Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjupai hal-hal yang berkaitan dengan
senyawa kimia, contohnya seperti bahan obat-obatan dan minuman bersoda
menggunakan bahan magnesium sitrat, lalu Radium digunakan untuk bahan pembuat
jam. Contoh lainnya seperti peptisida yang digunakan oleh petani digunakan bahan
kadium. Contoh penggunaan kation golongan II dikehidupan sehari-hari, seperti contoh
diatas.
Kation golongan II dikenal juga sebagai kation golongan H 2S karena semua
anggotanya mengendap dengan penguraian gas H2S. Golongan II termasuk golongan
yang memiliki anggota kation yang paling banyak diantara semua golongan. Kation-
kation yang termasuk dalam golongan II antara lain Hg2+, Pb2+, Bi3+, Ca2+, Cd2+, As 3+,
As 5+, Sb 3+, Sb5+, Sn 2+
dan Sn 4+
jumlahnya mencapai 11 kation. Kation golongan II
dibagi menjadi dua sub golongan yaitu kation IIA dan kation IIB.
Oleh karena itu, dilakukan percobaan ini untuk mengetahuipengertian kation
golongan II, untuk mengetahui anggota-anggota kation II, untuk mengetahui fungsi alat
dan bahan, untuk mengetahui prosedur percobaan, untuk mengetahui reaksi Pb(NO 3)2
dengan HCl 6N, untuk mengetahui reaksi Pb(NO 3)2 dengan Na2S, , untuk mengetahui
reaksi Pb(NO3)2 dengan K2CrO4 dan HNO3, untuk mengetahui reaksi Pb(NO3)2 dengan
NH4OH, untuk mengetahui reaksi Pb(NO3)2 dengan Na2CO3, untuk mengetahui reaksi
Pb(NO3)2 dengan KI. Untuk mengetahui reaksi HgCl3 dengan HCl 6N, untuk
mengetahui reaksi HgCl2 dengan Na2S, untuk mengetahui reaksi HgCl3 dengan K2CrO4
dan HNO3, untuk mengetahui reaksi HgCl2 dengan NH4OH, , untuk mengetahui reaksi
HgCl3 untuk mengetahui reaksi HgCl2 KI. Untuk mengetahui hasil reaksi larutan Cu 2+
dengan HCl 6N, untuk mengetahui hasil reaksi larutan Cu 2+ dengan Na2S, untuk
mengetahui hasil reaksi larutan Cu2+ dengan KI dengan Na2CO3. Untuk mengetahui
reaksi larutan HgCl2 dengan K4[Fe(CN)6]. Untuk mengetahui reaksi larutan Cd2+ dengan
HCl, Untuk mengetahui reaksi larutan Cd2+ dengan Cd(H3COO)2 dengan KCN, Untuk
mengetahui reaksi larutan Cd2+ dengan Na2SO4, Untuk mengetahui reaksi larutan Cd2+
dengan Na2S , Untuk mengetahui reaksi larutan Cd2+ dengan Na2S + KCN.
1.2 Tujuan Percobaan
- Untuk mengetahui hasil reaksi antara larutan Pb(NO3)2 dengan HCl 6N pada
percobaan kualitatif kation golongan II
- Untuk mengetahui hasil reaksi antara larutan HgCl2 dengan Na2S pada
percobaan kualitatif kation golongan II
- Untuk mengetahui hasil reaksi antara larutan CuSO 4 dengan NH4OH pada
percobaan kualitatif kation golongan II
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Seperti yang telah dijelaskan ada dua macam perjanjian dalam analisis kualitatif,
yaitu pemisahan dan identifikasi. Pada pemisahan, kation digolongkakan dalam:
1. Kation yang dendapkan sebagai klorida
2. Kation yang diendapkan sebagai sulfida dalam suasana asam dan basa
3. Kation yang dendapkan sebagai hidroksida
4. Kation yang diendapkan sebagai karbonil
5. Kation dalam larutan Na+, K+, NH4+ dan Mg2+
(Achmad, 2012).
Golongan ini biasanya disebut golongan H2S atau golongan-golongan tembaga arsen
atau golongan ke II.Sebagai pereaksi pengendap digunakan hidrogen sulfida yang
merupakan elektrolit lemah. Dengan mengatur konsentrasi H+ sehingga keseimbangan
bergeser ke kiri, ion sulfida dan ion logam dalam larutan dapat membentuk garam
sulfida yang mengendap yaitu Ag2S2, Sb2S2, Sn2S2, HgS, PbS, Bl2S2, CuS dan CdS
(Achmad, 2012).
Dalam analisis kualitatif dapat digunakan sebagai sumber H2S adalah:
1. Rekasi anatar FeS dan HCl dengan menggunakan alat kipp.
2. Campuran antara belerang, senyawa dihroksida dan asbes jika campuran ini
diapanaskan akan timbul H2S
3. Ada senyawa belerang yang dapat terhidrolisis menghasilkan H2S. Senyawa yang
banyak digunakan adalah CH3(SNH2)
Senyawa ini mudah larut dalam air dan stabil untuk beberapa bulan pada suhu kamar.
Pada suhu mendeteksi titik didih air thioasetanida mengalami hidrolisis menghasilkan
H2S dengan perlahan-lahan. Endapan yang terjadi berbentuk kristal sehingga mudah
diolah kation terbentuknya H2S secara perlahan-lahan (Achmad, 2012).
Untuk penyelidikan kation, maka zat yang akan diselidiki harus dalam bentuk
larutan. Bila senyawa berupa padatan maka harus dilarutkan terlebih dahulu. Golongan
IIA disebtu tembaga yang terdiri dari CuCd, Hg(II), BI, Pb mengendap dengan sulfida
suasana asam. Filtrat adalah proses pengendapan kation golongan II mengandung kation
golongan berikutnya. Apabila filtart ini ditambahkan pereaksi. Campuran ammonium
hidroksida dan ammonium klorida terjad endapan hidroksida kation golongan IIIA
(Sulistrayati, 2017).
Larutan zat yang mengandung kation Cu 2+, Cd, Ag, Bi3+, Pb, As 3+, Sb dan Sn
dengan penguraian gas H2S suasana asam akan membentuk endapan sulfida, yaitu
CuS(Hitam), Cud(kuning), HgCs(hitam). Apabila endapan sulfida ini tidak larut dengan
penambahan ammonium pasulfida, maka endapan tersebut adalah endapan sulfida dari
Cu,Cd, Hg(II), Bi, Pb, ysng dimasukkan dalam golongan IIA, sedangkan yang larut
merupakan sulfida dari As, Sb dan Cn dengan membentuk ion kompleks (Sulistrayati,
2017).
Filtrat hasil pengendapan golongan IIA dan IIB yang berisi kation-kation golongan
IIB perlu dilakukan pemisahan sebelum dilakukan reaksi identidikasi. Filytay pertama
kali ditambah HCl pekat untuk mengurangi ion sulfida yang ada alam larutan dengan
membentuk H2S yang mudah menguap, sehingga menguraikan konsep sulfida menjadi
ion-ionnya yang siap untuk reaksi identifikasi. Sedangkan kompleks A 2S32- akan
mengurai menjadi endapan A5S32- kation hingga ksp nya yang sangat kecil sehingga ion
sulfida sangat sedikit, namun hasil kali konsentrasi ion sulfida dengan ion arsen mampu
mencapai harga kspnya. Endapan A5S3 larut dengan penambahan ammonium hidroksida
membentuk ion asetat, merupakan pemisahan kation golongan IIB (Sulistrayati, 2017).
Kation golongan II ini tidak beraksi dengan asam klorida, tetapi membentuk
endapan dengan hidrogen sulfida dan suasana asam mineral encer. Ion-ion golongan ini
adalah merkurium, tembaga, kadium, arsenic , stansium, timad dan timbal. Keempat ion
yang pertama mempunyai sub golongan ke IIA dan keenam terakhir adalah golongan
IIB. Sementara sulfida dari kation dalam golongan IIA tidak dapat larut dalam
ammonium polisulfida L, sulfida dari kation dalam golongan IIB justru dapat larut
(Setiono, 1985).
Kation-kation golongan II memiliki tradisi dibagi menjadi II sub golongan. Sub
golongan tembaga di sub golongan arsenic. Dasar dari pembagian ini adalah kelarutan
sulfida dalam ammonium polisulfida. Sementara sulfida dari sub golongan tembaga
tidak larut dari regensia ini. Sulfida dari sub golongan arsenic melarut dengan
membentuk garam trio. Sub golongan tembaga terdiri dari merkurium, timbalm bistut.
Timbal diendapkan dengan asam klorida encer Bersama ion-ion dari golongan I.
Pengedapan ini agak kurang sempurna, disebabkan oleh kelarutan timbal klorida yang
relatif tinggi. Maka dalam pengerjaannya analisis sitematik, ion-ion timbal masih tetap
ada, Ketika kita bertugas mengendapkan golongan kation kedua. Reaksi-reaksi ion
timbal sudah diencerkan Bersama-sama dengan reaksi kation golongan pertama
(Setiono, 1985).
Klorida, nitrat, dan sulfat dari kation-kation sub golongan tembaga sangat mudah
larut dalam air. Sulfida, hidroksida, dan karbonatnya tak larut. Beberapa kation dari sub
golongan tembaga merkurium, tembaga cenderung membentuk kompleks. Sub
golongan arsenic mempunyai sifat alifotir aksi dengan membentuk golongan baik
dengan asam mampu dengan besar ( Setiono, 1985).
Arsen (As) adalah metal yang mudah patah, berwarna keperakan dan sangat toxik.
As elemental didapat di alam dalam jumlah sangat terbatas; terdapat bersama-sama Cu,
sehingga didapatkan produk sampingan pabrik peleburan Cu. As sudah sejak lama
sering digunakan untuk racun tikus; dan keracunan arsen pada manusia sudah sangat
dikenal, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Keracunan akut menimbulkan
gejala muntaber disertai darah, disusul dengan koma, dan apabila dibiarkan dapat
menyebabkan kematian. Secara khronis keracunan arsen dapat menimbulkan anorexia,
kolk, mual, diare atau konstipasi, iceterus, pendarahan pada ginjal, dan kanker kulit. As
dapat menimbulkan iritasi, alergi, dan cacat bawaaan. Di masa lampau, As dalam dosis
kecil digunakan sebagai campuran tonikum, tetapi kemudian ternyata bahwa As ini
dapat menimbulkan kanker kulit pada peminumnya (Said, 2010).
Kadmium (Cd) adalah metal berbentuk kristal putih keperakan. Cd didapat bersama-
sama Zn, Cu, Pb, dalam jumlah yang kecil. Cd didapat pada industri alloy, pemurnian
Zn, pestisida, dan lain-lain. Tubuh manusia tidak memerlukan Cd dalam fungsi da
pertumbuhannya, karena Cd sangat beracun bagi manusia. Keracunan akut akan
menyebabkan gejala gasterointestial, dan penyakit ginjal. Gejala klinis keracunan Cd
sangat mirip dengan penyakit glomerulo- nephiritis biasa. Hanya pada fase lanjut dari
keracunan Cd ditemukan pelunakan dan fraktur (patah) tulang punggung yang multipel.
Di Jepang sakit pinggang ini dikenal sebagai penyakit “Itai-Itai disease” Gejalanya
adalah sakit pinggang, patah tulang, tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, gejala
seperti influenza, dan sterilitas pada laki-laki. Itu merupakan gejala-gejala jika teracuni
dengan kadium dan penyakit-penyakit mematikan jika kita teracuni kadium (Said,
2010).
Logam berat Cd, Cu, dan Pb merupakan salah satu jenis dari beebrapa logam
beracun lainnya yang berbahaya bagi mhakluk hidup. Logam berat yang merupakan
polusi bagi tanaman, hewan dan Kesehatan manusia antara arsenic, kadium, tembaga,
timbal, merkuri, nikel, seng. Pada manusia keracunan arsen dapat menyebabkan
terjadinya hepatatic cirrhosis, kerusakan pada otak serta terganggunya pencernaan kerja
ginjal (Chairiyah, 2013).
Pemberian endomikoriza dan logam berat tidak berpengaruh nyata terhadap Cd
tersedia tanah setelah aplikasi logam berat. Kandungan Cd tersedia tanah setelah
aplikasi logam berat pada seluruh perlakuan termasuk kriteria di bawah batas toleransi
pencemaran Cd di dalam tanah (1,25-2,5 ppm). Pemberian endomikoriza dan logam
berat meningkatkan Cd tersedia di dalam tanah (Gambar 2) tetapi peningkatan tersebut
tidak signifikan, hanya berkisar 0,01 sampai 0,11 ppm sehingga tidak nyata secara
statistik. Hal ini diduga karena bahan tanah yang digunakan memiliki kemampuan
menahan kation fraksi lempung yang sedang sampai tinggi. Menurut Palar (2008) bila
lapisan lempung ini sangat besar jumlahnya, maka proses peresapan akan menjadi
sangat rendah atau tidak terjadi peresapan sama sekali (Chairiyah, 2013).
Pemberian endomikoriza dan logam berat tidak berpengaruh nyata terhadap serapan
Cd tanaman. Pemberian endomikoriza tidak mampu menurunkan serapan Cd tanaman,
justru meningkatkan serapannya. Namun peningkatan yang terjadi tidak jauh berbeda
dengan perlakuan sehingga tidak nyata secara statistik. Serapan Cd tanaman pada
seluruh perlakuan termasuk kriteria di bawah batas toleransi pencemaran Cd pada
tanaman (1 ppm). ) mikroba yang digunakan mungkin efektif mendegradasi satu
polutan, tetapi tidak untuk polutan lainnya. Mikroba mungkin efektif mendegradasi satu
bentuk spesifik dari polutan tetapi tidak untuk bentuk polutan lainnya (Chairiyah, 2013).

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
˗ Tabung reaksi
˗ Rak tabung reaksi
˗ Penjepit tabung
˗ Pipet tetes
˗ Kertas label
˗ Bulb
˗ Botol reagen
˗ Keranjang alat
˗ Spons
˗ Sikat tabung
˗ Lemari asam
˗ Botol semprot
˗ Batang pengaduk
˗ Gelas kimia
˗ Spatula
˗ Bunsen
˗ Corong kaca
˗ Pipet ukur
˗ Sarung tangan
˗ Masker
˗ Kacamata
˗ Lemari alat
˗ Gelas ukur
˗ Neraca analitik
˗ Gunting

3.1.2 Bahan
˗ Aquades
˗ Sabun cair
˗ Tisu
˗ Larutan Pb(NO)3
˗ Larutan HCl 6N
˗ Larutan Na2S
˗ Larutan K2CrO4
˗ Larutan HNO3
˗ Larutan NH4OH
˗ Larutan Na2CO3
˗ Larutan KI
˗ Larutan HgCl2
˗ Larutan CuSO4
˗ Larutan Na2S2O3
˗ Larutan KCN
˗ Larutan Cd(CH3COO)4
˗ Larutan K4[Fe(CN)6]
˗ Kanebo
˗ Kertas lebel
˗ Alumunium foil
˗ Kertas saring
˗ Spiritus
˗ Korek api
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Pb2+
3.2.1.1 Larutan Pb(NO3)2 dengan HCl 6 N
- Dimasukkan 1 pipet larutan Pb(NO3)2 kedalam tabung reaksi
- Dimasukkan 1 pipet larutan HCl 6 N
- Diamati

3.2.1.2 Larutan Pb(NO3)2 dengan Na2S


- Dimasukkan 1 pipet larutan Pb(NO3)2 kedalam tabung reaksi
- Dimasukkan 1 pipet larutan Na2S
- Diamati

3.2.1.3 Larutan Pb(NO3)2 dengan K2CrO4 dan HNO3


- Dimasukkan 1 pipet larutan Pb(NO3)2 kedalam tabung reaksi
- Dimasukkan 1 pipet larutan K2CrO4 ke dalam tabung reaksi
- Dimasukkan 1 pipet larutan HNO3 ke dalam tabung reaksi
- Diamati

3.2.1.4 Larutan Pb(NO3)2 dengan NH4OH


- Dimasukkan 1 pipet larutan Pb(NO3)2 kedalam tabung reaksi
- Dimasukkan 1 pipet larutan NH4OH
- Diamati

3.2.1.5 Larutan Pb(NO3)2 dengan Na2CO3


- Dimasukkan 1 pipet larutan Pb(NO3)2 kedalam tabung reaksi
- Dimasukkan 1 pipet larutan Na2CO3

- Diamati

3.2.1.6 Larutan Pb(NO3)2 dengan KI


- Dimasukkan 1 pipet larutan Pb(NO3)2 kedalam tabung reaksi
- Dimasukkan 1 pipet larutan KI
- Diamati

3.2.2 Hg2+
3.2.2.1 Larutan HgCl2 dengan HCl 6 N
- Dimasukkan 1 pipet larutan HgCl2 kedalam tabung reaksi
- Dimasukkan 1 pipet larutan HCl 6 N
- Diamati
3.2.2.2 Larutan HgCl2 dengan Na2S
- Dimasukkan 1 pipet larutan HgCl2 kedalam tabung reaksi
- Dimasukkan 1 pipet larutan Na2S
- Diamati
3.2.2.3 Larutan HgCl2 dengan K2CrO4 dan HNO3
- Dimasukkan 1 pipet larutan HgCl2 kedalam tabung reaksi
- Dimasukkan 1 pipet larutan K2CrO4 ke dalam tabung reaksi
- Dimasukkan 1 pipet larutan HNO3 ke dalam tabung reaksi
- Diamati
3.2.2.4 Larutan HgCl2 dengan NH4OH
- Dimasukkan 1 pipet larutan HgCl2 kedalam tabung reaksi
- Dimasukkan 1 pipet larutan NH4OH
- Diamati
3.2.2.5 Larutan HgCl2 dengan Na2CO3
- Dimasukkan 1 pipet larutan HgCl2 kedalam tabung reaksi
- Dimasukkan 1 pipet larutan Na2CO3
- Diamati
3.2.2.6 Larutan HgCl2 dengan KI
- Dimasukkan 1 pipet larutan HgCl2 kedalam tabung reaksi
- Dimasukkan 1 pipet larutan KI
- Diamati

3.2.3 Cu2+
3.2.3.1 Larutan CuSO4 dengan HCl 6N
˗ Dimasukkan 1 pipet larutan CuSO4 kedalam tabung reaksi

˗ Dimasukkan 1 pipet larutan HCl 6 N

˗ Diamati
3.2.3.2 Larutan CuSO4 dengan Na2S

˗ Dimasukkan 1 pipet larutan CuSO4 kedalam tabung reaksi

˗ Dimasukkan 1 pipet larutan Na2S

˗ Diamati
3.2.3.3 Larutan CuSO4 dengan NH4OH

˗ Dimasukkan 1 pipet larutan CuSO4 kedalam tabung reaksi

˗ Dimasukkan 1 pipet larutan NH4OH

˗ Diamati
3.2.3.4 Larutan CuSO4 dengan Na2CO3

˗ Dimasukkan 1 pipet larutan CuSO4 kedalam tabung reaksi

˗ Dimasukkan 1 pipet larutan Na2CO3

˗ Diamati
3.2.3.5 Larutan CuSO4 dengan KI + Na2S2O3

˗ Dimasukkan 1 pipet larutan CuSO4 kedalam tabung reaksi

˗ Dimasukkan 1 pipet larutan KI + Na2S2O3

˗ Diamati
3.2.3.6 Larutan CuSO4 dengan K4[Fe(CN)6]

˗ Dimasukkan 1 pipet larutan CuSO4 kedalam tabung reaksi

˗ Dimasukkan 1 pipet larutan K4[Fe(CN)6]

˗ Diamati
3.2.4 Cd2+
3.2.4.1 Larutan Cd(CH3COO)2 dengan HCl

˗ Dimasukkan 1 pipet larutan Cd(CH3COO)2 kedalam tabung reaksi

˗ Dimasukkan 1 pipet larutan HCl

˗ Diamati
3.2.4.2 Larutan Cd(CH3COO)2 dengan KCN

˗ Dimasukkan 1 pipet larutan Cd(CH3COO)2 kedalam tabung reaksi

˗ Dimasukkan 1 pipet larutan KCN

˗ Diamati
3.2.4.3 Larutan Cd(CH3COO)2 dengan Na2CO3

˗ Dimasukkan 1 pipet larutan Cd(CH3COO)2 kedalam tabung reaksi

˗ Dimasukkan 1 pipet larutan Na2CO3

˗ Diamati
3.2.4.4 Larutan Cd(CH3COO)2 dengan Na2S

˗ Dimasukkan 1 pipet larutan Cd(CH3COO)2 kedalam tabung reaksi

˗ Dimasukkan 1 pipet larutan Na2S

˗ Diamati
3.2.4.5 Larutan Cd(CH3COO)2 dengan Na2S + KCN

˗ Dimasukkan 1 pipet larutan Cd(CH3COO)2 kedalam tabung reaksi

˗ Dimasukkan 1 pipet larutan Na2S + KCN

˗ Diamati
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
N Kation Pereaksi Hasil Pengamatan
o
1. Pb2+ HCl - Endapan putih, larutan bening
Pb(NO3)2 Na2S - Endapan putih, larutan putih
K2CrO4 - Endapan kuning, larutan kuning
NH4OH - Eendapan putih, larutan putih
Na2CO3 - Endapan putih, larutan putih
KI - Endapan kuning, larutan kekuningan
2. Hg2+ HCl - Larutan Bening
HgCl2 Na2S - Endapan putih, larutan bening
K2CrO4 - Larutan Bening
NH4OH - Endapan putih, larutan putih
Na2CO3 - Endapan cokelat oren, larutan cokelat
KI - Endapan Merah Jingga
2+
3. Cu HCl - Larutan Bening
CuSO4 NH4OH - Larutan Bening
Na2CO3 - Endapan Biru, larutan Biru
KI + + - Endapan Biru, larutan Biru
Na2C2O3 - Endapan putih, larutan bening
K4[Fe(CN)6] - Endapan cokelat kemerahan, larutan
cokelat
2+
4. Cd HCl - Larutan Bening
(Cd(CH3COOH)2) KCN - Larutan Bening
Na2CO3 - Endapan putih, larutan putih
Na2S - Larutan Bening
Na2S + - Endapan putih, larutan bening
KCN - Endapan putih, larutan putih
NH4OH
4.2 Reaksi
4.2.1 Pb2+
4.2.1.1 Pb (NO3)2 + HCl

Pb(NO3)2 + 2 HCl PbCl2 + 2 HNO3


Putih
4.2.1.2 Pb (NO3)2 + Na2S

Pb(NO3)2 + Na2S PbS + 2 NaNO3


Hitam
4.2.1.3 Pb (NO3)2 + NH4OH

Pb(NO3)2 + NH4OH Pb(OH)2 + 2 NH4NO3


Putih
4.2.1.4 Pb (NO3)2 + Na2CO3

Pb(NO3)2 + Na2CO3 PbCO3 + 2 NaNO3


Putih
4.2.1.5 Pb (NO3)2 + K2CrO4

Pb(NO3)2 +K2CrO4 PbCrO4 + 2 KNO3


Kuning
4.2.1.6 Pb (NO3)2 + KI

Pb(NO3)2 + 2 KI PbI2 + 2 KNO3


Kuning
4.2.2 Hg2+
4.2.2.1 HgCl2 + HCl
HgCl2 + HCl

4.2.2.2 HgCl2 +Na2S

HgCl2 + Na2S HgS + 2 NaCl


Hitam
4.2.2.3 HgCl2 +NH4OH

HgCl2 + 2 NH4OH Hg(OH)2 + 2 NH4Cl


Putih
4.2.2.4 HgCl2 +Na2CO3

HgCl2 + Na2CO3 HgCO3 + 2 NaCl


Putih
4.2.2.5 HgCl2 + K2CrO4

HgCl2 + K2CrO4

4.2.2.6 HgCl2 +KI

HgCl2 + 2 KI HgI2 + 2 KCl


Oren
4.2.3 Cu2+
4.2.3.1 CuSO 4 + HCl
CuSO4 + HCl

5 4.2.3.2 CuSO 4 + Na2S

CuS + Na2SO4
CuSO4 + Na2S
Hitam
4.2.3.3 CuSO 4 + NH4OH

CuSO4 + 2 NH4OH Cu(OH)2 + (NH4)2SO4


Biru
4.2.3.4 CuSO 4 + Na2CO3

CuSO4 + Na2CO3 Cu2CO3 + Na2SO4


Biru
4.2.3.5 CuSO 4 + KI

2 CuSO4 + 4 KI 2 CuI + I2 +2 K2SO4


Putih
4.2.3.6 CuSO 4 + K4[Fe(CN)6]

2 CuSO4 + K4 [Fe(CN)6] Cu2 [Fe(CN)6] + 2 K2SO4


Coklat kemerahan
4.2.4 Cd2+
4.2.4.1 Cd(CH3COOH)2 + HCl
Cd(CH3COO)2 + HCl

4.2.4.2 Cd(CH3COOH)2 + Na2S

Cd(CH3COO)2 + Na2S CdS + 2CH3COONa


Kuning kenari

4.2.4.3 Cd(CH3COOH)2 + NH4OH

Cd(CH3COO)2 + 2 NH4OH Cd(OH)2 + 2 CH3COONH4


Putih
4.2.4.4 Cd(CH3COOH)2 + Na2CO3

Cd(CH3COO)2 + Na2CO3 CdCO3 + 2CH3COONa


Putih
4.2.4.5 Cd(CH3COOH)2 + KCN
Cd(CH3COO)2 + 2 KCN Cd(CN)2 + 2 CH3COOK
Putih
4.2.4.6 Cd(CH3COOH)2 + KCN +Na2S

Cd(CH3COO)2 + 2 KCN Cd(CN)2 + 2 CH3COOK


Putih
Cd(CN)2 + 2CN- [Cd(CN)4]2-
Putih
[Cd(CN)4]2- + Na2S CdS + Na+ + 4 CN-
Kuning kenari
4.3 Pembahasan
Prinsip dasar percobaan kation galongan II, yaitu :
- kation golongan 11 akan mengendap dengan H2S
pada Suasana HCl 0,3m
- pada kation golongan II A dan II B dipisahkan dengan metode KOH panas atau
metode vogel dan NA2S
- pada menghitamnya Bi dengan penambahan NH9OH dan mengompleksnya Cu2+/
Cd2+ dalam garam amonia
Pada uji kation pb2+ mula mula disiapkan 6 tabung rearsi yang berfungsi sebagai
wadah untuk mereaksikan larutan kemudian ditambahkan larutan (Pb(NO 3)2 sebanyak 1
pipet berupa larutan bening yang berfungsi sebagai penyedia lon Pb 2+. Pada tabung
pertama ditambahkan pipet larutan HCl berupa larutan bening yang berfungsi sebagai
selektif kation golongan I didapatkan endapan putih yang berupa PbCl 2 yang
menandakan positif mengandung lon Pb2+. Pada tabung kedua ditambah 1 pipet larutan
Na2S berupa larutan bening yang berfungsi sebagai pemberi suasana sulfida dan sebagai
pereaksi selektif kation Golongan II. Didapatkan hasil berupa endapan bewarna putih
yang berupa Pbs yang menandakan positif mengandung ion Pb 2+. Pada tabung rearsi
ketiga, ditambahkan 1 pipet larutan NH4OH berupa larutan bening Yang berfungsi
sebagai pereaksi selektif kation golongan III. Didapatkan hasil endapan putih berupa
pb(OH) yang menandakan positif Mengandung ion Pb 2+ pada tabung reaksi keempat
ditambahkan I pipet larutan Na2CO3 berupa larutan bening yang berfungsi sebagai
pereaksi selektif kation golongan IV. Didapatkan hasil berupa endapan putih yang
berupa PbCO3. Pada tabung reaksi kellma ditambahkan l pipet larutan K 2 Cr O4 benupa
larutan bening yang berfungsi sebagai pereaksi spesifik ion Pb 2+ .Didapatkan endapan
kuning yang berupa PbCrO4 yang menandakan positif mengandung lon Pb2+. Pada
tabung keenam di tambahkan I pipet larutan KI berupa larutan bening yang berfungsi
sebagai pereaksi sensitif ion Pb2+. Didapatkan endapan kuning yang berupa Pb 2+ yang
menandakan positif mengandung Pb2+ I
Pada uji kation Hg2+ kemudian ditambahkan 1 pipet larutan HgCl2 yang berfungsi
sebagai Penyedia ion Hg2+ pada tabung pertama ditambahkan I pipet larutan HCl berupa
larutan bening yang berfungsi sebagai pereaksi selektif kation Golongan I. Didapatkan
larutan bening menan dakan pada larutan HgCl2 dan HCl tidak terjadi reaksi. Pada
tabung kedua ditambahkan l pipet larutan Na2S berupa larutan benIng yang berfungsi
sebagai pemberi suasana Sulfida. Didapatkan endapan putIh berupa HgS yang
menandakan positif lon Hg2+. Pada tabung ketiga ditambahkan I pipet larutan NH4OH
berupa larutan bening yang berfungsi sebagai Pereaksi selektif golongan III. Didapatkan
endapan putih yang berupa Hg(CH2) yang Menandakan positif mengandung Hg2+. Pada
tabung keempat ditambahkan I pipet larutan Na2CO3 bening yang berfungsi sebagai
pereaksi selektif golongan IV. Didapatkan hasil endapan cokelat oren yang berupa
HgCO3 yang menandakan positif mengandung lon Hg2+. Pada tabung kelima
ditambahkan l pipet larutan K2CrO4 kuning yang berfungsi sebagai pereaksi sensitif
Hg2+. Didapatkan larutan kuning yang menandakan negatif mengandung Hg2+. Pada
tabung keenam ditambahkan l pipet larutan KI bening yang berfungsi sebagai pereaksi
sensitif Hg2+. Didapatkan endapan merah jingga.
Pada uji Cu2+ kemudian ditambahkan I pipet larutan CuSO 4 yang berfungsi sebagai
penyedia ion Cu2+. Tabung I ditambahkan 1 pipet HCl yang berfungsi sebagai pereaksi
selektif kation golongan I didapatkan larutan bening. Pada tabung kedua ditambahkan l
pipet larutan NH2S yang berfungsi sebagai pemberi suasana sulfida. Didapatkan larutan
bening. Pada tabung ketiga ditambahkan 1 larutan NH 4OH bening berfungsi pereaksi
selektif kation golongan llI. Didapatkan endapan biru berupa Cu(CH) 2, pada tabung
keempat ditambahkan 1 pipet larutan Na2CO3 bening yang berfungsi sebagai pereaksi
Selektif gorongan IV. Didapatran endapan biru berupa CuCO3. Pada tabung kelima
ditambahkan 1 pipet larutan KI bening berfungsi sebagai pereaksi spesifik Cu 2+. Di
dapatkan endapan putih berupa CuI2. Pada tabung keenam ditambahkan 1 pipet larutan
k4[Fe (CN)6 ] bening yang berfungsi sebagaI pereaksi spesipik Cu2+. Didapatkan
endapan cokelat kemerahan.
Pada uji Cd2+. Ditambahkan 1 pipet larutan (Cd (CH 3 COO)2) yang berfungsi
sebagai penyedia ion Cd2+. Tabung pertama ditambahtan I pipet HCl bening yang
berfungsi sebagai pereaksi seleklif golongan I. Didapatkan larutan bening yang
menandakan tidak tejadi reaksi. Pada tabung kedua ditambahkan 1 pipet larutan Na 2S
bening sebagai pemberi suasana basa. Didapatkan larutan bening dikarenakan Na2S
telah rusak. Tabung ketiga ditambahkan 1 pipet larutan NH4OH bening sebagai pereaksi
selektif golongan llI. Didapatkan larutan bening yang menandakan tidak terjadi reaksi.
Tabung keempat ditambahkan 1pipet NaCO3 sebagai pereaksi selektif glongan IV.
Didapatkan endapan putih berupa CdCO3 yang menandakan positif Cd2+. Tabung kelima
ditambahkan 1 pipet larutan KCN bening yang berfungsi sebagai pereaksi spesifik Cd 2+.
Didapatkan larutan bening, yang menandakan tidak terjadi reaksi. Tabung keenam
ditambahkan 1 pipet larutan KCN bening sebagai mempertegas endapan dan 1 pipet
Na2S sebagai pemberi suasana sulfida. Didapatkan endapan putih yang menandakan
positif mengandung lon Cd2+.
Faktor kesalahan, yaitu:
- larutan Na2S rusak sehingga hasil yang didapatkan tidak sesuai
- larutan KCN terlalu banyak
- kurang bersih dalam mencuci tabung reaksi
Pb2+ terdapat di golongan I dan II karena memiliki kelarutan yang tinggi sehingga
Pb2+ pada golongan I tidak dapat diendapkan secaara sempurna oleh HCl dan ion
Pb2+akan ditemukan kembali pada golongan II.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Berdasarkan hasil percobaan analisis kualitatif kation golongan II pada larutan
(Pb(NO3)2 dengan larutan HCl 6N didapatkan hasil berupa endapan putih
- Berdasarkan hasil percobaan analisis kualitatif kation golongan II pada larutan
HgCl2 dengan larutan Na2S didapatkan hasil berupa endapan putih
- Berdasarkan hasil percobaan analisis kualitatif kation golongan II pada larutan
CuSO4 dengan larutan NH4OH didapatkan hasil berupa endapan putih
5.2 Saran
Sebaiknya pada pratikum selanjutnya digunakan larutan H2SO4 sebagai pengganti
larutan NH4OH agar didapatkan hasil yang bervariasi
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 2012. Kimia Analitik Kualitatif Analisis Kualitatif Konvensional.
Bandung: PT Citra Aditya Bakti
Chairiyah, R.R. 2013. Bioremediasi Tanah Tercemar Logam Cd, Cu, dan Pb dengan
menggunakan endomikariza. Jurnal Agreokoterknologi. Universitas Sumatra
Utara, 2(1),97390
Said, Nusa Idaman. 2010. Metode Penghilangan Logam Berat (As, Cd, Cr, Ag, Cu, Pb,
dan Zn) Dalam Limbah Industri. Jurnal Air Indonesia. 6(2)
Sulistrayati, Hermin. 2017. Kimia Analisa Dasar Untuk Analisis Kualitatif. Malang: UB
Media
Setiono, L. 1985. Buku Teknik Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka
LAMPIRAN

1. Pb2+

1. 2. 3. 4. 5. 6.

1. Pb(NO3)2 + HCl
2. Pb(NO3)2 + Na2S
3. Pb(NO3)2 + NH4OH
4. Pb(NO3)2 + Na2CO3
5. Pb(NO3)2 + K2CrO4
6. Pb(NO3)2 + KI
2. Hg2+

\ 1. 2. 3. 4. 5. 6.

1. HgCl2 + HCl
2. HgCl2 + Na2S
3. HgCl2 + NH4OH
4. HgCl2 + Na2CO3
5. HgCl2 + KI
6. HgCl2 + K2CrO4
3. Cu2+

1. 2. 3. 4. 5. 6.

1. CuSO4 + HCl
2. CuSO4 + Na2S
3. CuSO4 + NH4OH
4. CuSO4 + Na2CO3
5. CuSO4 + KI
6. CuSO4 + K4[Fe(CN)6]
4. Cd2+

1. 2. 3. 4. 5. 6.

1. Cd(CH3COO)2 + HCl
2. Cd(CH3COO)2 + Na2S
3. Cd(CH3COO)2 + NH4OH
4. Cd(CH3COO)2 + Na2CO3
5. Cd(CH3COO)2 + KCN
6. Cd(CH3COO)2 + KCN + Na2S

Anda mungkin juga menyukai