SELF MEDICATION
362015712258
NGAWI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
PEMBAHASAN
Apoteker sebagai salah satu tenaga kesehatan yang diakui oleh pemerintah,
memiliki peran dalam pembangunan kesehatan terutama kesehatan perorangan. Apoteker
sebagai profesi kesehatan yang memiliki kompetensi dan keahlian di bidang kefarmasian
(sediaan farmasi dan alat kesehatan) bertanggung jawab dalam penjaminan kualitas dan
ketepatan obat pada seluruh proses terkait sediaan farmasi.
Kegiatan yang dilakukan oleh seksi promosi kesehatan antar lain adalah penyuluhan
obat dan obat tradisional menggunakan iklan layanan masyarakat melalui radio atau surat
kabar lokal, dan pe- nyuluhan kepada pasien di puskesmas, posyandu dan pos kesehatan desa
terkait informasi Napza dan obat generik. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 1027/ Menkes/ SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,
apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak
bias, etis, bijaksana, dan terkini kepada pasien di apotek. Informasi obat terhadap pasien
sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu
pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.
Peran dan Fungsi Apoteker dalam promosi kesehatan menurut peraturan pemerintah
Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian, Pelayanan
Kefarmasian dengan melakukan kegiatan promosi kesehatan dapat diselenggarakan di apotek,
instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat atau praktek bersama.
Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan dar drug oriented menjadi patient
oriented. BerdasarkanPeraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dimana apoteker dituntuk untuk
meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi
langsung dengan melakukan Pemberian Informasi Obat (PIO) dan konseling.
a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan pasif
b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat
atau tatap muka,
c. Membuat buletin, leaflet, label obat,
d. Menyediakan informasi bagi Komite/Panitia Farmasi dan Terapi sehubungan
dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit, dan
e. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap
Selain itu dilakukan kegiatan visite yang dilakukan bersama tim tenaga kesehatan
kepada pasien dirumah sakit ataupun untuk pasien home pharmacy care terutama untuk
pasien TBC, hipertensi untuk memonitoring pengobatan yang di berikan, memotivasi pasien
agar menjalani hidup yang lebih baik.
Peran apoteker di puskesmas dalam promosi kesehatan
asaran promosi kesehatandi puskesmas dikenal tiga jenis sasaran. Pertama sasaran primer
utama upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien' individu sehat dan keluarga
rumah tangga sebagai komponen dari masyarakat. Diharapkan dapat mengubah perilaku
hidup mereka yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat.
Kedua' sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat baik pemuka informal misalnya
pemuka adat pemuka agama maupun pemuka formal 1misalnya petugas kesehatan pejabat
pemerintahan, organisasi kemasyarakatan dan media massa Ketiga sasaran tersier yaitu para
pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan
dan bidang-bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapatmen Fasilitasi atau
menyediakan sumber daya.
Brosur yang berisi ajakan hidup sehat. Media-media tersebut dapat diletakkan
ditempat yang terbuka mencolok dan mudah dilihat pengunjung. Media dapat diberikan
langsung ke pengunjung atau jika pengunjung tertarik dan membutuhkan informasi lebih
lanjut dapat langsung menghubungi apoteker. Selain itu bentuk promosi yang lain dapat
berupa pendidikan kesehatan penyuluhan kesehatan' dan Komunikasi Informasi dan Edukasi
(KIE).
Kendala Promosi Kesehatan Di Apotek:
Afdhal, A.F., 1995, Pharmaceutical Care : Pharmacy in The Next Millenium, The National
Institute of Science and Technology.
Ahaditomo, 1995, Standar Profesi Apoteker dalam Menjalankan Pekerjaan Kefarmasian,
Disampaikan dalam Seminar Aksentuasi Peranan Apoteker Universitas Gadjah Mada,
14 Oktober 1995, Yogyakarta.
Handayani, 2003, Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat di Sepuluh Apotek Besar di
Kotamadya Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Ikatan Apoteker Indonesia, 2014, Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta
M.Idris 2011, Peranan Tenaga Kefarmasian dalam Pelayanan Informasi Obat di Puskesmas
Batua Raya Makassar, KTI, Poltekkes Jurusan Farmasi.
Mubarak, 2007, Promosi Kesehatan, 32, Graha Ilmu, Yogyakarta
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 51 tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Surahman. M.E, Husen. R.I., 2011, Pharmaceutical Care, 14-17, Widya Padjadjaran,
Yogyakarta
Undang Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.