KATA PENGANTAR
Subandi Sardjoko
Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan,
Kementerian PPN/Bappenas
Mandat untuk melaksanakan PUG oleh semua kementerian/lembaga (K/L) dan pemerintah
daerah telah dimulai sejak dikeluarkannya Instruksi Presiden (Inpres) Republik Indonesia No.
9/2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Mandat tersebut
diperkuat melalui Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025, yang dijabarkan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009, RPJMN 2010-2014, RPJMN 2015-2019, dan RPJMN
2020-2024. Dalam rangka percepatan pelaksanaan PUG, pada tahun 2012 diluncurkan Strategi
Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender melalui Perencanaan dan Penganggaran yang
Responsif Gender (Stranas PPRG) melalui Surat Edaran Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas,
Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak. Mandat ini diperkuat dengan komitmen pemerintah untuk melaksanakan
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan melalui Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2019 tentang
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, khususnya pada Tujuan 5 yaitu mencapai kesetaraan gender.
Meskipun PUG sudah berjalan lebih dari 20 tahun, peningkatan kesetaraan gender masih
berjalan lambat. Global Gender Gap Report (2020) mencatat Indeks Kesenjangan Gender Indonesia
menempati posisi ke 85 dari 153 negara yang diukur. Apabila dibandingkan dengan negara-negara
di kawasan Asia Tenggara, Indonesia berada di posisi ke-8 yang artinya Indonesia masih tertinggal
dalam hal kesetaraan gender dibandingkan negara berkembang lain seperti Filipina, Laos, dan
Thailand. Dari empat faktor yang diukur, faktor ekonomi dan politik merupakan faktor penyumbang
kesenjangan gender terbesar di Indonesia. Skor Indonesia untuk kesetaraan di bidang ekonomi dan
politik masing-masing adalah 0,685 dan 0,172. Rendahnya angka tersebut disebabkan oleh antara
lain rendahnya partisipasi perempuan di di posisi legislator, rendahnya tingkat partisipasi Angkatan
kerja perempuan (TPAK Perempuan), serta tingginya kesenjangan upah antara laki-laki dan
perempuan.
Dari sisi pemberdayaan perempuan terlihat sudah ada peningkatan yang relatif baik di mana
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) meningkat signifikan dari 72,10 di tahun 2018 menjadi 75,24
di tahun 2019. Peningkatan ini disebabkan oleh partisipasi politik perempuan yang semakin baik
pada Pemilu 2019, yaitu dari sekitar 18 persen menjadi 20,52 persen (KPU, 2019). Namun demikian,
angka ini masih jauh dari target 30 pesen keterwakilan perempuan di DPR. Terkait partisipasi
perempuan di lembaga eksekutif, proporsi perempuan yang menduduki jabatan struktural Eselon I
dan II tidak meningkat berarti dalam 5 (lima) tahun terakhir, masing-masing dari 13,04 persen
(2015) menjadi 14,76 (2020) dan dari 15,67 (2015) menjadi 16,58 (2020) (BKN, 2020). Perempuan
yang sudah bekerja profesional juga masih menghadapi fenomena glass ceiling, yaitu fenomena
yang menggambarkan hambatan-hambatan yang dihadapi perempuan ketika mencoba meraih
posisi lebih tinggi dalam suatu perusahaan, kantor pemerintahan, pendidikan atau organisasi non-
profit.
Lebih lanjut, kesenjangan gender juga masih terjadi di berbagai bidang pembangunan
lainnya, seperti:.
1. Di bidang pendidikan, rata-rata lama sekolah perempuan masih lebih rendah dibandingkan
laki-laki yaitu 8,07 tahun dibandingkan 8,90 tahun (BPS, 2020). Sementara, anak perempuan
yang putus sekolah rentan mengalami perkawinan anak yang mengakibatkan tidak
terpenuhinya hak-hak anak, mengalami risiko melahirkan anak stunting, dan kematian ibu.
2. Di bidang kesehatan, Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi, yaitu 305/100.000 kelahiran
hidup (SUPAS 2015). Saat ini, penularan HIV/AIDS pada ibu rumah tangga (IRT) meningkat.
Jumlah penderita AIDS tertinggi adalah IRT, mencapai 16.844 orang (Kementerian Kesehatan,
2018). Resiko dari ibu rumah tangga yang positif ini akan berpotensi menularkan AIDS kepada
bayinya.
3. Di bidang ketenagakerjaan, TPAK Perempuan masih rendah dan relatif stagnan dalam 2 (dua)
dekade terakhir. Rata-rata TPAK laki-laki adalah 82 persen sementara perempuan hanya
sebesar 82 persen. Berbagai studi menunjukkan salah satu penyebab rendahnya TPAK
perempuan adalah konflik dan dilema antara mengasuh anak (care work) atau bekerja.
Keputusan perempuan untuk mengasuh anak atau bekerja ditentukan oleh pengetahuan,
tingkat pendidikan, serta norma sosial budaya, agama dan peran gender tradisional yang
selama ini melekat pada perempuan. Selain itu, isu ketimpangan upah perempuan dan laki-
laki masih menjadi tantangan. Pada perempuan yang bekerja, perempuan cenderung lebih
rentan untuk tidak dibayar ataupun mendapat upah yang lebih kecil dari laki-laki. laki-laki
mendapatkan upah 20%-23% lebih tinggi dari pada perempuan (ILO, 2020).
4. Di bidang ekonomi, perempuan adalah pelaku atas lebih dari 50 persen UMKM di Indonesia.
Namun, perempuan mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya karena
menghadapi isu gender antara lain tidak memperoleh dukungan suami/keluarga, kesulitan
1.2. Definisi
Penandaaan anggaran adalah proses memberikan tanda (tagging) pada Rincian Output (RO)
dalam dokumen perencanaan dan penganggaran yang bertujuan untuk mengelompokan RO pada
anggaran sesuai dengan kategori yang telah ditentukan, yaitu nawacita, Prioritas Nasional, Program
Prioritas, Kegiatan Prioritas, Proyek Prioritas, Proyek Prioritas Strategis (Major Project), janji
Presiden, dan tematik (dukungan APBN).
Penandaan Anggaran Responsif Gender (ARG) adalah proses memberikan tanda (tagging)
pada RO dalam dokumen Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L) sebagai bentuk
komitmen K/L dalam mendukung pengarusutamaan gender dalam pembangunan. Penandaan ARG
menjadi salah 1 (satu) dari 8 (delapan) anggaran tematik (dukungan APBN).
1.3. Tujuan
Pedoman Penandaan Anggaran Responsif Gender ini bertujuan untuk memberikan panduan
bagi K/L dalam melakukan penandaan, pemantauan, dan evaluasi anggaran responsif gender pada
tingkat keluaran (RO) di dalam Renja K/L. Renja K/L tersebut kemudian menjadi acuan dalam
penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKA K/L) dan DIPA.
Penandaan anggaran responsif gender yang tercakup di dalam buku pedoman ini hanya dilakukan
pada belanja K/L dalam APBN, tidak termasuk Belanja Non-K/L, Dana Transfer ke Daerah dan Dana
Desa, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Sumber: Permen PPN/Kepala Bappenas No. 1/2021 (Dikutip dari Paparan Dit. Alokasi Pendanaan Pembangunan)
Di dalam siklus pembangunan yang utuh, PPRG secara otomatis juga akan mencakup aspek
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi yang akan dilaporkan di dalam sistem pemantauan dan
evaluasi. PPRG tidak berarti bahwa aspek gender hanya akan ada di tahapan perencanaan dan
penganggaran saja tetapi harus dimaknai sebagai satu siklus pembangunan yang utuh. Integrasi
perspektif gender di setiap tahapan pembangunan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk
sebagaimana diuraikan pada gambar berikut:
Gambar 2. 3. Bentuk Integrasi Gender pada Tahapan Pembangunan
1. Tahap analisis situasi, yaitu dengan mengidentifikasi perbedaan potensi dan kebutuhan,
akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat sumber daya pembangunan pada laki-laki dan
perempuan dengan menggunakan data-data terpilah berdasarkan jenis kelamin.
Dilakukan eksplorasi norma gender, relasi gender, dan berbagai bentuk ketidaksetaraan
antar kelompok, serta pengaruh dan dampaknya terhadap kebijakan/program
pembangunan.
4. Tahap pemantauan dan evaluasi, yaitu dengan menggunakan berbagai indikator yang
sensitif gender, data terpilah gender, dan menganalisis dampak/manfaat
kebijakan/program terhadap laki-laki dan perempuan.
Perencanaan yang disusun dengan analisis gender akan menghasilkan Anggaran Responsif
Gender (ARG), di mana kebijakan pengalokasian anggaran disusun untuk mengakomodasi
kebutuhan yang berbeda bagi laki-laki dan perempuan. ARG dibagi dalam 3 kategori, yaitu:
1. Anggaran khusus target gender adalah anggaran yang bersifat afirmatif, ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan kelompok yang lebih tertinggal dibandingkan kelompok lainnya
berdasarkan hasil analisis gender. Contoh anggaran khusus target gender antara lain:
a. Anggaran pendidikan politik bagi perempuan;
b. Anggaran pemberdayaan ekonomi perempuan;
c. Anggaran pelibatan laki-laki dalam pencegahan KDRT; dan
d. Anggaran peningkatan kesertaan KB pria.
3. Anggaran pelembagaan PUG adalah anggaran yang bersifat enabler, ditujukan untuk
memperkuat kapasitas kelembagaan PUG dan menginternalisasi PUG di dalam proses
bisnis K/L. Dalam hal ini K/L dapat mengalokasikan anggaran khusus. Contoh anggaran
pelembagaan PUG antara lain:
a. Anggaran koordinasi PUG dan PPRG;
b. Anggaran sosialisasi, advokasi, pelatihan, atau bimbingan teknis PUG/PPRG di K/L;
c. Anggaran penyusunan kebijakan/peraturan untuk mendukung pelaksanaan PUG di
internal K/L (misal anggaran penyusunan data terpilah gender; Permen Pokja PUG).
ARG bekerja dengan cara menelaah dampak dari belanja suatu kegiatan terhadap
perempuan dan laki-laki, dan kemudian menganalisa apakah alokasi anggaran tersebut telah
menjawab kebutuhan perempuan dan kebutuhan laki-laki secara seimbang. Oleh karena itu ARG
melekat pada struktur anggaran yang ada dalam RKA KL. Satu keluaran (Rincian Output) yang
dihasilkan oleh kegiatan akan mendukung pencapaian outcome (hasil) program secara keseluruhan,
hanya saja muatan subtansi/materi Rincian Output yang dihasilkan tersebut dicapai dengan
mengintegrasikan perspektif gender di dalamnya.
Penyusunan GAP dilakukan dengan 9 langkah yang terbagi ke dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu:
Tahap II
Tahap I Tahap III
Formulasi Kebijakan dan
Analisis Isu Gender Pengukuran Hasil
Rencana Aksi ke depan
Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6 Langkah 7 Langkah 8 Langkah 9
Pilih isu DataS Isu Gender Kebijakan & Rencana Aksi Pengukuran Hasil
gender pembuka
pada wawasan Faktor Sebab Sebab Reformulasi Rencana Data dasar Hasil/
Program/ kesenjangan kesenjangan kesenjangan tujuan aksi dampak
Kegiatan/ gender internal eksternal dan
Rincian indikator
Output kinerja dari
rencana
aksi yang
dilakukan
Tuliskan Sajikan Temu kenali isu Temu kenali Temu kenali Reformulasikan Tetapkan Tetapkan Rumuskan
Nama data gender di penyebab penyebab tujuan rencana data dasar hasil dan
Program/ pembuka proses kesenjangan kesenjangan kebijakan/ aksi yang yang diambil dampak
Kegiatan/ wawasan perencanaan gender yang gender yang program/ diperlukan dari langkah beserta
Rincian yang dengan berasal dari datang dari kegiatan/RO untuk 2 ataupun indikator
Output di terpilah memperhatikan internal lingkungan bila tujuan yang mencapai data baru kinerja dari
mana menurut faktor-faktor lembaga dan/ eksternal ada belum tujuan yang relevan rencana
terdapat jenis kesenjangan: atau budaya Lembaga responsif yang untuk aksi yang
isu gender kelamin, akses, organisasi pada proses gender/belum responsif mengukur dilakukan
yang akan kuantitatif partisipasi, pelaksanaan efektif untuk gender/ pencapaian untuk
dianalisis dan kontrol dan program/ menjawab isu menjawab tujuan di mengatasi
beserta kualitatif manfaat kegiatan gender yang isu gender langkah 6 isu gender
tujuannya (Cantumkan diuraikan di di langkah
hanya faktor langkah 2, 3,4 3,4 dan 5
kesenjangan dan 5
yang relevan)
Catatan: Langkah 1 dilakukan pada level program/kegiatan/RO, sedangkah langkah 7 merupakan langkah konkret berupa rencana aksi/upaya
yang akan dilakukan untuk mengatasi isu gender sesuai dengan tugas/fungsi dan kewenangan masing-masing unit kerja pada RO yang
ditandai sebagai ARG.
Dokumen GBS menjadi bagian tak terpisahkan dari KAK Rincian Output yang ditandai sebagai
Tabeldilampirkan
ARG dan harus 0.3 Langkah-langkah Penyusunan
sebagai dokumen GenderdiBudget
pendukung dalam Statement
Sistem Informasi KRISNA
RENJA K/L
GAP GBS
Kebijakan/Program/Kegiatan/Rincian Kebijakan/Program/Kegiatan/Rincian
Langkah 1
Output/Tujuan Output/Indikator Rincian Output
Nama ……………………………………………….
NIP/NRP……………………………………………
Nama ……………………………………………….
NIP/NRP……………………………………………
Sesuai Tusi, Direktorat KJS bertanggung jawab untuk merumuskan kebijakan nasional
terkait jaminan sosial. Dalam rangka pelaksanaan PUG, kebijakan tersebut harus memiliki
perspektif gender yang akan dilakukan melalui:
- Integrasi gender ke dalam kebijakan jaminan sosial di dalam RKP 2023
- Integrasi gender di dalam rincian output Renja K/L mitra
Rencana Aksi Rencana Menyusun dokumen RKP 2023 terkait jaminan sosial tenaga kerja yang
Aksi 1 responsif gender, mencakup kegiatan:
- Mengumpulkan data jumlah pekerja informal, jumlah upah pekerja,
jumlah peserta jaminan sosial tenaga kerja, jumlah agen/kader
jaminan sosial tenaga kerja; berdasarkan jenis kelamin, sektor
pekerjaan, dan lokasi/wilayah
- Melakukan wawancara mendalam dan diskusi terfokus kepada
pekerja informal perempuan yang bekerja sebagai pemilik usaha
mikro dan kecil dan industri kecil untuk memperoleh informasi
mengenai pengetahuan program jaminan sosial tenaga kerja, risiko
pekerjaan, permasalahan/kesulitan yang dihadapi mereka apabila
menjadi peserta jaminan sosial tenaga kerja, masukan atas bentuk
kemudahan yang diinginkan untuk menjadi peserta jaminan sosial
tenaga kerja
- Melakukan wawancara mendalam dan diskusi terfokus kepada K/L,
pemda, dan BPJS Ketenagakerjaan (pusat dan cabang) mengenai
rendahnya kepesertaan pekerja informal perempuan, permasalahan
dan tantangan dalam menjangkau pekerja informal perempuan, dan
Nama ……………………………………………….
NIP/NRP……………………………………………
Sumber: Dikutip dari Pelatihan PUG dan PPRG Kementerian PPN/Bappenas, 2021
8 Upaya Konvergensi
Penanganan Stunting 1
Adaptasi
Perubahan Iklim 1
8 2
7 Mitigasi
Perubahan Iklim
Kerja Sama
Selatan – Selatan 2
Anggaran Tematik
dan Triangular
7 APBN 3
6 Infrastruktur Kesehatan
3
Anggaran 6 4
5 Responsif Gender
5
Pendidikan
4
Sumber: Sistem Informasi KRISNA
Rincian Output yang ditandai sebagai ARG berada di Unit Kerja Eselon II. Unit Kerja Eselon II
mengindentifikasi RO yang potensial ditandai sebagai ARG berdasarkan analisis gender yang
dilakukan. Untuk memberikan contoh RO yang responsif gender, pada Lampiran II disajikan daftar
keluaran RO responsif gender pada Renja TA 2021 pada sebagian K/L yang telah melakukan
penandaan ARG. Unit kerja terkait dapat melakukan analisis dan telaah kembali terhadap RO
tersebut dan memastikan kesesuaian dan relevansi isu gender yang diselesaikan melalui RO
tersebut. Unit kerja lainnya yang belum pernah melakukan penandaan ARG dapat mulai
mengidentifikasi RO yang relevan berdasarkan analisis gender dengan didukung data-data yang
memadai.
Gambar 3. 3. Waktu Pelaksanaan Penandaan dalam Siklus Perencanaan dan Penganggaran Tahunan
Keterangan:
Apabila Renja yang disusun adalah Renja K/L Tahun Anggaran 2022, maka :
T-2 : Tahun 2020 (2 tahun sebelum Tahun Anggaran Renja K/L)
T-1 : Tahun 2021 (1 Tahun sebelum Tahun Anggaran Renja K/L)
T : Tahun 2022 (Tahun Anggaran)
Dalam hal terjadi keterlambatan proses perencanaan dan penganggaran, penandaan ARG dapat menyesuaikan dengan
tahapan perencanaan dan penganggaran di tahun berjalan
Secara garis besar penandaan ARG dilakukan paling lambat sampai dengan Bulan Juli (t-1)
atau setelah keluarnya Surat Bersama Pagu Anggaran (SBPA):
1. Proses analisis isu gender dan identifikasi RO yang potensial ditandai sebagai ARG di Renja
K/L sudah dapat dilakukan mulai dari November (t-2) sampai dengan Februari (t-1) atau
sebelum dikeluarkannya Surat Bersama Pagu Indikatif (SBPI). Proses ini sejalan dengan
penyusunan Rancangan Awal Renja K/L, mencakup Rumusan Program, Kegiatan, KRO RO,
Lokasi dan Komponen serta Target dan Indikasi Pendanaan. Pada tahap ini K/L
mengidentifikasi Kegiatan, KRO, RO, Lokasi, Komponen Lama (Lanjutan Renja Tahun
Sebelumnya) dan KRO, RO, Lokasi, Komponen Baru dengan mempertimbangan
keselarasannya dengan (a) RPJMN, (b) Renstra K/L, (c) tema, sasaran, arah kebijakan dan
prioritas pembangunan, (d) hasil evaluasi pencapaian kinerja Renja K/L pada tahun
pelaksanaan, dan (e) rencana capaian kinerja Renja K/L tahun perencanaan. Rumusan
Rancangan Awal Renja K/L akan dibahas bersama dengan Bappenas melalui forum bilateral
Adapun proses bisnis penandaan ARG mulai dari awal perencanaan sampai dengan
pemantauan dan evaluasinya beserta peran dan tanggung jawab masing-masing pihak diuraikan
secara rinci pada Tabel 3.1 berikut ini:
Keberhasilan sebuah inisiatif tidak hanya bergantung kepada proses dan kualitas
perencanaannya, akan tetapi juga ditentukan oleh pengendalian dan evaluasinya untuk
memastikan perencanaan berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam PP
No. 39 tahun 2006, pengendalian diartikan sebagai serangkaian kegiatan manajemen yang
dimaksudkan untuk menjamin agar suatu program/kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang ditetapkan. Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk
menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana dilakukan
melalui kegiatan pemantauan dan pengawasan. Hal ini berarti, pengendalian dilakukan sepanjang
kegiatan sedang berlangsung guna memastikan kesesuaian proses dan capaian dengan rencana
yang disusun. Pengendalian yang baik akan membantu menjawab persoalan atau penyimpangan
sedini mungkin, sehingga dapat segera dirumuskan solusi untuk mengatasi persoalan dan
diharapkan target yang ditetapkan dapat tercapai.
Pada tabel berikut diuraikan peran dan tanggung jawab masing-masing K/L termasuk unit
kerja terkait di dalam pelaksanaan pengendalian dan evaluasi ARG.
Tabel 4. 1 Pembagian Peran dan Tanggung Jawab dalam Pengendalian dan Evaluasi
No. Kementerian/Lembaga Peran dan Tanggung Jawab dalam Pengendalian dan Evaluasi
1 Kementerian/Lembaga 1. Memastikan setiap unit kerja di internal KL telah memahami PUG
(Pelaksana PUG dan melaksanakan PPRG
melalui PPRG) 2. Mendorong setiap unit kerja di K/L melakukan analisis gender serta
menyusun GBS (GBS dilampirkan bersama TOR)
3. Memastikan dilakukannya penandaan ARG pada RO yang disepakati
dengan dilengkapi TOR dan GBS
4. Memastikan kualitas RO yang ditandai sebagai ARG adalah kegiatan
strategis yang memiliki daya ungkit untuk peningkatan kesetaraan
gender
5. Merekapitulasi seluruh RO yang ditandai sebagai ARG,
mengevaluasi trendnya setiap tahun, permasalahan dalam
penandaan ARG, dan menyampaikan kepada KPPPA, Bappenas, dan
Kemenkeu
6. Mengevaluasi outcome/dampak dari kegiatan yang ditandai sebagai
ARG terhadap penurunan kesenjangan gender di bidangnya masing-
masing
KPPPA (Penggerak PUG 1. Melakukan sosialisasi PUG dan PPRG di awal siklus perencanaan
2
melalui PPRG) dan penganggaran
2. Menfasilitasi K/L mitranya untuk melakukan analisis gender,
menyusun GAP dan GBS, melakukan penandaan ARG, dan
melampirkan dokumen pendukungnya
3. Memantau pelaksanaan penandaan ARG sudah dilakukan di K/L
mitranya dengan berkoordinasi dengan Biro Perencanaan masing-
masing K/L
Pedoman Penandaan Anggaran Responsif Gender ini diharapkan dapat membantu K/L dalam
proses penandaan ARG di dalam Sistem Informasi KRISNA Renja K/L dalam rangka melaksanakan
komitmen pengarusutamaan gender melalui perencanaan dan penganggaran. Dalam pedoman ini
dijelaskan alur dan mekanisme penandaan ARG yang dimulai dengan identifikasi Rincian Output
yang berpotensi untuk ditandai tematik ARG. Dalam mengidentifikasi Rincian Output yang responsif
gender tersebut, terdapat tiga kategori meliputi: 1) anggaran yang dianggap mampu mengurangi
atau menghilangkan kesenjangan gender; 2) anggaran untuk menangani kebutuhan spesifik gender;
dan 3) anggaran untuk memperkuat pelembagaan PUG di K/L.
Pedoman ini juga memberikan panduan bagi semua pihak yang terkait dalam perencanaan
dan penganggaran, yaitu unit satuan kerja, Biro Perencanaan, APIP di K/L dalam menyiapkan dan
mereview kesiapan semua dokumen pendukung terkait penandaan ARG dalam Sistem Informasi
KRISNA Renja K/L. Demikian juga pedoman ini diperuntukkan bagi unit sektoral di Kementerian
PPN/Bappenas dan Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan dalam mereview dan
memberikan persetujuan pada penandaan ARG yang telah dilakukan di Renja K/L. Renja K/L yang
sudah responsif gender tersebut kemudian menjadi acuan di dalam penyusunan RKA K/L.
4. Kementerian Keuangan
Kementerian/ 015 Kementerian Keuangan Alokasi Anggaran
Lembaga (Ribu Rupiah)
Program 015.CB – Program Pengelolaan Belanja Negara 2.884.552
Kegiatan 4781 – Pengelolaan Anggaran Pusat dan TKDD 2.884.552
KRO AAD – Peraturan Presiden 2.884.552
Rincian Output 001 PerPres Rincian Alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa 2.884.552
5. Kementerian Pertanian
Kementerian/ 018 Kementerian Pertanian Alokasi Anggaran
Lembaga (Ribu Rupiah)
Program 018.DL – Program Pendidikan dan Pelatihan Vokasi 29.826.957
Kegiatan 1810 – Penguatan Penyelenggaraan Pelatihan Pertanian 29.826.957
KRO SCC – Pelatihan Bidang Pertanian dan Perikanan 29.826.957
Rincian Output 002 Pelatihan Pertanian bagi Non Aparatur 29.826.957
Program 018.KB – Program Riset dan Inovasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 184.010.228
Kegiatan 1801 – Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 184.010.228
KRO SDA – Penelitian dan Pengembangan Produk 184.010.228
Rincian Output 502 Diseminasi Teknologi Pertanian 184.010.228
7. Kementerian Perhubungan
Kementerian/ 022 Kementerian Perhubungan Alokasi Anggaran
Lembaga (Ribu Rupiah)
Program 022.GA – Program Infrastruktur Konektivitas 8.120.428.829
Kegiatan 4641 – Pelayanan Transportasi Perkeretaapian 3.422.446.561
KRO ABF – Kebijakan Bidang Saranan dan Prasarana 33.763.103
Rincian Output 001 Studi Perencanaan Teknis Bidang Lalu Lintas dan Angkutan 33.763.103
Kereta Api
KRO BAH – Pelayanan Publik Lainnya 38.831.298
Rincian Output 001 Subsidi Perintis Perkeretaapian 38.831.298
KRO CBA – Prasarana Bidang Konektivitas Perkeretaapian 543.234.069
Rincian Output 001 Jalur Kereta Api 339.627.499
002 Jembatan Kereta Api 61.009.166
003 Peningkatan Jembatan Kereta Api 0
004 Stasiun Kereta Api 0
005 Persinyalan Perkeretaapian 0
006 Telekomunikasi Perkeretaapian 0
007 Listrik Aliran Atas 0
008 Infrastruktur Perkeretaapian 14.597.404
KRO PBF – Kebijakan Bidang Sarana dan Prasarana 0
Rincian Output 001 Studi Perencanaan Teknis Bidang Lalu Lintas dan Angkutan 0
Kereta Api (Prioritas Nasional)
KRO RBA – Prasarana Bidang Konektivitas Perkeretaapian 2.808.618.091
Rincian Output 010 Pembangunan Jalur Ganda KA Kiaracondong – Cicalengka 389.725.301
Tahap 1 Segmen Gedebage - Haurpugur
011 Pembangunan Jalur Ganda KA Bogor – Sukabumi 439.769.142
012 Pembangunan Jalur Ganda KA Mojokerto - Sepanjang 246.157.844
013 Peningkatan Jalur KA Lintas Araskabu – Siantar 64.000.000
014 Peningkatan Jalur KA R42 Lintas Lahat – Lubuklinggau 246.783.839
Segmen Bungamas – Lubuklinggau
015 Peningkatan Jalur KA antara Serang – Merak Lintas 160.000.000
Rangkasbitung – Merak
016 Peningkatan Jalur KA Lintas Bandung – Banjar 25.834.400
017 Peningkatan Jalur KA Lintas Banjar – Kroya 24.000.000
018 Peningkatan Jalur KA Lintas Padang – Pariaman 153.972.565
019 Penggantian Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi Stasiun 230.550.000
Cikarang – Stasiun Cikampek
020 Penggantian Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi Lintas 98.400.000
Bandung dan Ciroyom
021 Penggantian Sistem Persinyalan Stasiun Yogyakarta – 57.000.000
Stasiun Lempuyangan
022 Peningkatan Fasilitasi Operasi Perkeretaapian pada Lintas 518.300.000
Jatinegara – Bogor dan Manggarai – Jakarta Kota
023 Elektrifikasi Jalur KA Lintas Solo Balapan – Solo Jebres 152.125.000
Kegiatan 4643 – Infrastruktur Konektivitas Transportasi Perkeretaapian 4.697.982.268
KRO CBA – Prasarana Bidang Konektivitas Perkeretaapian 534.761.163
Rincian Output 004 Stasiun Kereta Api 0
008 Infrastruktur Perkeretaapian 534.761.163
8. Kementerian Kesehatan
Kementerian/ 024 Kementerian Kesehatan Alokasi Anggaran
Lembaga (Ribu Rupiah)
Program 024.DG – Program Pelayanan Kesehatan dan JKN 1.100.453
Kegiatan 2087 – Pembinaan Pelayanan Kesehatan Primer 1.100.453
KRO PEA – Koordinasi 940.953
Rincian Output 007 Kesepakatan dalam Koordinasi Pelaksanaan Program 940.953
Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga
KRO UAE – Pemantauan dan Evaluasi serta Pelaporan 159.500
Rincian Output 005 Pemantauan dan Evaluasi Program Indonesia Sehat dengan 159.500
Pendekatan Keluarga (PIS-PK)
9. Kementerian Sosial
Kementerian/ 027 Kementerian Sosial Alokasi Anggaran
Lembaga (Ribu Rupiah)
Program 027.DQ – Program Perlindungan Sosial 28.782.227.726
Kegiatan 6282 – Penyelenggaraan Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan 28.782.227.726
KRO QEB – Bantuan Keluarga 28.782.227.726
Program 029.KB – Program Riset dan Inovasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 5.174.436
Program 032.EC – Program Nilai Tambah dan Daya Saing Industri 81.521.404
Kegiatan 2357 – Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan 71.535.904
KRO PEH – Promosi 71.535.904
Rincian Output 001 Kampanye Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan 71.535.904
(Gemarikan)
Kegiatan 2358 – Pengolahan dan Bina Mutu Produk Kelautan dan Perikanan 6.565.000
KRO BDG – Fasilitasi dan Pembinaan UMKM 1.150.000
Rincian Output 002 Unit Pengolahan Produk Hasil KP Skala Mikro Kecil yang 1.150.000
dibina dalam rangka diversifikasi produk
KRO QEG – Bantuan Peralatan/Sarana 5.415.000
Rincian Output 002 Peralatan Pengolahan Ikan 5.415.000
Kegiatan 3989 – Pengendalian Mutu 2.732.500
KRO QIA – Pengawasan dan Pengendalian Produk 2.732.500
Rincian Output 001 Hasil Perikanan di Wilayah RI yang Diawasi Mutunya 2.732.500
Kegiatan 5279 – Pengujian Penerapan Hasil Kelautan dan Perikanan 688.000
KRO AEF – Sosialisasi dan Diseminasi 688.000
Rincian Output 001 Diseminasi Hasil Pengujian Penerapan Kelautan dan 688.000
Perikanan
Program 032.KB – Program Riset dan Inovasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 8.111.960
Kegiatan 2425 – Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan 402.500
Perikanan
KRO DDA – Penelitian dan Pengembangan Produk 402.500
Rincian Output 001 Teknologi Adaptif Lokasi (TAL) Hasil Riset Pengolahan 402.500
Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan yang
Diterapkan
Kegiatan 2426 – Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan 3.300.000
KRO DDC – Penelitian dan Pengembangan Modeling 300.000
Rincian Output 001 Model Integrasi Sosial Ekonomi Kelauran dan Perikanan 300.000
yang Diterapkan
KRO SDC – Penelitian dan Pengembangan Modeling 3.000.000
Rincian Output 001 Model Sosial Ekonomi Sektor Kelautan dan Perikanan 3.000.000
Kegiatan 2427 – Riset Perikanan 3.009.460
Kementerian PPN/Bappenas
Direktorat Keluarga, Perempuan, Anak, Pemuda dan Olahraga
Jl. Taman Suropati No. 2, Menteng, Jakarta Pusat 10310
Telepon : (021) 310 1925 ext. 2323, 2324
Faksimili : (021) 310 1925
Email : kpapo@bappenas.go.id