Anda di halaman 1dari 48

KAJIAN

FISKAL
REGIONAL

TRIWULAN I
2021

Pengarah: Moch. Ali Hanafiah | Penangggung Jawab: Ahmad Wiyoso |


Koordinator: Rian Andriono | Anggota: Posma Amando Siagian |
Kanwil Ditjen Perbendaharaan
Alif Fahrudin | Haryo Narendra Putra | Achmad Zamroni Provinsi Papua Barat
...development is about transforming the lives of people,
not just transforming economies....

(Joseph E. Stiglitz, 2006)

Kajian Fiskal Regional


Triwulan I 2021 Provinsi Papua Barat
KATA PENGANTAR

Kata
Segala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Pengantar
Maha Esa atas karunia dan limpahan rahmat-Nya,
kami dapat menyusun Kajian Fiskal Regional (KFR)
Provinsi Papua Barat Triwulan I Tahun 2021.
Penyusunan KFR yang merupakan bagian dari tugas
pokok dan fungsi Kantor Wilayah Ditjen
Perbendaharaan (Treasury Regional Office) ini,
setidaknya melibatkan Development Economics
sebagai field study yang digunakan dalam
merekonstruksi metodologi sebagai pendekatan
akademik dalam melakukan kajian kebijakan
ekonomi pembangunan suatu region.

Pengembangan budaya akademik dalam


memahami fenomena pembangunan, dengan
meletakkan basis research-based policy, pada
dasarnya merupakan bagian dari budaya kerja
organisasi modern. Dengan melakukan
pendalaman permasalahan melalui riset,
diharapkan akan diperoleh suatu solusi yang
seimbang, objective dan komprehensif dalam
pengambilan putusan.

Perkembangan pembangunan dan industrialisasi


pada negara-negara maju (developed countries)
mempengaruhi kajian akademik yang
direpresentasikan dengan kurikulum universitas
yang mengarah tema-tema research spesifik,
semisal urban economics, environment economics,
industrial economics, transportation economics,
logistic economics, regional economics, dll. Kajian
development economics kurang menjadi fokus
utama, karena era tersebut telah dilalui dan
menjadi bagian dari sejarah panjang dialektika
pembangunan (development dialectics) negara-
negara maju. Sebagai branch dari economics yang
melakukan studi proses pembangunan pada
negara-negara yang berpendapatan rendah (low-
income countries), development economics
memfokuskan pada studi economic development,
economic growth, dan structural change, dan lebih
jauh lagi, juga menempatkan fokus studi pada
kependudukan dari sudut pandang kesehatan
(health), pendidikan (education), lapangan
pekerjaan (job opportunity), baik di sektor publik
maupun private dengan pendekatan quantitative

i Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan I 2021
KATA PENGANTAR

analysis, qualitative analysis dan mixed method berharap semoga kajian ini dapat memberikan
antara keduanya. Dalam prakteknya, untuk manfaat kepada semua pihak serta dapat menjadi
merancang (to devise) pembangunan ekonomi, tambahan pengetahuan dan wawasan bagi
development economics mempertimbangkan faktor pembaca semuanya.
sosial, budaya, legal, dan politik.
Manokwari, 10 Mei 2021
Kajian Fiskal Regional (Regional Fiscal Analysis) ini Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
merupakan studi perkembangan ekonomi Perbendaharaan Provinsi Papua Barat
pembangunan dari sudut pandang kebijakan fiskal
untuk wilayah Provinsi Papua Barat. Variabel
utama yang digunakan untuk melakukan analisis
pembangunan adalah dengan melakukan studi
deskriptif kuantitatif atas data penerimaan dan Moch. Ali Hanafiah
pengeluaran negara. Dalam studi ini outlooks
pembangunan dalam satu triwulan dengan
memperhatikan indikator-indikator pertumbuhan
ekonomi (consumption, investment, government
expenditure, net export) dan dampak yang timbul,
seperti indeks pembangunan manusia (human
development index), pemerataan pendapatan
(income equality), penanggulangan kemiskinan
(poverty alleviation), pengurangan pengangguran
(unemployment reduction) dan lain-lain.

Pada saat yang bersamaan, indikator makro


ekonomi tersebut disandingkan dengan beberapa
perspektif yang merupakan constraint
pembangunan, antara lain: 1). Aspek budaya
(culture aspect) sebagai contoh adalah eksistensi
hak ulayat dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan, 2). Aspek sosial kemasyarakatan
(sosiological aspect), sebagai contoh kerentanan
sosial (social vulnerability) yang membuat stabilitas
masyarakat terganggu, 3). Aspek politik (political
aspect), sebagai contoh pelaksanaan otonomi
khusus (special autonomy) yang belum
menunjukkan dampak positif terhadap
pertumbuhan pembangunan, 4). Aspek geografis
(geographical aspect), sebagai contoh kondisi
geografi yang belum terintegrasi secara
infrastruktur.

Dengan keterbatasan yang ada, kami menyadari


bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan saran, masukan
dan kritik yang bersifat membangun untuk
perbaikan ke arah yang lebih baik. Akhirnya, kami

Kajian Fiskal Regional ii


Triwulan I 2021
Provinsi Papua Barat
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ i B. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN ....................17


DAFTAR ISI..................................................................................... iii 1. Analisis Proporsi dan Perbandingan .......17
DAFTAR TABEL .............................................................................iv 2. Analisis Perubahan ..........................................17
DAFTAR GRAFIK ............................................................................ v 3. Analisis Kontribusi Pendapatan
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... vii Pemerintah terhadap Perekonomian
BAB I PERKEMBANGAN DAN ANALISIS Daerah ...................................................................18
EKONOMI REGIONAL .................................................. 1 C. BELANJA KONSOLIDASIAN ...............................18
A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1. Analisis Proporsi dan Perbandingan .......18
(PDRB)........................................................................... 1 2. Analisis Perubahan ..........................................18
1. Nilai PDRB............................................................. 2 3. Analisis Kontribusi Belanja Pemerintah
2. Pertumbuhan PDRB ........................................ 2 terhadap Perekonomian Daerah ...............18
B. NERACA PERDAGANGAN
BAB V ISU / BERITA REGIONAL TERPILIH................20
INTERNASIONAL ..................................................... 2
A. INVESTASI DEMI PEMBANGUNAN DI MASA
C. INFLASI ......................................................................... 3
PANDEMI ...................................................................20
D. NILAI TUKAR PETANI ............................................ 4
1. Kebijakan Investasi Hijau ............................20
E. INDIKATOR KESEJAHTERAAN ........................... 4
2. Investasi Sektor Industri .............................21
1. Tingkat Kemiskinan.......................................... 4
3. Investasi Sektor Pariwisata ........................21
2. Tingkat Ketimpangan ...................................... 5
B. PEMBIAYAAN ULTRA MIKRO (UMI) BAGI
3. Tingkat Pengangguran .................................... 5
UMKM DI KALA PANDEMI .................................21
BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBN ......... 6 C. KONTRIBUSI DANA DESA, DAK FISIK DAN
A. PENDAPATAN NEGARA......................................... 7 DAK NON FISIK BAGI PEMBANGUNAN
1. Penerimaan Perpajakan ................................. 7 DAERAH .....................................................................23
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak ............... 8
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................26
B. BELANJA NEGARA.................................................... 8
1. Belanja Pemerintah Pusat.............................. 8
2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa
(TKDD) ................................................................... 9
3. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat
(KUR) ...................................................................... 9
C. PROGNOSIS REALISASI APBN SAMPAI
DENGAN AKHIR TAHUN 2021 ........................ 11

BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS


APBD ............................................................................. 12
A. PENDAPATAN DAERAH ..................................... 13
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)................. 13
2. Pendapatan Transfer .................................... 14
3. Lain-lain Pendapatan Daerah
yang Sah .............................................................. 15
B. BELANJA DAERAH ................................................ 15
C. PROGNOSIS REALISASI APBD SAMPAI
DENGAN AKHIR TAHUN 2021......................... 15

BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS


PELAKSANAAN ANGGARAN
KONSOLIDASIAN .................................................... 17
A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
KONSOLIDASIAN ................................................... 17

iii Kajian Fiskal Regional


Triwulan I 2021
Provinsi Papua Barat
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Inflasi Bulanan (mtm) Papua Barat Tabel 3.1 Pagu dan Realisasi APBD Seluruh
Menurut Kelompok Pengeluaran s.d Pemda Papua Barat s.d Triwulan I
Triwulan I 2021 (persen) ........................ 3 2020 dan Triwulan I 2021
(miliar Rupiah)...........................................12
Tabel 1.2 Nilai Tukar Petani (mtm) Papua Barat
Menurut Subsektor s.d Triwulan I Tabel 3.2 Prognosis Realisasi APBD Seluruh
2021 (persen) ............................................... 4 Pemerintah Daerah Papua Barat
s.d Triwulan IV Tahun 2021 .................16
Tabel 2.1 Pagu dan Realisasi APBN Papua Barat
s.d Triwulan I 2020 dan Triwulan I Tabel 4.1 Pagu dan Realisasi Pendapatan dan
2021 (miliar Rupiah) ................................. 6 Belanja Konsolidasian Papua Barat
s.d Triwulan I 2021
Tabel 2.2 Penyaluran KUR di Papua Barat per (miliar Rupiah).......................................... 17
Skema s.d Triwulan I 2021 ................... 10
Tabel 4.2 Kontribusi Belanja Pemerintah
Tabel 2.3 Penyaluran KUR di Papua Barat per Terhadap Perekonomian Papua Barat
Sektor s.d Triwulan I 2021 ................... 10 s.d Triwulan I 2021 ..................................19

Tabel 2.4 Penyaluran KUR di Papua Barat per Tabel 5.1 Perkembangan Realisasi Nilai
Penyalur s.d Triwulan I 2021 .............. 11 Investasi di Provinsi Papua Barat
Tahun 2018-2020 .....................................20
Tabel 2.5 Prognosis Realisasi APBN Papua
Barat s.d Triwulan IV 2021 .................. 11 Tabel 5.2 Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro
(UMi) Papua Barat per Lembaga
Penyalur s.d. Triwulan I 2021 .............23

Kajian Fiskal Regional iv


Triwulan I 2021
Provinsi Papua Barat
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Kontribusi Komponen Pembentuk Grafik 3.1 Target dan Realisasi PAD Seluruh
PDRB Papua Barat Sisi Permintaan Pemda Papua Barat s.d Triwulan I
Triwulan I 2021 (persen) ........................ 1 2020 dan Triwulan I 2021 (miliar
Rupiah) ..........................................................13
Grafik 1.2 Perkembangan Pertumbuhan
Ekonomi Papua Barat dan Nasional Grafik 3.2 Total Pagu dan Realisasi per Jenis PAD
s.d. Triwulan I Tahun 2021 Seluruh Pemda Papua Barat s.d
(yoy, persen) .................................................. 2 Triwulan I 2021 (miliar Rupiah,
persen)...........................................................13
Grafik 1.3 Perkembangan Nilai Ekspor - Impor
Papua Barat s.d Triwulan I 2021 Grafik 3.3 Realisasi Pajak Daerah per Pemda
(US$ Juta) ........................................................ 3 di Papua Barat s.d Triwulan I 2021
(miliar Rupiah)...........................................13
Grafik 1.4 Perkembangan Gini Ratio Papua Barat
dan Nasional Tahun 2016 - 2021 ......... 5 Grafik 3.4 Realisasi Retribusi Daerah per Pemda
di Papua Barat s.d Triwulan I 2021
Grafik 1.5 Perkembangan Jumlah dan Tingkat (miliar Rupiah)...........................................14
Pengangguran Terbuka Papua Barat
Tahun 2016 – 2021 (jiwa, persen) ...... 5 Grafik 3.5 Realisasi Lain-Lain PAD yang Sah
per Pemda di Papua Barat s.d
Grafik 2.1 Penerimaan Pajak per Kab/Kota di Triwulan I 2021 (miliar Rupiah)........14
Papua Barat s.d Triwulan I 2021
(miliar Rupiah) ............................................ 7 Grafik 3.6 Komposisi Komponen Pendapatan
Transfer Pemerintah Daerah di
Grafik 2.2 Target dan Realisasi per Jenis Papua Barat Tahun 2021 (persen)....14
Pajak di Papua Barat s.d Triwulan I
Tahun 2021 (miliar Rupiah) ................... 8 Grafik 3.7 Realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah
yang Sah per Pemda di Papua Barat
Grafik 2.3 Komposisi Pagu Belanja Pemerintah s.d Triwulan I 2021 (juta Rupiah) .....15
Pusat di Papua Barat Tahun 2021
(persen) ........................................................... 8 Grafik 3.8 Komposisi Belanja Pemerintah
Daerah di Papua Barat Tahun 2021
Grafik 2.4 Pagu dan Realisasi Belanja (persen) .........................................................15
Pemerintah Pusat di Papua Barat
s.d Triwulan I Tahun 2021 Grafik 3.9 Pagu dan Realisasi per Jenis Belanja
(miliar Rupiah) ............................................. 9 Seluruh Pemda di Papua Barat s.d
Triwulan I 2021 (miliar Rupiah,
Grafik 2.5 Komposisi Alokasi TKDD Papua Barat persen)...........................................................15
Tahun 2021 (persen) ................................. 9
Grafik 4.1 Realisasi Belanja Konsolidasian
Grafik 2.6 Pagu dan Realisasi TKDD Papua Papua Barat per Jenis s.d Triwulan
Barat s.d Triwulan I Tahun 2021 I 2021 (miliar Rupiah, persen)............18
(miliar Rupiah) ............................................. 9
Grafik 5.1 Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro
Grafik 2.7 Jumlah Penyaluran KUR per Kab/Kota (UMi) Papua Barat s.d. Triwulan I
di Papua Barat s.d Triwulan I 2021 2021 (jiwa, Rupiah) .................................22
(miliar Rupiah) ............................................. 9

v Kajian Fiskal Regional


Triwulan I 2021
Provinsi Papua Barat
DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.2 Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro Grafik 5.5 Pagu dan Realisasi DAK Fisik Papua
(UMi) Papua Barat per Daerah s.d. Barat per Bidang s.d Triwulan I 2021
Triwulan I 2021 (jiwa, Rupiah) .......... 23 (miliar Rupiah)...........................................24

Grafik 5.3 Perkembangan Dana Desa Papua Grafik 5.6 Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik
Barat Tahun 2016 - 2021 Papua Barat per Kategori s.d Triwulan
(triliun Rupiah).......................................... 24 I 2021 (miliar Rupiah) ............................25

Grafik 5.4 Pagu dan Realisasi Dana Desa Papua


Barat per Daerah s.d Triwulan I 2021
(miliar Rupiah) .......................................... 24

Kajian Fiskal Regional vi


Triwulan I 2021
Provinsi Papua Barat
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Pengaruh Kenaikan Belanja Pemerintah


terhadap Output Menurut Perpotongan
Keynesian ............................................................19

vii Kajian Fiskal Regional


Triwulan I 2021
Provinsi Papua Barat
DAFTAR PUSTAKA

Halaman ini sengaja dikosongkan

Kajian Fiskal Regional


Triwulan I 2021
Provinsi Papua Barat
BAB Perkembangan
I Ekonomi Regional

“Keindahan Alam Pulau Misool, Raja Ampat”.

#DJPbKawalAPBN
BAB Perkembangan
I Ekonomi Regional

0,78 21,53 T
INFLASI PDRB

100.99 1,47% 21,7%


NILAI TUKAR PERTUMBUHAN
PETANI EKONOMI POVERTY

0,376 6,18
GINI RATIO PENGANGGURAN
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL

K
ondisi perekonomian dunia pada menjadi stimulus dalam pemulihan ekonomi yang
triwulan I 2021 penuh dengan optimisme berkelanjutan. Meski demikian, usaha tersebut
seiring tren penurunan rata-rata kasus masih membutuhkan waktu yang lebih panjang
positif dan kematian harian akibat Covid- karena pada periode triwulan I 2021, kinerja
19, disertai dengan perkembangan vaksinasi yang perekonomian nasional masih tertahan pada level –
cepat. Perekonomian di berbagai negara dan 0,74 persen (yoy). Sementara itu, pada kinerja
perdagangan internasional diperkirakan akan perekonomian Papua Barat terjadi hal yang
mengalami pemulihan dengan dukungan rencana sebaliknya, atau mengalami pertumbuhan positif
vaksinasi yang dilakukan secara luas dan bertahap. sebesar 1,47 persen (yoy) dibandingkan periode
Kelancaran vaksinasi termasuk terjadinya yang sama di tahun sebelumnya.
distribusi vaksin yang adil antar negara menjadi
kunci penting dari pemulihan global yang solid dan A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
berkelanjutan. Di Indonesia, vaksin yang telah tiba (PDRB)
sejak akhir tahun 2020 dan mulai didistribusikan
melalui sebuah gerakan nasional, direspon dengan Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product)
euforia oleh masyarakat. Hingga akhirnya terjadi merupakan nilai pasar dari semua barang dan jasa
peningkatan permintaan dan kenaikan produksi, yang dihasilkan dalam suatu perekonomian selama
serta kembali bergeliatnya transaksi jual beli periode waktu tertentu. Nilai Produk Domestik
dengan penerapan protokol kesehatan di segala Bruto (PDB) sering dijadikan ukuran terbaik untuk
situasi. mengukur kinerja perekonomian (Mankiw, 2013).
Keberadaan vaksin memberi harapan bahwa Terdapat tiga cara untuk menghitung PDB. Pertama,
pandemi akan segera usai, akan tetapi vaksin dengan menjumlahkan nilai akhir produk dan jasa
bukanlah obat yang dapat menghilangkan Covid-19, yang dihasilkan perusahaan. Kedua, dengan
dan hanya sebagai upaya memperkecil dampak menjumlahkan pengeluaran aggregat, yaitu jumlah
buruk virus bagi tubuh. Perubahan (mutasi) virus dari pengeluaran konsumen, pengeluaran investasi,
yang cepat dan beragam, tidak dapat diikuti oleh pembelian pemerintah untuk barang dan jasa, serta
perkembangan vaksin. Oleh karena itu, ekspor dikurangi impor (net export). Ketiga, dengan
kewaspadaan masih sangat dibutuhkan agar menjumlahkan seluruh pendapatan faktor produksi
positivity rate Covid-19 tidak mengalami lonjakan yang diterima rumah tangga dari perusahaan
yang besar. Kondisi ini membuat pemerintah tetap (Krugman & Wells, 2011).
konsisten dalam menjalankan kebijakan
Untuk mengukur PDB, dapat dihitung berdasarkan
pembatasan meskipun dalam skala yang lebih kecil.
harga berlaku (PDB Nominal) dan harga konstan
Perlahan namun pasti, program vaksinasi,
(PDB Riil). Pengukuran PDB harga berlaku
pembatasan skala kecil dan penerapan protokol
digunakan untuk melihat struktur perekonomian,
kesehatan dalam rangka pencegahan penyebaran
Grafik 1.1
Covid-19 berdampak pada kembali terbukanya Kontribusi Komponen Pembentuk PDRB Papua Barat Sisi
Permintaan Triwulan I 2021 (persen)
ekonomi yang mendorong kenaikan produksi
Impor Konsumsi RT + LNPRT
sehingga meningkatkan prospek permintaan 1.3% 16.5%

domestik, baik konsumsi rumah tangga maupun Ekspor


33.2%
investasi.

Agar tetap dapat mempertahan momentum


pemulihan dari sisi masyarakat, program PEN tetap
PMTB
dilaksanakan sebagaimana pada tahun sebelumnya 19.0% Pengeluaran
Pemerintah
telah mampu mencegah pemburukan ekonomi 28.6%

lebih lanjut dan kemiskinan yang lebih dalam.


Dengan menggunakan kebijakan fiskal sebagai Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)
pendorong pertumbuhan, pengeluaran pemerintah

1 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan I 2021
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL

sementara itu PDB harga konstan digunakan untuk pandemi, sedangkan sektor pertambangan
mengukur kinerja atau pertumbuhan ekonomi penggalian mencatatkan pertumbuhan yang
suatu daerah. Selanjutnya PDB pada suatu region/ tertahan sebesar 4,58 persen. Kondisi pada kedua
wilayah tertentu disebut dengan Produk Domestik sektor tersebut disebabkan oleh bergeliatnya
Regional Bruto (Gross Domestic Regional Bruto). transaksi perdagangan dengan dorongan konsumsi
pemerintah, serta kembali tumbuhnya
A.1 Nilai PDRB
perekonomian Tiongkok sehingga mendorong
Pada triwulan I 2021 PDRB Papua Barat tercatat
kenaikan permintaan komoditas. Sementara itu,
Rp21.534,03 miliar. Dari nilai tersebut, postur
sektor lainnya mencatatkan pertumbuhan positif
perekonomian Provinsi Papua Barat didominasi
dengan kenaikan tertinggi dialami sektor jasa
oleh dua sektor lapangan usaha utama yaitu
kesehatan sebesar 15,54 persen akibat syarat
industri pengolahan dengan kontribusi sebesar
mobilitas manusia yang mewajibkan tes Covid-19
26,38 persen dan pertambangan penggalian
dan usaha dalam menjaga kondisi tubuh agar tidak
sebesar 18,41 persen yang mengandalkan raw
tertular virus, serta pengobatan pasien Covid-19
material resource berupa pengeboran dan
mendorong masyarakat untuk lebih banyak
pengilangan gas alam. Papua Barat memiliki
memanfaatkan layanan kesehatan.
cadangan gas alam terbesar yang konsisten
diekspor ke berbagai negara, khususnya Tiongkok.
B. NERACA PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Adapun dari sisi pengeluaran, kontribusi terbesar
PDRB Papua Barat Triwulan I 2021 berasal dari
ekspor sebesar 33,16 persen, serta konsumsi Perdagangan internasional merupakan pertukaran
pemerintah sebesar 28,58 persen, dan diikuti oleh barang dan jasa lintas batas negara (international
PMTB sebesar 18,99 persen. border). Dengan adanya perdagangan internasional,
memungkinkan terjadinya efisiensi yang timbul
A.2 Pertumbuhan PDRB
dari kompetisi antar produsen dalam menjual
Pertumbuhan PDRB Papua Barat pada triwulan I
produk dengan harga yang terendah (competitive
2021 mengalami penambahan pada level 1,47
price) dalam suatu proses permintaan dan
persen (yoy). Pada periode yang sama tahun
penawaran (supply and demand) atau dalam suatu
sebelumnya atau sebelum terjadinya pandemi
mekanisme pasar/ market mechanism (Seyoum,
Covid-19, Papua Barat mencatatkan pertumbuhan
2009).
sebesar 5,29 persen. Sebagai dua sektor dengan
kontribusi tertinggi terhadap PDRB, industri Komponen perdagangan internasional terdiri dari
pengolahan mencatatkan pertumbuhan yang tinggi ekspor dan impor. Ekspor merupakan nilai barang
sebesar 10,12 persen meski masih berada di masa dan jasa yang dijual ke luar negeri, sedangkan
impor merupakan nilai barang dan jasa yang
Grafik 1.2
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Papua Barat dan
disediakan untuk dalam negeri. Selisih keduanya
Nasional s.d. Triwulan I 2021 (yoy, persen) merupakan net ekspor atau biasa disebut juga
8.27 sebagai neraca perdagangan internasional.
8

5.01 5.29 Sampai dengan triwulan I 2021, nilai net ekspor


4 2.97 Papua Barat tercatat sebesar US$476,42 juta atau
5.06 5.05 4.96
2.93 naik 4,12 persen dibandingkan periode yang sama
0.72 1.47
tahun sebelumnya. Nilai net ekspor tertinggi terjadi
0
Tw I 19 Tw II 19 Tw III 19 Tw IV 19 Tw I 20 Tw II 20 Tw III 20 Tw IV 20 Tw I 21 pada bulan Januari sebesar US$ 197,11 juta
-0.48 -0.74
-0.25 -3.16 -3.49 sedangkan nilai net ekspor terendah terjadi pada
-2.19
-4
-5.32 bulan Februari sebesar US$ 132,8 juta. Net ekspor
-5.21
yang bernilai positif dihasilkan oleh capaian ekspor
-8 Papua Barat yang didominasi oleh komoditas gas
Pabar Nasional

Sumber: BPS RI dan BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)

Kajian Fiskal Regional 2


Triwulan I 2021 Provinsi Papua Barat
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL

alam yang berkontribusi 97,4 persen dari inflasi makanan yang bergejolak (volatile food
keseluruhan nilai ekspor. inflation) dan inflasi harga yang diatur
(administered price inflation).
Selama kurun waktu 3 bulan terakhir ekspor Papua
Barat meningkat 4,12 persen dibandingkan periode Laju inflasi Papua Barat pada triwulan I 2021 relatif
yang sama tahun 2020 disebabkan oleh terkendali meski dalam masa pandemi yang
peningkatan permintaan gas alam dari Tiongkok berpengaruh terhadap turunnya pendapatan
yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi masyarakat. Pada bulan Januari, inflasi tercatat
yang tinggi (18,3 persen) selepas pandemi. Adapun pada level 0.20 persen (mtm), dipengaruhi
komoditas ekspor lainnya berupa perhiasan/ komponen bahan makanan yang mengalami inflasi
permata, kayu, barang dari kayu, garam, belerang, cukup besar (2,44 persen). Faktor periode liburan
kapur (semen), ikan, udang, daging, ikan olahan, awal tahun berdampak pada naiknya konsumsi,
sabun dan preparat pembersih hanya menyumbang sedangkan curah hujan yang cukup tinggi membuat
2,6 persen dari total ekspor sehingga tidak produktivitas hasil pertanian turun dan pasokan
memberikan banyak pengaruh. komoditas menjadi berkurang. Sebaliknya, laju
Grafik 1.3 inflasi inti relatif terkendali dan menjadi
Perkembangan Nilai Ekspor - Impor Papua Barat
s.d Triwulan I 2021 (US$ Juta) penyeimbang seiring kelompok sandang, makanan
120 225 jadi, pendidikan yang mengalami deflasi. Pada
197.11
194.33
komponen administered price seperti transportasi
156.61 146.49 mengalami penurunan karena pandemi yang masih
80 131.07 132.82 150
120.37
123.65
130.28
berlangsung membatasi pergerakan antar wilayah.

Sementara pada bulan Februari, terjadi deflasi pada


40 75 tingkat -0,46 persen (mtm) dipengaruhi oleh
komponen pakaian yang mengalami kenaikan
5.89 4.87
0.48 3.27 0.52 3.14 0.11 0.22 1.56 harga (1,04 persen) akibat terbatasnya pasokan,
0 0 namun komponen bahan makanan yang mengalami
Jul-20 Aug-20 Sep-20 Oct-20 Nov-20 Dec-20 Jan-21 Feb-21 Mar-21
deflasi (-0,51 persen) mampu menahan inflasi
Ekspor Impor
Sumber: BPS RI dan BPS Provinsi Papua Barat (data diolah) umum. Komponen volatile food seperti beras, sayur-
sayuran dan kacang-kacangan memiliki pasokan
Sementara itu, sampai dengan triwulan I 2021 total
yang melimpah karena curah hujan yang cukup.
nilai impor Papua Barat mencapai US$ 6,64 juta
Tabel 1.1
atau turun 85,65 persen dari periode yang sama Inflasi Bulanan (mtm) Papua Barat Menurut Kelompok Pengeluaran
s.d Triwulan I 2021 (persen)
tahun 2020. Impor terbesar berasal dari mesin/
peralatan listrik diikuti oleh golongan mesin–mesin Kelompok Jan Feb Mar
/pesawat mekanik yang digunakan oleh berbagai
industri yang sebagian besar berada di Kota Sorong Umum 0.20 -0.46 0.78

dan Kab. Manokwari. Nilai impor tertinggi terjadi


Bahan Makanan 2.44 -0.51 1.93
pada bulan Januari sebesar US$ 4,87 juta.
Makanan Jadi, Minuman, Rokok,
0.04 0.07 0.02
dan Tembakau
C. INFLASI
Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan
0.10 -0.04 0.05
Bahan Bakar

Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum Sandang -0.25 1.04 0.45

(Mankiw, 2013). Jika kenaikan harga barang hanya Kesehatan -0.06 0.00 0.15
berasal dari satu atau dua barang saja, maka tidak
Pendidikan, Rekreasi dan Olah
dapat disebut sebagai inflasi, kecuali bila kenaikan Raga
1.06 -0.005 -0.79

itu meluas dan menyebabkan kenaikan harga Transpor dan Komunikasi dan
-5.73 -3.16 0.30
Jasa Keuangan
barang lainnya. Secara umum, inflasi digolongkan
ke dalam tiga jenis yaitu: inflasi inti (core inflation), Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)

3 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan I 2021
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL

Demikian halnya dengan transportasi yang dengan NTP>100. Selama kurun waktu 3 bulan
tertahan pada tingkat -3,16 di masa pandemi. terakhir, NTP bulan Januari memiliki nilai teritinggi
(102,12) dibandingkan bulan-bulan berikutnya
Kemudian pada bulan Maret, laju perubahan harga
(100,9 dan 100,99).
di Papua Barat kembali naik menjadi 0,78 persen
(mtm). Pada bulan ini, semua komponen baik itu Berdasarkan subsektor, komoditas tanaman
core, volatile food, maupun administered price pangan, holtikultura, perkebunan dan peternakan
mengalami kenaikan secara merata. Kenaikan konsisten memiliki rata-rata nilai tukar yang
terbesar berada pada komponen bahan makanan surplus (>100) sepanjang triwulan I 2021.
seperti telur, ikan, daging ayam, daging sapi dan Sementara itu, subsektor perikanan, pembudidaya
sayur-sayuran yang menjadi penyumbang utama ikan, dan nelayan menjadi subsektor dengan nilai
pergerakan inflasi (1,93 persen) seiring permintaan tukar yang defisit (<100) pada periode yang sama.
yang naik akibat mobilitas yang kembali longgar, Perbedaan nilai yang signifikan pada dua kelompok
kasus Covid-19 yang menurun dan program subsektor ini terjadi karena harga hasil ikan
vaksinasi yang telah berjalan memberikan harapan (budidaya dan tangkap) yang rendah akibat stok
terbentuknya herd immunity terhadap Covid-19. melimpah karena mudah dikembangkan dan
ditangkap oleh masyarakat, mengingat wilayah
D. NILAI TUKAR PETANI perairan Papua Barat yang luas dan kaya ikan.

E. INDIKATOR KESEJAHTERAAN
Nilai tukar petani (NTP) adalah salah satu indikator
untuk melihat tingkat kemampuan/ daya beli
petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya E.1 Tingkat Kemiskinan
tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan Sebagaimana terjadi pada sebagian daerah,
barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk Provinsi Papua Barat dihadapkan pada masalah
biaya produksi. Sepanjang triwulan I 2021, NTP kemiskinan yang cukup pelik. Tingkat kemiskinan
(bulanan) di Provinsi Papua Barat menunjukkan Provinsi Papua Barat sangat tinggi, hingga
adanya pengaruh Covid-19 dengan tercatat lebih menduduki peringkat kedua secara nasional setelah
rendah dibandingkan periode yang sama tahun Provinsi Papua. Berdasarkan data terakhir BPS,
sebelumya meskipun masih mengalami surplus pada bulan September 2020 tingkat kemiskinan
Provinsi Papua Barat mencapai 21,70 persen, lebih
Tabel 1.2 besar dari Maret 2020 (21.37 persen) dan
Nilai Tukar Petani (mtm) Papua Barat Menurut Subsektor
s.d Triwulan I 2021 (persen) September 2019 (21,51 persen), meskipun masih
lebih kecil dari bulan Maret 2019 yang mencapai
Subsektor Jan Feb Mar
22,17 persen.
NTP 102.12 100.90 100.99 Keadaan tersebut menunjukan bahwa upaya
penurunan tingkat kemiskinan yang telah
Tanaman Pangan (NTPP) 103.61 103.29 102.90
menunjukkan keberhasilan dengan tren menurun
Holtikultura (NTPH) 103.52 100.62 100.81 dari tahun 2017 hingga awal tahun 2020,
Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami tekanan dengan terjadinya pandemi.
103.41 106.09 106.07
(NTPR)
Selama pandemi, penduduk miskin telah
Peternakan (NTPT) 104.98 104.12 104.88 bertambah ±6600 jiwa disebabkan oleh
tertahannya perekonomian sehingga menambah
Perikanan (NTNP) 94.13 93.15 93.02
beban sehari-hari masyarakat. Pembatasan sosial
Pembudidaya Ikan (NTPi) 98.11 98.54 98.49 yang dilakukan membuat mata pencaharian
masyarakat di sektor informal terganggu. Adanya
Nelayan (NTN) 93.94 92.89 92.76
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah) membuat jumlah masyarakat miskin bertambah.

Kajian Fiskal Regional 4


Triwulan I 2021 Provinsi Papua Barat
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL

E.2 Tingkat Ketimpangan mencerminkan penambahan output yang


Tidak diragukan lagi bahwa pembangunan membutuhkan banyak tenaga kerja untuk
mengharuskan adanya tingkat pendapatan yang memenuhi kapasitas produksi. Arthur Okun
tinggi dan pertumbuhan berkelanjutan. Namun (Okun’s Law) melalui studinya menyebutkan bahwa
demikian, tingkat pendapatan yang tinggi perlu semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi maka
didukung oleh indikator utama lainnya yaitu tingkat pengangguran akan semakin berkurang
pemerataan distribusi pendapatan. Jika (Blanchard, 2006).
peningkatan pendapatan tersebut hanya
Grafik 1.5
melibatkan sebagian kecil orang kaya, maka Perkembangan Jumlah dan Tingkat Pengangguran Terbuka
Papua Barat Tahun 2016 - 2021 (jiwa, persen)
penanggulangan kemiskinan akan bergerak
melambat dan ketimpangan semakin tinggi (Todaro 40,000 7.52 8
6.80
dan Smith, 2003). 6.45 6.43
6.18
5.73
Grafik 1.4 30,000 6
Perkembangan Gini Ratio Papua Barat dan Nasional
Tahun 2016 - 2020

0.40 0.397 20,000 4


0.393 33,214 33,501
0.391 28,846 30,311
0.390 26,129
25,037
0.39
0.384 0.385 10,000 2
0.381
0.38
0.38
0.376 - 0
0.373 2016 2017 2018 2019 2020 2021-I

0.37 Jumlah Pengangguran (jiwa) Tingkat Pengangguran Terbuka (persen)

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)


0.36
2016 2017 2018 2019 2020 Pada bulan Februari 2021 tingkat pengangguran
Papua Barat Nasional Papua Barat tercatat sebesar 6,18 persen, atau lebih
Sumber: BPS RI dan BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)
kecil dari pengangguran nasional sebesar 6,26
persen. Tingkat pengangguran tersebut mengalami
Tingkat distribusi pendapatan Papua Barat dari penurunan jika dibandingkan dengan bulan
tahun tercatat fluktuatif dengan kecenderungan Agustus 2020 baik itu secara nasional maupun
menurun atau lebih baik setiap tahunnya, meskipun regional. Kondisi ketenagakerjaan di Papua Barat
ditengah keberadaan pandemi. Berbeda dengan mengalami perbaikan dengan cukup banyaknya
gini ratio nasional yang meningkat pada tahun 2020 tenaga kerja terserap di sektor industri pengolahan
menjadi 0.385 dari sebelumnya 0.380. Setelah yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada
sempat naik pada tahun 2018 (0,391), gini ratio periode triwulan I 2021. Selain itu, peningkatan
Papua Barat konsisten menurun, hingga pada tahun permintaan dengan dorongan konsumsi
2020 berada pada level 0,376 sebagaimana data pemerintah melalui beberapa proyek konstruksi
pengukuran terakhir yang telah dilakukan oleh BPS. (jalan, jembatan, drainase) yang melibatkan
Hal ini berarti bahwa tingkat ketimpangan pada masyarakat di beberapa kabupaten, serta kembali
tahun pandemi justru mampu turun karena bergeliatnya transaksi perdagangan turut serta
pendapatan seluruh lapisan masyarakat mengalami dalam mengurangi pengangguran sebanyak ±3200
penurunan sehingga memperkecil tingkat orang.
ketimpangan distribusi pendapatan.

E.3 Tingkat Pengangguran


Secara teoritis, pengangguran memiliki hubungan
negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketika
terjadi pertumbuhan ekonomi, hal tersebut

5 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan I 2021
BAB Perkembangan
II dan Analisis APBN

“Bermain di dermaga Kabupaten Sorong”.

#DJPbKawalAPBN
BAB Perkembangan
II dan Analisis APBN

446,4 M 83,3 M
PNBP
PAJAK

1,44 T
BELANJA
PEMERINTAH PUSAT
2,12 T
TRANSFER KE DAERAH
& DANA DESA

>> >> KUR 193,96 M


4.416 DEBITUR
BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBN

A
nggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tiongkok yang pesat dan tampak sejak akhir tahun
(APBN) menggambarkan kondisi 2020 mendorong kenaikan permintaan terhadap
keuangan pemerintah yang berkaitan komoditas internasional seperti minyak dan gas
dengan sumber-sumber pendapatan dan alokasi bumi sehingga dapat mempengaruhi target
belanja pemerintah untuk satu periode tahun pendapatan negara.
anggaran yang ditetapkan dalam Undang-Undang.
Sementara itu, dari aspek belanja negara terdapat
Sebagai gambaran implementasi APBN sampai
penurunan alokasi tahun 2021 sebesar -3,33 persen
dengan triwulan I 2021 di Provinsi Papua Barat,
dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari
dapat dijelaskan dengan membandingkannya
Rp26.954,67 miliar menjadi Rp26.056,37 miliar.
dengan pagu dan realisasi APBN pada periode yang
Meski demikian, dalam komponen belanja negara
sama tahun sebelumnya
tersebut hanya Transfer ke Daerah dan Dana Desa
Terlepas dari keberadaan pandemi dan kondisi (TKDD) yang mengalami penurunan signifikan
perekonomian yang belum pulih, target pendapatan sebesar -14,53 persen, sedangkan belanja
negara di Papua Barat tahun 2021 ditetapkan lebih pemerintah pusat meningkat 26,95 persen
besar 3,57 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dibandingkan tahun 2020.
yaitu dari Rp 2.654,10 miliar menjadi Rp2.748,75
Adanya penurunan alokasi belanja TKDD dari
miliar. Kenaikan target tersebut didasarkan pada
sebelumnya Rp19.676,52 miliar menjadi
asumsi bahwa kondisi perekonomian pada tahun
Rp16.816,77 diharapkan dapat memberi motivasi
2021 akan perlahan pulih seiring berjalannya
pemerintah daerah dalam menciptakan creative
program vaksinasi dan transaksi perdagangan yang
financing seperti pinjaman daerah atau kerja sama
mulai terbuka dan bergeliat kembali. Selain itu,
antar daerah, untuk mewujudkan pencapaian target
pemulihan ekonomi negara-negara maju seperti
pembangunan di masa
Tabel 2.1 pandemi sebagaimana
Pagu dan Realisasi APBN Papua Barat
s.d Triwulan I 2020 dan Triwulan I 2021 (miliar Rp) termuat dalam RPJMD dan
Triwulan I 2020 Triwulan I 2021 Growth
RKPD.
Uraian Realisasi
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % %
Sementara itu, pada alokasi
A. PENDAPATAN NEGARA 2,654.10 527.22 19.86 2,748.75 529.72 19.27 0.47
I. PENERIMAAN
belanja pemerintah pusat
2,654.10 527.22 19.86 2,748.75 529.72 19.27 0.47
DALAM NEGERI yang dilaksanakan dalam
1. Penerimaan Pajak 2,416.77 453.90 18.78 2,492.23 446.42 17.91 -1.65
bentuk belanja K/L oleh
2. PNBP 237.33 73.32 30.89 256.52 83.30 32.47 11.95
II. HIBAH - - - - - - - satuan kerja mengalami
B. BELANJA NEGARA 26,954.67 3,632.13 13.47 26,056.37 3,555.13 13.64 -2.12 peningkatan (26,95
I. BELANJA
PEMERINTAH PUSAT
7,278.14 847.28 11.64 9,239.60 1,435.09 15.53 69.38 persen) dari sebelumnya
1. Belanja Pegawai 2,131.06 381.69 17.91 2,389.14 415.74 17.40 8.92 Rp7.278,14 miliar menjadi
2. Belanja Barang 2,947.68 298.22 10.12 2,556.88 350.69 13.72 17.59
Rp9.239,6 miliar. Besarnya
3. Belanja Modal 2,181.68 165.32 7.58 4,272.79 666.47 15.60 303.14
4. Belanja Bantuan alokasi pada belanja
5.11 2.01 39.34 4.95 2.16 43.71 7.70
Sosial tersebut merupakan
5. Belanja Lain-lain 12.60 0.05 0.40 15.84 0.03 0.17 -46.78
II. TRANSFER KE konsekuensi pembiayaan
19,676.53 2,784.85 14.15 16,816.77 2,120.04 12.61 -23.87
DAERAH DANA DESA
pemulihan ekonomi yang
1. Transfer ke Daerah 18,134.54 2,659.98 14.67 15,265.27 2,052.19 13.44 -22.85
a. Perimbangan 13,866.48 2,659.98 19.18 10,983.49 2,052.19 18.68 -22.85
masih berlangsung.
1) DBH 4,133.01 565.93 13.69 905.06 476.90 52.69 -15.73
Pada rincian alokasi
2) DAU 7,571.53 1,945.35 25.69 7,727.23 1,412.41 18.28 -27.40
3) DAK 2,161.93 148.69 6.88 2,351.20 162.88 6.93 9.54
belanja pemerintah pusat
b. DID dan Otsus 4,268.07 - 4,281.78 - - - tahun 2021, besaran
2. Dana Desa 1,541.98 124.87 8.10 1,551.50 67.85 4.37 -45.66 belanja pegawai dan
C. SURPLUS (DEFISIT) -24,018.71 -3,104.90 12.93 -23,307.62 -3,025.41 12.98 -2.56
belanja modal mengalami
D. PEMBIAYAAN - - - - - -
kenaikan. Adanya kenaikan
Sumber: OM SPAN, KPP Pratama Manokwari dan KPP Pratama Sorong (data diolah)
jumlah PNS tahun 2021

Triwulan I 2021 Kajian Fiskal Regional 6


Provinsi Papua Barat
BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBN

berakibat pada kenaikan pagu belanja pegawai. atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan
Selain itu, penambahan penerima THR PNS tahun Bangunan (PBB), dan Pajak Lainnya.
2021 yang meliputi keseluruhan ASN, atau tidak
Grafik 2.1
seperti tahun sebelumnya ikut andil menambah Penerimaan Pajak per Kab/Kota di Papua Barat
pagu belanja pegawai. Pagu belanja pegawai naik s.d Triwulan I 2021 (miliar Rp)
140.00 132.46
12,11 persen yaitu dari Rp2.131,06 miliar menjadi 125.57
Rp2.389,14 miliar.
105.00
Sementara itu, terjadi peningkatan cukup signifikan 74.60
pada pagu belanja modal dari Rp2.181,68 miliar 70.00
menjadi Rp4.272,79 miliar pada tahun 2021 atau
32.29
naik 95,85 persen. Hal ini disebabkan oleh peran 35.00 25.94
15.89
9.58 7.64 7.59
belanja modal sebagai salah satu instrumen utama 4.13 3.35 3.16 2.58

untuk menggerakkan roda perekonomian, 0.00

Kota Sorong

Manokwari

Tl Bintuni

Sorong

Fak Fak

Kaimana

Raja Ampat

Tl Wondama

Sorsel

Maybrat

Tambrauw

Mansel

Peg Arfak
menambah perolehan aset produktif, serta
mendorong investasi untuk menyokong
pertumbuhan ekonomi nasional. Belanja modal di Sumber: KPP Manokwari dan KPP Sorong (data diolah)
Papua Barat digunakan untuk melanjutkan
Total penerimaan perpajakan di Papua Barat
pembangunan dan penyelesaian proyek-proyek
sampai dengan triwulan I 2021 berjumlah
infrastruktur seperti jalan trans papua, jalan lintas
Rp446,42 miliar. Pada periode ini, daerah yang
perbatasan, dan jaringan air pipa-sanitasi.
memiliki penerimaan pajak terbesar yaitu Kota
Selanjutnya, dengan membandingkan antara Sorong, Kab. Manokwari dan Kab. Teluk Bintuni
realisasi pendapatan dan belanja sampai dengan berturut-turut sebesar Rp132,46 miliar; Rp125,57
triwulan I 2021, dapat disimpulkan bahwa terdapat miliar dan Rp74,6 miliar. Sebagai pusat
defisit anggaran sebesar –Rp3.025,41 miliar. perekonomian di Papua Barat, Kota Sorong dan
Selama kurun waktu 3 bulan terakhir, penerimaan Kab. Manokwari merupakan daerah paling maju
dalam negeri yang mencapai Rp529,72 miliar sehingga memiliki banyak potensi dan penerimaan
(19,27 persen dari pagu), jauh lebih kecil dari pajak dari kedua daerah tersebut. Adapun Kab.
belanja yang telah dilaksanakan. Namun demikian, Teluk Bintuni merupakan salah satu daerah
besaran realisasi tersebut relatif lebih baik (tumbuh penghasil gas alam terbesar dalam skala nasional
0,47 persen) dibandingkan periode yang sama dan menjadi komoditas utama ekspor Papua Barat.
tahun 2020 sebesar Rp527,22 miliar atau ketika
Sementara itu, daerah-daerah lain di Papua Barat
pandemi belum dimulai. Sementara itu, realisasi
sampai dengan triwulan I 2021 memiliki
belanja negara pada periode ini mencapai
penerimaan pajak relatif kecil. Penerimaan pajak
Rp3.555,13 miliar (13,64 persen dari pagu) dengan
terendah yaitu Kab. Pegunungan Arfak dan Kab.
kinerja yang lebih rendah (turun -2,12 persen)
Manokwari Selatan dan Kab. Tambraw, masing-
dibandingkan periode yang sama tahun
masing sebesar Rp2,58 miliar, Rp3,16 miliar, dan
sebelumnya sebesar Rp3.632,13 miliar.
Rp3,35 miliar. Kab. Pegunungan Arfak sebagai
wilayah pemekaran baru, belum mempunyai
A. PENDAPATAN NEGARA
sumber pajak potensial di daerahnya dan masih
banyak bergantung pada Kab. Manokwari sebagai
A.1 Penerimaan Perpajakan daerah terdekat dalam perdagangan, sehingga
Penerimaan perpajakan di Papua Barat hanya sebagian besar penerimaan pajak berasal dari
berasal dari penerimaan pajak dalam negeri yang pengeluaran pemerintah. Adapun Kab. Manokwari
terdiri atas penerimaan Pajak Penghasilan (PPh), Selatan dan Kab. Tambraw memiliki jumlah badan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan usaha yang kecil dan juga penduduk yang relatif
sedikit, serta merupakan daerah yang relatif

7 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan I 2021
BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBN

tertinggal dalam industri dan perdagangan, pemerintah (government expenditure) dapat


sehingga masih memerlukan perhatian pemerintah dijadikan sebagai alat ungkit (leverage) dalam
(pusat dan daerah) untuk meningkatkan potensi bentuk stimulus fiskal. Kebijakan pelaksanaan
perekonomiannya. belanja pada K/L untuk wilayah Papua Barat
Grafik 2.2 diprioritaskan dengan mengakselerasi belanja
Target dan Realisasi per Jenis Pajak di Papua Barat
s.d Triwulan I 2021 (miliar Rupiah) modal untuk meningkatkan pembangunan
1,500 1,347.94 25.00 infrastruktur yang sekaligus dapat mendorong
19.39 pemulihan dengan skema padat karya.
1,200 20.00
1,046.85
17.18 B.1 Belanja Pemerintah Pusat
900 15.00
Total pagu belanja pemerintah pusat di Papua Barat
600 10.00
8.14
mengalami pertumbuhan 26,95 persen, yaitu dari
300 202.96 231.53
5.00 Rp7.278,14 miliar menjadi sebesar Rp9.239,6
20.33
67.75
5.51 0.00 miliar pada tahun 2021. Alokasi belanja tertinggi
0 0.02 -
PPh Non Migas PPN dan PPnBM PBB dan BPHTB Pajak Lainnya dimiliki belanja modal yang mencapai Rp4.272,79
Target Realisasi %
miliar atau 46,2 persen dari total pagu. Selanjutnya
Sumber: KPP Manokwari dan KPP Sorong (data diolah)
diikuti belanja barang mencapai Rp2.556,88 miliar
Berdasarkan jenisnya, sampai dengan triwulan I atau 27,7 persen dari total pagu belanja pemerintah
2021 realisasi penerimaan pajak terbesar di Papua pusat.
Barat adalah pajak pertambahan nilai mencapai Grafik 2.3
Rp231,53 miliar atau 52,62 persen dari total Komposisi Pagu Belanja Pemerintah Pusat di Papua Barat
Tahun 2021 (persen)
realisasi, dengan kontribusi terbesar yaitu PPN
Bansos + Belanja
Dalam Negeri mencapai Rp230,92 miliar. Kemudian Lainnya 0.2% Belanja Pegawai
25.9%
realisasi penerimaan pajak terbesar kedua yaitu
pajak penghasilan sebesar Rp202,96 miliar atau
46,13 persen dari total realisasi, dengan kontribusi
terbesar yaitu PPh Pasal 21 mencapai Rp100,16
miliar.

A.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)


PNBP merupakan seluruh penerimaan pemerintah
Belanja Modal Belanja Barang
pusat yang bukan berasal dari penerimaan 46.2% 27.7%
perpajakan. Realisasi PNBP di Papua Barat sampai
dengan triwulan I 2021 mencapai Rp83,3 miliar Sumber: OM SPAN (data

atau 32,47 persen dari target. Pencapaian tersebut


Sampai dengan triwulan I 2021, realisasi belanja
tumbuh 11,95 persen dibandingkan tahun
pemerintah pusat mencapai Rp1.435,09 miliar
sebelumnya yang berada pada angka Rp73,32
(17,40 persen dari pagu) dengan besaran realisasi
miliar. Kontribusi terbesar dari realisasi
terbesar adalah belanja modal sebesar Rp666,47
pendapatan tersebut didapat dari pendapatan jasa
miliar dan belanja pegawai sebesar Rp415,74
kepelabuhanan sebesar Rp27,45miliar. Besarnya
miliar. Sedangkan belanja barang telah terealisasi
pendapatan jasa kepelabuhanan menunjukkan
sebesar Rp350,69 miliar. Besarnya realisasi belanja
bahwa ekonomi Papua Barat mulai terbuka seiring
modal di dorong oleh pembangunan beberapa
ekspor komoditas (migas) yang meningkat.
proyek infrastruktur berupa pembangunan jalan
dan drainase di Kab. Teluk Bintuni yang telah
B. BELANJA NEGARA
berjalan. Pada belanja pegawai, pembayaran gaji
dan tunjangan ASN secara rutin menjadi faktor
Sebagai upaya untuk memulihkan perekonomian utama dari besarnya realisasi belanja. Sementara
dan kembali meningkatkan pertumbuhan, belanja belanja bantuan sosial yang memiliki tingkat

Triwulan I 2021 Kajian Fiskal Regional 8


Provinsi Papua Barat
BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBN

realisasi tertinggi (43,7 persen) telah terserap dan khusus di masa pandemi diperuntukkan juga
sebesar Rp2,16 miliar yang diperuntukkan bagi bagi dukungan program vaksinasi dan pemberian
masyarakat dalam bentuk iuran jaminan kesehatan, insentif tenaga kesehatan.
kartu indonesia pintar, program keluarga harapan, Grafik 2.6
Pagu dan Realisasi TKDD Papua Barat s.d. Triwulan I 2021
dan Bantuan Sosial Tunai (BST). (miliar Rupiah)
9,000 60%
Grafik 2.4 7,727.2 52.7%
Pagu dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat
di Papua Barat s.d. Triwulan I 2021 (miliar Rupiah)
5,000 60% 6,000
4,272.8
43.7% 4,090.3 30%
4,000
40% 18.3% 2,351.2
3,000 3,000
2,556.9
2,389.1 1,551.5
1,412.4 6.9%
905.1 4.4%
2,000 476.9 162.9
17.4% 0.0 0.0% 67.9
13.7% 15.6% 20%
0 0%
1,000 666.5 Dana Alokasi Dana Bagi Dana Alokasi Dana Otsus Dana Desa
415.7 350.7 0.2%
Umum Hasil Khusus
5.0 2.2 15.8 0.0
0 0% Pagu Realisasi Realisasi (%)
Belanja Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bansos Belanja Lain-
Pegawai lain Sumber: OM SPAN (data diolah)
Pagu Realisasi %
Sumber: OM SPAN (data diolah) Sampai dengan triwulan I 2021, realisasi TKDD di
Papua Barat mencapai Rp2.120,04 miliar atau 12,61
B.2 Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) persen dari total alokasi. Besaran realisasi tertinggi
Total alokasi TKDD yang diperuntukkan bagi dicapai oleh DAU dan DBH masing-masing
seluruh pemerintah daerah di Papua Barat mencapai Rp1.412,41 miliar (18,28 persen dari
mengalami penurunan sebesar -14,53 persen yaitu pagu DAU) dan Rp476,9 miliar (52,69 persen dari
dari Rp19.676,53 miliar di tahun sebelumnya pagu DBH). Adapun Dana Otonomi Khusus dan
menjadi Rp16.816,77 miliar pada tahun 2021. Dari Dana Insentif Daerah masih belum memiliki
keseluruhan pagu, Dana Alokasi Umum (DAU), DAK, realisasi selama 3 bulan terakhir, disebabkan oleh
Dana Otsus, dan Dana Desa mengalami sifat pengelolaan keuangan pemerintah daerah di
pertumbuhan, sedangkan Dana Bagi Hasil dan DID Provinsi Papua Barat yang akan memanfaatkan
mengalami penurunan. Alokasi terbesar TKDD Dana Otsus pada triwulan II tahun anggaran
terdapat pada DAU sebesar Rp7.727,23 miliar atau berkenaan setelah penetapan peraturan Gubernur.
tumbuh 2,06 persen dibanding tahun 2020.
B.3 Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Komposisi terbesar dari alokasi TKDD adalah DAU
Sampai dengan triwulan I 2021 jumlah penyaluran
(40,3 persen) yang sebagian besar digunakan untuk
KUR di Papua Barat mencapai Rp193,96 miliar yang
membiayai pelaksanaan tata kelola pemerintahan,
Grafik 2.7
Grafik 2.5 Jumlah Penyaluran KUR per Kab / Kota di Papua Barat
Komposisi Alokasi TKDD Papua Barat Tahun 2021 (persen) s.d Triwulan I 2021 (miliar Rupiah)
55.61
1,500 56.32 60.00
Dana Desa
1,320
7.4% Dana Alokasi
Umum 40.3% 1,200 1,129
Dana Otsus
21.9% 40.00
900
20.19

600 477
13.24 14.82
9.54 20.00
353 344 7.94 10.35
282
300 166 3.19 2.05
168
112 58 0.21 0.50
Dana Alokasi 6 1
Khusus 13.9% - 0.00
Kota Sorong

Manokwari

Sorong

Fakfak

Tl Bintuni

Sorsel

Raja Ampat

Kaimana

Tl Wondama

Tambrauw

Maybrat

Mansel

Dana Bagi Hasil


16.6%
Debitur Penyaluran
Sumber: OM SPAN (data diolah) Sumber: Sistem Informasi Kredit Program – SIKP (data diolah)

9 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan I 2021
BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBN

diberikan kepada 4.416 debitur. Daerah dengan Kecil sebesar Rp73,29 miliar dengan jumlah debitur
jumlah debitur KUR terbesar yaitu Kota Sorong sebanyak 308 nasabah. Sementara KUR Supermi
sebanyak 1.320 orang penerima dengan total telah tersalurkan sebesar Rp6,49 miliar kepada 775
penyaluran Rp55,61 milar. Selanjutnya, daerah debitur.
dengan jumlah penyaluran terbesar adalah Kab.
Jika dilihat per sektor, perdagangan merupakan
Manokwari sebesar Rp56,32 miliar yang diberikan
sektor yang memiliki jumlah penyaluran KUR
kepada 1.129 debitur. Besarnya jumlah debitur dan
terbesar. Sampai dengan triwulan I 2021,
penyaluran pada kedua wilayah tersebut
penyalurannya sebesar Rp103,2 miliar dengan
mengindikasikan bahwa persebaran penerima KUR
jumlah debitur sebanyak 2.204 nasabah. Kemudian
di Papua Barat tidak merata dengan sebagian besar
diikuti sektor jasa kemasyarakatan, sosial budaya,
berada di daerah yang kondisi perekonomiannya
hiburan dan perorangan lainnya sebesar Rp21,76
relatif lebih maju.
miliar dengan jumlah debitur sebanyak 540
Sesuai Peraturan Menteri Koordinator (Permenko) nasabah. Melihat kondisi tersebut, perlu perluasan
Bidang Perekonomian Nomor 8 Tahun 2019 jangkauan ke sektor lainnya yang lebih produktif
sebagaimana telah diubah dengan Permenko seperti sektor perikanan dan industri pengolahan.
Bidang Perekonomian Nomor 15 Tahun 2020, KUR Hal ini dikarenakan perluasan kepada sektor
terbagi menjadi 5(lima) jenis yaitu KUR Mikro, KUR produktif lebih menggerakkan roda perekonomian
Kecil, KUR TKI, KUR Khusus dan KUR Super Mikro. Papua Barat.
KUR Mikro diberikan kepada debitur paling banyak Tabel 2.3
Penyaluran KUR di Papua Barat per Sektor s.d Triwulan I 2021
Rp50 juta dengan jangka waktu kredit untuk modal
kerja paling lama 3 tahun atau investasi paling lama Sektor Debitur
Penyaluran Outstanding
(miliar Rp) (miliar Rp)
5 tahun. KUR Kecil diberikan dengan besaran antara Perdagangan Besar dan
2,204 103.20 86.38
Rp50 juta–Rp500 juta dan jangka waktu kredit Eceran
Jasa Kemasyarakatan, Sosial
untuk modal kerja paling lama 4 tahun atau Budaya, Hiburan dan 540 21.76 17.65
Perorangan Lainnya
investasi paling lama 5 tahun. Adapun KUR TKI Pertanian, Perburuan dan
508 19.05 17.66
diberikan kepada debitur paling banyak Rp25 juta Kehutanan
Transportasi, Pergudangan
dengan jangka waktu kredit paling lama sama 271 8.98 7.98
dan Komunikasi
Penyediaan Akomodasi dan
dengan masa kontrak kerja dan tidak melebihi Penyediaan Makan Minum
267 15.30 11.82

jangka waktu paling lama 3 tahun. Sedangkan KUR Industri Pengolahan 250 11.70 9.87
Supermi diberikan paling banyak Rp10 juta dengan
Perikanan 244 7.85 6.74
jangka waktu kredit untuk modal kerja paling lama
Real Estate, Usaha
3 tahun atau investasi paling lama 5 tahun. Persewaan, dan Jasa 91 3.83 3.61
Perusahaan
Jika dilihat per skema penyaluran, sampai dengan Jasa Kesehatan dan Kegiatan
34 1.64 1.55
Sosial
triwulan 1 2021 jumlah penyaluran KUR tertinggi di
Konstruksi 6 0.64 0.39
Papua Barat yaitu KUR Mikro sebesar Rp114,18
Jasa Pendidikan 1 0.01 0.01
miliar dengan jumlah debitur sebanyak 3.333
nasabah. Sementara itu untuk penyaluran KUR Jumlah 4,416 193.96 163.66

Tabel 2.2 Sumber: Sistem Informasi Kredit Program – SIKP (data diolah)
Penyaluran KUR di Papua Barat per Skema s.d Triwulan I 2021
Jika dilihat dari lembaga penyalur, terdapat lima
Penyaluran Outstanding
Skema Debitur
(miliar Rp) (miliar Rp) bank penyalur KUR di Papua Barat yaitu BRI,
Mikro 3,333 114.18 102.16
Mandiri, BNI, BRI Syariah dan BPD Papua. BRI
Supermi 775 6.49 5.89
merupakan bank penyalur KUR terbesar baik dari
Kecil 308 73.29 55.60
sisi jumlah debitur maupun besaran
Jumlah 4,416 193.96 163.66
penyalurannya. Sampai dengan triwulan I 2021,
dana KUR yang telah disalurkan oleh BRI sebesar
Sumber: Sistem Informasi Kredit Program – SIKP (data diolah)
Rp135,06 miliar dengan jumlah debitur mencapai

Triwulan I 2021 Kajian Fiskal Regional 10


Provinsi Papua Barat
BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBN

Tabel 2.4  Penyesuaian APBN dapat dimungkinkan terjadi


Penyaluran KUR di Papua Barat per Penyalur s.d Triwulan I 2021
sebagai langkah penanggulangan dampak
Nama Bank Debitur
Penyaluran Outstanding terhadap pendapatan masyarakat dan
(miliar Rp) (miliar Rp)
produksi, serta permintaan konsumsi domestik
Bank Rakyat Indonesia 3,827 135.06 112.75
maupun investasi yang masih belum
Bank Negara Indonesia 274 37.46 30.54 mengalami peningkatan berarti;
 Penyesuaian terhadap pelaksanaan belanja
Bank Mandiri 189 13.58 12.69
akibat penerapan kebijakan penanggulangan
BPD Papua 125 7.81 7.63 pandemi akan berpengaruh terhadap capaian
Bank BRI Syariah 1 0.05 0.05
output prioritas nasional, kecuali pada bidang
kesehatan seperti untuk stunting, ibu bayi,
Jumlah 4,416 193.96 163.66
untuk penyakit menular seperti TBC HIV, DBD,
Sumber: Sistem Informasi Kredit Program – SIKP (data diolah) serta penanganan Covid-19;
 Akselerasi belanja pemerintah sebagai bagian
3.827 orang. Sementara itu, dana KUR yang telah
dari pelaksanaan program Pemulihan Ekonomi
disalurkan oleh Bank BNI sebesar Rp30,54 miliar
Nasional (PEN) tetap akan menjadi alat utama
dengan jumlah debitur mencapai 274 orang.
dalam menggerakkan perekonomian melalui
Adapun Bank Mandiri telah menyalurkan KUR
peningkatan konsumsi.
sebesar Rp12,69 miliar dengan jumlah debitur
 Pemulihan perekonomian Papua Barat akan
mencapai 189 orang. Sedangkan BPD Papua telah
membutuhkan lebih banyak waktu mengingat
menyalurkan KUR sebesar Rp7,63 miliar kepada
kapasitas SDM relatif kurang memadai
125 debitur. Besarnya penyaluran yang dilakukan
sehingga penyesuaian kebijakan anggaran
oleh BRI sebagai akibat dari upaya intensifikasi
pemerintah tidak dapat dilaksanakan secara
dalam mempromosikan KUR melalui para
optimal.
Marketing Analisis dan Mikro (Mantri), serta Tabel 2.5
banyaknya cabang dan kantor kas di pelosok Prognosis Realisasi APBN Papua Barat s.d Triwulan IV 2021

wilayah Papua Barat. Prognosis Realisasi


s.d. Triw IV
Pagu
Uraian
(miliar Rp)
C. PROGNOSIS REALISASI APBN SAMPAI Rp
%
(miliar)
DENGAN AKHIR TAHUN 2021
Pendapatan APBN 2,748.75 2,707.52 98.5

Belanja APBN 26,056.37 24,883.83 95.5


Sampai dengan akhir tahun 2021, diperkirakan
terdapat beberapa faktor utama yang Surplus Defisit (22,176.31)
mempengaruhi pencapaian realisasi APBN di Papua
Sumber: OM SPAN, KPP Pratama Manokwari dan KPP Pratama
Barat yaitu: Sorong (data diolah)

 Perekonomian global belum akan pulih secara Berdasarkan tren dua tahun terakhir (2018 - 2020)
menyeluruh seiring kebijakan penanggulangan dan ditambah dengan upaya pemulihan
pandemi yang masih diterapkan dan hanya perekonomian yang terdampak pandemi secara
beberapa negara yang perekonomiannya konsisten, serta faktor-faktor yang mempengaruhi
mampu tumbuh akibat keberhasilannya dalam pencapaian realisasi APBN di Papua Barat, dapat
penanggulangan pandemi; diperkirakan realisasi pendapatan APBN dapat
 Risiko resesi ekonomi dunia yang masih mencapai Rp2.707,52 miliar (98,5 persen)
mengancam sepanjang tahun 2021 dan belum sedangkan belanja APBN mampu mencapai
akan pulih seperti sediakala selama program Rp24.883,83 (95,5 persen). Sehingga pada akhir
vaksinasi belum merata dan belum mampu tahun 2021, realisasi APBN lingkup Provinsi Papua
mencegah gelombang pandemi menyerang Barat diperkirakan terjadi defisit sebesar
kembali; -Rp22.176,31 miliar.

11 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan I 2021
BAB Perkembangan
III dan Analisis APBD

“Eksotisme Hiu di Taman Nasional Teluk Cendrawasih”

#DJPbKawalAPBN
BAB Perkembangan
III dan Analisis APBD

0,85 M
LAIN-LAIN PENDAPATAN
YANG SAH

PAD 409.18 M 2,02 T


PENDAPATAN
PENDAPATAN
TRANSFER 1,61 T

PEGAWAI 465,7 M 7,25%

BARANG 87,9 M
1,43%
617,31 M
MODAL 0,66 M 0,01%
BELANJA
BANTUAN 0,001%
KEUANGAN0,07 M
BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBD

P
embangunan daerah membutuhkan tetap dapat mewujudkan pencapaian target
pendanaan besar yang bersumber dari pembangunan di masa pandemi. Di sisi lain, terjadi
semua penerimaan yang mampu kenaikan cukup signifikan sebesar 22,26 persen
diperoleh oleh daerah. Sumber penerimaan daerah pada target Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
untuk saat ini lebih didominasi oleh penerimaan menunjukkan besarnya upaya pemerintah daerah
dana transfer dari pemerintah pusat, sehingga di Papua Barat untuk mandiri. Sementara itu, pada
menunjukkan bahwa keberlangsungan pagu belanja APBD yang ditetapkan sebesar
pembangunan suatu daerah masih bergantung Rp27.311,47 miliar, hampir semua jenis belanja
pada pemerintah pusat. Semua pengeluaran untuk mengalami penurunan kecuali belanja pegawai dan
pembangunan daerah dan sumber dana yang belanja bunga. Penyebabnya, antara lain adalah
diperlukan tertuang dalam dokumen Anggaran turunnya alokasi dana perimbangan mendorong
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sebagai adanya penyesuaian pada semua jenis belanja,
sebuah rencana keuangan tahunan pemerintah sedangkan rencana penambahan jumlah PNS, dan
daerah, APBD merupakan instrumen kebijakan pembayaran THR-Gaji 13 membuat perhitungan
fiskal dalam upaya meningkatkan
Tabel 3.1
pelayanan umum dan kesejahteraan Pagu dan Realisasi APBD Seluruh Pemda Papua Barat
s.d Triwulan I 2020 dan Triwulan I 2021 (miliar Rupiah)
masyarakat. Dalam merencanakan
sumber pendapatan dan alokasi Triwulan I 2020 Triwulan I 2021
URAIAN
belanja, pemerintah daerah melihat Pagu Realisasi Pagu Realisasi
kebutuhan riil masyarakat berdasarkan PENDAPATAN 24,954.61 2,148.86 19,515.94 2,016.98

potensi daerah dengan berorientasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1,102.72 155.56 1,348.23 409.18
Pajak Daerah 537.11 107.31 730.94 148.97
pada kepentingan/ skala prioritas
Retribusi Daerah 124.39 4.37 145.73 55.34
pembangunan. Selain itu, APBD Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
49.08 - 52.01 1.31
merupakan salah satu pendorong (key yang Dipisahkan

leverage) bagi pertumbuhan ekonomi Lain-lain PAD yang Sah 392.14 43.88 419.55 203.56
Pendapatan Transfer 22,000.07 1,954.38 17,320.07 1,606.95
daerah untuk mewujudkan masyarakat
Dana Bagi Hasil (DBH) 3,361.88 474.92 905.06 369.04
yang sejahtera, mandiri, dan Dana Alokasi Umum (DAU) 7,680.16 1,410.08 7,727.23 1,185.12
berkeadilan, terlebih di masa pandemi Dana Alokasi Khusus (DAK) 2,258.06 69.38 2,351.20 40.08
yang mempengaruhi pendapatan Dana Desa 695.43 - 1,551.50 12.71

masyarakat. Dana Insentif Daerah (DID) 119.28 - 191.52 -


Dana Penyesuaian dan Otsus 7,333.73 - 4,090.25 -
Secara total, target pendapatan APBD Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi
494.05 - 314.54 -
dan Pemerintah Daerah Lainnya
tahun 2021 seluruh pemerintah daerah
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau
di Papua Barat mengalami penurunan - Pemerintah Daerah Lainnya
57.48 - 188.77 -

21,79 persen, demikian halnya dengan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah 1,851.82 38.92 847.64 0.85
Pendapatan Hibah 147.97 - 144.98 -
pagu belanja sebesar -7,54 persen. Dari
Pendapatan Lainnya 1,703.85 38.92 702.66 0.85
pendapatan APBD Papua Barat tahun
BELANJA DAN TRANSFER 29,538.01 1,461.14 27,311.47 617.31
2021 yang ditargetkan sebesar Belanja Pegawai 5,824.18 591.72 6,421.00 465.67
Rp19.515,94 miliar, pendapatan Belanja Bunga 69.9 14.89 78.71 18.01

transfer menurun -21,27 persen Belanja Subsidi 26.88 7.29 21.27 -


Belanja Hibah 2,052.12 404 1,734.13 21.26
dengan komponen Dana Bagi Hasil
Belanja Bantuan Sosial 582.84 60.42 360.64 10.81
(DBH) menjadi yang terbesar (-73,08
Belanja Tidak Terduga 988.44 7.07 37.14 12.93
persen). Penurunan tersebut sebagai Belanja Barang dan Jasa 6,346.09 332.61 6,145.49 87.9
konsekuensi dari program pemulihan Belanja Modal 6,551.32 33.99 6,454.90 0.66

ekonomi yang dilaksanakan terpusat Transfer Bantuan Keuangan 7,096.24 9.15 6,058.19 0.07
SURPLUS (DEFISIT) -4,583.40 687.71 -7,795.53 1,399.68
oleh pemerintah pusat. Sedangkan
PEMBIAYAAN 4,558.23 154.31 659.29 2,918.19
pemerintah daerah diharapkan mampu SiLPA (SiKPA) -25.17 842.02 -7,136.25 4,317.86
menciptakan creative financing agar Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)

Triwulan I 2021
Kajian Fiskal Regional 12
Provinsi Papua Barat
BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBD

pembayaran gaji mengalami kenaikan. Di samping daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
itu, terdapat kewajiban pembayaran bunga atas dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.
pinjaman pemerintah provinsi dan beberapa Grafik 3.2
pemerintah kabupaten/kota. Total Pagu dan Realisasi per Jenis PAD Seluruh Pemda Papua
Barat s.d Triwulan I 2021 (miliar Rp, persen)

Adapun total realisasi pendapatan APBD seluruh 1,500.00


1,348.23 37.97%
42%

pemerintah daerah di Papua Barat sampai dengan 36%


1,200.00
30.35%
triwulan I 2021 mencapai Rp2.016,98 miliar atau 30%

10,34 persen dari target. Sementara itu, realisasi 900.00 730.94 24%

belanja hanya sebesar 2,26 persen dari alokasi atau 20.38% 18%
600.00
409.18
Rp617,31 miliar. Rendahnya realisasi belanja 12%
300.00 148.97 145.73
disebabkan karena terlambatnya pelaksanaan 55.34 52.01
2.52% 6%
1.31
berbagai kegiatan dan proyek, menunggu 0.00 0%
Pajak Daerah Retribusi Kekayaan Lain-lain PAD
dikeluarkannya SK penunjukkan dan petunjuk Daerah Daerah yang Sah
teknisnya. Dipisahkan
Pagu Realisasi %
Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)
A. PENDAPATAN DAERAH
Target PAD seluruh pemerintah daerah Papua
Barat tahun 2021 sebesar Rp1.348,22 miliar atau
Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
naik 22.26 persen dari tahun 2020. Sampai dengan
Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun
triwulan I 2021, realisasi PAD seluruh pemerintah
2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
daerah di Papua Barat sebesar Rp409,19 miliar atau
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,
30,35 persen dari target. Realisasi masing-masing
pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang
komponen PAD yaitu pajak daerah mencapai 20,38
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih
persen, retribusi daerah 37,97 persen, hasil
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 2,52
Pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli
persen, sedangkan lain-lain PAD yang sah mencapai
Daerah (PAD), Pendapatan Transfer dan Lain-Lain
48,52 persen. Tingkat realisasi PAD yang lebih
Pendapatan Daerah yang Sah.
tinggi (tumbuh 163,04 persen) dibandingkan
A.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) periode yang sama tahun sebelumnya terjadi
PAD merupakan pendapatan yang diperoleh seiring kembali longgarnya mobilitas dan kembali
daerah yang dipungut berdasarkan peraturan bergeliatnya aktivitas ekonomi masyarakat sebagai
daerah sesuai dengan peraturan perundang- sumber PAD
undangan. Besaran PAD dalam postur APBD
A.1.1 Pajak Daerah
merupakan indikator kemandirian daerah.
Sampai dengan triwulan I 2021, total realisasi
Komponen PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi
penerimaan pajak daerah seluruh pemerintah
Grafik 3.1 Grafik 3.3
Target dan Realisasi PAD Seluruh Pemda Papua Barat s.d Realisasi Pajak Daerah per Pemda di Papua Barat
Triwulan I 2020 dan Triwulan I 2021 (miliar Rp) s.d Triwulan I 2021 (miliar Rupiah)
140.00 125.92

105.00
409.18
2021
1,348.23
70.00

35.00
155.56
2020 8.54 8.47 3.73
1.36 0.57 0.26 0.10 0.01 0.01 0.00 - - -
1,102.72
0.00
Peg. Arfak
Kota Sorong

Sorong

Raja Ampat
Provinsi

Tambrauw

Fakfak
Manokwari

Kaimana

Sorsel

Maybrat
Mansel

Tl Wondama
Tl Bintuni

0.00 500.00 1,000.00 1,500.00


Realisasi Target
Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)
Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)

13 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan I 2021
BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBD

daerah Papua Barat tercatat sebesar Rp148,97 Rp168,06 miliar, sebagian besar berasal dari lain-
miliar. Pemerintah daerah yang memiliki realisasi lain PAD yang sah lainnya dan pendapatan jasa giro.
penerimaan pajak daerah terbesar yaitu Grafik 3.5
Realisasi Lain-Lain PAD yang Sah per Pemda di Papua Barat
Pemerintah Provinsi Papua Barat mencapai s.d Triwulan I 2021 (miliar Rupiah)
Rp125,92 miliar dengan penyumbang terbesar
Provinsi 168.06
berasal dari penerimaan pajak kendaraan Sorong 14.28
bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor, dan Kaimana 7.97
pajak air permukaan. Kota Sorong 5.49
Maybrat 2.03
A.1.2 Retribusi Daerah Sorsel 1.92
Total realisasi penerimaan retribusi daerah seluruh Raja Ampat 1.91

pemerintah daerah di Papua Barat sampai dengan Tl Wondama 1.04


Peg. Arfak 0.35
triwulan I tahun 2021 mencapai Rp55,34 miliar.
Tambrauw 0.31
Pemerintah daerah yang memiliki realisasi Manokwari 0.16
penerimaan retribusi daerah terbesar yaitu Mansel 0.04
Pemerintah Provinsi Papua Barat yang mencapai Tl Bintuni -
Fakfak -
Rp49,22 miliar yang sebagian besar berasal dari
0 50 100 150 200
Retribusi Izin Perikanan.
Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)
Grafik 3.4
Realisasi Retribusi Daerah per Pemda di Papua Barat
s.d Triwulan I 2021 (juta Rupiah) A.2 Pendapatan Transfer
Total target pendapatan transfer seluruh
Peg. Arfak -
Maybrat - pemerintah daerah Papua Barat tahun 2021
Tambrauw - sebesar Rp17.320,07 miliar atau turun -21,27
Tl Wondama -
Tl Bintuni -
persen dari tahun 2020. Dari seluruh komponen
Fakfak - pendapatan transfer, porsi terbesar yaitu DAU
Sorsel 0.00
sebesar Rp7.727,23 miliar atau 44,6 persen dari
Mansel 0.02
Manokwari 0.07 target pendapatan transfer. Kondisi tersebut
Sorong 0.34 mengindikasikan bahwa di Papua Barat tingkat
Raja Ampat 1.38
Kaimana 1.81
ketergantungan pemerintah daerah terhadap
Kota Sorong 2.50 pemerintah pusat sangat tinggi. Keadaan ini patut
Provinsi 49.22
diwaspadai mengingat pengalaman sebagian besar
0 20 40 60
daerah yang memiliki ketergantungan tinggi pada
Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)
dana transfer akan lebih memilih status quo
A.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah terhadap penerimaan dari pemerintah pusat
yang Dipisahkan (Inanga dan Wusu, 2004).
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Grafik 3.6
Komposisi Komponen Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah
Dipisahkan seluruh pemerintah daerah di Papua di Papua Barat Tahun 2021 (persen)
Barat sampai dengan triwulan I tahun 2021 telah
Dana Desa + DID;
terealisasi sebesar Rp1,31 miliar berasal dari Kota 10.1% Dana Alokasi
Umum 44.6%
Sorong sebagai hasil dari deviden atas penyertaan
modal pada perusahaan.
Bagi Hasil Pajak/Bukan
Pajak 23,9%
A.1.4 Lain-Lain PAD yang Sah
Sampai dengan triwulan I tahun 2021 total
penerimaan Lain-lain PAD yang Sah seluruh
Dana Alokasi Dana Penyesuaian dan
pemerintah daerah di Papua Barat sebesar Rp6,99 Khusus 13.6% Otonomi Khusus 23.6%

miliar. Pemerintah daerah yang memiliki realisasi


tertinggi penerimaan lain-lain PAD yang sah yaitu
Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)
Pemerintah Provinsi Papua Barat mencapai

Triwulan I 2021
Kajian Fiskal Regional 14
Provinsi Papua Barat
BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBD

Sampai dengan triwulan I 2021, realisasi Grafik 3.8


Komposisi Belanja Pemerintah Daerah di Papua Barat
pendapatan transfer seluruh pemerintah daerah Tahun 2021 (persen)

Papua Barat mencapai Rp1.606,95 miliar.


Pemerintah daerah yang memiliki realisasi terbesar Belanja Barang Belanja Pegawai
28.9% 30.2%
yaitu Kota Sorong sebesar Rp297,08 miliar yang
didominasi oleh DAU.

A.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Belanja


Lainnya
Sampai dengan triwulan I 2021, total realisasi Lain- 8.8%
Lain Pendapatan Daerah yang Sah seluruh
pemerintah daerah di Papua Barat mencapai Belanja Bansos Belanja Modal
1.7% 30.4%
Rp852,5 juta miliar. Pemerintah daerah yang
memiliki realisasi terbesar yaitu Kab. Kaimana Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)
sebesar Rp343,62 juta. Tercatat hanya 3 daerah
daerah tertinggi yaitu belanja pegawai sebesar
yang memiliki realisasi lain-lain pendapatan daerah
Rp465,67 miliar yang dikeluarkan secara rutin pada
yang sah, yaitu Kab. Kaimana, Kab. Sorong Selatan
setiap bulannya untuk pembayaran gaji dan
dan Kab. Maybrat. Sedangkan pada pemerintah
tunjangan. Realisasi terbesar berikutnya adalah
daerah lainnya, realisasi lain-lain pendapatan
belanja hibah sebesar Rp21,26 miliar, dan belanja
daerah yang sah baru akan terwujud pada paruh
bunga sebesar Rp18,01 miliar. Sementara itu,
kedua tahun anggaran berjalan.
belanja barang dan belanja modal baru terealisasi
Grafik 3.7 masing-masing sebesar Rp87,9 miliar dan Rp0,66
Realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
per Pemda di Papua Barat s.d Triwulan I 2021 miliar. Belum mulainya berbagai kegiatan dan
(juta Rupiah)
proyek berpengaruh terhadap kecilnya tingkat
400
343.62 337.35
realisasi. Kedua belanja tersebut akan mengalami
320
peningkatan realisasi yang besar menjelang
240
berakhirnya tahun anggaran.
160 Grafik 3.9
Pagu dan Realisasi per Jenis Belanja Seluruh Pemda di Papua
80 Barat s.d Triwulan I 2021 (miliar Rupiah, persen)
0.17 - - - - - - - - - - -
0 7,000 6,421.00 6,454.90 8.00%
6,145.49 7.25%
Tl Wondama
Kaimana

Manokwari

Tambrauw
Sorsel

Maybrat

Kota Sorong
Provinsi

Fakfak

Tl Bintuni
Raja Ampat

Peg. Arfak

Mansel
Sorong

6,000
6.00%
5,000

4,000
Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah) 4.00%
3.00% 2.79%
3,000
B. BELANJA DAERAH 1.43% 1,871.25
2,000
2.00%
0.01%
1,000
465.67 0.66 360.64
87.90 10.81 52.20
Total pagu belanja daerah tahun 2021 seluruh
- 0.00%
pemerintah daerah di Papua Barat mencapai Belanja Belanja Belanja Belanja Belanja
Barang Pegawai Modal Bansos Lainnya
Rp27.311,47 miliar. Berdasarkan jenisnya, belanja
Pagu Realisasi %
daerah dengan porsi terbesar yaitu belanja modal
Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)
dengan kontribusi sebesar 30,4 persen dan belanja
pegawai sebesar 30,2 persen. Sementara itu, porsi C. PROGNOSIS REALISASI APBD SAMPAI
belanja barang mencapai 28,9 persen. DENGAN AKHIR TAHUN 2021
Sampai dengan triwulan I 2021, total realisasi
belanja daerah di Papua Barat relatif masih rendah Sampai dengan akhir tahun 2021, diperkirakan
yaitu sebesar Rp617,31 miliar atau hanya 2,26 terdapat beberapa faktor utama yang
persen dari total pagu. Untuk realisasi belanja

15 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan I 2021
BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBD

mempengaruhi pencapaian realisasi Tabel 3.2


Prognosis Realisasi APBD Seluruh Pemerintah Daerah Papua Barat
pendapatan dan belanja daerah di Papua s.d Triwulan IV Tahun 2021
Barat, yaitu:
Realisasi Perkiraan Realisasi
 Perekonomian lokal diperkirakan masih Pagu
s.d. Tw I 2021 s.d. Tw IV 2021
Uraian
(miliar Rp)
akan tertahan dan terganggu dengan Rp Rp
% %
(miliar) (miliar)
upaya penanggulangan pandemi
meskipun perlahan aktivitas ekonomi Pendapatan Daerah 19,515.94 2,016.98 10,34 18,540.14 95

kembali berjalan dengan penerapan Belanja dan


27,311.47 617.31 2,26 24,580.32 90
Transfer Daerah
protokol kesehatan;
 Rentannya perekonomian domestik Surplus / Defisit 1,399.68 -6,040.18

terhadap resesi membuat pemerintah Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)
pusat akan melakukan penyesuaian
Dengan melihat tren realisasi pendapatan dari
APBN pada kondisi tertentu sehingga akan
tahun 2017 hingga 2020 yang berkisar antara 90–
berdampak pada perubahan besaran dana
105 persen, maka perkiraan realisasi pendapatan
TKDD yang berpengaruh pada APBD secara
daerah seluruh pemerintah daerah di Papua Barat
keseluruhan;
sampai dengan akhir tahun 2021 akan mampu
 Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) relatif
mencapai 95 persen atau Rp18.540,14 miliar.
rendah dari target yang ditetapkan karena
Sementara itu, dengan cara yang sama berdasarkan
tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap
realisasi belanja tahun 2017 sampai 2020 yang
sumber daya alam (raw material), sedangkan
berkisar antara 80 - 90 persen, maka perkiraan
pasar komoditi internasional belum
realisasi belanja daerah sampai akhir tahun 2021
sepenuhnya pulih, dan masih banyaknya
mencapai Rp24.580,32 miliar atau 90 persen.
negara tujuan ekspor yang menghadapi
Sehingga pada akhir tahun 2021, realisasi APBD
gelombang lanjutan pandemi;
lingkup Provinsi Papua Barat diperkirakan terjadi
 Pelaksanaan APBD dalam rangka pemulihan
defisit anggaran sebesar -Rp6.040,18 miliar.
perekonomian Papua Barat diperkirakan
berjalan lambat karena masih adanya
permasalahan rutin dalam pengelolaan
keuangan yaitu, keterbatasan kapasitas SDM
pengelola keuangan, seringnya keterlambatan
penetapan SK penunjukan/ penggantian
pejabat perbendaharaan, keterbatasan jumlah
SDM sebagai panitia pengadaan barang dan
jasa, serta keterbatasan pejabat pengadaan
yang bersertifikat;
 Keterlambatan pelaksanaan pengadaan dan
kegiatan akibat kebijakan penanggulangan
pandemi yang diterapkan akan berpengaruh
terhadap capaian kinerja RKPD dan RPJMD

Berdasarkan tren realisasi APBD Papua Barat pada


tahun 2017 hingga tahun 2020, serta faktor-faktor
yang mempengaruhi realisasi pendapatan dan
belanja daerah di atas, maka diperkirakan realisasi
APBD sampai dengan akhir 2021 sebagaimana pada
tabel 3.2.

Triwulan I 2021
Kajian Fiskal Regional 16
Provinsi Papua Barat
Perkembangan
BAB Anggaran
IV Konsolidasian

“Ceria di Pantai Marsinam Kabupaten Manokwari”

#DJPbKawalAPBN
Perkembangan
BAB Anggaran
IV Konsolidasian

PENERIMAAN
PENDAPATAN 2,45 T
PERPAJAKAN 595,4 M
PENDAPATAN
BUKAN PAJAK 344,4 M
TRANSFER 1,51 T

PENGELUARAN
BELANJA
2,11 T
BELANJA
PEMERINTAH 2,05 T
TRANSFER 55,21 M

SURPLUS
347,21 M
BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS ANGGARAN KONSOLIDASIAN

A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH pelaporan yang sama, dan telah dilakukan eliminasi
KONSOLIDASIAN atas akun-akun resiprokal (berelasi).

B.1 Analisis Proporsi dan Perbandingan


Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian
Pendapatan konsolidasian Papua Barat terdiri dari
(LKPK) adalah laporan yang disusun berdasarkan
pendapatan perpajakan, pendapatan bukan pajak
konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
dan pendapatan transfer. Proporsi pada pagu
dengan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
pendapatan konsolidasian terbesar tahun 2021
dalam periode waktu tertentu.
adalah pendapatan perpajakan yang mencapai
Target pendapatan konsolidasian Papua Barat pada 59,16 persen. Sementara transfer konsolidasian
tahun 2021 sebesar Rp5.447,93 miliar. Adapun dan pendapatan bukan pajak konsolidasian masing-
pagu belanja konsolidasian mencapai Rp36.551,08 masing sebesar 31,6 persen persen persen dan 9,24
miliar. Sehingga pada tahun 2021 defisit persen.
konsolidasian ditetapkan sebesar –Rp31.103,15
Pada target pendapatan perpajakan konsolidasian
miliar. Sampai dengan triwulan I 2021, realisasi
Papua Barat, yang terdiri dari pendapatan
penerimaan pendapatan konsolidasian di Papua
perpajakan pusat sebesar Rp2.492,23 miliar dan
Barat tercatat sebesar Rp2.454,75 miliar.
pendapatan perpajakan daerah sebesar Rp730,94
Sementara realisasi belanja konsolidasian
miliar, mengalami kenaikan 2,27 persen bila
mencapai Rp2.107,54 miliar. Alhasil, pada periode
dibandingkan tahun sebelumnya sebesar
ini terjadi surplus sebesar Rp347,21 miliar.
Rp2.933,28 miliar. Adanya kenaikan tersebut
Tabel 4.1 didasarkan pada asumsi
Pagu dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Konsolidasian Papua Barat s.d Triwulan I 2021 (miliar Rupiah)
bahwa kondisi ekonomi tahun
Pagu 2021 Realisasi Tw I 2021 2021 akan menuju perbaikan
Uraian
Pusat Daerah Konsolidasi Pusat Daerah Konsolidasi
meskipun dengan penyesuain
situasi dan kondisi terhadap
Pendapatan 2,748.75 19,515.94 5,447.93 529.72 2,016.99 2,454.75
pandemi. Selain itu,
Perpajakan 2,492.23 730.94 3,223.16 446.42 148.97 595.39
permintaan komoditas
Pendapatan Bukan
Pajak
256.52 1,464.92 1,721.45 83.30 261.06 344.37 internasional seperti minyak
Transfer - 17,320.08 503.31 1,606.95 1,514.99 dan gas bumi yang perlahan
meningkat khususnya dari
Belanja 26,056.37 27,311.48 36,551.08 1,582.19 617.31 2,107.54
negara-negara yang berhasil
Belanja Pemerintah 9,239.60 21,253.29 30,492.89 1,435.09 617.24 2,052.33
menekan penyebaran Covid-
Transfer 16,816.77 6,058.19 6,058.19 147.10 0.07 55.21 19 turut mempengaruhi
Surplus / Defisit -23,307.62 -7,795.53 -31,103.15 -1,052.47 1,399.68 347.21 naiknya target pendapatan
Pembiayaan - 659.29 659.29 - 2,918.19 2,918.19
perpajakan dan pendapatan
bukan pajak di Papua Barat.
SiLPA (SiKPA) - -7,136.25 -30,443.86 - 4,317.86 3,265.39
Sampai dengan triwulan I
Sumber: OM-SPAN, SIKD, KPP Manokwari dan KPP Sorong (data diolah)
2021, realisasi pendapatan
B. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN konsolidasian mampu mencapai Rp2.454,75 miliar
atau 45,06 persen dari target. Realisasi tersebut
Pendapatan pemerintahan umum (General terdiri dari pendapatan pemerintah pusat sebesar
Government Revenue) atau pendapatan Rp529,72 miliar dan pendapatan pemerintah
konsolidasian tingkat wilayah adalah konsolidasian daerah sebesar Rp1.925,03 miliar.
antara seluruh pendapatan pemerintah baik itu B.2 Analisis Perubahan
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah Bila dibandingkan periode yang sama tahun
suatu wilayah tertentu dalam satu periode sebelumnya, realisasi pendapatan pajak
konsolidasian menurun -2,31 persen dari Rp609,46

17 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan I 2021
BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS ANGGARAN KONSOLIDASIAN

miliar menjadi Rp595,39 miliar. Perlambatan konsolidasian Papua Barat sebesar Rp2.052,33
tersebut disebabkan karena pendapatan PPN dalam miliar atau 5,77 persen dari pagu. Dari nilai
negeri dan pajak penghasilan yang menurun. tersebut, realisasi belanja pemerintah dan transfer
Sementara itu, pada realisasi pendapatan bukan masing-masing mencapai Rp2.052,33 miliar (6,73
pajak konsolidasian terjadi sebaliknya dengan persen) dan Rp55,21 miliar (0,91 persen).
peningkatan mencapai 206,81 persen dari
Jika dilihat per jenis belanja, sampai dengan
Rp112,24 miliar menjadi Rp344,37 miliar
triwulan I 2021, tingkat realisasi belanja
disebabkan bertambahnya realisasi pendapatan
konsolidasian tertinggi yaitu belanja pegawai dan
jasa pelayanan kebandarudaraan dan jasa
belanja bantuan sosial masing-masing mencapai
pelayanan kepelabuhanan.
7,25 persen dan 3,0 persen. Sementara itu realisasi
B.3 Analisis Kontribusi Pendapatan belanja modal konsolidasian terlihat belum
Pemerintah Terhadap Perekonomian optimal yang baru mencapai 0,01 persen, sehingga
Daerah diperlukan akselerasi untuk merealisasikan
Pada periode triwulan I tahun 2021, PDRB Papua belanja tersebut sampai dengan berakhirnya tahun
Barat sebesar Rp21.534,03 miliar dengan anggaran. Adapun belanja barang dan belanja lain-
pertumbuhan ekonomi sebesar 1,47 persen (yoy). lain masing-masing sebesar 1,43 persen dan 2,79
Sementara itu pada periode yang sama, terjadi persen.
pertumbuhan realisasi pendapatan konsolidasian Grafik 4.1
Realisasi Belanja Konsolidasian Papua Barat per Jenis
sebesar 58,71 persen. Berdasarkan perbedaan s.d Triwulan I 2021 (miliar Rupiah, persen)
antara angka pertumbuhan ekonomi dan kenaikan
7,000.00 6,454.90 20%
pendapatan yaitu sebesar 57,24 persen [ 58,71 – 6,421.00 6,145.49

(1.47) ]. Hal ini mengindikasikan bahwa hingga 7.25%


berakhirnya triwulan I 2021 penerimaan 3.00% 2.79%
1.43%
0.01%
pendapatan mengalami peningkatan yang pesat
3,500.00 0%
dari sebelumnya, namun demikian masih pandemi
1,871.25
yang masih berlangsung dapat berpengaruh buruk
360.64
jika pendapatan tidak dioptimalkan dari berbagai 465.67
87.90 0.66 10.81 52.20
potensi yang ada. 0.00 -20%
Belanja Belanja Belanja Belanja Belanja
Pegawai Barang Modal Bansos Lain-Lain
C. BELANJA KONSOLIDASIAN
pagu realisasi %

Sumber: OM-SPAN dan SIKD (data diolah)


Belanja Pemerintahan Umum (General Government
Spending) atau Belanja Konsolidasian Tingkat C.2 Analisis Perubahan
Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh Pagu belanja konsolidasian tahun 2021 naik 12,09
belanja Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah persen dibandingkan pagu tahun sebelumnya,
suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang yaitu dari Rp32.608,57 miliar menjadi
sama, dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun Rp36.551,08 miliar. Pagu yang naik tersebut
resiprokal (berelasi). disebabkan oleh peningkatan kebutuhan anggaran
di daerah yang digunakan untuk membiayai
C.1 Analisis Proporsi dan Perbandingan
program dan kegiatan dalam upaya pencapaian
Belanja konsolidasian Papua Barat terdiri dari
target kinerja pembangunan sekaligus pemulihan
belanja pemerintah dan transfer konsolidasian.
ekonomi melalui belanja Satuan Kerja (Satker)
Proporsi alokasi belanja konsolidasian terbesar
Kementerian Negara/Lembaga dan belanja
tahun 2021 adalah belanja pemerintah yang
Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
mencapai 83,43 persen. Sementara itu proporsi
belanja transfer hanya sebesar 16,57 persen. C.3 Analisis Kontribusi Belanja Pemerintah
Terhadap Perekonomian Daerah
Sampai dengan triwulan I 2021, realisasi belanja
Kontribusi pemerintah terhadap perekonomian

Kajian Fiskal Regional 18


Triwulan I 2021
Provinsi Papua Barat
BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS ANGGARAN KONSOLIDASIAN

daerah dapat dijelaskan melalui Teori Tabel 4.2


Kontribusi Belanja Pemerintah Terhadap Perekonomian
Perpotongan Keynesian (Keynesian Cross Theory). Papua Barat s.d Triwulan I 2021
Menurut teori tersebut, salah satu variabel yang
berpengaruh terhadap pencapaian output (Y) yaitu Uraian Realisasi

belanja pemerintah (government spending).


Kenaikan belanja pemerintah akan mendorong Belanja Pemerintah (miliar Rupiah) 2.313,96

output menjadi lebih besar dimana ekuilibrium


Belanja Modal (miliar Rupiah) 0,66
bergerak dari titik A ke titik B dan output
meningkat dari Y1 ke Y2 (Mankiw, 2013).
PDRB (miliar Rupiah) 21.534,03
Gambar 4.1
Pengaruh Kenaikan Belanja Pemerintah terhadap Output Menurut Kontribusi Pengeluaran Pemerintah terhadap PDRB
Perpotongan Keynesian 9,79
(persen)

Pengeluaran Aktual Kontribusi Belanja Modal terhadap PDRB (persen) 0,003


Pengeluaran, E

B Sumber: OM-SPAN, SIKD, BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)


E2 = Y2 Pengeluaran yang
∆G Direncanakan milliar = 9,79 persen. Adapun kontribusi investasi
∆Y pemerintah terhadap PDRB sebesar Rp0,66 miliar
A / Rp21.534,03 miliar = 0,003 persen. Kondisi
E1 = Y1
tersebut menunjukan bahwa kontribusi belanja
pemerintah, baik pemerintah pusat dan daerah
belum signifikan terhadap perekonomian Papua
Barat.
450

Y ∆Y Y2 Output, Y
(Sumber: Mankiw, 2013)

Nilai output dihitung dengan menjumlahkan


pengeluaran aggregat yaitu pengeluaran
konsumen, pengeluaran investasi, pembelian
pemerintah untuk barang dan jasa, serta ekspor
dikurangi impor (net export) yang ditunjukan
dengan persamaan sebagai berikut:

Y = C + I + G + (X – M)

Nilai output suatu daerah diwujudkan dalam


bentuk PDRB. Kontribusi pemerintah terhadap
PDRB dilihat dari sisi belanja, dihitung dengan cara
membandingkan nilai belanja pemerintah
terhadap PDRB. Sedangkan jika dilihat dari sisi
investasi, kontribusi pemerintah terhadap PDRB
dihitung dengan cara membandingkan nilai
belanja modal terhadap PDRB. Hal ini sebagaimana
terlihat pada tabel 4.2.

Sampai dengan triwulan I 2021, kontribusi belanja


pemerintah konsolidasian terhadap PDRB Papua
Barat sebesar Rp2.107,54 miliar / Rp21.534,03

19 Kajian Fiskal Regional


Provinsi Papua Barat Triwulan I 2021
BAB Isu / Berita
V Regional Terpilih

“Mama-mama penjual ikan asar di Pasar Bomberay,


Fakfak”

#DJPbKawalAPBN
BAB Isu / Berita
V Regional Terpilih

Investasi di
Masa Pandemi
KEK Sorong
Kepulauan
Raja Ampat

REALISASI PEMBIAYAAN
DANA DESA ULTRA MIKRO
67,85 M (UMi)

DESA
467
96,6 JT 12
DEBITUR

DAK FISIK - DAK NON FISIK


REALISASI REALISASI
- 162,88 M
BAB V ISU / BERITA REGIONAL TERPILIH

A. INVESTASI DEMI PEMBANGUNAN DI MASA sektor jasa pendidikan memiliki pengganda


PANDEMI pendapatan terbesar, sementara sektor industri
lainnya dan industri makanan-minuman jadi (hotel-
Pembangunan Provinsi Papua Barat dilakukan restoran) memiliki pengganda tenaga kerja
melalui pengembangan wilayah berbasis sektoral terbesar dan derajat kepekaan tertinggi.
yang mampu memberikan dampak terhadap
A.1 Kebijakan Investasi Hijau
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sebagai wujud dari implementasi RKPD (jangka
Pengembangan ini dilakukan dengan
pendek) dan RPJMD (jangka menengah) oleh
memanfaatkan investasi sebagai sebuah inovasi
pemerintah daerah dalam bingkai otonomi daerah,
pembiayaan daerah yang dapat memberikan efek
pengembangan wilayah berbasis sektoral
berantai dalam perekonomian. Terutama pada
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi daerah
masa pandemi, investasi tidak hanya bisa sekedar
agar memiliki aspek keberlanjutan. Melalui sebuah
ditunggu datangnya, namun upaya ekstra perlu
kebijakan yang disebut sebagai Investasi Hijau,
dilakukan dengan memacu investasi untuk tetap
masyarakat dan investor didorong untuk mengelola
masuk ke daerah sehingga dapat mengakselerasi
dan memanfaatkan potensi sumber daya dengan
pertumbuhan ekonomi.
prinsip kehati-hatian, keadilan dan nilai ekonomi
Kebijakan investasi di Provinsi Papua Barat yang berkelanjutan untuk memastikan kualitas dan
difokuskan pada beberapa sektor tertentu sebagai kuantitas sumber daya alam tetap tersedia di masa
kekuatan atau potensi yang dimiliki. Sektor-sektor depan (lestari). Investasi hijau secara khusus
tersebut, diperkirakan dapat memberikan berbagai dilaksanakan sejak tahun 2020 dengan
dampak positif bagi ekonomi dan kesejahteraan. memanfaatkan peta jalan investasi sebagai arahan
Seperti sektor industri pengolahan migas dan bagi investor agar menjadi mitra dan mendorong
perikanan, yang memiliki pengganda output masyarakat terlibat aktif mengelola sendiri potensi
terbesar dan daya penyebaran terbesar. Kemudian alam di sekelilingnya.

Di tengah pandemi Covid-19,


Tabel 5.1
Perkembangan Realisasi Nilai Investasi di Provinsi Papua Barat melalui penerapan kebijakan
Tahun 2018-2020 investasi hijau realisasi investasi
2018 2019 2020 di Provinsi Papua Barat pada
Sektor PMA PMDN PMA PMDN PMA PMDN tahun 2020 tetap mampu
(ribu US$) (juta Rp) (ribu US$) (juta Rp) (ribu US$) (juta Rp)
mengalami peningkatan
Tanaman Pangan,
Perkebunan, 32.526,9 47.903,7 32.122,0 255.458,3 - - bersumber dari Penanaman
Peternakan Modal Dalam Negeri (PMDN)
Perikanan - - 57,6 - - 142.195,6
senilai Rp792,97 miliar pada 183
Pertambangan 211.766,5 - 2.339,4 - 236,1 -
proyek, yang sebagian besar
Industri (Non
17.503,6 2.501,6 2.312,0 14.255,0 398,0 4.124,8
Migas) berada di sektor transportasi,
Listrik, Gas dan
14.266,3 - 1,1 - 0,7 - gudang dan telekomunikasi serta
Air
sektor perikanan. Sementara
Konstruksi - - - 348,8 - 14.540,5
Perdagangan dan
Penanaman Modal Asing (PMA)
- 454,9 - 219,9 - 11.834,2
Reparasi yang lebih banyak berkutat di
Hotel dan sektor pariwisata (Hotel dan
1.102,3 - 58,1 300,0 332,3 -
Restoran
Transportasi,
Restoran) di Kab. Raja Ampat dan
Gudang dan 354,5 - 316,7 98.876,5 - 494.467,1 industri di Kawasan Ekonomi
Telekomunikasi
Khusus (KEK) Sorong menurun
Perumahan,
Kawasan Industri - - - 10.610,4 - 26.753,5 selama tahun 2020 menjadi
dan Perkantoran sebesar US$ 5,61 juta atau lebih
Jasa Lainnya 9.340,9 - 8.996,7 180,0 4.641,1 99.051,6
kecil dibandingkan tahun
Sumber: BKPM (data diolah)
sebelumnya (US$ 46,2 juta).

Kajian Fiskal Regional 20


Triwulan I 2021
Provinsi Papua Barat
BAB V ISU / BERITA REGIONAL TERPILIH

A.2 Investasi Sektor Industri besar di Provinsi Papua Barat adalah pariwisata
Selain potensi alam berupa kandungan minyak dan yang terhitung memilki angka pengganda tenaga
gas, mineral logam (tembaga, emas, mangan, kerja dan derajat kepekaan yang besar. Wilayah
aluminium, nikel, cobalt, corum dan besi), serta utama pariwisata Papua Barat yang telah dikenal
mineral industri dan golongan C (bahan konstruksi, masyarakat adalah Kepulauan Raja Ampat, sebagai
batu gamping, marmer, asbes, dan gypsum) yang rumah bagi 75% spesies koral yang ada di dunia dan
berlimpah dan menjadi objek utama investasi 1.500 spesies ikan termasuk beragam jenis hiu,
sektor pertambangan, Provinsi Papua Barat tercatat serta memiki nilai ekonomi yang tinggi. Realitas
juga memiliki potensi investasi lainnya. Salah wilayah tersebut memberikan konsekuensi pada
satunya adalah industri pengolahan (non migas) besarnya potensi sebagai aset pengembangan,
yang berada di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) khususnya pariwisata kepualauan dan bahari
Sorong. berbasis ekosistem (ecotourism).

KEK Sorong dikelola oleh PT. Malamoi Olom Wobok Peluang investasi yang bisa diwujudkan di
(MOW) KEK Sorong dengan kepemilikan saham Kepualauan Raja Ampat terletak pada luasnya area
Pemerintah Kabupaten Sorong. Di dalam KEK yang dapat dibangun menjadi berbagai fasilitas
Sorong telah tersedia listrik yang berasal dari pendukung pariwisata seperti hotel (9 Ha), vila
PLTMG dengan kapasitas 100 MW dengan sumber (42,2 Ha), komplek olahraga (3 Ha) dan area
jaringan pipa gas serta didukung 2 unit gardu listrik komersial (1,8 Ha). Berdasarkan proyeksi BKPM,
dan 5 BTS Telepon. Selain itu, pada areal KEK nilai NPV akan positif, sedangkan IRR dapat
Sorong juga tersedia fasilitas Jetty untuk angkutan mencapai ± 50 persen atau lebih tinggi dari discount
kapal curah kering serta sebuah dermaga Kapal Ro- rate, sehingga investasi menjadi layak untuk
ro. Fasilitas pendukung lainnya adalah Pelabuhan dijalankan.
Arar seluas 4 Ha dan memiliki dermaga beton
Selain pembangunan fasilitas, potensi investasi lain
sepanjang 100m yang berlokasi di kawasan KEK
adalah produk jasa pariwisata, misalnya, Live on
Sorong atau berjarak < 50 km dari pelabuhan utama
Board (LoB) yang dilakukan di atas kapal pinisi
Sorong.
tradisional atau kapal safari modern. LoB adalah
Industri yang dimungkinkan untuk dibangun dan bentuk produk yang menawarkan kesempatan
beroperasi di dalam KEK Sorong misalnya, industri kepada wisatawan untuk tinggal di kapal dan
pengalengan ikan tuna dan cakalang. Menurut memberikan berbagai pengalaman dan
perkiraan BKPM, dengan biaya produksi pada petualangan dalam paket lengkap. Hampir seluruh
industri ini yang diperkirakan tumbuh 5,1 persen komponen pariwisata yaitu Attractions, Activities,
per tahun akan didapatkan internal rate of return Accommodations, Amenities, dan Accessibilities (5A)
(IRR) sebesar 27,58 persen dan payback period 7 dapat terpenuhi oleh paket wisata perjalanan sesuai
tahun. Melalui sistem produksi pengalengan tuna dengan jarak jelajah kapal. Menurut BKPM, investai
yang bersifat make to order, utilitas pabrik akan dalam bentuk ini diproyeksikan dapat memberikan
beroperasi selama 300 hari dalam setahun dan IRR sebesar 12,68 persen dan payback period 9
tidak selalu berproduksi 100 persen, namun tahun.
demikian industri ini dapat menyerap tenaga kerja
minimal sebanyak 149 orang. Adanya industri B. PEMBIAYAAN ULTRA MIKRO (UMI) BAGI
pengalengan ikan yang memiliki angka pengganda UMKM DI KALA PANDEMI
output besar akan mendorong pertumbuhan sektor
usaha lain seperti pabrik tepung tulang ikan, pabrik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
pakan ternak, pabrik terasi, industri kaleng serta memiliki peranan yang penting dalam
industri garam. perekonomian. Perannya menjadi vital karena
mampu bertahan dari guncangan ekonomi (Wengel
A.3 Investasi Sektor Pariwisata
and Rodriguez, 2006, dan Funabashi, 2013).
Setelah sektor industri, sektor lain dengan potensi
Ditambah lagi, UMKM lebih mampu bertahan dari

21 Kajian Fiskal Regional


Triwulan I 2021
Provinsi Papua Barat
BAB V ISU / BERITA REGIONAL TERPILIH

krisis dibandingkan perusahaan besar dan mampu berkontribusi 30 persen terhadap PDRB
merespon lebih cepat/fleksibel terhadap Papua Barat, serta menopang pertumbuhan
perubahan yang terjadi di luar (Berry et al., 2001). ekonomi dengan menggerakkan konsumsi rumah
tangga. Di sisi lain, selain pandemi yang membuat
Berry et al. (2002) mengemukakan bahwa UMKM
jalan UMKM untuk berkembang semakin berat,
dapat menciptakan lapangan pekerjaan sehingga
diperparah dengan permasalahan fundamental
mampu mengurangi tingkat pengangguran. Data
yang dimiliki oleh UMKM yaitu keterbatasan
Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun 2020
sumber daya keuangan.
menunjukan bahwa jumlah UMKM di Indonesia
sebanyak 64,19 juta. Dari jumlah tersebut, UMKM Selain adanya upaya untuk mencegah terjadinya
mampu menyerap 116,67 juta tenaga kerja dan pemburukan ekonomi lebih dalam dengan
memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar Rp memberikan berbagai stimulus, pemerintah juga
8.573,63 triliun atau setara 60% dari total PDB. berusaha membuat UMKM tidak hanya dapat
bertahan namun mampu konsisten tumbuh dengan
Jika berkaca pada krisis moneter yang pernah
menghilangkan hambatan keuangan. Peran
terjadi sebelumnya, ketika perusahaan-perusahaan
tersebut dijalankan dengan menyediakan
besar banyak yang tumbang, sebaliknya UMKM
aksesibiltas modal. Akses pembiayaan yang lebih
tampil sebagai penyelamat dan penopang
luas menyasar calon nasabah potensial yang tidak
perekonomian. Ketangguhan UMKM menjadi modal
memenuhi studi kelayakan perbankan dengan
utama, membawa perekonomian selamat dari krisis
menyediakan modal hingga Rp20 juta melalui
dengan perlahan menggerakkan ekonomi akar
program Pembiayaan Ultra Mikro (UMi).
rumput dan menjaga daya beli masyarakat. Namun,
kini kondisinya jauh berbeda kala pandemi Covid- Grafik 5.1
Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) Papua Barat
19 melanda. s.d Triwulan I 2021 (juta Rupiah, jiwa)
6,000.00 1,200
Pangsa pasar yang dimiliki UMKM di Papua Barat 5,050.47

pada umumnya adalah kebutuhan masyarakat 958


900
sehari-hari, baik sandang maupun pangan. Dalam 4,000.00
603
ruang gerak yang lebih sempit dibandingkan masa 600
2,498.60
sebelum pandemi, volume penjualan dari aneka
2,000.00
produk yang disediakan tidak menjadi transaksi 300
277
yang mampu menggerakkan ekonomi. Profil UMKM 590.40
338.50 96.90
yang tumbuh di Papua Barat umumnya terdiri atas 0.00 38 12 -
kluster produsen, kluster usaha dagang, dan kluster 2017 2018 2019 2020 2021

jasa. Produsen umumnya memproduksi aneka Penyaluran Debitur Sumber: SIKP UMi (data diolah)

makanan dan minuman, usaha dagang mencakup


Sayangnya, berbagai kelebihan UMi bagi nasabah
pedagang kaki lima, catering, aneka warung,
unbankable tetapi memiliki kelayakan usaha belum
kuliner, warung pinang, toko pakaian, toko
dimanfaatkan secara maksimal oleh UMKM, baik itu
sembako. Sedangkan usaha jasa seperti, bengkel,
untuk bertahan di masa pandemi maupun untuk
salon, dan barbershop. Pangsa pasar dari semua
tumbuh berkembang. Hal ini tercermin dari jumlah
bidang usaha UMKM tersebut akan sangat
penyaluran UMi di Papua Barat sepanjang triwulan
ditentukan oleh pergerakan manusia sebagai
I 2021 hanya mencapai Rp96,9 juta kepada 12
konsumen atau pelanggan.
orang debitur. Padahal pada periode yang sama
Dengan kondisi saat ini, UMKM praktis memiliki tahun sebelumnya penyaluran UMi mampu
kontribusi yang menurun dalam mendorong mencapai Rp733,6 juta untuk 216 debitur. Oleh
pertumbuhan ekonomi Papua Barat. Berbanding karena itu, kedepannya perlu akselerasi program
terbalik dengan kondisi di kala normal, ketika UMi yang melibatkan banyak pihak terutama peran
ekonomi Papua Barat yang sangat tergantung pada dari penyalur dan pemerintah daerah.
komoditas pertambangan, namun UMKM tetap

Kajian Fiskal Regional 22


Triwulan I 2021
Provinsi Papua Barat
BAB V ISU / BERITA REGIONAL TERPILIH

Tabel 5.2 tertinggi yaitu Kab. Sorong sebesar Rp4,9 miliar


Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) Papua Barat
dengan nasabah mencapai 1281 debitur. Adapun
per Lembaga Penyalur s.d Triwulan I 2021
penyaluran terendah yaitu Kab. Tambraw sebesar
Jumlah Jumlah
Lembaga Penyalur
Debitur Penyaluran (Rp)
Rp14,87 juta untuk 2 orang debitur.

PT Pegadaian 1,134 6,486,870,000


C. KONTRIBUSI DANA DESA, DAK FISIK DAN
PT Permodalan Nasional Madani (PT
PNM)
740 1,989,000,000 DAK NON FISIK BAGI PEMBANGUNAN
Koperasi Simpan Pinjam dan DAERAH
Pembiayaan Syariah (KSPPS) Tamzis 3 5,000,000
Bina Utama
Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)
1 4,000,000
Penyaluran dana kepada Provinsi Papua Barat
BMT Nuansa Umat
dalam bentuk DAK Fisik, DAK Non Fisik dan Dana
Jumlah 1,878 8,484,870,000
Desa (DFDD) adalah sebagai bagian dari penguatan
Sumber: SIKP UMi (data diolah)
desentralisasi fiskal, selain DAU, DBH, serta Dana
Untuk wilayah Papua Barat, terdapat 4 (empat) Penyesuaian dan Otsus. Setiap tahunnya, besaran
lembaga penyalur pembiayaan UMi yaitu PT DFDD seluruh pemerintah daerah di Provinsi Barat
Permodalan Nasional Madani (PT PNM), PT cenderung fluktuatif. Pada tahun 2021, DFDD Papua
Pegadaian dan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Barat naik 3,35 persen dari tahun sebelumnya
(KJKS) BMT Nuansa Umat, serta Koperasi Simpan menjadi sebesar Rp3,86 triliun. Dana transfer
Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Tamzis tersebut terdiri atas DAK Fisik sebesar Rp1,39
Bina Utama. Sampai dengan triwulan I 2021, triliun, DAK Non Fisik senilai Rp919,45 miliar dan
penyaluran pembiayaan UMi terbesar dilakukan Dana Desa sebesar Rp1,55 triliun.
oleh PT Pegadaian mencapai Rp6,49 miliar dengan
Selama pandemi Covid-19 belum usai, pemerintah
jumlah penerima sebanyak 1.134 debitur. PT PNM
pusat diperkirakan akan melakukan penyesuaian
menyalurkan pembiayaan UMi sebesar Rp1,99
sebagai kebijakan countercyclical dalam rangka
miliar kepada 740 debitur. Sementara itu KJKS BMT
memastikan ketersediaan anggaran bagi upaya
Nuansa Umat dan KSPPS Tamzis Bina Utama
pemulihan dan penanggulangan dampak pandemi
masing-masing menyalurkan sebesar Rp5 juta
dengan tetap mempertahankan kemampuan dan
kepada 3 debitur, dan sebesar Rp4 juta kepada 1
kesinambungan keuangan negara. Seperti halnya
orang nasabah.
tahun sebelumnya, peran DFDD di tahun 2021
Jika dilihat per daerah, sampai dengan triwulan I sangat penting dalam penanganan pandemi serta
2021 dari 13 kabupaten/kota di Provinsi Papua dampak yang ditimbulkannya berupa ancaman
Barat, pembiayaan UMi telah disalurkan kepada yang membahayakan perekonomian nasional
UMKM di 9 wilayah. Penyaluran pembiayaan UMi dan/atau stabilitas sistem keuangan. Secara khusus
Grafik 5.2 pemerintah menetapkan kebijakan DFDD dengan
Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) Papua Barat fokus pada belanja kesehatan, jaring pengaman
per Daerah s.d. Triwulan I 2021 (jiwa, juta Rupiah)
1,400
1,281
6,000.00 sosial, dan pemulihan perekonomian.
1,200
4,896.70
Dana desa tahun 2021 di Papua Barat sebagaimana
1,000 wilayah lainnya, disalurkan dengan kebijakan yang
4,000.00
800 mendorong sinergi antara pelaksanaan penyaluran
600 dengan sasaran serta langkah-langkah yang
1,273.13
400 869.27
2,000.00 diperlukan dalam penanganan pandemi Covid-19
190 626.70 341.65
135 116 dan pemulihan ekonomi. Adapun tujuan akhirnya
200 66 151.27 186.40 53.20 60.50 11.18
35 27 14 10 2 14.87 diharapkan dapat memperkuat perekonomian lokal
- 2 0.00
melalui percepatan pelaksanaan kegiatan yang
Sorong

Fakfak

Sorsel
Manokwari

Kaimana

Tl Wondama

Maybrat
Tl Bintuni

Kota Sorong

Tambraw
Raja Ampat

produktif dan menyerap banyak tenaga kerja di


desa. Kebijakan pemerintah juga menetapkan
Debitur Penyaluran Sumber: SIKP UMi (data diolah) adanya pengutamaan pemanfaatan dana desa

23 Kajian Fiskal Regional


Triwulan I 2021
Provinsi Papua Barat
BAB V ISU / BERITA REGIONAL TERPILIH

sebagai jaring pengaman sosial dalam bentuk Grafik 5.4


bantuan langsung tunai (BLT) kepada penduduk Pagu dan Realisasi Dana Desa Papua Barat per Daerah
s.d Triwulan I 2021 (miliar Rupiah)
miskin di desa dan kegiatan pencegahan perluasan 250.00

Covid-19. 195.28
200.00 176.34 176.22

Dari sisi jumlah, besaran dana desa yang diterima 150.00


143.53 136.99 142.95
120.31
seluruh pemerintah daerah di Papua Barat hampir 108.84
107.55
104.05
100.00 74.61
selalu meningkat setiap tahunnya, kecuali tahun 64.83

2021. Jika pada tahun 2016 dana desa yang 50.00 25.07
14.89
10.96 8.60 8.32
disalurkan sebesar Rp1,07 triliun, maka pada tahun 0.00
2020 nilainya mengalami peningkatan lebih dari

Manokwari

Sorong

Fakfak

Sorsel

Raja Ampat

Tl Bintuni

Tl Wondama

Kaimana

Tambraw

Maybrat

Peg. Arfak

Mansel
tiga kali lipat (246,7 persen) menjadi sebesar
Rp1,54 triliun. Kemudian pada tahun 2021 kembali Pagu Realisasi

mengalami sedikit peningkatan (0,62 persen) Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data

hingga menjadi Rp 1,55 triliun. Dalam rangka penanganan dampak pandemi,


penggunaan dana desa di Papua Barat selain tetap
Grafik 5.3
Perkembangan Dana Desa Papua Barat fokus pada pemberdayaan masyarakat dan
Tahun 2016-2021 (triliun Rupiah)
pembangunan desa, juga diperuntukkan bagi
2 kebutuhan mendesak dan darurat bencana
1.6
1.52 1.54 1.55 (pandemi). Hingga periode triwulan I 2021, dana
1.36 1.38
desa telah diberikan kepada 4.981 Kepala Keluarga
1.2 1.07
dalam bentuk Bantuan Langsung Tunasi bagi
0.8 penanggulangan dampak pandemi.

0.4 Selain dana desa, bentuk dana transfer yang bersifat


khusus (penugasan) dan dialokasikan kepada
0
2016 2017 2018 2019 2020 2021 pemerintah daerah adalah DAK Fisik dan DAK Non
Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah) Fisik. Penyaluran DAK Fisik dan DAK Non Fisik di
Papua Barat pada tahun 2021 dilakukan dengan
Sesuai ketentuan, penyaluran dana desa di Papua
memanfaatkan alokasi sebesar Rp2.309,83 miliar
Barat dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap
pertama sebesar 40 persen atau Rp620,6 miliar, Grafik 5.5
Pagu dan Realisasi DAK Fisik Papua Barat per Bidang
tahap kedua sebesar 40 persen atau Rp620,6 miliar s.d Triwulan I 2021 (miliar Rupiah)
dan tahap ketiga sebesar sebesar 20 persen atau
Transportasi Perdesaan 98.60
Rp310,3 miliar. Dana tersebut diperuntukkan bagi
Kelautan dan Perikanan 59.88
1.742 desa yang tersebar di 12 pemerintah daerah.
Pertanian 17.26
Proses penyaluran Dana Desa dilakukan oleh
Industri Kecil dan Menengah 8.13
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
Transportasi Laut 9.65
langsung ke Rekening Kas desa (RKD) tanpa melalui
Pariwisata 44.91
Kas Pemerintah Daerah baik itu pada tahap I, tahap
Lingkungan Hidup dan Kehutanan 1.20
II, maupun tahap III. Sampai dengan triwulan I 2021 Irigasi 39.28
total penyaluran dana desa di Papua Barat sebesar Jalan 327.59
Rp67,85 miliar (4,37 persen dari total pagu) atau Perumahan dan Permukiman 38.59
10,93 persen dari alokasi pagu tahap I dan tersebar Sanitasi 20.51
hanya pada 467 desa di 5 kabupaten (Fak fak, Raja Air Minum 39.47
Ampat, Teluk Bintuni, Teluk Wondama, dan Kesehatan dan KB 346.62
Kaimana). Tingkat realisasi tersebut jauh lebih kecil Pendidikan 338.68
dari periode yang sama tahun 2020 dengan 0 100 200 300 400
penyaluran sebesar Rp117,42 miliar. Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)

Kajian Fiskal Regional 24


Triwulan I 2021
Provinsi Papua Barat
BAB V ISU / BERITA REGIONAL TERPILIH

yang terbagi atas Rp1.390,38 miliar pagu DAK Fisik, sedangkan Tunjangan Khusus dan Profesi Guru PNS
dan Rp919,45 miliar pagu DAK Non Fisik. sebesar Rp48,57 miliar. Keduanya menjadi kategori
dengan realisasi terbesar. Dari keseluruhan
Pada DAK Fisik, tidak seperti tahun sebelumnya
kategori DAK Non Fisik, hanya Bantuan Operasional
yang menempatkan pembangunan jalan sebagai
Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini yang
bidang dengan alokasi tertinggi, bidang kesehatan
belum terserap. Hal ini terjadi karena prosedur
dan KB menjadi bidang DAK Fisik dengan alokasi
pencairan kategori tersebut yang diperuntukkan
terbesar tahun 2021 sebesar Rp346,62 miliar
bagi operasional PAUD dilaksanakan dalam 2 tahap
(24,96 persen). Pada bidang tersebut, termasuk
yaitu di bulan Mei-Juni (tahap 1) dan bulan
didalamnya adalah upaya penanganan dan
September-Oktober (tahap 2) tahun anggaran
pencegahan perluasan Covid-19. Terbesar kedua
berjalan sehingga pada triwulan I 2021 belum
adalah bidang pendidikan dengan alokasi sebesar
terdapat realisasi.
Rp338,68 miliar (24,36 persen). Sementara bidang
lingkungan hidup dan kehutanan, menjadi
kelompok bidang pada DAK Fisik yang memiliki
alokasi anggaran terendah sebesar Rp1,2 miliar
atau 0,09 persen dari total DAK Fisik. Sampai
dengan triwulan I 2021, DAK Fisik tercatat belum
memiliki realisasi pada semua bidang.

Grafik 5.6
Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik Papua Barat
per Kategori s.d Triwulan I 2021 (miliar Rupiah)

Ketahanan Pangan dan 2.30


Pertanian 4.60
Fasilitasi Penanaman Modal 3.89
7.78
Pelayanan Perlindungan 0.87
Perempuan dan Anak 1.74
Bantuan Operasional Sekolah 79.25
(BOS) 333.56
Tunjangan Khusus dan Profesi 245.46
48.57
Guru PNSD
Bantuan Operasional Kesehatan 10.00
dan Bantuan KB 265.71
Peningkatan Kapasitas Koperasi, 17.20
Usaha Kecil, Kependudukan… 41.73
Bantuan Operasional
Penyelenggaraan-Pendidikan Realisasi Pagu
14.23
Tambahan Penghasilan Guru 0.80
Pegawai Negeri Sipil 4.66
0.00 200.00 400.00

Sumber: Sistem Informasi Keuangan Daerah - SIKD (data diolah)

Sementara itu pada DAK Non Fisik yang terbagi


pada 9 kategori, alokasi terbesar diperuntukkan
untuk Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebesar
Rp333,56 miliar atau 36,28 dari total pagu. Alokasi
terendah digunakan untuk kegiatan pelayanan
perlindungan anak dan perempuan sebesar Rp1,74
miliar (0,19 persen). Realisasi DAK Non Fisik
sampai dengan triwulan I 2021, memiliki tingkat
penyerapan sebesar 17,71 persen atau senilai
Rp162,88 miliar. Berdasarkan data penyerapan per
kategori, Bantuan Operasional Sekolah (BOS) telah
terserap Rp79,25 miliar (23,76 persen dari alokasi),

25 Kajian Fiskal Regional


Triwulan I 2021
Provinsi Papua Barat
DAFTAR PUSTAKA

Berry, A., Rodriguez, E., and Sandee, H. (2001). Ravallion, Martin. (1995). Growth and Poverty:
Small and Medium Enterprise Dynamics In Evidence for Developing Countries in The
Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic 1990s. Economics Letters. Vol. 48 (June):
Studies, Volume 3, Issue 3, 2001 . pp. 363- 411-417.
84.
Seyoum, B. (2009). Export-Import Theory,
Berry, A., Rodriguez, E., and Sandee, H. (2002). Practices, and Procedures -Second Edition.
Firm and Group Dynamics in the Small and New York: Routledge.
Medium Enterprise Sector in Indonesia.
Small Business Economics, 18. Pp. 141-61. Todaro, Michael P. & Stephen C. Smith. (2003).
Economic Development- Eigth Edition,
Blanchard, Oliver. (2006). Macroeconomics– London: Pearson Education Limited.
forth edition. New Jersey: Prentice Hall.
Wengel, J., & Rodriguez, E. (2006). SME export
Bourletidis, K., & Triantafyllopoulos, Y. (2014). performance in Indonesia after the crisis.
SMEs Survival in Time of Crisis: Strategies, Small Business Economics, Vol. 26 No. 1, pp.
Tactics and Commercial Success Stories. 25-37.
Procedia - Social and Behavioral Sciences,
Vol. 148, pp. 639-644. Peraturan
UU No. 22 Tahun 1999 sebagaimana direvisi
Chittithaworn, C., Islam, A., Keawchana, T. & menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Yusuf, D. H. (2011). Factors Affecting Pemerintahan Daerah.
Business Success of Small & Medium
Enterprises (SMEs) in Thailand. Asian Social UU No. 25 Tahun 1999 sebagaimana direvisi
Science, Vol. 7 No. 5, pp. 180-190. menjadi UU No. 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Davey, K. 2003. Fiscal Decentralization (dikutip Pusat dan Pemerintah Daerah.
secara online pada 2 Agustus 2019 dari:
http://unpan1.un.org/intradoc/groups/pu UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
blic/documents/UNTC/UNPAN017650.pdf
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014
Funabashi, G. (2013). Small and Medium Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran
Enterprises under the Global Economic Pendapatan Dan Belanja Negara.
Crisis: Evidence from Indonesia. Asian
Institute of Management Working Paper Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015
14-012. tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Inanga, E. L. & Wusu, D. (2004). Financial Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Resource Base of Sub-national Governments Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
and Fiscal Decentralization in Ghana.
African Development Review. 16 (1): 72. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2020
Tentang Perubahan Atas Peraturan
Khan, S. (2015). Impact of sources of finance on Presiden Nomor 54 Tahun 2020 tentang
the growth of SMEs: evidence from Pakistan. Perubahan Postur dan Rincian Anggaran
Decision, Vol. 42 No. 1, pp. 3-10. Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2020.
Krugman, P., & Wells R. (2011). Economics-
Second Edition. London: Worth Publishers. PMK Nomor 247/PMK.07/2015 tentang Tata
Cara Pengalokasian, Penyaluran,
Mankiw, Gregory N. (2013). Macroeconomi- Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi
eight edition. London: Worth Publisher. Dana Desa.

Prud’homme, R. (1995). On the Dangers of Peraturan Menteri Keuangan Nomor


Decentralization. Research Observer. 10th, 112/PMK.07/2017 tentang Perubahan
201-220. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan
Transfer ke Daerah dan Dana Desa.

Kajian Fiskal Regional 26


Triwulan I 2021
Provinsi Papua Barat
DAFTAR PUSTAKA

Permendes Nomor 4 Tahun 2017 tentang Peraturan Direktur Utama Pusat Investasi
Perubahan Atas Peraturan Menteri Desa Pemerintah Nomor PER-05/IP/2020
Pembangunan Daerah Tertinggal dan tentang Tata Cara Pemberian Relaksasi
Transmigrasi Indonesia Nomor 22 Tahun Bagi Penerima Pembiayaan Ultra Mikro
2016 tentang Penetapan Prioritas Terdampak Pandemi Corona Virus Disease
Penggunaan Dana Desa Tahun 2017. 2019 (Covid-19).

27 Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2021


Provinsi Papua Barat
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Provinsi Papua Barat

Gedung Keuangan Negara (GKN) Manokwari


Komplek Perkantoran Pemerintahan Provinsi Papua Barat
Jl. Brigjen Marinir (Purn) Abraham O. Atururi, Kelurahan Anday, Arfai, Kab. Manokwari
Telepon (0986) 214122 - Faksimili (0986) 214124
e-mail: kanwildjpbn.papuabarat@gmail.com
website: djpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/papuabarat

Anda mungkin juga menyukai