BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
Penelitian ini mengacu pada bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan
transformasional dan kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai.
2.1.1
10
2.1.2
Kepemimpinan
2.1.2.1
Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting dalam organisasi.
Kepemimpinan dibutuhkan oleh manusia karena adanya sifat keterbatasan yang sangat
melekat pada diri manusia. Suatu organisasi tanpa ada sosok seorang pemimpin akan
mengalami kesulitan dalam mencapai visi dan misi dari organisasi itu sendiri. Dari
sinilah timbul kebutuhan untuk memimpin dan dipimpin. Secara kasar, kepemimpinan
didefinisikan sebagai ciri ciri individual, kebiasaan, cara mempengaruhi orang lain,
interaksi, kedudukan dalam organisasi dan persepsi mengenai pengaruh yang sah.
Menurut Robbins dan Judge (2007, p.365) kepemimpinan adalah kemampuan
untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan.
Menurut Soekarso dkk (2010, p.10) kepemimpinan merupakan proses pengaruh
sosial , yaitu suatu kehidupan yang mempengaruhi kehidupan lain, kekuatan yang
mempengaruhi perilaku orang lain ke arah pencapaian tujuan tertentu .
11
2.1.2.2
mempengaruhi antara pemimpin dan pengikut untuk mencapai tujuan organisasi melalui
perubahan. Kepemimpinan sendiri terdiri dari lima elemen kunci, yaitu :
1. Leaders Followers
12
Mengacu pada pengertian kepemimpinan oleh Achua dan Lussier di atas, proses
mempengaruhi disini terjadi antara pemimpin dan pengikutnya. Artinya adalah
tidak hanya pemimpin yang mempengaruhi pengikutnya, tetapi pemimpin juga
dapat dipengaruhi oleh pengikutnya. Terdapat proses timbal balik antara
pemimpin dengan pengikutnya. Hal ini diperlukan oleh pemimpin dalam
pengambilan keputusan, agar keputusan yang diambil tidak dari sudut pandang
pemimpin saja, tetapi juga dari sudut pandang pengikutnya. Agar keputusan yang
diambi tidak merugikan salah satu pihak.
2. Influence
Mempengaruhi (influencing) adalah suatu proses dari seorang pemimpin dalam
mengkomunikasikan ide idenya kepada pengikutnya, yang kemudian ide
tersebut diterima oleh pengikutnya, dan memotivasi pengikutnya untuk
mendukung dan mengimplementasikan ide ide tersebut melalui perubahan.
3. Organizational Objective
Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mempengaruhi pengikutnya untuk
berpikir tidak hanya kepentingan mereka sendiri tetapi juga dari kepentingan
organisasi melalui visi bersama. Seluruh komponen dalam organisasi bekerja
sama untuk mencapai tujuan organisasi. Pemimpin perlu memberikan arahan,
tetapi kelompok menetapkan tujuan.
4. Change
Proses mempengaruhi dan mengatur tujuan selalu berkaitan dengan proses
perubahan. Suatu organisasi perlu untuk terus melakukan perubahan agar dapat
beradaptasi di lingkungan global yang dapat berubah dengan sangat cepat.
13
5. People
Seorang pemimpin tidak hanya mementingkan kepentingan pengikutnya dan
organisasi tempat ia bekerja, melainkan juga harus memikirkan masyarakat
sekitar. Suatu organisasi yang sukses selalu memperhatikan bagaimana cara
mereka memperlakukan masyarakat di sekitar organisasi itu agar terjadi proses
timbal balik antar kedua belah pihak.
2.1.2.3
dengan efektif, maka seorang pemimpin harus melaksanakan dua fungsi utama yaitu
sebagai berikut:
1. Fungsi yang berhubungan dengan tugas atau pemecahan masalah, mencakup
penetapan struktur tugas, pemberian saran dan penyelesaian, informasi dan
pendapat.
2. Fungsi yang berhubungan dengan pemeliharaan kelompok atau sosial, mencakup
segala sesuatu yang dapat membantu kelompok atau organisasi berjalan lebih
baik atau efektif, persetujuan dengan kelompok lain, pengaruh perbedaan
pendapat dan sebagainya.
Fungsi-fungsi kepemimpinan dalam organisasi dapat disebut dengan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.1.2.4
14
merupakan
proses
pengaruh
sosial
dalam
hubungan
2.1.2.5
15
transformasional telah diformulasi oleh Burns (1978) dari penelitian deskriptif mengenai
pemimpin
pemimpin
politik.
Burns
(1978)
menjelaskan
kepemimpinan
transformasional sebagai proses para pemimpin dan pengikut saling menaikkan diri ke
tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Kemudian Bass (1985) mengusulkan
sebuah teori kepemimpinan transformasional yang dibangun atas gagasan gagasan
yang lebih awal dari Burns (1978). Menurut Bass (1985) dalam buku Yukl (2013, p.313)
menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional adalah suatu keadaan dimana para
pengikut dari seorang pemimpin transformasional merasa adanya kepercayaan,
kekaguman, kesetiaan, dan hormat terhadap pemimpin tersebut, dan mereka termotivasi
untuk melakukan lebih dari pada yang awalnya diharapkan mereka. Pemimpin tersebut
16
mentransformasi dan memotivasi para pengikut dengan cara membuat mereka lebih
sadar mengenai pentingnya hasil hasil suatu pekerjaan, mendorong mereka untuk lebih
mementingkan organisasi atau tim daripada kepentingan diri sendiri, dan mengaktifkan
kebutuhan kebutuhan mereka pada yang lebih tinggi.
Menurut Bass dalam Robbins dan Judge
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
kepemimpinan
strategi
dalam
membawa
organisasi
mencapai
tujuannya.
Pemimpin
17
18
Pengecualian-pasif
(Management
by
Exception-Passive)
tanggung
jawab
dan
keputusan.
Dalam jurnal Boateng (2012) menyatakan bahwa :
menghindari
pengambilan
19
2.1.2.8
20
tetapi
tidak
berarti
keduanya
sama
penting.
Kepemimpinan
kepemimpinan yang efektif. Namun, pemimpin seperti ini tidak bisa mendorong
karyawannya untuk bekerja di luar cakupan tugasnya. Hanya dengan empat gaya
kepemimpinan
yang
lain-
semuanya
merupakan
aspek
dari
kepemimpinan
21
2.1.3
Kepuasan Kerja
2.1.3.1
situasi kerja dan hubungan dengan rekan kerja. Dengan demikian kepuasan kerja
merupakan sesuatu yang penting untuk dimiliki oleh seorang pegawai, dimana mereka
dapat berinteraksi dengan lingkungan kerjanya sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan
dengan baik dan sesuai dengan tujuan perusahaan.
Robbins dan Judge (2007, p.79) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah
perasaan positif sebagai hasil evaluasi karakter-karakter pekerjaan tersebut. Definisi ini
tentu sangat luas maknanya.
Marihot Tua (2007, p.290) mengemukakan bahwa kepuasan kerja menunjukkan
hingga sejauh mana individu merasakan secara positif atau negatif berbagai macam
faktor dari tugas dalam pekerjaannya.
Hasibuan (2007, p.202) menyatakan bahwa kepuasan kerja karyawan adalah
sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini
dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja.
Menurut Luthans (1995) dalam jurnal Engko (2008) kepuasan kerja dapat
dipahami melalui tiga aspek. Pertama, kepuasan kerja merupakan bentuk respon pekerja
terhadap kondisi lingkungan pekerjaan. Kedua, kepuasan kerja sering ditentukan oleh
hasil pekerjaan atau kinerja. Ketiga, kepuasan kerja terkait dengan sikap lainnya dan
dimiliki oleh setiap pekerja.
22
Maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah suatu keadaan emosional
yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang dicerminkan oleh pegawai terhadap
pekerjaannya.
2.1.3.2
kebutuhannya.
2. Discrepancies (perbedaan)
Model ini menyatakan bahwa kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi
harapan. Pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang
diharapkan dan yang diperoleh individu dari pekerjaan. Apabila harapan lebih
besar daripada apa yang diterima, orang akan tidak puas. Sebaliknya
diperkirakan individu akan puas apabila mereka menerima manfaat diatas
harapan.
3. Value attainment (pencapaian nilai)
Gagasan value attainment adalah bahwa kepuasan merupakan hasil dari persepsi
pekerjaan memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang penting.
4. Equity (keadilan)
Dalam model ini dimaksudkan bahwa kepuasan merupakan fungsi dari seberapa
adil individu diperlakukan di tempat kerja. Kepuasan merupakan hasil dari
persepsi orang bahwa perbandingan antara hasil kerja dan inputnya relatif lebih
menguntungkan dibandingkan dengan perbandingan antara keluaran dan
masukkan pekerjaan lainnya.
5. Dispositional/genetic components (komponen genetik)
23
Beberapa rekan kerja atau teman tampak puas terhadap variasi lingkungan kerja,
sedangkan lainnya kelihatan tidak puas. Model ini didasarkan pada keyakinan
bahwa kepuasan kerja sebagian merupakan fungsi sifat pribadi dan faktor
genetik. Model menyiratkan perbedaan individu hanya mempunyai arti penting
untuk menjelaskan kepuasan kerja seperti halnya karakteristik lingkungan
pekerjaan.
Terwujudnya kepuasan kerja karyawan merupakan salah satu faktor
pendorong dari tercapainya tujuan organisasi. Menurut Hasibuan (2007, p.203), faktor
yang menimbulkan kepuasan kerja karyawan adalah:
a. Balas jasa yang adil dan layak
b. Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian
c. Berat ringannya pekerjaan
d. Suasana dan lingkungan pekerjaan
e. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan
f. Sikap pemimpin dalam kepemimpinannya
g. Sadar pekerjaan monoton atau tidak
2.1.3.3
puas terhadap pekerjaannya daripada beberapa lainnya. Greenberg dan Baron (2003, p.
153) menjelaskan dua pendekatan dari teori kepuasan kerja ada sebagai berikut:
a. Two-Factor Theory
Teori dua faktor merupakan teori kepuasan kerja yang menganjurkan bahwa
satisfaction (kepuasan) dan dissatisfaction (ketidakpuasan) merupakan bagian
dari kelompok variabel yang berbeda, yaitu motivatorsdan hygiene factors.
Motivators factors menjelaskan bahwa kepuasan ditarik dari faktor yang terkait
24
dengan pekerjaan itu sendiri atau hasil langsung daripadanya, seperti sifat
pekerjaan, prestasi dalam pekerjaan, peluang promosi dan kesempatan untuk
pegembangan diri dan pengakuan. Sedangkan hygiene atau maintance factors
menjelaskan bahwa ketidakpuasan dihubungkan dengan kondisi di sekitar
pekerjaan (seperti kondisi kerja, pengupahan, keamanan, kualitas pengawasan,
dan hubungan dengan orang lain), dan bukannya dengan pekerjaan itu sendiri.
b. Value Theory
Teori ini memfokuskan pada hasil manapun yang menilai orang tanpa
memperhatikan siapa mereka. Kunci menuju kepuasan dalam pendekatan ini
adalah perbedaan antara aspek pekerjaan yang dimiliki dan diinginkan seseorang.
Semakin besar perbedaan, semakin rendah kepuasan seseorang.
2.1.3.4
organisasi menghadapi
25
2.1.3.5
26
2.1.3.6
27
Yaitu sejumlah bayaran yang diterima seseorang akibat dari pelaksanaan kerja
apakah sesuai dengan kebutuhan dan dirasakan adil sesuai dengan ketrampilan
dan pengorbanan yang diberikan.
b. Pekerjaan itu sendiri
Salah satu faktor kepuasan kerja adalah pekerjaan yang menantang, bervariasi
dan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk menggunakan kemampuan
dan keterampilan yang dimilikinya sehingga tidak menimbulkan kejenuhan dan
kebosanan bagi karyawan dalam mengerjakannya.
c. Atasan
Seseorang yang senantiasa memberikan perintah atau petunjuk dalam
pelaksanaan pekerjaan. Cara atasan memberi perintah kepada bawahan bisa
berdampak menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi karyawan sehingga
dapat mempengaruhi tingkat kepuasan kerja seseorang.
d. Rekan kerja
Rekan kerja yang ramah, hubungan kerja sama dan komunikasi dengan rekan
kerja yang terjalin dengan baik akan mendatangkan kepuasan kerja yang tinggi.
e. Promosi
Pemberian kesempatan kepada karyawan untuk mengembangkan karirnya.
Seseorang dapat merasakan adanya kemungkinan yang besar untuk naik jabatan
atau tidak. Proses kenaikan jabatan yang kurang terbuka dapat mempengaruhi
tingkat kepuasan kerja seseorang.
f. Lingkungan kerja
Terdiri dari lingkungan kerja fisik dan psikologis. Karyawan akan mudah
mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaannya bila kondisi seakan sekitarnya
bersih, terang,tidak terlalu sempit dan bising. Sehingga karyawan akan mudah
mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan dalam suasana atau kondisi yang
mendukung atau harmonis.
2.1.4
Kinerja Pegawai
28
2.1.4.1
karena setiap karyawan mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda beda dalam
mengerjakan tugas pekerjaannya. Kinerja seseorang tergantung pada kombinasi dari
kemampuan, usaha dan kesempatan yang diperoleh.
Definisi kinerja pegawai yang dikemukakan Bambang Kusriyanto dalam
Mangkunegara (2006, p.10) adalah perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta
tenaga kerja persatuan waktu (lazimnya perjam).
Menurut Boxall et al (dalam Mokaya dan Gitari, 2012) kinerja pegawai adalah
fungsi dari kemampuan (ability), motivasi (motivation) dan peluang (opportunity) atau
yang disingkat AMO. Ketiga hal tersebut adalah hal dasar dari produktivitas seorang
pegawai.
Sedangkan menurut Martin (2009, p.56) memberikan penjelasan sebagai
berikut : Performance as the level of achievement by an individual, measured against
what they would be expected to achive.
Menurut Rivai (2009, p.549) kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan
setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan
perannya dalam perusahaan atau organisasi.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah kemampuan
maksimal dari pegawai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya di dalam
suatu organisasi
2.1.4.2
(2006, p.13) adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation).
Human Performance = Ability + Motivation
Motivation
= Attitude + Situation
Ability
= Knowledge + Skill
Penjelasan:
a. Faktor Kemampuan (Ability)
29
Secara psikologi, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan
kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya, pimpinan dan karyawan yang
memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120) apabila IQ superior, very superior,
gifted dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan
terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah
mencapai kinerja maksimal.
b. Faktor Motivation (Motivation)
Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap situasi
kerja (situation) di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif (pro)
terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya
jika mereka bersikap negatif (kontra) terhadap situasi kerjanya akan menunjukan
motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain
hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola
kepemimpinan kerja dan kondisi kerja.
Sedangkan menurut Simamora yang dikutip oleh Mangkunegara (2006, p.14),
kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:
1. Faktor individu yang terdiri dari :
a. Kemampuan dan keahlian
b. Latar belakang
c. Demografi
2. Faktor psikologis yang terdiri dari:
a. Persepsi
b. Attitude
c. Penghargaan
d. Struktur
e. Job design
Dari paparan tersebut Mangkunegara (2006, p.16) menyimpulkan bahwa faktor
penentu prestasi kinerja individu dalam organisasi adalah faktor individu dan faktor
lingkungan kerja organisasi.
1. Faktor Individu.
Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki integritas
yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan fisiknya (jasmaniah). Dengan
30
adanya integritas yang tinggi antar fungsi psikis dan fisik, maka individu tersebut
memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan modal
utama individu manusia untuk mampu mengelola dan mendayagunakan potensi
dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja seharihari dalam mencapai tujuan organisasi.
2. Faktor Lingkungan Kerja Organisasi
Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam
mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain
uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang menantang,
pola komunikasi kerja efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan
dinamis, peluang berkarier dan fasilitas kerja yang relatif memadai.
2.1.4.3
Rivai (2009, p.324) bahwa aspekaspek yang dinilai dalam kinerja dapat dikelompokkan
menjadi :
1. Kemampuan teknis, yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan, metode,
teknik, dan peralatan yang digunakan untuk melaksanakan tugas serta
pengalaman dan pelatihan yang diperolehnya.
2. Kemampuan konseptual, yaitu kemampuan untuk memahami kompleksitas
perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari unit masing masing kedalam
bidang operasional perusahaan secara menyeluruh, yang pada intinya individual
tersebut memahami tugas, fungsi serta tanggung jawabnya sebagai seorang
karyawan.
3. Kemampuan hubungan interpersonal, yaitu antara lain kemampuan untuk bekerja
sama dengan orang lain, memotivasi karyawan, melakukan negosiasi dan lain
lain.
2.1.4.4
31
2.1.5
32
33
kepuasan kerja memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja dari para
pegawai. Dengan meningkatnya kinerja dari pegawai, maka perusahaan akan
mendapatkan keuntungan dari para pegawainya.
2.2
Kerangka Pikiran
Berdasarkan pembahasan penelitian yang sudah dibahas diatas, maka kerangka
penelitian ini ditunjukkan oleh model gambar sebagai berikut:
2.3
Hipotesis
Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitan ini, maka hipotesis
sementara yang dapat disumpulkan dipenelitian ini yaitu:
Untuk T-1
34