Ratna Juita
Universitas Pancasila
A. Definisi
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai
hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer,
untuk membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab
yang diketahui. Hipertensi esensial adalah penyakit multilaktolial yang timbal
terutama karena lnteraksi antara faktor-faktor risiko tertentu.
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7)
klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
prahipertensi, Hipertensi derajat I dan derajat 2 (Tabel 1).
Table 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7
Klasifikasi
Tekanan Darah Sistolik
Tekanan Darah Diastolik
Tekanan Darah
Normal
(mmHg)
<120
dan
(mmHg)
<80
Prahipertensi
120-139
atau
80-89
Hipertensi derajat 1
140-159
atau
90-99
Hipertensi derajat 2
160
atau
*Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa usia 18 tahun
100
B. Etiologi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis
yang beragam. Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya
tidak diketahui (essensial atau hipertensi primer). Hipertensi
primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol.
Kelompok
lain
dari
populasi
dengan
persentase
rendah
Banyak
penyebab hipertensi
sekunder;
endogen
hipertensi
pada
pasien-pasien
ini
dapat
dari
90%
essensial
pasien
dengan
(hipertensi
hipertensi
primer).
merupakan
Literatur
lain
mekanisme
yang
terjadinya
hipertensi ini
mungkin
berkontribusi
telah diidentifikasi,
untuk
namun belum
timbulnya
hipertensi
essensial.
Banyak
pelepasan
nitric
oxide,
ekskresi
aldosteron,
steroid
obat
yang
bersangkutan
atau
Obat
Kortikosteroid, ACTH
Estrogen (biasanya pil KB
dg kadar estrogen tinggi)
Fenilpropanolamine dan
Analog
Cyclosporin dan
Tacrolimus
Eritropoetin
Sibutramin
Antidepresan (terutama
venlafaxine)
Tabel 2. Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi
C. Patofisiologi
Hipertensi esensial adalah penyakit multilaktolial yang timbal terutama
karena lnteraksi antara faktor-faktor risiko tertentu. Faktor-faktor risiko yang
mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah:
1. Faktor risiko, seperti: diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok,
genetis
2. Sistem saraf simpatis
a. Tonus simpatis
b. Variasi diurnal
3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokontriksi:
endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari
endotel, otot polos dan interstisium jugs memberikan kontribusi akhir
4. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada cistern renin,
angiotensin dan aldosteron
Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian
tekanan darah yang mempengaruhi nimus dasar Tekanan Darah=Curah
Jantung x Tahanan Pefifer (Gambar 1).
organ
target
dan
penyakit
kardiovaskular.
Data diperoleh melalui anamnesis mengenai keluhan pasien, riwayat
penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik, tes laboratorium rutin,
dan prosedur diagnostik lainnya.
Pemeriksaan fisik termasuk pengukuran tekanan darah yang benar,
pemeriksaan funduskopi, perhitungan BMI (body mass index) yaitu berat badan
(kg) dibagi dengan tinggi badan (meter kuadrat), auskultasi arteri karotis,
abdominal, dan bruit arteri femoralis; palpasi pada kelenjar tiroid; pemeriksaan
lengkap jantung dan paru-paru; pemeriksaan abdomen untuk melihat pembesaran
ginjal, massa intra abdominal, dan pulsasi aorta yang abnormal; palpasi ektremitas
bawah untuk melihat adanya edema dan denyut nadi, serta penilaian neurologis.
Diagnosis Hipertensi
Hipertensi seringkali disebut sebagai silent killer karena pasien dengan
hipertensi esensial biasanya tidak ada gejala (asimptomatik). Penemuan fisik yang
utama adalah meningkatnya tekanan darah. Pengukuran rata-rata dua kali atau
lebih dalam waktu dua kali kontrol ditentukan untuk mendiagnosis hipertensi.
Tekanan darah ini digunakan untuk mendiagnosis dan mengklasifikasikan sesuai
dengan tingkatnya (lihat tabel 3).
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin yang direkomendasikan sebelum memulai
terapi antihipertensi adalah urinalysis, kadar gula darah dan hematokrit; kalium,
kreatinin, dan kalsium serum; profil lemak (setelah puasa 9 12 jam) termasuk
HDL, LDL, dan trigliserida, serta elektrokardiogram. Pemeriksaan opsional
termasuk pengukuran ekskresi albumin urin atau rasio albumin / kreatinin.
Pemeriksaan yang lebih ekstensif untuk mengidentifikasi penyebab hipertensi
tidak diindikasikan kecuali apabila pengontrolan tekanan darah tidak tercapai.
Gejala Klinis
Secara umum pasien dapat terlihat sehat atau beberapa diantaranya sudah
mempunyai faktor resiko tambahan (lihat tabel 3), tetapi kebanyakan
asimptomatik.
Faktor resiko mayor
Hipertensi
Merokok
Obesitas (BMI 30)
Immobilitas
Dislipidemi
Diabetes mellitus
Mikroalbuminuria atau perkiraan GFR<60 ml/min
Umur (>55 tahun untuk laki-laki, >65 tahun untuk perempuan)
Riwayat keluarga untuk penyakit kardiovaskular prematur (laki-laki <
55 tahun atau perempuan < 65 tahun)
BMI = Body Mass Index; GFR= glomerular Filtration Rate; TIA = transient
ischemic attack
Tabel 3. Faktor-faktor resiko kardiovaskular
Kerusakan organ target
Didapat melalui anamnesis mengenai riwayat penyakit atau penemuan
diagnostic sebelumnya guna membedakan penyebab yang mungkin, apakah sudah
ada kerusakan organ target sebelumnya atau disebabkan hipertensi. Anamnesis
dan pemeriksaan fisik harus meliputi hal-hal seperti:
E. Penatalaksanaan
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan farmakologis.
Terapi nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan
tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor risiko serta
penyakit penyerta lainnya.
Tujuan terapi.
Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah :
-
Rekomendasi
Kira-kira
penurunan
TD
5-20
mmHg/10-kg
penurunan
BB
8-14 mm Hg
2-8 mm Hg
sodium
Aktifitas
Normal
Prehipertens
i
<120
120-139
dan <80
atau 8090
dianjurkan
ya
memaksa
140-159
Hipertensi
derajat 1
160
Hipertensi
derajat 2
atau 9099
ya
Diuretika jenis
Thiazide untuk
sebagian besar
kasus, dapat
dipertimbangka
n ACEI, ARB,
BB, CCB atau
kombinasi
atau
100
ya
Kombinasi 2
obat untuk
sebagian besar
kasus umumnya
diuretika jenis
Thiazide dan
ACEI atau ARB
atau BB atau
CCB
Obat-obatan
untuk
indikasi yang
memaksa
obat
antihipertensi
lain(diuretika,
ACEI, ARB,
BB, CCB)
sesuai
kebutuhan
Terapi Kombinasi
Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau
lebih obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah
yang diinginkan. Penambahan obat kedua dari kelas yang
berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal dengan dosis
lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan
darah
melebihi
20/10
mm
Hg
diatas
target,
dapat
pada
pasien-pasien
dengan
diabetes,
disfungsi
3-6 bulan, tetapi frekuensi kunjungan ini juga ditentukan oleh ada tidaknya
komorbiditas seperti gagal jantung, penyakit yang berhubungan seperti diabetes,
dan kebutuhan akan pemeriksaan laboratorium.
Strategi untuk, meningkatkan kepatuhan pada pengobatan:
1. Empati dokter akan meningkatkan kepercayaan, motivasi dan kepatuhan
pasien
2. Dokter harus mempertimbangkan latar belakang budaya kepercayaan pasien
serta sikap pasien terhadap pengobatan
3. Pasien diberi tahu hasil pengukuran tekanan darah, target yang masih harus
dicapai, rencana pengobatan selanjutnya serta pentingnya mengikuti rencana
tersebut
PUSTAKA
Chobaniam AV et al. Seventh Report of the Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure. JAMA 2003;289:2560-2572
Chrysant SG. Fixed Low-Dose Drug Combination for the
Treatment of Hypertension. Arch Fam Med 1998;7:370-376
Dosh SA. The diagnosis of essential and secondary hypertension
in adults. J.Fam Pract 2001;50:707-712
European Society of HypertensionEuropean Society of Cardiology Guidelines
Committee. 2003 European Society of HypertensionEuropean Society of
Cardiology Guidelines for the Management of Arterial Hypertension. J
Hypertens. 2003:21:101 1-53.
Deuretika
(antialdosteron)
Gagal ginjal,
hiperkalemia
Penyekat
Asam, penyakit
paru obstruktif
menahun, A-V
block (derajat 2
atau 3)
Calcium
Antagonist
(dihydropiridine)
Calcium
Antagonist
(verapamil,
ditiazem)
A-V block
(derajat 2 atau 3),
gagal jantung
kongestif
Penghambat ACE
Kehamilan,
hiperkalemia,
stenosis arteri
renalis bilateral
Penyakit
pembuluh darah
perifer,
intoleransi
glukosa, atlit atau
pasien yang aktif
secara fisik
Takiaritmia, gagal
jantung kongestif
Antigotensin II
receptor
antagonist (AT1blocker)
Blocker
Lampiran 2.
Nefropati DM tipe 2,
mikroalbuminuria diabetik,
proteinuria, hiperfrofi ventrikel
kiri, batuk karena ACEI
Hiperplasia prostat (BPH),
hiperlipidemia
Kehamilan,
hiperkalemia,
stenosis arteri
renalis bilateral
Hipotensi
ortostatis
Gagal jantung
kongensif