Anda di halaman 1dari 8

PERAN DAN FUNGSI APOTEKER

DALAM PROMOSI KESEHATAN

SELF MEDICATION

Sri Fathiyah Safaatsih

362015712258

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR

NGAWI

2018
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kesejahteraanmasyarakat


yang dicapai melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pelayanan kesehatan baik
pelayanan preventif' pelayanan promotif, pelayanan kuratif' dan pelayanan rehabilitatif
dibutuhkan masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya.

Pelayanan kesehatan promotif adalah kegiatan yang lebih mengutamakan kegiatan


yang bersifat promosi kesehatan. Preventif adalah kegiatan pencegahan terhadap suatu
masalah kesehatan (penyakit). Kuratif adalah kegiatan serangkaian kegiatan pengobatan yang
ditujukan untuk penyembuhan penyakit' pengurangan penderitaan akibat penyakit,
pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatanagar kualitas penderita dapat terjaga
seoptimal mungkin. Rehabilitatif adalah kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke
dalam masyarakat sehingg adapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna
untuk dirinya danmasyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Seperti
yang sudah dijelaskan diatas, salah satu kegiatan pelayanankesehatan adalah pelayanan
kefarmasian dengan melakukan kegiatan promosikesehatan. Promosi kesehatan menurut
Peraturan Menteri $esehatan Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2015 tentang Upaya
Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit adalah proses untuk memberdayakan
masyarakat melaluikegiatan menginformasikan, mempengaruhi dan membantu masyarakat
agar berperan aktif untuk mendukung perubahan perilaku dan lingkungan serta menjaga dan
meningkatkan kesehatan menuju derajat kesehatan yang optimal. Sebagai seorang apoteker
diharapkan dapat berperan akti& dalammelakukan pelayanan ke&armasian secara optimal
dalam meningkatkan derajatkesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN

Apoteker sebagai salah satu tenaga kesehatan yang diakui oleh pemerintah,
memiliki peran dalam pembangunan kesehatan terutama kesehatan perorangan. Apoteker
sebagai profesi kesehatan yang memiliki kompetensi dan keahlian di bidang kefarmasian
(sediaan farmasi dan alat kesehatan) bertanggung jawab dalam penjaminan kualitas dan
ketepatan obat pada seluruh proses terkait sediaan farmasi.

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian


oleh Apoteker (peraturan pemerinta no 51 tahun 2009). Praktek kefarmasian yang di maksud
adalah pelayanan sediaan farmasi, pelayanan obat atas resep dokter dan pelayanan informasi
obat. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian
oleh Apoteker. Praktek kefarmasian yang di maksud adalah pelayanan sediaan farmasi,
pelayanan obat atas resep dokter dan pelayanan informasi obat. Pharmaceutical Care
bertujuan agar pasien mendapat terapi obat rasional (aman, tepat, dan cost-effective), dan
juga apotek menjadi sarana pelayanan swamedikasi baik untuk obat-obatan maupun alat
kesehatan selain itu mempunyai tugas untuk melakukan penyuluhan terhadap pasien atau
masyarakat untuk mengingkatkan taraf kesehatan salah satunya dengan cara promosi
kesehatan.

Kegiatan yang dilakukan oleh seksi promosi kesehatan antar lain adalah penyuluhan
obat dan obat tradisional menggunakan iklan layanan masyarakat melalui radio atau surat
kabar lokal, dan pe- nyuluhan kepada pasien di puskesmas, posyandu dan pos kesehatan desa
terkait informasi Napza dan obat generik. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 1027/ Menkes/ SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,
apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak
bias, etis, bijaksana, dan terkini kepada pasien di apotek. Informasi obat terhadap pasien
sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu
pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

Apoteker harus memberikan konseling mengenai penggunaan obat dan obat


tradisional, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan
terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Apoteker harus
melakukan promosi dan edukasi dalam rangka pem-berdayaan masyarakat melalui leaflet,
brosur, poster dan penyuluhan langsung.

Peran dan Fungsi Apoteker dalam promosi kesehatan menurut peraturan pemerintah
Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian, Pelayanan
Kefarmasian dengan melakukan kegiatan promosi kesehatan dapat diselenggarakan di apotek,
instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat atau praktek bersama.

Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan dar drug oriented menjadi patient
oriented. BerdasarkanPeraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dimana apoteker dituntuk untuk
meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi
langsung dengan melakukan Pemberian Informasi Obat (PIO) dan konseling.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/


menkes/SK/X/ 2004 tentang standar pelayanan farmasi di rumah sakit, antara lain dinyatakan
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan Apoteker di rumah sakit untuk
memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat,
profesi keseha- tan lainnya dan pasien.

Kegiatannya antara lain :

a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan pasif
b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat
atau tatap muka,
c. Membuat buletin, leaflet, label obat,
d. Menyediakan informasi bagi Komite/Panitia Farmasi dan Terapi sehubungan
dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit, dan
e. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap

Selain itu dilakukan kegiatan visite yang dilakukan bersama tim tenaga kesehatan
kepada pasien dirumah sakit ataupun untuk pasien home pharmacy care terutama untuk
pasien TBC, hipertensi untuk memonitoring pengobatan yang di berikan, memotivasi pasien
agar menjalani hidup yang lebih baik.
Peran apoteker di puskesmas dalam promosi kesehatan

asaran promosi kesehatandi puskesmas dikenal tiga jenis sasaran. Pertama sasaran primer
utama upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien' individu sehat dan keluarga
rumah tangga sebagai komponen dari masyarakat. Diharapkan dapat mengubah perilaku
hidup mereka yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat.
Kedua' sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat baik pemuka informal misalnya
pemuka adat pemuka agama maupun pemuka formal 1misalnya petugas kesehatan pejabat
pemerintahan, organisasi kemasyarakatan dan media massa Ketiga sasaran tersier yaitu para
pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan
dan bidang-bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapatmen Fasilitasi atau
menyediakan sumber daya.

Sulitnya merubah suatu perilaku individu' diperlukan strategi promosi kesehatan


dimana Apoteker juga ikut berpartisipasi didalamnya. Strategi promosi kesehatan pertama,
pemberdayaan yaitu pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah dan
menanggulangi masalah kesehatan guna membantu individu keluarga atau kelompok-
kelompok masyarakat menjalani tahap tahu mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup
bersih dan sehat. Kedua bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang
kondusif dan mendorong dipraktikanya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam
mengadopsi PHBS dan melestarikannya. Ketiga advokasi adalah pendekatan dan motivasi
terhadap pihak-pihak tertentu yang diperhitungkan dapatmen dukung keberhasilan pembinaan
PHBS baik dari segi materi maupun nonmateri. Keempat kemitraan harus digalang baik
dalam rangka pemberdayaanmaupun bina suasana dan advokasi guna membangun kerjasama
dan mendapatkan dukungan

Peran apoteker di puskesmas dalam promosi kesehatan

Brosur yang berisi ajakan hidup sehat. Media-media tersebut dapat diletakkan
ditempat yang terbuka mencolok dan mudah dilihat pengunjung. Media dapat diberikan
langsung ke pengunjung atau jika pengunjung tertarik dan membutuhkan informasi lebih
lanjut dapat langsung menghubungi apoteker. Selain itu bentuk promosi yang lain dapat
berupa pendidikan kesehatan penyuluhan kesehatan' dan Komunikasi Informasi dan Edukasi
(KIE).
Kendala Promosi Kesehatan Di Apotek:

- Kurangnya waktu maupun tenaga menyebabkan menurunnya kontak pasien dengan


apoteker
- Koordiansi yang kurang dengan tenaga medis yang merawat pasien menjadikan
kurang efektifnya pesan-pesan kesehatan untuk pasien
- Pengetahuan dan ketrampilan yang rendah menyebabkan pasien tidak tertarik
meminta saran kesehatan dari apoteker
- Tiadanya tempat yang memadahi untuk konseling dan kurangnya kompensasi bagi
apoteker juga menyebabkan menurunnya kemauan apoteker untuk berkontribusi
member saran kesehatan bagi pasien
BAB III
PENUTUP

Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dicapai melalui


peningkatan kualitas pelayanan ke&armasian dengan melakukan kegiatan promosi kesehatan.
Peran apoteker dalam promosi kesehatan dapat dilakukan diapotek, instalasi farmasi rumah
sakit' puskesmas' klinik, toko obat, atau praktek bersama. Secara umum, kegiatan promosi
kesehatan di apotek dan rumah sakit hampir sama yang membedakan jika dirumah sakit
dilakukan visite dan kegiatan home pharmacy care. Di puskesmas terdapat sasaran promosi
kesehatan dan strategi promosi kesehatan. Promosi kesehatan di klinik, toko obat, atau
praktek bersama dapat dilakukan melalui media poster, spanduk, leflet, brosur. Media dapat
diberikan langsung ke pengunjung atau jika pengunjung tertarik danmembutuhkan in&ormasi
lebih lanjut dapat langsung menghubungi apoteker.Selain itu, bentuk promosi yang lain dapat
berupa pendidikan kesehatan, penyuluhan kesehatan, dan komunikasi Informasi dan edukasi.
Sebagai seorang apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahua, keterampilan, dan
perilaku, serta diharapkan dapat berperan aktif dalam melakukan pelayanan kefarmasian
secara optimal dalam meningkatkan derajat kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Afdhal, A.F., 1995, Pharmaceutical Care : Pharmacy in The Next Millenium, The National
Institute of Science and Technology.
Ahaditomo, 1995, Standar Profesi Apoteker dalam Menjalankan Pekerjaan Kefarmasian,
Disampaikan dalam Seminar Aksentuasi Peranan Apoteker Universitas Gadjah Mada,
14 Oktober 1995, Yogyakarta.
Handayani, 2003, Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat di Sepuluh Apotek Besar di
Kotamadya Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Ikatan Apoteker Indonesia, 2014, Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta
M.Idris 2011, Peranan Tenaga Kefarmasian dalam Pelayanan Informasi Obat di Puskesmas
Batua Raya Makassar, KTI, Poltekkes Jurusan Farmasi.
Mubarak, 2007, Promosi Kesehatan, 32, Graha Ilmu, Yogyakarta
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 51 tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Surahman. M.E, Husen. R.I., 2011, Pharmaceutical Care, 14-17, Widya Padjadjaran,
Yogyakarta
Undang Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai