Anda di halaman 1dari 4

Tema : Implementasi Kebijakan Pemerintah tentang Program Perlindungan Sosial Gender

Watch

dalam upaya pemberdayaan Perempuan di Kabupaten Gresik ( Studi kasus

pembangunan sekolah perempuan di desa Sumbergede dan Sooko)


Alasan :

Ide dalam memilih topik ini muncul dari minat terhadap kajian mengenai fenomena
pembangunan sekolah perempuan di daerah Gresik, terutama di desa sumbergede dan

sooko kecamatan wringinanom.


Sejauh ini juga masih minimnya tulisan yang membahas tentang program
perlindungan sosial khususnya program Gender Watch. Dan topik ini saya rasa
penting untuk diteliti karena banyaknya persoalan-persoalan yang berhubungan
dengan ketidak adilan gender yang sering dialami oleh perempuan di lingkungan

organisasi, masyarakat sosial dan komunitas lainnya.


Dalam program Gender Watch ini Pemkab Gresik menjalin kerjasama dengan LSMLSM terkait , yaitu dengan Kelompok Perempuan dan Sumber-sumber Kehidupan
(KPS2K) Jawa Timur dengan Institut Lingkaran Pendidikan Alternatif Perempua
(KAPAL Perempuan) dan pemerintah Gresik. Kiranya topik ini akan sangat
bermanfaat untuk memajukan kesejahteraan hidup kaum perempuan baik melalui
peningkatan ekonomi maupun peningkatan sumber daya manusia.
Konsep Pengarusutamaan Gender (PUG) pertamakali muncul saat Konferensi PBB

untuk Perempuan ke IV di Beijing tahun 1995. Pada saat itu, berbagai area kritis yang perlu
menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat di seluruh dunia untuk mewujudkan kesetaraan
gender mulai dipetakan. PUG didesakkan sebagai strategi yang harus diadopsi oleh PBB,
pemerintah, dan organisasi yang relevan untuk memastikan bahwa rencana aksi di berbagai
area kritis dapat dilaksanakan dengan efektif.
Dewan Ekonomi dan Sosial PBB (ECOSOC) mendefinisikan PUG sebagai:
Strategi agar kebutuhan dan pengalaman perempuan dan laki-laki menjadi
bagian tak terpisahkan dari desain, implementasi, monitoring, dan evaluasi
kebijakan dan program dalam seluruh lingkup politik, ekonomi, dan sosial,
sehingga perempuan dan laki-laki sama-sama mendapatkan keuntungan, dan
ketidakadilan tidak ada lagi.
PUG merupakan sebuah strategi, bukan tujuan. Strategi ini dirumuskan agar desain,
implementasi, monitoring, dan evaluasi kebijakan dan program di seluruh ranah politik,
ekonomi, sosial, dan budaya dapat terwujud. Sedangkan tujuan utamanya adalah

mewujudkan keadilan gender. Dengan PUG maka semua program pembangunan dapat
dilaksanakan dengan mempertimbangkan kesempatan dan akses perempuan terhadap
program pembangunan, serta dengan adanya kendali dan manfaat untuk perempuan.
Di Indonesia, secara resmi PUG diadopsi menjadi strategi pembangunan bidang
pemberdayaan perempuan melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Dalam inpres tersebut dinyatakan
tujuan PUG adalah terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan,
dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender.
Dan strategi PUG ditempuh dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender
dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pada tingkatan yang lebih rendah, dasar hukum pelaksanaan PUG juga diatur dalam
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor

15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum

Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan di Daerah yang diperbaharui


dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011. Beberapa daerah telah
merespons keberadaan instrumen hukum yang mengatur mengenai PUG dengan
mengeluarkan peraturan daerah (perda) yang berkaitan dengan PUG, antara lain Peraturan
Daerah Provinsi Banten Nomor 10 Tahun 2005 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Daerah dan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 5 Tahun
2009 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Daerah.
Pemberdayaan memiliki makna luas dari beberapa sudut pandang. Agar dapat
memahami secara mendalam tentang pengertian pemberdayaan maka perlu mengkaji
beberapa pendapat para ilmuwan yang memiliki komitmen terhadap pemberdayaan
masyarakat.
Robinson (1994) menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses pribadi dan
sosial; suatu pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan kebebasan
bertindak. Sedangkan Ife (1995) mengemukakan bahwa pemberdayaan mengacu pada kata
empowerment, yang berarti memberi daya, memberi power (kuasa), kekuatan, kepada
pihak yang kurang berdaya. 
Payne (1997) menjelaskan bahwa pemberdayaan pada hakekatnya bertujuan untuk
membantu klien mendapatkan daya, kekuatan dan kemampuan untuk mengambil keputusan
dan tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk
mengurangi kendala pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Orang-orang yang telah
mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan
keharusan untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi

pengetahuan, ketrampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa
tergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal. 
Empowerment atau pemberdayaan secara singkat dapat diartikan sebagai upaya untuk
memberikan kesempatan dan kemampuan kepada kelompok masyarakat untuk berpartisipasi,
bernegoisasi,

mempengaruhi,

dan

mengendalikan

kelembagaan

masyarakat

secara

bertanggung jawab demi perbaikan kehidupannya. Pemberdayaan juga diartikan sebagai


upaya untuk memberikan daya (empowerment) atau kekuatan (strength) kepada masyarakat.
Kelompok Perempuan dan Sumber-sumber Kehidupan (KPS2K) Jawa Timur dan
Institut Lingkaran Pendidikan Alternatif Perempuan (KAPAL Perempuan) bekerja sama
dengan pemerintah daerah Gresik membuka Sekolah Perempuan di Desa Sooko, Gresik Jawa
Timur, Kamis (15/1). Kegiatan ini merupakan pertanggung jawaban publik tentang gerakan
Gender Watch yang sudah mulai digagas sejak satu tahun yang lalu yang difokuskan untuk
perempuan pedesaan. Program ini merupakan kepedulian tersendiri dari pemda Gresik untuk
penerima manfaat perempuan maupun yang bukan karena mereka akan dibekali dalam
sebuah proses pembelajaran melalui Sekolah Perempuan. Kemudian, partisipasi mereka akan
diwadahi dalam wadah pemantauan ketiga pihak yaitu perempuan penerima manfaat,
masyarakat sipil dan pemerintah. Pemantauan ini bertujuan untuk memastikan program
perlindungan sosial khususnya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dapat diakses dengan
mudah, adil dan menyejahterakan masyarakat terutama keluarga miskin, terpinggirkan dan
perempuan.

Pemerinta

h kabupaten Gresik sangat mendukung upaya pemberdayaan perempuan melalui program


Gender Watch ini sebagai salah satu bentuk komitmen pemerintah kabupaten Gresik untuk
memajukan kesejahteraan hidup kaum perempuan baik melalui peningkatan ekonomi
maupun peningkatan pembangunan sumber daya manusia, kata wakil bupati Gresik Moch.
Qosim dalam kata sambutannya di desa Sooko Kecamatan Wringin Anom, Kamis (15/1).
Direktur Eksekutif KPS2K Iva Hasanah menambahkan bahwa kerjasama antara pemerintah
daerah kabupaten Gresik, KPS2K dan Institut KAPAL Perempuan melalui Gender Watch
merupakan gerakan bersama antara masyarakat sipil, pemerintah dan kelompok penerima
manfaat untuk melakukan pemantauan bersama terhadap program JKN menjadi relevan dan
merupakan salah satu bentuk konkret dalam mengaplikasikan Perda Pengarusutamaan
Gender di Kabupaten Gresik yang mendorong perempuan dalam partisipasi pembangunan.
Harapan besar kepada pemerintah kabupaten Gresik adalah dukungan dengan
memperkuat Komite Pemantau, Forum Multipihak, melembagakan hasil-hasil, melanjutkan

kerjasama dalam penyelenggaraan program Gender Watch, dan memberikan kebijakan dan
penganggaran daerah yang menjamin pemenuhan hak-hak perempuan yang pada akhirnya
akan berdampak pada pengurangan tingkat kemiskinan di kabupaten Gresik kata Iva
Hasanah.

Anda mungkin juga menyukai