro
(UMi) Papua Barat per Lembaga
Penyalur s.d. Triwulan I 2021 .............23
Grafik 1.1 Kontribusi Komponen Pembentuk Grafik 3.1 Target dan Realisasi PAD Seluruh
PDRB Papua Barat Sisi Permintaan Pemda Papua Barat s.d Triwulan I
Triwulan I 2021 (persen) ........................ 1 2020 dan Triwulan I 2021 (miliar
Rupiah) ..........................................................13
Grafik 1.2 Perkembangan Pertumbuhan
Ekonomi Papua Barat dan Nasional Grafik 3.2 Total Pagu dan Realisasi per Jenis PAD
s.d. Triwulan I Tahun 2021 Seluruh Pemda Papua Barat s.d
(yoy, persen) .................................................. 2 Triwulan I 2021 (miliar Rupiah,
persen)...........................................................13
Grafik 1.3 Perkembangan Nilai Ekspor - Impor
Papua Barat s.d Triwulan I 2021 Grafik 3.3 Realisasi Pajak Daerah per Pemda
(US$ Juta) ........................................................ 3 di Papua Barat s.d Triwulan I 2021
(miliar Rupiah)...........................................13
Grafik 1.4 Perkembangan Gini Ratio Papua Barat
dan Nasional Tahun 2016 - 2021 ......... 5 Grafik 3.4 Realisasi Retribusi Daerah per Pemda
di Papua Barat s.d Triwulan I 2021
Grafik 1.5 Perkembangan Jumlah dan Tingkat (miliar Rupiah)...........................................14
Pengangguran Terbuka Papua Barat
Tahun 2016 – 2021 (jiwa, persen) ...... 5 Grafik 3.5 Realisasi Lain-Lain PAD yang Sah
per Pemda di Papua Barat s.d
Grafik 2.1 Penerimaan Pajak per Kab/Kota di Triwulan I 2021 (miliar Rupiah)........14
Papua Barat s.d Triwulan I 2021
(miliar Rupiah) ............................................ 7 Grafik 3.6 Komposisi Komponen Pendapatan
Transfer Pemerintah Daerah di
Grafik 2.2 Target dan Realisasi per Jenis Papua Barat Tahun 2021 (persen)....14
Pajak di Papua Barat s.d Triwulan I
Tahun 2021 (miliar Rupiah) ................... 8 Grafik 3.7 Realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah
yang Sah per Pemda di Papua Barat
Grafik 2.3 Komposisi Pagu Belanja Pemerintah s.d Triwulan I 2021 (juta Rupiah) .....15
Pusat di Papua Barat Tahun 2021
(persen) ........................................................... 8 Grafik 3.8 Komposisi Belanja Pemerintah
Daerah di Papua Barat Tahun 2021
Grafik 2.4 Pagu dan Realisasi Belanja (persen) .........................................................15
Pemerintah Pusat di Papua Barat
s.d Triwulan I Tahun 2021 Grafik 3.9 Pagu dan Realisasi per Jenis Belanja
(miliar Rupiah) ............................................. 9 Seluruh Pemda di Papua Barat s.d
Triwulan I 2021 (miliar Rupiah,
Grafik 2.5 Komposisi Alokasi TKDD Papua Barat persen)...........................................................15
Tahun 2021 (persen) ................................. 9
Grafik 4.1 Realisasi Belanja Konsolidasian
Grafik 2.6 Pagu dan Realisasi TKDD Papua Papua Barat per Jenis s.d Triwulan
Barat s.d Triwulan I Tahun 2021 I 2021 (miliar Rupiah, persen)............18
(miliar Rupiah) ............................................. 9
Grafik 5.1 Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro
Grafik 2.7 Jumlah Penyaluran KUR per Kab/Kota (UMi) Papua Barat s.d. Triwulan I
di Papua Barat s.d Triwulan I 2021 2021 (jiwa, Rupiah) .................................22
(miliar Rupiah) ............................................. 9
Grafik 5.2 Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro Grafik 5.5 Pagu dan Realisasi DAK Fisik Papua
(UMi) Papua Barat per Daerah s.d. Barat per Bidang s.d Triwulan I 2021
Triwulan I 2021 (jiwa, Rupiah) .......... 23 (miliar Rupiah)...........................................24
Grafik 5.3 Perkembangan Dana Desa Papua Grafik 5.6 Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik
Barat Tahun 2016 - 2021 Papua Barat per Kategori s.d Triwulan
(triliun Rupiah).......................................... 24 I 2021 (miliar Rupiah) ............................25
#DJPbKawalAPBN
BAB Perkembangan
I Ekonomi Regional
0,78 21,53 T
INFLASI PDRB
0,376 6,18
GINI RATIO PENGANGGURAN
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL
K
ondisi perekonomian dunia pada menjadi stimulus dalam pemulihan ekonomi yang
triwulan I 2021 penuh dengan optimisme berkelanjutan. Meski demikian, usaha tersebut
seiring tren penurunan rata-rata kasus masih membutuhkan waktu yang lebih panjang
positif dan kematian harian akibat Covid- karena pada periode triwulan I 2021, kinerja
19, disertai dengan perkembangan vaksinasi yang perekonomian nasional masih tertahan pada level –
cepat. Perekonomian di berbagai negara dan 0,74 persen (yoy). Sementara itu, pada kinerja
perdagangan internasional diperkirakan akan perekonomian Papua Barat terjadi hal yang
mengalami pemulihan dengan dukungan rencana sebaliknya, atau mengalami pertumbuhan positif
vaksinasi yang dilakukan secara luas dan bertahap. sebesar 1,47 persen (yoy) dibandingkan periode
Kelancaran vaksinasi termasuk terjadinya yang sama di tahun sebelumnya.
distribusi vaksin yang adil antar negara menjadi
kunci penting dari pemulihan global yang solid dan A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
berkelanjutan. Di Indonesia, vaksin yang telah tiba (PDRB)
sejak akhir tahun 2020 dan mulai didistribusikan
melalui sebuah gerakan nasional, direspon dengan Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product)
euforia oleh masyarakat. Hingga akhirnya terjadi merupakan nilai pasar dari semua barang dan jasa
peningkatan permintaan dan kenaikan produksi, yang dihasilkan dalam suatu perekonomian selama
serta kembali bergeliatnya transaksi jual beli periode waktu tertentu. Nilai Produk Domestik
dengan penerapan protokol kesehatan di segala Bruto (PDB) sering dijadikan ukuran terbaik untuk
situasi. mengukur kinerja perekonomian (Mankiw, 2013).
Keberadaan vaksin memberi harapan bahwa Terdapat tiga cara untuk menghitung PDB. Pertama,
pandemi akan segera usai, akan tetapi vaksin dengan menjumlahkan nilai akhir produk dan jasa
bukanlah obat yang dapat menghilangkan Covid-19, yang dihasilkan perusahaan. Kedua, dengan
dan hanya sebagai upaya memperkecil dampak menjumlahkan pengeluaran aggregat, yaitu jumlah
buruk virus bagi tubuh. Perubahan (mutasi) virus dari pengeluaran konsumen, pengeluaran investasi,
yang cepat dan beragam, tidak dapat diikuti oleh pembelian pemerintah untuk barang dan jasa, serta
perkembangan vaksin. Oleh karena itu, ekspor dikurangi impor (net export). Ketiga, dengan
kewaspadaan masih sangat dibutuhkan agar menjumlahkan seluruh pendapatan faktor produksi
positivity rate Covid-19 tidak mengalami lonjakan yang diterima rumah tangga dari perusahaan
yang besar. Kondisi ini membuat pemerintah tetap (Krugman & Wells, 2011).
konsisten dalam menjalankan kebijakan
Untuk mengukur PDB, dapat dihitung berdasarkan
pembatasan meskipun dalam skala yang lebih kecil.
harga berlaku (PDB Nominal) dan harga konstan
Perlahan namun pasti, program vaksinasi,
(PDB Riil). Pengukuran PDB harga berlaku
pembatasan skala kecil dan penerapan protokol
digunakan untuk melihat struktur perekonomian,
kesehatan dalam rangka pencegahan penyebaran
Grafik 1.1
Covid-19 berdampak pada kembali terbukanya Kontribusi Komponen Pembentuk PDRB Papua Barat Sisi
Permintaan Triwulan I 2021 (persen)
ekonomi yang mendorong kenaikan produksi
Impor Konsumsi RT + LNPRT
sehingga meningkatkan prospek permintaan 1.3% 16.5%
sementara itu PDB harga konstan digunakan untuk pandemi, sedangkan sektor pertambangan
mengukur kinerja atau pertumbuhan ekonomi penggalian mencatatkan pertumbuhan yang
suatu daerah. Selanjutnya PDB pada suatu region/ tertahan sebesar 4,58 persen. Kondisi pada kedua
wilayah tertentu disebut dengan Produk Domestik sektor tersebut disebabkan oleh bergeliatnya
Regional Bruto (Gross Domestic Regional Bruto). transaksi perdagangan dengan dorongan konsumsi
pemerintah, serta kembali tumbuhnya
A.1 Nilai PDRB
perekonomian Tiongkok sehingga mendorong
Pada triwulan I 2021 PDRB Papua Barat tercatat
kenaikan permintaan komoditas. Sementara itu,
Rp21.534,03 miliar. Dari nilai tersebut, postur
sektor lainnya mencatatkan pertumbuhan positif
perekonomian Provinsi Papua Barat didominasi
dengan kenaikan tertinggi dialami sektor jasa
oleh dua sektor lapangan usaha utama yaitu
kesehatan sebesar 15,54 persen akibat syarat
industri pengolahan dengan kontribusi sebesar
mobilitas manusia yang mewajibkan tes Covid-19
26,38 persen dan pertambangan penggalian
dan usaha dalam menjaga kondisi tubuh agar tidak
sebesar 18,41 persen yang mengandalkan raw
tertular virus, serta pengobatan pasien Covid-19
material resource berupa pengeboran dan
mendorong masyarakat untuk lebih banyak
pengilangan gas alam. Papua Barat memiliki
memanfaatkan layanan kesehatan.
cadangan gas alam terbesar yang konsisten
diekspor ke berbagai negara, khususnya Tiongkok.
B. NERACA PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Adapun dari sisi pengeluaran, kontribusi terbesar
PDRB Papua Barat Triwulan I 2021 berasal dari
ekspor sebesar 33,16 persen, serta konsumsi Perdagangan internasional merupakan pertukaran
pemerintah sebesar 28,58 persen, dan diikuti oleh barang dan jasa lintas batas negara (international
PMTB sebesar 18,99 persen. border). Dengan adanya perdagangan internasional,
memungkinkan terjadinya efisiensi yang timbul
A.2 Pertumbuhan PDRB
dari kompetisi antar produsen dalam menjual
Pertumbuhan PDRB Papua Barat pada triwulan I
produk dengan harga yang terendah (competitive
2021 mengalami penambahan pada level 1,47
price) dalam suatu proses permintaan dan
persen (yoy). Pada periode yang sama tahun
penawaran (supply and demand) atau dalam suatu
sebelumnya atau sebelum terjadinya pandemi
mekanisme pasar/ market mechanism (Seyoum,
Covid-19, Papua Barat mencatatkan pertumbuhan
2009).
sebesar 5,29 persen. Sebagai dua sektor dengan
kontribusi tertinggi terhadap PDRB, industri Komponen perdagangan internasional terdiri dari
pengolahan mencatatkan pertumbuhan yang tinggi ekspor dan impor. Ekspor merupakan nilai barang
sebesar 10,12 persen meski masih berada di masa dan jasa yang dijual ke luar negeri, sedangkan
impor merupakan nilai barang dan jasa yang
Grafik 1.2
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Papua Barat dan
disediakan untuk dalam negeri. Selisih keduanya
Nasional s.d. Triwulan I 2021 (yoy, persen) merupakan net ekspor atau biasa disebut juga
8.27 sebagai neraca perdagangan internasional.
8
alam yang berkontribusi 97,4 persen dari inflasi makanan yang bergejolak (volatile food
keseluruhan nilai ekspor. inflation) dan inflasi harga yang diatur
(administered price inflation).
Selama kurun waktu 3 bulan terakhir ekspor Papua
Barat meningkat 4,12 persen dibandingkan periode Laju inflasi Papua Barat pada triwulan I 2021 relatif
yang sama tahun 2020 disebabkan oleh terkendali meski dalam masa pandemi yang
peningkatan permintaan gas alam dari Tiongkok berpengaruh terhadap turunnya pendapatan
yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi masyarakat. Pada bulan Januari, inflasi tercatat
yang tinggi (18,3 persen) selepas pandemi. Adapun pada level 0.20 persen (mtm), dipengaruhi
komoditas ekspor lainnya berupa perhiasan/ komponen bahan makanan yang mengalami inflasi
permata, kayu, barang dari kayu, garam, belerang, cukup besar (2,44 persen). Faktor periode liburan
kapur (semen), ikan, udang, daging, ikan olahan, awal tahun berdampak pada naiknya konsumsi,
sabun dan preparat pembersih hanya menyumbang sedangkan curah hujan yang cukup tinggi membuat
2,6 persen dari total ekspor sehingga tidak produktivitas hasil pertanian turun dan pasokan
memberikan banyak pengaruh. komoditas menjadi berkurang. Sebaliknya, laju
Grafik 1.3 inflasi inti relatif terkendali dan menjadi
Perkembangan Nilai Ekspor - Impor Papua Barat
s.d Triwulan I 2021 (US$ Juta) penyeimbang seiring kelompok sandang, makanan
120 225 jadi, pendidikan yang mengalami deflasi. Pada
197.11
194.33
komponen administered price seperti transportasi
156.61 146.49 mengalami penurunan karena pandemi yang masih
80 131.07 132.82 150
120.37
123.65
130.28
berlangsung membatasi pergerakan antar wilayah.
Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum Sandang -0.25 1.04 0.45
(Mankiw, 2013). Jika kenaikan harga barang hanya Kesehatan -0.06 0.00 0.15
berasal dari satu atau dua barang saja, maka tidak
Pendidikan, Rekreasi dan Olah
dapat disebut sebagai inflasi, kecuali bila kenaikan Raga
1.06 -0.005 -0.79
itu meluas dan menyebabkan kenaikan harga Transpor dan Komunikasi dan
-5.73 -3.16 0.30
Jasa Keuangan
barang lainnya. Secara umum, inflasi digolongkan
ke dalam tiga jenis yaitu: inflasi inti (core inflation), Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)
Demikian halnya dengan transportasi yang dengan NTP>100. Selama kurun waktu 3 bulan
tertahan pada tingkat -3,16 di masa pandemi. terakhir, NTP bulan Januari memiliki nilai teritinggi
(102,12) dibandingkan bulan-bulan berikutnya
Kemudian pada bulan Maret, laju perubahan harga
(100,9 dan 100,99).
di Papua Barat kembali naik menjadi 0,78 persen
(mtm). Pada bulan ini, semua komponen baik itu Berdasarkan subsektor, komoditas tanaman
core, volatile food, maupun administered price pangan, holtikultura, perkebunan dan peternakan
mengalami kenaikan secara merata. Kenaikan konsisten memiliki rata-rata nilai tukar yang
terbesar berada pada komponen bahan makanan surplus (>100) sepanjang triwulan I 2021.
seperti telur, ikan, daging ayam, daging sapi dan Sementara itu, subsektor perikanan, pembudidaya
sayur-sayuran yang menjadi penyumbang utama ikan, dan nelayan menjadi subsektor dengan nilai
pergerakan inflasi (1,93 persen) seiring permintaan tukar yang defisit (<100) pada periode yang sama.
yang naik akibat mobilitas yang kembali longgar, Perbedaan nilai yang signifikan pada dua kelompok
kasus Covid-19 yang menurun dan program subsektor ini terjadi karena harga hasil ikan
vaksinasi yang telah berjalan memberikan harapan (budidaya dan tangkap) yang rendah akibat stok
terbentuknya herd immunity terhadap Covid-19. melimpah karena mudah dikembangkan dan
ditangkap oleh masyarakat, mengingat wilayah
D. NILAI TUKAR PETANI perairan Papua Barat yang luas dan kaya ikan.
E. INDIKATOR KESEJAHTERAAN
Nilai tukar petani (NTP) adalah salah satu indikator
untuk melihat tingkat kemampuan/ daya beli
petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya E.1 Tingkat Kemiskinan
tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan Sebagaimana terjadi pada sebagian daerah,
barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk Provinsi Papua Barat dihadapkan pada masalah
biaya produksi. Sepanjang triwulan I 2021, NTP kemiskinan yang cukup pelik. Tingkat kemiskinan
(bulanan) di Provinsi Papua Barat menunjukkan Provinsi Papua Barat sangat tinggi, hingga
adanya pengaruh Covid-19 dengan tercatat lebih menduduki peringkat kedua secara nasional setelah
rendah dibandingkan periode yang sama tahun Provinsi Papua. Berdasarkan data terakhir BPS,
sebelumya meskipun masih mengalami surplus pada bulan September 2020 tingkat kemiskinan
Provinsi Papua Barat mencapai 21,70 persen, lebih
Tabel 1.2 besar dari Maret 2020 (21.37 persen) dan
Nilai Tukar Petani (mtm) Papua Barat Menurut Subsektor
s.d Triwulan I 2021 (persen) September 2019 (21,51 persen), meskipun masih
lebih kecil dari bulan Maret 2019 yang mencapai
Subsektor Jan Feb Mar
22,17 persen.
NTP 102.12 100.90 100.99 Keadaan tersebut menunjukan bahwa upaya
penurunan tingkat kemiskinan yang telah
Tanaman Pangan (NTPP) 103.61 103.29 102.90
menunjukkan keberhasilan dengan tren menurun
Holtikultura (NTPH) 103.52 100.62 100.81 dari tahun 2017 hingga awal tahun 2020,
Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami tekanan dengan terjadinya pandemi.
103.41 106.09 106.07
(NTPR)
Selama pandemi, penduduk miskin telah
Peternakan (NTPT) 104.98 104.12 104.88 bertambah ±6600 jiwa disebabkan oleh
tertahannya perekonomian sehingga menambah
Perikanan (NTNP) 94.13 93.15 93.02
beban sehari-hari masyarakat. Pembatasan sosial
Pembudidaya Ikan (NTPi) 98.11 98.54 98.49 yang dilakukan membuat mata pencaharian
masyarakat di sektor informal terganggu. Adanya
Nelayan (NTN) 93.94 92.89 92.76
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah) membuat jumlah masyarakat miskin bertambah.
#DJPbKawalAPBN
BAB Perkembangan
II dan Analisis APBN
446,4 M 83,3 M
PNBP
PAJAK
1,44 T
BELANJA
PEMERINTAH PUSAT
2,12 T
TRANSFER KE DAERAH
& DANA DESA
A
nggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tiongkok yang pesat dan tampak sejak akhir tahun
(APBN) menggambarkan kondisi 2020 mendorong kenaikan permintaan terhadap
keuangan pemerintah yang berkaitan komoditas internasional seperti minyak dan gas
dengan sumber-sumber pendapatan dan alokasi bumi sehingga dapat mempengaruhi target
belanja pemerintah untuk satu periode tahun pendapatan negara.
anggaran yang ditetapkan dalam Undang-Undang.
Sementara itu, dari aspek belanja negara terdapat
Sebagai gambaran implementasi APBN sampai
penurunan alokasi tahun 2021 sebesar -3,33 persen
dengan triwulan I 2021 di Provinsi Papua Barat,
dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari
dapat dijelaskan dengan membandingkannya
Rp26.954,67 miliar menjadi Rp26.056,37 miliar.
dengan pagu dan realisasi APBN pada periode yang
Meski demikian, dalam komponen belanja negara
sama tahun sebelumnya
tersebut hanya Transfer ke Daerah dan Dana Desa
Terlepas dari keberadaan pandemi dan kondisi (TKDD) yang mengalami penurunan signifikan
perekonomian yang belum pulih, target pendapatan sebesar -14,53 persen, sedangkan belanja
negara di Papua Barat tahun 2021 ditetapkan lebih pemerintah pusat meningkat 26,95 persen
besar 3,57 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dibandingkan tahun 2020.
yaitu dari Rp 2.654,10 miliar menjadi Rp2.748,75
Adanya penurunan alokasi belanja TKDD dari
miliar. Kenaikan target tersebut didasarkan pada
sebelumnya Rp19.676,52 miliar menjadi
asumsi bahwa kondisi perekonomian pada tahun
Rp16.816,77 diharapkan dapat memberi motivasi
2021 akan perlahan pulih seiring berjalannya
pemerintah daerah dalam menciptakan creative
program vaksinasi dan transaksi perdagangan yang
financing seperti pinjaman daerah atau kerja sama
mulai terbuka dan bergeliat kembali. Selain itu,
antar daerah, untuk mewujudkan pencapaian target
pemulihan ekonomi negara-negara maju seperti
pembangunan di masa
Tabel 2.1 pandemi sebagaimana
Pagu dan Realisasi APBN Papua Barat
s.d Triwulan I 2020 dan Triwulan I 2021 (miliar Rp) termuat dalam RPJMD dan
Triwulan I 2020 Triwulan I 2021 Growth
RKPD.
Uraian Realisasi
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % %
Sementara itu, pada alokasi
A. PENDAPATAN NEGARA 2,654.10 527.22 19.86 2,748.75 529.72 19.27 0.47
I. PENERIMAAN
belanja pemerintah pusat
2,654.10 527.22 19.86 2,748.75 529.72 19.27 0.47
DALAM NEGERI yang dilaksanakan dalam
1. Penerimaan Pajak 2,416.77 453.90 18.78 2,492.23 446.42 17.91 -1.65
bentuk belanja K/L oleh
2. PNBP 237.33 73.32 30.89 256.52 83.30 32.47 11.95
II. HIBAH - - - - - - - satuan kerja mengalami
B. BELANJA NEGARA 26,954.67 3,632.13 13.47 26,056.37 3,555.13 13.64 -2.12 peningkatan (26,95
I. BELANJA
PEMERINTAH PUSAT
7,278.14 847.28 11.64 9,239.60 1,435.09 15.53 69.38 persen) dari sebelumnya
1. Belanja Pegawai 2,131.06 381.69 17.91 2,389.14 415.74 17.40 8.92 Rp7.278,14 miliar menjadi
2. Belanja Barang 2,947.68 298.22 10.12 2,556.88 350.69 13.72 17.59
Rp9.239,6 miliar. Besarnya
3. Belanja Modal 2,181.68 165.32 7.58 4,272.79 666.47 15.60 303.14
4. Belanja Bantuan alokasi pada belanja
5.11 2.01 39.34 4.95 2.16 43.71 7.70
Sosial tersebut merupakan
5. Belanja Lain-lain 12.60 0.05 0.40 15.84 0.03 0.17 -46.78
II. TRANSFER KE konsekuensi pembiayaan
19,676.53 2,784.85 14.15 16,816.77 2,120.04 12.61 -23.87
DAERAH DANA DESA
pemulihan ekonomi yang
1. Transfer ke Daerah 18,134.54 2,659.98 14.67 15,265.27 2,052.19 13.44 -22.85
a. Perimbangan 13,866.48 2,659.98 19.18 10,983.49 2,052.19 18.68 -22.85
masih berlangsung.
1) DBH 4,133.01 565.93 13.69 905.06 476.90 52.69 -15.73
Pada rincian alokasi
2) DAU 7,571.53 1,945.35 25.69 7,727.23 1,412.41 18.28 -27.40
3) DAK 2,161.93 148.69 6.88 2,351.20 162.88 6.93 9.54
belanja pemerintah pusat
b. DID dan Otsus 4,268.07 - 4,281.78 - - - tahun 2021, besaran
2. Dana Desa 1,541.98 124.87 8.10 1,551.50 67.85 4.37 -45.66 belanja pegawai dan
C. SURPLUS (DEFISIT) -24,018.71 -3,104.90 12.93 -23,307.62 -3,025.41 12.98 -2.56
belanja modal mengalami
D. PEMBIAYAAN - - - - - -
kenaikan. Adanya kenaikan
Sumber: OM SPAN, KPP Pratama Manokwari dan KPP Pratama Sorong (data diolah)
jumlah PNS tahun 2021
berakibat pada kenaikan pagu belanja pegawai. atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan
Selain itu, penambahan penerima THR PNS tahun Bangunan (PBB), dan Pajak Lainnya.
2021 yang meliputi keseluruhan ASN, atau tidak
Grafik 2.1
seperti tahun sebelumnya ikut andil menambah Penerimaan Pajak per Kab/Kota di Papua Barat
pagu belanja pegawai. Pagu belanja pegawai naik s.d Triwulan I 2021 (miliar Rp)
140.00 132.46
12,11 persen yaitu dari Rp2.131,06 miliar menjadi 125.57
Rp2.389,14 miliar.
105.00
Sementara itu, terjadi peningkatan cukup signifikan 74.60
pada pagu belanja modal dari Rp2.181,68 miliar 70.00
menjadi Rp4.272,79 miliar pada tahun 2021 atau
32.29
naik 95,85 persen. Hal ini disebabkan oleh peran 35.00 25.94
15.89
9.58 7.64 7.59
belanja modal sebagai salah satu instrumen utama 4.13 3.35 3.16 2.58
Kota Sorong
Manokwari
Tl Bintuni
Sorong
Fak Fak
Kaimana
Raja Ampat
Tl Wondama
Sorsel
Maybrat
Tambrauw
Mansel
Peg Arfak
menambah perolehan aset produktif, serta
mendorong investasi untuk menyokong
pertumbuhan ekonomi nasional. Belanja modal di Sumber: KPP Manokwari dan KPP Sorong (data diolah)
Papua Barat digunakan untuk melanjutkan
Total penerimaan perpajakan di Papua Barat
pembangunan dan penyelesaian proyek-proyek
sampai dengan triwulan I 2021 berjumlah
infrastruktur seperti jalan trans papua, jalan lintas
Rp446,42 miliar. Pada periode ini, daerah yang
perbatasan, dan jaringan air pipa-sanitasi.
memiliki penerimaan pajak terbesar yaitu Kota
Selanjutnya, dengan membandingkan antara Sorong, Kab. Manokwari dan Kab. Teluk Bintuni
realisasi pendapatan dan belanja sampai dengan berturut-turut sebesar Rp132,46 miliar; Rp125,57
triwulan I 2021, dapat disimpulkan bahwa terdapat miliar dan Rp74,6 miliar. Sebagai pusat
defisit anggaran sebesar –Rp3.025,41 miliar. perekonomian di Papua Barat, Kota Sorong dan
Selama kurun waktu 3 bulan terakhir, penerimaan Kab. Manokwari merupakan daerah paling maju
dalam negeri yang mencapai Rp529,72 miliar sehingga memiliki banyak potensi dan penerimaan
(19,27 persen dari pagu), jauh lebih kecil dari pajak dari kedua daerah tersebut. Adapun Kab.
belanja yang telah dilaksanakan. Namun demikian, Teluk Bintuni merupakan salah satu daerah
besaran realisasi tersebut relatif lebih baik (tumbuh penghasil gas alam terbesar dalam skala nasional
0,47 persen) dibandingkan periode yang sama dan menjadi komoditas utama ekspor Papua Barat.
tahun 2020 sebesar Rp527,22 miliar atau ketika
Sementara itu, daerah-daerah lain di Papua Barat
pandemi belum dimulai. Sementara itu, realisasi
sampai dengan triwulan I 2021 memiliki
belanja negara pada periode ini mencapai
penerimaan pajak relatif kecil. Penerimaan pajak
Rp3.555,13 miliar (13,64 persen dari pagu) dengan
terendah yaitu Kab. Pegunungan Arfak dan Kab.
kinerja yang lebih rendah (turun -2,12 persen)
Manokwari Selatan dan Kab. Tambraw, masing-
dibandingkan periode yang sama tahun
masing sebesar Rp2,58 miliar, Rp3,16 miliar, dan
sebelumnya sebesar Rp3.632,13 miliar.
Rp3,35 miliar. Kab. Pegunungan Arfak sebagai
wilayah pemekaran baru, belum mempunyai
A. PENDAPATAN NEGARA
sumber pajak potensial di daerahnya dan masih
banyak bergantung pada Kab. Manokwari sebagai
A.1 Penerimaan Perpajakan daerah terdekat dalam perdagangan, sehingga
Penerimaan perpajakan di Papua Barat hanya sebagian besar penerimaan pajak berasal dari
berasal dari penerimaan pajak dalam negeri yang pengeluaran pemerintah. Adapun Kab. Manokwari
terdiri atas penerimaan Pajak Penghasilan (PPh), Selatan dan Kab. Tambraw memiliki jumlah badan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan usaha yang kecil dan juga penduduk yang relatif
sedikit, serta merupakan daerah yang relatif
realisasi tertinggi (43,7 persen) telah terserap dan khusus di masa pandemi diperuntukkan juga
sebesar Rp2,16 miliar yang diperuntukkan bagi bagi dukungan program vaksinasi dan pemberian
masyarakat dalam bentuk iuran jaminan kesehatan, insentif tenaga kesehatan.
kartu indonesia pintar, program keluarga harapan, Grafik 2.6
Pagu dan Realisasi TKDD Papua Barat s.d. Triwulan I 2021
dan Bantuan Sosial Tunai (BST). (miliar Rupiah)
9,000 60%
Grafik 2.4 7,727.2 52.7%
Pagu dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat
di Papua Barat s.d. Triwulan I 2021 (miliar Rupiah)
5,000 60% 6,000
4,272.8
43.7% 4,090.3 30%
4,000
40% 18.3% 2,351.2
3,000 3,000
2,556.9
2,389.1 1,551.5
1,412.4 6.9%
905.1 4.4%
2,000 476.9 162.9
17.4% 0.0 0.0% 67.9
13.7% 15.6% 20%
0 0%
1,000 666.5 Dana Alokasi Dana Bagi Dana Alokasi Dana Otsus Dana Desa
415.7 350.7 0.2%
Umum Hasil Khusus
5.0 2.2 15.8 0.0
0 0% Pagu Realisasi Realisasi (%)
Belanja Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bansos Belanja Lain-
Pegawai lain Sumber: OM SPAN (data diolah)
Pagu Realisasi %
Sumber: OM SPAN (data diolah) Sampai dengan triwulan I 2021, realisasi TKDD di
Papua Barat mencapai Rp2.120,04 miliar atau 12,61
B.2 Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) persen dari total alokasi. Besaran realisasi tertinggi
Total alokasi TKDD yang diperuntukkan bagi dicapai oleh DAU dan DBH masing-masing
seluruh pemerintah daerah di Papua Barat mencapai Rp1.412,41 miliar (18,28 persen dari
mengalami penurunan sebesar -14,53 persen yaitu pagu DAU) dan Rp476,9 miliar (52,69 persen dari
dari Rp19.676,53 miliar di tahun sebelumnya pagu DBH). Adapun Dana Otonomi Khusus dan
menjadi Rp16.816,77 miliar pada tahun 2021. Dari Dana Insentif Daerah masih belum memiliki
keseluruhan pagu, Dana Alokasi Umum (DAU), DAK, realisasi selama 3 bulan terakhir, disebabkan oleh
Dana Otsus, dan Dana Desa mengalami sifat pengelolaan keuangan pemerintah daerah di
pertumbuhan, sedangkan Dana Bagi Hasil dan DID Provinsi Papua Barat yang akan memanfaatkan
mengalami penurunan. Alokasi terbesar TKDD Dana Otsus pada triwulan II tahun anggaran
terdapat pada DAU sebesar Rp7.727,23 miliar atau berkenaan setelah penetapan peraturan Gubernur.
tumbuh 2,06 persen dibanding tahun 2020.
B.3 Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Komposisi terbesar dari alokasi TKDD adalah DAU
Sampai dengan triwulan I 2021 jumlah penyaluran
(40,3 persen) yang sebagian besar digunakan untuk
KUR di Papua Barat mencapai Rp193,96 miliar yang
membiayai pelaksanaan tata kelola pemerintahan,
Grafik 2.7
Grafik 2.5 Jumlah Penyaluran KUR per Kab / Kota di Papua Barat
Komposisi Alokasi TKDD Papua Barat Tahun 2021 (persen) s.d Triwulan I 2021 (miliar Rupiah)
55.61
1,500 56.32 60.00
Dana Desa
1,320
7.4% Dana Alokasi
Umum 40.3% 1,200 1,129
Dana Otsus
21.9% 40.00
900
20.19
600 477
13.24 14.82
9.54 20.00
353 344 7.94 10.35
282
300 166 3.19 2.05
168
112 58 0.21 0.50
Dana Alokasi 6 1
Khusus 13.9% - 0.00
Kota Sorong
Manokwari
Sorong
Fakfak
Tl Bintuni
Sorsel
Raja Ampat
Kaimana
Tl Wondama
Tambrauw
Maybrat
Mansel
diberikan kepada 4.416 debitur. Daerah dengan Kecil sebesar Rp73,29 miliar dengan jumlah debitur
jumlah debitur KUR terbesar yaitu Kota Sorong sebanyak 308 nasabah. Sementara KUR Supermi
sebanyak 1.320 orang penerima dengan total telah tersalurkan sebesar Rp6,49 miliar kepada 775
penyaluran Rp55,61 milar. Selanjutnya, daerah debitur.
dengan jumlah penyaluran terbesar adalah Kab.
Jika dilihat per sektor, perdagangan merupakan
Manokwari sebesar Rp56,32 miliar yang diberikan
sektor yang memiliki jumlah penyaluran KUR
kepada 1.129 debitur. Besarnya jumlah debitur dan
terbesar. Sampai dengan triwulan I 2021,
penyaluran pada kedua wilayah tersebut
penyalurannya sebesar Rp103,2 miliar dengan
mengindikasikan bahwa persebaran penerima KUR
jumlah debitur sebanyak 2.204 nasabah. Kemudian
di Papua Barat tidak merata dengan sebagian besar
diikuti sektor jasa kemasyarakatan, sosial budaya,
berada di daerah yang kondisi perekonomiannya
hiburan dan perorangan lainnya sebesar Rp21,76
relatif lebih maju.
miliar dengan jumlah debitur sebanyak 540
Sesuai Peraturan Menteri Koordinator (Permenko) nasabah. Melihat kondisi tersebut, perlu perluasan
Bidang Perekonomian Nomor 8 Tahun 2019 jangkauan ke sektor lainnya yang lebih produktif
sebagaimana telah diubah dengan Permenko seperti sektor perikanan dan industri pengolahan.
Bidang Perekonomian Nomor 15 Tahun 2020, KUR Hal ini dikarenakan perluasan kepada sektor
terbagi menjadi 5(lima) jenis yaitu KUR Mikro, KUR produktif lebih menggerakkan roda perekonomian
Kecil, KUR TKI, KUR Khusus dan KUR Super Mikro. Papua Barat.
KUR Mikro diberikan kepada debitur paling banyak Tabel 2.3
Penyaluran KUR di Papua Barat per Sektor s.d Triwulan I 2021
Rp50 juta dengan jangka waktu kredit untuk modal
kerja paling lama 3 tahun atau investasi paling lama Sektor Debitur
Penyaluran Outstanding
(miliar Rp) (miliar Rp)
5 tahun. KUR Kecil diberikan dengan besaran antara Perdagangan Besar dan
2,204 103.20 86.38
Rp50 juta–Rp500 juta dan jangka waktu kredit Eceran
Jasa Kemasyarakatan, Sosial
untuk modal kerja paling lama 4 tahun atau Budaya, Hiburan dan 540 21.76 17.65
Perorangan Lainnya
investasi paling lama 5 tahun. Adapun KUR TKI Pertanian, Perburuan dan
508 19.05 17.66
diberikan kepada debitur paling banyak Rp25 juta Kehutanan
Transportasi, Pergudangan
dengan jangka waktu kredit paling lama sama 271 8.98 7.98
dan Komunikasi
Penyediaan Akomodasi dan
dengan masa kontrak kerja dan tidak melebihi Penyediaan Makan Minum
267 15.30 11.82
jangka waktu paling lama 3 tahun. Sedangkan KUR Industri Pengolahan 250 11.70 9.87
Supermi diberikan paling banyak Rp10 juta dengan
Perikanan 244 7.85 6.74
jangka waktu kredit untuk modal kerja paling lama
Real Estate, Usaha
3 tahun atau investasi paling lama 5 tahun. Persewaan, dan Jasa 91 3.83 3.61
Perusahaan
Jika dilihat per skema penyaluran, sampai dengan Jasa Kesehatan dan Kegiatan
34 1.64 1.55
Sosial
triwulan 1 2021 jumlah penyaluran KUR tertinggi di
Konstruksi 6 0.64 0.39
Papua Barat yaitu KUR Mikro sebesar Rp114,18
Jasa Pendidikan 1 0.01 0.01
miliar dengan jumlah debitur sebanyak 3.333
nasabah. Sementara itu untuk penyaluran KUR Jumlah 4,416 193.96 163.66
Tabel 2.2 Sumber: Sistem Informasi Kredit Program – SIKP (data diolah)
Penyaluran KUR di Papua Barat per Skema s.d Triwulan I 2021
Jika dilihat dari lembaga penyalur, terdapat lima
Penyaluran Outstanding
Skema Debitur
(miliar Rp) (miliar Rp) bank penyalur KUR di Papua Barat yaitu BRI,
Mikro 3,333 114.18 102.16
Mandiri, BNI, BRI Syariah dan BPD Papua. BRI
Supermi 775 6.49 5.89
merupakan bank penyalur KUR terbesar baik dari
Kecil 308 73.29 55.60
sisi jumlah debitur maupun besaran
Jumlah 4,416 193.96 163.66
penyalurannya. Sampai dengan triwulan I 2021,
dana KUR yang telah disalurkan oleh BRI sebesar
Sumber: Sistem Informasi Kredit Program – SIKP (data diolah)
Rp135,06 miliar dengan jumlah debitur mencapai
Perekonomian global belum akan pulih secara Berdasarkan tren dua tahun terakhir (2018 - 2020)
menyeluruh seiring kebijakan penanggulangan dan ditambah dengan upaya pemulihan
pandemi yang masih diterapkan dan hanya perekonomian yang terdampak pandemi secara
beberapa negara yang perekonomiannya konsisten, serta faktor-faktor yang mempengaruhi
mampu tumbuh akibat keberhasilannya dalam pencapaian realisasi APBN di Papua Barat, dapat
penanggulangan pandemi; diperkirakan realisasi pendapatan APBN dapat
Risiko resesi ekonomi dunia yang masih mencapai Rp2.707,52 miliar (98,5 persen)
mengancam sepanjang tahun 2021 dan belum sedangkan belanja APBN mampu mencapai
akan pulih seperti sediakala selama program Rp24.883,83 (95,5 persen). Sehingga pada akhir
vaksinasi belum merata dan belum mampu tahun 2021, realisasi APBN lingkup Provinsi Papua
mencegah gelombang pandemi menyerang Barat diperkirakan terjadi defisit sebesar
kembali; -Rp22.176,31 miliar.
#DJPbKawalAPBN
BAB Perkembangan
III dan Analisis APBD
0,85 M
LAIN-LAIN PENDAPATAN
YANG SAH
BARANG 87,9 M
1,43%
617,31 M
MODAL 0,66 M 0,01%
BELANJA
BANTUAN 0,001%
KEUANGAN0,07 M
BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBD
P
embangunan daerah membutuhkan tetap dapat mewujudkan pencapaian target
pendanaan besar yang bersumber dari pembangunan di masa pandemi. Di sisi lain, terjadi
semua penerimaan yang mampu kenaikan cukup signifikan sebesar 22,26 persen
diperoleh oleh daerah. Sumber penerimaan daerah pada target Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
untuk saat ini lebih didominasi oleh penerimaan menunjukkan besarnya upaya pemerintah daerah
dana transfer dari pemerintah pusat, sehingga di Papua Barat untuk mandiri. Sementara itu, pada
menunjukkan bahwa keberlangsungan pagu belanja APBD yang ditetapkan sebesar
pembangunan suatu daerah masih bergantung Rp27.311,47 miliar, hampir semua jenis belanja
pada pemerintah pusat. Semua pengeluaran untuk mengalami penurunan kecuali belanja pegawai dan
pembangunan daerah dan sumber dana yang belanja bunga. Penyebabnya, antara lain adalah
diperlukan tertuang dalam dokumen Anggaran turunnya alokasi dana perimbangan mendorong
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sebagai adanya penyesuaian pada semua jenis belanja,
sebuah rencana keuangan tahunan pemerintah sedangkan rencana penambahan jumlah PNS, dan
daerah, APBD merupakan instrumen kebijakan pembayaran THR-Gaji 13 membuat perhitungan
fiskal dalam upaya meningkatkan
Tabel 3.1
pelayanan umum dan kesejahteraan Pagu dan Realisasi APBD Seluruh Pemda Papua Barat
s.d Triwulan I 2020 dan Triwulan I 2021 (miliar Rupiah)
masyarakat. Dalam merencanakan
sumber pendapatan dan alokasi Triwulan I 2020 Triwulan I 2021
URAIAN
belanja, pemerintah daerah melihat Pagu Realisasi Pagu Realisasi
kebutuhan riil masyarakat berdasarkan PENDAPATAN 24,954.61 2,148.86 19,515.94 2,016.98
potensi daerah dengan berorientasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1,102.72 155.56 1,348.23 409.18
Pajak Daerah 537.11 107.31 730.94 148.97
pada kepentingan/ skala prioritas
Retribusi Daerah 124.39 4.37 145.73 55.34
pembangunan. Selain itu, APBD Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
49.08 - 52.01 1.31
merupakan salah satu pendorong (key yang Dipisahkan
leverage) bagi pertumbuhan ekonomi Lain-lain PAD yang Sah 392.14 43.88 419.55 203.56
Pendapatan Transfer 22,000.07 1,954.38 17,320.07 1,606.95
daerah untuk mewujudkan masyarakat
Dana Bagi Hasil (DBH) 3,361.88 474.92 905.06 369.04
yang sejahtera, mandiri, dan Dana Alokasi Umum (DAU) 7,680.16 1,410.08 7,727.23 1,185.12
berkeadilan, terlebih di masa pandemi Dana Alokasi Khusus (DAK) 2,258.06 69.38 2,351.20 40.08
yang mempengaruhi pendapatan Dana Desa 695.43 - 1,551.50 12.71
21,79 persen, demikian halnya dengan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah 1,851.82 38.92 847.64 0.85
Pendapatan Hibah 147.97 - 144.98 -
pagu belanja sebesar -7,54 persen. Dari
Pendapatan Lainnya 1,703.85 38.92 702.66 0.85
pendapatan APBD Papua Barat tahun
BELANJA DAN TRANSFER 29,538.01 1,461.14 27,311.47 617.31
2021 yang ditargetkan sebesar Belanja Pegawai 5,824.18 591.72 6,421.00 465.67
Rp19.515,94 miliar, pendapatan Belanja Bunga 69.9 14.89 78.71 18.01
ekonomi yang dilaksanakan terpusat Transfer Bantuan Keuangan 7,096.24 9.15 6,058.19 0.07
SURPLUS (DEFISIT) -4,583.40 687.71 -7,795.53 1,399.68
oleh pemerintah pusat. Sedangkan
PEMBIAYAAN 4,558.23 154.31 659.29 2,918.19
pemerintah daerah diharapkan mampu SiLPA (SiKPA) -25.17 842.02 -7,136.25 4,317.86
menciptakan creative financing agar Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)
Triwulan I 2021
Kajian Fiskal Regional 12
Provinsi Papua Barat
BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBD
pembayaran gaji mengalami kenaikan. Di samping daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
itu, terdapat kewajiban pembayaran bunga atas dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.
pinjaman pemerintah provinsi dan beberapa Grafik 3.2
pemerintah kabupaten/kota. Total Pagu dan Realisasi per Jenis PAD Seluruh Pemda Papua
Barat s.d Triwulan I 2021 (miliar Rp, persen)
10,34 persen dari target. Sementara itu, realisasi 900.00 730.94 24%
belanja hanya sebesar 2,26 persen dari alokasi atau 20.38% 18%
600.00
409.18
Rp617,31 miliar. Rendahnya realisasi belanja 12%
300.00 148.97 145.73
disebabkan karena terlambatnya pelaksanaan 55.34 52.01
2.52% 6%
1.31
berbagai kegiatan dan proyek, menunggu 0.00 0%
Pajak Daerah Retribusi Kekayaan Lain-lain PAD
dikeluarkannya SK penunjukkan dan petunjuk Daerah Daerah yang Sah
teknisnya. Dipisahkan
Pagu Realisasi %
Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)
A. PENDAPATAN DAERAH
Target PAD seluruh pemerintah daerah Papua
Barat tahun 2021 sebesar Rp1.348,22 miliar atau
Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
naik 22.26 persen dari tahun 2020. Sampai dengan
Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun
triwulan I 2021, realisasi PAD seluruh pemerintah
2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
daerah di Papua Barat sebesar Rp409,19 miliar atau
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,
30,35 persen dari target. Realisasi masing-masing
pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang
komponen PAD yaitu pajak daerah mencapai 20,38
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih
persen, retribusi daerah 37,97 persen, hasil
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 2,52
Pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli
persen, sedangkan lain-lain PAD yang sah mencapai
Daerah (PAD), Pendapatan Transfer dan Lain-Lain
48,52 persen. Tingkat realisasi PAD yang lebih
Pendapatan Daerah yang Sah.
tinggi (tumbuh 163,04 persen) dibandingkan
A.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) periode yang sama tahun sebelumnya terjadi
PAD merupakan pendapatan yang diperoleh seiring kembali longgarnya mobilitas dan kembali
daerah yang dipungut berdasarkan peraturan bergeliatnya aktivitas ekonomi masyarakat sebagai
daerah sesuai dengan peraturan perundang- sumber PAD
undangan. Besaran PAD dalam postur APBD
A.1.1 Pajak Daerah
merupakan indikator kemandirian daerah.
Sampai dengan triwulan I 2021, total realisasi
Komponen PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi
penerimaan pajak daerah seluruh pemerintah
Grafik 3.1 Grafik 3.3
Target dan Realisasi PAD Seluruh Pemda Papua Barat s.d Realisasi Pajak Daerah per Pemda di Papua Barat
Triwulan I 2020 dan Triwulan I 2021 (miliar Rp) s.d Triwulan I 2021 (miliar Rupiah)
140.00 125.92
105.00
409.18
2021
1,348.23
70.00
35.00
155.56
2020 8.54 8.47 3.73
1.36 0.57 0.26 0.10 0.01 0.01 0.00 - - -
1,102.72
0.00
Peg. Arfak
Kota Sorong
Sorong
Raja Ampat
Provinsi
Tambrauw
Fakfak
Manokwari
Kaimana
Sorsel
Maybrat
Mansel
Tl Wondama
Tl Bintuni
daerah Papua Barat tercatat sebesar Rp148,97 Rp168,06 miliar, sebagian besar berasal dari lain-
miliar. Pemerintah daerah yang memiliki realisasi lain PAD yang sah lainnya dan pendapatan jasa giro.
penerimaan pajak daerah terbesar yaitu Grafik 3.5
Realisasi Lain-Lain PAD yang Sah per Pemda di Papua Barat
Pemerintah Provinsi Papua Barat mencapai s.d Triwulan I 2021 (miliar Rupiah)
Rp125,92 miliar dengan penyumbang terbesar
Provinsi 168.06
berasal dari penerimaan pajak kendaraan Sorong 14.28
bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor, dan Kaimana 7.97
pajak air permukaan. Kota Sorong 5.49
Maybrat 2.03
A.1.2 Retribusi Daerah Sorsel 1.92
Total realisasi penerimaan retribusi daerah seluruh Raja Ampat 1.91
Triwulan I 2021
Kajian Fiskal Regional 14
Provinsi Papua Barat
BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBD
Manokwari
Tambrauw
Sorsel
Maybrat
Kota Sorong
Provinsi
Fakfak
Tl Bintuni
Raja Ampat
Peg. Arfak
Mansel
Sorong
6,000
6.00%
5,000
4,000
Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah) 4.00%
3.00% 2.79%
3,000
B. BELANJA DAERAH 1.43% 1,871.25
2,000
2.00%
0.01%
1,000
465.67 0.66 360.64
87.90 10.81 52.20
Total pagu belanja daerah tahun 2021 seluruh
- 0.00%
pemerintah daerah di Papua Barat mencapai Belanja Belanja Belanja Belanja Belanja
Barang Pegawai Modal Bansos Lainnya
Rp27.311,47 miliar. Berdasarkan jenisnya, belanja
Pagu Realisasi %
daerah dengan porsi terbesar yaitu belanja modal
Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)
dengan kontribusi sebesar 30,4 persen dan belanja
pegawai sebesar 30,2 persen. Sementara itu, porsi C. PROGNOSIS REALISASI APBD SAMPAI
belanja barang mencapai 28,9 persen. DENGAN AKHIR TAHUN 2021
Sampai dengan triwulan I 2021, total realisasi
belanja daerah di Papua Barat relatif masih rendah Sampai dengan akhir tahun 2021, diperkirakan
yaitu sebesar Rp617,31 miliar atau hanya 2,26 terdapat beberapa faktor utama yang
persen dari total pagu. Untuk realisasi belanja
terhadap resesi membuat pemerintah Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)
pusat akan melakukan penyesuaian
Dengan melihat tren realisasi pendapatan dari
APBN pada kondisi tertentu sehingga akan
tahun 2017 hingga 2020 yang berkisar antara 90–
berdampak pada perubahan besaran dana
105 persen, maka perkiraan realisasi pendapatan
TKDD yang berpengaruh pada APBD secara
daerah seluruh pemerintah daerah di Papua Barat
keseluruhan;
sampai dengan akhir tahun 2021 akan mampu
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) relatif
mencapai 95 persen atau Rp18.540,14 miliar.
rendah dari target yang ditetapkan karena
Sementara itu, dengan cara yang sama berdasarkan
tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap
realisasi belanja tahun 2017 sampai 2020 yang
sumber daya alam (raw material), sedangkan
berkisar antara 80 - 90 persen, maka perkiraan
pasar komoditi internasional belum
realisasi belanja daerah sampai akhir tahun 2021
sepenuhnya pulih, dan masih banyaknya
mencapai Rp24.580,32 miliar atau 90 persen.
negara tujuan ekspor yang menghadapi
Sehingga pada akhir tahun 2021, realisasi APBD
gelombang lanjutan pandemi;
lingkup Provinsi Papua Barat diperkirakan terjadi
Pelaksanaan APBD dalam rangka pemulihan
defisit anggaran sebesar -Rp6.040,18 miliar.
perekonomian Papua Barat diperkirakan
berjalan lambat karena masih adanya
permasalahan rutin dalam pengelolaan
keuangan yaitu, keterbatasan kapasitas SDM
pengelola keuangan, seringnya keterlambatan
penetapan SK penunjukan/ penggantian
pejabat perbendaharaan, keterbatasan jumlah
SDM sebagai panitia pengadaan barang dan
jasa, serta keterbatasan pejabat pengadaan
yang bersertifikat;
Keterlambatan pelaksanaan pengadaan dan
kegiatan akibat kebijakan penanggulangan
pandemi yang diterapkan akan berpengaruh
terhadap capaian kinerja RKPD dan RPJMD
Triwulan I 2021
Kajian Fiskal Regional 16
Provinsi Papua Barat
Perkembangan
BAB Anggaran
IV Konsolidasian
#DJPbKawalAPBN
Perkembangan
BAB Anggaran
IV Konsolidasian
PENERIMAAN
PENDAPATAN 2,45 T
PERPAJAKAN 595,4 M
PENDAPATAN
BUKAN PAJAK 344,4 M
TRANSFER 1,51 T
PENGELUARAN
BELANJA
2,11 T
BELANJA
PEMERINTAH 2,05 T
TRANSFER 55,21 M
SURPLUS
347,21 M
BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS ANGGARAN KONSOLIDASIAN
A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH pelaporan yang sama, dan telah dilakukan eliminasi
KONSOLIDASIAN atas akun-akun resiprokal (berelasi).
miliar menjadi Rp595,39 miliar. Perlambatan konsolidasian Papua Barat sebesar Rp2.052,33
tersebut disebabkan karena pendapatan PPN dalam miliar atau 5,77 persen dari pagu. Dari nilai
negeri dan pajak penghasilan yang menurun. tersebut, realisasi belanja pemerintah dan transfer
Sementara itu, pada realisasi pendapatan bukan masing-masing mencapai Rp2.052,33 miliar (6,73
pajak konsolidasian terjadi sebaliknya dengan persen) dan Rp55,21 miliar (0,91 persen).
peningkatan mencapai 206,81 persen dari
Jika dilihat per jenis belanja, sampai dengan
Rp112,24 miliar menjadi Rp344,37 miliar
triwulan I 2021, tingkat realisasi belanja
disebabkan bertambahnya realisasi pendapatan
konsolidasian tertinggi yaitu belanja pegawai dan
jasa pelayanan kebandarudaraan dan jasa
belanja bantuan sosial masing-masing mencapai
pelayanan kepelabuhanan.
7,25 persen dan 3,0 persen. Sementara itu realisasi
B.3 Analisis Kontribusi Pendapatan belanja modal konsolidasian terlihat belum
Pemerintah Terhadap Perekonomian optimal yang baru mencapai 0,01 persen, sehingga
Daerah diperlukan akselerasi untuk merealisasikan
Pada periode triwulan I tahun 2021, PDRB Papua belanja tersebut sampai dengan berakhirnya tahun
Barat sebesar Rp21.534,03 miliar dengan anggaran. Adapun belanja barang dan belanja lain-
pertumbuhan ekonomi sebesar 1,47 persen (yoy). lain masing-masing sebesar 1,43 persen dan 2,79
Sementara itu pada periode yang sama, terjadi persen.
pertumbuhan realisasi pendapatan konsolidasian Grafik 4.1
Realisasi Belanja Konsolidasian Papua Barat per Jenis
sebesar 58,71 persen. Berdasarkan perbedaan s.d Triwulan I 2021 (miliar Rupiah, persen)
antara angka pertumbuhan ekonomi dan kenaikan
7,000.00 6,454.90 20%
pendapatan yaitu sebesar 57,24 persen [ 58,71 – 6,421.00 6,145.49
Y ∆Y Y2 Output, Y
(Sumber: Mankiw, 2013)
Y = C + I + G + (X – M)
#DJPbKawalAPBN
BAB Isu / Berita
V Regional Terpilih
Investasi di
Masa Pandemi
KEK Sorong
Kepulauan
Raja Ampat
REALISASI PEMBIAYAAN
DANA DESA ULTRA MIKRO
67,85 M (UMi)
DESA
467
96,6 JT 12
DEBITUR
A.2 Investasi Sektor Industri besar di Provinsi Papua Barat adalah pariwisata
Selain potensi alam berupa kandungan minyak dan yang terhitung memilki angka pengganda tenaga
gas, mineral logam (tembaga, emas, mangan, kerja dan derajat kepekaan yang besar. Wilayah
aluminium, nikel, cobalt, corum dan besi), serta utama pariwisata Papua Barat yang telah dikenal
mineral industri dan golongan C (bahan konstruksi, masyarakat adalah Kepulauan Raja Ampat, sebagai
batu gamping, marmer, asbes, dan gypsum) yang rumah bagi 75% spesies koral yang ada di dunia dan
berlimpah dan menjadi objek utama investasi 1.500 spesies ikan termasuk beragam jenis hiu,
sektor pertambangan, Provinsi Papua Barat tercatat serta memiki nilai ekonomi yang tinggi. Realitas
juga memiliki potensi investasi lainnya. Salah wilayah tersebut memberikan konsekuensi pada
satunya adalah industri pengolahan (non migas) besarnya potensi sebagai aset pengembangan,
yang berada di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) khususnya pariwisata kepualauan dan bahari
Sorong. berbasis ekosistem (ecotourism).
KEK Sorong dikelola oleh PT. Malamoi Olom Wobok Peluang investasi yang bisa diwujudkan di
(MOW) KEK Sorong dengan kepemilikan saham Kepualauan Raja Ampat terletak pada luasnya area
Pemerintah Kabupaten Sorong. Di dalam KEK yang dapat dibangun menjadi berbagai fasilitas
Sorong telah tersedia listrik yang berasal dari pendukung pariwisata seperti hotel (9 Ha), vila
PLTMG dengan kapasitas 100 MW dengan sumber (42,2 Ha), komplek olahraga (3 Ha) dan area
jaringan pipa gas serta didukung 2 unit gardu listrik komersial (1,8 Ha). Berdasarkan proyeksi BKPM,
dan 5 BTS Telepon. Selain itu, pada areal KEK nilai NPV akan positif, sedangkan IRR dapat
Sorong juga tersedia fasilitas Jetty untuk angkutan mencapai ± 50 persen atau lebih tinggi dari discount
kapal curah kering serta sebuah dermaga Kapal Ro- rate, sehingga investasi menjadi layak untuk
ro. Fasilitas pendukung lainnya adalah Pelabuhan dijalankan.
Arar seluas 4 Ha dan memiliki dermaga beton
Selain pembangunan fasilitas, potensi investasi lain
sepanjang 100m yang berlokasi di kawasan KEK
adalah produk jasa pariwisata, misalnya, Live on
Sorong atau berjarak < 50 km dari pelabuhan utama
Board (LoB) yang dilakukan di atas kapal pinisi
Sorong.
tradisional atau kapal safari modern. LoB adalah
Industri yang dimungkinkan untuk dibangun dan bentuk produk yang menawarkan kesempatan
beroperasi di dalam KEK Sorong misalnya, industri kepada wisatawan untuk tinggal di kapal dan
pengalengan ikan tuna dan cakalang. Menurut memberikan berbagai pengalaman dan
perkiraan BKPM, dengan biaya produksi pada petualangan dalam paket lengkap. Hampir seluruh
industri ini yang diperkirakan tumbuh 5,1 persen komponen pariwisata yaitu Attractions, Activities,
per tahun akan didapatkan internal rate of return Accommodations, Amenities, dan Accessibilities (5A)
(IRR) sebesar 27,58 persen dan payback period 7 dapat terpenuhi oleh paket wisata perjalanan sesuai
tahun. Melalui sistem produksi pengalengan tuna dengan jarak jelajah kapal. Menurut BKPM, investai
yang bersifat make to order, utilitas pabrik akan dalam bentuk ini diproyeksikan dapat memberikan
beroperasi selama 300 hari dalam setahun dan IRR sebesar 12,68 persen dan payback period 9
tidak selalu berproduksi 100 persen, namun tahun.
demikian industri ini dapat menyerap tenaga kerja
minimal sebanyak 149 orang. Adanya industri B. PEMBIAYAAN ULTRA MIKRO (UMI) BAGI
pengalengan ikan yang memiliki angka pengganda UMKM DI KALA PANDEMI
output besar akan mendorong pertumbuhan sektor
usaha lain seperti pabrik tepung tulang ikan, pabrik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
pakan ternak, pabrik terasi, industri kaleng serta memiliki peranan yang penting dalam
industri garam. perekonomian. Perannya menjadi vital karena
mampu bertahan dari guncangan ekonomi (Wengel
A.3 Investasi Sektor Pariwisata
and Rodriguez, 2006, dan Funabashi, 2013).
Setelah sektor industri, sektor lain dengan potensi
Ditambah lagi, UMKM lebih mampu bertahan dari
krisis dibandingkan perusahaan besar dan mampu berkontribusi 30 persen terhadap PDRB
merespon lebih cepat/fleksibel terhadap Papua Barat, serta menopang pertumbuhan
perubahan yang terjadi di luar (Berry et al., 2001). ekonomi dengan menggerakkan konsumsi rumah
tangga. Di sisi lain, selain pandemi yang membuat
Berry et al. (2002) mengemukakan bahwa UMKM
jalan UMKM untuk berkembang semakin berat,
dapat menciptakan lapangan pekerjaan sehingga
diperparah dengan permasalahan fundamental
mampu mengurangi tingkat pengangguran. Data
yang dimiliki oleh UMKM yaitu keterbatasan
Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun 2020
sumber daya keuangan.
menunjukan bahwa jumlah UMKM di Indonesia
sebanyak 64,19 juta. Dari jumlah tersebut, UMKM Selain adanya upaya untuk mencegah terjadinya
mampu menyerap 116,67 juta tenaga kerja dan pemburukan ekonomi lebih dalam dengan
memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar Rp memberikan berbagai stimulus, pemerintah juga
8.573,63 triliun atau setara 60% dari total PDB. berusaha membuat UMKM tidak hanya dapat
bertahan namun mampu konsisten tumbuh dengan
Jika berkaca pada krisis moneter yang pernah
menghilangkan hambatan keuangan. Peran
terjadi sebelumnya, ketika perusahaan-perusahaan
tersebut dijalankan dengan menyediakan
besar banyak yang tumbang, sebaliknya UMKM
aksesibiltas modal. Akses pembiayaan yang lebih
tampil sebagai penyelamat dan penopang
luas menyasar calon nasabah potensial yang tidak
perekonomian. Ketangguhan UMKM menjadi modal
memenuhi studi kelayakan perbankan dengan
utama, membawa perekonomian selamat dari krisis
menyediakan modal hingga Rp20 juta melalui
dengan perlahan menggerakkan ekonomi akar
program Pembiayaan Ultra Mikro (UMi).
rumput dan menjaga daya beli masyarakat. Namun,
kini kondisinya jauh berbeda kala pandemi Covid- Grafik 5.1
Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) Papua Barat
19 melanda. s.d Triwulan I 2021 (juta Rupiah, jiwa)
6,000.00 1,200
Pangsa pasar yang dimiliki UMKM di Papua Barat 5,050.47
jasa. Produsen umumnya memproduksi aneka Penyaluran Debitur Sumber: SIKP UMi (data diolah)
Fakfak
Sorsel
Manokwari
Kaimana
Tl Wondama
Maybrat
Tl Bintuni
Kota Sorong
Tambraw
Raja Ampat
Covid-19. 195.28
200.00 176.34 176.22
2021. Jika pada tahun 2016 dana desa yang 50.00 25.07
14.89
10.96 8.60 8.32
disalurkan sebesar Rp1,07 triliun, maka pada tahun 0.00
2020 nilainya mengalami peningkatan lebih dari
Manokwari
Sorong
Fakfak
Sorsel
Raja Ampat
Tl Bintuni
Tl Wondama
Kaimana
Tambraw
Maybrat
Peg. Arfak
Mansel
tiga kali lipat (246,7 persen) menjadi sebesar
Rp1,54 triliun. Kemudian pada tahun 2021 kembali Pagu Realisasi
mengalami sedikit peningkatan (0,62 persen) Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data
yang terbagi atas Rp1.390,38 miliar pagu DAK Fisik, sedangkan Tunjangan Khusus dan Profesi Guru PNS
dan Rp919,45 miliar pagu DAK Non Fisik. sebesar Rp48,57 miliar. Keduanya menjadi kategori
dengan realisasi terbesar. Dari keseluruhan
Pada DAK Fisik, tidak seperti tahun sebelumnya
kategori DAK Non Fisik, hanya Bantuan Operasional
yang menempatkan pembangunan jalan sebagai
Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini yang
bidang dengan alokasi tertinggi, bidang kesehatan
belum terserap. Hal ini terjadi karena prosedur
dan KB menjadi bidang DAK Fisik dengan alokasi
pencairan kategori tersebut yang diperuntukkan
terbesar tahun 2021 sebesar Rp346,62 miliar
bagi operasional PAUD dilaksanakan dalam 2 tahap
(24,96 persen). Pada bidang tersebut, termasuk
yaitu di bulan Mei-Juni (tahap 1) dan bulan
didalamnya adalah upaya penanganan dan
September-Oktober (tahap 2) tahun anggaran
pencegahan perluasan Covid-19. Terbesar kedua
berjalan sehingga pada triwulan I 2021 belum
adalah bidang pendidikan dengan alokasi sebesar
terdapat realisasi.
Rp338,68 miliar (24,36 persen). Sementara bidang
lingkungan hidup dan kehutanan, menjadi
kelompok bidang pada DAK Fisik yang memiliki
alokasi anggaran terendah sebesar Rp1,2 miliar
atau 0,09 persen dari total DAK Fisik. Sampai
dengan triwulan I 2021, DAK Fisik tercatat belum
memiliki realisasi pada semua bidang.
Grafik 5.6
Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik Papua Barat
per Kategori s.d Triwulan I 2021 (miliar Rupiah)
Berry, A., Rodriguez, E., and Sandee, H. (2001). Ravallion, Martin. (1995). Growth and Poverty:
Small and Medium Enterprise Dynamics In Evidence for Developing Countries in The
Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic 1990s. Economics Letters. Vol. 48 (June):
Studies, Volume 3, Issue 3, 2001 . pp. 363- 411-417.
84.
Seyoum, B. (2009). Export-Import Theory,
Berry, A., Rodriguez, E., and Sandee, H. (2002). Practices, and Procedures -Second Edition.
Firm and Group Dynamics in the Small and New York: Routledge.
Medium Enterprise Sector in Indonesia.
Small Business Economics, 18. Pp. 141-61. Todaro, Michael P. & Stephen C. Smith. (2003).
Economic Development- Eigth Edition,
Blanchard, Oliver. (2006). Macroeconomics– London: Pearson Education Limited.
forth edition. New Jersey: Prentice Hall.
Wengel, J., & Rodriguez, E. (2006). SME export
Bourletidis, K., & Triantafyllopoulos, Y. (2014). performance in Indonesia after the crisis.
SMEs Survival in Time of Crisis: Strategies, Small Business Economics, Vol. 26 No. 1, pp.
Tactics and Commercial Success Stories. 25-37.
Procedia - Social and Behavioral Sciences,
Vol. 148, pp. 639-644. Peraturan
UU No. 22 Tahun 1999 sebagaimana direvisi
Chittithaworn, C., Islam, A., Keawchana, T. & menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Yusuf, D. H. (2011). Factors Affecting Pemerintahan Daerah.
Business Success of Small & Medium
Enterprises (SMEs) in Thailand. Asian Social UU No. 25 Tahun 1999 sebagaimana direvisi
Science, Vol. 7 No. 5, pp. 180-190. menjadi UU No. 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Davey, K. 2003. Fiscal Decentralization (dikutip Pusat dan Pemerintah Daerah.
secara online pada 2 Agustus 2019 dari:
http://unpan1.un.org/intradoc/groups/pu UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
blic/documents/UNTC/UNPAN017650.pdf
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014
Funabashi, G. (2013). Small and Medium Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran
Enterprises under the Global Economic Pendapatan Dan Belanja Negara.
Crisis: Evidence from Indonesia. Asian
Institute of Management Working Paper Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015
14-012. tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Inanga, E. L. & Wusu, D. (2004). Financial Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Resource Base of Sub-national Governments Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
and Fiscal Decentralization in Ghana.
African Development Review. 16 (1): 72. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2020
Tentang Perubahan Atas Peraturan
Khan, S. (2015). Impact of sources of finance on Presiden Nomor 54 Tahun 2020 tentang
the growth of SMEs: evidence from Pakistan. Perubahan Postur dan Rincian Anggaran
Decision, Vol. 42 No. 1, pp. 3-10. Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2020.
Krugman, P., & Wells R. (2011). Economics-
Second Edition. London: Worth Publishers. PMK Nomor 247/PMK.07/2015 tentang Tata
Cara Pengalokasian, Penyaluran,
Mankiw, Gregory N. (2013). Macroeconomi- Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi
eight edition. London: Worth Publisher. Dana Desa.
Permendes Nomor 4 Tahun 2017 tentang Peraturan Direktur Utama Pusat Investasi
Perubahan Atas Peraturan Menteri Desa Pemerintah Nomor PER-05/IP/2020
Pembangunan Daerah Tertinggal dan tentang Tata Cara Pemberian Relaksasi
Transmigrasi Indonesia Nomor 22 Tahun Bagi Penerima Pembiayaan Ultra Mikro
2016 tentang Penetapan Prioritas Terdampak Pandemi Corona Virus Disease
Penggunaan Dana Desa Tahun 2017. 2019 (Covid-19).